Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
(Skripsi)
Oleh
Arif Nurhidayat
By
Arif Nurhidayat
Sesbania grandiflora (L.) Pers. is a traditional medical plant which was known the
local nama, turi. This plant is belong to family Fabaceae and the third largest
families of flowering plants. All parts of turi are traditionally used as medicine
including antiinflamation, hepatitis, and the various of infection diseases. This
study was aimed to isolate and identify the secondary metabolites compound from
S. grandiflora stembark collected from Labuhan Ratu area, Lampung. The
stambark of this plant were airdried, powdered, extracted with solvents by
gradient polarity, and separated by repeated coloumn chromatography on silica
gel to afford a new arilbenzofuran compound as a the yellowish needlle (m.p..
214℃ - 216℃). The isolated compound was determined by using spectroscopic
methodes such as UV-Vis, IR, and NMR analysis. Based on the spectroscopy
data, the purified compound was identified as 6-methoxy-2-(2’,3’-dihyroxy-5’-
methoxyphenyl)-1-benzofuran-3-carbaldehide (5mg). The isolated compound
was assayed againts E. coli resistent toward chloramphenical. The results showed
that the tested compound had no antibacterial activity.
Oleh
Arif Nurhidayat
Sesbania grandiflora (L.) Pers. atau turi merupakan salah satu tanaman obat
tradisional Indonesia yang termasuk dalam famili Fabaceae. Keseluruhan bagian
dari turi memiliki manfaat diantaranya sebagai antiinflamasi, hepatitis, dan
beberapa penyakit yang disebabkan infeksi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa metabolit sekunder yang terkandung di
dalam kulit batang turi yang diambil di daerah Labuhan Ratu, Bandar Lampung
serta untuk mengetahui aktivitas antibakteri isolat yang didapat. Penelitian ini
dilakukan dimulai dengan pengumpulan dan preparasi sampel, ekstraksi, isolasi,
serta pemurnian dengan menggunakan metode Kromatografi Cair Vacum dan
Kromatografi Kolom sedangkan elusidasi struktur dilakukan dengan
menggunakan spektroskopi UV-Vis, IR, serta NMR. Isolat yang didapat pada
penelitian ini berupa kristal kuning berbentuk jarum dengan titik leleh 214℃ –
216℃. Berdasarkan intrepetasi data spektroskopi menunjukkan bahwa isolat yang
didapat diidentifikasikan sebagai 6-metoksi-2-(2’,3’-dihidroksi-5’-metoksifenil)-
1-benzofuran-3-karbaldehid sebanyak 5,0 mg dari kulit batang tumbuhan turi
(S. grandiflora). Uji aktivitas antibakteri Escherichia coli resisten terhadap
kloramfenikol menunjukkan hasil negatif.
Oleh
ARIF NURHIDAYAT
Skripsi
kanak (TK) Swadek Indah Panaragan jaya yang diselsaikan pada tahun 1999,
Pendidikan SMP Negeri 04 Pulung Kencana diselsaikan pada tahun 2008 pada
matematika dan ilmu pengetahuan alam (FMIPA) pada tahun 2012 melalui jalur
Anggota Muda Unit Kegiatan Mahasiswa Penelitian (2012), Anggota Biro Usaha
Mandiri (2014), Kepala Departemen Pendidikan Unit Kegiatan Mahasiswa
Penelitian (2013).
asisten praktikum Sains Dasar jurusan Ilmu Komputer (2014), asisten praktikum
kimia dasar jurusan peternakan 2014, asisten praktikum kimia medik jurusan
Kedokteran (2014), asisten praktikum kimia I bidang kimia organik jurusan kimia
Teman-teman
Untuk seseorang yang kelak akan menjadi makmumku dan ibu dari
anak-anakku
serta
Almamater tercinta.
SANWACANA
Segala puja dan puji syukur hanyalah milik Allah SWT, karena atas rahmat,
“Isolasi dan Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder dari Kulit Batang Turi
Shalawat beriring salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, beserta
kepada:
1. Ayah Zaenal Arifin dan ibuku Siti hidayatun(almh) yang tersayang, atas
curahan kasih sayang, do’a, dan bimbingan yang tak ternilai harganya, kalian
2. Ibu Noviany, S.Si., M.Si., Ph.D. selaku Pembimbing Utama atas kesediaanya
skripsi ini.
4. Bapak Dr. Eng. Suripto Dwi Yuwono, M. T., selaku pembahas dan sekaligus
Ketua Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Lampung, yang telah banyak
memberi kritikan, masukan, dan saran dalam proses penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Prof. Dr. Jhon Hendri, M.s. serta ibu Dr. Zipora Sembiring, M.S. selaku
menyelesaikan studi.
6. Bapak Prof. Dr. Warsito, S.SI., DEA., selaku Dekan Fakultas MIPA
Universitas Lampung.
7. Seluruh Dosen Kimia FMIPA Unila terimakasih atas limpahan ilmu yang
dberikan.
8. Kakakku tercinta Moch. Lukman Asrori serta kakak iparku satu-satunya mbak
pendidikan.
10. Adik – adik Noviany’s research Erva Alhusna (Erva), Nita Yulian (Nita),
Hamid (Hamid), dan Sujud Subekthi (Sujud) Terima kasih atas keceriaan
12. Sahabat – sahabatku SMA ; Catur Rohmanto (Chatur), Citra Retno Dwi
Aristya (Ciyex), Dhelly Adelia (Dhelly) Terimakasih atas warna yang kalian
terimakasih juga atas kritik, saran, serta masukan untuk penulis. Suatu saat
14. Sahabat – sahabatku Feby Rinaldo Pratma Kusuma (Peby), Tiand Reno
(Renoo), Edi Suryadi (Eyank uzur), Tri Marital (Maritul) dan Derry Vardella
(Derry) Terimakasih atas persahabatan yang terjalin selama ini. Mari kita
15. My Sponsorship mbak Ratu Dwi Gustianda Rasyidi, S.Pd. Terimakasih atas
16. Temen – temen angkatan 2012: Organic’s group; Tri Marital (Maritul),
Fatimah, S.Si., Ismi Khomsiah, S.Si (Khom), Intan Mailani, S.Si (Hj. ida),
Putri Ramadhona (Dona), Radius Uly Artha (Kokom), Susi Isnaini Hasanah,
S.Si., Tiara Dwi Astuti (Ara), Yepi Triapriani, S.Si (nyepii), Tazkia
(Murni), Adi Setiawan, S.Si (Adii), Jean Pitaloka, S.Si (jeje), Tiand reno
(Reno), Khoirul Anwar (Anwer), Nila Amalin Nabilah (Komeng 1), Siti Aisah
(Ais), Rifki Khusnul khuluk, Siti Nurhalimah (Imah), Indry Yani Saney
Ulfatun Nurun (Upeh), Yunsi’U, S.Si, Riandra P, S.Si., Rizal Rio S, Dwi
Anggraini, S.Si., Apri Welda, Wiwin Sarwita, Febita glisenda, Elsa Zulha,
S.Si., Edi Suryadi, S.Si., Arya Rifansyah, S.Si., Suwarda Dua Imatu dela,
Adriyanthi, Rizki Putriana, Syatira Assegaf, Diani Iska M (Didi), Meta Fosfi
17. Moch. Reynaldo Nedya (Aldo), Yusuf Hadi Kurniawan (Ucup), Fikri
tidur) Moch. Reynaldo Nedya Adek gua yang paling begajulan, Awan
Sugandi Adek yang paling Cantik, M. Basri, Wahyu, Regie Andica Putri
Erva, Nita, Ines, Wahyuni, Anggun, Ajeng, Ismi, Susi, kak Rio, Dona, Inggit,
Badi, Nurul, Vickha, Arni, Yepi, Tiara, Tazkia, Siti, Aul, Shela, Dona’13,
20. Mbak Wiwit Kasmawati selaku laboran kimia organik terimakasih atas
22. Rekan-rekan KKN desa Kanoman Acmad Fibriansyah, Cindy Felixia, Heni
23. Terimakasih kepada keluarga besar bpk. Azhari Patnoto serta ibu Eli
Setiawati, ibu Lis atas bantuan, kriktik, masukan, dan saran yang telah
diberikan.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
Penulis
Arif Nurhidayat
i
DAFTAR ISI
Halaman
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................................. 1
B. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 5
C. Manfaat Penelitian ............................................................................................ 5
Tabel Halaman
3. Nilai geseran kimia untuk 1H dan 13C NMR Nilai geseran kimia
untuk 1H dan 13C NMR .....................................................................................26
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
10. KKG fraksi B9, B10, C11, dan C12 menggunakan eluen aseton/n-heksana ... 44
17. Struktur-6-hidroksi-2-(4-hidroksi-2,5-dimetoksifenil)-1-benzofuran-3-
karbaldehid (eryvarins P) .................................................................................51
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
( Jawatz , 2005). Secara sederhana bakteri dapat dibagi dalam dua golongan besar
yakni patogen yang artinya menunjuk pada bakteri penyebab penyakit serta
Bakteri yang masuk kedalam kelompok patogen secara klasik diduga memiliki
penyakit (Shulman, 1994). Banyak penyakit yang disebabkan oleh bakteri, seperti
contohnya gangguan pada pencernan seperti tifus, dan diare, pnemunia serta
oleh bakteri.
2
Telah ditemukan cara yang saat ini mampu untuk mengatasi perkembangan
Antibiotik adalah zat biokimia yang diproduksi oleh mikroorganisme yang dalam
permasalahan yang cukup serius. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dosis
dapat menggagalkan terapi pengobatan yang sedang dilakukan. Selain itu dapat
oleh antibiotik yang merupakan suatu mekanisme alami untuk bertahan hidup.
infeksi primer sedang berlangsung dimana jenis dan infeksi yang timbul berbeda
dengan infeksi primer (Tjay dan Rahardja, 2007). Melihat efek samping yang
Dewasa ini penggunaan bahan alam untuk pengobatan lebih ditekankan, hal ini
dikarenakan sedikit bahkan hampir tidak ada efek negatif yang ditimbulkan dari
dihasilkan oleh suatu makhluk hidup bukan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya,
(Ahmad, 2004). Salah satu tumbuhan yang belum dikaji secara intensif di
dilakukan pada beberapa spesies yang termasuk dalam famili Fabaceae seperti
memiliki aktivitas paling baik sebagai antiradikal bebas dengan IC50 masing-
masing 2,19 dan 4,03 mg/mL. Sementara itu penelitian pada spesies yang lain
yaitu C. senna menunjukkan bahwa ekstrak metanol dari daun C. senna memiliki
aktivitas sitotoksik yang cukup tinggi (Hossain et al., 2012). Secara umum
kandungan kimiawi dalam satu spesies dengan spesies lain dalam satu genus atau
hanya terdapat pada kuantitas dari senyawa yang dihasilkan, faktor yang
bagian tumbuhan yang digunakan (Venkataraman et al., 1972). Jenis lain dari
grandiflora (turi).
Fabaceae. Tumbuhan ini memiliki waktu hidup yang cukup panjang dan banyak
ditemukan di daerah Asia. Kajian fitokimia dan efek farmakalogi tumbuhan turi
4
bunga tumbuhan turi dapat digunakan sebagai sumber vitamin C dan kalsium,
Reji dan Alphonse (2013), secara umum tumbuhan turi memiliki kandungan
antijamur dilakukan pada ekstrak akuades, etanol, dan aseton dari daun S.
ditunjukkan oleh ekstrak etanol dibandingkan dengan ekstrak akuades dan aseton.
Baru - baru ini telah dilakukan skrining fitokimia pada beberapa jaringan
bahwa pada bagian batang turi mengandung flavanoid, terpenoid, saponin, serta
diisolasi pertama kali dari akar tumbuhan S. grandiflora (turi). Semua senyawa
untuk meneliti kandungan senyawa metabolit sekunder dari kulit batang turi.
Mengingat tumbuhan turi memiliki potensi sebagai agen anti-TB, maka pada
penelitian ini akan dilakukan isolasi dan identifikasi pada bagian kulit batang
B. Tujuan Penelitian
pada kloramfenikol.
C. Manfaat Penelitian
metabolit sekunder dari kulit batang turi (S. grandiflora) serta dapat digunakan
sebagai database tambahan sumber alami tumbuhan yang berpotensi sebagai agen
antibakteri.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Fabaceae
Fabaceae atau Leguminosae merupakan salah satu dari tiga famili tumbuhan
terbesar setelah famili Orchidacea dan Asteraceae yang termasuk dalam divisi
Angiospermae atau tumbuhan berbunga. Famili Fabaceae terdiri atas 730 genus
dan 19.400 spesies. Genus terbesar dari famili ini yaitu Astragalus memiliki
sekitar 2000 spesies, Acacia terdiri dari ± 900 spesies, sekitar 700 spesies untuk
genus Indigofera, Crotalaria dengan 600 spesies, dan kurang lebih 500 spesies
sekitar atau Indonesia. Fabaceae bersifat kosmopolitan karena dapat dijumpai dari
daerah yang bersuhu dingin sekali hingga sampai hangat, sub-tropis dan tropis.
Famili Fabaceae mempunyai ciri khas yang mudah diamati yaitu terdapatnya buah
pada bunganya. Famili ini dibagi menjadi tiga subfamili yaitu mimosoideae,
memiliki kandungan metabolit primer seperti lectin, kitin, dan inhibitor - amilase
tanin, dan senyawa fenolik (Carlina and Grossi-de- Sá, 2002; Sotheeswaran and
Pasupathy, 1993; Wink and Mohammed, 2003). Selain itu, famili ini dikenal juga
sebagai sumber lipid, dan memiliki kandungan asam omega 3 lemak tak jenuh
pengobatan herbal seperti gangguan pada ginjal, diabetes, sakit mata, sakit gigi,
dan disentri (Neto et al., 2008; Roosita et al., 2008; Vitor et al., 2004; and Watjen
et al., 2007). Kajian farmakologi pada sejumlah senyawa yang berhasil diisolasi
al., 2011).
B. Sesbania grandiflora
S. grandiflora merupakan pohon yang memiliki ukuran relatif kecil dengan tinggi
mencapai 10 m. Tumbuhan ini diyakini berasal dari Asia Selatan dan Asia
tuwi (Bali), turi (Jawa), dan toroy (Madura). Tumbuhan ini banyak tersebar
8
Tanaman ini memiliki umur yang panjang dengan pertumbuhan yang cepat serta
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Sub-famili : Faboideae
Genus : Sesbania
Spesies : S. grandiflora
Nama binomial: Sesbania grandiflora (L.) Poiret
(Sumber :Kementrian Pertanian, 2010).
Tanaman turi (S. grandiflora) memiliki ciri-ciri fisik secara umum berdasarkan
kehitaman, kasar, terdapat retakan vertikal yang panjang selebar 1-2 cm. Kulit
(Gambar 1a). Daun pada tanaman turi ini memiliki ciri yaitu majemuk menyirip
50 anak daun pertangkai serta berbentuk lonjong atau oval (Gambar 1b).
Sementara pada bagian bunga memiliki bentuk tandan, tumbuh pada ketiak
daun.
macam, yaitu berwarna merah dan berwarna putih. Penampakan dari bunga
tanaman turi ditunjukkan pada Gambar 1c. Selain jaringan diatas tumbuhan ini
9
1-1,5 cm. Ketika masih muda, polong berwarna hijau, kemudian setelah tua
berwarna kuning. Polong dari tumbahan turi ditunjukkan pada Gambar 1d.
1a 1b
1c 1d
C. Efek Farmakologi
Tumbuhan turi telah dikenal sebagai tumbuhan yang memiliki manfaat dalam
digunakan sebagai oabt tradisional atau obat herbal. Seluruh bagian dari
tumbuhan turi diyakini memiliki manfaat sebagai obat baik pada bagian batang,
bunga, akar serta pada bagian daunnya. Bidang kedokteran di India telah
(Kasture et al., 2002). Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Doddola et al
(2008) menyatakan bahwa jus daun turi dapat digunakan sebagai pemecah batu
ginjal yang cukup efektif. Tidak hanya itu saja daun dari tumbuhan turi dapat
digunakan sebagai media penyembuhan keputihan pada wanita serta pada bagian
buah atau biji dapat digunakan sebagai obat hepatitis. Bagian akar secara umum
digunakan sebagai antiinflamasi dan penurun demam (Wagh et al., 2009). Selain
akar, jaringan lain seperti batang turi juga dimanfaatkan sebagai obat. Di Filipina,
bubuk batang turi digunakan sebagai obat borok atau bisul yang terdapat dalam
bubuk batang turi digunakan sebagai obat sariawan, polio, dan sakit perut
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Serti et al., (2001) dinyatakan bahwa
ekstrak etanol dari batang turi menunjukkan aktivitas antiinflamasi yang cukup
baik. Penelitian lain pada tumbuhan turi dilakukan oleh Romesh and Begum
turi menunjukkan pencegahan oksidasi yang dapat merusak paru-paru, hati, dan
11
ginjal. Juga telah diujikan pada mencit, sehingga dapat disimpulkan bahwa daun
daun memiliki efek antioksidan (Gowri and Vasantha, 2010). Efek antioksidan
penangkapan radikal bebas melalui donor proton hidrogen dari gugus hidroksil
dipengaruhi oleh substitusi gugus hidroksi pada posisi orto dan para terhadap
yang ditemukan pada seluruh spesies dan diproduksi dengan menggunakan jalur
yang sama, senyawa metabolit sekunder tertentu hanya ditemukan pada spesies
Kandungan metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman famili ini cukup
banyak dan beragam, dari susunan molekul sederhana hingga molekul yang paling
12
rumit sekalipun ada pada famili ini. Secara garis besar senyawa metabolit
1. Terpenoid
terdiri dari dua atau lebih unit C5 yang disebut unit isopren (Achmad, 1986).
senyawa diterpen berupa senyawa furanoditerpen tipe cassane. Senyawa jenis ini
pada genus Caesalpinia. Tidak hanya furanoditerpen yang telah diisolasi dari
famili Fabaceae, contoh lain senyawa yang telah diisolasi yaitu norcaesalpinin E
(1), caesalpinin C (2), caesalpinin D (3) yang ketiganya telah diselidiki memiliki
Selaian senyawa terpen dengan jenis monoterpen atau diterpen yang telah
dijelaskan diatas terdapat juga jenis terpenoid yang lain yaitu triterpen. Jenis
senyawa terpenoid yang lain adalah triterpen. Senyawa triterpen sering ditemukan
diperlihatkan pada Gambar (4-6). Gleditsiosida N dan O terikat dengan dua unit
R3
(4) R1 = CH2OH R2 = H
(5) R1 = CH3, 6= S R2 = H
(6) R1 = CH3, 6= S R2 = R3
(7)
2. Flavonoid
Flavonoid merupakan salah satu kelompok senyawa bahan alam yang banyak
flavon C6-C3-C6, dengan tiga atom karbon sebagai jembatan antara gugus
15
fenil yang biasanya juga terdapat atom oksigen. Senyawa ini biasanya
ditemukan dan telah diisolasi dari famili ini. Senyawa fenolik yang banyak
yang berbeda dengan dua spesies sebelumnya, genus Milletia ini menghasilkan
(13) (Ito et al., 2006). Senyawa lain yang pernah diisolasi adalah bauhiniastatin
1-2 (14-15) yang diisolasi pada Bauhinia purpurea. Bauhinisantin 1 (14) juga
diketahui memiliki aktivitas sitotoksik yang tinggi terhadap sel murin leukimia
(Pettit., 2006).
16
(8) (9)
(10) (11)
(12) (13)
(14) (15)
Gambar 4. Senyawa fenolik yang diisolasi dari Fabeceae (Zhao et al., 2004;
Ito et al., 2006; Pettit., 2006).
17
3. 2-Arilbenzofuran
Benzofuran merupakan senyawa heterosiklik yang terdiri dari cincin benzena dan
furan yang berlebur. Struktur benzofuran merupakan induk dari senyawa terkait
gugus hidroksil pada C-2’ dengan gugus olefin membentuk cincin furan
(Andriyani, 2012).
1. Aspek Umum
Isolasi merupakan suatu proses yang untuk memisahkan senyawa aktif atau
ekstraksi memiliki pengetian yang hampir sama dengan isolasi. Ekstraksi yaitu
suatu metode yang digunakan untuk memisahkan senyawa aktif atau komponen
perpindahan massa komponen zat ke dalam pelarut yang dimulai dari pelapisan
Hu zhide et al., (2012) menyatakan dalam jurnalnya bahwa tidak terdapat metode
yang baku untuk ekstraksi suatu bahan alam dikarenakan banyaknya variabel yang
berpengaruh. Oleh karena itu, modifikasi pada metode perlu dilakukan untuk
bahan yang akan diekstraksi. Banyak faktor yang berpengaruh dalam ekstraksi
suatu senyawa metabolit sekunder diantaranya adalah waktu ekstraksi, suhu, jenis,
dan komponen pelurut serta perbandingan pelarut terhadap bahan yang akan
2. Ekstraksi
menjadi dua yaitu ekstraksi panas dan ekstraksi dingin. Pada penelitian ini
dengan pelarut organik yang sesuai serta dilakukan pada temperatur ruangan.
Proses ini sangat menguntungkan dalam isolasi senyawa bahan alam karena
membran sel akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar sel sehingga
senyawa metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam
pelarut organik dan ekstrasi senyawa akan sempurna karena dapat diatur lama
ini dilakukan beberapa kali dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang
permukaan halus (Johnson and Stevenson, 1991). Berdasarkan jenis fasa diam
Dalam perlakuan kromatografi ini digunakan eluen. Eluen adalah pelarut yang
zat sampel atau fasa yang bergerak melalui fasa diam dan membawa komponen-
Air
Metanol
Asetonitril
Etanol
n-propanol
Aseton
Etil asetat
Kloroform
Metolen Klorida
Toluena
Benzena
Karbon tetraklorida
Sikloheksana kepolaran menurun
n-heksana
Dalam penelitian ini akan digunakan beberapa jenis metode kromatografi serta
gerak cair disebut dengan eluen sedangkan fase diam padatan yang dikenal
dengan absorben sehingga prinsip kerjanya adalah adsorpsi atau cair prinsip
Pemisahan dapat terjadi dikarenakan perbedaan daya serap atau partisi fase diam
oleh fase gerak (eluen). Komponen yang berinteraksi lemah dengan absorben
akan keluar terlebih dahulu sedangkan komponen yang interaksinya kuat akan
keluar paling akhir dari dalam kolom (Ibrahim and Sitourus, 2013).
Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan salah satu metode yang melibatkan
pendistribusian campuran dua atau lebih senyawa antara fase diam dan fase gerak.
Fase diam dapat berupa lapisan tipis dari penyerapan plat, dan fase gerak adalah
cairan pengembang yang (Gritter et al., 1991). Teknik KCV dilakukan dengan
suatu sistem yang bekerja pada kondisi vakum secara kontinu, sehingga diperoleh
21
untuk meningkatkan laju alir fasa gerak. Urutan eluen yang digunakan dalam
kromatografi cair diawali mulai dari eluen yang mempunyai tingkat kepolaran
yang digunakan dalam kromatografi diawali dari eluen yang mempunyai tingkat
4. Analisis Kemurnian
Kemurnian senyawa hasil isolasi dilakukan dengan kromatografi lapis tipis (KLT)
dan uji titik leleh. KLT dilakukan dengan mengelusi larutan sampel yang
ditotolkan pada lempeng silika gel 60 F254 dengan fase gerak berupa eluen etil
asetat-heksana (4 : 6). Bercak yang ada diamati dengan sinar tampak, UV 254 nm
hasil analisis dikatakan murni apabila memberikan noda tunggal pada KLT
Sedangkan titik leleh merupakan ciri penting senyawa organik padat. Titik leleh
untuk identifikasi didasarkan pada fakta bahwa semua senyawa murni mempunyai
titik leleh yang tajam ketika berubah sempurna dari padat ke cair. Selain itu,
penggunaan titik leleh untuk identifikasi juga didasarkan pada fakta bahwa
senyawa yang tidak murni menunjukkan 2 fenomena, pertama yaitu suhu leleh
yang lebih rendah, dan kedua memiliki jarak leleh yang lebih lebar. Alat yang
digunakan untuk menguji titik leleh suatu senyawa adalah termopan. Untuk
22
identifikasi kualitatif, titik leleh merupakan tetapan fisika yang penting terutama
untuk suatu senyawa hasil sintesis, isolasi, maupun kristalisasi. Titik leleh suatu
kristal padat adalah suhu ketika padatan mulai berubah menjadi cairan pada
tekanan udara 1 atm. Jika suhu dinaikkan, molekul senyawa akan menyerap
energi. Semakin tinggi suhu maka akan semakin banyak energi yang diserap
(Hadiprabowo, 2009).
dapat berupa radiasi sinar γ, sianar-X( X-ray), UV-Vis (ultra ungu-tampak), infra
merah (IR), gelombang mikro, dan gelombang radio (Harvey, 2000). Berdasarkan
Metode spektroskopi yang dipakai pada penelitian ini antara lain, spektroskopi
1. Spektroskopi UV-Vis
Dalam spektoskopi UV-VIS penyerapan sinar tampak dan ultraviolet oleh suatu
tersebut. Transisi tersebut pada umumnya antara orbital ikatan, orbital non-ikatan
nm, sedangkan sinar tampak adalah panjang gelombang sekitar 400-900 nm.
Spektro ini digunkan untuk tujuan analisi kuantitatif maupun kualitatif. Dengan
ultraungu- tampak ini kita dapat mengetahui absorptivitas molar senyawa yang
24
A = ε b c atau ε = .
Keterangan: A = absorbansi
ε = absorptivitas molar
b = tebal sel (cm)
c = konsentrasi (mol/liter)
Absorbansi (A) ini diperoleh dari data spektrum yang terdapat pada puncak-
puncak serapannya.
Tebal sel (b) adalah ketebalan sel dalam alat yang digunakan, sedangkan
Konsentrasi (c) = = .
2. Spektroskopi IR
infra merah (IR) dengan materi. Dengan adanya energi dari gelombang
tersebut. Ada tiga jenis vibrasi pada spektroskopi infra merah (IR) yaitu rotasi,
terdapat pada zat yang diuji. Setiap gugus fungsi akan memberikan puncak-
25
puncak yang tetap, informasi inilah yang digunakan untuk menganalisis secara
kualitatif pada zat tersebut. Misalnya gugus fungsi C=O akan memberikan puncak
pada bilangan gelombang 1650 cm-1 sebagai asam karboksilat, 1700 cm-1 sebagai
keton, dan 1800 cm-1 sebagai halida asam (klorida asam) (Harvey, 2000).
CH 3300 1470
Ar H 3060 C O
1200-1000
3030
C H2 2870 C C 1650
1460
1375
C N 1600
C N
1200-1000 C C
1200-1000
C O 1750-1600
Sumber : Banwell and McCash (1994).
magnetik dari inti tertentu. Instrumen yang paling umum dan paling populer
spektroskopi jenis ini didasarkan pada penyerapan energi oleh partikel yang
sedang berputar di dalam medan magnet yang kuat. Energi yang dipakai dalam
pengukuran dengan metode ini berada pada daerah gelombang radio 75-0,5 m
26
atau pada frekuensi 4-600 MHz, yang bergantung pada jenis inti yang diukur
resonansi magnetik nuklir ini cukup banyak. Pada dasarnya metode ini digunakan
senyawa organik. Beberapa pergeseran kimia senyawa organik dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 3. Pergeseran kimia untuk proton dan karbon dalam molekul organik
(Sudjadi, 1983).
1H-NMR (ppm)
13
Jenis Senyawa C-NMR (ppm)
Monosubtituen 2-5 25-65
Disubtituen alkana -0.5-0.5 0-10
Siklopropil 2-3 42-70
R__CH2__NR2 2-3 20-40
R__CH2__SR2 2.2-3.2 50-75
R__CH2__PR2 3.5-4.5 50-75
R__CH2__OH 4-4.6 70-85
R__CH2__NO2 4.2-5 70-80
R__CH2__F 3-4 25-50
R__CH2__Cl 2.5-4 10-30
R__CH2__Br 2-4 -20-0
R__CH2__I 2.2-2.7 35-45
Epoksida - 100-120
Nitril 4.5-7.5 100-150
Alkena 1.6-2.1 18-30
Allilik 2-3 75-95
Alkuna 6-9 110-145
Aromatik 2.2-2.8 18-30-
menjelaskan hubungan atau korelasi sistem 1H yang terikat secara langsung (satu
ikatan) dengan inti lain seperti 15N atau 13C. Skema dasar uji ini melibatkan
transfer magnetisasi proton ke pada inti kedua, yaitu 15N atau 13C, melalui tahap
dan signal dicatat oleh perekam. Pada HSQC, serangkaian eksperimen dicatat
langsung dalam tiap eksperimen, sementara pergeseran kimia dari 15N atau 13C
dicatat dalam dimensi tidak langsung yang terbentuk dari serangkaian eksperimen
jarak 2 sampai 3 ikatan dari proton tersebut. Tidak hanya korelasi jarak jauh yang
dapat dideteksi dengan HMBC namum juga dapat mengidntifikasi korelasi karbon
selalu menemukan apa yang diharapkan. Tergantung pada hibridisasi karbon dan
faktor lain, beberapa korelasi dua (2JCH) atau tiga (3JCH) ikatan terkadang tidak
G. Bakteri
selubung inti). Bakteri sebagai makhluk hidup tentu memiliki informasi genetik
berupa DNA, tapi tidak terlokalisasi dalam tempat khusus (nukleus) dan tidak ada
membran inti. Bentuk DNA bakteri adalah sirkuler, panjang dan biasa disebut
nukleoi. Pada DNA bakteri tidak mempunyai intron (urutan nukleotida yang
terdapat dalam gen antara ekson) dan hanya tersusun atas ekson saja. Bakteri juga
28
( Jawetz, 2005).
yaitu bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif. Bakteri Gram negatif zat
lipidnya akan larut selama pencucian dengan alkohol, pori-pori pada dinding sel
akan membesar, permeabilitas dinding sel menjadi besar, sehingga zat warna yang
sudah diserap mudah dilepaskan dan kuman menjadi tidak berwarna. Sedangkan
pada bakteri Gram positif akan mengalami denaturasi protein pada dinding selnya
oleh pencucian dengan alkohol. Protein menjadi keras dan kaku, pori-pori
dipertahankan dan sel kuman tetap berwarna ungu. Contoh bakteri gram positif
H. Antibakteri
Antibakteri adalah obat atau senyawa kimia yang digunakan untuk membasmi
kimia dan fisik makanan termasuk kadar air, pH, jenis dan jumlah komponen
tinggi (Pelczar dan Chan, 2005). Antibakteri yang sangat toksik yang
penyakit tanpa menimbulkan efek samping terhadap inangnya dan juga harus
bagian-bagian vital sel seperti membran sel, enzim-enzim dan protein struktural.
Menurut Pelczar dan Chan (2005) cara kerja senyawa antibakteri dalam
enzim dan menghambat sintesis asam nukleat protein. Senyawa antimikroba yang
tanaman, terutama golongan fenolik dan terpenoid dalam minyak atsiri. Beberapa
senyawa yang bersifat antimikroba alami berasal dari tanaman diantaranya adalah
30
fitoleksin, asam organik, minyak esensial (atsiri), fenolik dan beberapa kelompok
salah satu dari dua metode pokok yaitu dilusi atau difusi. Penting sekali
1. Metode Dilusi
Metode ini menggunakan antibakeri dengan kadar yang menurun secara bertahap,
baik dengan media cair atau padat. Kemudian media diinokulasi bakteri uji dan
atau mematikan. Uji kepekaan cara dilusi agar memakan waktu dan
2. Metode Difusi
Metode yang paling sering digunakan adalah metode difusi agar. Cakram kertas
padat yang sebelumnya telah diinokulasi bakteri uji pada permukaannya. Setelah
kekuatan hambatan obat terhadap organisme uji. Metode ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor fisik dan kimia, selain faktor antara obat dan organisme (misalnya
sifat medium dan kemampuan difusi, ukuran molekular dan stabilitas obat).
31
Lampung.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat-alat gelas, penguap
putar vakum, satu set alat kromatografi cair vakum (KCV), satu set alat
kromatografi kolom (KK), pengukur titik leleh, lampu UV, pipet kapiler,
33
air flow, autoclave, lemari pendingin, oven, petri disk, dan mikropipet.
telah dikeringkan dan dihaluskan, diperoleh dari daerah stasiun kereta api
Bahan kimia yang dipakai meliputi etil asetat (EtOAc), metanol (MeOH),
silika gel Merck G 60 untuk impregnasi, silika gel 60 GF 254 (35-70 Mesh), plat
KLT. Bahan uji bakteri yang diperlukan selain bakteri tersebut diatas yakni
C. Prosedur Penelitian
1. Persiapan sampel
Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong, Jawa Barat. Kulit batang turi dicuci
bersih dengan air dan diiris kecil-kecil kemudian dikeringkan dengan cara dijemur
di bawah panas sinar matahari selama kurang lebih satu minggu. Kulit batang
34
yang telah kering lalu digiling hingga menjadi serbuk halus, serbuk halus ini yang
Serbuk halus kulit batang turi ditimbang sebanyak 1500 gram kemudian
menggunakan pelarut etil asetat dan metanol. Ketiga ekstrak hasil perendaman
berbagai pelarut yang didapat lalu dipekatkan dengan (penguap rotari evaporator)
Ekstrak kasar kemudian difraksinasi dengan KCV. Terlebih dahulu fasa diam
silika gel halus sebanyak 3 kali berat sampel dimasukkan ke dalam kolom.
halus terlebih dahulu kemudian divakum kembali. Kolom dihisap sampai kering
Ekstrak kasar yang telah dilarutkan dalam aseton dan diimpregnasikan kepada
silika gel kasar, kemudian dimasukkan pada bagian atas kolom yang telah berisi
fasa diam dan kemudian dihisap secara perlahan-lahan ke dalam kemasan dengan
0% sampai dengan etil asetat 40%. Kolom dihisap dengan vakum sampai kering
pada setiap penambahan eluen (tiap kali elusi dilakukan). Kemudian fraksi-fraksi
35
dengan teknik KCV dilakukan berulang kali dengan perlakuan yang sama seperti
Uji KLT dilakukan terhadap fraksi-fraksi yang akan difraksinasi dan juga fraksi-
dari komponen senyawa tersebut. Ketika diperoleh fraksi yang lebih sedikit
bercak/noda dilihat dibawah lampu UV setelah dilakukan elusi terhadap plat KLT.
Adsorben silika gel Merck (35-70 Mesh) dilarutkan dalam pelarut yang akan
digunakan dalam proses pengelusian. Slurry dari silika gel dimasukkan terlebih
dahulu ke dalam kolom, fasa diam diatur hingga rapat (tidak berongga) dan rata.
dalam kolom yang telah berisi fasa diam. Pada saat sampel dimasukkan, kolom
yang telah dikemas rapat, sehingga proses elusi tidak akan terganggu (Gritter et
al., 1992).
6. Analisis Kemurnian
Uji kemurnian dilakukan dengan metode KLT dan uji titik leleh. Uji kemurnian
ditunjukkan dengan timbulnya satu noda dengan berbagai campuran eluen yang
kemudian kristal yang akan ditentukan titik lelehnya diletakkan pada lempeng
kaca, diambil sedikit dengan menggunakan pipet kapiler, alat dihidupkan dan titik
leleh diamati dengan bantuan kaca pembesar. Suhu pada saat kristal pertama kali
mulai meleleh sampai semua zat meleleh, itulah titik leleh dari senyawa tersebut.
serapan maksimumnya.
8. Spektroskopi Inframerah
murni dengan KBr dibentuk menjadi lempeng tipis atau pelet dengan bantuan alat
penekan berkekuatan 8-10 ton per satuan luas kemudian pelet tersebut diukur
puncak serapannya.
Sampel berupa kristal murni yang akan diidentifikasi dilarutkan ke dalam pelarut
radio (rf) di antara dua kutub magnet yang sangat kuat kemudian energi dari
Terdapat langkah utama yang tidak boleh terlupkan pada tahap uji antibakteri
yaitu sterilisasi alat dan media dengan menggunakan autoclave selama 15 menit.
Mempersiapkan bahan yang akan digunkan pada uji ini yaitu Nutrien Agar (NA).
reaksi, 5 mL media/ tabung reaksi sebanyak 3 tabung reaksi, serta tiga tabung
Senyawa hasil isolasi yang telah didapatkan dari tumbuhan turi (S. grandiflora)
metode difusi agar. Dibuat sebanyak tiga variasi konsentrasi yaitu 0,15 mg/disk;
38
0,10 mg/disk; 0,05 mg/disk. Kristal sebanyak 1,5 mg dilarutkan dalam 500 µL,
setelah itu diambil 50 µL; 33,3 µL; 16,7 µL untuk dimpreknasikan kedalam paper
Seluruh alat dan bahan yang telah disiapkan disterilisasi kemudian dimasukkan
petri dan ditunggu sampai kering, kemudian dimasukkan media agar 5 ml dengan
akuades serta bakteri 1 ose. Setelah itu, paper disk yang telah diimpreknasikan
larutan uji, kontrol positif, dan kontrol negatif dimasukkan kedalam cawan petri
kemudan ditutup dengan menggunakan plastic wrap dan dibalut kertas dan
A. Simpulan
6-metoksi-2-(2,3-dihidroksi-5-metoksifenil)-1-benzofuran-3-karbaldehid.
(Sesbania grandiflora).
2x 24 jam.
57
B. Saran
Dari penelitian yang telah dilakukan, terdapat saran untuk penelitian selanjutnya
yaitu;
mendapatkan zona bening yang baik serta dilakukan pada bakteri E. coli
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, S.A. 1986. Buku Materi Pokok Kimia Organik Bahan Alam.
Karunika Universitas Terbuka. Jakarta. Hlm. 39.
Agustrina G. 2011. Potensi Propolis Lebah Madu Apis Mellifera Spp Sebagai
Bahan Antibakteri. Departemen Biokimia Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hlm 1-2, 5-7.
Andiyani. 2012. Isolasi dan Uji Antioksidan Flavonoid Terprenilasi dari Daun
Erythrina crista-galli. (Skripsi). Universitas Airlangga. Surabaya.
Bakker, M., Bekker, R., and Brandt, E. 2006. Two Flavonoid Glycosides and a
miscellaneous flavan from the Bark of Guibourtia Coleosperma.
Phytochemistry 67: 818-823.
Carlina, C. R., and Grossi-de-Sá, M. F. 2002. Plant Toxic Protein with Insecticidal
Properties. A Review on Thare Potentialities as Bioinsecticides. Toxicon.
40(11). Hlm 1515-1539
Gritter, R.J., J.M. Bobbitt, dan A.E. Schwarting. 1991. Pengantar Kromatografi.
Alih Bahasa Kosasih Padmawinata. Institut Teknologi Bandung. Bandung.
Hlm 266.
Harmita dan Radji, M. 2008. Kepekaan Terhadap Antibiotik. Dalam: Buku Ajar
Analisis Hayati, Ed.3. EGC. Jakartar. Hlm 1-5.
Johnson, L.E. dan R. Stevenson. 1991. Dasar Kromatografi Cair. Alih bahasa
Kosasih Padmawinata. Institut Teknologi Bandung. Bandung. Hlm 365.
Lestari, Puji. 2011.Isolasi dan Identifikasi Komponen Kimia Ekstrak Etanol Buah
Merah (Pandanus conodeus Lam.). (Skripsi). UNS. Surakarta.
Linn, T.Z., S. Awale, Y. Tezuka, A.H. Banskota and S.K. Kalauni et al., 2005.
Cassane- and norcassane-type diterpenes from Caesalpinia crista of
Indonesia and their antimalarial activity against the growth of Plasmodium
falciparum. J. Nat. Prod. 68. Hlm 706-710.
Margono, S.A. dan R.N. Zendrato. 2006. Sintesis Diasetil Gamavuton-0 dengan
menggunakan Asetil Klorida sebagai Acylating agent. M. Far Indo. 17.
(1). Hlm 25-31.
61
Maulida, Ria dan Gauntarti, Any. 2015. Pengaruh Ukuran Partikel Beras Hitam
(Oriza sativa L.) terhadapa Rendemen Ekstrak dan Kandungan Total
Antosianin. Pharmaciana. 01. Hlm 9-16.
Mawaddah, R. 2008. Kajian Hasil Riset Potensi Antimikroba Alami dan Aplikasi
dalam Bahan Pangan di Pusat Informasi Teknologi Pertanian Fateta IPB.
Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Neto, M. M., Neto, M. A., Filho, R. B., Lima. M. A. S., and Silveira, E. R. 2008.
Flavanoids and Alkaloids from Leaves of Bauhinia ungulate L. Biochem.
Syst. Ecol., 36. Hlm 227-229.
Nurhidayat, Arif. 2015. Skrining Fitokimia, Uji Kromatografi Lapis Tipis, dan
Antioksidan Kandungan Metabolit Sekunder Ekstrak Metanol Daun, Kulit
Batang dan Biji Tanaman Alpukat(Persea americana Mill), Rambutan
(Nephelium lappaceum L), serta Turi (Sesbania grandiflora ). Laporan
Praktik Kerja Lapangan. Bandar Lampung.
Pertiwi. 2006. Nilai Peroksida dan Aktivitas Anti Radikal Bebas DPPH Ekstrak
Metanol Knema laurina. Puslit Biologi. Bogor.
Pettit. G.R., Numata. A.,Iwamoto. C., Usami. Y., Yamada. T., Ohishi. H. and
Cragg. G.M. 2006. Antineoplastic Agents. Isolation and Structures of
Bauhiniastatins 1-4 from Bauhinia purpurea. J. Nat. Prod.69:323-327.
Radwan., El-Sebakhy NA., Asaad AM., Toaima SM., and Kingston DG. 2004.
Kahiricosides II-V Cycloartane Glycosides from an Egyption Collection
of Astragalus Khiricus. Phytochemistry. 65: 2909-2913.
Ramesh, T., Mahesh, R., and Begum, V. H. 2007. Effect of Sasbania grandiflora
on Cigarette Smoke Exposed Rats. J Pharmacol Toxicol. 2. Hlm 559-566.
Ramesh, T., Sureka, C., Bhuvana, S., and Hazeena, B. V. 2010. Sesbania
grandiflora Diminishes Oxidative Stress and Ameliorates Antiocidant
Capacity in Lever and Kidney of Rats Exposed to Cigarette Smoke. J.
Phys. Pharm. 61. Hlm 467.
Rizqina, N. 2014. Uji Efektivitas Antibakteri Infusum Daun Jambu Biji ( Psidium
guajava L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Penyebab Karies
Sroptocococus mutans Secara Invitro (skripsi). Universitas Andalas.
Padang.
Roosita, K., Kusharto, C. M., Sekiyama, M., Fachrurozi, Y., and Ohtsuka, R.
2008. Medical Plants Used by the Villeagers of a Sundanese Comunity. J.
Ethnopharm. 115. Hlm 72-81.
Shareef, H., Rizwani, G. H., Zia-Ul-Haq, M., Ahmad, S., and Zahid, H. 2012.
Tocopherol and Phytosterol Profie of Sasbania grandiflora (Linn.) Seed
Oil. J Med. Plants Res. 6(18). Hlm 3478-3481.
Shulman, dkk. 2004.Dasar Biologis Dan Klinis Penyakit Infeksi edisi Keempat.
gadjah mada univesty press. Yogyakarta. Hlm 70-74.
Serti, J. A., Wieze, G., Woisky, R. G., and Carvalho, J. C. 2001. Antiulcer
Activity of the Etanol Extravt of Sasbania grandiflora. Brazilian J.
Pharm. Sci. 37. Hlm 107-111.
Staf Pengajar FKUI. 1993. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran, Edisi Revisi. UI
Press. Depok. Hlm: 192.
Tanaka, H., Hirata, M., Etoh, H., Sako, M., and Sato, M. 2004. Six New
Constituents from The Roots of Erythrina variegate. Chemistry and
Biodiversity. 1. Hlm 1101-1108.
Vitor, R. F., Mota-Filipe, H., Teixeira, G., Borges, C., Rodrigues, A. I., and Paulo,
A. 2004. Flavanoids of an Extract of Pterospartum tridentatum Showing
Endothelial Protection Against Oxidative Injury. J. Ethnopharm. 93. Hlm
363-370.
Watjen, W., Kulwalik, A., Suckow-Schnitker, A. K., Chovolou, Y., Rohrig, R.,
Ruhl, S., Kampakotter, A., Addae-Kyereme, J., Wright, C. W., and
Passreiter, C. M. 2007. Pterocarpans Phaseollin and Neurautenol Isolation
from Erythrina addisaniae Induce Apoptatic Cell Death Accompanied by
Inhibition of ERK Phosporilation. Toxicol. 242. Hlm 71-79.
Wagh, V. D., Wagh, K.V., Tandale, Y. N., and Salve, S. A. 2009. Phytochemical,
Pharmacological, and Phytopharmaceuitcs Aspects of Sasbania grandiflora
(Hadga) : A Riview. J. Pharm Res. 2 (5). Hlm 889-892.
Zhang., Shen JP., Zhu SH., Huang DK., Ding Y., and Zhang XL. 1999. Effect of
Astragalus on Experimental Liver Injury. Yao Xue Xue Bau 27: 725-736.