Sunteți pe pagina 1din 14

Vol.

……………………………………………
ISSN : 2580-6181 (Print), 2599-2481 (Online)
Available online at:
http://ejournal.upi.edu/index.php/tarbawy/index

PEMIKIRAN PENDIDIKAN IBNU SINA DAN


AKTUALISASINYA DALAM PENDIDIKAN ISLAM PADA
MASA SEKARANG Commented [r1]: Artikel ini tidak memperlihat prior research
atau penelitian sebelumnya..

Karena artikel ini tidak memperlihat prior research atau penelitian


sebelumnya. Jadi, tidak ditemukan distingsi dibandingkan dengan
karya karya sebelumnya..

Abstract. Ibn Sina's thoughts in the field of education are interesting to study considering Ibn Sina
is a Muslim scientist known in the medical field. This study aims to determine: (1) The concept of Commented [r2]: Memulai abstrak langsung disampaikan
education in the view of Ibn Sina, (2) Actualization of Ibn Sina's educational thought with Islamic bahwa penelitian ini fokus mengankat apa? Sampikan metode
analisis yang digunakan? Temuan yang diperoleh setelah penelitian
education at the present time. This research is a library research with documentation study data dan kesimpulan
collection methods and content analysis data analysis methods. The results of this study include: (1)
The main purpose of education in Ibn Sina's view is the achievement of perfect human beings through
moral guidance and the provision of competencies needed by the community. Ibnu Sina classifies the
curriculum based on the age level of students. There are several learning methods in the concept of Ibn
Sina's education, including the methods of talqin, demonstration, exemplary and habituation,
discussion, internships, assignments, rewards, and punishment. Educators in the view of Ibn Sina
must have noble character, have a strong personality, refined, and has a sincere heart as a role model
(2) The thought of Ibn Sina's education can be actualized in Islamic education with the aim of
having three models of educational institutions namely schools, madrasah and pesantren with the aim
of developing special competencies. In the aspect of curriculum that is developed, namely the integrative
curriculum in madrassas and with the development of Competency-Based Curriculum (KBK) in
Higher Education. The learning methods that are implemented experience innovation and creativity
that are tailored to the needs and psychological potential, interests, and talents of students. Educators
must be able to be role models so that they can provide convenience for students in implementing
knowledge.

Keywords: Ibn Sina's Thoughts of Education, Islamic Thoughts of Education, Actualization of


Ibn Sina's Educational Thought Commented [r3]: Menggunakan ; (titik koma bukan koma)

Abstrak. Pemikiran Ibnu Sina dalam bidang pendidikan menarik untuk dikaji mengingat Ibnu
Sina merupakan ilmuwan muslim yang dikenal dalam bidang kedokteran. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui: (1) Konsep pendidikan menurut pandangan Ibnu Sina, (2) Aktualisasi
pemikiran pendidikan Ibnu Sina dengan pendidikan Islam pada masa sekarang. Penelitian ini
merupakan penelitian kepustakaaan dengan metode pengumpulan data studi dokumentasi serta
metode analisis data analisis isi. Hasil penelitian ini antara lain: (1) Tujuan utama pendidikan
dalam pandangan Ibnu Sina adalah tercapainya insan kamil melalui pembinaan akhlak serta
pembekalan kompetensi yang dibutuhkan masyarakat. Ibnu Sina mengklasifikasikan kurikulum
berdasarkan jenjang usia peserta didik. Terdapat beberapa metode pembelajaran dalam konsep
pendidikan Ibnu Sina, dianaranya metode talqin, demonstrasi, keteladanan dan pembiasaan,
diskusi, magang, penugasan, tarhib, dan targhib. Pendidik dalam pandangan Ibnu Sina haruslah
memiliki akhlak yang mulia, memiliki kepribadian yang tangguh, bertutur kata yang baik, serta
Pemikiran Pendidikan Ibnu Sina dan Relevansinya di Masa Sekarang

memiliki hati yang tulus sebagai sosok panutan (2) Pemikiran pendidikan Ibnu Sina dapat
diaktualisasikan dalam pendidikan Islam pada tujuan dengan adanya tiga model lembaga
pendidikan yakni sekolah, madrasah dan pesantren dengan tujuan pengembangan kompensi yang
spesial. Pada aspek kurikulum yaitu dikembangan, yakni kurikulum integratif di madrasah serta
dengan adanya pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) di Perguruan Tinggi.
Metode pembelajaran yang diimplementasikan mengalami inovasi dan kreativitas yang disesuaikan
dengan kebutuhan serta potensi psikologi, minat dan bakat peserta didik. Pendidik harus mampu
menjadi teladan sehingga mampu memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam
mengimplementasikan ilmu.

Kata Kunci: Pemikiran Pendidikan Ibnu Sina, Pemikiran Pendidikan Islam, Aktualisasi
Pemikiran Pendidikan Ibnu Sina

PENDAHULUAN bidang pendidikan yang akan dibahas


pada tulisan ini adalah mengenai konsep
Salah satu ilmuwan muslim yang tujuan pendidikan, kurikulum
telah memberikan pengaruh bagi pendidikan, metode pembelajaran,
kemajuan ilmu pengetahuan adalah Ibnu konsep pendidik, dan relevansinya
Sina. Ibnu Sina merupakan salah satu dengan masa sekarang. Commented [r5]: Urgensi mengangkat judul belum terlihat
ilmuwan muslim yang memiliki keahlian Rumusan masalah dalam tulisan ini urgensinya. Ada baiknya supaya lebih greget maka (contoh)
diperlihatkan fenomena apa yang selama ini terjadi sehingga ada
multi bidang, diantaranya bidang agama, adalah bagaimana pemikiran filosofis upaya bahwa menghadirkan kembali pemikiran Ibnu Sina menjadi
filsafat, kedokteran, psikologi dan juga Ibnu Sina dalam pendidikan dan signifikan.

pendidikan. Pemikiran Ibnu Sina bukan aktualisasinya dengan pendidikan Islam


hanya memberikan pengaruh besar bagi pada masa sekarang. Dari rumusan
peradaban Islam, lebih dari itu pemikiran masalah ini dapat dipahami bahwa yang
dan karya-karya Ibnu Sina telah menjadi obyek material tulisan ini adalah
memberikan sumbangsih bagi pemikiran filosofis Ibnu Sina tentang
perkembangan ilmu pengetahuan di pendidikan, dengan menggunakan
dunia. filsafat pendidikan sebagai obyek
Sebagai salah satu bidang ilmu formalnya. Pada aspek metodologis,
pengetahuan, pendidikan tidak luput dari pada tulisan ini peneliti menggunakan
perhatian Ibnu Sina. Ia telah pendekatan deskriptif-analisis, yaitu
mengutarakan pemikiran-pemikirannya dengan mendeskripsikan pemikiran
tentang masalah pendidikan yang filosofis Ibnu Sina dalam bidang
dituangkan melalui karya-karyanya dan pendidikan, kemudian memberikan
melalui gagasannya. Salah satu pokok analisis terhadap relevansinya pada masa
pendidikannya adalah mengenai sekarang.
kurikulum tingkat pertama dalam
pendidikan Islam, bahwa ketika anak METODE PENELITIAN Commented [r6]: Dari metode penelitian yang ditulis Penulis
belum memperlihatkan penerapan dan kerja efektif dari teorinya
sudah siap secara fisik dan mental untuk
belajar, maka sebaiknya yang pertama Jenis penelitian ini adalah studi
diajarkan adalah al-Qur’an, selain itu juga kepustakaaan (documentary research),
diajarkan huruf adjad, dan juga diajarkan artinya penelitian dilakukan dengan cara
dasar-dasar agama melalui syair-syair menelaah sumber-sumber literatur, yang
pendek yang berisi tentang kebaikan (Al- tidak hanya terbatas pada buku atau
Abrasyi, 1994, hal. 13). jurnal, namun dapat juga diperoleh dari Commented [r4]: Bukan hal tetapi hlm.
Pada artikel ini penulis membahas majalah, koran, dan bahan dokumentasi
pemikiran filosofis Ibnu Sina dalam lainnya yang berasal dari perpustakaan
bidang pendidikan. Aspek-aspek dalam (Mahmud, 2010, hal. 31). Peneliti
Pemikiran Pendidikan Ibnu Sina dan Relevansinya di Masa Sekarang

mengumpulkan sumber-sumber baik dari telah menguasai beberapa ilmu


buku, jurnal, maupun sumber literatur pengetahuan meliputi sastra, fikih,
lainnya untuk kemudian dikaji guna matematika, dan filsafat. Ia bahkan
memperoleh data yang berkaitan dengan mempelajari ilmu kedokteran secara
pemikiran Ibnu Sina serta bukti-bukti otodidak. Ibnu Sina pada usia 18 tahun
aktualisasi pemikirannya di zaman telah menggeluti beberapa profesi,
sekarang. meliputi guru, filsuf, penyair, hingga
Metode pengumpulan data yang dokter. Kehebatannya sebagai seorang
dilakukan dalam penelitian ini ialah dokter banyak dikenal sehingga ia
dokumentasi, yakni suatu usaha yang diberikan kesempatan untuk mengobati
dilakukan untuk mencari, menyelidiki, Nuh Ibn Manshur, sultan Samanid di
menghimpun, mengabadikan, megusai, Bukhara. Setelah berhasil mengobati
memaknai, dan juga menyediakan Nuh Ibn Manshur, ia kemudian
dokumen (Shadily, 1984, hal. 849). diberikan kesempatan untuk mempelajari Commented [r7]: Tidak berupa teori tetapi penerapan apa yang
Adapun dalam tahapan analisis data, buku-buku yang ada di perpustakaan dilakukan oleh penulis terkait di langkah ini

peneliti menggunakan metode analisis sultan. Ibnu Sina dengan kecerdasannya


data (content analysis) guna memilih, dapat menghafal sebagian besar buku-
menyusun data yang berkaitan dengan buku di perpustakaan tersebut yang
pemikiran pendidikan Ibnu Sina dan kemudian ia jadikan modal awal untuk
aktualisasinya. Setelah itu peneliti membuat karya pertamanya yang
mengorganisasikan dengan cara berjudul Hadiyah al-Ra’is ila al-Amir
mengkategorikan data dengan (Hadiah Ibnu Sina kepada Amir) yang
kelompok-kelompok data tertentu berisi tentang psikologi (Nasution, 2002,
sehingga data penelitian menjadi hal. 67).
sistematis dan dapat dipahami oleh Keberhasilan Ibnu Sina tentunya
pembaca (Sugiono, 2008, hal. 335). tidak dapat dilepaskan dari peran seorang
guru, diantara guru-gurunya adalah Abu
HASIL PENELITIAN DAN ‘Abd Allah al-Natili dan Isma’il sang
PEMBAHASAN Zahid. Kecerdasan Ibnu Sina
membuatnya dapat menguasai ilmu-ilmu
A. Profil Ibnu Sina yang diberikan oleh guru-gurunya
Ibnu Sina atau juga dikenal dengan bahkan sampai melebihi gurunya sendiri.
Avicenna memiliki nama lengkap Abu Ali Meskipun Ibnu Sina tidak secara
Al-Husain bin Abdillah bin Sina. Ibnu langsung belajar kepada Al-Farabi, tetapi
Sina dilahirkan pada bulan Safar 370 H ia merasa memiliki utang budi karena
atau 980 M di desa Afsyanah di Bukhara dengan ulasan Al-Farabi telah banyak
(Ali, 1991, hal. 58). Ibnu sina membantu Ibnu Sina dalam memahami
mempunyai nama pendek Abu Ali, ia metafisika Aristoteles (Zar, 2007, hal.
juga mendapat gelar Asy-Syaikh Ar-Rais, 92–93). Pada akhir hayatnya ia
yang menunjukkan bahwa ia memiliki mengabdikan diri sebagai seorang guru
kedudukan yang tinggi dalam hal dan dokter di Ishfahan. Ibnu Sina
intelektual (Supriyadi, 2009, hal. 124). menginggal pada tahun 428 H/ 1037 M
Ibnu Sina adalah sosok yang di Hamadzan karena sakit yang
memiliki kecerdasan yang luar biasa. Ia dideritanya (Ali, 1991, hal. 60).
telah hafal al-Qur’an sejak usia 10 tahun, Ibnu Sina disamping sebagai
ia juga hafal sastra-sastra Arab, kitab seorang guru, filsuf, dan dokter, juga
metafisika karya Aristoteles sekaligus dikenal sebagai penulis yang produktif.
ulasan Al-Farabi meskipun belum dapat Semasa hidupnya ia telah menghasilkan
memahaminya. Pada usia 16 tahun ia 267 karya. Beberapa karya Ibnu Sina
yang sangat terkenal adalah: 1) Al-Syifa’ pendidikan juga diarahkan agar manusia
(penyembuh), sebuah karya ensiklopedi dapat melaksanakan fungsi khalifah di
yang terdiri dari 18 jilid yang membahas masyarakat dengan baik.
tentang matematika, fisika, dan Adapun secara khusus, Ibnu Sina
metafisika, 2) Al-Najah (penyelamat), telah mengklasifikasikan tujuan-tujuan
karya ini merupakan ringkasan dari As- pendidikan ditinjau dari aspek jasmani,
Syifa’, 3) Al-Qanun fi al-Thibb, sebuah budi pekerti, dan keterampilan. Tujuan
karya ensiklopedi yang membahas pendidikan aspek budi pekerti diarahkan
tentang kedokteran. Karya ini menjadi untuk terbentuknya peserta didik yang
buku pedoman pada universitas- memiliki akhlak yang baik yang dapat
univesitas di Barat sampai abad XVII, 4) diterapkan kehidupan sehari-hari. Di sini
Al-Isyarah wa al-Tanbihah (isyarat dan perasaan peserta didik juga
peringatan), sebuah karya yang dikembangkan melalui pendidikan seni.
membahas tentang logika dan hikmah Tujuan pendidikan aspek jasmani adalah
(Nasution, 2002, hal. 68–69). Adapun mencapai kebahagiaan peserta didik
karya lain dalam bentuk essay melalui kegiatan jasmani dan pembinaan
diantaranya Hayy ibn Yaqzhan, Tahshil As- fisik, seperti olahraga, makan, minum,
Sa’adah, Risalah Ath-Thair, Risalah fi Al- tidur, dan menjaaga kebersihan agar fisik
‘Isyq, dan Risalah fii Sirr Al-Qadar. Masih dan kecerdasan otak peserta didik dapat
banyak lagi karya-karya lain yang telah tumbuh dan berkembang secara optimal.
ditulis oleh Ibnu Sina (Supriyadi, 2009, Tujuan pendidikan aspek keterampilan
hal. 126). diarahkan untuk mencapai peserta didik
B. Pemikiran Pendidikan Ibnu Sina yang terampil dan memiliki keahlian
Paling tidak ada empat poin dalam bidang tertentu agar dapat
pemikiran filosofis Ibnu Sina dalam melaksanakan pekerjaan secara
bidang pendidikan yang akan dibahas professional dengan keahlian yang
dalam tulisan ini, yaitu: dimiliki. Bidang-bidang keahlian tersebut
Pertama, konsep tujuan pendidikan. meliputi penyablonan, perkayuan, dan
Ibnu Sina menjelaskan bahwa tujuan sebagainya (Kurniawan & Mahrus, 2011,
pendidikan mempunyai fungsi normatif, hal. 77–78).
yaitu tujuan sebagai penentu haluan Menurut Ibnu Sina, tujuan utama
proses pendidikan, tujuan sebagai dari pendidiknan pada umumnya adalah
pemberi stimulan terhadap proses pendidikan budi pekerti karena
pendidikan, dan tujuan sebagai nilai dan disamping membentuk kepribadian,
akan menjadi awal untuk memulai proses pendidikan juga diarahkan untuk
pendidikan (Iqbal, 2015, hal. 6). Tujuan terbentuknya peserta didik yang berbudi
pendidikan menurut Ibnu sina perlu pekerti. Maka wajar jika banyak orang
diarahkan pada pengembangan fisik, yang mengatakan bahwa tujian
intelektual, dan budi pekerti sehingga pendidikan adalah untuk mencapai nilai-
peserta didik dapat berkembang dengan nilai luhur (Al-Abrasyi, 1994, hal. 30).
sempurna. Ibnu Sina juga mengatakan Maka dengan memperhatikan tujuan
bahwa tujuan pendidikan juga perlu pendidikan yang dikemukakan Ibnu Sina
disesuaikan dengan bakat, yang digolongkan kedalam beberapa
kecenderungan dan potensi peserta didik aspek dapat dimaknai bahwa Ibnu Sina
agar dapat hidup di masyarakat dengan sangat memperhatikan pengembangan
keahlian yang dimilikinya. Dari potensi peserta didik secara seimbang,
penjelasan di atas, secara umum tujuan tidak hanya aspek pengetahuan dan
pendidikan menurut Ibnu Sina adalah keterampilan, namun juga aspek budi
tercapainya insan kamil, selain itu tujuan pekerti dan aspek jasmaniah. Tidak
Pemikiran Pendidikan Ibnu Sina dan Relevansinya di Masa Sekarang

hanya itu, Ibnu Sina juga memposisikan dan intelektual peserta didik secara
pengembangan budi pekerti dan akhlak secara seimbang berdasarkan tahap
peserta didik sebagai suatu hal yang perkembangan usianya, (3) Bersifat
sangat penting sebagai dasar pragmatis fungsional, dimana kurikulum
pengembangan pengetahuan dan diarahkan untuk dapat mengembangkan
keterampilan. potensi peserta didik sehingga
Kedua, konsep kurikulum pendidikan. menghasilkan lulusan yang dapat
Ibnu Sina mengklasifikasikan kurikulum memenuhi kebutuhan masyarakat atau
berdasarkan jenjang usia peserta didik, pasar dengan bidang keahlian yang
yaitu: (1) Usia 3-5 tahun, pada jenjang dimilikinya, (4) Konsep kurikulum
usia ini mata pelajaran yang diberikan berlandaskan pada al-Qur’an dan Sunnah
adalah olahraga, budi pekerti,kebersihan, sehingga peserta didik memiliki iman,
seni suara, dan kesenian, (2) Usia 6-14 ilmu, dan amal secara terpadu, serta (5)
tahun, pada jenjang usia ini Berbasis akhlak, kurikulum yang disusun
kurikulumnya mencakup pelajaran sangat memperhatikan pendidikan
membaca dan menghafal al-Qur’an, akhlak (Iqbal, 2015, hal. 10–11).
agama, syair, dan olahraga, (3) Usia 14 Melihat ciri-ciri kurikulum yang
tahun ke atas, pada jenjang usia ini mata dikemukakan oleh Ibnu Sina jelas bahwa
pelajaran yang diberikan cukup banyak kurikulum Ibnu Sina masih relevan
dan perlu dipilih sesuai dengan minat dengan kebutuhan zaman sekarang
dan bakat peserta didik (Kurniawan & dimana kurikulum Ibnu Sina sudah
Mahrus, 2011, hal. 81–82). mengarahkan agar peserta didik dapat
Jika diamati, pemikiran pendidikan menguasai keahlian-keahlian yang
Ibnu Sina dapat digolongkan ke dalam dibutuhkan oleh masyarakat atau pasar.
pemikiran bercorak integratif karena Ketiga, konsep metode pembelajaran.
berusaha mengintegrasikan nilai-nilai Metode pembelajaran memiliki peran
idealistis dengan pandangan pragmatis. penting dalam mencaai tujuan
Materi-materi yang dipelajari anak di pembelajaran. Metode pembelajaran
sekolah dipadukan dengan bidang ilmu dapat dimaknai sebagai sekumpulan cara,
yang diminati peserta didik (Dea Tara teknik untuk mencapai suatu kompetensi
Ningtyas, 2017, hal. 41–42). Ibnu Sina atau tujuan yang telah dirumuskan dalam
juga mengklasifikasikan mata pelajaran pembelajaran (Maragustam, 2016, hal.
menjadi dua, yaitu mata pelajaran yang 223). Ibnu Sina memandang bahwa
masuk dalam ilmu teoritis dan mata penggunaan metode pembelajaran harus
pelajaran yang masuk dalam ilmu praktis. disesuaikan dengan karakteristik materi
Ilmu teoritis meliputi ilmu tabi’i, ilmu pembelajaran agar tidak kehilangan daya
matematika, ilmu ketuhanan. Sedangkan relevansinya (Kurniawan & Mahrus,
ilmu praktis meliputi: ilmu akhlak, ilmu 2011, hal. 81–82).
berumah tangga, dan ilmu politik. Ada beberapa metode pendidikan
Dari penjelasan di atas, konsep yang ditawarkan oleh Ibnu Sina.
kurikulum Ibnu Sina memiliki ciri-ciri Abuddin Nata mengatakan ada tujuh
sebagai berikut: (1) Penyusunan metode pendidikan yang ditawarkan oleh
kurikulum yang dilakukan Ibnu Sina Ibnu Sina, yaitu: (1) Talqin, metode ini
sangat memperhatikan psikologi peserta digunakan dalam pelajaran membaca al-
didik, dimana kurikulum yang Qur’an dengan cara memperdengarkan
disusunnya didasarkan pada tahap bacaan al-Qur’an kepada peserta didik
perkembangan peserta didik, (2) Konsep secara bertahap, (2) Demonstrasi,
kurikulum Ibnu Sina berusaha metode ini digunakan dalam pelajaran
mengembangkan aspek jasmani, akhlak menulis. Ketika guru menggunakan
metode ini terlebih dahulu guru akan lebih berdampak positif karena rasa
mencontohkan tulisan huruf di hadapan salah, penyesalan, dan perasaan berdosa
peserta didik dan kemudian peserta didik peserta didik dapat dihapus dengan
mencontohnya, (3) Keteladanan dan pujian dari seorang guru daripada
pembiasaan, metode ini digunakan pemberian hukuman (Dea Tara
dalam pembelajaran akhlak. Metode ini Ningtyas, 2017, hal. 46).
berangkat dari pandangan bahwa anak Metode-metode di atas tentunya
secara thabi’iyah memiliki kecenderungan tidak digunakan secara terpisah sama
untuk meniru sesuatu yang dilihat, sekali, akan tetapi perlu dikombinasikan
dirasakan, dan didengarnya, (4) Diskusi, dengan metode yang lain. Misalnya
metode ini dilakukan dengan cara guru penggunaan metode ceramah, bukan
memaparkan suatu masalah dalam suatu berarti dalam suatu pembelajaran hanya
pelajaran untuk dipecahkan bersama oleh menggunakan metode ceramah saja,
peserta didik. Metode ini digunakan namun perlu dikombinasikan dengan
untuk mengajarkan pengetahuan yang metode yang lain seperti keteladanan,
bersifat teoritis-rasional, (5) Magang, diskusi, dan lain-lain. Selain itu, metode
metode ini digunakan agar peserta didik yang yang dipaparkan di atas juga dapat
dapat menggabungkan teori dan praktik, menambah wawasan guru terkait dengan
dimana peserta didik diminta untuk metode sehingga metode yang digunakan
mempraktikkan teori yang telah dalam pembelajaran tidak monoton dan
didapatkannya. Metode ini akan tidak membuat peserta didik merasa
membuat peserta didik mahir dalam bosan.
bidang ilmu yang digelutinya, (6) Dari penjelasan di atas, ada
Penugasan, metode ini dilakukan dengan beberapa hal yang perlu diperhatikan
cara guru menyiapkan dan memberikan dalam pemilihan metode, yaitu: 1)
modul kepada peserta didik untuk Kesesuaian metode dengan karakteristik
dipelajari, (7) targhib dan tarhib, metode materi, 2) Psikologi, minat, dan bakat
ini dalam pendidikan modern dikenal peserta didik, 3) Metode yang digunakan
dengan istilah reward (penghargaan) dan tidak boleh kaku, dapat berubah sesuai
punishment (hukuman) (Iqbal, 2015, hal. situasi dan kondisi, dan 4) Metode sangat
11–13) menentukan keberhasilan pembelajaran
Mengenai hukuman, Ibnu Sina (Iqbal, 2015, hal. 11–13).
memberikan rambu-rambu dalam Beberapa pertimbangan dalam
memberikan hukuman kepada peserta pemilihan metode di atas mengharuskan
didik, yakni: (1) hukuman yang diberikan guru untuk memahami karakteristik
dengan cara halus dan penuh kasih materi, keadaan peserta didik, dan
sayang, (2) hukuman hendaknya melaksanakan pembelajaran yang luwes
diselang-seling yakni sesekali ringan dan sehingga metode yang digunkan dapat
sesekali agak berat, dan (3) apabila mendukung tercapainya tujuan
melakukan hukuman fisik hendaknya pembelajaran. Ibarat seorang dokter
tidak mengenai bagian-bagian tertentu, apabila tidak memberikan penanganan
seperti kepala, muka, telinga, dan kaki yang tepat terhadap suatu penyakit maka
agar tidak menimbulkan cidera fatal (Al- akan berakibat fatal pada pasien.
Abrasyi, 1994, hal. 35 dan 41). Meskipun Begitulah gambaran bahwa metode
Ibnu Sina telah memberikan penjelasan memiliki peran vital dalam mencapai
mengenai metode punishment (hukuman), tujuan suatu pembelajaran.
namun Ibnu Sina lebih mengutamakan Keempat, konsep pendidik. Guru
pada pemberian dorongan dan pujian dalam pandangan Ibnu Sina haruslah
kepada peserta didik yang menurutnya dapat menjadi teladan bagi peserta
Pemikiran Pendidikan Ibnu Sina dan Relevansinya di Masa Sekarang

didiknya karena peserta didik biasanya serta bertanggung jawab” (Republik


meniru berbagai hal dari gurunya, Indonesia, 2003, hal. 4).
misalnya perkataan, perbuatan, dan gaya Untuk mewujudkan manusia
hidupnya. Menurut Ibnu Sina sifat-siat Indonesia yang sesuai dengan tujuan
yang harus dimiliki seorang guru, yaitu Pendidikan Nasional maka undang-
memiliki akal yang sehat, kuat agamanya, undang mengatur kurikulum inti yang
memiliki akhlak yang mulia, memahami wajib dikembangkan pada setiap jenjang
tentang peserta didik, berwibawa, pendidikan dasar dan menengah yakni
memiliki kepribadian yang tangguh, dengan pengadaan mata pelajaran: (1)
berwawasan luas, bertutur kata yang Pendidikan Agama, (2) Pendidikan
baik, cerdik, terpelajar, berpenampilan Kewarganegaranaan, (3) Bahasa, (4)
baik dan menarik, memiliki hati yang Matematika, (5) Ilmu Pengetahuan Alam,
tulus (Al-Abrasyi, 1994, hal. 22–23). (6) Ilmu Pengetahuan Sosial, (8) Seni dan
Melihat sifat-sifat guru di atas, Budaya, (9) Pendidikan Jasmani dan
nampak jelas bahwa guru yang ideal Olahraga, (10) Keterampilan/Kejuruan,
dalam pandangan Ibnu Sina tidak cukup serta (11) Muatan Lokal. Adapun
hanya memiliki ilmu dan wawasan yang kurikulum wajib pada Perguruan Tinggi
luas, tetapi juga harus memiliki akhlak yakni: (1) Pendidikan Agama, (2)
yang baik dan hati yang tulus. Pendidikan Kewargamegaraan, serta (3)
C. Aktualisasi Pemikiran Bahasa (Republik Indonesia, 2003, hal.
Pendidikan Ibnu Sina dengan 10–11).
Pendidikan Islam pada di Setiap muslim memiliki kewajiban
Indonesia untuk mempelajari ilmu agama Islam,
Berdasarkan hasil pemaparan di atas, dimulai dari lingkungan terkecil yakni
dapat diketahui bahwa pemikiran Ibnu keluarga (melalui pendidikan infomal),
Sina memiliki relevansi dengan kemudian lingkungan masyarakat melalui
pelaksanaan pendidikan Islam di pengajian maupun majlis ta’lim yang ada
Indonesia pada masa sekarang. Adapun di masyarakat (pendidikan non formal),
aktualisasi pemikiran Ibnu Sina dapat maupun sekolah (pendidikan formal)
dikaji dari segi tujuan pendidikan, sebagai bekal kehidupan dunia dan
kurikulum, metode pembelajaran, dan akhirat. Dengan adanya amanah nasional
pendidik sebagaimana di bawah ini. berupa kewajiban menyelenggarakan
1. Tujuan Pendidikan pendidikan agama sejak jenjang
Tujuan pendidikan menurut Ibnu pendidikan dasar hingga perguruan tinggi,
Sina perlu memperhatikan dan maka pemerintah telah mengupayakan
mendorong berkembangnya fisik, pendidikan nilai-nilai Islam dan
intelektual, dan budi pekerti peserta didik pembinaan akhlak yang
secara sempurna atau dengan kata lain berkesinambungan. Hal tersebut
terwujudnya insan kamil. Gagasan Ibnu merupakan aktualisasi pemikiran Ibnu
Sina tersebut diaktuliasiskan melalui Sina dimana pendidikan yang
rumusan tujuan pendidikan nasional diselenggarakan mengembangkan budi
terdapat pada pasal 3 UU Sisdiknas yang pekerti setiap peserta didik.
berbunyi: “Berkembangnya potensi Di Indonesia berkembang dua corak
peserta didik agar menjadi manusia yang pendidikan, yakni pendidikan umum
beriman dan bertakwa kepada Tuhan (yang pengelolaaanya di bawah
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, Kementrian Pendidikan), misalnya SD,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan SMP, dan SMA serta lembaga
menjadi warga negara yang demokratis pendidikan keagamaan Islam yang
pengelolaaanya berada di bawah
Kementian Agama, misalnya Pondok dan Kesahatan, serta masih banyak lagi
Pesantren, Madrasah Ibtidaiyah, mata pelajaran lainnya. Adapun
Madrasah Tsanawiyah, dan juga pendidikan Islam tetap dipelajari oleh
Madrasah Aliyah. Kurikulum 2013 muslim serta memiliki kedudukan yang
merupakan kurikulum yang diberlakukan sama dengan mata pelajaran yang lainnya
secara Nasional saat ini memiliki yakni sebagai mata pelajaran Pendidikan
beberapa ciri khas. Pemberlakuan Agama Islam. Keilmuan umum
kurikulum 2013 mengarahkan pada mendominasi kurikulum yang ada di
pembentukan manusia yang integral, sekolah, jika dibandingkan dengan
yakni mencapai keseimbangan madrasah dan pesantren (Amin, 2015,
pertumbuhan kepribadian peserta didik hal. 217).
secara menyeluruh dan seimbang melalui Lain halnya dengan model
berbagai latihan atau program yang dapat pendidikan pesantren sebagai salah satu
mengembangkan potensi jiwa, akal lembaga pendidikan Islam tertua di
pikiran, rasionalitas diri, serta Indonesia. Pengajaran di pesantren
mempertajam perasaan dan indra menjadikan ajaran Islam sebagai nilai
(Sulaeman, 2015, hal. 71). utama yang dijunjung tinggi. Adapaun
Secara operasional Kurikulumm mata pelajaran yang dipelajari di
2013 mengkategorikan perkembangan pesantren biasanya diajarkan oleh kyai
peserta didik pada empat kompetensi atau ustadz secara sorogan, bandongan,
yakni Kompetensi Inti Sikap Spiritual atau halaqah dan wetonan yang
(KI-1), Kompetensi Inti Sikap Sosial mengajarka kitab-kitab berisikan ilmu-
(KI-2), Kompetensi Inti Pengetahuan ilmu agama seperti Fiqih, Bahasa Arab,
(KI-3), serta Kompetensi Inti Akhlak, Tasauf, Tafsir, Al-Hadits, dan
Keterampilan (KI-4). Melalui kurikulum ilmu agama lainnya. Meskipun pada
2013 kiranya hal tersebut mampu perkembangannya model pesantren
mempersiapkan peserta didik yang tradisional sudah mengalami akulturasi
memiliki kemampuan hidup sebagai dengan budaya modern, namun
prbadi maupun sebagai warga negara pesantren mampu tetap berpegang teguh
yang beriman, produktif, kreatif invatif pada tradisinya yaitu mengorientasikan
dan afektif serta mampu memberikan para peserta didik atau santri agar dapat
kontibusi bagi kehidupan bermsayarakat, menjadi pribadi yang dapat memahami,
berbangsa, bernegara demi tercapainya menghayati, dan mengamalkan ajaran
peradaban di dunia (Kementerian Islam secara baik sehingga mampu
Pendidikan dan Kebudayaan Republik menjadi orang alim dan shalih (Syafe’i,
Indonesia, 2018, hal. 3 dan 6). 2017, hal. 88–89).
Berikutnya, gagasan Ibnu Sina Adapaun madrasah merupakan
terkait tujuan pendidikan ialah lembaga pendidikan yang memadukan
pendidikan perlu disesuaikan dengan kedua lembaga tersebut. sebagai lembaga
bakat, kecenderungan dan potensi pendidikan formal yang manajemennya
peserta didik agar dapat hidup di diatur di bawah Kementrian Agama,
masyarakat dengan keahlian yang model pendidikan ini berupaya
dimilikinya. Pada praktiknya secara memadukan dua corak kurikulum di
umum terdapat tiga model pendidikan mana lembaga tersebut berupaya untuk
yang ada di Indonesia, yakni sekolah menyempurnakan sistem pendidikan
yaitu lembaga pendidikan formal yang kepesantrenan dan juga mengadaptasi
didalamnya mempelajari ilmu-ilmu sistem pendidikan dari barat.
umum seperti Biologi, Matematika, Didalamnya memadukan kutikulum dan
Sosiologi, Ekonomi, Pendidikan Jasmani muatan mata pelajaran ciri khas
Pemikiran Pendidikan Ibnu Sina dan Relevansinya di Masa Sekarang

pesantren, yakni ilmu-ilmu agama namun ada di Indonesia dengan mewujudkan


juga mempelajari ilmu-ilmu umunm, kesatupaduan anatara perlembangan
dengan berupaya menjadikannnya rohani, intelektual dan jasmani secara
seimbang antar keduanya (Haningsih, seimbang dan menyeluruh.
2008, hal. 32). 2. Kurikulum
Dengan adanya spesialisasi, corak Model kurikulum yang dikembangan
dan kekhususan dari ketiga lembaga madrasah di Indonesia yakni kurikulum
tersebut berupaya untuk memberikan integratif. Kurikulum integratif
kesempatan untuk para peserta didik merupakan model kurikukum yang
mengembangkan diri sesuai minat dan berupaya untuk mencetak generasi Islam
potensinya agar berguna dan terampil di yang tidak hanya memiliki kecerdasan
bidang tertentu. Dengan menjalani otak (head), namun memiliki juga
pendidikan di lembaga pendidikan kecerdasan lainnya seperti kecerdasan
pesantren hal tersebut mempersiapkan emosi (heart), kecerdasan keterapilan dan
peserta didik menjadi ulama atau kretaifitas (hand), serta kecerdasan
memiliki keterampilan di bidang ilmu spiritual (honest). Kurikulum model ini
agama dan memberikan bekal untuk jika diimplementasikan secara optimal
melanjutakan pendidikan di jurusan yang maka akan melahirkan berbagai
berkaitan ilmu agama pada jenjang kecerdasan serta keterampilan bagi para
pendidikan yang lebih tinggi. Adapun siswa dan alumninya. Adapun skema
setelah menyelesaikan pendidikan di model kurikulum unggul yang
jenjang SMP atau MTs, peserta didik ditawarkan dalam kurikulum madrasah di
sudah mulai dapat memilih keterampilan Indonesia sebagai berikut (Nasir, 2015,
atau keahlian apa yang akan diperdalam hal. 162):
agar memiliki kemandirian, kompetensi,
serta siap memasuki lapangan pekerjaan.
Melalui SMK atau MAK dengan Manajemen, Tenaga Pendidik, Tenaga
Kependidikan, Media/ Sumber dan Dana
keterampilan di bidang primer (seperti
pertanian, kelautan, dan lain sebagainya),
sektor sekunder (seperti di bidang
perusahaan ransportasi, perusahaan
makanan), juga sektor tersier atau jasa (1) PAI
langsung (sepeti transportasi, bank, (2) PKN
perhotelan). Sebagai contoh banyak (3) IPA
SMK atau MAK yang membuka jurusan (1) Alquran (4) IPS
akutansi, TKJ, analis kimia, tata boga, (2) Hadits IQ (5) Matematika
dan lain sebagainya (Hamid & Sudira, (3) Akidah EQ (6) SBK
2013, hal. 143). (4) Akhlak SQ (7) Penjaskes
Setelah menempuh pendidikan di (5) Tarikh CQ (8) Muatan Lokal
jenjang menengah atas (baik di (6) Fiqih (9) Bahasa
penddikan formal maupun non formal), Indonesia
peserta didik bisa melanjutkan dan (10) Bahasa Arab
memilih jurusan yang ada di perguruan (11) Bahasa
Inggris
tinggi baik bersifat vokasi, non vokasi,
maupun profesi sesuai dengan minat dan
juga dan bakat yang dimiliki. Kiranya
hal-hal diatas merupakan relevansi Lingkungan (Environment)
pemikiran Ibnu Sina dalam konteks Penciptaan Lingkungan Keislaman
tujuan pendidikan dengan kondisi yang
dikuasai, serta pemahaman tata cara
Selain itu, sebagai contoh di MTs Al berkehidupan dan bermasyarakat sesuai
Inayah Kota Bandung terdapat dengan jurusan yang dipilih.(Febriyanti,
kurikulum yang disusun guna 2019, hal. 304).
menumbuhkan dan membina aklak Pembelajaran Abad 21 berupaya
mulia (akhlak al-karimah) peserta didik menghasilkan peserta didik yang mampu
melalui program pembiasaan memenuhi kebutuhan masyarakat sesuai
mengucapkan salam kepada guru ketika dengan tantangan zaman. Maka dari itu
bertemu, pembacaan asmaul husna, shalat landasan pengembangan kurikulum yang
dhuha berjama’ah, tausiyah dhuha, ada di sekolah serta perguruan tinggi
tadarus al-Quran, serta adanya diarahkan pada pengembangan
ekstrakurikuler kesenian Islami dan kompetensi empat C (4C) yakni: 1)
keagamaan (Manan, 2017, hal. 49). Critical thinking and problem solving skill
Kurikulum tersebut merupakan wujud (kemampuan berpikir kritis dan
aktualisasi pemikikiran Ibnu Sina dengan pemecahan masalah, 2) Comunication skill
berupaya memakmurkan nilai-nilai (kemampuan berkomunikasi), 3)
alquran-dan as-sunah guna membangun Collaboration skill (kemampuan
akhlak mulia pada setiap diri peserta berkolaborasi), serta 4) creativity and
didik melalui kegiatan dan program Inovation skill (kemampuan kreativitas
pembelajaran yang ada di lingkungan dan inovasi) (National Education
sekolah. Association, 2012, hal. 1).
Aktualiasai pemikiran Ibnu Sina Pengembangan kurikulum
pada dimensi kurikulum juga dapat berorientasi pada kompetensi atau
terlihat pada Perguruan Tinggi yang keahlian abad 21 ini menghantarkan
mulai melakukan pengembangan pada tujuan pendidikan Nasional Abad
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). XII, yaitu: “Mewujudkan cita-cita bangsa,
Kurikulum Berbasis Kompetensi yaitu masyarakat bangsa Indonesia yang
diartikan sebagai kurikulum yang disusun sejahtera dan bahagia, dengan
dengan menghimpun dan menyusun kedudukan yang terhormat dan setara
berbagai elemen kompetensi yang dengan bangsa lain dalam dunia global,
mampu menghantarkan peserta didik melalui pembentukan masyarakat yang
mencapai kompetensi utama, kompetnsi terdiri dari sumber daya manusia yang
pendukung serta kompetensi lainnya. berkualitas, yaitu pribadi yang mandiri,
Dalam penyusunan kurikulum dilakukan berkemauan dan berkemampuan untuk
identifikasi terhadap profil lulusan, mewujudkan cita-cita bangsanya”.
maksudnya profesi atau keahlian yang Kesejahteraan yang dimaksud dalam
seperti apa yang perlu dimiliki uleh konteks ini mencakup kesejahteraan
lulusan setelah menyelesaikan pendidikan spiritual yakni kebahagiaan dalam
tersebut. Dengan berpanduan pada profil kehidupan. Adapun kesejahteraan fisik
lulusan serta rumusan kompetensi maka dimaknai sebagai hidup yang
berulah mata kuliah dibuat sesui berkecukupan. Idealisme pendidikan
kebutuhan berdasarkan elemen yang dimiliki Indonesia akan
kompetensinya. Mata kuliah setidaknya menghantarkan peserta didiknya menjadi
perlu mengandung elemen landasan manusia yang berdaya cipta, mandiri, dan
kepribadian, penguasaan ilmu dan kritis. (Badan Standar Nasional
keterampilan, kemampuan berkarya, Pendidikan, 2010, hal. 39).
sikap serta perilaku dalam berkarya Implikasi dari paradigma pedagogik
berdasarkan tingkat keahlian yang sesuai tersebut terhadap Kurikulum 2013 yakni:
dengan ilmu dan keterampilan yang (1) peserta didik diarahkan untuk
Pemikiran Pendidikan Ibnu Sina dan Relevansinya di Masa Sekarang

berperan aktif dalam menyelidiki dan kelompok kecil dan setiap kelompok
berpikir kritis sehingga tidak terhenti dibekali ringkasan sub materi yang
pada penggalian informasi faktual semata, berbeda antara satu kelompok dengan
(2) pembelajaran berpusat pada peserta kelompok yang lainnya. Pendidik
didik (student center) tidak lagi berpusat membuat permainan dengan cara
pad pendidik (studen center), (3) menjadikan sub materi sebagai barang
menggunkan multimedia dalam proses yang diperjual belikan. Setiap kelompok
pembelajaran, (4) pembelajaran bersifat diberikan kesempatan untuk bertransaksi
kooperatif, interaktif, dan berlangsung dengan peran penjual memyiapkan diri
dua arah (antara pendidik dan peserta menjual barangnya (informasi materi
didik), (5) pembelajaran menggunakan ajar) dengan cara menjawab pertanyaan
perspektif multidisiplin, (6) pembelajaran dari kelompok lain, adapun pembeli
berbasis tim guna membangun melakukan pembelian dengan cara
lingkungan jejaring, dan (7) terjadi dialog bertanya. Namun sebelum kegiatan
dan pertukaran pengetahun antara tersebut berlangsung, pendidik
pendidik dengan peserta didik memberikan pembekalan materi dengan
(Boeriswati, 2019, hal. 2). melibatkan media pembelajaran
Kurikulum yang dikembangakn oleh projector, laptop, video bahan ajar, dan
lembaga pendidikan di Indonesia sejauh menyiapkan media pembelajaran
ini merupakan wujud aktualisasi pendukung lainnya. Adapaun metode
pemikiran pendidikan yang ditawarkan Expert Group, dan Group Investigation pada
Ibnu Sina dimana dalam proses dasarnya memiliki kemiripan dalam segi
penyusunannya mengembangkan aspek pembagian kelompok serta memberikan
jasmani, akhlak dan intelektual peserta kesempatan kepada peserta didik untuk
didik secara secara seimbang berdasarkan menggali materi dan mendiskusikannya
tahap perkembangan usianya dan juga dengan teman satu timnya. Metode
berdasarkan kebutuhan di zaman pembelajaran tersebut memiliki esensi
sekarang metode yang digagas oleh ibnu sina yakni
3. Metode Pembelajaran diskusi dan penugasan dengan
Metode pembelajaran yang memusatak kegiatan pembelajaran pada
ditawarkan oleh Ibnu Sina mengalami peserta didik (Ma’rifataini, 2018, hal.
inovasi dan perkembangan sesuai dengan 117).
kondisi dan situasi yang terjadi hari ini. Selain itu, pembelajaran yang
Hal tersebut dapat dilihat dari terdapat di Pondok Pesantren Al-
implementasi pembelajaran Pendidikan Barokah Simalungun juga menerapkan
Agama Islam di Sekolah Menengah Atas metode pendidikan Islam sebagaiamana
11 Bandung. Dalam penenelitian yang digagas oleh Ibnu Sina. Hal
tersebut Ma’rifataini melakukan tersebut dapat terlihat dari adanya tutor
eksperimen dengan sebaya dalam menyampaikan
mengimplementasikan metode yang pembelajaran Al-Quran yang dilakukan
sebelumnya pernah diterapkan di Oxford oleh pesertaa didik yang memiliki
Inggris. Peneliti sedikitnya melakukan kemampuan lebih baik untuk
implementasi tiga metode Market Place membimbing dan mengajarkan teman-
Activities, Expert Group, dan Group temannya yang beluk menguasai
Investigation pada pembelajaran pembelajaran. Metode tersebut disebut
Pendidikan Agama Islam. Metode juga metode talqin, sebgaimana yang
Market Place Activities berisikan kegiatan ditawarkan Ibnu sina Selain itu, ada juga
pembelajaran dengan cara membagi metode demonstrasi dimana pendidik
peserta didik menjadi beberapa memberikan contoh seperti praktik
ibadah shalat dan wudhu untuk Selain asatidz, santri senior juga memiliki
kemudian diamati dan diikuti praktiknya peranan yang besar dalam memberikan
oleh peserta didik (Ahmad, Nasution, & keteladanan kepada adik seniornya. Hal
Mardianto, 2018, hal. 240). tersebut karena di Pondok Pesantrena
Penjelasan di atas merupakan santri senior memiliki peran besar
beberapa contoh dari relevansi serta diantranya sebagai tutor juga turut
aktualisasin metode pembelajaran yang membantu program-program yang
ada di Indonesia dengan pemikiran yang diselenggarakan oleh sekolah (Sutrisno,
ditawarkan Ibnu Sina dengan melakukan 2017, hal. 519).
inovasi dan kreativitas yang disesuaikan Berdasarkan analisis diatas maka
dengan kebutuhan serta potensi dapat diambil benang merah, meskipun
psikologi, minat dan bakat peserta didik pemikiran Ibnu Sina tentang pendidikan
4. Pendidik tidak dilahirkan pada masa modern,
Pendidik memiliki peranan yang namun pemikirannya masih relevan
penting dalam proses pembelajaran. dengan kehidupan masa sekarang.
Meskipun pada dasarnya pendidik adalah Beberapa pemikiran Ibnu Sina tentang
orang yang mentransfer ilmu dan pendidikan tentunya dapat dan sudah
pengetahuannya namun segala bentuk menjadi bahan pertimbangan dalam
perilaku yang dilakukan pendidik akan pelaksanaan pendidikan di Indonesia
memberikan pengaruh dan contoh bagi karena konsep pendidikan yang
peserta didik. Keteladanan yang disampaikan Ibnu Sina sejalan dengan
diberikan oleh pendidik memberikan dengan nilai-nilai ajaran Islam yang
kemudahan dalam memperaktikan dan bersumber kepada al-Qur’an dan Sunnah.
mengimplemntasikan ilmu yang Dengan mengaktualisasikan pemikiran
dipelajari sepanjang proses pendidikan Ibnu Sina di zaman sekarang harapannya
berlangsung. Hal paling mudah diamati pendidikan di Indonesia semakin
dari pendidik ialah keteladanan dalam berkembang dan dapat mencapai tujuan
segi akhlak dan menjalankan amalan pendidikan nasional yang terdapat dalam
ibadah (Taklimudin & Saputra, 2018, hal. UU Sisdiknas.
20).
Peranan pendidik dalam KESIMPULAN Commented [r8]: Tulis Simpulan
memberikan keteladanan sangat besar,
sebagaimana yang ada di Pondok Ibnu Sina atau juga dikenal dengan
Pesantren Modern Muhamadiyyah Avicenna memiliki nama lengkap Abu Ali
Boarding School (MBS) Yogyakarta. Al-Husain bin Abdillah bin Sina, ia
Pendidik dalam pengertian ini pengelola diberi gelar Asy-Syaikh Ar-Rais (Kyai
dan asatidz di MBS Yogyakarta Utama), yang menunjukkan bahwa ia
memberikan contoh teladan berupa memiliki kedudukan yang tinggi dalam
perilaku baik serta sopan baik terhadap hal intelektual. Ibnu Sina disamping
sesama asatidz maupun kepada santri. sebagai seorang guru, filsuf, dan dokter,
Selan itu dalam tata cara berpakaian serta juga dikenal sebagai penulis yang
penggunaan bahasa (di lingkungan MBS produktif. Semasa hidupnya ia telah
diwajibkan menggunakan bahasa Arab, menghasilkan 267 karya. Beberapa karya
Inggris, dan Indonesia berdasarkan Ibnu Sina yang sangat terkenal adalah
jadwal mingguan dalam berkomunikasi), Al-Syifa’ (penyembuh), Al-Najah
pendidik pun memberikan contoh (penyelamat), Al-Qanun fi al-Thibb, dan
sebagai pendukung terciptanya kondisi Al-Isyarah wa al-Tanbihah (isyarat dan
ideal demi terwujudnya tujuan peringatan).
pendidikan secara efektif dan efisien.
Pemikiran Pendidikan Ibnu Sina dan Relevansinya di Masa Sekarang

Ibnu Sina memiliki konsep


pemikiran tentang pendidikan meliputi Ahmad, I., Nasution, W. N., &
tujuan pendidikan, kurikulum, metode, Mardianto. (2018). Inovasi
dan pandangan tentang guru (pendidik). Pembelajaran Agama Islam Pada
Mengenai tujuan pendidikan, Ibnu Sina Mata Pelajaran Fikih Muamalah di
mengklasifikasikan tujuan-tujuan Pondok Pesantren Al-Barokah
pendidikan ditinjau dari aspek jasmani, Simalungun. Jurnal Edu Religia, 2(2),
budi pekerti, dan keterampilan. Ibnu 231–246.
Sina juga mengklasifikasikan kurikulum Al-Abrasyi, M. A. (1994). Al-Tarbiyah Al-
berdasarkan jenjang usia peserta didik, Islamiyah wa Falasifatuna, Terj.
yaitu kelompok usia 3-5 tahun, usia 6-14 Syamsudin Asyrafi, dkk. Yogyakarta:
tahun, dan usia 14 tahun ke atas. Ada Sumbagsih Offset.
beberapa metode pembelajaran dalam Ali, Y. (1991). Perkembangan Pemikiran
konsep pendidikan Ibnu sina, dianaranya Falsafi dalam Islam. Jakarta: Bumi
metode talqin, demonstrasi, keteladanan Aksara.
dan pembiasaan, diskusi, magang, Amin, A. R. (2015). Pengembangan
penugasan, tarhib, dan targhib. Guru Pendidikan Agama Islam: Reinterpretasi
dalam pandangan Ibnu Sina haruslah Berbasis Interdisipliner. Yogyakarta:
dapat menjadi teladan bagi peserta LKiS Pelangi Aksara.
didiknya. Menurut Ibnu Sina sifat-siat Badan Standar Nasional Pendidikan.
yang harus dimiliki seorang guru, yaitu (2010). Paradigma Pendidikan
memiliki akal yang sehat, kuat agamanya, Nasional Abad XXI.
memiliki akhlak yang mulia, memahami Boeriswati, E. (2019). Penilaian Integratif
tentang peserta didik, berwibawa, Bahasa Indonesia Berbasis
memiliki kepribadian yang tangguh, Neuroscience Suatu Tuntutan
berwawasan luas, bertutur kata yang baik, Kurikulum 2013. In Seminar
cerdik, terpelajar, berpenampilan baik Nasional Sultan Agung I (hal. 1–33).
dan menarik, memiliki hati yang tulus. Semarang.
Meskipun pemikiran Ibnu Sina Dea Tara Ningtyas, dkk. (2017).
tentang pendidikan tidak dilahirkan pada Perkembangan Pendidikan Islam dari
masa modern, namun pemikirannya Masa Klasik hingga Kontemporer.
masih relevan dengan kehidupan masa Yogyakarta: Diandra Kreatif.
sekarang. Beberapa pemikiran Ibnu Sina Febriyanti. (2019). Kurikulum
tentang pendidikan tentunya dapat dan Pendidikan Tinggi di Era
sudah menjadi bahan pertimbangan Globalisasi (Pergeseran dari
dalam pelaksanaan pendidikan di Kurikulum Inti dan Institusional ke
Indonesia karena konsep pendidikan Kurikulum Berbasis Kompetensi).
yang disampaikan Ibnu Sina sejalan Jurnal Ta’dib, XVIII(02), 294–327.
dengan dengan nilai-nilai ajaran Islam Hamid, A., & Sudira, P. (2013).
yang bersumber kepada al-Qur’an dan Penanaman Nilai-Nilai Karakter
Sunnah. Dengan mengaktualisasikan Siswa SMK Salafiyah Prodi TKJ
pemikiran Ibnu Sina di zaman sekarang Kajen Margoyoso Pati Jawa Tengah.
harapannya pendidikan di Indonesia Jurnal Pendidikan Vokasi, 3(2), 139–
semakin berkembang dan dapat 152.
mencapai tujuan pendidikan nasional https://doi.org/10.21831/jpv.v3i2.
yang terdapat dalam Undang-Undang 1592
Sistem Pendidikan Nasional. Haningsih, S. (2008). Peran Strategis
Pesantren, Madrasah dan Sekolah
DAFTAR PUSTAKA Islam di Indonesia. Jurnal el-Tarbawi,
1(1), 27–39. 9D515342DA3A
https://doi.org/10.20885/tarbawi. Republik Indonesia. Undang-Undang
vol1.iss1.art3 Republik Indonesia Nomor 20
Iqbal, A. M. (2015). Pemikiran Pendidikan Tahun 2003 Tentang Sistem
Islam: Gagasan-gagasan Besar Para Pendidikan Nasional (2003).
Ilmuwan Muslim. Yogyakarta: Shadily. (1984). Ensiklopedia Indonesia.
Pustaka Pelajar. (Hassan, Ed.) (7 ed.). Jakarta: PT
Kementerian Pendidikan Dan Ichtiar Baru van Hoeve.
Kebudayaan Republik Indonesia. Sugiono. (2008). Metode Penelitian
Peraturan Menteri Pendidikan Kualitatif, Kuantitatif dan R&D.
Republik Indonesia No. 36 Tahun Bandung: Alfabeta.
2018 Tentang Perubahan Atas Sulaeman, A. (2015). Pengembangan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kurikulum 2013 dalam Paradigma
Kebudayaan Nomor 59 Tahun Pembelajaran Kontemporer.
2014 Tentang Kurikulum 2013 Jurnal Islamadina, 14(1), 71–95.
Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Supriyadi, D. (2009). Pengantar
Aliyah (2018). Filsafat Islam. Bandung: Pustaka
Kurniawan, S., & Mahrus, E. (2011). Setia.
Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Sutrisno. (2017). Implementasi
Islam. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Pendidikan Karakter Di Pondok
Ma’rifataini, L. (2018). Implementasi Pesantren Modern
Metode Pembelajaran Pendidikan Muhammadiyah Boarding School
Agama Islam PAI) di Sekolah (MBS) Yogyakarta. Jurnal
Menengah Atas (SMA) 11 Bandung. Pendidikan Luar Sekolah, 6(5),
Jurnal Edukasi: Jurnal Penelitian 509–525. Diambil dari
Pendidikan Agama dan Keagamaan, http://journal.student.uny.ac.id/ojs
16(1), 110–123. Diambil dari /index.php/pls/article/view/8439/0
http://jurnaledukasikemenag.org Syafe’i, I. (2017). Pondok Pesantren:
Mahmud. (2010). Metode Penelitian Lembaga Pendidikan
Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia. Pembentukan Karakter, 8(1), 61–
Manan, S. (2017). Pembinaan Akhlak 82.
Mulia Melalui Keteladanan dan
Taklimudin, T., & Saputra, F. (2018).
Pembiasaan. Jurnal Pendidikan
Metode Keteladanan Pendidikan
Agama Islam -Ta’lim, 2(1), 49–65.
Islam dalam Persfektif Quran.
Maragustam. (2016). Filsafat Pendidikan
BELAJEA: Jurnal Pendidikan
Islam Menuju Pembentukan Karakter
Islam, 3(1), 1–22.
Menghadapi Arus Global. Yogyakarta:
Kurnia Alam Semesta. https://doi.org/10.29240/bjpi.v3i1.
Nasir, M. (2015). Kurikulum Madrasah: 383
Studi Perbandingan Madrasah di Zar, S. (2007). Filsafat Islam: Filosof
Asia. Nadwa: Jurnal Pendidikan Islam, dan Filsafatnya. Jakarta: PT
9(2), 145–166. Rajagrafindo Persada.
Nasution, H. (2002). Filsafat Islam.
Jakarta: Gaya Media Pratama.
National Education Association. (2012).
Preparing 21st Century Students for a
Global Society. Diambil dari
papers3://publication/uuid/644F3
9D4-2DFE-48AA-84E3-

S-ar putea să vă placă și