Sunteți pe pagina 1din 13

No. 44 / Th.

XXV / April 2018 Jurnal Ekonomi Manajemen dan Akuntansi

ANALISIS PENGENDALIAN PROSES PRODUKSI DENGAN METODE


STATISTICAL QUALITY CONTROL PADA PT.ESTWIND MANDIRI SEMARANG

Lilik Setiawan* & Ida Martini Alriani**


STIE Dharmaputra Semarang

ABSTRACT
This study aims to analyze the control of the production process of furniture, to know the level of
product damage, the type of product damage, and the factors that affect the quality control of
production at PT Eastwind Mandiri Semarang.Hasil Analysis shows that the average damage / broken
production of PT. Eastwind Mandiri during October - December 2016 of 18.76%, the level of damage
does not exceed the standards set by the company that is equal to 40% of the total production volume.
The histogram diagram shows that the most common type of broken is damaged due to incompatible
color of 384 pcs, unsuitable topcoat of 354 pcs, scratched item of 267 pcs, broken component of
85pcs, and wave component of 26 pcs. Based on the result of causality causal analysis which affect the
quality control of furniture production process is material, in process, test method, human resources,
environment, and machine. Based on the results of graph analysis of control chart p Center Line
control of furniture production process is at the stage of control limit or does not exceed the control
limit set by the company by 40%.

Keywords: production process control analysis, cause and effect chart, and control chart p

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengendalian proses produksi furniture, mengetahui
tingkat kerusakan produk, jenis kerusakan produk, dan faktor–faktor yang mempengaruhi
pengendalian kualitas produksi pada PT Eastwind Mandiri Semarang. Hasil Analisis menunjukkan
bahwa tingkat kerusakan/broken rata–rata hasil produksi PT. Eastwind Mandiri selama bulan Oktober
– Desember 2016 sebesar 18,76 % ,tingkat kerusakan tersebut tidak melampaui standar yang
ditetapkan perusahaan yaitu sebesar 40% dari total volume produksi. Diagram histogram menunjukkan
bahwa jenis broken yang sering terjadi adalah rusak karena warna tidak sesuai sebesar 384 pcs, topcoat
tidak sesuai sebesar 354 pcs, barang tergores sebesar 267 pcs, komponen pecah sebesar 85pcs, dan
komponen gelombang sebesar 26 pcs. Berdasarkan hasil analisis diagram sebab akibat yang
mempengaruhi pengendalian mutu proses produksi furniture ialah bahan, in process, metode uji, SDM,
lingkungan, dan mesin. Berdasarkan hasil analisis grafik peta kendali p Center Line pengendalian
proses produksi furniture berada pada tahap batas kendali atau tidak melampaui batas kendali yang
ditetapkan perusahaan sebesar 40%.

Kata Kunci: analisis pengendalian proses produksi, diagram sebab akibat, dan peta kendali p

Latar Belakang melalui pengendalian kualitas statistik


Dalam dunia industri, kualitas (Statistiqal Quality Control).
barang yang dihasilkan merupakan faktor PT. Eastwind Mandiri Semarang
yang sangat penting dan merupakan faktor adalah suatu perusahaan yang bergerak
kunci yang membawa keberhasilan bisnis dibidang ekspor furniture yang dalam
dan peningkatan posisi bersaing. Untuk menjalankan bisnisnya telah menerapkan
menjaga eksistensi suatu produk dipasar, system pengendalian kualitas produksi.
suatu perusahaan perlu memperhatikan Didalam proses produksi ada berbagai
kualitas produknya, kini berbagai industry bagian dan QC nya masing–masing,
berupaya menjaga kualitas produknya dimulai dari proses produksi mentah
menuju ke proses produksi setengah jadi,
* Mahasiswa STIE Dharmaputra Semarang ** Dosen STIE Dharmaputra Semarang

16
No. 44 / Th. XXV / April 2018 Jurnal Ekonomi Manajemen dan Akuntansi

dilanjutkan ke sanding (penghalusan), bisa terjadi karena kesalahan dari proses


assembling (perakitan), finishing produksinya yang sebenarnya sudah
(pewarnaan sampai top coat), packing melalui pengecekan QC masing–masing.
(pengemasan), dan loading Berdasarkan data yang berkaitan
(penyimpanan). Dibagian loading inilah dengan jumlah produksi yang dihasilkan
barang siap diekspor. Akan tetapi tidak selama bulan Oktober sampai Desember
semua barang bisa masuk ke area loading 2016. Ternyata jumlah kerusakan produksi
karena terjadi kerusakan saat proses dari bulan ke bulan mengalami
produksi. Di bagian loading pun tidak peningkatan. Berikut adalah data jumlah
semua barang dapat diperbaiki, ada barang produksi yang dihitung dalam jumlah
yang memang tidak dapat diperbaiki lagi produk yang dihasilkan selama bulan
karena kerusakannya sangat parah. Oktober sampai Desember 2016.
Disinilah status produksi bisa beralih
menjadi barang broken. Barang broken ini

Data Jumlah Produksi dan Produk Rusak PT. Eastwind Mandiri Semarang
Bulan Oktober – Desember 2016
BULAN JUMLAH JUMLAH PROSENTASE
PRODUKSI (pcs) RUSAK (pcs) RUSAK (%)
Oktober 2055 238 11,58
November 1722 327 18,99
Desember 2105 551 26,18
Total 5882 1116 18,92
Rata - Rata 1960,67 372,00 18,92
Sumber : Data Primer yang telah diolah, 2016

Dari tabel tersebut diatas pada PT. Eastwind Mandiri


menunjukkan jumlah produksi yang Semarang?
dilakukan perusahaan setiap bulannya 2. Apa saja jenis kerusakan yang
tidaklah sama. Hal tersebut dikarenakan terjadi pada produk dalam proses
dalam menentukan jumlah produk produksi pada PT. Eastwind Mandiri
didasarkan pada order yang diterima Semarang?
perusahaan. Jumlah produksi dari bulan 3. Apa faktor–faktor yang
Oktober – Desember 2016 sebesar 5.882 mempengaruhi pengendalian kualitas
pcs dengan tingkat kerusakan berjumlah produksi furniture pada PT. Eastwind
1116 pcs atau dengan prosentase Mandiri Semarang?
kerusakan perbulannya sebesar 18,92%. 4. Apakah pelaksanaan pengendalian
Dari fenomena tersebut, maka peneliti kualitas produksi PT. Eastwind
tertarik untuk meneliti dengan judul: Mandiri Semarang masih dalam batas
Analisis Pengendalian Proses Produksi kendali?
Dengan Metode Statistical Quality Control
Pada PT. Eastwind Mandiri Semarang. Tujuan Penelitian
Perumusan Masalah 1. Menganalisis tingkat kerusakan
1. Bagaimana tingkat kerusakan produk produk (broken) yang terjadi dalam
yang terjadi dalam proses produksi proses produksi PT. Eastwind Mandiri

17
No. 44 / Th. XXV / April 2018 Jurnal Ekonomi Manajemen dan Akuntansi

Semarang; tujuan pengendalian proses produksi


2. Menganalisis jenis kerusakan yang adalah (1) Dengan melaksanakan
terjadi pada produk dalam proses pengendalian proses produksi kita dapat
produksi pada produksi PT. Eastwind mengetahui kemajuan proses pengerjaan
Mandiri Semarang; suatu order atau pesanan; (2) Dengan
3. Menganalisis faktor–faktor penyebab melaksanakan pengendalian proses
yang mempengaruhi pengendalian produksi kita dapat mengetahui kelebihan
kualitas produksi pada PT. Easwind kapasitas yang belum digunakan; (3)
Mandiri Semarang; Dengan melaksanakan pengendalian
4. Menganalisis apakah pelaksanaan proses produksi kita dapat mengetahui
pengendalian kualitas produksi PT. tingkat penggunaan dan persediaan
Eastwind Mandiri Semarang masih material.
dalam batas kendali.
Kualitas
Manfaat Penelitian W. Edwars Deming menyatakan
Memberikan kontribusi terhadap bahwa kualitas tidak berarti yang terbaik
pengembangan ilmu pengetahuan dan hasil tetapi pemberian kepada pelanggan
penelitian yang terkait dengan tentang apa yang mereka inginkan dengan
pengendalian kualitas produksi dengan tingkatan kesamaan yang dapat diprediksi
pendekatan system statistical quality serta ketergantungannya terhadap harga
control (SQC) dan bagi PT Eastwind yang mereka bayar (Irwan & Didi
Mandiri dapat dijadikan pertimbangan Haryono, 2015).
bagi manajemen dalam menentukan
strategi pengendalian kualitas produksi Dimensi Kualitas
dimasa yang akan datang; Kualitas pada industri manufaktur
selain menekankan pada produk yang
Landasan Teori dihasilkan, juga perlu diperhatikan kualitas
Pengendalian Proses Produksi ada proses produksi. Hal terbaik adalah
Pengendalian proses produksi apabila perhatian pada kualitas bukan pada
(Production Activity Control) adalah produk akhir, melainkan proses
sebuah istilah yang digunakan dalam produksinya atau produk yang masih ada
kegiatan pengelolaan eksekusi rencana dalam proses (work in processs), sehingga
operasional yang telah disusun. bila diketahui ada cacat atau kesalahan
Pengendalian Kegiatan produksi juga telah masih dapat diperbaiki, sehingga tidak ada
dipandang sebagai suatu sub-sistem dari lagi pemborosan yang harus dibayar mahal
sistem produksi karena semua kegiatan karena produk tersebut harus dibuang atau
yang terkait didalamnya merupakan satu dilakukan pengerjaan ulang (Ariani,1999).
kesatuan yang harus dilaksanakan secara
sinkron untuk menjamin jadwal induk Pengendalian Kualitas (Quality Control)
produksi dapat dieksekusi secara baik Pengendalian kulitas (quality
(Sukaria Sinulingga, 2009). control) menurut (Ishikawa, 1988) adalah
mengembangkan, mendesain,
Tujuan Pengendalian Proses Produksi memproduksi dan memberikan layanan
Menurut T. Hani Handoko (2011) produk bermutu yang paling ekonomis,

18
No. 44 / Th. XXV / April 2018 Jurnal Ekonomi Manajemen dan Akuntansi

paling berguna, dan selalu memuaskan mengendalikan, menganalisis, mengelola,


pelanggannya. Melaksanakan memperbaiki produk, dan proses
pengendalian mutu ini berarti menggunakan metode-metode statistik.
menggunakan pengawasan mutu sebagai Pengendalian kualitas statistic (Statistic
landasan aktivitas produksi, melaksanakan Quality Control) sering disebut sebagai
pengendalian biaya, harga, laba secara pengendalian proses statistic (Statistical
terintegrasi, dan pengendalian jumlah Process Control/SPC).
(produksi, penjualan, dan persediaan) Pengendalian kualitas Proses
tanggal pengiriman. Statistik dibagi menjadi dua golongan
menurut jenis datanya, yaitu data variabel
Tujuan Pengendalian Kualitas dan data atribut. Data variabel,metode ini
Tujuan dari pengendalian kualitas digunakan untuk menggambarkan variansi
adalah menyidik dengan cepat sebab– atau penyimpangan yang terjadi pada
sebab terduga atau pergeseran proses kecenderungan yang memusat pada
sedemikian hingga penyelidikan terhadap observasi (Dorothea Wahyu Ariani, 2004).
proses itu dan tindakan pembetulan dapat Namun demikian, data variabel tidak dapat
dilakukan sebelum terlalu banyak unit digunakan untuk mengetahui karakteristik
yang tidak sesuai diproduksi. Tujuan akhir kualitas seperti banyaknya kesalahan
dari pengendalian kualitas adalah sebagai prosentase kesalahan suatu proses. Data
alat yang efektif dalam pengurangan variabel hanya dapat menunjukkan
variabilitas produk (Montgomery,D.C, seberapa jauh penyimpangan dari standar
2001). proses, sementara data atribut hanya
digunakan apabila ada pengukuran yang
Pengendalian Kualitas Proses Statistik tidak memungkinkan untuk dilakukan,
Statistic Quality Control (SQC) atau misalnya goresan, cacat, warna, ada bagian
pengendalian kualitas statistik merupakan yang hilang dan lain sebagainya (Irwan &
teknik penyelesaian masalah yang Didi Haryono,2015).
digunakan untuk memonitor,

19
No. 44 / Th. XXV / April 2018 Jurnal Ekonomi Manajemen dan Akuntansi

Bagan Pengendalian Kualitas Statistik

Pengendalian Kualitas Statistik

Pengendalian Kualitas Proses Rencana Penerimaan Sampel


Statistik Produk (Acception Sampling)
(Statistical Proses Control)

Data Data Data Data


Variabel Atribut Variabel Atribut

Sumber : Irwan, Didi Haryono, 2015

Kerangka Pemikiran masalah (problem solving) karena tujuan


Pengendalian mutu produk furniture tidak pengendalian proses produksi berfokus pada
hanya menentukan nilai kapabilitas proses, perbaikan terobosan yang menambah nilai
membuat peta kendali dan mencari kepada perusahaan tersebut melalui
penyebab terjadi kesalahan dengan diagram pendekatan pemecahan masalah yang
sebab akibat. Tetapi juga Pemecahan sistematis.

20
No. 44 / Th. XXV / April 2018 Jurnal Ekonomi Manajemen dan Akuntansi

Pt. Eastwind Mandiri


Semarang

Proses Produksi
Furniture

Proses Pengendalian
Kualitas

Tingkat Kerusakan Diagram


Sebab Akibat

Jenis Kerusakan Peta Kendali

Faktor-Faktor Yang Terkendali Atau


Mempengaruhi Kualitas Tidak Terkendali

Hasil Analisis
Pengendalian Kualitas

Sumber : Bagian Produksi PT. Eastwind Mandiri Semarang

Metode Penelitian
Populasi dan Sampel Jenis dan Sumber data
Populasi dalam penelitian ini adalah Jenis data yang digunakan: (1) Data
semua hasil produksi jenis furniture yang kualitatif berupa informasi yang diperoleh
diteliti selama proses produksi pada PT. dari karyawan perusahaan serta dari pihak
Eastwind Mandiri Semarang. Sampel dalam lain yang berkaitan dengan masalah
penelitian ini adalah hasil produksi PT. yang diteliti. (2) Data Kuantitatif, berupa
Eastwind Mandiri Semarang selama 3 bulan data pengujian in process dari beberapa
dari pengamatan kualitas oleh bagian pengambilan sampel kerusakan produksi
Quality Control selama 78 hari produksi furniture.
yaitu selama bulan Oktober – Desember Sumber Data yang digunakan (1)
2016. Pengambilan sampel dalam penelitian Data Primer Merupakan data baku yang
ini menggunakan teknik purposive diperoleh dengan survei lapangan. (2) Data
sampling. Sekunder yaitu: bahan pustaka yang

21
No. 44 / Th. XXV / April 2018 Jurnal Ekonomi Manajemen dan Akuntansi

berisikan pengetahuan ilmiah yang baru


atau mutakhir, ataupun pengertian baru
tentang fakta yang diketahui ataupun Metode Analisis Data
mengenai suatu gagasan. Check sheet
Data yang diperoleh dari perusahaan
Definisi Operational berupa data produksi dan data kerusakan
Pengendalian Proses Produksi produk kemudian disajikan dalam bentuk
Pengendalian proses produksi tabel secara rapi dan terstruktur dengan
merupakan kegiatan pengawasan proses menggunakan check sheet. 2. Histogram,
produksi untuk memonitor dan mengecek digunakan untuk menyajikan data secara
secara terus menerus proses pengerjaan visual sehingga lebih mudah dilihat oleh
order–order produksi maupun pembelian pelaksana dan untuk mengetahui bentuk
komponen–komponen dari pihak luar distribusi data. 3. Diagram Sebab Akibat,
perusahaan, apakah berjalan sesuai dengan digunakan untuk menganalisis persoalan
yang telah ditetapkan dalam skedul induk dan faktor–faktor yang menimbulkan
perusahaan (T. Hani Handoko,2011). Pada persoalan tersebut. Dalam penelitian ini
perusahaan PT. Eastwind Mandiri diagram sebab akibat digunakan untuk
Semarang dalam pengendalian proses menganalisis factor–faktor yang
produksinya menggunakan sistem order mempengaruhi mutu dari hasil produksi
control. furniture, yang dianalisis dari hasil produksi
dengan pihak perusahaan yaitu pemilik,
Pengendalian Kualitas quality control (QC), dan
Pengendalian kualitas adalah karyawan/operator produksi. 4. Peta
kombinasi semua alat dan teknik yang kendali p digunakan untuk mengetahui
digunakan untuk mengontrol kualitas suatu apakah cacat produk yang dihasilkan masih
produk dengan biaya seekonomis mungkin dalam batas yang ditentukan (batas
dan memenuhi syarat pemesan (Praptono, kontrol). Penggunaan peta kendali p ini
1986). Faktor–faktor yang mempengaruhi adalah dikarenakan pengendalian kualitas
pengendalian kualitas adalah: Segi operator yang dilakukan bersifat atribut, serta data
yaitu keterampilan dan keahlian dari yang diperoleh dijadikan pengamatan tidak
manusia yang menangani produk; Segi tetap.
bahan baku yaitu bahan baku yang dipasok
oleh supplier; Segi mesin yaitu jenis mesin Pembahasan
dan elemen–elemen mesin yang digunakan Tingkat Kerusakan Hasil Produksi
dalam proses produksi. Hasil chek sheet selama 3 bulan (78
hari) diperoleh hasil sebagai berikut: (1)
Pengendalian Kualitas Statistik (SQC) Volume produksi selama bulan Oktober-
Menurut Roger G Schroeder (1995) Desember 2016 sebanyak 5.882 pcs dan
pengendalian kualitas secara statistik yang siap packing sebanyak 4.766 pcs; (2)
memiliki inti penggunaan metode statistk Tingkat kerusakan / broken hasil produksi
untuk mengambil keputusan. Metode sebanyak 1.116 pcs; (3) Tingkat kerusakan
statistik ini terdiri dari dua jenis metode / broken rata–rata hasil produksi sebesar
1. Pengambilan sampel penerimaan dan 18,76%. Dengan standar kerusakan
2. Pengambilan sampel kendali proses. produksi untuk broken sebesar 40% disetiap
produksinya, maka jumlah kerusakan yang
22
No. 44 / Th. XXV / April 2018 Jurnal Ekonomi Manajemen dan Akuntansi

terjadi masih bisa diterima perusahaan.

Analisis Menggunakan Tabel Histogram


Histogram Jenis Kerusakan Hasil Produksi
PT. Eastwind Mandiri Semarang Bulan Oktober – Desember 2016

450
400
350
300 Warna Tidak Sesuai Top coat Tidak
250 Sesuai Barang Tergores Komponen
200
150 Pecah Komponen Gelombang
100
50
0
Warna Tidak Top coat Barang Komponen Komponen
Sesuai Tidak Sesuai Tergores Pecah Gelombang

Sumber : Data Sekunder,2016

Grafik diatas menunjukkan jenis 354 pcs, karena barang tergores sejumlah
broken yang sering terjadi adalah rusak 267 pcs, karena komponen pecah
karena warna tidak sesuai sebanyak 384 berjumlah 85 pcs, karena komp onen
pcs, karena top coat tidak sesuai sebanyak gelombang berjumlah 26 pcs.

Analisis Diagram Sebab Akibat Warna Tidak Sesuai

Manusia Material

Tidak berpengalaman Kurang teliti Campuran warna kurang


Operator jenuh tepat
Pelatihan kurang baik
Warna tidak sesuai
Spray tidak berfungsi dengan baik Warna tidak keluar Setting temperatur

Tekanan rendah Temperatur tinggi


Tekanan udara tidak sesuai
Mesin Metode
Tekanan udara tidak
sesuai

Permasalahan pada material adalah setting temperature yang tinggi akan


campuran warna yang digunakan oleh menyebabkan warna yang keluar akan
operator untuk pengecatan kurang tepat. berlebihan, serta metode spray yang
Pencampuran warna yang kurang tepat dilakukan oleh operator kurang sesuai
dapat menyebabkan warna yang dihasilkan dengan coating schedule pengecatan
tidak sesuai dengan panel sampel produksi, sehingga warna yang dihasilkan tidak
sehingga warna yang dihasilkan tidak sesuai sesuai dengan yang diharapkan;
dengan yang diharapkan; Permasalahan Permasalahan pada mesin yang
pada metode berupa kurang insentif menyebabkan terjadinya warna tidak sesuai
pengecekan terhadap mesin spray,dan adalah tekananan udara yang tidak sesuai
23
No. 44 / Th. XXV / April 2018 Jurnal Ekonomi Manajemen dan Akuntansi

sehingga sehingga mesin spray tidak kurangnya pengalaman dari operator. Selain
berjalan sesuai dengan ketentuan serta tidak itu operator juga kurang terampil, tergesa–
bisa menghasilkan warna yang bagus gesa dan kurangnya ketelitian dalam
sehingga bisa terjadi kelebihan material melakukan proses pengecatan karena
warna yang keluar dari mesin spray; kurang mendapatkan pelatihan dan
Sedangkan permasalahan pada manusia bimbingan yang baik sehingga hasil spray
adalah kurangnya ketelitian, serta tidak rapi.

Diagram Sebab Akibat Top Coat Tidak Sesuai

Manusia Material

Tidak berpengalaman Kurang teliti Campuran top coat kurang iperhatikan


Operator jenuh
Pelatihan kurang baik
Top coat tidak sesuai
Spray tidak berfungsi dengan baik Warna tidak keluar Setting temperatur

Tekanan rendah Temperatur tinggi


Tekanan udara tidak sesuai
Mesin Tidak sesuai
Metode
coating schedule

Permasalahan pada material adalah metode spray yang dilakukan oleh operator
campuran bahan top coat yang digunakan kurang sesuai dengan coating schedule
oleh operator untuk pengecatan kurang pengecatan; Permasalahan pada mesin
diperhatikan menyebabkan top coat yang adalah tekananan udara yang tidak sesuai
dihasilkan tidak sesuai dengan panel sehingga sehingga mesin spray tidak
sampel produksi, Permasalahan pada berjalan sesuai dengan ketentuan serta
metode berupa kurang insentif pengecekan tidak bisa menghasilkan top coat yang
terhadap mesin spray, dan setting bagus; Sedangkan permasalahan pada
temperature yang tinggi menyebabkan top manusia adalah kurangnya ketelitian, serta
coat yang keluar akan berlebihan, serta kurangnya pengalaman dari operator.

Diagram Sebab Akibat Komponen Tergores

Mesin

Speed mesin terlalu kencang


Permukaan tidak rata

Lingkungan kotor
Komponen tergores
Debu, minyak, kotoran Kurang menjaga kebersihan Kurang ketelitian

Kurang memperhatikan pekerjaan

Lingkungan Tidak sesuai


Manusia
coating schedule

24
No. 44 / Th. XXV / April 2018 Jurnal Ekonomi Manajemen dan Akuntansi

Permasalahan mesin adalah speed mesin pergesekan barang dan mesin sehingga
conveyor terlalu kencang serta permukaan barang tergores; Sedangkan permasalahan
mesin yang tidak rata dan permukaan pada manusia adalah kurangnya ketelitian,
yang kurang bersih dari kotoran sehingga serta kurangnya menjaga kebersihan
barang yang keluar dari conveyor tergores, lingkungan kerja oleh operator. Selain itu
Permasalahan Lingkungan adalah operator juga kurang memperhatikan
Lingkungan kerja yang kurang bersih dari pekerjaan sehingga barang yang keluar dari
debu dan kotoran yang menempel pada conveyor terjadi cacat tergores.
mesin conveyor yang meyebabkan

Diagram Sebab Akibat Komponen Pecah

Mesin Material

Salah setting mesin Kurang teliti Kualitas bahan baku tidak layak
Operator jenuh Pengecekan bahan baku
Kurang pengetahuan Lingkungan kotor kurang diperhatikan
Komponen pecah
Temperature panas kurang diperhatikan Tekanan mesin tidak sesuai
Setting tekanan Setting temperature kurang

Tekanan kurang

Lingkungan Manusia

Permasalahan pada material adalah kualitas maka bahan akan mudah pecah;
bahan baku dalam proses pemilihan yang Permasalahan pada mesin adalah tekanan
kurang bagus, hal ini disebabkan oleh mesin tidak sesuai dengan ketentuan panel
operator dalam menjalankan tugasnya tekanan yang dibutuhkan serta temperature
kurang melakukan pengecekan bahan baku; panas mesin yang kurang diperhatikan
Permasalahan metode adalah setting yang menyebabkan barang mudah pecah.
temperatur dan tekanan mesin hot press Permasalahan pada manusia adalah
maupun cool press yang kurang Kesalahan mensetting mesin yang
diperhatikan dengan ketentuan ukuran disebabkan kurangnya pengetahuan tentang
tekanan. Jika mesin hot press kurang panas tekanan yang dibutuhkan, serta kurangnya
maka barang yang dihasilkan akan ketelitian oleh operator baik tentang
mengelupas dan mudah pecah, begitupun lingkungan kerja serta kebersihan mesin
tekanan yang dibutuhkan jika terlalu besar yang menyebabkan komponen pecah.

Diagram Sebab Akibat Barang Gelombang

Mesin Material

Mesin kurang lancar


Kotoran pada bahan baku
Lingkungan kotor
Kurang perawatan pada keteledoran
Barang bergelombang
mesin
Debu kotoran Kurang menjaga kebersihan
Kurang teliti Kurang memperhatikan pekerjaan

25
Lingkungan Manusia
No. 44 / Th. XXV / April 2018 Jurnal Ekonomi Manajemen dan Akuntansi

Permasalahan pada material bahan baku menempel pada mesin kerja yang
adalah kotoran yang menempel pada bahan menyebabkan barang terganjal oleh kotoran
baku sehingga barang yang diproduksi tersebut sehingga barang bergelombang.
mudah bergelombang; Sedangkan Permasalahan pada mesin adalah mesin
permasalahan pada manusia adalah conveyor kurang lancar yang menyebabkan
kurangnya ketelitian, serta kurangnya barang tersendat yang bisa menyebabkan
menjaga kebersihan lingkungan kerja oleh barang berbenturan satu sama lain sehingga
operator. Selain itu operator juga kurang barang mudah bergelombang,
memperhatikan pekerjaan sehingga barang permasalahan mesin kurang lancar juga
yang keluar dari conveyor terjadi barang disebabkan oleh kurangnya perawatan yang
bergelombang. Permasalahan pada dilakukan oleh operator dan teknisi tentang
lingkungan adalah debu atau kotoran yang pengecekan kondisi mesin kerja.

Analisis Mengggunakan Peta Kendali P

Berdasarkan gambar peta kendali p 1. Tingkat kerusakan / broken rata–rata


diatas dapat dilihat bahwa Center Line (CL) hasil produksi pada PT. Eastwind
sebesar 0,190 atau 19% dan tidak Mandiri Semarang selama bulan
melampaui garis LCL dan UCL. Sehingga Oktober – Desember 2016 sebesar
data yang diperoleh berada dalam batas 18,76%, tingkat kerusakan tersebut
kendali yang telah ditetapkan, dan dapat tidak melampaui standar yang
dikatakan bahwa proses sudah terkendali. ditetapkan perusahaan yaitu sebesar
Hal ini menunjukkan tidak terjadi 40% dari total volume produksi.
penyimpangan yang berarti didalam 2. Diagram Histogram menunjukkan
kendali proses. bahwa jenis broken yang sering terjadi
adalah rusak karena warna tidak sesuai
Simpulan
dengan jumlah broken sebanyak 384
26
No. 44 / Th. XXV / April 2018 Jurnal Ekonomi Manajemen dan Akuntansi

pcs, selanjutnya jumlah broken karena Daftar Pustaka


top coat tidak sesuai sebanyak 354 Ariani, Dorothea Wahyu. Pengendalian
pcs, dan jenis broken karena barang Kualitas Statistik (Pendekatan
Kualitatif dalam Manajemen
tergores sejumlah 267 pcs, sedangkan
Kualitas). Yogyakarta : ANDI,2004.
jumlah broken karena komponen pecah
berjumlah 85 pcs, Adapun jenis broken Chandra, M.J. Statistical Quality Control.
karena komponen gelombang Departement of Industrial and
berjumlah 26 pcs. Manufacturing Enginering The
3. Berdasarkan diagram sebab akibat Pensylvania State University,2001.
diperoleh faktor-faktor penyebab yang
Dicky Handes, Kishi Susanto, Lusia
mempengaruhi pengendalian proses
Novita, Andre M. R. Wajong, 2013.
produksi furniture PT. Eastwind “Statistical Quality Control ( SQC )
Mandiri Semarang. Faktor-faktor pada Proses Produksi Produk “ E “ di
penyebab tersebut, yaitu bahan, in PT. DYN, TBK. “ Jurnal INSEA,
process, metode uji, SDM, lingkungan, Vol.14. No.2, Oktober 2013.
dan mesin.
4. Berdasarkan grafik peta kendali p Feigenbaum. Total Quality Control. New
York : McGraw Hill Book
dapat disimpulkan bahwa Center Line
Company,1986. Gaspersz, V,.
(CL) sebesar 0,190 atau 19 % dan Metode Analisis untuk Peningkatan
tidak melampaui garis LCL dan UCL. Kualitas. Jakarta: PT. Gramedia
Sehingga data yang diperoleh berada Pustaka Utama,2001 a.
dalam batas kendali yang telah
ditetapkan, dan dapat dikatakan bahwa ,. Total Quality Management.
proses sudah terkendali. Hal ini Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama, 2001 b. Haming, M dan
menunjukkan tidak terjadi Mahfud, N.. Manajemen Produksi
penyimpangan yang berarti didalam Modern. Jakarta:Bumi Aksara. 2007.
kendali proses.
Handoko, T. Hani. Dasar – dasar
Implikasi Penelitian Manajemen Produksi dan Operasi.
1. Pengendalian proses produksi dapat Cet.XVI; BPPE Yogyakarta,2011.
dilakukan dengan pengecekan khusus
yang bertujuan untuk mengetahui Irwan dan Didi Haryono, Pengendalian
faktor yang mempengaruhi suatu Kualitas Statistik, Bandung :
Alfabeta, 2015. Ishikawa, K. 1988.
sampel tidak terkendali. Pengecekan
Teknik Penuntun Pengendalian Mutu.
Bahan baku (material), in process, Jakarta : MSP.
metode uji, SDM, lingkungan dan
mesin harus rutin dilakukan agar Ishikawa,K. Dan David,J.L. Pengendalian
diperoleh kinerja yang sesuai dengan Mutu Terpadu. Bandung : PT.
qualitas yang diinginkan. Remaja
2. Penggunaan pengendalian mutu
Rosdakarya.,1992. Kuncoro, Mudrajad,
statistical sangat tepat digunakan Ph.D, Metode Riset Untuk Bisnis &
dalam pengendalian mutu perusahaan, Ekonomi. Jakarta. Erlangga,2003.
karena pengendalian mutu statistical Mitra, Amitara. Fundamentals of
lebih akurat dan fleksibel. Quality Control And Improvement.
New York : Macmillan Publishing
27
No. 44 / Th. XXV / April 2018 Jurnal Ekonomi Manajemen dan Akuntansi

Company., 1993.

Montomery, D.C. Introduction to


Statistical Quality Control. New York
: John Wiley & Sons Inc,2001.

Reksohadiprodjo,Sukanto P.D dan Indriyo


Gito Sudarmo, Manajement Produksi
edisi Revisi,Yogyakarta : BPPE,
1990.

Schroeder G. Roger , Manajemen Operasi


Edisi ke tiga, Jakarta : Erlangga,1995.

Soejanto, Irwan. Desain Eksperimen


dengan Menggunakan Metode
TAGUCHI. Yogyakarta : Graha
Ilmu,2009.

28

S-ar putea să vă placă și