Sunteți pe pagina 1din 11

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

JENIS DAN KEPADATAN TIKUS DI PANTI ASUHAN “X”


KOTA SEMARANG
Rani Kristina Putriosa Saragih, Martini, Udi Tarwatjo
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro
Email : saragih.rani13@gmail.com

Abstract: Mice are wild animals that are often associated with human life. The
high rat population can have an impact on various areas of human life. Mice can
also transmit several other diseases including murine typhus, leptospirosis,
salmonellosis, richettsial pox, rabies, and trichinosis. This study was conducted to
determine the type and density of mice, ectoparasites found in mice, sanitation
and clean behavior patterns in orphanages " x "Semarang city. The type of this
research is descriptive research with cross sectional method. Knowledge of rat
species is very important to know the type and density of mice which is the initial
information for controlling and preventing dangerous diseases. The sample in this
study were all rats caught at the "X" Orphanage using 40 live traps for 5
consecutive days. Trap success at the Orphanage is 8% for the area in the
Orphanage 3% and outside the Orphanage 5%, so that the trap success
obtained is included in the high or solid category of rats. A total of 16 rats caught
in the Orphanage with the type of rats caught were Bandicota, sp 6 tails (37.5%),
Mus musculus 6 tails (37.5%) and Rattus norvegicus 4 tails (25%). The mice that
were mostly caught in the Orphanage were in the Outer Orphanage habitat as
many as 10 (62.5%). Gender Mice which were mostly caught were 10 female
mice (62.5%). The type of ectoprasite found in mice caught was Cimex, sp.
Environmental conditions and environmental sanitation are not clean. The
behavior of clean living in orphanages is also still far from the standard of clean
living and a healthy lifestyle. It is expected that sanitation and environmental
conditions can be healthier and cleaner.

Keywords: Mus musculus, bandicota, sp, Rattus norvegicus, orphanage

PENDAHULUAN mengindikasi kebersihan lingkungan


Tikus adalah satwa liar yang yang kurang baik.1
seringkali berasosiasi dengan Tikus juga memberikan
kehidupan manusia. Tingginya dampak yang besar di bidang
populasi tikus dapat berdampak pada kesehatan. Di bidang kesehatan, tikus
kerugian di berbagai bidang kehidupan dapat menjadi reservoir beberapa
manusia. Di bidang pertanian, tikus patogen penyebab penyakit pada
sering menjadi ancaman bagi manusia. Urin dan liur tikus dapat
pengelola pertanian dalam usaha menyebabkan penyakit
budidaya tanaman. Di bidang leptospirosis.Gigitan pinjal yang ada
pemukiman, tikus seringkali pada tubuh tikus, dapat
menimbulkan kerusakan pada mengakibatkan penyakit pes. Selain
bangunan tempat tinggal, sekolah, itu, tikus juga dapat menularkan
perkantoran dan industri pangan. beberapa penyakit lain diantaranya
Ditinjau dari nilai estetika, keberadaan adalah murine typhus, salmonellosis,
tikus akan menggambarkan kondisi richettsial pox, rabies, dan trichinosis.3
lingkungan yang kumuh, kotor, dan Jenis penyakit yang ditularkan oleh

260
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

tikus atau hewan lainnya ke manusia 18 tahun mencapai 2.815.393 anak,


dan sebaliknya, secara umum dikenal balita terlantar mencapai 518.296,
dengan penyakit zoonosis. Penyakit- anak perlakuan salah 182.408, anak
penyakit tersebut dapat berakibat fatal jalanan 232.894 dan anak nakal
bila tidak mendapatkan penanganan sebesar 295.763. dengan rincian yang
yang tepat dan berujung pada tinggal di perkotaan sebanyak 492.281
kematian.2 jiwa dan pedesaan mencapai
Tikus termasuk jenis binatang 2.275.348 jiwa. Sedangkan yang
yang perkembangannya sangat cepat tergolong rawan ketelantaran
apabila kondisi lingkungan diperkirakan mencapai 10.322.764,
menguntungkan bagi kehidupannya.2 dengan rincian yang tinggal di
Faktor yang menunjang reproduksi perkotaan mencapai 2.996.253 jiwa
tikus meliputi ketersediaan makanan, dan pedesaan sebanyak 7.326.421
minuman, dan tempat perlindungan. jiwa. Kondisi tersebut menuntut
Banyak tempat - tempat potensial perhatian dan upaya pemerintah
ditemukan tikus dalam jumlah cukup dalam rangka mewujudkan sistem
tinggi, salah satunya adalah pasar perlindungan dan pelayanan
tradisional dan pemukiman.3 kesejahteraan sosial anak yang lebih
Dalam rangka mencegah representatif untuk perkembangan
penyakit yang disebabkan oleh tikus, anak.6
maka perlu memperhatikan populasi Panti asuhan anak adalah
tikus. Beberapa tikus yang ada di fasilitas pelayanan dan penyantunan
lingkungan pemukiman daerah tropis terhadap anak-anak yatim, piatu, yatim
adalah Rattus tanezumi (Tikus rumah), piatu, keluarga retak, dan anak
Rattus norvegicus (Tikus got), dan terlantar dengan cara memenuhi
Rattus-rattus tanezumi temminh (tikus segala kebutuhan, baik berupa
atap).2 material maupun spiritual, meliputi:
Hasil spot survey Dinas sandang, pangan, papan, pendidikan,
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah kesehatan. Sanitasi dan kebersihan
tahun 2005 menunjukkan bahwa trap panti asuhan yang kurang terkelola
success (keberhasilan penangkapan) dengan baik pasti akan menjadi
di Kabupaten Demak 93,85%, di Kota tempat tikus untuk berkembang biak.
Semarang 74,62%, dan Kabupaten Panti Asuhan Kyai Ageng Majapahit
Klaten 58,33% (Rusmini, 2011:11). merupakan sarana tempat anak anak
Tahun 2010 menunjukkan bahwa trap yatim, piatu, yatim piatu serta anak
success tikus di kota Semarang anak yang tidak memiliki tempat
(Kelurahan Sambiroto dan Kelurahan tinggal. Bila sarana yang tadinya
Bandarharjo) mencapai 24%. Angka menjadi tempat berlindungnya anak-
trap success ini mengindikasi bahwa anak ini malah menjadi sarang
kepadatan relatif tikus di Kota penyakit maka dari itu tentu harus
Semarang cukup tinggi. Dalam kondisi menjadi perhatian Dinas Kesehatan
normal, trap success di habitat rumah dan Dinas Sosial Kota Semarang.
sebesar 7% dan di luar rumah sebesar Pihak Pemerintah Kota Semarang dan
2%.2 Dinas Kesehatan perlu melakukan
Di Indonesia Panti asuhan kerja sama dalam memberikan
berada di bawah pengawasan Dinas penyuluhan hidup sehat kepada
sosial. Menurut Data di Biro Pusat penghuni panti asuhan serta ajakan
Statistik dan Departemen Sosial untuk selalu menjaga kebersihan
menunjukkan bahwa pada tahun 2006 lingkungan. Sanitasi Panti Asuhan
jumlah anak telantar yang berusia 6 – yang kurang bersih dan menjadi

261
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

tempat bersarangnya tikus menjadi lagi menjadi sarang tikus untuk


masalah yang tidak mendapat berkembang biak. Anak-anak Panti
perhatian penghuni panti asuhan. Asuhan ini harus hidup dengan
Penghuni Panti Asuhan tidak keadaan ruangan yang kurang bersih,
menyadari banyaknya penyakit akibat kotor, lembab dan kurang terawatt
tikus serta dapat mengganggu dengan baik.
kenyamanan penghuni Panti Asuhan. Berdasarkan gambaran di atas,
Dinas Kesehatan Kota yang kurang peneliti ingin mengkaji kepadatan
memberikan perhatian dan penyuluhan Tikus di Panti Asuhan Kyai Ageng
untuk menerapkan pola hidup sehat Majapahit Semarang.
juga menjadi alasan Penghuni Panti
Asuhan kurang menerapkan pola METODE
hidup bersih di lingkungan Panti Jenis penelitian ini adalah penelitian
Asuhan. deskriptif dengan metode cross
Kamar Mandi yang sectional. Sampel pada penelitian ini
bersebelahan dengan Kamar Tidur, adalah semua tikus yang tertangkap di
keadaan setiap ruangan yang lembab Panti Asuhan “X” dengan
sudah menjadi tolak ukur mengapa menggunakan 40 live trap selama 5
tikus menyukai tempat ini. Sampah hari berturut-turut.
serta barang barang yang tidak dipakai

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Tabel 1. Hasil Penangkapan dan Uji Umpan Tikus di Lokasi Penelitian
Jenis Umpan Jumlah
N Jenis Tikus Yang
Ikan Kelapa
o Tertangkap % % %
Pindang Bakar
18,5
1 Rattus norvegicus 1 6,25 3 7 4 25
2 Bandicota,sp 2 12,5 4 25 6 37,5
3 Mus musculus 2 12,5 4 25 6 37,5
68,7
Total 5 31,25 11 5 16 100

Tabel 2. Hasil Penangkapan Tikus Berdasarkan Jenis Kelamin Tikus di Panti


Asuhan Kyai Ageng Majapahit Semarang
No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
1. Jantan 6 37,5
2. Betina 10 62,5
Total 16 100

Tabel 3.Hasil Penangkapan Tikus Berdasarkan Habitat


No Letak Perangkap Jumlah Tikus Persentase (%)
1. Dalam Panti 6 37,5
2. Luar Panti 10 62,5
Total 16 100

262
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Tabel 4. Hasil Jenis Tikus yang Tertangkap di Panti Asuhan Kyai Ageng
Majapahit Semarang
No Jenis Spesies Tikus Jumlah Persentase (%)
1. Rattus norvegius 4 25
2. Bandicota, sp 6 37,5
3. Mus musculus 6 37,5
Total 16 100

Tabel 5. Trap Success penangkapan Tikus di Panti Asuhan Kyai Ageng


Majapahit Semarang
Trap Success
No Hari Penangkapan Jumlah Tikus
Trap Success (%)
Tertangkap
1. Hari ke-1 6 15,0
2. Hari ke-2 5 12,5
3. Hari ke-3 2 5,0
4. Hari ke-4 2 5,0
5. Hari ke-5 1 2,5
Total 16 100

Tabel 6. Hasil Identifikasi Tikus


Rata Rata Hasil Pengukuran
No Spesies W(gr)
TL(mm) T(mm) HF(mm) E(mm)
1 Rattus norvegicus 403,75 188,75 44,5 16,25 252,5
2 Bandicota,sp 428,16 206,33 43,66 18,83 372,5
3 Mus musculus 325,83 180 21,33 35,50 75,16
Keterangan :
TL ( Total length): Panjang Keseluruhan
T ( Tail) : Panjang Ekor
HF ( Hind foot : Panjang Telapak Kaki Belakang
E (Ear) : Panjang Telinga
M (Mamae) : Jumlah Puting Susu
W ( Weight) : Berat Badan Tikus

Tabel 7. Hasil Ektoparasit dari Tikus yang tertangkap di Panti Asuhan Kyai
Ageng Majapahit Semarang
No Tikus ∑ Rata-rata Jumlah Ektoparasit
Tertangkap Ektoparasit Tungau Cimex,sp Pinjal
1. Rattus 168,5 0 168,5 0
norvegicus
2. Bandicota,sp 135,16 0 135,16 0
3. Mus musculus 116,16 0 116,16 0

Pembahasan Sabtu dengan menggunakan


A. Hasil Kepadatan Tikus perangkap sebanyak 40 buah.
Survey serta penangkapan Pada hari pertama mendapatkan 4
tikus dilakukan selama 5 hari, tikus, lalu pada hari kedua
dimulai pada hari Senin hingga hari mendapatkan 6 ekor tikus. Pada

263
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

hari ketiga 2 ekor,hari ke empat 2 penurunan. Tikus juga akan


ekor dan paha hari kelima meninggalkan tanda bahaya jika
sebanyak 1 ekor. Total terdapat 16 merasa terancam,sehingga tikus
ekor tikus.Dilihat dari umpan yang lainnya akan lebih waspada. Dalam
termakan ,kelapa bakar memiliki proses mengenali dan mengambil
daya tarik yang kuat terhadap pakan yang ditemukan,tikus tidak
tikus. Adanya umpan dalam langsung memakan
perangkap tersebut menarik seluruhnya,namun mencicipi
perhatian tikus dari aroma umpan. terlebih dahulu untuk melihat reaksi
Tikus memiliki indra penciuman di dalam tubuhnya.Sifat curiga
yangberkembang dengan baik.Ikan tikus tersebut sangat beralasan
pindang dan kelapa bakar sama- karena tikus mempunyai sifat
sama memunculkan bau yang neofobia dan mampu mengenali
menyengat sehingga menarik tikus benda-benda asing disekitarnya.9
ke dalam perangkap. Walaupun Tikus akan mudah
pada dasarnya makanan tikus ditangkap pada awal atau hari
akan bergantung pada habitat pertama penangkapan,tetapi pada
dimana tikus hidupdan jika terdapat penangkapan berikutnya tikus
beberapa makanan tersedia, maka menjadi susah ditangkap. Faktor
tikus akan memilih makanan yang lain yang mempengaruhi
menjadi kesukaannya. Kelapa keberhasilan penangkapan adalah
bakar merupakan umpan standar cara penempatan perangkap yang
dari WHO yang biasa terdapat di kurang tepat runway tikus. Menurut
rumah-rumah dan biasanya (Dhani), keberhasilan
digunakan sebagai umpan.7 penangkapan dipengaruhi oleh
Pada penelitian ini jumlah penempatan perangkap yang tepat
perangkap yang positif di area karena tikus mempunyai sifat
Panti Asuhan pada hari pertama thiymotaxis yaitu memiliki lintasan
dan kedua lebih banyak daripada yang sama ketika aktivitas harian,
penangkapan tiga hari mencari makan, dan sarang. Untuk
berikutnya.Hasil penangkapan penangkapan yang
tikus yang lebih sedikit pada hari maksimal,sebaiknya setiap harinya
ke-1 kemungkinan disebabkan oleh perangkap ditempatkan pada area
jenis umpan yang kurang disukai yang berbeda dengan hari
tikus. Hal ini serupa dengan sebelumnya.10
penelitian yang dilakukan Berdasarkan hasil survei di
Triwobo(2012),yaitu keberhasilan Panti Asuhan Kyai Ageng
penangkapan tikus pada hari Majapahit, terdapat banyak tikus
kedua lebih kecil dibandingkan hari yang menampakkan diri pada
pertama.8 siang hari meskipun ada manusia
Hal tersebut dimungkinkan dan terdengar suara tikus.Hal
tikus memiliki sifat jera perangkap. tersebut menunjukkan tingkat
Sifat jera perangkap yang dimiliki kepadatan populasi tikus tinggi.
oleh tikus akan mengakibatkan Angka keberhasilan penangkapan
tikus tidak mau masuk (trap success) selama lima hari di
keperangkap yang telah di pasang. lokasi penelitian adalah 8 %.
Sifat jera perangkap tersebut yang Tingkat kepadatan tikus termasuk
dimungkinkan terjadi sehingga tinggi karena sudah lebih dari 7 % .
hasil penangkapan pada hari Keberhasilan penangkapan (trap
pertama hingga kelima mengalami success) di Panti Asuhan pada hari

264
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

pertama hingga kelima mengalami klinis. Oleh karena itu, R.


penurunan. Hasil perhitungan trap norvegicus merupakan host sejati
success di dalam bangunan panti Leptospira.11 Tentu saja hal ini
sebesar 3 %, sedangkan di luar dapat menyebabkan penyakit
bangunan panti sebesar 5 %.Trap Leptospirosis pada penghuni pantu
success yang baik adalah di dalam asuhan dan warga sekitar Panti
rumah sebesar 7 % dan luar rumah asuhan.
sebesar 2 %.48,49 Keberhasilan Di Lokasi sekitar Panti
penangkapan tikus (trap success) Asuhan ditemukan timbunan
di dalam panti asuhan lebih banyak sampah yang kemungkinan besar
di luar panti asuhan, hal ini dapat Rattus norvegicus bersarang dan
terjadi dikarenakan kondisi antara di selokan air yang dekat dengan
di luar dan didalam panti asuhan lokasi Panti Asuhan sehingga
memiliki banyak perbedaan. mempermudah mencari makan.
Kondisi di luar Panti Asuhan lebih Rattus norvegicus dapat makan
tidak tertata, banyaknya selokan berbagai macam jenis makanan,
dan ada nya tempat sampah namun tikus riul ini lebih suka
sehingga menyebabkan serealia, daging, ikan, buah-
perkembangbiakan tikus lebih buahan dan kacang kacangan.12
cepat dan lebih banyak tikus yang Keberadaan Rattus
berkeliaran. Populasi Tikus norvegicus perlu diwaspadai
berkembangbiak dapat di dukung mengingat Panti Asuhan
dari faktor lingkungan dan merupakan tempat yang penuh
masyarakat yang kurang menjaga dengan aktivitas anak anak
kebersihan lingkungan sekitar yatim,piatu,maupun anak anak
Panti Asuhan.9 yatim piatu untuk menjalani hidup
Keberadaan tikus tidak sehari-hari karena berpotensi
selalu terbatas di daerah hunian menyebarkan berbagai penyakit
saja, hal ini disebabkan satu jenis parasit. Spesies lain yang
tikus dapat menghuni beberapa tertangkap dalam penelitian ini
macam habitat atau satu macam adalah Bandicota, sp sebesar 33,7
habitat dapat dihuni beberapa jenis %. Bandicota, sp termasuk dalam
tikus. Rattus norvegicus lebih golongan peridomestik yaitu tikus
dominan ditemukan dari pada yang aktivitas hidupnya sebagian
spesies tikus lainnya dan lebih besar dilakukan di luar rumah,
banyak tertangkap di luar Panti namun terkadang dijumpai juga
Asuhan, dibandingkan di dalam didalam rumah. Pada penelitian ini
panti Asuhan.Rattus norvegicus didapatkan bandicota, sp di dalam
disebut tikus riul atau tikus got Panti Asuhan. Hal tersebut sejalan
karena habitat tikus ini adalah di dengan penelitian Desi (2013)
saluran air (riul). Rattus norvegicus bahwa bandicota, sp ditemukan
dikenal sebagai reservoir penular sebesar 4% dari seluruh tikus
Leptospira ke manusia. Beberapa tertangkap. Habitat tikus ini adalah
serovar yang berbahaya bagi daerah rawa dan kebun sekitar
manusia dibawa oleh Rattus rumah.11
norvegicus adalah Spesies lain yang
ichterohamorragie, ballum,dan ditemukan adalah Mus muscullus.
autumnali. Infeksi Leptospira yang Spesies ini di temukan di lokasi
sifatnya kronis seperti pada tikus penelitian hampir sama banyak nya
riul tidak menimbulkan gejalan dengan spesies Bandicota, sp hal

265
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

ini mungkin disebabkan adanya Hal tersebut dimungkinkan dapat


rumah warga di sekitar panti terjadi karena betina dapat
Asuhan. Tikus ini banyak dikenal berulangkali keluar dari sarangnya
sebagai tikus piti karena ukurannya untuk memperoleh makanan
yang kecil. Pada umumnya selama kehamilan dan masa
ditemukan di dalam rumah yang menyusui anaknya,sehingga betina
kotor, di dalam almari dan tempat lebih mudah tertangkap daripada
penyimpanan barang lainya. jantan. Tikus betina berperan
Adapun ciri-ciri morfologi mencit sebagai pencari makan untuk
rumah adalah sebagai berikut: anak-anaknya sedangkan tikus
ukuran panjang ujung kepala jantan berperan sebgai penjaga
sampai ekor 175 mm, ukuran sarang atau wilayah territorialnya
panjang ekor 81-108 mm, ukuran dari serangan prodator, sehingga
panjang kaki belakang 12-18 mm, tikus betina cenderung berada di
ukuran lebar telinga 8-12 mm, luar sarang daripada tikus jantan.22
rumus mamae 2+3 = 10, warna Hal tersebut sejalan dengan
rambut bagian atas dan bawah pendapat Oka Ida Nyoman (2008)
coklat kelabu.13 bahwa tikus jantan sebagai
Kondisi Lingkungan Panti penjaga sarang dan berkelahi,serta
Asuhan yang banyak terdapat tikus betina dipengaruhi hormone
sampah, serta lingkungan warga pituitary dan hormone kelamin
yang kurang menjaga yang dihasilkan oleh kelenjar
kebersihannya menjadi sarang endokrin pada hipotalamus yang
yang paling banyak disukai oleh memicu munculnya naluri merawat
spesies tikus ini. Mereka dan mengasuh anak bagi tikus.12
merupakan jenis tikus yang Banyaknya tikus betina
melakukan aktivitas hidupnya yang tertangkap dapat
terutama mencari makan, diindikasikan bahwa tikus betina
berlindung, bersarang, dan melakukan mobilitas yang tinggi.
berkembang biak di dalam rumah. Jumlah tikus betina yang lebih
Warga di perumahan sekitar panti tinggi juga merupakan salah satu
asuhan yang sering membuang cara untuk mempertahankan
sampah sembarangan juga kelangsungan hidup tikus dan
menjadi penyebab populasi ini berpotensi untuk bertambahnya
berkembang biak dengan baik populasi tikus di lokasi penelitian.
karna mempunyai sarang dan Kondisi tersebut akan berpengaruh
makanan.Selain itu pada penelitian terhadap kehidupan parasit yang
ini juga ditemukan golongan memerlukan inang sebagai tempat
insektivora yaitu Suncus murinus, untuk hidup. Hasil penelitian ini
hal tersebut sejalan dengan sejalan dengan hasil penelitian
penelitian Dina Supriyati (2013) di yang dilakukan oleh Risyanto
Pasar banjarnegara bahwa (2006) menyatakan bahwa tikus
ditemukan Suncus murinus tertangkap pada umumnya berjenis
sebesar 12,12%.11 kelamin betina (65,91%) dari pada
Persentase tikus yang jantan (34,09%).1Hal tersebut juga
tertangkap di lokasi penelitian didukung oleh peneliti Pramestuti
secara umum adalah sebesar (2012) menyatakan bahwa tikus
62,5% jantan dan sebesar 37,5% yang tertangkap lebih banyak
betina. Tikus betina lebih mudah berjenis kelamin betina.1
ditangkap daripada tikus jantan.

266
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Pada penelitian ini, letak Kehadiran tikus pada


perangkap yang berada di dalam daerah pemukiman, juga merusak
panti menangkap 6 ekor tikus bahan simpanan baik itu bahan
dengan persentase 37,5% pangan seperti penyedap
sedangkan pada luar Panti masakan, garam, tomat, sayuran,
sebanyak 10 ekor tikus dengan ubi-ubian. Tikus juga merusak
persentase 62,5%. Pada dasarnya bahan bukan konsumsi seperti
makanan tikus akan bergantung buku, pakaian, kabel listrik, lemari,
pada habitat tikus hidup dan jika yang ada dirumah. Tikus juga
terdapat beberapa makanan bersifat sebagai vektor penyakit
tersedia, maka tikus akan memilih bagi manusia, karena pada tubuh
makanan yang menjadi tikus banyak bankteri yang
kesukaannya.14 Kondisi lingkungan dibawah. Ketika tikus mendekati
Panti Asuhan yang banyak atau merusak bahan pangan yang
terdapat sampah, serta lingkungan ada, maka akan terjadi kontaminasi
warga yang kurang menjaga disana. Kemungkinan perpindahan
kebersihannya menjadi sarang / penempelan bakteri pada bahan
yang paling banyak disukai oleh sekitar akan terjadi. Tempat
spesies tikus ini. Mereka kehadiran tikus ada lima yaitu di
merupakan jenis tikus yang gudang, kamar tidur, dapur, tempat
melakukan aktivitas hidupnya sampah dan selokan. Tempat yang
terutama mencari makan, banyak didatangi tikus adalah
berlindung, bersarang,dan tempat sampah dan pada dapur
berkembang biak di dalam rumah. dibandingkan dari ketiga tempat
Warga di perumahan sekitar panti yang lainnya. Kehadiran tikus
asuhan yang sering membuang banyak di dapur dan tempat
sampah sembarangan juga sampah di duga karena adanya
menjadi penyebab populasi ini limbah hasil pembuangan rumah
berkembang biak dengan baik tangga. Ketika pakan yang
karna mempunyai sarang dan dibutuhkan tersedia, tikus sulit
makanan. berpindah dan atau mencari
Tikus ditemukan hampir di tempat yang baru, tikus lebih
seluruh belahan dunia, meskipun terlihat pada selokan dan tempat
banyak subfamili hanya bisa sampah.Habitat kotor adalah
ditemukan di daerah tertentu. Tikus tempat kesenangan tikus untuk
tidak ditemukan di Antartika atau beraktivitas. Tikus juga mamalia
pada banyak pulau yang terletak di berdarah panas sehingga kutu ini
tengah samudera. Meskipun tidak dapat beradaptasi dengan sangat
satupun dari mereka berasal dari baik dengan menghisap darah
Amerika, beberapa spesies, Tikus.11
terutama tikus rumah dan tikus B. Ektoparasit yang ditemukan
hitam, telah tersebar ke seluruh pada Tikus
dunia. Tikus menempati berbagai Pada Penelitian ini di
ekosistem dari hutan tropis hingga temukan ektoparasit pada tikus
tundra. Terdapat pula spesies yang yang tertangkap yaitu Cimex, sp
hidup sepenuhnya di dalam tanah atau yang lebih kita kenal dengan
(fossorial), di atas pepohonan kutu busuk. Morfologi Cimex, sp
(arboreal), dan semiakuatik, tetapi dwasa berukuran 4-4,55 mm.
sebagian besar merupakan hewan bentuk badannya oval, pipih.
terestrial (hidup di atas tanah).7 Bersegmen terdiri atas kepala,

267
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

thorak dan abdomen. Berwarna masuk ke dalam luka bekas


kuning coklat pada larva dan gigitan, tetapi dengan cara ini tidak
merah pada imago. Cimex betina ada penularan penyakit.15
sedikit lebih besar daripada cimex
jantan dan tidak memiliki sayap. KESIMPULAN
Hidupnya pada sela-sela dinding A. Kesimpulan
rumah. Penyebaran nya sangat 1. Sebanyak 16 ekor tikus yang
luas dan banyak di daerah tropis. tertangkap di Panti Asuhan
Cimex menghisap darah dari Kyai Ageng Majapahit
Tubuh inangnya. Pada Tikus yang Semarang dengan jenis tikus
tertangkap di Panti Asuhan banyak yang tertangkap yaitu
terdapat luka di badan tikus dan di Bandicota,sp 6 ekor (37,5 %),
ekor tikus. Jenis ektoparasit ini Mus musculus 6 ekor (37,5 %)
dapat hidup pada mahkluk hidup dan Rattus norvegicus 4 ekor
terutama pada tikus. Kondisi (25 %)
Lingkungan Panti Asuhan yang 2. Keberhasilan penangkapan
kotor dan kurang menjaga sanitasi (trap success) di Panti Asuhan
menjadi tempat Kutu ini Kyai Ageng Majapahit
berkembang biak dengan bebas. Semarang adalah sebesar 8 %
Tikus menyukai habitat yang kotor dimana untuk area dalam Panti
sehingga banyak di jumpain kutu di Asuhan sebesar 3 % dan di
badan tikus yang tertangkap di Luar Panti Asuhan 5 %,
Panti Asuhan Kyai Ageng sehingga trap success yang
Majapahit Semarang. Hal ini didapat termasuk dalam
didukung oleh penelitian Turner, kategori tinggi atau padat tikus.
dkk bahwa kutu ini berkembang Habitat Tikus yang banyak
biak pada habitat atau lokasi tertangkap di Panti Asuhan
penangkapan di atas 1000 mdpl. Kyai Ageng Majapahit adalah
Pada ketinggian ini cimex dapat pada habitat Luar Panti Asuhan
berkembang biak dan menjadikan sebanyak 10 ekor (62,5 %)
Tikus inang untuk mereka hidup.15 3. Kondisi Lingkungan dan
Kutu busuk paling suka Sanitasi Panti Asuhan tidak
darah manusia, tetapi kadang- mendapat perhatian dari
kadang juga menghisap darah Penghuni Panti Asuhan
ayam, unggas lainnya, tikus, sehingga kurang menjaga
binatang-binatang lain. Mereka lingkungan dan sanitasi tidak
hisap darah untuk makanan bersih dan ditemukan vektor
mereka. Ada orang yang sangat lainnya (kecoak, dll)
sensitif terhadap gigitan kutu 4. Perilaku Hidup Bersih
busuk, tempat yang digigit menjadi Penghuni Panti Asuhan juga
merah, bengkak dun gatal, ini masih jauh dari standard hidup
disebut sebagai penyakit ruam- bersih dan pola hidup sehat.
ruam. Tetapi ada juga orang-orang
yang seolah-olah tidak merasa apa B. Saran
apa kalau digigit oleh kutu busuk. 1. Bagi Instansi Kesehatan
Kutu busuk mempunyai kebiasaan Terkait
untuk degaekasi segara sehabis a. Petugas Kesehatan dapat
menghisap darah. Tempat gigitan memberikan pemahaman
yang menjadi gatal digaruk-garuk kepada Penghuni Panti
dan faeces kutu busuk terdorong Asuhan akan bahaya tikus

268
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

sebagai penular penyakit vey_tikus.pdf. diakses 15


dengan penyuluhan November 2018.
b. Bekerja sama dengan 4. Depkes RI, 2001, Pedoman
Dinas Kesehatan dan Dinas Pengendalian Tikus Khusus di
Sosial dapat memberikan Rumah Sakit, Jakarta:Kemenkes
pemahaman kepada RI.
penghuni Panti Asuhan 5. Depkes RI, 1999, Keputusan
agar memperhatikan Menteri Kesehatan No.
sanitasi Panti Asuhan 829/MENKES/SK/VII/1999,Jakarta
sehingga tidak menjadi : Depkes RI
habitat tikus. 6. Dinkes Kota Semarang, 2013,
c. Bekerja sama dengan Profil Kesehatan Kota Semarang.
Dinas Kesehatan dan Dinas 7. Wulan Primaningtyas, 2014,
Sosial untuk mencegah Survey Lingkungan Biotik Abiotik
penularan penyakit dan Kepadatan Populasi Tikus di
bersumber rodensia Kelurahan Jangli dan Kelurahan
dengan meningkatkan Rejosari Kota Semarang, Tesis,
sanitasi Panti Asuhan, Semarang: Universitas
pengelolaan Diponegoro.
sampah,mengatur saluran 8. Pengenalan, Biologi &
air dan tempat Pengendalian, Bogor: Fakultas
pembuangan limbah. Kedokteran Hewan Institut
d. Bersama Dinas Kesehatan Pertanian Bogor.
dan Dinas Sosial 9. Wahyuni sri, 2008, Spot Survey
hendaknya dapat Reservoir Leptospirosis di
melakukan pengendalian Beberapa Kabupaten Kota di
tikus secara terpadu. Jawa Tengah, Jurnal Vektora,
2. Bagi Penghuni Panti Asuhan Volume II, No 2
Penghuni Panti Asuhan perlu 10. Ramadhani Tri, Bambang
menjaga lingkungan sekitar Yunianto, 2011, Reservoir dan
tempat tinggal dan tempat Kasus Leptospirosis di Wilayah
beraktivitas untuk menghindari Kejadian Luar Biasa, Jurnal
kontak dengan tikus. Penghuni Kesehatan Masyarakat Nasional
dihimbau untuk lebih waspada Volume 7, No.4, November 2012.
terhadap kebersihan bahan- 11. Rochman dan Swalan, Pola
bahan makanan dan Sebaran Umpan dan
lingkungan di Panti Asuhan dan Pengendalian Tikus, Seminar
di sekitar Panti Asuhan. Hasil Penelitian Tanaman Pangan.
Balittan Bogor, 1991.
DAFTAR PUSTAKA 12. Oka Ida, 2008, Pengendalian
1. Balai Litbang P2B2 Banjarnegara, Hama Terpadu dan
Buku Saku Rodent, Banjarnegara: Implementasinya di Indonesia,
Balai Litbang P2B2. Yogyakarta: Gajah Mada
2. B2P2VRP, Modul Pelatihan University Press.
Teknis Tingkat Dasar Survei 13. Hanag Soejodi, 2005,
Reservoir Penyakit Pengendalian untuk Suatu
3. Bidang Minat Rodensia, Salatiga: Tindakan Karantina, Jurnal
B2P2VRP Salatiga. (online). Kesehatan Lingkungan, Volume 2,
academia.edu/5546641/teknik_sur No.1, Juli 2017.

269
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

14. Wulan Primaningtyas, 2014, .int/publications/2008/9789241580


Survey Lingkungan Biotik Abiotik 410_eng.pdf?q=international.
dan Kepadatan Populasi Tikus di diakses 20 november 2018
Kelurahan Jangli dan Kelurahan
Rejosari Kota Semarang, Tesis,
Semarang: Universitas
Diponegoro.
15. Word Health Organization, 2005,
International Health
Regulation.(online).whqlibdoc.who

270

S-ar putea să vă placă și