Sunteți pe pagina 1din 9

Pillar of Physics Education, Vol 11.

No 2, Oktober 2018, 113-120

Pengaruh Bahan Ajar IPA Terpadu Tema Gelombang Dalam Kehidupan Bermuatan
Literasi Era Digital Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 8 Padang

Elvida Yulia1), Asrizal2), Ramli2)


1)
Lulusan Program Studi Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Padang
2)
Staf Pengajar Fisika FMIPA Universitas Negeri Padang

Elvidayulia203@gmail.com
asrizal@fmipa.unp.ac.id
ramli@fmipa.unp.ac.id

ABSTRACT
The 2013 curriculum requires the science teaching in junior high school should be implemented in an
integrated model. But the real conditions were found that the integrated science teaching and the integration of
literacy in teaching process didn’t match with the ideal conditions. On the other hand, learning outcomes of
students in science subject was still in the low category. One solution to this problem is the use of integrated
science teaching material on the waves in daily life theme by integrating digital age literacy. The aim of this
research is to investigate the effect of the use of integrated science teaching material on waves in daily life theme
in by integrating digital age literacy on learning outcomes of students of class VIII in SMPN 8 Padang. The type
of research was quasi experiment with nonequivalent control group research design with posttest only. The
research population was all students of class VIII SMPN 8 Padang. The sampling technique used was purposive
sampling and random cluster sampling. The sample in this research was class VIII B as experimental group and
class VIII H as control group. Instruments for collecting the data consist of written test for knowledge aspect,
observation sheet for attitudes aspect, and performance assessment sheet for skills. The data were analyzed by
descriptive analysis, normality test, homogeneity test, comparison test of two means. Based on the results of data
analysis can be expressed that the use of integrated science teaching material on wave in daily life theme by
integrating digital age literacy has given a meaningful effect on learning outcomes of students including aspects
of knowledge, attitudes, and skills at the 95 % confidance level. From this result, it can be concluded that the
integrated science teaching material on waves in daily life theme by integrating digital age literacy is effective in
scientific approach for class VIII students.

Keywords : Teaching material, Integrated science, Waves, Literacy, Learning outcomes


his is an open access article distributed under the Creative Commons 4.0 Attribution License, which permits unrestricted use, distribution, and reproduction
in any medium, provided the original work is properly cited . ©2018 by author and Universitas Negeri Padang.

PENDAHULUAN dalam menjelaskan suatu masalah yang dihadapi.


Dengan demikian, literasi diperlukan untuk pendidik
Abad 21 merupakan abad pengetahuan. Abad
an pada abad 21.
21 ditandai dengan banyaknya informasi tersebar dan
teknologi berkembang. Perkembangan teknologi Usaha lain yang dilakukan pemerintah untuk
yang cepat memungkinkan terjadinya persaingan meningkatkan literasi siswa adalah dengan cara
yang begitu ketat dimasa yang akan datang. Untuk membuat program Gerakan Literasi Sekolah (GLS).
menangkal terjadinya persaingan tersebut pendidikan Program ini merupakan suatu upaya yang dilakukan
abad 21 ini membutuhkan literasi. Literasi berkaitan pemerintah secara keseluruhan untuk menjadikan
erat dengan tuntutan keterampilan pada abad 21. sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang
Keterampilan abad 21 ini menuntut siswa untuk mampu mengakses, memahami, menerima dan
mampu mengidentifikasi, mencari, menemukan, menggunakan melalui berbagai aktivitas, seperti
mengevaluasi, dan memanfaatkan informasi yang halnya membaca, menulis, melihat dan menyimak.
diterimanya baik secara langsung maupun tidak Program GLS ini dapat mengupayakan adanya
langsung. Hal ini bertujuan agar siswa mampu kegiatan pembiasaan membaca dan melibatkan
memahami informasi yang diterimanya baik secara semua aspek dalam pendidikan untuk meningkatkan
analitis, kritis, dan efektif. minat baca dan kemampuan memahami bacaan. Jadi,
Pendidikan abad 21 menekankan pentingnya dengan adanya program GLS ini diharapkan minat
keterampilan literasi di sekolah. Kemampuan literasi baca dan kemampuan siswa dalam memahami
merupakan salah satu faktor yang sangat penting bacaan mengalami peningkatan sehingga dapat
untuk keberhasilan individu. Dalam kehidupan nyata, menambah pemahaman mereka.
banyak pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan kete Literasi merupakan kemampuan individu
dalam mengolah dan memahami informasi saat mem
rampilan tingkat tinggi dan pemikiran yang kreatif

113
baca dan menulis. Literasi juga diartikan sebagai dalam intra mata pelajaran maupun antar mata
penguasaan tulisan yang dianggap melek huruf. pelajaran yang ada di sekolah (Ananda, 2018).
Dengan kata lain, literasi merupakan kemampuan Studi awal yang telah dilakukan belum
berbahasa seperti menyimak, berbicara, menulis, dan menggambarkan kondisi yang diinginkan, tetapi
berpikir (Resmini, 2013). Literasi era digital dapat mengidentifikasi adanya permasalahan. Studi awal
diartikan sebagai pemahaman anak terhadap mem diperoleh dari hasil wawancara terhadap dua orang
baca, menulis, melihat dan membahas teknologi guru. Dari hasil wawancara dan analisis yang
(Withrow, 2004). diperoleh menunjukkan pelaksanaan pembelajaran
Pendidikan diharapkan mempertimbangkan IPA, keterpaduan materi di dalam buku teks IPA
sejumlah aspek yang menjadi dominan dalam terpadu, integrasi literasi dalam pembelajaran IPA
pendidikan abad 21. Salah satu aspek dominan yang dan hasil belajar siswa masih terdapat permasalahan.
penting dalam abad 21 yaitu literasi era digital. Ada Dari studi awal yang telah dilakukan
tujuh kajian didalam literasi era digital yaitu literasi sebelumnya terdapat empat hasil yang diperoleh.
fungsional, literasi visual, literasi saintifik, literasi Pertama, dari hasil wawancara dinyatakan bahwa
teknologi, literasi budaya, literasi informasi, dan pembelajaran IPA masih diajarkan scara terpisah-
kesadaran global (Dessai et al., 2012). Berdasarkan pisah, sumber belajar masih terbatas dan media yang
kelompok literasi yang telah dijabarkan, literasi yang digunakan masih kurang serta pelaksanaannya belum
tepat digunakan pada tingkat SMP adalah literasi optimal. Hal ini dikarenakan kurangnya keterpaduan
fungsional, literasi saintifik dan literasi visual karena referensi yang dimiliki guru. Kedua, hasil analisis
literasi ini sesuai dengan perkembangan mereka. keterpaduan materi pada buku teks IPA belum
Pemerintah selaku penjamin terselenggaranya mencerminkan keterpaduan antara materi Fisika,
pendidikan bagi seluruh negara telah melakukan Biologi dan Kimia. Dari hasil analisis buku IPA
berbagai cara untuk menjawab tantangan pada abad terpadu ditemukan keterpaduan materi pembelajaran
21. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah berada pada kategori rendah (Asrizal et al., 2017).
adalah melakukan perubahan kurikulum. Perubahan Ketiga, literasi yang dimiliki siswa masih terbatas
kurikulum bertujuan untuk meningkatkan kualitas pada literasi dasar, ini dibuktikan dari hasil wawancara
pendidikan di Indonesia. Kurikulum Tingkat Satuan yang telah dilakukan. Terakhir, hasil belajar siswa
Pendidikan (KTSP) yang sebelumnya diterapkan masih rendah dikarenakan beberapa faktor yang sudah
pada dunia pendidikan direvisi menjadi kurikulum dijelaskan. Rata-rata hasil ujian akhir diperoleh dari
2013. Kekurangan yang terdapat pada KTSP tata usaha SMP Negeri 8 Padang sebesar 69,78. Jika
disempurnakan kedalam kurikulum 2013. Kurikulum nilai rata-rata siswa dibandingkan dengan KKM, hasil
2013 ini menekankan siswa untuk lebih aktif dan belajar siswa masih dalam kategori rendah.
inovatif dalam pembelajaran terpadu. Dengan kata Adanya kesenjangan antara kondisi nyata
lain, siswa lebih dituntut untuk menemukan sendiri dengan kondisi yang diharapkan menunjukkan
dengan belajar mandiri menggunakan sumber- adanya masalah yang perlu diteliti. Permasalahan yang
sumber yang ada. ada yaitu pelaksanaan pembejaran IPA terpadu,
Kurikulum diartikan sebagai semua penga penggunaan bahan ajar di sekolah, pelaksanaan
laman belajar yang diberikan sekolah kepada siswa literasi di sekolah, dan hasil ujian akhir semester siswa.
selama mengikuti pendidikan pada jenjang pendidik Salah satu Solusi dari permasalahan ini adalah
an tertentu (Syahril dkk., 2009). Kurikulum dapat penggunaan bahan ajar IPA terpadu bermuatan
dinyatakan sebagai seperangkat kegiatan dan literasi era digital dalam pendekatan saintifik.
pengalaman belajar yang digunakan sebagai Pembelajaran IPA terpadu, mengharapkan
pedoman dalam suatu proses pembelajaran pada siswa dapat membangun pengetahuannya melalui
jenjang pendidikan tertentu. Kurikulum juga kerja ilmiah, kerjasama dalam kelompok, belajar
berfungsi sebagai pembentuk keterampilan dan berinteraksi dan berkomunikasi, serta bersikap
karakter manusia. Selain itu, kurikulum juga dapat ilmiah. Setidaknya ada empat manfaat pembelajaran
digunakan untuk mengontrol dan memelihara kese terpadu. Pertama, dapat menghemat waktu dalam
imbangan proses pendidikan. proses pembelajaran. Kedua, pembelajaran disajikan
Dengan adanya kurikulum siswa akan secara terpadu sehingga membantu dan memudahkan
memahami isi atau materi yang harus dikuasai. siswa dalam pemahaman konsep pada proses
Selain itu siswa juga dapat memahami apa saja yang pembelajaran. Ketiga, dapat meningkatkan taraf
harus dicapai. Fungsi lain kurikulum yaitu bagi siswa kecakapan berpikir siswa dalam menghadapi situasi
sendiri yaitu sebagai pedoman belajar (Sanjaya, pembelajaran. Keempat, motivasi belajar siswa
2008). Kurikulum 2013 menuntut pembelajaran meningkat dengan adanya pembelajaran terpadu
dilaksanakan secara terpadu dan adanya integrasi (Trianto, 2007). Pembelajaran terpadu dapat mem
literasi dalam pembelajaran. Pembelajaran terpadu bantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar
merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran mereka dan juga dapat membantu meningkatkan
yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik motivasi mereka dalam proses belajar. Dengan

114
meningkatnya motivasi siswa tentu hasil belajar yang digunakan peserta didik dalam pembelajaran
siswa juga meningkat. (Arlitasari, 2013).
Proses pembelajaran terpadu juga dapat Bahan ajar memiliki banyak fungsi dalam
dilaksanakan dengan menggunakan tipe-tipe atau pembelajaran. Fungsi dari bahan ajar tergantung
model-model dalam pembelajaran. Guru dapat kepada pihak-pihak yang memanfaatkannya. Berda
menggunakan tipe atau model sesuai dengan kebutuh sarkan pihak-pihak yang memanfaatkannya, fungsi
an siswanya. Ada sepuluh model dalam merencana bahan ajar dibedakan menjadi dua macam, yaitu bagi
kan pembelajaran terpadu, yaitu: terfragmentasi, guru dan siswa. Fungsi dari bahan ajar tersebut bagi
terhubung, tersarang, terurut, terbagi, terjaring, guru yakni sebagai acuan dalam proses pembelajaran,
terulir, terbenam, dan terintegrasi (Rusman, 2015). menghemat waktu guru dalam mengajar, membantu
Dari kesepuluh model tersebut digunakan tiga model menjalankan peran guru sebagai fasilitator dan
yang tepat di sekolah dasar dan menengah pertama, menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan
yaitu model terhubung, model terjaring, dan model efisien. Disisi lain fungsi bahan ajar bagi siswa yakni
terintegrasi (Majid, 2014). untuk menjadi pedoman dalam proses pembelajaran
Pembelajaran model terhubung merupakan dan memberi motivasi, mengembangkan kreasi,
pembelajaran yang dilakukan dengan cara menghu mengenali potensi dalam pembelajaran
bungkan satu tema dengan tema-tema yang lainnya. Bahan ajar memberikan efek yang baik dalam
Kelebihan dari model terhubung, yaitu: 1) dengan pembelajaran. Penggunaan bahan ajar diperlukan
menghubungkan ide-ide antar bidang studi membuat dalam proses pembelajaran untuk membantu siswa
siswa dapat terfokus pada suatu aspek tertentu, 2) dalam mencapai hasil belajar yang diharapkan.
menghubungkan ide-ide dalam bidang studi dapat Bahan ajar dapat memberikan kontribusi terhadap
membantu siswa mengkaji, memperbaiki, serta penguasaan siswa. Dengan adanya bahan ajar
mengasimilasi ide-ide dalam memecahkan masalah, diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa,
3) terciptanya proses internalisasi dikarenakan siswa pemahaman siswa dan meningkatkan kreativitas
dapat mengembangkan konsep-konsep kunci secara siswa serta membuat materi dekat dengan kehidupan
terus menerus (Trianto, 2015). siswa. Tingginya kreativitas dan pemahaman siswa
Pembelajaran terpadu model terjaring adalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
pembelajaran yang menggunakan suatu tema di Literasi sangat diperlukan dalam segala
dalam proses pembelajaran. Pembelajaran terpadu kehidupan manusia karena kemampuan berliterasi
model terjaring disebut juga dengan pembelajaran bisa menjadi kunci seseorang untuk berproses
yang menggunakan pendekatan tematik (Trianto, menjadi manusia ang lebih berpengetahuan. Kajian
2015). Model terjaring dikenal juga dengan model literasi yang perlu dibahas dari literasi era digital
jaring laba-laba. Pembelajaran model terjaring meli adalah literasi fungsional, literasi saintifik, dan
batkan keterampilan yang profesional dari guru. literasi visual.
Kelebihan dari model terjaring meliputi: 1) pemilihan Literasi fungsional disebut dengan literasi
tema sesuai dengan minat belajar siswa untuk belajar, dasar, yaitu kemampuan dasar literasi atau sistem
2) lebih mempermudah guru dalam melakukan pem belajar konvensional seperti membaca, menulis, dan
belajaran bagi yang belum berpengalaman, 3) memu melakukan perhitungan numerik dan mengoperasikan
dahkan dalam perencanaan dan pendekatan tematik sehingga setiap individu dapat berfungsi dan
dapat memberi motivasi bagi siswa (Trianto, 2015). memperoleh kesempatan untuk berpartisipasi dalam
Bahan ajar merupakan suatu bagian yang masyarakat, rumah, dan lingkungan sekolah. Literasi
penting dalam proses pembelajaran, karena dapat fungsional merupakan literasi dasar yang harus
mempermudah guru dalam menyampaikan materi dimiliki siswa dalam pendidikan, yaitu siswa harus
pembelajaran dan juga mempermudah siswa dalam mampu membaca, menulis, dan melakukan operasi
menerima pelajaran. Bahan ajar IPA terpadu memuat numeric (Clay, 2001). Jika seseorang tidak bisa
materi pembelajaran IPA secara terpadu dalam satu membaca, berbicara, menulis bahkan menghitung
kesatuan dan menghubungkan materi yang dipapar sekalipun maka siswa tersebut akan merasa kesulitan
kan dengan kehidupan nyata siswa, sehingga siswa dalam proses pembelajaran.
lebih mudah memahami isi materi yang disajikan Literasi saintifik adalah pemahaman atas sains
(Khairani et al., 2017). dan prosesnya, serta aplikasinya bagi kebutuhan
Bahan ajar berisikan materi pembelajaran masyarakat, literasi saintifik sangat penting untuk
beserta evaluasi. Bahan ajar merupakan salah satu memecahkan berbagai persoalan yang terkait etika,
bagian dari sumber ajar yang dapat diartikan sesuatu moral dan isu-isu global akibat perubahan yang pesat
yang mengandung pesan pembelajaran, baik yang dalam bidang sains dan teknologi. Seseorang yang
bersifat khusus maupun bersifat umum yang dapat memiliki kemampuan literasi saintifik adalah orang
dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran yang memiliki kemampuan untuk menyelesaikan
(Mulyasa, 2006). Disisi lain, bahan ajar adalah bahan masalah dengan menggunakan konsep-konsep sains
atau materi yang disusun oleh guru secara sistematis yang diperoleh dalam pendidikan (Poedjiadi, 2005).

115
Ada tiga dimensi dari literasi saintifik, yaitu Tabel 1. Rancangan Penelitian Kelompok Kontrol
konsep saintifik, proses saintifik, dan konteks saintifik. Non Equivalen Hanya dengan Postes
Konsep saintifik atau pengetahuan saintifik diperlukan
untuk memahami fenomena tertentu dari alam dan Kelompok Pretes Perlakuan Postes
perubahan akibat kegiatan manusia. Proses saintifik
yang difokuskan pada kemampuan untuk Eksperimen - X O2
memperoleh, menginterpretasikan, dan bertindak atas Kontrol non
bukti. Konteks saintifik dipilih dari kehidupan - - O2
ekuivalen
manusia sehari-hari (Utami et al., 2016).
Literasi ini sangat bagus ditanamkan dalam Keterangan :
diri siswa agar siswa lebih mudah berinteraksi X = Penggunaan bahan ajar IPA terpadu tema
dengan lingkungan di sekitarnya. Dengan adanya gelombang dalam kehidupan
kemampuan literasi siswa, maka akan memudahkan O2 = Tes akhir setelah diberikan perlakuan
mereka dalam menemukan masalah yang ada di Variabel dapat didefinisikan sebagai atribut
sekitarnya dan dapat secara langsung menemukan atau sifat seseorang. Variabel penelitian adalah suatu
solusi dari masalah yang ditemukan atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau
Literasi visual (visual literacy) merupakan kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
kemampuan untuk menafsirkan, menggunakan, diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik
menghargai, dan menciptakan gambar dan video kesimpulannya (Sugiyono, 2017). Pada penelitian ini,
menggunakan kedua medium konvensional. Literasi terdapat tiga variabel penelitian. Adapun variabel-
visual perlu dimiliki oleh seorang siswa, agar siswa variabel pada penelitian ini adalah variabel bebas,
tersebut dapat menyesuaikan diri dengan kemajuan variabel terikat, dan variabel kontrol.
IPTEK. Siswa yang memiliki literasi visual dapat Variabel bebas adalah bahan ajar IPA
mengembangkan ide-ide cemerlang dalam berkarya. terpadu tema gelombang dalam kehidupan
Literasi visual memiliki aspek penilaian, yaitu bermuatan literasi era digital. Variabel terikat dari
menafsirkan dan menciptakan. Menafsirkan visual penelitian ini adalah hasil belajar siswa kelas VIII
didasarkan pada gagasan bahwa gambar dapat dibaca SMPN 8 Padang. Sementara itu, variabel kontrol yaitu:
dengan makna yang dapat dikomunikasikan melalui materi pembelajaran, alokasi waktu, guru, jumlah dan
proses membaca. Menciptakan visual berupa keteram jenis soal yang diujikan, penilaian autentik, suasana
pilan dan kemampuan untuk mengevaluasi, menerap belajar, dan buku teks IPA.
kan, atau membuat representasi visual yang konsep Populasi adalah keseluruhan objek yang
tual. Dengan adanya kemampuan siswa dalam diteliti. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh
menafsirkan visual dan memanfaatkan visual, maka siswa kelas VIII SMPN 8 Padang yang terdaftar pada
siswa dapat memahami materi pelajaran dengan baik. semester genap Tahun Ajaran 2017/2018. Sampel
Pengembangan bahan ajar IPA terpadu tema adalah bagian dari populasi. Sampel penelitian ini
pemanfaatan gelombang telah dilakukan oleh Asrizal terdiri dari kelas eksperimen dan kelas kontrol.
(2017). Hanya saja ujicoba yang dilakukan masih Penentuan kelas eksperimen dan kelas kontrol dipilih
dalam skala terbatas untuk menentukan kepraktisan dengan cara menggunakan teknik sampling bertujuan
dan efektivitas dari penggunaan bahan ajar IPA dan sampling rendom kluster. Sampel pada penelitian
terpadu. Dengan alasan ini, peneliti tertarik untuk ini adalah VIII B sebagai kelas eksperimen dan VIII
melanjutkan penelitian ini. Tujuan dari penelitian H sebagai kelas kontrol.
adalah untuk menentukan pengaruh penggunaan Teknik pengumpulan data pada aspek penge
bahan ajar IPA terpadu bermuatan literasi era digital tahuan diambil dalam bentuk tes tertulis, aspek sikap
dalam pendekatan saintifik terhadap hasil belajar dalam bentuk observasi, dan aspek keterampilan
siswa kelas VIII. dalam bentuk penilaian kinerja. Data aspek sikap dan
keterampilan diperoleh selama proses pembelajaran
berlangsung, sedangkan data aspek pengetahuan
METODE PENELITIAN diperoleh setelah diberikan tugas dan dilangsung
Jenis penelitian yang digunakan adalah ekspe kannya ulangan harian.
rimen semu. Desain penelitian yang digunakan Instrumen adalah pengumpul data penelitian
adalah rancangan penelitian kelompok kontrol yang merupkan prosedur sistematis dengan memberi
nonequivalen hanya dengan Postes. Pada desain ini, kan aturan yang telah ditentukan. Instrumen yang
sebuah grup sampel diberikan perlakuan dan diukur digunakan dalam penelitian ini adalah lembaran
setelah mendapatkan perlakuan. Skor dari grup yang observasi untuk aspek sikap, tes tertulis dalam bentuk
diberi perlakuan dibandingkan dengan grup sampel soal pilihan ganda untuk aspek pengetahuan dan
lain yang tidak mendapatkan perlakuan atau grup penilaian kinerja untuk aspek keterampilan.
kontrol (Gravetter, 2016). Desain penelitian yang Analisis data penelitian dilakukan untuk meng
dilakukan dapat dilihat pada Tabel 1. uji kebenaran hipotesis yang diajukan dalam
penelitian. Statistik deskriptif digunakan untuk

116
mendeskripsikan data sampel dan tidak berlaku untuk Pada persamaan, jika nilai th berada diantara nilai tt
populasi dimana sampel diambil (Sugiyono, 2017). maka hipotesis Ho diterima. Sebaliknya apabila nilai
statistik deskriptif mencakup: distribusi frekuensi, th berada di luar nilai tt maka hipotesis Ho ditolak.
angka indeks, deret waktu atau data berkala, dan
korelasi dan regresi sederhana. Distribusi frekuensi HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
mencakup grafik distribusi, ukuran nilai pusat,
ukuran dispersi, dan keruncingan kurva (Sugiyono, 1. Hasil Penelitian
2017). Dengan demikian, statistik deskriptif hanya Hasil penelitian diperoleh dari data-data. Data
aspek pengetahuan didapat dari tes tertulis yang
dapat digunakan untuk menyimpulkan data sampel,
berupa soal pilihan ganda. Tes ini diadakan di akhir
bukan populasi.
Uji normalitas adalah uji yang digunakan penelitian. Data aspek keterampilan diperoleh selama
untuk membuktikan bahwa populasi terdistribusi kegiatan praktikum berlangsung dengan berpedoman
normal. Uji normalitas dapat digunakan dengan kepada lembar penilaian kinerja pada keterampilan.
menggunakan uji Lilliefors. Langkah-langkah dari uji Data aspek sikap didapatkan selama proses
pembelajaran berlangsung dengan cara mengisi
Lilifors, yaitu: mengurutkan data dari yang terkecil
hingga yang terbesar. Langkah berikutnya adalah lembar observasi sikap. Secara umum ada tiga hasil
menjadikan data yang telah diurutkan menjadi dari penelitian ini.
bilangan baku, lalu menggunakan daftar distribusi a. Pengaruh Bahan Ajar IPA Terpadu pada Aspek
normal baku kemudian menghitung peluangnya. Pengetahuan
Selisih dari F(Zi)-S(Zi) dihitung dan kemudian
Aspek pengetahuan diperoleh dari hasil tes
ditentukan harga mutlaknya. Harga yang paling besar
akhir. Tes akhir diberikan kepada kedua kelas sampel
diantara harga mutlak selisih tersebut diambil yang
yang diadakan diakhir kegiatan penelitian. Kelas
disebut Lo. Nilai Lo dibandingkan dengan nilai kritis
sampel diberikan tes berupa soal pilihan ganda yang
Lt yang terdapat dalam tabel nilai kritis L untuk uji
terdiri dari 32 butir soal. Hasil perhitungan secara
Liliefors pada taraf nyata α= 0,05. Kriteria data statistik, diperoleh nilai rata-rata (Xr), simpangan baku
terditribusi normal jika Lo < Lt.
(S), dan varians (S2) dari kedua kelas sampel.
Uji normalitas yang telah dilakukan dilan
jutkan dengan uji homogenitas. Uji Homogenitas Hasil perhitungan ini dapat dilihat pada Tabel 2.
bertujuan untuk melihat apakah kedua kelompok data Tabel 2. Nilai Rata-rata, Simpangan baku, dan
mempunyai varians yang homogen atau tidak. Untuk Varians Pengetahuan Kelas Sampel
melakukan hal ini dilakukan uji F, dengan langkah-
langkah, mencari varians masing-masing data, Rata-rata Simp
Kelas N Varians
Pengetahuan baku
kemudian dihitung harga F dengan rumus: Eksperimen 32 84,08 3,75 14,08
𝑛 𝑓𝑖 ��𝑖 2 − 𝑓𝑖 ��𝑖 2 Kontrol 32 77,15 6,75 45,63
𝑆2 =
𝑛 𝑛−1

Jika harga Fh sudah didapatkan maka harga Fh diterima atau tidak (Arifin, 2016). Kriteria untuk
dibandingkan dengan harga Ft yang terdapat dalam pengujian hipotesis Ho dapat dilihat sebagai berikut:
daftar distribusi dengan taraf signifikan 5%, dkpembilang −��1−1 < ��ℎ < ��1−1 𝛼
2 2
dan dkpenyebut = n – 1. Bila harga Ft> Fh berarti kedua
kelas mempunyai varians yang homogen. Sebaliknya
jika Ft < Fh, berarti kelompok sampel tidak
mempunyai varians yang homogen.
Untuk menguji hipotesis tersebut, dilakukan
uji perbandingan dua rata-rata. Jika sampel terdistri
busi normal dan kedua kelompok homogen, maka
dilakukan uji t. Rumus uji t yaitu:
X 1 X 2
t
1 1
S 
n1 n 2

Kriteria pengujian diperoleh dengan mem


bandingkan nilai th dengan cara Ho diterima jika
memenuhi nilai thberada diantara daerah penerimaan
Ho dengan taraf signifikan 0,05, sedangkan untuk
harga lain Ho ditolak. Perbedaan nilai th dengan nilai
tt dijadikan acuan untuk menyatakan hipotesis

117
Berdasarkan Tabel 2 dapat dijelaskan tiga hal.
Pertama, ada perbedaan antara aspek pengetahuan
siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Kedua,
nilai simpangan baku kelas eksperimen lebih kecil
dibandingkan dengan kelas kontrol. Ketiga, nilai
varians kelas eksperimen lebih rendah dibandingkan
dengan kelas kontrol.
Berdasarkan hasil Uji normalitas data aspek
pengetahuan diperoleh kelas eksperimen dengan
jumlah siswa 32, taraf nyata 0,05 diperoleh Lo
sebesar 0,149. Kelas kontrol dengan jumlah siswa 32,
taraf nyata 0,05 diperoleh Lo sebesar 0,08.
Berdasarkan data yang diperoleh nilai Lo kedua kelas
lebih kecil dibandingkan dengan Lt yang nilainya
0,157. Hal ini berarti data aspek pengetahuan kelas
sampel terdistribusi normal.
Berdasarkan hasil uji homogenitas data Aspek
pengetahuan pada taraf nyata 0,05 didapatkan Fh
lebih besar dari pada Ft. Kedua kelas sampel
dikatakan homogen apabila Fh < Ft. Dari data yang
diperoleh nilai Fh sebesar 3,24 dengan varians pada
kelas eksperimen sebesar 14,08 dan 45,63 pada kelas

118
kontrol. Karena nilai Fh > Ft maka disimpulkan kedua Hasil uji homogenitas yang didapatkan dari
kelas sampel tidak homogen. data aspek keterampilan menggunakan taraf nyata
Hasil uji perbandingan dua rata-rata pada 0,05 didapatkan Fh lebih besar dari pada Ft. Kedua
aspek pengetahuan dapat dijelaskan pada Tabel 3. kelas sampel dikatakan homogen apabila nilai Fh < Ft.
Dari data yang diperoleh nilai Fh sebesar 2,671
Tabel 3. Hasil perhitungan Uji t’ Aspek Pengetahuan dengan varians pada kelas eksperimen sebesar 30,6
Kelas rata-rata th t(1-α/2) - t(1-α/2) dan 218,9 pada kelas kontrol. Karena nilai Fh > Ft
sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua kelas sampel
Eksperimen 84,08 tidak homogen.
5,077 2,00 -2,00
Kontrol 77,14 Hasil uji normalitas dan uji homogenitas
dijadikan sebagai pertimbangan untuk menggunakan
Berdasarkan Tabel 3 dapat dinyatakan bahwa setelah jenis uji perbandingan. Berdasarkan hasil kedua uji
dilakukan analisis
adalah sebesar 5,08.statistik
Nilai ��nilai ��ℎ dari
. untuk dk= kedua kelas
n-2 sebesar
2,00. Berarti nilai th berada𝑡 di luar daerah penerima normalitas dan homogenitas maka digunakan uji t1.
an hipotesis Ho. Hasil uji perbandingan dua rata-rata pada aspek
Dari hasil uji hipotesis dapat dikemukakan keterampilan dapat dilihat pada Tabel 5.
bahwa terdapat perbedaan pengetahuan yang berarti Tabel 5. Hasil Perhitungan Uji t’ Aspek
antara siswa yang menggunakan bahan ajar IPA Keterampilan
terpadu bermuatan literasi era digital dengan siswa
yang tidak menggunakannya. Adanya perbedaan Kelas rata-rata th t(1-α/2) - t(1-α/2)
yang berarti pada aspek pengetahuan mengindikasi Eksperimen 84,55
kan adanya pengaruh dari penggunaan bahan ajar 3,56 2,00 -2,00
IPA terpadu. Dengan demikian, penggunaan bahan Kontrol 74,61
ajar IPA terpadu bermuatan literasi era digital
memberikan pengaruh yang berarti. terhadap aspek Berdasarkan Tabel 5 dapat digambarkan
pengetahuan siswa. bahwa nilai rata-rata aspek keterampilan dari siswa
b. Pengaruh Bahan Ajar IPA Terpadu pada Aspek kelas eksperimen lebih tinggi dari nilai siswa kelas
Keterampilan kontrol. Nilai ��ℎ dari kedua kelas adalah sebesar
Data aspek keterampilan siswa diperoleh 3,56 Nilai ��𝑡 untuk dk= n-2 sebesar 2,00. Nilai th
selama kegiatan praktikum yang sedang berlangsung. berada di luar daerah penerimaan hipotesis Ho.
Hasil uji hipotesis mengindikasikan bahwa
Hasil data keterampilan dapat dilihati pada Tabel 4 .
ada perbedaan keterampilan yang berarti antara siswa
Tabel 4. Nilai Rata-rata, Simpangan Baku, dan yang menggunakan bahan ajar IPA terpadu dengan
Varians Kelas Sampel Aspek Keterampilan siswa yang tidak menggunakannya. Adanya perbe
daan nilai keterampilan yang berarti ini menunjukkan
Rata-rata
Kelas Keterampilan
Simp baku Varians adanya pengaruh dari penggunaan bahan ajar IPA
terpadu terhadap keterampilan siswa. Oleh karena
Eksperimen 84,55 5,539 30,68 itu, penggunaan bahan ajar IPA terpadu bermuatan
74,61 literasi era digital memberikan pengaruh yang berarti
Kontrol 14,79 218,9
terhadap aspek keterampilan siswa.
Berdasarkan Tabel 4 ada tiga hal yang dapat
c. Pengaruh Bahan Ajar IPA Terpadu pada Aspek
dijelaskan. Pertama, nilai rata-rata pada aspek
Sikap
keterampilan kelas eksperimen lebih besar diban
dingkan dengan nilai rata-rata pada aspek keteram Data aspek sikap siswa diperoleh selama
pilan kelas kontrol. Kedua, simpangan baku kelas kegiatan pembelajaran menggunakan bahan ajar IPA
eksperimen memiliki nilai yang lebih kecil terpadu. Data sikap dianalisis dengan statistik. Hasil
dibandingkan dengan simpangan baku pada kelas analisis statistik untuk data aspek sikap siswa
kontrol. Ketiga, nilai varians kelas kontrol lebih ditampilkan pada Tabel 6.
tinggi dari pada nilai varians kelas eksperimen. Tabel 6. Nilai Rata-rata, Simpangan Baku, dan
Berdasarkan hasil uji normalitas data aspek Varians Kelas sampel Aspek Sikap
Rata- Simp
pengetahuan diperoleh kelas eksperimen dengan Kelas N Varians
rata baku
jumlah siswa 32, taraf nyata 0,05 dengan
memperoleh Lo sebesar 0,099. Kelas kontrol dengan Eksperimen 32 82,78 5,423 29,412
jumlah siswa 32, taraf nyata 0,05 diperoleh nilai Lo Kontrol 32 79,20 3,351 11,234
sebesar 0,14. Berdasarkan data yang diperoleh nilai Lo
kedua kelas lebih kecil dibandingkn dengan Lt yang Pada Tabel 6 ada tiga hal yang dapat
nilainya 0,157. Hal ini berarti data aspek pengetahuan diungkapkan. Pertama, nilai rata-rata aspek sikap
kelas sampel terdistribusi normal. pada kelas eksperimen sebesar 82,78 dan nilai aspek

119
sikap ada kelas kontrol sebesar 79,20. Kedua, nilai literasi era digital memberikan pengaruh yang berarti
simpangan baku kelas eksperimen lebih tinggi dari terhadap aspek pengetahuan siswa. Berdasarkan hasil
pada simpangan baku pada kelas kontrol. Ketiga, analisis pada aspek pengetahuan memperlihatkan
terlihat dari nilai varians kelas ekperimen lebih tinggi bahwa kelas yang menggunakan bahan ajar IPA
dibandingkan dengan kelas kontrol. terpadu bermuatan literasi era digital memiliki nilai
Berdasarkan hasil Uji normalitas data aspek rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas
pengetahuan diperoleh kelas eksperimen dengan yang tidak menggunakan bahan ajar IPA terpadu
jumlah siswa 32, taraf nyata 0,05 dengan mempe bermuatan literasi era digital. Hal ini menunjukkan
roleh Lo sebesar 0,098. Kelas kontrol dengan jumlah bahwa penggunaan bahan ajar IPA terpadu bermuat
siswa 32, taraf nyata 0,05 memperoleh Lo sebesar an literasi era digital tema gelombang dalam
0,131. Berdasarkan data yang diperoleh nilai Lo kehidupan menggunakan pendekatan saintifik mem
kedua kelas lebih kecil dibandingkan dengan Lt yang berikan pengaruh yang berarti terhadap kompetensi
nilainya 0,157. Hal ini berarti data aspek pengeta pengetahuan siswa. Sejalan dengan itu, fungsi bahan
huan kelas sampel terdistribusi normal. ajar yakni untuk menjadi pedoman dalam proses
Hasil Uji Homogenitas yang didapatkan dari pembelajaran serta memberi motivasi, mengembang
data aspek pengetahuan menggunakan taraf nyata kan kreasi, serta mengenali potensi dalam
0,05 didapatkan Fh lebih kecil dari pada Ft. kedua pembelajaran (Prastowo, 2014). Dengan tingginya
kelas sampel dikatakan homogen apabila Fh < Ft. Dari motivasi yang diberikan guru sehingga dapat
data yang diperoleh nilai Fh sebesar 1,618 dengan membantu siswa dalam mengembangkan kreasinya
varians pada kelas eksperimen sebesar 29,4 dan 11,2 serta membuat aspek pengetahuan siswa maningkat.
pada kelas kontrol. Karena nilai Fh < Ft maka Hasil kedua penelitian yaitu penggunan bahan
disimpulkan kedua kelas sampel homogen. ajar IPA terpadu bermuatan literasi era digital
Hasil uji normalitas dan uji homogenitas dari data memberikan pengaruh yang berarti terhadap aspek
aspek sikap siswa dijadikan sebagai dasar untuk keterampilan siswa. Berdasarkan hasil analisis pada
memilih jenis uji perbandingan rata-rata. Dari hasil aspek keterampilan terlihat bahwa kelas yang
uji normalitas dan homogenitas digunakan uji-t. Hasil menggunakan bahan ajar IPA Terpadu bermuatan
uji perbandingan dua rata-rata pada aspek sikap literasi memiliki nilai keterampilan yang tinggi
diperlihatkan pada Tabel 7. dibandingkan dengan yang tidak menggunakannya.
Hal ini dikarenakan bahan ajar IPA terpadu memuat
Tabel 7. Hasil Perhitungan Uji t Aspek Sikap
literasi yang mendukung keterampilan siswa salah
- t(1- satunya yaitu literasi proses saintifik. Pada literasi
Kelas rata-rata th t(1-α/2)
α/2) proses saintifik aspek yang dinilai yaitu kemampuan
Eksperimen 82,75 siswa dalam mengamati, mengajukan pertanyaan,
3,177 2,00 -2,00 mengajukan hipotesis, merencanakan penyalidikan,
Kontrol 79,20
melakukan penyelidikan, menginterpretasikan, me
dari Berdasarkan
kedua Tabel 7Nilai
kelas sampel. dapat�� dinyatakan
yang �� nilai ��ℎ
didapatkan nyimpulkan dan mengkominikasikan hasil penyelidik
setelah ℎsebesar
Nilai ��𝑡 dilakukan
untuk dk=analisis statistik
n-2 sebesar ��𝑡 = ℎ = 3,177.
2,00. Dari uji an. Setelah melakukan kegiatan proses saintifik,
perbandingan didapatkan nilai th berada di luar
daerah penerimaan hipotesis Ho. Hal ini berarti siswa diminta untuk membuat laporan kegiatan
hipotesis Ho untuk data aspek sikap ditolak. praktikum. Dengan demikian, siswa menjadi terlatih
Hasil uji perbandingan mengisyaratkan bahwa dan keterampilan siswa meningkat.
hipotesis Ho ditolak. Hal ini berarti ada perbedaan Hasil terakhir penelitian adalah penggunaan
nilai rata-rata sikap yang berarti antara siswa yang bahan ajar IPA terpadu bermuatan literasi era digital
menggunakan bahan ajar IPA terpadu bermuatan memberikan pengaruh yang berarti terhadap aspek
literasi era digital dengan siswa yang tidak sikap siswa. Hasil analisis data pada aspek sikap dinilai
dari enam aspek penilaian sikap yaitu disiplin, ingin
menggunakannya. Adanya perbedaan yang berarti ini
tahu, percaya diri, komitmen inkuiri, kerjasama dan
mengindikasikan bahwa adanya pengaruh dari
komunikasi. Dari dari data yang telah dianalisis dapat
penggunaan bahan ajar IPA terpadu. Dengan dilihat bahwa rata-rata nilai akhir pada aspek sikap
demikian, penggunaan bahan ajar IPA terpadu kelas sampel memiliki nilai rata-rata yang berbeda.
bermuatan literasi era digital dalam pendekatan Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan bahan ajar
saintifik memberikan pengaruh yang berarti pada IPA terpadu bermuatan literasi era digital tema
aspek sikap siswa. gelombang dalam kehidupan dalam pendekatan
saintifik memiliki perbedan yang signifikan sehingga
2. Pembahasan mengidentifikasi adanya pengaruh yang berarti
Hasil pertama yang telah dicapai adalah terhadap aspek sikap siswa.
penggunaan bahan ajar IPA terpadu bermuatan Penelitian yang telah dilakukan memiliki
beberapa keterbatasan. Keterbatasan pertama peneliti
an adalah pada tema yang digunakan. Penelitian ini
masih terbatas pada satu tema. Tema yang diterapkan

120
dalam penelitian ini yaitu tema gelombang dalam Berbasis Saling Temas dengan Tema Biomassa
kehidupan. Tema gelombang dalam kehidupan terdiri Sumber Energi Alternatif Terbarukan. Jurnal
dari 4 buah subtema yang disesuaikan dengan Pendidikan Fisika, 1 (1), 81-89.
kompetensi dasar. Berdasarkan hal tersebut, peneliti Asrizal, A., Amran, A., Ananda, A., Festiyed, F.,
lain hendaknya dapat mengembangkan penelitian Yana, W.A. (2017). Effectiveness of Integrated
dengan menggunakan tema-tema lainnya atau melaku Science Learning Materials of Waves in Life by
kan penelitian lebih dari satu tema. Integrating Digital Age Literacy on Grade VIII
Keterbatasan kedua penelitian adalah pada Students. Proceeding of The 1st UR
literasi yang digunakan dalam bahan ajar IPA International Conference on Educational
terpadu. Literasi yang digunakan pada bahan ajar ini Sciences.
yaitu literasi era digital terbatas pada tiga jenis Asrizal, A., Amran, A., Ananda, A., & Festiyed, F.
literasi saja yaitu literasi fungsional, saintisik dan (2017). Effectiveness of Integrated Science
visual. Padahal literasi era digital memiliki tujuh Instructional Material on Pressure in Daily Life
jenis literasi. Berdasarkan keterbatasan ini, peneliti Theme to Improve Digital Age Literacy of
lain diharapkan dapat mengembangkan atau mencoba Students. IOP Conf. Series: Journal of Physics:
literasi lainnya seperti literasi teknologi, literasi Conf. Series 1006.
budaya dan lainnya. Clay, M.M. (2001). Change Over Time in Children’s
Keterbatasan ketiga pada penelitian ini adalah Literacy Development. Portsmouth: Heinemann.
instrumen aspek sikap yang digunakan masih terbatas Dessai, P. M., & Kulkarn, R.V. (2012). Literature
yaitu observasi. Untuk peneliti lain diharapkan dapat Review on Information and Communication
mengembangkan atau mencobanya dengan meng Technology in Education. Oriental Journal of
gunakan instrumen berupa penilaian diri, penilaian Computer Science & Technology, 5 (1), 99-106.
sejawat dan jurnal. Gravetter, F.J & Lori, A. B. F. (2016). Research
Kendala terakhir yaitu model pembelajaran Methods For The Behavioral Sciences, Fifth
terpadu yang digunakan. Pada penelitian ini model Edition.Stamford : Cengage learning.
yang dipakai yaitu model terhubung dan model Khairani, S., Asrizal, A., & Amir, H. (2017).
terjaring. Sebagai alternatif pemecahan masalah Pengembangan Bahan Ajar IPA Terpadu Ber
adalah peneliti lain dapat mencoba model-model orientasi Pembelajaran Kontekstual Tema
pembelajaran terpadu lainnya seperti model terurut, Pemanfaatan Tekanan dalam Kehidupan untuk
model terbagi, model tertali, dan sebagainya. Meningkatkan Literasi Siswa Kelas VIII SMP.
Pillar of Physics Education, 10(2017), 153-160.
KESIMPULAN Majid, A. (2014). Pembelajaran Tematik Terpadu.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Berdasarkan analisis data yang telah dilaku Mulyasa, M. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan
kan dapat dikemukakan kesimpulan dari penelitian. Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah penggunaan Poedjiadi, A. (2005). Sains Teknologi Msyarakat:
bahan ajar IPA terpadu tema gelombang dalam Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Bermuat
kehidupan bermuatan literasi era digital memberikan an Nilai. Bandung: Remaja Rosdakarya.
pengaruh yang berarti dalam pendekatan saintifik Prastowo, A. (2014). Panduan Kreatif Membuat
terhadap hasil belajar siswa mencakup aspek Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: Diva Press
pengetahuan, keterampilan dan sikap siswa kelas Resmini, N. (2013). Orasi dan Literasi dalam
VIII SMPN 8 Padang pada taraf kepercaaan 95%. Dari Pengajaran Bahasa. Bandung : UPI Press. Rusman, R.
hasil ini direkomendasikan bahwa guru IPA dapat (2015). Pembelajaran Tematik Terpadu.
menggunakan bahan ajar IPA terpadu bermuatan Jakarta: Rajawali Pers.
literasi era digital sebagai alternatif bahan ajar dalam Sanjaya, W. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran.
pembelajaran IPA. Jakarta: Kencana.
Sugiyono, S. (2017). Statistik untuk Penelitian.
Bandung : Alfabeta
DAFTAR PUSTAKA
Syahril, dkk. (2009). Profesi Kependidikan. Padang
UNP Press.
Ananda, R & Abdillah. (2018). Pembelajaran
Trianto, T. (2015). Model Pembelajaran Terpadu.
Terpadu (Karakteristik, Landasan, Fungsi,
Jakarta: Bumi Aksara.
Prinsip dan Model). Medan : LPPPI
Utami, B., Saputro, S., Ashadi, A., & Masykuri, M.
Arifin, Z. ( 2012). Penelitian Pendidikan Metode dan
(2016). Scientific Literacy in Science Lesson.
Paradigma Baru. Bandung: PT Remaja Rosda
Prosiding ICCTE FKIP UNP, 1 (1), 125-133.
karya Offset.
Withrow, F. B. (2004). Literacy in the Digital Age. A
Arlitasari, O., Pujayanto, P., & Budiharti, R. (2013).
Joural of Inquiry and Practice, 11 (4), 1-4.
Pengembangan Bahan Ajar IPA Terpadu

121

S-ar putea să vă placă și