Sunteți pe pagina 1din 13

Plagiarism Checker X Originality Report

Similarity Found: 26%

Date: Saturday, November 02, 2019


Statistics: 766 words Plagiarized / 2913 Total words
Remarks: Medium Plagiarism Detected - Your Document needs Selective Improvement.
-------------------------------------------------------------------------------------------

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN DENGAN PERILAKU SWAMEDIKASI


TERHADAP PENGGUNAAN OBAT METAMPIRON SECARA RASIONAL DI APOTEK
GUARDIAN SUMMARECON MALL BEKASI KECAMATAN BEKASI UTARA Relationship of
the Patient’s Knowledge Level with Self Medication Behavior of Rational Use of
Methampyron Drug at the Guardian Pharmacy Summarecon Mall Bekasi North Bekasi
District ABSTRACT Self medication is the act of selecting and using drugs by someone to
treat a disease or symptom that can be recognized by themselves. That practice is based
on the thought that self medication is sufficient to treat minor ailments without
involving medical staff.

But in its implementation there are still medication error, because of that, monitoring is
needed from pharmacist. Society needs appropriate knowledge to get the right
behavior in self medication. Methampyron is one of the analgetic drug from
nonsteroidal antiinflammatory grups (NSAID) that are included in the apothecary
medicine (OWA) no. 1.

This research aims to determine the correlation between knowledge with self
medication behavior towards methampyron use in pharmacies. This research is an
observational analytic study with cros sectional method approach and using a purpose
sampling technique with 88 respondents conducted in Apr – June 2019. The result of
this research indicate that 83% of respondents have good knowledge and 17% of
respondents have sufficient knowledge.

In self medication behavior, the use of methampyron shows 86% of respondents have
good rationality and 14% of respondents have sufficient rationality. Where knowledge
and rationality self medication behavior there is a significant relationship with a
significance value of 0,016 (< 0,050). From these results, it can be concluded that the
rationality behavior is closely related to the knowledge of self medication.

Keywords : Methampyron, Self medication, Knowledge, Behavior, Rationality. ABSTRAK


Swamedikasi merupakan tindakan pemilihan dan penggunaan obat-obatan oleh
seseorang untuk mengobati penyakit atau gejala yang dapat dikenali sendiri.
Pelaksanaan swamedikasi didasari oleh pemikiran bahwa pengobatan sendiri cukup
untuk mengobati penyakit ringan tanpa melibatkan tenaga kesehatan.

Namun dalam pelaksanaannya masih terdapat kesalahan dalam pengobatan, karena hal
itu, diperlukannya pengawasan dari apoteker. Masyarakat membutuhkan pengetahuan
yang sesuai untuk mendapatkan perilaku yang tepat dalam swamedikasi. Metampiron
adalah salah satu obat analgesik dari golongan anti-inflamasi nonsteroid (OAINS /
NSAID) yang termasuk dalam obat wajib apotek (OWA) no. 1.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan


perilaku swamedikasi terhadap penggunaan metampiron di apotek. Penelitian ini
merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan metode cross sectional.
Pengambilan sampel menggunakan teknik purpose sampling dengan sampel sebanyak
88 responden yang dilakukan pada bulan April – Juni 2019.

Hasil penelitian ini menunjukkan dimana 83% responden memiliki pengetahuan yang
baik dan 17% responden memiliki pengetahuan yang cukup. Pada perilaku swamedikasi
penggunaan metampiron menunjukkan 86% responden memiliki rasionalitas yang baik
dan 14% responden memiliki rasionalitas yang cukup. Dimana pengetahuan dan
rasionalitas perilaku swamedikasi terdapat hubungan yang signifikan dengan nilai
signifikansi 0,016 (< 0,050).

Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa perilaku rasionalitas dalam
swamedikasi sangat berhubungan dengan tingkat pengetahuan swamedikasi. Kata kunci
: Metampiron, Swamedikasi, Pengetahuan, Perilaku, Rasionalitas
PENDAHULUAN Swamedikasi atau pengobatan sendiri merupakan tindakan pemilihan
dan penggunaan obat – obatan, baik obat tradisional maupun obat modern oleh
seseorang untuk mengobati penyakit atau gejala yang dapat dikenali sendiri (WHO,
2010).

Umumnya, swamedikasi dilakukan untuk mengatasi keluhan dan penyakit ringan yang
banyak dialami masyarakat, seperti demam, batuk, flu, nyeri, diare dan gastritis (Depkes,
2006). Pelaksanaan swamedikasi didasari oleh pemikiran bahwa pengobatan sendiri
cukup untuk mengobati masalah kesehatan yang dialami tanpa melibatkan tenaga
kesehatan.

Tujuan swamedikasi adalah untuk peningkatan kesehatan, pengobatan sakit ringan, dan
pengobatan rutin penyakit kronis setelah perawatan dokter. Sedangkan keuntungannya
adalah aman apabila digunakan sesuai dengan petunjuk, efektif, hemat waktu dan biaya
(Supardi dan Notosiswoyo, 2005). Pelaksanaan swamedikasi dalam penggunaan obat
harus mengikuti prinsip penggunaan obat secara umum, yaitu penggunaan obat secara
aman dan rasional.

Swamedikasi yang bertanggung jawab membutuhkan produk obat yang sudah terbukti
keamanan, khasiat dan kualitasnya, serta membutuhkan pemilihan obat yang tepat
sesuai dengan indikasi penyakit dan kondisi pasien (Depkes, 2007). Namun dalam
pelaksanaannya, pengobatan secara swamedikasi masih terdapat banyak kesalahan
(medication error).

Kesalahan dalam pengobatan umumnya disebabkan karena keterbatasan pengetahuan


masyarakat terhadap obat, penggunaan obat dan informasi obat. Untuk itu masyarakat
berhak memperoleh informasi yang tepat, benar, lengkap, objektif dan tidak
menyesatkan (Septi et al, 2017). Sebagai seorang profesional dalam bidang kefarmasian,
Apoteker mempunyai peran yang sangat penting dalam memberikan bantuan, nasehat
dan petunjuk kepada masyarakat yang ingin melakukan swamedikasi, agar dapat
melakukannya secara bertanggung jawab (Depkes, 2007).

Penyakit ringan yang umum dilakukan swamedikasi salah satunya adalah nyeri. Rasa
nyeri seringkali timbul apabila suatu jaringan mengalami gangguan atau kerusakan.
Rasa nyeri akan disertai respon stress antara lain berupa meningkatnya rasa cemas,
denyut jantung, tekanan darah dan frekuensi napas. Nyeri yang berlanjut atau tidak
ditangani dengan tepat akan memicu respon stress yang berkepanjangan.

Hal ini dapat menyebabkan menurunnya fungsi imun, mempercepat kerusakan jaringan,
laju metabolisme, pembekuan darah dan retensi cairan pada tubuh, sehingga akhirnya
akan memperburuk kualitas kesehatan (Hartwig dan Wilson, 2006). Obat-obatan yang
terutama digunakan sebagai analgesik atau penghilang nyeri salah satunya adalah
golongan obat anti-inflamasi nonsteroid (OAINS / NSAID) yang banyak digunakan atau
diperjualbelikan di apotek tanpa menggunakan resep dokter.

Yang termasuk dalam golongan OAINS / NSAID antara lain : golongan penghambat
COX2 (contoh: Celecoxib dan Etoricoxib), golongan salisilat (contoh: Aspirin), golongan
propionat (contoh: Ibuprofen dan Ketoprofen), golongan oksikam (contoh: Piroksikam
dan Meloksikam), golongan antranilat (contoh: Asam mefenamat), golongan alkanoat
(contoh: Diklofenak), dan golongan pirazolidin (contoh: Metampiron).

Sebagai salah satu golongan obat yang banyak dijadikan pilihan dalam pelaksanaan
swamedikasi pengobatan nyeri, masyarakat membutuhkan informasi yang jelas dan
tepat mengenai penggunaan obat-obatan yang dikonsumsi agar aman dan efektif.
Informasi yang dibutuhkan antara lain tentang dosis obat, waktu minum obat, aturan
minum obat, kontraindikasi, dan cara pemakaian obat (Ananda, 2013).

Pengetahuan merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan


seseorang (Notoatmodjo, 2010). Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain: usia, pendidikan, lingkungan, intelegensia, dan pekerjaan
(Notoatmodjo, 2003). Perilaku manusia adalah hasil dari berbagai pengalaman serta
interaksi manusia dengan lingkungan yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap
dan tindakan (Azwar, 2011). Dari hasil penelitian Ananda (2013) menunjukkan bahwa
dari 74.23% responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik, menghasilkan
86.60% responden rasional dalam penggunaan obat, sehingga disimpulkan bahwa
terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku swamedikasi obat
natrium diklofenak di apotek di Kecamatan Sukun Kota Malang. Penelitian serupa belum
pernah dilakukan sebelumnya di kota Bekasi.

Kota Bekasi merupakan salah satu kota yang terdapat di provinsi Jawa Barat, Indonesia.
Kecamatan Bekasi Utara merupakan salah satu diantara 12 kecamatan yang ada di kota
Bekasi, yang memiliki 6 kelurahan. Kecamatan Bekasi Utara dipilih sebagai tempat
penelitian karena melihat kondisi demografis kota Bekasi berdasarkan Sensus Penduduk
2016 (dalam angka tahun 2017) yang jumlah penduduk sebanyak 373.054 jiwa,
merupakan daerah dengan penduduk terbanyak dari total penduduk kota Bekasi
sebanyak 2.803.283 jiwa.

Masyarakat di wilayah ini mempunyai latar belakang pendidikan, pekerjaan dan sosial
ekonomi yang beragam (Badan Pusat Statistik, 2016). Apotek Guardian Summarecon
Mall Bekasi sebagai salah satu apotek yang terdapat di kecamatan Bekasi Utara
menyediakan dan menjual OAINS / NSAID dengan penjualan terbanyak golongan
pirazolidin (contoh: Metampiron) 32,03%, dimana hampir 100 % obat-obatan tersebut
ditransaksikan atau diserahkan oleh apoteker tanpa resep dokter atau dapat dikatakan
pasien membeli obat tersebut sebagai upaya swamedikasi.

Hal ini tentunya menimbulkan pertanyaan apakah pasien memahami aturan pakai, dosis
penggunaan, dan efek samping obat tersebut mengingat obat tersebut dibeli bukan
atas resep dokter meskipun apoteker sudah memberikan konsultasi. Berdasarkan latar
belakang di atas, peneliti ingin mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan perilaku
swamedikasi terhadap penggunaan obat Metampiron yang rasional di apotek Guardian
Summarecon Mall Bekasi, kecamatan Bekasi Utara, kota Bekasi, mengingat obat
Metampiron merupakan obat dengan penjualan yang tertinggi di apotek tersebut.

METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional


analitik dengan menggunakan desain penelitian cross-sectional dan instrumen
penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Jumlah sampel yang digunakan dalan
penelitian dihitung dengan menggunakan rumus jumlah sampel untuk estimasi proporsi
: n = (Z.1/2 – a)2 . P (1 – P) d2 n = (1,96)2 . 0,352 (1 – 0,352) 0,12 n = 87,6 ~ 88 Pasien
Keterangan : n = jumlah sampel P = perkiraan proporsi di populasi.

Berdasarkan data yang ada yaitu sekitar 35,2 % untuk data swamedikasi (Riskesdas,
2013) d = derajat penyimpangan terhadap populasi yang diinginkan, 10 % (0,1), 5 %
(0,05) atau 1 % (0,01) Z1-a/2 = nilai Z pada derajat kemaknaan atau tingkat kepercayaan
tertentu, biasanya 95 % = 1,96 (Hermawati, 2012) Jumlah sampel yang digunakan adalah
sebanyak 88 pasien. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
purpose sampling.

Subyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini memenuhi kriteria inklusi yang
meliputi Pengunjung bertempat tinggal di wilayah kota Bekasi; bersedia bekerja sama
dalam penelitian; pernah menggunakan obat konvensional oral untuk swamedikasi
enam penyakit ringan dalam tiga bulan terakhir; pernah lebih dari sekali membeli obat
metampiron untuk swamedikasi yang ditujukan untuk penggunaan sendiri dalam tiga
bulan terakhir. Tabel 1. Karakteristik Responden _ _No.

_Karakteristik Responden _Frekuensi (n = 88) _(%) _ _1 _Jenis Kelamin _ _ _ _ _Wanita Pria


_57 31 _65 35 _ _2 _Usia _ _ _ _ _18 – 28 29 – 39 40 – 50 ? 50 _34 27 18 9 _39 31 20 10 _
_3 _Pendidikan Terakhir _ _ _ _ _Perguruan Tinggi SMA/SMK/MA/Sederajat _46 42 _52 48
_ _4 _Pekerjaan _ _ _ _ _Pegawai Mahasiswa Wiraswasta / Wirausaha Tidak Bekerja
Tenaga Kesehatan Pensiunan _49 16 11 7 4 1 _56 18 12 8 5 1 _ _Data penelitian berupa
karakteristik responden dianalisis dengan analisis deskriptif.
Hubungan antara tingkat pengetahuan swamedikasi dengan perilaku rasionalitas dalam
penggunaan obat metampiron dilakukan analisis menggunakan uji korelasi Pearson
Chi-Square (X2). HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Hasil penelitian
menunjukkan bahwa mayoritas responden berjenis kelamin wanita, yaitu sebanyak 57
responden (65%) yang menunjukkan bahwa wanita lebih mudah bersedia menjadi
responden dibandingkan dengan pria karena pada dasarnya wanita lebih peduli
terhadap kesehatan (Anna dan Chandra, 2011). Mayoritas usia responden yang
melakukan swamedikasi adalah kelompok usia 18 – 28 tahun, yaitu sebanyak 34
responden (39%).

Hal ini menunjukkan bahwa pada usia produktif atau periodesasi perkembangan dapat
dikatakan sebagai usia dewasa sehingga sudah dapat mengambil keputusan sendiri dan
bertanggung jawab atas keputusan tersebut (Baharuddin, 2009). Mayoritas responden
memiliki tingkat pendidikan terakhir perguruan tinggi drbsnysk 46 responden (52%)
yang termasuk dalam kategori pendidikan lanjutan.

Utaminingrum, dkk (2015) menyatakan bahwa persepsi yang berbeda terkait


swamedikasi dapat dibentuk oleh latar belakang pendidikan, dimana pendidikan tinggi
mengajarkan seseorang untuk berpikir lebih logis dan rasional tentang swamedikasi
sehingga semakin berhati-hati dalam penggunaan obat untuk swamedikasi (Asnasari,
2017). Tabel 2. Profil Swamedikasi Responden _ _No.

_Profil Swamedikasi _Frekuensi (n = 88) _(%) _ _1 _Alasan Melakukan Swamedikasi _ _ _ _


_Tidak Ada Waktu Biaya Dokter yang Tinggi Pengalaman Sebelumnya _35 31 22 _40 35
25 _ _2 _Sumber Informasi Obat _ _ _ _ _Rekomendasi Petugas Kesehatan Rekomendasi
Orang Terdekat Iklan / Internet _36 33 19 _41 37 22 _ _3 _Tempat Pembelian Obat _ _ _ _
_Apotek Toko Obat _76 12 _86 14 _ _Responden terbanyak memiliki pekerjaan sebagai
pegawai, yaitu sebanyak 49 responden (56%), dimana pada umumnya pegawai memiliki
jam kerja selama 8 – 9 jam sehingga waktu yang dimiliki diluar rutinitas pekerjaan
sangat terbatas yang mendorong responden cenderung lebih banyak melakukan
swamedikasi, mengingat pengobatan dengan swamedikasi dirasa lebih praktis dan tidak
mengganggu aktivitas pekerjaan (Restiyono, 2016).

Profil Swamedikasi Responden Secara umum, tidak ada seorangpun melakukan suatu
hal tanpa adanya alasan tertentu, alasan terbanyak untuk melakukan swamedikasi, yaitu
sebanyak 35 responden (40%) adalah karena tidak adanya waktu untuk periksa ke
dokter. Hal ini berkaitan dengan mayoritas responden yang adalah pegawai yang
memiliki jam kerja selama 8 – 9 jam sehingga waktu yang dimiliki diluar rutinitas
pekerjaan sangat terbatas yang mendorong responden cenderung lebih banyak
melakukan swamedikasi, mengingat pengobatan dengan swamedikasi dirasa lebih
praktis dan tidak mengganggu aktivitas pekerjaan (Restiyono, 2016).

Pemilihan obat yang akan digunakan untuk pengobatan oleh seseorang sangat di
pengaruhi oleh sumber informasi yang didapat oleh pasien, keputusan dalam pemilihan
obat didapat dari sumber informasi yang memiliki tingkat kepercayaan tertinggi oleh
pasien. Mayoritas responden, yaitu sebanyak 36 responden (41%) yang memilih obat
berdasarkan sumber informasi dari petugas kesehatan (dokter / perawat / apoteker), hal
ini karena tenaga kesehatan memiliki pengaruh yang besar terhadap pemilihan obat
oleh responden karena umumnya responden membeli obat tanpa memeriksakan diri ke
dokter, sehingga meminta bantuan apoteker untuk merekomendasikan obat yang
sesuai dengan kondisinya (Ali, 2009; sowi, 2015).

Mayoritas responden membeli obat secara swamedikasi di apotek, yaitu sebanyak 76


responden (86%). Hal ini dipengaruhi oleh letak apotek yang strategis berada di sekitar
lingkungan tempat tinggal cukup strategis sehingga dapat berperan serta dalam upaya
peningkatan mutu swamedikasi (Supardi, 1997) dimana sarana apotek tersedia sebanyak
lebih dari 150 sarana dibandingkan dengan sarana rumah sakit yang hanya berjumlah
51 sarana tersedia di kota Bekasi (Kemenkes, 2019).

Veronika (2016) menyatakan bahwa jarak antara tempat tinggal dengan lokasi
pembelian obat yang dekat memberikan keuntungan kepada pasien, dimana pasien
tidak perlu menempuh jarak yang jauh untuk memperoleh obat untuk swamedikasi,
tidak memerlukan alat transportasi untuk mencapai lokasi pembelian, serta menghemat
waktu dan biaya dibandingkan pergi ke pelayanan kesehatan lainnya (Asnasari, 2017).
Tingkat Pengetahuan dan Rasionalitas Responden _ Gambar 1.

Tingkat Pengetahuan dan Rasionalitas Responden Pengukuran tingkat pengetahuan


dilakukan untuk mengetahui sejauh mana responden mengetahui tentang swamedikasi
yang dilakukan, terdapat 9 butir pertanyaan yang diajukan pada bagian ini yang terdiri
dari definisi swamedikasi, tanda penggolongan obat, pemilihan obat, informasi dosis
obat, aturan minum obat, definisi indikasi, kontraindikasi dan efek samping, serta cara
penyimpanan obat.

Hasil yang didapatkan antara lain 73 responden (83%) memiliki pengetahuan yang baik.
Pengukuran rasionalitas penggunaan obat metampiron sebagai antinyeri dilakukan
untuk mengetahui sejauh mana responden mengetahui tentang obat tersebut dan
penggunaannya secara swamedikasi.

Menurut Kementerian Kesehatan RI (2011), penggunaan obat dikatakan rasional jika


memenuhi kriteria seperti tepat indikasi, tepat pasien, tepat obat, tepat dosis, dan
waspada dengan efek samping (Alifiah, 2018). Terdapat 4 butir pertanyaan yang
diajukan pada bagian ini yang terdiri dari indikasi, kontraindikasi, dosis dan aturan
minum, serta efek samping obat metampiron sebagai antinyeri. Hasil yang didapatkan
antara lain 76 responden (86%) memiliki rasionalitas yang baik.

Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dengan Rasionalitas Penggunaan Obat Tabel 3.


Uji Korelasi Tingkat Pengetahuan Swamedikasi dengan Rasionalitas Penggunaan Obat _
_Korelasi _Pearson Chi-square (Asymp Sig 2-sided) _Tingkat Hubungan _ _ _Hasil Analisis
Statistik _Standar Analisis Statistik _ _ _Tingkat Pengetahuan Swamedikasi * Rasionalitas
Penggunaan Obat _0,016 _0,05 _Ada Hubungan _ _ _ _ _ _ _Berdasarkan hasil uji statistik
korelasi Pearson Chi-Square (X2) diatas, didapatkan hasil nilai p value variabel hubungan
tingkat pengetahuan swamedikasi dengan rasionalitas penggunaan obat adalah 0,016.

Hasil yang didapat memiliki nilai p value = 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa
variabel tingkat pengetahuan swamedikasi responden memiliki hubungan atau
mempengaruhi rasionalitas penggunaan obat metampiron sebagai antinyeri. Dari data
diatas, dapat dikatakan bahwa semakin baik tingkat pengetahuan swamedikasi, akan
semakin rasional penggunaan obat antinyeri metampiron oleh responden.

KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa 83% responden memiliki tingkat


pengetahuan yang baik sehingga menghasilkan 86% responden memiliki perilaku
rasional yang baik dalam penggunaan obat metampiron sebagai antinyeri secara
swamedikasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat
pengetahuan dengan rasionalitas penggunaan obat oleh pasien (p value = 0,016) yang
dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka semakin
baik perilaku rasionalitas dalam penggunaan obat. DAFTAR PUSTAKA Ali, S. 2009.

Pengantar Keperawatan Keluarga. Buku Kedokteran EGC. Jakarta Alifiah, B. 2018.


Evaluasi Rasionalitas Penggunaan Analgetik pada Pasien Osteoarthritis Panggul dengan
Total Hip Replacement di RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta Tahun 2017.
Fakultas Farmasi, Program Studi Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Skripsi
Ananda, D. 2013.

Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Swamedikasi Obat Natrium Diklofenak di


Apotek. Fakultas Ilmu Kesehatan, Program Studi Farmasi, Universitas Muhammadiyah
Malang. Skripsi Asnasari, L. 2017. Hubungan Pengetahuan tentang Swamedikasi dengan
Pola Penggunaan Obat pada Masyarakat Dusun Kenaran, Sumberharjo, Prambanan,
Sleman, Yogyakarta.
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Skripsi Azwar, S. 2011. Sikap
Manusia : Teori dan Pengukurannya. Edisi II. Yogyakarta : Liberty Badan Pusat Statistik.
2016. Hasil Sensus Penduduk 2016 Kota Bekasi. Bekasi : Badan Pusat Statistik
Baharuddin. 2009. Pendidikan dan Psikologi Perkembangan. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Keputusan Menteri Kesehatan No.
189/Menkes/SK/III/2006.

Tentang Kebijakan Obat Nasional. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia


Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Pedoman Penggunaan Obat Bebas
dan Bebas Terbatas. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia Hartwig, M.S &
Wilson, L.M. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 2.
Jakarta : EGC Hermawati, D. 2012.

Pengaruh Edukasi terhadap Tingkat Pengetahuan dan Rasionalitas Penggunaan Obat


Swamedikasi Pengunjung di Dua Apotek Kecamatan Cimanggis, Depok. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Program Studi Farmasi. Universitas Indonesia.
Skripsi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Modul Penggunaan Obat
Rasional. Kementerian Kesehatan RI, Jakarta Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
2019. Data Rumah Sakit Online. https://sirs.yankes.kemkes.go.id/rsonline/data_list.php
Diakses pada 19 Oktober 2019 Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan.
Jakarta : Rineka Cipta Restiyono, A. 2016.

Analisis Faktor yang Berpengaruh dalamSwamedikasi Antibiotik pada Ibu Rumah


Tangga di Kelurahan Kajem Kabupaten Pekalongan. Jurnal Promosi Kesehatan
Indonesia. Sowi, Rambu R. 2015. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap mengenai
Iklan Obat Sakit Kepala di Televisi terhadap Tindakan Penggunaan Obat Sakit Kepala di
Kalangan Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Fakultas Farmasi.
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Skripsi Supardi, S & Notosiswoyo, M. 2005.

Pengobatan Sendiri Sakit Kepala, Demam, Batuk dan Pilek pada Masyarakat di Desa
Ciwalen, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Majalah Ilmu
Kefarmasian Utaminingrum, W., dkk. 2015. Pengaruh Faktor-Faktor Sosiodemografi
terhadap Rasionalitas Penggunaan Obat dalam Pengobatan Sendiri pada Pasien
Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis).

Farmasains. Veronika. 2016. Pola dan Motivasi Penggunaan Obat Tradisional untuk
Pengobatan Mandiri di Kalangan Masyarakat Desa Dieng Kecamatan Kejajar Kabupaten
Wonosobo Jawa Tengah. Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Skripsi World Health Organization. 2010. Rational Use of Medication.
https://www.who.int/medicines/areas Diakses pada 9 Februari 2019
INTERNET SOURCES:
-------------------------------------------------------------------------------------------
<1% - https://quizlet.com/145761210/final-exam-flash-cards/
1% - https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jkk/article/download/6105/3297
1% - http://eprints.umm.ac.id/41025/2/BAB%20I.pdf
1% - http://etheses.uin-malang.ac.id/9225/1/13670011.pdf
<1% - https://www.scribd.com/document/358485289/Farmakologi-Kebidanan-2010
<1% -
https://www.researchgate.net/profile/Susi_Kristina/publication/237589495_Perilaku_pen
gobatan_sendiri_yang_rasional_pada_masyarakat_Kecamatan_Depok_dan_Cangkringan_
Kabupaten_Sleman_Rational_behavior_of_self_medication_on_the_community_of_Cangkr
ingan_and_Depok_subdistrict_of/links/0f31753a2e49ba305f000000.pdf
<1% - http://digilib.unila.ac.id/6760/15/BAB%20III.pdf
<1% - https://journal.ugm.ac.id/jpkm/article/download/40570/25068
<1% - http://garuda.ristekdikti.go.id/journal/view/6926
<1% -
https://www.academia.edu/34943973/Jurnal_SCRIPTA_Vol._1_Edisi_V._Hal_23-28._Septe
mber_2017.pdf
1% - http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20309254-S42683%20-Dian%20Hermawati.pdf
1% -
http://www.umpalangkaraya.ac.id/perpustakaan/digilib/files/disk1/7/123-dfadf-nurulhu
da1-322-1-ktinuru-8.pdf
1% - https://www.academia.edu/38045533/BAB_I_PENDAHULUAN
2% - http://jurnalnasional.ump.ac.id/index.php/PHARMACY/article/view/795/743
1% - https://heartburner.wordpress.com/2012/03/20/pelayanan-farmasi-di-apotek/
1% -
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/62743/Chapter%20II.pdf;sequen
ce=4
<1% - http://eprints.ums.ac.id/20668/2/3._BAB_I.pdf
<1% - https://www.academia.edu/28936880/PERAN_APOTEKER_DI_MASYARAKAT
<1% - http://ejournal.stifar-riau.ac.id/index.php/jpfi/article/download/26/12/
<1% -
https://bukumerahkreatif.blogspot.com/2019/05/makalah-swamedikasi-penyakit-gangg
uan_25.html
1% - https://independent.academia.edu/IntanSeptiani10
<1% -
http://eprints.umm.ac.id/26156/2/jiptummpp-gdl-yunikadevi-37805-1-pendahul-n.pdf
<1% - https://fidy81.wordpress.com/category/kesehatan/
<1% -
https://bidhuan.id/obat/44206/7-obat-radang-tenggorokan-di-apotik-resep-dokter-dan
-tanpa-resep/
<1% -
https://nitipajah.blogspot.com/2010/07/diabetes-mellitus-dm-dari-kata-yunani.html
<1% -
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/68232/Chapter%20II.pdf?seque
nce=4&isAllowed=y
<1% - https://id.wikihow.com/Mengentalkan-Darah-Sebelum-Operasi
<1% - http://eprints.umpo.ac.id/4197/3/BAB%202.pdf
<1% -
https://cellyimoetya.blogspot.com/2013/02/hubungan-tingkat-pengetahuan-ibu-nifas.h
tml
<1% - http://eprints.umpo.ac.id/4441/2/BAB%202.pdf
<1% - https://core.ac.uk/download/pdf/33342955.pdf
<1% - https://issuu.com/mp-post/docs/mp0605_50b73da2d8a6d0
1% -
https://finance.detik.com/foto-bisnis/d-1789019/pertumbuhan-ekonomi-kota-bekasi
<1% - https://uun-halimah.blogspot.com/2014/01/kota-bekasi.html
<1% -
https://www.kompasiana.com/johnsimilo/5d0e676d097f36084b717022/dbd-hilang-dari-
bekasi-siapa-takut
<1% - https://www.academia.edu/33534990/Kuesioner_semprop_yuhu
<1% - http://digilib.unila.ac.id/6691/37/BAB%20III.pdf
<1% - http://eprints.undip.ac.id/43149/4/BAB_III.pdf
<1% -
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=386489&val=5455&title=PERSEPS
I%20PASIEN%20TERHADAP%20PELAYANAN%20SWAMEDIKASI%20OLEH%20APOTEKER
%20DI%20BEBERAPA%20APOTIK%20WILAYAH%20SIDOARJO
<1% - https://www.scribd.com/document/374400561/Bab-i-II-III-1v-v-Mustika-1
<1% - http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/jnm/article/download/466/387
<1% -
https://id.scribd.com/doc/102673965/Contoh-Skripsi-Ramadhisa-Perdana-Resto-Padan
g
<1% -
https://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/50744/2011yin_BAB%20V.%20
Hasil%20dan%20Pembahasan.pdf?sequence=7
<1% - http://etheses.uin-malang.ac.id/1505/6/11410069_Bab_2.pdf
<1% -
https://repository.beacukai.go.id/office/2019/02/e88fc78c436ade22435ef83bbac17c0a-p
embebasan-bea-masuk-atas-impor-barang-keperluan-kesehatan.pdf
<1% -
https://mafiadoc.com/hubungan-status-sosial-ekonomi-orang-tua-dengan-_5a11142c1
723ddafcc5baf90.html
<1% - https://issuu.com/harianjurnalasia/docs/31october2016
<1% -
https://rumahilmupart3.blogspot.com/2016/09/sekripsi-analisis-kinerja-aparatur-desa.ht
ml
<1% -
https://bejocommunity.blogspot.com/2010/05/kti-pengaruh-obesitas-terhadap.html
<1% -
https://www.researchgate.net/publication/330358566_Analisis_Perilaku_dan_Faktor_Peny
ebab_Perilaku_Penggunaan_Antibiotik_Tanpa_Resep_di_Surabaya
<1% -
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Priadi%20Surya,%20S.Pd.,%20M.Pd./m
akalah%20school%20mapping.pdf
<1% -
https://docplayer.info/155140311-Pengaruh-kualitas-jasa-dan-harga-transportasi-online
.html
<1% -
http://www.farmalkes.kemkes.go.id/?wpdmact=process&did=MTcwLmhvdGxpbms=
<1% - http://eprints.ums.ac.id/39990/15/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf
<1% - https://www.scribd.com/document/346029254/206781511201105241-pdf
<1% - http://eprints.dinus.ac.id/8735/1/jurnal_13325.pdf
<1% - https://www.scribd.com/document/395128367/12-NASKAH-PUBLIKASI-pdf
<1% -
https://downloadkti.blogspot.com/2013/09/kumpulan-abstrak-penelitian-kebidanan.ht
ml
<1% -
http://farmasi.poltekkes-mks.ac.id/images/April-2017/raimundus-chaliks_rusli_fitria.pdf
1% - http://eprints.ums.ac.id/view/divisions/K100/2018.html
<1% - http://farmasi.ums.ac.id/category/berita/page/6/
<1% - http://eprints.umm.ac.id/40695/1/pendahuluan.pdf
1% - http://repository.usd.ac.id/view/divisions/dep=5Fpha/2018.html
<1% - http://eprints.ums.ac.id/30518/17/09._Daftar_Pustaka.pdf
<1% - http://repository.upi.edu/33566/9/S_PEA_1300225_Bibliography.pdf
<1% -
http://jdih.pom.go.id/produk/Keputusan%20Menteri/51_2006%20NOMOR%20189MEN
KESSKIII2006%20KEBIJAKAN%20OBAT%20NASIONAL%20_obat.pdf
<1% -
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/62656/Reference.pdf;sequence
=2
<1% - http://digilib.unila.ac.id/2381/14/DAFTAR%20PUSTAKA.pdf
<1% - http://karyailmiah.unisba.ac.id/index.php/farmasi/article/view/18186/pdf
<1% - http://farmalkes.kemkes.go.id/v2/?p=3376
<1% - http://eprints.ums.ac.id/52414/8/8.%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf
1% - https://core.ac.uk/download/pdf/45362973.pdf
<1% - http://repository.usd.ac.id/32533/2/148114038_full.pdf
1% - http://psr.ui.ac.id/index.php/journal/article/download/3390/468
1% - http://scholar.google.co.id/citations?user=ilo_HWYAAAAJ&hl=id
1% - https://core.ac.uk/display/45362256
<1% -
https://docobook.com/evaluasi-rasionalitas-penggunaan-antibiotike3393056eeedb02f0
9fdc018130889ad98692.html

S-ar putea să vă placă și