Sunteți pe pagina 1din 10

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kanker servik


Kanker serviks (kanker leher rahim) adalah kanker yang tumbuh dari sel-sel serviks.
Kanker serviks dapat berasal dari sel-sel di leher rahim tetapi dapat pula tumbuh dari sel-
sel mulut rahim (porsio) atau keduanya.
B. Etiologi kanker serviks
Penyebab utama timbulnya kanker serviks adalah terinfeksi virus HPV(Human
Papiloma Virus) risiko tinggi atau HPV onkogenik yaitu HPV yang mengandung protein
yang menyebabkan terjadinya kanker (onkoprotein). Telah teridentifikasi sebanyak 20 tipe
yang menjadi penyebab kanker serviks, tetapi yang paling banyak (70%) disebabkan tipe
16 dan 18. HPV juga biasa disebut wart virus (virus kutil), terdapat lebih 100 tipe HPV
yang telah diidentifikasi. Empat puluh tipe tersebut menyerang wilayah genital. Dari 40 tipe
tersebut, 13 diantaranya merupakan tipe onkogenik dan dapat menyebabkan kanker serviks
atau lesi pra-kanker pada permukaan serviks. Virus ini berbasis DNA dan stabil secara
genetis. Stabilitas genetik ini berarti infeksi akibat virus dapat dicegah melalui vaksinasi
dalam jangka waktu yang panjang, tidak seperti virus influenza yang berbasis RNA,
contohnya, yang kerap berubah struktur sehingga membutuhkan vaksinasi secara teratur.3
1. Faktor predisposisi kanker serviks
Infeksi virus HPV dapat menular melalui hubungan seksual dan antara kulit ke kulit.
Namun tidak semua individu yang tertular virus HPV melalui hubungan seks
berkembang menjadi kanker. Karena untuk terjadinya kanker melalui virus HPV
biasanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti :
a. Umur muda. Hubungan seks yang tidak aman terutama pada umur muda (< 15
tahun).
b. Perilaku seksual. Berdasarkan penelitian, risiko kanker serviks meningkat > 10 kali
bila berhubungan dengan 6 atau lebih mitra seks. Risiko juga meningkat bila
berhubungan seks dengan laki-laki berisiko tinggi (laki-laki yang berhubungan seks
dengan banyak wanita), atau laki-laki yang mengidap penyakit “jengger ayam”
(kondiloma akuniatum) di zakarnya (penis).
c. Kondom kurang membantu melindungi terhadap HPV sekalipun digunakan dengan
benar tetapi HPV masih dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain dengan cara
kontak kulit ke kulit yang terinfeksi HPV dan daerah tubuh yang tidak tertutup
kondom.
d. Merokok : wanita yang merokok dua kali kemungkinan terkena kanker serviks
daripada yang tidak merokok. Merokok merupakan sumber banyak bahan kimia
beracun yang menyebabkan kanker ke paru-paru. Zat berbahaya ini dibawa dalam
aliran darah ke seluruh tubuh dan ke organ lain jua. Zat-zat nikotin dan zat-zat
lainnya yang terdapat di dalam rokok juga menurunkan daya tahan serviks dan
menyebabkan kerusakan DNA epitel serviks sehingga timbul kanker serviks, di
samping merupakan kokarsinogen infeksi virus.
e. Infeksi HIV : adalah virus penyebab AIDS. Virus ini tidak sama dengan HPV.
Setelah terkena infeksi HIV dan menderita penyakit AIDS, membuat sistem
kekebalan tubuh wanita kurang mampu melawan infeksi HPV dan kanker dini.
f. Infeksi chlamydia dan herpes simplex tipe 2 (keduanya adalah jenis penyakit
kelamin yang menular) : chlamydia adalah jenis bakteri yang dapat menginfeksi
organ seks wanita. Penyebarannya berlangsung ketika berhubungan seks. Seorang
wanita mungkin tidak tahu bahwa dia terinfeksi atau tidak sama sekali kecuali jika
dilakukan uji chlamydia ketika melakukan uji panggul. Beberapa studi menunjukkan
bahwa perempuan yang pernah terinfeksi chlamydia saat ini berisiko tinggi terkena
kanker serviks. Infeksi jangka panjang dapat menyebabkan masalah serius lainnya.
g. Berpenghasilan rendah : wanita miskin berisiko tinggi terkena kanker serviks.
Asupan gizi dan nutrisi yang tidak memadai hingga kekebalan tubuhnya lemah
melawan infeksi virus. Juga karena mereka tidak mampu membayar perawatan
kesehatan baik, seperti melakukan pemeriksaan Pap Smear secara teratur.
Beberapa penelitian menyimpulkan defisiensi asam folat dapat meningkatkan risiko
terjadinya NIS 1 dan NIS 2, serta mungkin juga meningkatkan risiko terkena kanker
serviks pada wanita yang rendah konsumsi beta karoten dan vitamin (A, C dan E).
Sayuran berwarna hijau tua dan kuning mengandung beta karoten, vitamin C dan
vitamin, seperti brokoli, bayam, wortel, bawang bombay, dan lain.-lain.
h. Dietilstibestol (DES) : DES adalah obat hormon yang digunakan antara tahun 1940-
1971 untuk beberapa wanita yang berada dalam bahaya keguguran. Anak-anak dari
wanita yang mengkonsumsi obat ini ketika mereka hamil memiliki risiko lebih
tinggi terkena kanker vagina dan serviks.
Selain itu American Cancer Society menyatakan faktor-faktor yang dapat meningkatkan
peluang kanker serviks pada wanita adalah sebagai berikut :
a. Infeksi HPV. HPV adalah virus yang tersebar luas, menular melalui hubungan
seksual. Infeksi HPV telah diidentifikasi sebagai faktor risiko yang paling utama
untuk kanker serviks. Diantara lebih dari 125 jenis HPV terdapat jenis HPV yang
agresif (HPV 16 dan 18) yang dapat menyebabkan transformasi sel-sel menjadi
ganas di serviks.
b. Perilaku seks, yang meliputi :
1) Banyak mitra seks: perempuan yang memiliki lebih dari satu pasangan seks
berada pada risiko yang lebih tinggi terinfeksi virus HPV.
2) Aktivitas seksual dini: wanita yang telah memiliki aktivitas seksual dini,
sebelum umur 16 tahun lebih berisiko tinggi sebab sel-sel serviksnya sangat
rapuh di umur muda ini.
3) Mempunyai pasangan yang sering berganti-ganti partner dalam hubungan seks.
4) Berhubungan seks dengan laki-laki yang tidak disunat.
5) Infeksi penyakit menular seks lain: perempuan yang telah mengidap penyakit
menular seks seperti AIDS, gonorrhea A lebih rentan terhadap kanker serviks.
c. Riwayat keluarga kanker serviks. Terutama yang mempunyai ibu atau saudara
perempuan yang telah menderita kanker serviks. Beberapa keluarga menunjukkan
insiden yang lebih tinggi menderita kanker serviks.
d. Umur. Tampaknya memainkan peran tertentu sebab kanker ini lebih sering terjadi
pada umur 40 tahun ke atas dan sangat jarang terjadi pada wanita < 15 tahun. Kanker
serviks juga banyak menyerang perempuan umur lansia (lanjut usia), yang mungkin
karena alasan sederhana bahwa setelah mengalami menopause banyak dari mereka
berpikir bahwa tidak perlu lagi untuk melakukan tes Pap smear.
e. Mekanisme bagaimana kontrasepsi oral meningkatkan risiko kanker serviks masih
dalam perdebatan. Guven, et.al. menghipotesiskan bahwa kekentalan lendir pada
serviks akibat penggunaan pil Keluarga Berencana (KB) menyokong terjadinya
kanker serviks. Hal ini karena dengan kekentalan lendir ini akan memperlama
keberadaan suatu agen karsinogenik (penyebab kanker) di serviks yang terbawa
melalui hubungan seksual, termasuk adanya virus HPV.
f. Merokok. Wanita yang merokok memiliki risiko dua kali lebih besar terhadap
kanker serviks daripada non perokok. Bahan-bahan kimia yang ditemukan dalam
rokok setelah terhisap melalui paru-paru dapat terdistribusi luas ke seluruh tubuh
melalui aliran darah. Beberapa senyawa tersebut dapat dijumpai pada lendir serviks
wanita yang merokok.
g. Pendapatan atau status sosial ekonomi. Karena tingkat penghasilan secara langsung
berhubungan dengan standar hidup, para wanita berpendapatan rendah hampir lima
kali lebih tinggi berisiko terkena kanker serviks daripada kelompok wanita yang
berpendapatan lebih tinggi. Kemiskinan yang mengakibatkan ketidakmampuan
mereka untuk mendapat pelayanan kesehatan yang baik dan tidak dapat membayar
biaya-biaya tes kesehatan yang cukup mahal. Terutama di Indonesia dengan 52 juta
penduduk wanita yang berisiko terkena kanker serviks.
h. Ras. Wanita berasal dari Asia dan Afrika berisiko lebih tinggi mengalami kanker
serviks dan pada saat terdeteksi mereka sudah memiliki stadium lanjut dibandingkan
dengan wanita kulit putih. Wanita Hispanik (Meksiko, Spanyol) juga lebih rentan
terhadap kanker serviks.
i. Diet yang tidak sehat. Jenis asupan makanan sehari-hari yang tidak sehat dan tidak
layak juga alasan yang bisa menempatkan perempuan pada risiko terkena kanker
serviks. Kekurangan gizi juga diakui sebagai penyebab sistem kekebalan tubuh
menjadi lemah dan tidak dapat melawan virus.
j. Adanya sel abnormal. Sel seperti dyskaryosis meningkatkan risiko kanker.
k. Sering hamil. Melahirkan anak banyak dan sering hamil juga dapat meningkatkan
risiko kanker serviks pada wanita.
l. DES. Anak perempuan dari seorang ibu yang menggunakan obat DES pada awal
tahun 1970-an berdasarkan hasil penelitian berisiko lebih tinggi terkena kanker
serviks. DES adalah obat penguat kehamilan, agar janin tidak gugur.
m. Pil KB. Penggunaan pil KB dapat meningkatkan risiko kejadian kanker serviks,
terutama yang sudah positif terhadap HPV. Fakta menunjukkan bahwa penggunaan
kontrasepsi oral (pil KB) sedikitnya lima tahun ada hubungannya dengan
peningkatan risiko kanker serviks.
Menurut Intan Kumalasari dan Iwan Andhyantoro, faktor risiko dan
predisposisi yang menyebabkan perempuan terpapar HPV adalah sebagai berikut :
a. Menikah atau memulai aktivitas seksual pada usia muda. Penelitian menunjukkan
bahwa semakin muda perempuan melakukan hubungan seksual semakin besar
mendapat kanker serviks.
b. Jumlah kehamilan dan partus. Kanker serviks terbanyak dijumpai pada perempuan
yang sering partus. Semakin sering partus, semakin besar kemungkinan risiko
c. Perilaku seksual. Berdasarkan penelitian, risiko kanker serviks meningkat > 10 kali
bila berhubungan dengan ≥ 6 mitra seks, atau bila hubungan seks pertama < 15 tahun.
Risiko juga meningkat bila berhubungan seks dengan laki-laki berisiko tinggi (laki-
laki yang berhubungan seks dengan banyak perempuan), atau laki-laki yang
mengidap penyakit “jengger ayam” (kondiloma akuniatum) di zakarnya (penis).
c. Riwayat infeksi di daerah kelamin dan radang panggul. Infeksi menular seksual (IMS)
dapat menjadi peluang meningkatnya risiko terkena kanker serviks.
d. Sosial ekonomi. Kanker serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi
rendah. Mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas, dan
kebersihan perorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah, umumnya kuantitas
dan kualitas makanan kurang, hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.
e. Higiene dan sirkumsisi. Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kanker seviks
pada wanita yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria yang
belum disirkumsisi, higiene penis tidak terawat sehingga banyak terdapat kumpulan
smegma.
f. Merokok dan AKDR (alat kontraepsi dalam rahim). Terkadang nikotin dan zat lainnya
yang terdapat di dalam rokok dapat menurunkan daya tahan serviks dan
menyebabkan kerusakan DNA epitel serviks sehingga timbul kanker serviks.
Sedangkan pemakaian AKDR akan bepengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari
adanya erosi di serviks yang kemudian menjadi infeksi yan berupa radang yang terus-
menerus. Hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks.
g. Defisiensi zat gizi. Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa defisiensi asam folat
dapat meningkatkan risiko terjadinya NIS (Neoplasma Intra-epitel Serviks) 1 dan
NIS 2, serta mungkin juga meningkatkan risiko terkena kanker serviks pada wanita
yang rendah konsumsi beta karoten dan vitamin A, C dan E.
Ada juga yang mengatakan faktor risiko atau penyebab kanker serviks, meliputi : Wanita
berusia > 40 tahun lebih rentan terkena kanker serviks. Semakin tua maka semakin tinggi
risiko.
a. Faktor genetik tidak terlalu berperan dalam terjadinya kanker serviks. Namun hal ini
bukan berarti jika keluarga akan terbebas dari kanker serviks maka harus tetap
berhati-hati dan melakukan tindakan pencegahan.
b. Hubungan seksual di usia yang terlalu muda, berganti-ganti partner seks, atau
berhubungan seks dengan pria yang sering berganti pasangan. Virus HPV dapat
menular melalui hubungan seksual. Jika seorang pria berhubungan seks dengan
seorang wanita yang menderita kanker serviks, kemudian pria tersebut berhubungan
sex dengan saudara, maka virus HPV dapat menular dan menginfeksi saudara.
c. Memiliki terlalu banyak anak (≥ 5 anak). Pada saat melahirkan secara alami, janin
akan melewati serviks dan menimbulkan trauma pada serviks, yang dapat memicu
aktifnya sel kanker. Semakin sering janin melewati serviks, semakin sering trauma
terjadi, semakin tinggi risiko terkena kanker serviks.
d. Keputihan yang berlangsung terus-menerus dan tidak diobati. Ada dua macam
keputihan, yaitu normal dan tidak normal. Pada keputihan yang normal, lendir
berwarna bening, tidak bau dan tidak gatal. Jika salah satu dari ketiga syarat tersebut
tidak terpenuhi, artinya keputihan tersebut tidak normal. Segeralah konsultasi dengan
dokter.
e. Mencuci atau membersihkan genitalia dengan air yang tidak bersih, misalnya air
sungai atau air di toilet umum yang tidak terawat. Air yang kotor banyak mengandung
kuman dan bakteri.
f. Pemakaian pembalut wanita yang mengandung bahan dioksin (bahan pemutih yang
dipakai untuk memutihkan pembalut hasil daur ulang dari barang bekas).
g. Daya tahan tubuh yang lemah, kurangnya konsumsi vitamin C, vitamin E dan asam
folat. Kebiasaan merokok juga menambah risiko kanker serviks.
C. Patofisiologi kanker serviks
Perjalanan penyakit kanker serviks didahului dengan infeksi HPV onkogenik, virus
HPV menyebabkan sel serviks normal menjadi sel pra-kanker, dan sel pra-kanker
berkembang menjadi sel kanker. Biasanya diperlukan waktu bertahun-tahun untuk kanker
serviks (kanker leher rahim) berkembang, tetapi prosesnya juga dapat terjadi dalam waktu
kurang dari 12 bulan. Sebagai bentuk sel-sel kanker, sel-sel yang abnormal ukuran dan
bentuknya muncul di permukaan leher rahim dan mulai berkembang biak. Displasia
serviks atau kondisi pra-kanker adalah pertumbuhan awal sel-sel abnormal pada leher
rahim yang bisa berkembang menjadi kanker. Displasia serviks biasanya merupakan
tahap pertama dari kanker serviks. Tetapi perempuan yang memiliki displasia yang
rendah dan ringan di leher rahimnya tidak selalu berkembang menjadi kanker serviks,
karena dapat hilang dan lenyap dengan sendirinya tergantung pada sistem kekebalan
tubuh. Sebaliknya jika kondisi displasia tidak diketahui dan diberi perawatan maka akan
berkembang menjadi kanker serviks. “Displastik” sel-sel seperti sel-sel kanker, tidak
dianggap ganas karena mereka tetap pada permukaan serviks dan tidak menginvasi
jaringan sel yang normal atau sehat.
Perkembangan dari infeksi HPV onkogenik menjadi kanker serviks dapat terjadi
apabila terjadi infeksi yang menetap pada beberapa sel yang terdapat pada serviks (sel
epitel pipih atau lonjong di zona transformasi serviks). Sel-sel ini sangat rentan terhadap
infeksi HPV dan ketika terinfeksi, akan berlipat ganda, berkembang melampaui batas
wajar dan kehilangan kemampuannya untuk memperbaiki abnormalitas genetiknya. Hal
ini akan mengubah susunan sel dalam serviks. Virus HPV akan bercampur dengan sistem
peringatan yang memicu respons imun yang seharusnya menghancurkan sel abnormal
yang terinfeksi oleh virus.
Perkembangan sel yang tidak normal pada epitel serviks dapat berkembang menjadi
pra-kanker yang disebut juga sebagai Cervical Intraepithelial Neoplasia (CIN). Bila
memperhatikan infeksi HPV onkogenik yang persisten, maka ditemukan tiga pola utama
pada pra-kanker. Dimulai dengan infeksi pada sel serta perkembangan sel-sel abnormal
yang dapat berlanjut menjadi intraepithelial neoplasia dan pada akhirnya menjadi kanker
serviks, yang dapat dilihat sebagai berikut:
1. Cervical Intraepithelial Neoplasia I (CIN I) atau Low Grade Squamous Intraepithelial
Lesions (LSILs). Dalam tahap ini terjadi perubahan, yaitu sel yang terinfeksi HPV
onkogenik akan membuat partikel-partikel virus baru.
2. Cervical Intraepithelial Neoplasia II (CIN II) atau High Grade Squamous
Intraepithelial Lesions (HSILs). Dalam tahap ini sel-sel semakin menunjukkan gejala
abnormal pra-kanker.
1. Cervical Intraepithelial Neoplasia III (CIN III). Dalam tahap ini lapisan permukaan
serviks dipenuhi dengan sel-sel abnormal.
2. Infeksi persisten dengan HPV onkogenik dapat berkembang menjadi Carcinoma In
Situ (CIS), yatu keganasan yang masih terlokalisir dan belum menembus sel barier.
Kanker serviks yang semakin invasif berkembang dari Carcinoma In Situ yang tidak
diobati atau dibiarkan sehingga berkembang dan menyebar ke bagian tubuh yan lain.
Yayasan Kanker di Singapura menyatakan kanker pra-invasif sering terjadi pada wanita
di akhir umur 20 hingga 30 tahun. Ini disebut sebagai NIS (neoplasia intraepitel servikal),
merupakan perubahan pada lapisan serviks yang dapat menyebabkan kanker leher rahim.
Dengan berjalannya waktu, lesi pra-kanker ini dapat berkembang dan menjadi kanker
invasif jika tidak diobati.
D. Manifestasi kanker serviks

Tanda dan gejala kanker serviks terbagi dua yaitu :


Gejala awal kanker serviks pada stadium lanjut, antara lain :
1. Keputihan yang tidak sembuh dengan pengobatan pada umumnya.
2. Nyeri pada perut bawah.
3. Pendarahan sesudah melakukan hubungan intim.
4. Pendarahan sesudah mati haid (menopause).
Gejala kanker serviks yang lebih lanjut atau telah terjadi penyebaran, antara lain :

E.Penatalaksanaan kanker serviks


Bila ditemukan pada stadium dini, kesembuhan kanker serviks akan sempurna, hampir
100%. Pengobatan ataupun penanganan yang dilakukan disesuaikan dengan stadium pada
kanker serviks yaitu sebagai berikut :
Stadium pra-kanker dapat dilakukan dengan cara seperti krioterapi, vaporisasi leser,

elektrokoagulasi diatermi, dan konisasi.

1. Stadium 0 (karsinoma in-situ) dilakukan terapi operasi berupa konisasi (jika pasien

masih muda dan menginginkan anak) yaitu “dengan cara mengangkat jaringan yang

berisi selaput lendir serviks”, epitel gepeng dan kelenjarnya atau operasi histerektomi

sederhana.

2. Stadium IA – IIA dilakukan dengan operasi histerektomi sederhana atau radiasi.

3. Stadium IIB - IIIB dilakukan radiasi atau kemoradiasi.

4. Stadium IV dilakukan terapi paliatif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup.

A. Pencegahan kanker serviks


Kanker serviks dapat dicegah. Ada dua pencegahan yaitu pencegahan primer dan
pencegahan sekunder. Pencegahan primer adalah pencegahan faktor penyebab kanker
serviks yaitu mencegah terjadinya infeksi HPV, baik dengan cara menghindari faktor-faktor
yang menyebabkan infeksi HPV dan melakukan vaksinasi vaksin HPV. Sedangkan
pencegahan sekunder adalah menemukan kelainan lesi pra-kanker dan mengobati lesi pra-
kanker yang ditemukan sehingga kelainan lesi pra-kanker tidak berlanjut menjadi kanker
serviks. Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan Pap smear dan Inspection Visual with
Acetic Acid (IVA), serta Liquid Based Cytology (LBC).
Beberapa cara praktis yang dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari antara lain
sebagai berikut : Miliki pola makan sehari-hari yang kaya dengan sayuran, buah dan sereal
untuk merangsang sistem kekebalan tubuh. Misalnya mengkonsumsi berbagai karoten,
vitamin A, C dan E, serta asam folat dapat mengurangi risiko terkena kanker serviks.
1. Pilih kontrasepsi dengan metode barrier, seperti diafragma dan kondom, karena dapat
memberi perlindungan terhadap kanker serviks.
2. Hindari merokok. Banyak bukti menunjukkan penggunaan tembakau dapat
meningkatkan risiko terkena kanker serviks.
3. Hindari seks sebelum menikah atau di usia sangat muda atau belasan tahun.
4. Hindari berhubungan seks selama masa menstruasi karena terbukti efektif dapat
mencegah dan menghambat terbentuknya dan berkembangnya kanker serviks.
5. Hindari berhubungan seks dengan banyak partner.
6. Wanita usia di atas 25 tahun, telah menikah, dan sudah mempunyai anak perlu secara
rutin melakukan pemeriksaan Pap smear setahun sekali atau menurut petunjuk dokter.
7. Alternatif Pap smear yaitu IVA dengan biaya yang lebih murah dari Pap smear.
Tujuannya untuk deteksi dini terhadap infeksi HPV.
8. Pemberian vaksin atau vaksinasi HPV untuk mencegah terinfeksi HPV tipe 6, 11, 16, dan
18, tipe yang menyebabkan 70% kanker serviks dan 90% kutil kelamin. Vaksin ini
diberikan sebanyak 3 dosis dalam periode 6 bulan, yaitu pemberian awal serta 2 dan 6
bulan berikutnya. Vaksin ini dapat diberikan pada perempuan dengan usia 9 - 26 tahun.
9. Melakukan pembersihan organ intim atau dikenal dengan istilah vagina toilet. Ini dapat
dilakukan sendiri atau dapat juga dengan bantuan dokter ahli. Tujuannya untuk
membersihkan organ intim wanita dari kotoran dan penyakit.

S-ar putea să vă placă și