Sunteți pe pagina 1din 9

EFEKTIFITAS SENAM AEROBIC LOW IMPACT TERHADAP AGGRESSION

SELF CONTROL PADA PASIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN


1 2 3
Nadzla Kirana , Fathra Annis Nauli , Riri Novayelinda

Program Studi Ilmu Keperawatan


Universitas Riau
Email: kirananadzla@yahoo.co.id

Abstract

The research aimed to analize the effectiveness of low impact aerobic exercise toward aggression self control in patients with
risk of violence behaviour. The research applied quasy experiment study with pretest-posttest design with control group. The
research was conducted in psychiatric hospital Tampan Riau Province with sample of 34 patients with risk of violence
behaviour which divided into 17 people as experimental group and 17 people as control group and choosen by purposive
sampling method. Instruments of this research used aggression self control questionnaire which has tested the validity and
reliability for both of groups. Experimental group is trained with low impact aerobic exercise for three times a week for 2
weeks, meanwhile control group were not. Paired t-test and t-test statistical analysis were used to analyze the data. The result
of the research showed that mean aggression self control score posttest in experimental group was 45,76 and control group
was 21,94. That means, there was an increasing number of aggression self control after intervention in experimental group
with p value= 0,000 (p<0,05). This study revealed that low impact aerobic exercise could increased aggression self control in
patients with risk of violence behaviour. The result of this research recommended to be applied for nursing intervention to
increase aggression self control in patients with risk of violence behaviour.

Keywords: Aggression self control, low impact aerobic exercises, violence behaviour.

PENDAHULUAN diagnosa skizofrenia paranoid sedangkan sisanya


Gangguan jiwa merupakan masalah skizofrenia jenis lainnya.
kesehatan yang berkaitan dengan gangguan Perilaku kekerasan yang terbanyak
psikologis akibat distress atau penyakit tertentu dilakukan klien dalam satu tahun terakhir adalah
yang dimanifestasikan melalui perubahan kekerasan fisik pada diri sendiri yang
perilaku yang tidak sesuai dengan konsep norma menyebabkan cedera ringan (84%), kemudian
di masyarakat (Kaplan & Sadock, 2007). diikuti oleh ancaman fisik (79%), penghinaan
Statistik direktorat kesehatan jiwa menyebutkan, (77%) dan kekerasan verbal (70%). Sejumlah
jenis gangguan jiwa terbanyak yang dialami oleh kecil perawat (20%) mengalami kekerasan fisik
pasien adalah skizofrenia dengan persentase yang menyebabkan cedera serius (Elita dkk,
sebesar 70% (Depkes RI, 2003 dalam Lelono, 2012). Selain itu klien dengan perilaku
2011). Kelompok skizofrenia juga menempati kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan
90% pasien di rumah sakit jiwa di seluruh berbahaya bagi dirinya, orang lain maupun
Indonesia (Jalil, 2006). lingkungannya, seperti menyerang orang lain,
Skizofrenia adalah sekelompok reaksi memecahkan perabot, membakar rumah, dan
psikotik yang mempengaruhi berbagai area lain-lain (Stuart & Sundeen, 2007). Oleh karena
individu, termasuk berpikir dan berkomunikasi, itu, perlu diberikan intervensi yang tepat bagi
menerima dan menginterpretasikan realitas, klien dengan perilaku kekerasan karena beresiko
merasakan dan menunjukkan emosi serta untuk mencederai diri sendiri, orang lain, dan
berperilaku dengan sikap yang tidak dapat lingkungan.
diterima secara sosial (Isaac, 2005). Beberapa Berbagai terapi dalam mengatasi masalah
penelitian melaporkan bahwa kelompok individu perilaku kekerasan telah banyak dikembangkan.
yang didiagnosa mengalami skizofrenia Salah satunya adalah terapi senam aerobic low
mempunyai insiden lebih tinggi untuk impact. Senam aerobic low impact merupakan
mengalami perilaku kekerasan (American senam dengan mengandalkan penyaluran energi
Psychiatric Association, 2010). Sebuah survey dan penyerapan oksigen yang berimbang
yang dilakukan Sulastri (2008, dalam sehingga dapat meningkatkan endorphin yang
Wahyuningsih, 2009) terhadap 18 klien perilaku memiliki efek relaksan sehingga dapat
kekerasan ditemukan 80% (14 orang) dengan

JOM PSIK VOL.1 NO.2 OKTOBER 2014 1


mengurangi resiko kekerasan secara efektif aerobic low impact sebagai terapi terhadap
(Yulistanti, 2003). pasien dengan resiko perilaku kekerasan. Oleh
Penelitian yang dilakukan oleh Gordon karena itulah peneliti tertarik untuk melakukan
(2010) dalam bukunya yang berjudul Growing penelitian tentang efektifitas senam aerobic low
gray matter menyatakan bahwa olahraga senam impact terhadap aggression self control pada
aerobic selama 30 menit dengan frekuensi 3 kali pasien dengan resiko perilaku kekerasan di RSJ
seminggu mampu meningkatkan ukuran Tampan Provinsi Riau.
hipokampus dan peningkatan kemampuan short-
term memory pada penderita skizofrenia. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian Purnamasari, Made, Sukawana, Untuk mengetahui efektifitas senam
Wayan, Suarnatha, dan Ketut (2013) yang aerobic low impact terhadap aggression self
berjudul Pengaruh senam aerobic low impact control pada pasien dengan resiko perilaku
terhadap penurunan tingkat depresi pada kekerasan di RSJ Tampan Provinsi Riau.
narapidana wanita di Lembaga Pemasyarakatan
Denpasar menunjukkan terjadi penurunan MANFAAT PENELITIAN
tingkat depresi yang cukup signifikan. Hasil Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang sumber informasi untuk mengembangkan ilmu
dilakukan oleh Akhmad, Handoyo, dan Setiono pengetahuan khususnya dalam bidang
(2011) yang berjudul Pengaruh terapi senam keperawatan tentang efektifitas senam aerobic
aerobic low impact terhadap skor agression self- low impact terhadap kesehatan. Selain itu, hasil
control pada pasien dengan resiko perilaku penelitian ini dapat dijadikan sebagai evidence
kekerasan di ruang Sakura RSUD Banyumas based bagi peneliti di masa mendatang.
menunjukkan terjadi peningkatan skor agression
self control pada pasien dengan resiko perilaku METODOLOGI PENELITIAN
kekerasan di Ruang Sakura RSUD Banyumas. Penelitian ini menggunakan quasi
Data akuntabilitas Rumah Sakit Jiwa experimental design dengan rancangan pretest-
Tampan (RSJ) Provinsi Riau tahun 2012 posttest design with control group. Penelitian
menunjukkan jumlah pasien rawat inap sebanyak dilakukan di RSJ Tampan Provinsi Riau dengan
4.598 orang. Masalah gangguan jiwa dengan jumlah sampel sebanyak 34 pasien dengan resiko
diagnosa medis terbanyak adalah skizofrenia perilaku kekerasan yang dibagi menjadi 17 orang
paranoid (58,83%), diikuti skizofrenia residual sebagai kelompok eksperimen dan 17 orang
(16,89%), dan gangguan skizotifal psikotik akut sebagai kelompok kontrol yang diambil
dan sementara (13,01%). Masalah keperawatan menggunakan teknik pengambilan sampel secara
yang paling sering muncul adalah gangguan purposive sampling. Alat ukur yang digunakan
persepsi sensori: halusinasi sebanyak 2.479 pada kedua kelompok adalah kuesioner
kasus, dan diikuti resiko perilaku kekerasan aggression self control yang telah diuji validitas
sebanyak 1.218 kasus (Rekam Medik RSJ dan reliabilitasnya. Pada kelompok eksperimen
Tampan Provinsi Riau, 2012). diberikan intervensi berupa pemberian senam
Berdasarkan studi pendahuluan yang aerobic low impact tiga kali dalam seminggu
dilakukan oleh peneliti pada tanggal 30 Oktober selama 2 minggu berturut-turut, sedangkan
2013 di RSJ Tampan melalui metode wawancara kelompok kontrol tidak diberikan intervensi.
terhadap 10 orang perawat Rumah Sakit Jiwa
Tampan Provinsi Riau dari ruangan yang HASIL PENELITIAN
berbeda, mereka menyatakan bahwa intervensi Berdasarkan penelitian didapatkan hasil
yang biasa dilakukan terhadap pasien dengan sebagai berikut:
resiko perilaku kekerasan berupa pemberian 1. Analisa Univariat
asuhan keperawatan perilaku kekerasan, Terapi Tabel 1.
Aktivitas Kelompok (TAK), dinamika kelompok, Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
senam “Ayo Bersatu”, dan terapi rohani. Apabila dan Lama Rawat
pasien gelisah atau mengamuk, biasanya perawat Variabel Mean Median SD Min- p
akan melakukan fiksasi. Terapi Maks value
Umur 32,56 32,00 10,133 15-60 0,360
farmakologis juga dilakukan sambil Lama Rawat 21,53 19,00 8,1750 5-45 0,652
berkoordinasi dengan dokter. Seluruh perawat
mengatakan belum pernah melakukan senam
JOM PSIK VOL.1 NO.2 OKTOBER 2014 2
Tabel 1 diatas menunjukkan rata-rata umur menggunakan uji Chi Square didapatkan p value
responden pada kelompok eksperimen dan 1,000, sedangkan pada karakteristik pendidikan
kontrol adalah 32,56 tahun dengan usia termuda terakhir dan jenis pekerjaan dilakukan uji
15 tahun dan usia tertua 60 tahun. Berdasarkan Kolmogorov-Smirnov karena uji Chi Square
karatkeristik lama rawat didapatkan rata-rata tidak memenuhi syarat dan didapatkan p value
lama rawat responden pada kelompok pendidikan terakhir 1,000 dan p value jenis
eksperimen dan kontrol adalah 21,53 hari dengan pekerjaan 0,454. Pada karakteristik frekuensi
lama rawat minimal responden 5 hari dan lama dirawat dilakukan uji Chi Square dan didapatkan
rawat maksimal 45 hari. Hasil uji homogenitas p value 1,000. Secara keseluruhan dapat terlihat
pada kedua karakteristik responden dengan pada tabel 2 bahwa nilai homogenitas masing-
menggunakan uji T tidak berpasangan masing karakteristik responden p>0,05 berarti
didapatkan nilai p value umur 0,360 dan p value karakteristik responden adalah homogen.
lama rawat 0,652 (masing-masing p>0,05)
berarti karakteristik umur dan lama rawat pada Tabel 3.
responden kelompok eksperimen dan kontrol Skor Aggression Self Control dan Homogenitas
adalah homogen. pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok
Kontrol Sebelum Diberikan Senam Aerobic Low
Tabel 2. Impact
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Variabel Mean Median SD Min- p
Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, dan Frekuensi Maks value
Umur 32,56 32,00 10,133 15-60 0,360
Dirawat
Lama Rawat 21,53 19,00 8,1750 5-45 0,652
Karakteristik Eksperimen dan Kontrol
n %
Jenis Kelamin Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat mean
- Laki-laki 22 64,7 skor aggression self control sebelum diberikan
- Perempuan 12 35,3 senam aerobic low impact pada kelompok
Pendidikan eksperimen (21,65) dengan standar deviasi
- Tidak pernah 3 8,8 3,741, sedangkan kelompok kontrol (21,76)
sekolah
- SD 12 35,3
dengan standar deviasi 3,977. Hasil uji
- SMP 13 38,2 homogenitas dengan menggunakan uji T tidak
- SMA 6 17,6 berpasangan diperoleh p value= 0,930 (p>0,05),
Pekerjaan berarti skor aggression self control pada
- Tidak 13 38,2 kelompok eksperimen dan kontrol sebelum
bekerja
diberikan senam aerobic low impact adalah
- Buruh/tani 12 35,3
- Wiraswasta 4 11,8 homogen.
- PNS/ABRI 1 2,9
- Lain-lain 4 11,8 Tabel 4.
Frekuensi Skor Aggression Self Control pada Kelompok
Dirawat Eksperimen dan Kelompok Kontrol Sesudah
- Pertama kali 16 47,1
- 2 kali atau 18 52,9 Diberikan Senam Aerobic Low Impact
lebih Skor Aggression Mean Median SD Min-
Self Control Maks
Berdasarkan tabel 2, mayoritas jenis
- Kelompok 45,76 47,00 6,619 35-57
kelamin responden kelompok eskperimen dan ekperimen
kontrol adalah laki-laki yaitu sebanyak 22 orang - Kelompok 21,94 22,00 4,069 15-30
(64,7%). Pada karakteristik pendidikan terakhir, kontrol
responden terbanyak berada pada tingkat Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat mean skor
pendidikan SMP yaitu sebanyak 13 orang aggression self control sesudah diberikan senam
(38,2%) dengan jenis pekerjaan terbanyak adalah aerobic low impact pada kelompok eksperimen
tidak bekerja yaitu sebanyak 13 orang (38,2%). lebih tinggi (45,76) dengan standar deviasi 6,619
Dari 34 responden, sebagian besar merupakan daripada mean skor aggresion self control pada
pasien dengan frekuensi dirawat 2 kali atau lebih kelompok kontrol (21,94) dengan standar deviasi
dengan jumlah responden sebanyak 18 orang 4,069.
(52,9%). Hasil uji homogenitas pada
karakteristik jenis kelamin responden dengan

JOM PSIK VOL.1 NO.2 OKTOBER 2014 3


2. Analisa Bivariat Berdasarkan tabel 7 diatas, dari hasil uji
Tabel 5. T tidak berpasangan didapatkan mean posttest
Perbandingan Skor Aggression Self Control skor aggression self control pada kelompok
Pretest dan Posttest Senam Aerobic Low eksperimen adalah 45,76 dengan SD adalah
Impact pada Kelompok Eksperimen 6,619. Mean posttest skor aggression self
Skor Aggression Jumlah Mean SD p control pada kelompok kontrol adalah 21,64
Self Control value
dengan SD adalah 4,069. Hasil analisis
Pretest 17 21,65 3,741 0,000
Posttest 17 45,76 6,619 diperoleh p value= 0,000 (p<0,05), berarti ada
Berdasarkan tabel 5 diatas, dari hasil uji perbedaan yang signifikan antara rata-rata
statistik didapatkan mean skor aggression self skor aggression self control pada kelompok
control sesudah diberikan senam aerobic low eksperimen sesudah diberikan senam aerobic
impact pada kelompok eksperimen terjadi low impact dengan rata-rata skor aggression
peningkatan dimana nilai pretest yaitu sebesar self control pada kelompok kontrol yang tidak
21,65 dengan standar deviasi 3,741 meningkat diberikan senam aerobic low impact.
saat posttest yaitu sebesar 45,76 dengan
standar deviasi 6,619. Hasil analisa diperoleh PEMBAHASAN
p value= 0,000 (p<0,05), berarti ada 1. Karakteristik
perbedaan yang signifikan rata-rata skor responden a. Umur
aggression self control sebelum dan sesudah Berdasarkan hasil penelitian yang
diberikan senam aerobic low impact pada dilakukan terhadap 34 orang responden,
kelompok eksperimen. diperoleh mean umur responden adalah 32,56
tahun dengan usia termuda 15 tahun dan usia
Tabel 6. tertua 60 tahun. Menurut Riyadi dan
Perbandingan Skor Aggression Self Control Purwanto (2009, dalam Masdelita, 2013) pada
Pretest dan Posttest pada Kelompok Kontrol usia ini, individu mengalami penurunan
yang Tidak Diberikan Senam Aerobic Low ketergantungan pada orang tua, telah pisah
Impact tempat tinggal dengan orang tua, khususnya
Skor Aggression Jumlah Mean SD p individu yang telah menikah. Kegagalan
Self Control value dalam tugas perkembangan ini akan
- Pretest 17 21,76 3,977 0,083 menyebabkan produktivitas dan kreativitas
- Posttest 17 21,94 4,069 berkurang, individu hanya perhatian terhadap
Berdasarkan tabel 6 diatas, didapatkan diri sendiri dan kurang perhatian terhadap
mean skor aggression self control pada orang lain.
kelompok kontrol pada saat pretest adalah Skizofrenia banyak terjadi pada usia
21,76 sedangkan pada posttest didapatkan remaja akhir hingga dewasa dimana 90%
sebesar 21,94. Berdasarkan hasil uji statistik onset penderitanya terjadi pada usia antara
didapatkan p value pada kelompok kontrol 15-55 tahun (Kaplan & Sadock, 2010).
sebesar 0,083 (p>0,05) berarti tidak ada
peningkatan yang signifikan antara mean skor b. Jenis Kelamin
aggression self control sebelum dan sesudah Berdasarkan hasil penelitian yang
yang tidak diberikan senam aerobic low dilakukan terhadap 34 orang responden,
impact. diperoleh responden yang berjenis kelamin
perempuan berjumlah 12 orang (35,3%),
Tabel 7. sedangkan responden yang berjenis kelamin
Perbandingan Rata-rata Posttest Skor laki-laki 22 orang (64,7%). Penelitian yang
Aggression Self Control pada Kelompok dilakukan oleh Miller (2001, dalam Hidayati,
Eksperimen dan Kelompok Kontrol terhadap 2011) menunjukkan bahwa pria lebih
Senam Aerobic Low Impact memungkinkan melakukan perilaku
Skor Aggression Jumlah Mean SD p kekerasan dibandingkan wanita, dan wanita
Self Control value
- Kelompok 17 45,76 6,619 0,000
memiliki fungsi sosial dan pengambil
ekperimen keputusan dalam hal pengendalian emosi
- Kelompok 17 21,94 4,069 lebih baik daripada pria.
kontrol Keliat (2003, dalam Wahyuningsih,
2009) menyatakan bahwa karakteristik jenis
JOM PSIK VOL.1 NO.2 OKTOBER 2014 4
kelamin berhubungan dengan kejadian keluarga, dan kontrol sosial (Stuart & Laraia,
perilaku kekerasan verbal (p value 0,001) 2005).
dimana jenis kelamin laki-laki mempunyai
resiko dua kali lebih besar melakukan e. Frekuensi Dirawat
perilaku kekerasan daripada perempuan. Berdasarkan hasil penelitian yang
Howritz (2002, dalam Townsend, 2009) dilakukan terhadap 34 orang responden,
menjelaskan bahwa jenis kelamin diperoleh responden dengan frekuensi dirawat
mempengaruhi kemampuan mengatasi pertama kali 16 orang (47,1%), serta responden
perilaku kekerasan, dimana angka perilaku dengan frekuensi dirawat 2 kali atau lebih 18
kekerasan lebih tinggi terjadi pada klien laki- orang (52,9%). Wahyuningsih (2009)
laki daripada perempuan. menyatakan frekuensi dirawat menunjukkan
seberapa sering individu dengan perilaku
c. Pendidikan kekerasan mengalami kekambuhan. Penyakit
Berdasarkan hasil penelitian yang yang diderita seseorang akan menimbulkan suatu
dilakukan terhadap 34 orang responden, stressor tersendiri. Kemampuan mengatasi emosi
diperoleh responden tidak sekolah 3 orang seseorang dalam menghadapi suatu tekanan bisa
(8,8%), responden dengan tingkat pendidikan SD disebabkan karena terlalu lama sakit atau
12 orang (35,3%), responden dengan tingkat seringnya dirawat di rumah sakit yang
pendidikan SMP 13 orang (38,2%), dan tingkat dialaminya (Hidayati, 2011). Sesuai dengan
pendidikan SMA 6 orang (17,6%). Tingkat penelitian yang dilakukan oleh Putri (2010)
pendidikan dapat mempengaruhi kesadaran dan bahwa sebagian besar pasien dengan resiko
pemahaman terhadap stimulus kognitif. Tingkat perilaku kekerasan merupakan pasien dengan
pendidikan rendah pada seseorang akan dapat frekuensi rawat 2 kali atau lebih (77,4%).
menyebabkan cara berpikir rasional, menangkap Frekuensi dirawat mempunyai hubungan yang
informasiyang baru,dankemampuan bermakna dengan respon sosial perilaku
menguraikan masalah menjadi rendah kekerasan, artinya frekuensi rawat klien di
(Wijayanti, 2010 dalam Hidayati 2011). rumah sakit akan mempengaruhi klien dalam
Stuart dan Laraia (2005) menyebutkan respon sosialnya (Putri, 2010).
pendidikandapatdijadikantolakukur
kemampuan seseorang berinteraksi dengan orang f. Lama Rawat
lain secara efektif, faktor pendidikan Berdasarkan hasil penelitian yang
mempengaruhi kemampuan seseorang dilakukan terhadap 34 orang responden,
menyelesaikan masalah yang dihadapi. Tingkat diperoleh mean lama hari rawat responden
pendidikan rendah pada seseorang akan adalah 21,53 hari dengan lama rawat minimal 5
menyebabkan orang tersebut mudah mengalami hari dan lama rawat maksimal 45 hari. Lama hari
kecemasan, semakin tinggi tingkat pendidikan rawat dapat menggambarkan berapa lama pasien
akan berpengaruh terhadap kemampuan berfikir dirawat dan berapa banyak atau sering pasien
seseorang (Stuart & Sundeen, 2007). mendapatkan terapi ataupun pengobatan untuk
proses penyembuhan. Semakin lama hari rawat
d. Pekerjaan pasien maka semakin sering pasien mendapatkan
Berdasarkan hasil penelitian yang terapi ataupun pengobatan untuk proses
dilakukan terhadap 34 orang responden, penyembuhan. Lamanya perawatan di rumah
diperoleh karakteristik jenis pekerjaan responden sakit tergantung pada keparahan penyakit pasien
antara lain tidak bekerja 13 orang (38,2%), dan tersedianya fasilitas pengobatan rawat jalan.
buruh/tani 12 orang (35,3%), wiraswasta 4 orang Menurut Husain (2008 dalam Wahyuni,
(11,8%), PNS/ABRI 1 orang (2,9%), lain-lain 4 Yuliet & Elita, 2011) rata-rata lama hari rawat
orang (11,8%). Keliat (2003 dalam Putri, 2010) pasien di RS Jiwa tercepat yaitu 17 hari dan
menyebutkan karakteristik pekerjaan terlama yaitu 110 hari. Keliat (2010) menyatakan
mempengaruhi dalam kejadian perilaku pasien yang dirawat di rumah sakit jiwa di
kekerasan, dimana sebagian besar dari responden Indonesia mempunyai rata-rata lama hari rawat
adalah tidak bekerja. Kondisi lain yang dapat yang tinggi yaitu 54 hari, dan yang paling lama
menimbulkan perilaku kekerasan seperti: dirawat adalah pasien dengan diagnosa
keluarga single parent, pengangguran, kesulitan skizofrenia. Penelitian yang dilakukan oleh
mempertahankan tali persaudaraan, struktur Keliat (2010) di rumah sakit jiwa pusat Bogor
JOM PSIK VOL.1 NO.2 OKTOBER 2014 5
tahun 2001, menunjukkan rata-rata lama hari senam aerobic low impact efektif terhadap
rawat pasien adalah 115 hari dan untuk pasien aggression self control pada pasien dengan
perilaku kekerasan 42 hari. Data dari RSJ resiko perilaku kekerasan. Sementara itu,
Tampan Provinsi Riau (2012) menunjukkan rata- hasil uji T berpasangan pretest dan posttest
rata lama hari rawat pasien adalah 24 hari kelompok kontrol diperoleh mean skor
dengan rincian ruang Siak 18 hari, ruang aggression self control sebelum diberikan
Sebayang 32 hari, ruang Kampar 34 hari, ruang intervensi senam aerobic low impact pada
UPIP 5 hari, ruang Kuantan 18 hari, dan ruang kelompok eksperimen sebesar 21,76 dengan
Indragiri 32 hari (Rekam Medik RSJ Tampan standar deviasi 3,977 dan mean skor
Provinsi Riau, 2012). aggression self control sesudah tanpa
dilakukan senam aerobic low impact sebesar
2. Efektifitas senam aerobic low impact 21,94 dengan standar deviasi 4,069. Hasil uji
terhadap aggression self control pada pasien T berpasangan diperoleh p value=0,083
dengan resiko perilaku kekerasan (p>0,05). Hal ini berarti tidak ada pengaruh
Pengukuran aggression self control yang signifikan antara mean aggression self
sebelum (pretest) pada kelompok eksperimen control kelompok kontrol sebelum dan
dan kontrol didapatkan hasil mean skor sesudah tanpa diberikan intervensi senam
aggression self control sebelum diberikan aerobic low impact. Senam aerobic low
senam aerobic low impact pada kelompok impact adalah aliran gerakan ringan dengan
eksperimen 21,65 dengan standar deviasi salah satu kaki tetap menapak pada lantai
3,741, sedangkan kelompok kontrol 21,76 setiap waktu (Nelly, 2009 dalam Indrawan,
dengan standar deviasi 3,977. Terlihat bahwa 2013). Dalam penelitian ini terapi senam
skor aggression self control kelompok kontrol aerobic low impact memberikan gerakan
lebih tinggi dibandingkan kelompok senam yang terstruktur, ritmik dengan diiringi
eksperimen sebelum dilakukan senam aerobic musik yang semangat untuk mencapai
low impact. Pada saat melakukan pretest perbedaan jumlah skor pre-test dan post-test
masih terlihat jelas tanda dan gejala pasien pada sampel.
dengan resiko perilaku kekerasan seperti Aktivitas fisik yang menurun dapat
tangan mengepal, muka merah, mata menatap berdampak salah satunya pada sirkulasi darah
tajam, gelisah, memaki-maki, membentak, yang tidak maksimal diedarkan keseluruh
meludah, serta berusaha menghancurkan tubuh. Hal ini diakibatkan karena pembuluh
jeruji besi kamar. Sesuai dengan pernyataan darah yang tidak elastis. Akibatnya oksigen
Stuart dan Laraia (2005) bahwa tanda dan dan nutrisi yang dibawa keseluruh tubuh
gejala fisik pada pasien dengan perilaku menurun, yang berdampak pada penurunan
kekerasan dapat berupa ketegangan tubuh, metabolisme energi yang akan mempengaruhi
muka merah, pandangan tajam, nadi dan fungsi organ tubuh (Rudolf, 2007 dalam
pernapasan meningkat, rahang mengatup, Purnamasari, Made, Sukawana, Wayan,
mengepalkan jari, nafas terengah-engah, dan Suarnatha, & Ketut, 2013). Gangguan
cara berdiri mengancam. metabolisme yang terjadi didalam otak akan
Berdasarkan hasil dari uji T berpasangan mempengaruhi produksi neurotransmiter
pretest dan posttest kelompok eksperimen termasuk serotonin dan norepinefrin di sistim
diperoleh mean skor aggression self control limbik yang berkaitan dengan pengendalian
sebelum diberikan senam aerobic low impact emosi, perilaku instinktif, motivasi serta
pada kelompok eksperimen 21,65 dengan perasaan (Dwivedi, 2009 dalam Purnamasari,
standar deviasi 3,741, dan mengalami Made, Sukawana, Wayan, Suarnatha, &
peningkatan mean skor aggression self Ketut,2013).Faktorbiologisyang
control setelah diberikan senam aerobic low berpengaruh terhadap munculnya perilaku
impact menjadi 45,76 dengan standar deviasi kekerasan antara lain gangguan pada sistem
6,619. Hasil uji T berpasangan didapatkan p limbik, lobus frontal, hipotalamus, dan
value= 0,000 (p<0,05). Hal ini berarti ada neurotransmitter (Stuart & Laraia, 2005).
pengaruh yang signifikan antara mean Senam aerobic low impact
aggression self control kelompok eksperimen memperlihatkan dapat mempertahankan aliran
sebelum dan sesudah diberikan senam aerobic darah otak, meningkatkan persediaan nutrisi
low impact sehingga Ho ditolak yang artinya otak, memfasilitasi metabolisme
JOM PSIK VOL.1 NO.2 OKTOBER 2014 6
neurotransmiter yang dapat menurunkan KESIMPULAN DAN SARAN
agresi serta dapat memicu perubahan aktivitas Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan
molekuler dan seluler yang mendukung dan responden rata-rata berusia dewasa (32,56 tahun)
menjaga fungsi otak (Kuntaraf, 2005). dengan mayoritas jenis kelamin laki-laki
Sirkulasi yang optimal ke otak akan (64,7%) dan paling banyak berpendidikan SMP
membantu aliran darah membawa banyak (38,2%) dengan jenis pekerjaan tidak bekerja
oksigen dan nutrisi ke otak, sehinga terjadi (38,2%). Hasil penelitian ini juga didapatkan
peningkatan metabolisme yang menyebabkan rata-rata frekuensi dirawat pasien adalah 2 kali
peningkatan energi yang dihasilkan oleh atau lebih (52,9%) dengan rata-rata lama rawat
mitokondria sel saraf untuk mensintesis 21,53 hari. Dari hasil pengukuran diperoleh nilai
neurotransmiter terutama serotonin dan rata-rata skor aggression self control pada
norepinefrin didalam otak termasuk sistim kelompok eksperimen sebelum dilakukan senam
limbik yang berkaitan dengan pengendalian aerobic low impact adalah sebesar 21,65 dan
emosi, perilaku instinktif, motivasi serta pada kelompok kontrol sebesar 21,76. Setelah
perasaan (Heryati, 2008). diberikan intervensi dengan senam aerobic low
Berdasarkan hasil dari uji T tidak impact dengan frekuensi tiga kali dalam
berpasangan posttest kelompok eksperimen seminggu selama 2 minggu berturut-turut, terjadi
dan kelompok kontrol didapatkan mean peningkatan rata-rata skor aggression self
posttest skor aggression self control pada control pada kelompok eksperimen menjadi
kelompok eksperimen adalah 45,76 dengan 45,76, sedangkan pada kelompok kontrol yang
SD adalah 6,619 sementara mean posttest tidak diberikan intervensi menjadi 21,94. Hasil
skor aggression self control pada kelompok penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan
kontrol adalah 21,94 dengan SD adalah 4,069. aggression self control yang signifikan pada
Hasil analisis diperoleh p value= 0,000 kelompok eksperimen setelah diberikan
(p>0,05), berarti ada perbedaan yang intervensi dengan hasil uji statistik p value=
signifikan antara rata-rata skor aggression self 0,000 (p<0,05) sehingga Ha diterima yang
control sesudah diberikan senam aerobic low artinya senam aerobic low impact efektif
impact pada kelompok eksperimen dengan terhadap peningkatan aggression self control
rata-rata skor aggression self control yang pada pasien dengan resiko perilaku kekerasan.
tidak diberikan senam aerobic low impact Bagi pasien dengan resiko perilaku
pada kelompok kontrol sehingga Ha diterima. kekerasan hasil penelitian ini agar dapat
Artinya, senam aerobic low impact efektif diaplikasikan oleh responden untuk membantu
terhadap aggression self control pada pasien meningkatkan aggression self control secara
dengan resiko perilaku kekerasan. Senam efektif dan efisien sehingga mampu
aerobic low impact dengan mengandalkan meningkatkan kemampuan dalam
penyaluran energi dan penyerapan oksigen mengendalikan diri terhadap perilaku menciderai
yang berimbang dapat meningkatkan diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan.
endorphin yang memiliki efek relaksan
sehingga dapat mengurangi resiko kekerasan 1
Nadzla Kirana: Mahasiswa Program Studi
secara efektif (Yulistanti, 2003). Hasil Ilmu Keperawatan Universitas Riau
penelitian menunjukkan terjadi peningkatan 2
Fathra Annis Nauli: Dosen Bidang Keilmuan
skor aggression self control yang cukup Keperawatan Jiwa Program Studi Ilmu
signifikan pada responden kelompok Keperawatan Universitas Riau
eksperimen dimana terjadi peningkatan 3
Riri Novayelinda: Dosen Bidang
kemampuan pasien dalam mengendalikan diri
Keilmuan Keperawatan Anak Program
terhadap adanya perilaku kekerasan yang
Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau
meliputi tindakan untuk melakukan
penyerangan, perlawanan, dan perusakan
DAFTAR PUSTAKA
secara fisik.
Acil, A. A., Dogan, S., & Dogan, O. (2008). The
effects of physical exercises to mental state
and quality of life in patients with
schizophrenia. Journal of Psychiatric and
Mental Health Nursing, 15(10), 8-15.

JOM PSIK VOL.1 NO.2 OKTOBER 2014 7


Diperoleh tanggal 20 Januari 2014 dari Kaplan, H. I., & Saddock, B. J. (2010). Sinopsis
http://onlinelibrary.wiley.com/ psikiatri-ilmu pengetahuan perilaku
Akhmad, H. I., Handoyo, & Setiono. (2011). psikiatri klinis. Vol. 1. Jakarta: Binarupa
Pengaruh terapi senam aerobic low impact Aksara Publisher.
terhadap skor agression self-control pada Keliat, B. A. (2010). Model praktik keperawatan
pasien dengan risiko perilaku kekerasan di profesional jiwa. Jakarta: EGC.
ruang Sakura RSUD Banyumas. Diperoleh Kuntaraf, J. (2005). Olahraga sumber kesehatan.
tanggal 9 November 2013 dari Bandung: Indonesia Publishing House.
http://ejournal.stikesmuhgombong.ac.id/ Lelono, S. K. (2011). Efektivitas cognitive
American Psychiatric Association (APA). behaviour therapy dan rational emotive
(2010). Diagnostic and statistical manual behaviour therapy terhadap klien perilaku
th
of mental disorders (DSM IV-TR). (4 ed). kekerasan, halusinasi dan harga diri
Washington DC: Author. rendah di RSMM Bogor. Diperoleh tanggal
Bernard, P., & Ninot, G. (2011). Benefit of 12 November 2013 dari
exercise for people with schizophrenia: a http://lontar.ui.ac.id/
systematic review. Paris: Elsevier Masson Masdelita. (2013). Pengaruh Terapi Aktivitas
SAS. Kelompok (TAK) stimulasi sensori
terhadap kemampuan kerjasama pada
Elita, V., dkk. (2011). Persepsi perawat tentang pasien dengan masalah isolasi sosial.
perilaku kekerasan yang dilakukan pasien Skripsi tidak dipublikasikan. Program
di ruang rawat inap jiwa. Jurnal Ners Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau.
Indonesia. Vol. 1, no. 2. Diperoleh tanggal Purnamasari, M., Made, N., Sukawana, Wayan,
10 November 2013 dari I., Suarnatha, Ketut. (2013). Pengaruh
http://ejournal.unri.ac.id/ senam aerobik low impact terhadap
Gordon, A. (2010). Growing gray matter. New penurunan tingkat depresi pada
York: Sussex Publisher. narapidana wanita di Lembaga
Heryati. (2008). Patologi untuk mahasiswa Pemasyarakatan Denpasar. Diperoleh
keperawatan. Jakarta: Trans Info Media. tanggal 25 November 2013 dari
Hidayati, E. (2011). Pengaruh terapi kelompok http://ojs.unud.ac.id/
supportif terhadap kemampuan mengatasi Putri, D. E. (2010). Pengaruh rational emotive
perilaku kekerasan pada klien skizofrenia behaviour therapy terhadap klien perilaku
di Rumah Sakit Jiwa Dr. Amino kekerasan di ruang rawat inap RSMM
Gondhoutomo Semarang. Diperoleh Bogor tahun 2010. Diperoleh tanggal 25
tanggal 30 Juni 2014 dari November 2013 dari http://lontar.ui.ac.id/
http://lontar.ui.ac.id/ Rekam Medik RSJ Tampan Provinsi Riau.
Indrawan, K. (2013). Pengaruh terapi senam (2012). Laporan akuntablitas kinerja
aerobic low impact terhadap tingkat rumah sakit jiwa tampan tahun anggaran
depresi pada pasien skizofrenia di ruang 2012. Pekanbaru: RM RSJ Tampan. Tidak
Sadewa RSUD Banyumas. Diperoleh dipublikasi.
tanggal 12 November 2013 dari Stuart, G.W., & Laraia, M. T. (2005). Principles
th
http://digilib.ump.ac.id/ and practice of psychiatric nursing. (8
Isaacs, A. (2005). Keperawatan kesehatan jiwa ed). St. Louis: Mosby Book Inc.
dan psikiatrik (Dean Patry Rahayuningsih, Stuart, G.W., & Sundeen, S. J. (2007). Buku saku
Penerjemah.). Jakarta: Penerbit Buku keperawatan jiwa. (Edisi 5). Jakarta: EGC.
Kedokteran EGC. Townsend, M.C. (2009). Psychiatric mental
Jalil, M. (2006). Faktor-faktor yang health nursing concepts of care in
th
mempengaruhi kekambuhan penderita evidence-based practice. (6 ed).
skizoprenia di RSJ Prof. Dr. Soeroyo Philadelphia: F.A. Davis Company.
Magelang. Diperoleh tanggal 12 November Wahyuni, S., Yuliet, S. N., & Elita, V. (2011).
2013 dari http://publikasiilmiah.ums.ac.id/ Hubungan lama hari rawat dengan
Kaplan, H. I., & Sadock, B. J. (2007). Kaplan & kemampuan pasien dalam mengontrol
th
sadock’s synopsis of psychiatry. (9 ed). halusinasi. Diperoreh tanggal 30
Philadelphia: Lippincott William & November 2013 dari
Wilkins.

JOM PSIK VOL.1 NO.2 OKTOBER 2014 8


http://ejournal.unri.ac.id/index.php/JNI/arti
cle/download/641/634.
Wahyuningsih, D. (2009). Pengaruh assertive
training terhadap perilaku kekerasan pada
klien skizofrenia. Diperoleh tanggal 9
November 2013 dari http://lontar.ui.ac.id/
Yulistanti, Y. (2003). Tingkat depresi sebelum
dan setelah melakukan terapi senam
aerobic low impact pada pasien gangguan
jiwa di RS Ghrasia Propinsi DIY.
Diperoleh tanggal 8 Desember 2013 dari
http://digilib.stikesmuhgombong.ac.id/

JOM PSIK VOL.1 NO.2 OKTOBER 2014 9

S-ar putea să vă placă și