Sunteți pe pagina 1din 8

Jurnal

Manajemen Kesehatan Indonesia

Volume 5 Nomor 1 April 2017

Analisis Proses Pengendalian Mutu Standar Pelayanan Minimal (SPM) di


Instalasi Farmasi RS Keluarga Sehat

Lia Alfa Rosida*, Sudiro**


*Alumni Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, **Staf Pengajar Program
Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
Email: liaalfar@yahoo.com

ABSTRACT (GKM) or Problem Solving for Better Health


The indicator achievement of minimum (PSBH), find the cause of the problem and
service standard (MSS) for the accuracy of develop the policy. It can be concluded that
distributingdrugs in Pharmacy Unit of the quality control of the MSS in the
Keluarga Sehat Hospital has not been Pharmacy Unit still not going well and need
achieved, even the incidence ofthe to be improved especially related to quality
distributionerror from 2013 to 2016 performance appraisal and performance
continues to increase. The purpose of this improvement based on the SOP.
researchwas to analyze the quality control
process in the implementation of MSS in Keywords: Quality Control; Pharmacy
Pharmacy Unit of Keluarga Sehat Hospital. Installation; Minimum Service Standards
This was a qualitative research, with (MSS)
research subject 3pharmacy officers and 3
people of pharmacy management PENDAHULUAN
services.Data collectedby in-depth interview Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
and observation of pharmaceutical 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
performance report data and analysed by pelayanan minimal (SPM) rumah sakit
content analysis. The result of the research digunakan sebagai pedoman bagi rumah sakit
showed that the evaluation of pharmacy staff dalam menjamin pelaksanaan pelayanan
performance has not been implemented, kesehatan1. Terkait hal tersebut RS Keluarga
because there is no performance appraisal Sehat telah melaksanakan SPM, salah
indicator yet. Comparison was done only by satunya adalah SPM instalasi instalasi
comparing reports with general target, farmasi.1
medical support manager double job resulted SPM farmasi sebagai sasaran mutu
in no feedback to Pharmacy Unit, and so it yang harus dicapai dalam kurun waktutiga
has not supported the implementation of tahun, dimana hasil capaian sasaran mutu
MSS. The Improvement of performancehas instalasi farmasi yang belum dapat
not been implementedand has notfound the memenuhi adalah pencapaian indikator tidak
concept of improvement. The new adanya kejadian kesalahan pemberian obat.
management will attempt to conduct a Data capaian SPM instalasi farmasi dari
comparative study, including pharmacy tahun 2013 sampai dengan 2016 dapat dilihat
installation into the Quality Control Group pada tabel 1.

35
Tabel 1 Capaian SPM IFRS Keluarga Sehat
No Indikator SPM Rata-rata Pencapaian (%) Standar
Tahun Tahun Tahun Tahun Pencapaian
2013 2014 2015 2016
1 Waktu tunggu
pelayanan:
a. Obat jadi: ≤ 30 91 91 92 94 90%
menit
b. Obat Racikan: ≤ 60 90 90 91 93 90%
menit
2 Tidak adanya kejadian 10 kasus 12 kasus 15 kasus 20 kasus 100% atau 0
kesalahan pemberian KTD KTD KTD KTD kasus
obat
3 Kepuasan Pelanggan 85 89 92 96 ≥ 80%
4 Penulisan resep sesuai 95 98 100 100 100%
formularium
Sumber data prasurvey: Laporan Mutu Instalasi Farmasi RS Keluarga Sehat Pati

Berdasarkan data tersebut dari tahun Keluarga Sehat. Variabel penelitian adalah
2013 sampai dengan tahun 2016 untuk pengendalian mutu dan pencapaian SPM.
indikator tidak adanya kejadian kesalahan Pengumpulan data dilakukan dengan
pemberian obat trendnya meningkat. Hal wawancara mendalam, observasi dengan
ini menjadi permasalahan penting karena menggunakan checklist dan telaah
kepuasan dan keselamatan pasien tidak dokumen. Subjek penelitian terdiri dari
tercapai yang mengakibatkan kerugian informan utama yaitu sebanyak tiga orang,
baik dari pihak manajemen maupun pasien. yaitu: Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK),
Pengendalian mutu instalasi farmasi pembantu TTK dan Apoteker. Informan
RS Keluarga Sehat dibutuhkan peran triangulasi sebanyak tiga orang yaitu:
manajemen rumah sakit dalam manajemen Direktur, Deputy Direktur Yanmed dan
mutu. Salah satu tokoh yang Manajer Penunjang Medis. Selanjutnya
menyumbangkan pemikirannya dalam data diolah kemudian dianalisis dengan
manajemen mutu adalah J.M. Juran. menggunakan content analysis.
Pengendalian mutu (Quality Control)
menurut J.M. Juran terdiri dari kegiatan HASIL DAN PEMBAHASAN
evaluasi kinerja mutu aktual, perbandingan SPM Instalasi Farmasi RS Keluarga
kinerja aktual tersebut dengan tujuan dan Sehat
melakukan perbaikan berdasarkan Sasaran mutu yang ditetapkan oleh
perbedaan antara kinerja dan Direktur rumah sakit untuk instalasi
tujuan2,3.Tujuan penelitian ini adalah farmasi adalah pencapaian SPM. Dari
menganalisis proses pengendalian mutu empat indikator yang belum tercapai yaitu
Juran dalam pelaksanaan SPM di Instalasi pelaksanaan ketepatan pemberian obat
Farmasi RS Keluarga Sehat yaitu evaluasi rata-rata pencapaian ketepatan pemberian
kinerja mutu aktual, perbandingan kinerja obat dari tahun 2013 sampai 2016 sebesar
dengan tujuan dan perbaikan. 99,987% (rata-rata ada kejadian kesalahan
pemberian obat 14 kejadian setiap tahun).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis Pelaksanaan Ketepatan Pemberian
penelitian observasional dengan Obat
pendekatan kualitatif dan disajikan secara Pelaksanaan SPM ketepatan
deskriptif . Penelitian dilakukan ada bulan pemberian obat di instalasi farmasi RS
Januari – Maret 2017 yang berlokasi di RS Keluarga Sehat dilakukan dengan cara
36
melakukan pelayanan farmasi sesuai dengan jumlah resep yang dilayani. Data
dengan standar prosedur operasional (SPO) tahun 2013 sampai dengan 2016 trennya
di instalasi farmasi yaitu SPO pengkajian meningkat dari mulai tahun 2013 sampai
resep dan SPO pelayanan resep. tahun 2016. Rata-rata ketepatan pemberian
Pengkajian resep harus dilakukan oleh obat pencapaiannya 99,987%. Masalah
petugas farmasi sesuai dengan SPO kesalahan pemberian obat ini merupakan
pengkajian resep yang meliputi pengkajian permasalahan mendasar yang harus
persyaratan administrasi, persyaratan diutamakan dalam pelayanan di rumah
farmasetik/ sediaan, dan persyaratan klinis. sakit. Organisasi kesehatan dunia WHO
Pelayanan resep dimulai dari penerimaan juga telah menegaskan pentingnya
resep, pemeriksaan ketersediaan, keselamatan dalam pelayanan kepada
penyiapan sediaan farmasi termasuk pasien: “Safety is a fundamental principle
peracikan obat, pemeriksaan obat, of patient care and a critical component of
penyerahan disertai pemberian informasi quality management.” (World Alliance for
yang harus dilakukan oleh petugas farmasi Patient Safety, Forward Programme WHO,
sesuai dengan SPO pelayanan resep di 2004). Meskipun angka pencapaiannya
instalasi farmasi. Pada tahap pengkajian hanya kurang 0,013%, akan tetapi hal ini
resep kendala yang dihadapi petugas menyangkut keselamatan pasien sehingga
farmasi adalah kesulitan membaca tulisan perlu perhatian serius untuk tindaklanjut
resep dokter (tulisan tidak jelas/ tidak perbaikannya. Penyebab tidak tercapainya
terbaca/ ambigu) sesuai dengan SPO yang ketepatan pemberian obat petugas farmasi
ada di instalasi farmasi, petugas farmasi tidak melaksanakan pelayanan sesuai
melakukan konfirmasi ke dokter penulis standar prosedur operasional yaitu
resep untuk memastikan kebenaran obat melakukan kelalaian dalam pengkajian
yang dituliskan pada resep dan petugas resep maupun kroscek antar petugas
mengisi form cek list resep dikolom farmasi pada setiap tahap alur pelayanan
konsulan dokter, sebagai bukti sudah resep.
dilakukan konfirmasi terkait tulisan resep
yang sulit dibaca. Evaluasi Kinerja Mutu Aktual dalam
Tahap pelayanan resep selanjutnya Pelaksanaan Ketepatan Pemberian
adalah menyiapkan obat sesuai resep, Obat
petugas farmasi setiap tahap alur Evaluasi kinerja mutu aktual petugas
pelayanan resep dilakukan upaya farmasi berkaitan dengan pelaksanaan SPO
pencegahan terjadinya kesalahan dalam mendukung ketepatan pemberian
pemberian obat (medication error) dengan obat belum pernah dilakukan. Hal ini bisa
melakukan kroscek antara petugas farmasi. diketahui bahwa manajemen belum
Akan tetapi dalam pelaksanaannya masih melakukan evaluasi kinerja terhadap mutu
ada kejadian kesalahan pemberian obat. aktual, sebagaimana dikatakan oleh
Hal ini disebabkan karena petugas farmasi Direktur.
kurang konsentrasi dikarenakan ruang
pelayanannya yang tidak nyaman sehingga “Evaluasi kinerja petugas belum dilakukan,
tidak dapat melaksanakan pelayanan sesuai seharusnya memang ada. Saat ini juga belum ada
evaluasi khusus, unit hanya melaporkan kegiatan
standar prosedur operasional yaitu setiap bulan termasuk SPM.
melakukan kelalaian dalam pengkajian (Inf Triangulasi 1)
resep maupun kroscek antar petugas Evaluasi khusus unit menurut
farmasi pada setiap tahap alur pelayanan apoteker dan Depdir Yanmed belum
resep. dilakukan, evaluasi yang dimaksud adalah
Persentase ketepatan pemberian obat evaluasi secara keseluruhan terhadap
dilakukan dengan menghitung kejadian kinerja. Evaluasi kinerja adalah suatu
kesalahan pemberian obat dibandingkan metode dan proses penilaian dan
37
pelaksanaan tugas seseorang atau digunakan untuk memastikan bahwa setiap
sekelompok orang atau unit-unit kerja keputusan, langkah, atau tindakan, dan
dalam satu perusahaan atau organisasi penggunaan fasilitas pemrosesan yang
sesuai dengan standar kinerja atau tujuan dilaksanakan oleh orang-orang di dalam
yang ditetapkan lebih dahulu. Hal ini suatu organisasi telah berjalan secara
terlihat bahwa manajemen hanya melihat efektif, konsisten, standar dan sistematis.4
hasil akhir bahwa hasil belum sesuai Dengan ditetapkannya SPO yang
dengan target atau tujuan, tidak dilakukan mendukung ketepatan pemberian obat,
evaluasi penyebab tidak tercapainya target. maka kemungkinan kejadian kesalahan
Evaluasi seharunya dilakukan secara pemberian obat dapat diantisipasi.
berkesinambungan agar sesuai dengan Apoteker, TTK, pembantu TTK maupun
tujuan evaluasi. Tujuan evaluasi kinerja Manajer Penunjang Medis menyatakan
adalah untuk menjamin pencapaian sasaran bahwa setiap brifing pagi koordinator
dan tujuan perusahaan dan juga untuk pelayanan mengingatkan agar memberikan
mengetahui posisi perusahaan dan tingkat pelayanan sesuai SPO, yaitu selalu kroscek
pencapaian sasaran perusahaan, terutama antar petugas farmasi .
untuk mengetahui bila terjadi
keterlambatan atau penyimpangan supaya “Koordinator pelayanan setiap brifing pagi
segera diperbaiki, sehingga sasaran atau mengingatkan agar memberikan pelayanan sesuai
tujuan tercapai. SPO, yaitu selalu kroscek antar petugas farmasi.
Evaluasi kinerja mutu aktual petugas (Inf Utama 1,2 &3, Inf Triangulasi 3)
farmasi dalam mendukung
pelaksanaanketepatan pemberian obat Hal ini sesuai dengan pendapat
berkaitan dengan pelaksanaan SPO di Falino yang menyatakan bahwa brifing
instalasi farmasi RS Keluarga Sehat, adalah sebuah latihan untuk menanamkan
diperoleh ketidaksesuaian bahwa evaluasi informasi yang relevan dan pesan
kinerja mutu aktual petugas farmasi belum perusahaan dalam kelompok. Brifing juga
mendukung pelaksanaanketepatan menjadi alat yang efektif akan komunikasi
pemberian obat yang berkaitan dengan dua arah antara tim dan perusahaan.
pelaksanaan SPO di instalasi farmasi RS Brifing adalah sebuah proses komunikasi
Keluarga Sehat.Hal ini bisa diketahui di mana manajer memberikan pengarahan
bahwa manajemen belum melakukan pada timnya sehingga mereka dapat
evaluasi secara khusus terhadap mutu melangkah bersama sejalan dengan
aktual petugas farmasi meskipun SPO perubahan nilai dan kondisi tempat kerja.5
yang mendukung ketepatan pemberian
obat sudah ada dan tersosialisasi, Perbandingan Kinerja dalam
sebagaimana diungkapkan oleh apoteker, Pelaksanaan Ketepatan Pemberian
manajer penunjang medisdan Depdir Obat
Yanmed. Perbandingan kinerja dalam
mendukung pelaksanaanketepatan
“SPO pelayanan farmasi yang mendukung
pelaksanaan ketepatan pemberian obat sudah ada
pemberian obat berkaitan dengan
dan sudah disosialisasikan”. pelaksanaan SPO di instalasi farmasi RS
Keluarga Sehat, belum pernah dilakukan
(Inf Utama1, Inf Triangulasi 2&3) oleh manajemen. Depdir Yanmed
menyampaikan bahwa tidak ada indikator
Hal ini sesuai dengan pendapat penilaian yang jelas.
Tambunan yang menyatakan bahwa SPO
pada dasarnya adalah pedoman yang berisi “Belum ada indikator atau ukuran penilaian yang
prosedur-prosedur operasional standar jelas”
(Inf Triangulasi 2)
yang ada di dalam suatu organisasi yang
38
data harus terkait dengan indikator dan
Hal ini sesuai dengan pendapat target, tetapi tidak jarang indikator dan
Moeheriono yang menyatakan bahwa target direvisi sesuai dengan ketersediaan
indikator kinerja sebagai nilai atau data.6
karakteristik tertentu yang dipergunakan Apoteker dan Manajer
untuk mengukur output atau outcome suatu Jangmedmenyatakan bahwa seharusnya
kegiatan. Indikator kinerja juga sebagai manajemen ikut mengontrol aktivitas di
alat ukur yang dipergunakan untuk tingkat instalasi,
menentukan derajat keberhasilan suatu
organisasi dalam mencapai tujuannya,
sebagai ukuran kuantitatif dan kualitatif “Seharusnya manajemen ikut mengontrol aktifitas
yang menggambarkan tingkat pencapaian di farmasi, kalau hanya membaca dari laporan
suatu sasaran atau tujuan yang telah bulanan tanpa tindak lanjut ya percuma.”
ditetapkan oleh organisasi.6Di instalasi (Inf Utama 1, Inf Triangulasi 3)
farmasi, indikator penilaian kinerja secara
umum hanya berupa target yang harus Top manajemen adalah eksekutif
dicapai, sedangkan indikator penilaian dengan tanggung jawab yang luas, namun
kinerja petugas belum ada. Adapun tidak terkait langsung dengan strategi dan
indikator penilaian kinerja yang dimaksud kebijakan bisnis perusahaan namun
oleh informan triangulasi tiga adalah berkontribusi dalam pengesetan dan sangat
indikator penilaian sesuai dengan tugas berpengaruh pada implementasi strategi
fungsi masing-masing, baik tugas utama fungsional. Top manajemen berperan
ataupun tugas tambahan sebagai mengarahkan dan mengontrol aktivitas
koordinator pelayanan, pelaksana. dalam suatu organisasi untuk sebuah fungsi
Indikator kinerja inilah yang belum ada di atau produk.7Top manajemen
instalasi farmasi. yaitumanager penunjang medis di RS
Direktur, Depdir Yanmed dan Keluarga Sehat, tidak ikut mengontrol
Manajer Jangmed menyatakan bahwa hasil aktifitas secara langsung, dikarenakan
kinerja diketahui dari laporan bulanan dan manager penunjang medis memegang dua
belum ada umpan balik dari laporan tanggungjawab yaitu merangkap sebagai
bulanan yang dilakukuan oleh manajemen. manager keuangan yang sudah tiga tahun
ini kosong belum ada penggantinya,
sehingga hanya melalui laporan bulanan
“Saat ini hanya membandingkan laporan bulanan
yang disampaikan oleh pihak asisten
unit dan belum ada umpan balik terhadap hasil
laporan”. manager farmasi setiap bulan. Manajemen
(Inf T riangulasi 1, 2,3) tidak memberikan langkah-langkah strategi
yang harus diambil oleh instalasi farmasi
Laporan yang diberikan oleh guna memenuhi target yang harus dicapai.
instalasi farmasi adalah berupa data kerja Apoteker dan Manajer Jangmed juga
selama satu bulan. Dari laporan tersebut menambahkan bahwa belumpernah
belum pernah ada umpan balik atau analisa mengadakan pertemuan dengan
data yang dilakukan oleh pihak manajemen untuk membahas hal ini.
manajemen. Padahal umpan balik berupa
analisa data sangat diperlukan guna “Belum pernah ada pertemuan atau komunikasi
dengan manajemen untuk membahas hal ini,
menentukan langkah-langkah perbaikan. mungkin setelah ini nanti kita akan coba adakan
Hal ini sesuai dengan pendapat pertemuan”
Moeheriono yang menyatakan bahwa data (Inf Utama 1, Inf Triangulasi 3)
yang dibutuhkan untuk mengukur dan
mengawasi kinerja saling terkait dengan Hal ini sesuai dengan pendapat
indikator dan target yang dipilih. Meski Siagian yang menyatakan bahwa
39
pemeliharaan hubungan dengan karyawan pelaksanaan SPOdi instalasi farmasi RS
memerlukan komunikasi yang efektif, Keluarga Sehat belum dilakukan oleh
melalui komunikasi berbagai hal yang manajemen. Pihak manajemen tidak
menyangkut kehidupan organisasi dapat melakukan perbaikan karena tahapan
disampaikan oleh suatu pihak ke pihak evaluasi kinerja petugas juga belum
yang lain. Komunikasi merupakan wahana dilaksanakan sehingga manajemen tidak
bagi manajemen untuk menyampaikan tahu bagian mana yang harus diperbaiki.
berbagai hal kepada para bawahannya, Apoteker dan TTK menyatakan
seperti perintah, instruksi, kebijaksanaan bahwa koordinator pelayanan menegur
baru, pengarahan, pedoman kerja, nasehat petugas farmasi yang tidak sesuai dengan
dan teguran. Kesemuanya itu dalam SPO pelayanan. Direktur, Depdir Yanmed
rangka usaha manajemen untuk lebih dan Manajer Jangmed sependapat agar
menjamin bahwa tindakan, sikap dan lebih efektif dalam perbaikan, harus ada
perilaku karyawan sedemikian rupa teguran baik lisan maupun tertulis atau
sehinga kemampuan organisasi untuk berupa hukuman bagi yang bekerja tidak
mencapai tujuan dan berbagai sasarannya sesuai SPO sehingga tidak terjadi
semakin meningkat.8 kesalahan pemberian obat.
TTK dan pembantu TTK
menyatakan bahwa salah satu penyebab “Harusnya manajemen menegur atau memberi
kejadian kesalahan pemberian obat peringatan kalau ada petugas yang bekerja tidak
dikarenakan petugas kurang konsentrasi sesuai SPO”
(Inf Triangualasi 1, 2,
atau teledor penyebabnya ruang kerja tidak 3)
nyaman.
Hal ini sesuai dengan pendapat
“Salah satu penyebab bekerja tidak konsentrasi,
Siagian (2006) yang menyatakan bahwa
ruang kerja tidak nyaman” jika ada karyawan yang nyata-nyata
(Inf U tama 2, 3) melakukan pelanggaran atas ketentuan-
ketentuan yang berlaku atau gagal
Kondisi petugas farmasi yang memenuhi standar yang telah ditetapkan,
bekerja tidak konsentrasi dan teledor kepadanya dikenakan sanksi8. Berat atau
disebabkan penataan ruang dan fasilitas ringannya suatu sanksi tergantung pada
yang kurang sesuai dengan desain yang bobot pelanggaran yang telah terjadi.
memudahkan dalam pelayanan din Pengenaan sanksi biasanya mengikuti
instalasi farmasi. Hal ini tidak bisa prosedur yang sifatnya hierarki, artinya
dibiarkan begitu saja karena akan pengenaan sanksi diprakarsai oleh atasan
mengakibatkan pelayanan terganggu. langsung yang bersangkutan kemudian
Peneliti mengusulkan untuk menata ulang diteruskan ke pimpinan yang lebih tinggi.
fasilitas dan prasarana yang dibutuhkan Pengenaan sanksi harus bersifat mendidik
dan disesuaikan dengan lay out ruangan dalam arti agar terjadi perubahan sikap dan
sehingga memudahkan dalam penataan perilaku di masa depan dan bukan terutama
obat dan memudahkan pengambilan obat menghukum seseorang karena tindakannya
dalam aliran pelayanan farmasi. di masa lalu8.Di instalasi farmasi, manager
penunjang medis tidak pernah memberikan
Perbaikan Kinerja Dalam Mendukung teguran atau peringatan kalau ada petugas
Pelaksanaan Ketepatan Pemberian yang bekerja tidak sesuai SPO, pemberian
Obat Berkaitan Dengan Pelaksanaan teguran hanya melalui kepala instalasi
SPO farmasi.
Perbaikan perbedaan kinerja dalam Direktur, Depdir Yanmed dan
mendukung pelaksanaan ketepatan Manajer Jangmed menyatakan bahwa,
pemberian obat berkaitan dengan untuk perbaikan kalau diperlukan
40
dilakukan studi banding .
“upayannya..kita mencari penyebab masalahnya
“Kalau memang diperlukan, mungkin nanti dulu, kemudian kita rapatkan atau dibicarkan pada
diadakan studi banding ke rumah sakit lain..” waktu morning meeting manajemen, kemudian
dibuat kebijakan”
(Inf Triangulasi 1, 2, 3) (Inf Triangulasi
1)
Hal ini sesuai dengan pendapat
Sunyoto D, Wahyudi D yang menyatakan Hal ini sesuai dengan pendapat
bahwa benchmarking adalah usaha untuk Wijonoyang menyatakan bahwa untuk
melakukan kegiatan dengan menggunakan memecahkan adanya masalah mutu
perusahaan lain yang dianggap terbaik. pelayanan dilakukan identifikasi masalah,
Benchmarking ini biasanya mengarah menetapkan masalah, mencari penyebab
kepada upaya pencarian yang terbaik untuk utama timbulnya masalah, memilih cara
bidang tertentu, misalnya berupa kualitas pemecahan masalah, kemudian
komponen, produk atau proses dalam melaksanakan solusi pemecahan
kelasnya sebagai patokan.9Studi banding masalah.10
ke rumah sakit lain yang sudah memenuhi
target dalam pelaksanaan SPM, baru KESIMPULAN
merupakan wacana yang disampaikan oleh Kesimpulan penelitian ini adalah
informan, dan hal ini juga belum pernah majemen belum melakukan evaluasi
direncanakan, seharusnya segera kinerja mutu aktual petugas farmasi
melaksanakan studi banding atau berkaitan dengan pelaksanaan SPO dari
benchmarking untuk mempelajari agar data laporan kinerja bulanan unit. Hal ini
SPM bisa tercapai . dikarenakan belum ada indikator penilaian
Direktur, Depdir Yanmed dan kinerja petugas farmasi meskipun SPO
Manajer Jangmed juga menyatakan bahwa yang mendukung ketepatan pemberian
instalasi farmasi diikutkan ke dalam Gugus obat sudah ada dan tersosialisasi, sehingga
Kendali Mutu (GKM) atau Problem belum mengetahui pelaksanaan SPO dapat
Solving For Better Health (PSBH). mendukung pelaksanaan ketepatan
pemberian obat di Instalasi Farmasi RS
Keluarga Sehat.
Selain itu, manajemen juga belum
“Mengikuti kegitan PSBH yang diadakan oleh melakukan perbandingan kinerja petugas
rumah sakit”. farmasi berkaitan dengan pelaksanaan
SPO, meskipun sudah ada data laporan
(Inf Triangulasi 1, 2, 3) bulanan belum dianalisis. Hal ini
dikarenakan Manager Penunjang Medis
Hal ini sesuai dengan pendapat double job sehingga umpan balik dari
Wijono yang menyatakan bahwa Gugus laporan bulanan farmasi tidak ada.
Kendali Mutu (GKM) atau Quality Control Manajemen rumah sakit juga belum
Circle adalah sekelompok kecil petugas melakukan perbaikan kinerja petugas
yang secara sukarela melakukan kegiatan- farmasi berkaitan dengan pelaksanaan SPO
kegiatan pengendalian mutu di dalam dan belum ditemukan konsep perbaikan
tempat kerjanya sendiri dengan tujuan petugas.Manajemen baru akan berupaya
untuk mencari pemecahan permasalah melakukan studi banding, mengikutkan
(problem solving) terhadap persoalan- instalasi farmasi ke dalam PSBH, mencari
persoalan yang menonjol yang ada di penyebab permasalahan dan membut
tempat kerjanya.10 kebijakan. Upaya tersebut belum
Direktur menyatakan bahwa perbaikan didasarkan perbedaan kinerja petugas
sebaiknya dicari penyebab masalahnya dan farmasi pelaksanaan SPO yang salah
dibuat kebijakan.
41
satunya adalah kurangnya konsentrasi 7. Herlambang S. Cara Mudah
petugas farmasi disebabkan ruang Memahami Manajemen Kesehatan
pelayanan tidak nyaman. dan Rumah Sakit. Yogyakarta: Gosyen
Publishing, 2012.
DAFTAR PUSTAKA 8. Siagian SP. Manajemen Sumber Daya
Manusia. Jakarta: Bumi Aksara, 2006.
1. Kepmenkes. Kepmenkes no.129 tahun 9. Sunyoto D, Wahyudi D. Manajemen
2008 Tentang Standar Pelayanan Operasional, Teori, Soal-Jawab, &
Minimal Rumah Sakit. 1992. Soal Mandiri. Jakarta: PT. Buku Seru,
2. Ummu N, Wulandari RD. 2011.
Benchmarking Mutu Pelayanan 10. Wijono, Djoko. Manajemen Mutu
Antenatal Care Di Puskesmas Pelayanan Kesehatan Teori, Strategi,
Berdasarkan Trilogi Juran. J Adm dan Aplikasi. Surabaya: Airlangga
Kesehat Indones 2014; 2: 263–271. University Press, 2009. Epub ahead of
3. Juran JM. Juran’s Quality Handbook. print 2009. DOI:
Fifth Edit. New York: The McGraw- 10.1016/j.jss.2015.03.082.
Hill Companies, 1999.
4. Tambunan RM. Pedoman Penyusunan
Standard Operating Procedures
(SOP). Jakarta: Maiestas Publishing,
2013.
5. Falino DF. Manajemen Karyawan
Memimpin Karyawan Dengan Sukses.
Jakarta: PT. Suka Buku, 2012.
6. Moeheriyono. Perencanaan Aplikasi
dan Pengembangan Indikator Kinerja
Utama (IKU) Bisnis dan Publik.
Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada,
2012.

42

S-ar putea să vă placă și