Sunteți pe pagina 1din 7

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/321221577

ISOLASI DAN PEMISAHAN SENYAWA ALKALOID DARI BUAH MAHKOTA


DEWA (Phaleria macrocarpa Boerl.) DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR

Article · September 2017


DOI: 10.25099/stkbs.010209175

CITATIONS READS

0 4,806

3 authors, including:

Sari Defi Okzelia


STIKES Bani Saleh, Bekasi, Indonesia
1 PUBLICATION   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Sari Defi Okzelia on 26 January 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


P-ISSN 2549-9629
E-ISSN 2549-9866

Tersedia online di http://jnh.stikesbanisaleh.ac.id


Submisi: 15-06-2017
Review: 04-07-2017
Accepted : 07-08-2017
Publish :30-09-2017

ISOLASI DAN PEMISAHAN SENYAWA ALKALOID


DARI BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa Boerl.)
DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR
Sari Defi Okzelia*, Diana Hendrati, Nurdjanah Iljas
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bani Saleh
*e-mail : dffy_radcliffe@yahoo.com.

ABSTRACT
High Performance Liquid Chromatography (HPLC) is a modern separation method that could be used for
separating, purifying and determining the composition of chemical compound. Alkaloid is one of secondary
metabolite compounds which has function as natural medicine. Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Boerl.) is
usually used by the native as traditional medicine. This research aimed to isolate and separate alkaloid compounds
from fruit of Mahkota Dewa using HPLC method. Fruit of Mahkota Dewa was cut into small pieces, dried, then
macerated with methanol. Concentrated methanol extract was acidified with hydrochloric acid to pH 2-3 then
extracted with dichloromethane-water (1:3). Acidic water fraction then basified and extracted again with
dichloromethane-water (1:3). Each of fractions was always tested with Dragendorff reagent and thin layer
chromatography to prove the existence of alkaloid. Separation using HPLC was done for basic dichloromethane
fraction using C18 (RP-18e) column, isocratic elution with mobile phase 10% acetonitrile and 90% sodium
dihydrogen phosphate in water (pH 3) for 20 minutes. Alkaloids in basic dichloromethane fraction were found six
components. Conventional column chromatography was prepared in order to get purer components , using silica
gel G60 and 2.5% gradien of chloroform-methanol as eluent. Fraction 3 of 41 fractions, which assumed containing
standard alkaloid, was fractioned by conventional column chromatography again using ODS and methanol-water
(7:3) as eluent. Separation by HPLC was done again for fraction 2 and 3 of 20 fractions. The results showed that
alkaloid in Mahkota Dewa could be separated using HPLC and obtained two components in fraction 2 and fraction
3 with good resolution but according to the retention time, those alkaloids are not the standard alkaloid used
(atropin).

Keywords : Alkaloid, mahkota dewa, liquid chromatography

ABSTRAK
Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) merupakan metode pemisahan modern yang dapat digunakan untuk
pemisahan, pemurnian dan penentuan kadar senyawa. Alkaloid merupakan senyawa metabolit sekunder yang
berfungsi sebagai bahan obat alami. Tumbuhan mahkota dewa (Phaleria macrocarpa Boerl.) banyak digunakan
sebagai obat tradisional oleh masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan memisahkan senyawa
alkaloid yang terdapat dalam buah mahkota dewa dengan metode KCKT. Buah mahkota dewa dipotong kecil-kecil,
dikeringkan, lalu dimaserasi dengan metanol. Ekstrak metanol pekat diasamkan dengan asam klorida 1% sampai pH
2-3 kemudian diekstraksi dengan diklorometana-air (1:3). Fraksi air yang telah diasamkan tersebut dibasakan
dengan amonium hidroksida sampai pH 9-10 kemudian diekstraksi lagi dengan diklorometana-air (1:3). Masing-
masing fraksi selalu diuji kualitatif dengan pereaksi Dragendorff untuk mengetahui keberadaan alkaloidnya juga
dengan kromatografi lapis tipis. Terhadap fraksi diklorometana basa dilakukan pemisahan dengan KCKT
menggunakan kolom C18 (RP-18e) dan dielusi secara isokratis menggunakan fase gerak 10% asetonitril dan 90%
larutan kalium dihidrogen fosfat 0,05 M dalam air (pH 3) selama 20 menit. Senyawa alkaloid yang terkandung
dalam fraksi diklorometana basa pekat diperoleh enam komponen. Untuk lebih memurnikan alkaloid dilakukan
fraksinasi dengan kromatografi kolom klasik menggunakan silika gel G60 dan eluen kloroform-metanol bergradien
2,5%. Fraksi 3 (dari 41 fraksi) yang diduga merupakan senyawa alkaloid standar difraksinasi lagi menggunakan
ODS dengan eluen metanol-air (7:3). Terhadap fraksi 2 dan 3 (dari 20 fraksi) dilakukan kembali pemisahan dengan
KCKT. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa senyawa alkaloid dalam buah mahkota dewa dapat dipisahkan

JNH, Vol 1 No 2 September 2017 80


dengan KCKT sehingga dihasilkan dua komponen pada fraksi 2 dan fraksi 3. Akan tetapi berdasarkan waktu retensi
yang diperoleh, senyawa alkaloid tersebut bukan merupakan senyawa alkaloid standar (atropin).

Kata kunci : Alkaloid, mahkota dewa, kromatografi cair

PENDAHULUAN

Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Cair Kinerja Tinggi (KCKT) belum


Boerl.) merupakan tanaman tropis yang dilakukan.
berasal dari Papua yang banyak digunakan Tanaman mahkota dewa (Phaleria
sebagai bahan obat. Sejak zaman dahulu, macrocarpa Boerl.) termasuk dalam famili
masyarakat Indonesia banyak yang Thymelaeaceae. P. macrocarpa Boerl. atau
memanfaatkan tanaman mahkota dewa P. papuana Warb. var Wichnannii (Val.)
untuk mengobati berbagai macam penyakit Backmemiliki beberapa sebutan lain. Di
mulai dari penyakit ringan sampai penyakit daerah Sumateradikenal dengan nama
berat. Akhir-akhir ini, mahkota dewa telah simalakama. Di Jawa Tengah dikenal juga
menjadi populer dan banyak dijual secara dengan nama makuto dewo, makuto rujo,
komersial di toko obat, apotek dan rumah dan makuto ratu. Di Banten dikenal sebagai
sakit. Mahkota dewa bahkan telah menjadi raja obat, mahkota raja dan mahkota ratu
tanaman primadona sebagai obat serbaguna sedangkan di Jawa Barat dikenal dengan
(Harmanto, 2002). nama mahkota dewa (Ramadani, 2010).
Menurut Gotawa dkk. (1999) di dalam Penelitian ilmiah menyatakan bahwa
kulit buah mahkota dewa terkandung mahkota dewa memiliki banyak efek
senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, farmakologi. Daun dan buah mahkota dewa
saponin dan flavonoid sementara dalam diketahui mengandung alkaloid, saponin,
daunnya terkandung alkaloid, saponin serta flavonoid, dan polifenol yang memiliki efek
polifenol. Menurut Lisdawati dkk. (2007) farmakologi yaitu antihistamin, antioksidan,
daging buah mahkota dewa mengandung efek sitotoksik, dan antiradang. Daging dan
senyawa lignan yang juga termasuk ke kulit buah bisa digunakan sebagai obat
dalam golongan senyawa polifenol. Selain rematik, asam urat, kanker, diabetes, dan
itu menurut Simanjuntak (2008) juga tekanan darah tinggi. (Harmanto, 2002).
diperoleh senyawa golongan asam lemak,
steroid, benzofenon glikosida dan
karbohidrat dalam buah mahkota dewa.
Keberadaan alkaloid dalam buah mahkota
dewa merupakan salah satu alasan penting
tanaman tersebut dapat mengobati berbagai
macam penyakit. Berdasarkan
penelitianyang dilakukan oleh Ramadani
(2010), alkaloid dalam buah mahkota dewa
dapat dipisahkan dengan metode
kromatografi kolom dan kromatografi lapis
tipis, serta didapatkan kadar alkaloid total
yang ditetapkan dengan metode
spektroskopi UV-Vis dalam buah mahkota
dewa adalah sekitar 0,0037%. Penelitian
dengan menggunakan metode Kromatografi Gambar 1. Bagan alir prosedur isolasi dan pemisahan alkaloid

JNH, Vol 1 No 2 September 2017 81


METODE PENELITIAN alkaloid dengan pereaksi Dragendorff
Sampel yang digunakan dalam penelitian terlihat pada Gambar 2.
ini adalah buah mahkota dewa yang
berwarna merah marun, berumur sekitar 3
tahun dan tidak cacat yang didapatkan dari
kecamatan Sukajadi, Kota Bandung.
Isolasi alkaloid dilakukan dengan
metode maserasi dan ekstraksi,
kromatografi lapis tipis (KLT) dilakukan
dengan menggunakan plat berlapis silika
gel GF254 dan ODS, kromatografi kolom Gambar 2. Reaksi alkaloid dengan pereaksi
dilakukan dengan silika gel G60 dan ODS Dragendorff
di Laboratorium Kimia Analitik Jurusan
Kimia FMIPA Unpad. Pemisahan alkaloid
dengan KCKT dilakukan dengan alat Tabel 1.
KCKT Hewlett Packard seri 1100 di Hasil uji kualitatif alkaloid pada buah
Laboratorium Penelitian Jurusan Kimia mahkota dewa.
FMIPAkUnpad. Gambar 1 menunjukkan
Pereaksi Hasil
diagram alir tahapan penelitian.
Dragendorff + (endapan coklat tua)
Wagner + (endapan kuning muda)
HASIL DAN PEMBAHASAN Keterangan: (+) mengandung alkaloid
Uji Pendahuluan :(-) tidak mengandung alkaloid
Kloroform amoniakal ditambahkan ke
Isolasi Alkaloid
dalam serbuk buah mahkota dewa. Hal ini Sebanyak 153,7 gram sampel buah
bertujuan untuk membebaskan alkaloid mahkota dewa yang telah kering dan
dari bentuk garamnya kar=na menurut dihaluskan diekstraksi dengan cara
Cordell (1981), kebanyakan alkaloid di maserasi dengan menggunakan pelarut
alam berada dalam bentuk garamnya, yang metanol.
terikat dengan asam organik. Dengan Ekstrak metanol dipekatkan dengan alat
adanya amonia maka alkaloid akan rotary evaporatorR-200 Buchi pada suhu
terbebas dari garamnya membentuk 40°C. Pemanasan dilakukan pada suhu
alkaloid bebas yang kemudian terbawa 40°C untuk menghindari degradasi
oleh kloroform pada fase organik. senyawa karena suhu tinggi. Ekstrak pekat
Selanjutnya difiltrasi dengan kapas untuk hasil maserasi didapatkan sebanyak 32,30
menghilangkan residu sampel yang gram. Ekstrak pekat ini diuji kembali
berbentuk serbuk dan untuk mengambil keberadaanalkaloidnya dengan pereaksi
fase organiknya saja. Ke dalam fase Dragendorff. Hasil uji menyatakan ekstrak
organik kemudian ditambahkan larutan pekat mengandung alkaoid sebagaimana
asam sulfat 2 N untuk membentuk kembali dijelaskan pada Tabel 1.
garam alkaloid yang larut dalam air. Fase Selanjutnya ke dalam ekstrak pekat
air asam diuji keberadaan alkaloidnya ditambahkan larutan asam klorida 1%
dengan pereaksi Dragendorff dan pereaksi sampai pH 2,68.
Wagner. Ekstrak dipartisi dengan diklorometana-
Uji positif dengan pereaksi Dragendorff air. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan
dan pereaksi Wagner ditandai dengan asam-asam organik yang lepas serta
terbentuknya endapan coklat hingga senyawa organik lain yang tidak larut
kuning. Hal ini disebabkan terjadinya dalam air, yang akan terdistribusi ke dalam
reaksi antara atom nitrogen pada senyawa fase organik (diklorometana) asam. Garam
alkaloid dengan logam yang terkandung alkaloid sendiri akan terdistribusi dalam
dalam pereaksi-pereaksi tersebut fase air asam. Fase diklorometana asam
membentuk senyawa kompleks. Reaksi akan berada di bagian bawah karena
diklorometana mempunyai berat jenis

JNH, Vol 1 No 2 September 2017 82


yang lebih besar daripada air yaitu Dari hasil KLT fraksi-fraksi pada
1,318 g/mL (25 °C). Fraksi air asam dan kromatografi kolom, didapatkan bahwa
fraksi diklorometana asam diuji kembali target yang diduga atropin terdapat hanya
keberadaan alkaloidnya dengan pereaksi pada fraksi 3. Untuk menjelaskan dugaan
Dragendorff.Dari hasil uji dapat diketahui bahwa pada fraksi 3 terkandung atropin,
bahwa fraksi air asam mengandung selanjutnya fraksi 3 dipisahkan dengan
alkaloid, sedangkanfraksi diklorometana kromatografi cair kinerja tinggi.
asam tidak mengandung alkaloid. Ekstrak diklorometana basa pekat dan
Fraksi air asam kemudian dibasakan fraksi 2-5 pada kromatografi kolom
dengan penambahan amonium hidroksida pertama selanjutnya dibuktikan dan
pekat sampai pH 9,88.Fraksi air basa lalu dipisahkan dengan KCKT. Sebelum
dipartisi dengan diklorometana agar dilakukan pemisahan dengan KCKT, fase
alkaloid bebas terekstraksi ke dalam fase gerak yang digunakan harus disaring
diklorometana basa, sedangkan garam terlebih dahulu. Penyaringan ini dilakukan
amonium klorida yang terbentuk akan dengan kertas saring millipore dengan
terekstraksi ke dalam fase air. Fraksi ukuran pori 0,5 µm, yang bertujuan untuk
diklorometana basa dan fraksi air basa memisahkan fase gerak dari partikel-
diuji keberadaan alkaloidnya dengan partikel pengotor dan menghindarkan
pereaksi Dragendorrf.Dari hasil uji tumbuhnya mikroorganisme yang dapat
berdasarkan Gambar 3 dapat diketahui merusak kolom fase diam.
bahwa di dalam fraksi diklorometana basa
mengandung alkaloid, sedangkan di dalam Noda5
fraksi air basa tidak mengandung alkaloid. Standar
Fraksi diklorometana basa dipekatkan Atropin
Noda 4
sehingga diperoleh ekstrak pekat
diklorometana basa sebanyak 77,3 mg. Noda2 Noda3

Identifikasi Alkaloid dengan KLT Noda1


Untuk ekstrak diklorometana pekat
KLT dilakukan dengan menggunakan plat Gambar 3. Kromatogram KLT ekstrak
silika gel GF254 sebagai fase diam dan diklorometana basa pekat
klorofom-metanol (9,5:0,5) sebagai fase dengan fase diam silika gel
gerak, dihasilkan 5 noda. Noda keempat G60, fase gerak kloroform dan
sama dengan senyawa alkaloid standar metanol (9,5:0,5).
yaitu atropin dengan Rf 0,76. Noda
keempat ini diduga sebagai atropin yang Selain itu udara terlarut dalam fase
nantinya akan dijelaskan dengan gerak juga dihilangkan agar tidak terdapat
pemisahan menggunakan kromatografi cair puncak udara pada kromatogram yang
kinerja tinggi. mengganggu pemisahan. Udara terlarut
dihilangkan dengan proses sonifikasi
Fraksinasi dengan Kromatografi Kolom menggunakan alat sonikator. Selain itu
Kromatografi kolom dilakukan dengan udara terlarut juga dapat dihilangkan
menggunakan fase diam silika gel G60 dengan mengalirkan gas inert seperti
yang berukuran 70-230 mesh, sedangkan helium.
fase gerak yang digunakan adalah KCKT yang dilakukan untuk pemisahan
klorofom dan metanol dengan elusi alkaloid dilakukan menggunakan kolom
bergradien 2,5% (kromatografi kolom fase terbalik yaitu C18 (RP-18e), fase gerak
pertama). 10% asetonitril dan 90% kalium
Fraksi hasil kromatografi kolom dihidrogen fosfat0,05 M dalam air (pH 3),
ditampung sebanyak 39 fraksi. Fraksi- laju alir 1,0 mL/menit, suhu kolom 27,5°C
fraksi yang diperoleh kemudian (ambien), detektor UV pada panjang
ditunjukkan dengan KLT.

JNH, Vol 1 No 2 September 2017 83


gelombang 210 nm dan volume injeksi 20 Untuk lebih memurnikan senyawa
µL. alkaloid yang diduga atropin dalam buah
Larutan KH2PO4 0,05 Mdiasamkan mahkota dewa, dilakukan kembali
dengan larutan asam fosfat 10% hingga fraksinasi dengan kromatografi kolom.
mencapai pH 3,00. Asam fosfat digunakan Kromatografi kolom dilakukan untuk
karena merupakan asam lemah dari garam fraksi 3 dengan menggunakan fase diam
KH2PO4 sehingga membentuk larutan ODS dan fase gerak metanol dan air (7:3)
buffer yang mempunyai pH stabil. secara isokratis. Kromatografi kolom yang
Pengaturan pH menjadi 3 dilakukan karena kedua ini dilakukan dengan kolom fase
menurut literatur, senyawa alkaloid terelusi terbalik, tidak seperti kromatografi kolom
lebih cepat pada pH rendah. Hal ini yang pertama yang menggunakan kolom
disebabkan amina yang terprotonasi fase normal. Hal ini dimaksudkan untuk
menjadi lebih polar pada pH rendah, mempermudah memisahkan senyawa pada
sehingga tidak tertahan dalam kolom C18 fraksi 3 yang massanya sudah sangat
(RP-18e) yang nonpolar. sedikit dan juga agar pemisahan dapat
berlangsung lebih baik. Pemilihan fase
gerak dilakukan dengan KLT
menggunakan plat ODS.

Gambar 4.Kromatogram KCKT senyawa


alkaloid standar (atropin)
dengan fase gerak 10%
asetonitril dan 90% KH2PO4
0,05 M dalam air (pH 3), elusi
isokratis, kolom RP-18e, Gambar 6.Kromatogram KCKT fraksi 3
volume injeksi 20 µL, laju alir hasil kromatografi kolom
1,0 mL/menit, detektor UV pertama dengan fase gerak
pada panjang gelombang 210 10% asetonitril dan 90%
nm. KH2PO4 0,05 M dalam air (pH
3), elusi isokratis, kolom RP-
18e, volume injeksi 20 µL, laju
alir 1,0 mL/menit, detektor UV
pada panjang gelombang 210
nm.

Fraksi-fraksi hasil kromatografi


kolom yang kedua ini selanjutnya
dipisahkan dengan KCKT.
Gambar 5. Kromatogram KCKT ekstrak Berdasarkan kromatogram pada
diklorometana basa dengan Gambar 5, pemisahan terhadap fraksi
fase gerak 10% asetonitril dan diklorometana basa pekat dengan metode
90% KH2PO4 0,05 M dalam air KCKT menghasilkan 6 komponen
(pH 3), elusi isokratis, kolom senyawa alkaloid. Setelah dilakukan
RP-18e, volume injeksi 20 µL, fraksinasi dengan kromatografi kolom
laju alir 1,0 mL/menit, detektor klasik, senyawa alkaloid tersebut menjadi
UV pada panjang gelombang lebih murni yaitu menghasilkan 4
210 nm. komponen pada fraksi 3 sesuai Gambar 6.
Fraksinasi dengan kromatografi kolom

JNH, Vol 1 No 2 September 2017 84


yang dilakukan kembali terhadap fraksi 3 Kesimpulan
dan menghasilkan 2 komponen senyawa Dari hasil penelitian yang telah
alkaloid sesuai Gambar 7. dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut:
1) Senyawa alkaloid dalam buah mahkota
dewa dapat dipisahkan dengan metode
KCKT, dengan kondisi pemisahan:
Fase gerak : 10% asetonitril dan 90%
larutan KH2PO4 0,05 M
dalam air (pH 3)
Kolom : C18 (RP-18e)
Laju alir : 1,0 mL/menit
Detektor : UV 210 nm
Volume injeksi: 20 µL
Gambar 7. Kromatogram KCKT fraksi 2
2) Jumlah komponen senyawa alkaloid
hasil kromatografi kolom
yang dapat dipisahkan adalah enam
kedua dengan fase gerak 10%
komponen pada ekstrak pekat.
asetonitril dan 90% KH2PO4
Dilakukan fraksinasi dengan
0,05 M dalam air (pH 3), elusi
kromatografi kolom sehingga diperoleh
isokratis, kolom RP-18e,
senyawa alkaloid yang lebih murni
volume injeksi 20 µL, laju alir
yaitu empat komponen pada fraksi
1,0 mL/menit, detektor UV
setelah kromatografi kolom pertama dan
pada panjang gelombang 210
dua komponen pada fraksi setelah
nm.
kromatografi kolom kedua.
Fraksi-fraksi hasil kromatografi kolom 3) Salah satu senyawa alkaloid yang
yang kedua ini selanjutnya dipisahkan terkandung dalam buah mahkota dewa
dengan KCKT. bukan merupakan senyawa alkaloid
(atropin) yang digunakan sebagai
standar.

Daftar Pustaka Harmanto, N. 2002. Mahkota Dewa : Obat


Pusaka Para Dewa. Agro Media
Cordell, G.A. 1981. Introduction to Pustaka. Jakarta.
Alkaloid A Biogenetic Approach. Lisdawati, V., S. Wiryowidagdo & L.B.S.
John Willey & Sons., Inc. New York. Kardono. 2007. Isolasi dan Elusidasi
Djarwis, D. 2004. Teknik Penelitian Kimia Struktur Senyawa lignan dan Asam
Organik Bahan Alam. Workshop Lemak dari Ekstrak Daging Buah
Peningkatan Sumber Daya Manusia, Phaleria macrocarpa. Buletin
Penelitian dan Pengelolaan Sumber penelitian Kesehatan. 35, 115-124.
Daya Hutan yang Berkelanjutan. Ramadani, N. 2010. Analisis dan
FMIPA. Universitas Andalas. Identifikasi Senyawa Alkaloid dalam
Fessenden, R.J. & J.S. Fessenden. 1986. Buah Mahkota Dewa (Phaleria
Organic Chemistry. Third Edition. macrocarpa (Scheff) Boerl) dengan
Wadsworth. California. Menggunakan Kromatografi Lapis
Gotawa, I.B.I., S. Sugiarto, M. Nurhadi, Y. Tipis dan Kromatografi Kolom.
Widiyastuti, S. Wahyono & I.J. FMIPA. Universitas Padjadjaran.
Prapti. 1999. Inventaris Tanaman Simanjuntak, P. 2008. Identifikasi
Obat Indonesia. Jilid V. Departemen Senyawa Kimia dalam Buah
Kes. Badan Penelitian dan Mahkota Dewa (Phaleria
Pengembangan Kesehatan. Jakarta, macrocarpa), Thymelaceae. Jurnal
hal. 147-148. Ilmu Kefarmasian Indonesia. 6, 23-
28.

JNH, Vol 1 No 2 September 2017 85

View publication stats

S-ar putea să vă placă și