Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh :
Asa Alamanda
2019
A. Issue dan Trend dalam Pendidikan Keperawatan Komunitas
1. Jenis Jenjang Pendidikan Keperawatan
a. Pendidikan Vokasi
Pendidikan vokasi adalah suatu program diploma yang menerapkan
pelayanan atau tindakan kesehatan. Berdasarkan pada UU NO 34 tahun 2014
tentang Keperawatan pada pasal 6 (1) tingkat vokasi yang paling rendah adalah
diploma (D3) keperawatan.
b. Pendidikan Akademik
Pendidikan akademik adalah pendidikan sarjana dan pasca sarjana
yang menjerumus pada penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan
keperawatan secara mendalam. Berdasarkan pada UU NO 34 tahun 2014
tentang Keperawatan pada pasal 7, pendidikan akademik terdiri atas program
sarjana keperawatan, program megister keperawatan, dan program doktor
keperawatan (S2) dengan peminatan Keperawatan Komunitas sudah banyak
beredar pada Universitas Negeri diantaranya UI, UGM, Universitas Brawijaya
dan UNDIP. Doktor Keperawatan Komunitas (S3) sudah diterapkan di
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
c. Pendidikan Profesi
Pendidikan profesi adalah jenjang pendidikan tinggi setelah program
sarjana dimana mahasiswa memiliki skill dalam pekerjaan dengan keahlian
khusus dalam bidang profesi dan spesialis tertentu. Dimana peserta didik
Jenjang pendidikan profesi Ners. komunitas dan Spesialis Komunitas sudah
diterapkan pada Universitas Indonesia.
Pendidikan profesi menurut UU NO 34 tahun 2014 tentang
Keperawatan pada pasal 8 terdiri atas program profesi keperawatan dan
program spesialis keperawatan.
2. Kewenangan Pendidikan dan Ruang Lingkup
Ruang lingkup pada keperawatan komunitas sudah ditetapkan oleh PBP-PPNI
2007 bahwa kualifikasi Perawat Kesehatan Komunitas berdasarkan jenjang
pendidikan perawat.
PK I dalam ruang lingkup ini perawat mampu memberikan pelayanan
keperawatan pada klien dan keluarga klien dengan tingkat pendidikan minimal adalah
D3 Keperawatan dengan memmiliki kompetensi memberikan keperawatan dasar
berdasarkan ilmu dasar keperawatan komunitas.
PK II dalam ruang lingkup ini perawat mampu memberikan pelayanan
keperawatan pada klien ̧keluarga klien dan kelompok dengan masalah kesehatan
tertentu, dengan tingkat pendidikan minimal adalah S1 Keperawatan dan Ners
Komunitas, dimana untuk S1 harus memiliki kompetensi memberikan keperawatan
dasar dalam lingkup keperawatan komunitas yang masih dalam pengawasan
bimbingan dari perawat senior dengan bimbingan yang terbatas. Sedangkan untuk
Ners Komunitas harus memiliki kompetensi memberikan keperawatan dasar dalam
lingkup keperawatan komunitas dalam pengawasan bimbingan dari perawat senior
yang sepenuhnya sudah dilimpahkan atau diberikan kepercayaan oleh perawat senior.
PK III dalam ruang lingkup ini perawat mampu mengelola dalam
penanggulangan masalah kesehatan masyarakat, dengan tingkat pendidikan minimal
adalah Magister (S2) Keperawatan Komunitas dengan memiliki kompetensi
melakukan tindakan keperawatan khusus dengan keputusan mandiri dan bertanggung
jawab sepenuhnya atas tindakan keperawatan yang diberikan.
PK IV dalam ruang lingkup ini perawat mampu dalam mengembangkan
penanggulangan masalah keperawatan kesehatan masyarakat yang komplek, dengan
tingkat pendidikan minimal adalah Spesialis Komunitas. Pada tingkat pendidikan ini
perawat harus memiliki kompetensi melakukan tindakan keperawatan khusus atau
sub- spesialis dengan keputusan mandiri, memberikan keperawatan dasar pada klien
dalam lingkup keperawatan komunitas dengan menyeluruh/utuh dan melakukan
rujukan keperawatan.
PK V dalam ruang lingkup ini perawat mampu melakukan konsultasi dan
pengembangan pelayanan, dengan tingkat pendidikan Doktor dan paling rendah
adalah Magister. Doktor dalam tingkatan ini memiliki kompetensi yang tinggi yaitu
melakukan tindakan dan asuhan secara keperawatan khusus dengan keputusan
mandiri dan sebagai konsultan dalam lingkup komunitas.
3. Isu pendidikan
Terdapat tiga hal penting dalam isu pendidikan ketika perawta merencanakan
untuk program pendidikan.
a. Diferent population of learners require different teaching sttrategies (populasi
siswa yang berbeda memerlukan strategi pengajaran yang berbeda)
Perawat merupakan unsur penting dalam pendidikan kesehatan di
komunitas. Meningkatnya populasi dari bebragai budaya dan etnik mengharuskan
pendidikan kesehatan masyarakat melintasi batas usia dan budaya.
Setiap tingkat usia memiliki kebutuhan pembelajaran dan respon yang
berbeda dalam strategi edukasi. Pada setiap usia, siswa dipertimbangkan
mengenai kemampuan kognitif, personality, dan pengetahuan umum. Beberapa
orang lebih baik belajar dengan instruksi, supervisi dan paksaan/dorongan
dibandingkan orang lain.
Strategi pembelajaran untuk anak-anak dan individu dengan pengetahuan
yang sedikit tentang kesehatan digolongkan pedagogy. Pada model pembelajaran
pedagogical, pengajar bertanggung jawab penuh untuk membuat keputusan
tentang apa yang akan dipelajari dan bagaimana serta kapan itu bisa dipelajari.
Pembelajaran ini diarahkan oleh guru.
Strategi pembelajaran untuk dewasa, dewasa tua, dan individu dengan
pengetahuan yang banyak mengenai kesehatan disebut andragogy. Pada model
andragogical, siswa/pelajar memerankan peran penting dalam memutuskan apa
yang mereka butuhkan dan mereka inginkan untuk dipelajari.
Ada beberapa hal yang dapat membantu dalam program pendidikan atau
pembelajaran, yaitu :
1) Semakin muda individu yang akan di didik, semakin konkret pilihan
contoh dan kata yang diperlukan
2) Menggunakan objek atau alat dapat meningkatkan perhatian.
3) Memasukan perliaku kesehatan berulang ke dalam bentuk permainan akan
membantu anak-anak mengingat dan memperoleh keterampilan.
b. Barriers to learning (hambatan dalam pembelajaran)
1) Hambatan pada pendidik
a) Ketakutan akan berbicara didepan orang banyak
b) Kurangnya kredibilitas terhadap topik tertentu
c) Keterbatasan pengalaman yang profesional yang berhubungan dengan
topik kesehatan
d) Tidak bisa menghadapi orang-orang sulit yang membutuhkan
informasi kesehatan.
e) Kurangnya pengentahuan bagaimana untuk mengapatkan partisipasi
f) Kurangnya pengalaman terhadap waktu presentasi
g) Merasa tidak yakin bagaimana untuk menyesuaikan instruksi.
h) Tidak nyaman ketika pelajar/siswa bertanya.
i) Keinginan untuk mendapat feedback dari pelajar/siswa
j) Khawatir apakah media, material dan fasilitas berfungsi baik atau
tidak.
k) Kesulitan dalam pembukaan dan penutupan
l) Terlalu bergantung pada catatan.
2) Hambatan pada siswa/pelajar
Hal yang sering dijumpai perawat adala pelajar/siswa tidak dapat
membaca / kesulitan dalam membaca (buta huruf). Individu dengan
keterbatasan membaca:
a) Memiliki kosa kata yang terbatad dan pengetahuan umum yang sedikit,
biasanya individu tidak bertanya untuk klarifikasi
b) Fokus pada detail dan berurusan dengan konsep konktre vs konsep
abstrak
c) Tidak bisa dalam penghitungan.
c. Using technology in the program (penggunaan teknologi dalam program)
Banyak sekali teknologi seperti games komputer dan program, video,
CDs, dan internet yang dapat meningkatkan pembelajaran. Teknologi tersebut
dapat membuat pembelajr mengontrol laju pengajaran, menawarkan waktu
dan lokasi pembelajaran, menyajikan bentuk pendidikan yang menarik, dan
memberikan feedback.
Sekarang ini, orang-orang banyak menggunakan internet untuk
mencari tau mengenai informasi kesehatan. Mengedukasi orang melalui
internet dapat dikatakan lebih efektif. Berikut beberapa kriteria untuk menilai
kualitas dari informasi kesehatan yang ada di internet.
1) Autorship : apakah autor dan kontributor terdaftar dengan surat dan
keanggotaan resmi?
2) Caveats: apakah situs mengklarifikasi fungsinya adala untuk menyediakan
informasi atau untuk memasarkan produk?
3) Content : apakah informasi akurat dan lengkap?
4) Credibility: apakah situs tersebut memasukan sumber sumber
5) Currency: apakah terdapat kapan konten di post dan di update?
6) Design : apakah situs aksesibel, mudah untuk diakses?
7) Interactivity: apakah situs memberikan feedback?
8) Links: apakah tautan telah dievaluasi berdasarkan usia, konten?
Dibidang keperawatan keluarga, perawat peneliti telah membahas hasil kesehatan dan
peralihan keluarga yang terkait dengan kesehatan. Teori perkembangan, teori stres, koping
dan adaptasi, teori terapi keluarga, dan teori sistem telah banyak memandu penilitian para
perawat penilti keluarga. Penelitian dilakukan lintas disiplin, yang menunjukkan bahwa
“tidak ada satupun disiplin yang memiliki keluarga” menurut Gillis dan Knafl dalam
Friedman dkk (2013, hal.42). Kelangkaan penelitian keperawatan yang nyata terletak
dibidang studi interveni. Menurut Knafl dalam Friedman dkk (2013, hal.42) kurangnya studi
intervensi dalam keperawatan keluarga “mengejutkan.” Menurut Janice Bell dalam editor
journal of family nursing, dalam editorial “Wanted :Family Nursing Intervention,”
mengeluhkan mengenai kurangnya naskah penelitian intervensi keperawatan yang ia terima
untu dikaji. Dengan tidak memadainya jumlah studi intervensi,kita mengalami kekurangan
bukti ilmiah yang dibutuhkan untuk mendukung evikasi strategi dan program keperawatan
keluarga. Selain itu,dibutuhkan penelitian keperawatan keluarga yang sebenarnya: sebagian
besar penelitian keperawatan keluarga sebenarnya merupakan penelitian yang terkait dengan
keluarga (yang berfokus pada anggota keluarga), bukan penelitian keluarga (yang berfokus
pada seluruh keluarga sebagai sebuah unit).
Issue dan Trend dalam penelitian keperawatan komunitas sudah banyak sekali
topik/judul yang digunakan oleh para peneliti keperawatan komunitas seperti Hubungan
Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Lansia Berkunjung Ke Kelompok Binaan Khusus
Lansia Di Puskesmas Global Limboto Kabupaten Gorontalo dan Perilaku Hidup Bersih Dan
Sehat (PHBS) Dengan Kejadian Diare Pada Anak Sekolah Dasar (SD).
Menurut Depkes 2014 angka kejadian diare sangat tinggi, banyak peneliti yang
melakukan penelitian terhadap PHBS pada anak usia sekolah karena anak usia sekolah lebih
aktif dan rasa keingintahuan yang tinggi terhadap benda asing sehingga rentan sekali untuk
terkena penyakit diare dan kurangnya suatu penerapan tersebut dari orang tua dan pihak
sekolah. Dengan dilakukannya tindakan PHBS, maka anak dan orang tua mengetahui bahwa
pentingnya melakukan cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir sebelum dan
sesudah makan.
Trend dan issue saat ini juga adalah kurangnya dukungan keluarga terhadap lansia,
sehingga para lansia memiliki harga diri rendah seperti merasa sudah tidak berdaya didalam
keluarganya. Dukungan keluarga kepada lansia sangat di butuhkan agar lansia merasa
bahagia dan berguna, dengan cara memberikan motivasi kepada lansia dalam mengikuti suatu
kegiatan di lingkungan sekitar rumah.
Ilmu pengetahuan di bidang kesehatan pada beberapa dekade terakhir telah mengalami
kemajuan yang sangat pesat melampaui perkembangan sebelumnya. Derivasi ilmu-ilmu
kesehatan dan pengembangannya melalui riset merupakan dinamika proses yang sangat
penting dalam pertumbuhan masing-masing profesi kesehatan. Tujuan dilakukannya riset
kesehatan adalah untuk memperkuat dasar-dasar keilmuan yang nantinya akan menjadi
landasan dalam kegiatan praktik klinik, pendidikan, dan manejemen pelayanan kesehatan.
(Ross, Mackenzie, & Smith, 2003).
Sedangkan praktik pelayanan kesehatan yang berdasarkan fakta empiris (evidence based
practice) bertujuan untuk memberikan cara menurut fakta terbaik dari riset
yang diaplikasikan secara hati-hati dan bijaksana dalam tindakan preventif,
pendeteksian, maupun pelayanan kesehatan.(Cullum, 2001) menerapkan hasil penelitian
dalam pelayanan kesehatan adalah upaya signifikan dalam memperbaiki pelayanan kesehatan
yang berorientasi pada efektifitas biaya dan manfaat (costbenefit effectiveness).
Meningkatkan kegiatan riset kesehatan dan menerapkan hasilnya dalam praktik pelayanan
kesehatan merupakan kebutuhan mendesak untuk membangun pelayanan kesehatan yang
lebih efektif dan efisien.
Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Jatuh Dengan Motivasi Mencegah Jatuh Pada
Lanjut Usia Di Wilayah Kerja Puskesmas Baki, Kabupaten Sukoharjo
Pelaksana :
Lanjut usia di wilayah kerja Puskesmas Baki, Kabupaten Sukoharjo
Penggunaan hasil riset :
Hasil penelitian diketahui dari 99 responden, mayoritas responden memiliki
pengetahuan tentang jatuh dalam kategori cukup dengan motivasi sedang, yaitu
sebanyak 22 lanjut usia. Uji Chi-Aquare menunjukkan p=0.21 (p<0,05).
Kesimpulannya adalah terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan
tentang jatuh dengan motivasi mencegah jatuh pada lanjut usia di wilayah kerja
Puskesmas Baki, Kabupaten Sukoharjo.
Hubungan Dukungan Keluarga Dan Kemandirian Lansia Dengan Konsep Diri Lansia Di
Kelurahan Bambankerep Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang
Pelaksana :
Keluarga dan lansia di Kelurahan Bambankerep Kecamatan Ngaliyan Kota
Semarang
Penggunaan hasil riset :
Hasil penelitian terhadap 57 lansia yang hidup dengan keluarga di RW IV Kelurahan
Bambankerep Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang diketahui bahwa ada hubungan
antara dukungan keluarga dengan konsep diri lansia. Hasil peneliian terhadap 57
lansia yang hidup dengan keluarga RW IV Kelurahan Bambankerep Kecamatan
Ngaliyan Kota Semarang diketahui bahwa tidak ada hubungan antara kemandirian
lansia dengan konsep diri lansia. Keluarga dapat mendukung lansia dengan
meluangkan waktu, mendengarkan cerita lansia.
C. TREN DAN ISUE DALAM KEPERAWATAN KOMUNITAS
Issu dan tren dalam profesi keperawatan komunitas sama seperti jenjang pendidikan
keperawatan. Yang dominan dalam keprofesian keperawatan komunitas adalah pada
program akademik dan program profesi dalam program tersebut sudah banyak dibuka
peminatan pada keperawatan komunitas seperti ners,S2,S3 dan spesialis. Bagi jurusan S3
Kperewatan komuniras hanya berlaku di Universitas Indonesia saja.
Bidang keorganisasian atau kolegium keperawatan menurut UU No. 38 th 2014 BAB VII
tentang kolegium keperawatan adalah suatu organisasi yang bertanggung jawab pada
profesi keperawatan,salah satu organisasi dalam keperawatan yang sudah tidak asing
adalah Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) yang merupakan suatu organisasi
sebagai wadah bidang keperawatan ,seiring dengan bertambahnya jenjang pendidikan
keperawatan PPNI membangun suatu organisasi untuk keperawatan komunitas, yaitu Ikatan
Perawat Kesehatan Komunitas (IPKKI) yang telah dikelola pada masing-masing provinsi di
Indonesia.
b. Kependudukan
Sedangkan perubahan kependudukan dengan bertambahnya jumlah penduduk di
Indonesia dan bertambahnya umur harapan hidup, maka akan membawa dampak
terhadap lingkup dari praktik keperawatan. Pergeseran tersebut terjadi yang dulunya
lebih menekankan pada pemberian pelayanan kesehatan atau perawatan pada “
hospital-based “ ke “ comunity based “
c. Teknologi
Penguasaan dan keterlibatan dalam perkembangan IPTEK dalam praktek
keperawatan bagi perawat Indonesia merupakan suatu keharusan.
d. Tempat praktik
Tempat praktik keperawatan di masa depan meliputi pada tatanan klinis ( RS
), komunitas, dan praktik mandiri di rumah/berkelompok ( sesuai SK MENKES
R.I.647/2000 tentang registrasi dan praktik keperawatan )
c. Peralihan kekuasaan dan kendali dari penyedia pelayanan kesehatan kepada keluarga
Berdasarkan perbincangan dengan perawat dan tulisan yang disusun oleh
perawat keluarga, terdapat kesepakatan umum bahwa peralihan kekuasaan dan
kendelai dari penyedia pelayanan kesehatan ke pasien atau keluarga perlu dilakukan.
Kami percaya hal ini masih menjadi sebuah isu penting pada pelayanan kesehatan
saat ini. Menurut Wright dan Leahey dalam Robinson, mengingatkan kita bahwa
terdapat kebutuhan akan kesetaraan yang lebih besar dalam hubungan antara perawat
dan keluarga, hubungan kolaboratif yang lebih baik, dan pemahaman yang lebih baik
akan keahlian keluarga. Perkembangan penggunaan internet dan email telah
memberikan banyak keluarga informasi yang dibutuhkan untuk belajar mengenai
masalah kesehatan dan pilihan terapi mereka. gerakan konsumen telah memengaruhi
pasien dan keluarga untuk melihat dari mereka sebagai konsumen, yang membeli dan
mendapatkan layanan kesehatan seperti layanan lain yang mereka beli. Dilihat dari
kecenderungan ini, anggota keluarga sebaiknya diberikan kebebasan untuk
memutuskan apa yang baik bagi mereka dan apa yang mereka lakukan demi
kepentingan mereka senidiri.
Friedman, dkk. 2013. Buku ajar keperawatan keluarga riset, teori& praktik. Jakarta : EGC