Sunteți pe pagina 1din 17

Issue dan trend dalam penelitian keperawatan komunitas

Dosen Pengampu:

Dosen Pengampu : Ns. Nourmayansa Vidya Anggraini, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.Kom

Disusun Oleh :

Indah Sari 1710711001

Windu Syawalina Wahyuningsih 1710711008

Mutia Ifanka 1710711010

Fiqih Nur Aida 1710711033

Asa Alamanda

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA

2019
A. Issue dan Trend dalam Pendidikan Keperawatan Komunitas
1. Jenis Jenjang Pendidikan Keperawatan
a. Pendidikan Vokasi
Pendidikan vokasi adalah suatu program diploma yang menerapkan
pelayanan atau tindakan kesehatan. Berdasarkan pada UU NO 34 tahun 2014
tentang Keperawatan pada pasal 6 (1) tingkat vokasi yang paling rendah adalah
diploma (D3) keperawatan.
b. Pendidikan Akademik
Pendidikan akademik adalah pendidikan sarjana dan pasca sarjana
yang menjerumus pada penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan
keperawatan secara mendalam. Berdasarkan pada UU NO 34 tahun 2014
tentang Keperawatan pada pasal 7, pendidikan akademik terdiri atas program
sarjana keperawatan, program megister keperawatan, dan program doktor
keperawatan (S2) dengan peminatan Keperawatan Komunitas sudah banyak
beredar pada Universitas Negeri diantaranya UI, UGM, Universitas Brawijaya
dan UNDIP. Doktor Keperawatan Komunitas (S3) sudah diterapkan di
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
c. Pendidikan Profesi
Pendidikan profesi adalah jenjang pendidikan tinggi setelah program
sarjana dimana mahasiswa memiliki skill dalam pekerjaan dengan keahlian
khusus dalam bidang profesi dan spesialis tertentu. Dimana peserta didik
Jenjang pendidikan profesi Ners. komunitas dan Spesialis Komunitas sudah
diterapkan pada Universitas Indonesia.
Pendidikan profesi menurut UU NO 34 tahun 2014 tentang
Keperawatan pada pasal 8 terdiri atas program profesi keperawatan dan
program spesialis keperawatan.
2. Kewenangan Pendidikan dan Ruang Lingkup
Ruang lingkup pada keperawatan komunitas sudah ditetapkan oleh PBP-PPNI
2007 bahwa kualifikasi Perawat Kesehatan Komunitas berdasarkan jenjang
pendidikan perawat.
PK I dalam ruang lingkup ini perawat mampu memberikan pelayanan
keperawatan pada klien dan keluarga klien dengan tingkat pendidikan minimal adalah
D3 Keperawatan dengan memmiliki kompetensi memberikan keperawatan dasar
berdasarkan ilmu dasar keperawatan komunitas.
PK II dalam ruang lingkup ini perawat mampu memberikan pelayanan
keperawatan pada klien ̧keluarga klien dan kelompok dengan masalah kesehatan
tertentu, dengan tingkat pendidikan minimal adalah S1 Keperawatan dan Ners
Komunitas, dimana untuk S1 harus memiliki kompetensi memberikan keperawatan
dasar dalam lingkup keperawatan komunitas yang masih dalam pengawasan
bimbingan dari perawat senior dengan bimbingan yang terbatas. Sedangkan untuk
Ners Komunitas harus memiliki kompetensi memberikan keperawatan dasar dalam
lingkup keperawatan komunitas dalam pengawasan bimbingan dari perawat senior
yang sepenuhnya sudah dilimpahkan atau diberikan kepercayaan oleh perawat senior.
PK III dalam ruang lingkup ini perawat mampu mengelola dalam
penanggulangan masalah kesehatan masyarakat, dengan tingkat pendidikan minimal
adalah Magister (S2) Keperawatan Komunitas dengan memiliki kompetensi
melakukan tindakan keperawatan khusus dengan keputusan mandiri dan bertanggung
jawab sepenuhnya atas tindakan keperawatan yang diberikan.
PK IV dalam ruang lingkup ini perawat mampu dalam mengembangkan
penanggulangan masalah keperawatan kesehatan masyarakat yang komplek, dengan
tingkat pendidikan minimal adalah Spesialis Komunitas. Pada tingkat pendidikan ini
perawat harus memiliki kompetensi melakukan tindakan keperawatan khusus atau
sub- spesialis dengan keputusan mandiri, memberikan keperawatan dasar pada klien
dalam lingkup keperawatan komunitas dengan menyeluruh/utuh dan melakukan
rujukan keperawatan.
PK V dalam ruang lingkup ini perawat mampu melakukan konsultasi dan
pengembangan pelayanan, dengan tingkat pendidikan Doktor dan paling rendah
adalah Magister. Doktor dalam tingkatan ini memiliki kompetensi yang tinggi yaitu
melakukan tindakan dan asuhan secara keperawatan khusus dengan keputusan
mandiri dan sebagai konsultan dalam lingkup komunitas.

3. Isu pendidikan
Terdapat tiga hal penting dalam isu pendidikan ketika perawta merencanakan
untuk program pendidikan.
a. Diferent population of learners require different teaching sttrategies (populasi
siswa yang berbeda memerlukan strategi pengajaran yang berbeda)
Perawat merupakan unsur penting dalam pendidikan kesehatan di
komunitas. Meningkatnya populasi dari bebragai budaya dan etnik mengharuskan
pendidikan kesehatan masyarakat melintasi batas usia dan budaya.
Setiap tingkat usia memiliki kebutuhan pembelajaran dan respon yang
berbeda dalam strategi edukasi. Pada setiap usia, siswa dipertimbangkan
mengenai kemampuan kognitif, personality, dan pengetahuan umum. Beberapa
orang lebih baik belajar dengan instruksi, supervisi dan paksaan/dorongan
dibandingkan orang lain.
Strategi pembelajaran untuk anak-anak dan individu dengan pengetahuan
yang sedikit tentang kesehatan digolongkan pedagogy. Pada model pembelajaran
pedagogical, pengajar bertanggung jawab penuh untuk membuat keputusan
tentang apa yang akan dipelajari dan bagaimana serta kapan itu bisa dipelajari.
Pembelajaran ini diarahkan oleh guru.
Strategi pembelajaran untuk dewasa, dewasa tua, dan individu dengan
pengetahuan yang banyak mengenai kesehatan disebut andragogy. Pada model
andragogical, siswa/pelajar memerankan peran penting dalam memutuskan apa
yang mereka butuhkan dan mereka inginkan untuk dipelajari.
Ada beberapa hal yang dapat membantu dalam program pendidikan atau
pembelajaran, yaitu :
1) Semakin muda individu yang akan di didik, semakin konkret pilihan
contoh dan kata yang diperlukan
2) Menggunakan objek atau alat dapat meningkatkan perhatian.
3) Memasukan perliaku kesehatan berulang ke dalam bentuk permainan akan
membantu anak-anak mengingat dan memperoleh keterampilan.
b. Barriers to learning (hambatan dalam pembelajaran)
1) Hambatan pada pendidik
a) Ketakutan akan berbicara didepan orang banyak
b) Kurangnya kredibilitas terhadap topik tertentu
c) Keterbatasan pengalaman yang profesional yang berhubungan dengan
topik kesehatan
d) Tidak bisa menghadapi orang-orang sulit yang membutuhkan
informasi kesehatan.
e) Kurangnya pengentahuan bagaimana untuk mengapatkan partisipasi
f) Kurangnya pengalaman terhadap waktu presentasi
g) Merasa tidak yakin bagaimana untuk menyesuaikan instruksi.
h) Tidak nyaman ketika pelajar/siswa bertanya.
i) Keinginan untuk mendapat feedback dari pelajar/siswa
j) Khawatir apakah media, material dan fasilitas berfungsi baik atau
tidak.
k) Kesulitan dalam pembukaan dan penutupan
l) Terlalu bergantung pada catatan.
2) Hambatan pada siswa/pelajar
Hal yang sering dijumpai perawat adala pelajar/siswa tidak dapat
membaca / kesulitan dalam membaca (buta huruf). Individu dengan
keterbatasan membaca:
a) Memiliki kosa kata yang terbatad dan pengetahuan umum yang sedikit,
biasanya individu tidak bertanya untuk klarifikasi
b) Fokus pada detail dan berurusan dengan konsep konktre vs konsep
abstrak
c) Tidak bisa dalam penghitungan.
c. Using technology in the program (penggunaan teknologi dalam program)
Banyak sekali teknologi seperti games komputer dan program, video,
CDs, dan internet yang dapat meningkatkan pembelajaran. Teknologi tersebut
dapat membuat pembelajr mengontrol laju pengajaran, menawarkan waktu
dan lokasi pembelajaran, menyajikan bentuk pendidikan yang menarik, dan
memberikan feedback.
Sekarang ini, orang-orang banyak menggunakan internet untuk
mencari tau mengenai informasi kesehatan. Mengedukasi orang melalui
internet dapat dikatakan lebih efektif. Berikut beberapa kriteria untuk menilai
kualitas dari informasi kesehatan yang ada di internet.
1) Autorship : apakah autor dan kontributor terdaftar dengan surat dan
keanggotaan resmi?
2) Caveats: apakah situs mengklarifikasi fungsinya adala untuk menyediakan
informasi atau untuk memasarkan produk?
3) Content : apakah informasi akurat dan lengkap?
4) Credibility: apakah situs tersebut memasukan sumber sumber
5) Currency: apakah terdapat kapan konten di post dan di update?
6) Design : apakah situs aksesibel, mudah untuk diakses?
7) Interactivity: apakah situs memberikan feedback?
8) Links: apakah tautan telah dievaluasi berdasarkan usia, konten?

B. Issue dan Trend dalam Penelitian Keperawatan Komunitas

Lingkup masalah penelitian keperawatan komunitas adalah pengkajian tentang kondisi


kesehatan dari suatu masyarakat, yang meliputi pemeliharaan kesehatan di masyarakat, peran
serta masyarakat dalam kesehatan, peningkatan kesehatan lingkungan, pendekatan
multisektoral, dan pengembangan penggunaan teknologi tepat guna untuk masyarakat.

1. Pengkajian tentang pelayanan kesehatan kepada masyarakat sesuai dengan


kebutuhan kesehatannya melalui upaya pokok puskesmas yang ada di indonesia.
2. Pengkajian tentang pelayanan kesehatan di dalam dan luar gedung puskesmas.
3. Identifikasi masalah kesehatan prioritas di wilayah kerja puskesmas.
4. Menyusun rencana strategi untuk menghentikan kendala terhadap pencapaian
program kesehatan di puskesmas.
5. Pendekatan peran serta masyarakat secara aktif.

Dibidang keperawatan keluarga, perawat peneliti telah membahas hasil kesehatan dan
peralihan keluarga yang terkait dengan kesehatan. Teori perkembangan, teori stres, koping
dan adaptasi, teori terapi keluarga, dan teori sistem telah banyak memandu penilitian para
perawat penilti keluarga. Penelitian dilakukan lintas disiplin, yang menunjukkan bahwa
“tidak ada satupun disiplin yang memiliki keluarga” menurut Gillis dan Knafl dalam
Friedman dkk (2013, hal.42). Kelangkaan penelitian keperawatan yang nyata terletak
dibidang studi interveni. Menurut Knafl dalam Friedman dkk (2013, hal.42) kurangnya studi
intervensi dalam keperawatan keluarga “mengejutkan.” Menurut Janice Bell dalam editor
journal of family nursing, dalam editorial “Wanted :Family Nursing Intervention,”
mengeluhkan mengenai kurangnya naskah penelitian intervensi keperawatan yang ia terima
untu dikaji. Dengan tidak memadainya jumlah studi intervensi,kita mengalami kekurangan
bukti ilmiah yang dibutuhkan untuk mendukung evikasi strategi dan program keperawatan
keluarga. Selain itu,dibutuhkan penelitian keperawatan keluarga yang sebenarnya: sebagian
besar penelitian keperawatan keluarga sebenarnya merupakan penelitian yang terkait dengan
keluarga (yang berfokus pada anggota keluarga), bukan penelitian keluarga (yang berfokus
pada seluruh keluarga sebagai sebuah unit).
Issue dan Trend dalam penelitian keperawatan komunitas sudah banyak sekali
topik/judul yang digunakan oleh para peneliti keperawatan komunitas seperti Hubungan
Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Lansia Berkunjung Ke Kelompok Binaan Khusus
Lansia Di Puskesmas Global Limboto Kabupaten Gorontalo dan Perilaku Hidup Bersih Dan
Sehat (PHBS) Dengan Kejadian Diare Pada Anak Sekolah Dasar (SD).

Menurut Depkes 2014 angka kejadian diare sangat tinggi, banyak peneliti yang
melakukan penelitian terhadap PHBS pada anak usia sekolah karena anak usia sekolah lebih
aktif dan rasa keingintahuan yang tinggi terhadap benda asing sehingga rentan sekali untuk
terkena penyakit diare dan kurangnya suatu penerapan tersebut dari orang tua dan pihak
sekolah. Dengan dilakukannya tindakan PHBS, maka anak dan orang tua mengetahui bahwa
pentingnya melakukan cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir sebelum dan
sesudah makan.

Trend dan issue saat ini juga adalah kurangnya dukungan keluarga terhadap lansia,
sehingga para lansia memiliki harga diri rendah seperti merasa sudah tidak berdaya didalam
keluarganya. Dukungan keluarga kepada lansia sangat di butuhkan agar lansia merasa
bahagia dan berguna, dengan cara memberikan motivasi kepada lansia dalam mengikuti suatu
kegiatan di lingkungan sekitar rumah.

Memanfaatkan Hasil Penelitian Dalam Pelayanan Kesehatan

Ilmu pengetahuan di bidang kesehatan pada beberapa dekade terakhir telah mengalami
kemajuan yang sangat pesat melampaui perkembangan sebelumnya. Derivasi ilmu-ilmu
kesehatan dan pengembangannya melalui riset merupakan dinamika proses yang sangat
penting dalam pertumbuhan masing-masing profesi kesehatan. Tujuan dilakukannya riset
kesehatan adalah untuk memperkuat dasar-dasar keilmuan yang nantinya akan menjadi
landasan dalam kegiatan praktik klinik, pendidikan, dan manejemen pelayanan kesehatan.
(Ross, Mackenzie, & Smith, 2003).

Sedangkan praktik pelayanan kesehatan yang berdasarkan fakta empiris (evidence based
practice) bertujuan untuk memberikan cara menurut fakta terbaik dari riset
yang diaplikasikan secara hati-hati dan bijaksana dalam tindakan preventif,
pendeteksian, maupun pelayanan kesehatan.(Cullum, 2001) menerapkan hasil penelitian
dalam pelayanan kesehatan adalah upaya signifikan dalam memperbaiki pelayanan kesehatan
yang berorientasi pada efektifitas biaya dan manfaat (costbenefit effectiveness).
Meningkatkan kegiatan riset kesehatan dan menerapkan hasilnya dalam praktik pelayanan
kesehatan merupakan kebutuhan mendesak untuk membangun pelayanan kesehatan yang
lebih efektif dan efisien.

Menurut sebuah studi meta-analysis terhadap berbagai laporan penelitian keperawatan


yang dilakukan oleh Heater, Beckker, dan Olson (1988), menjumpai bahwa pasien yang
mendapatkan intervensi keperawatan bersumber dari riset memiliki luaran yang lebih baik
bila dibandingkan dengan pasien yang hanya mendapatkan intervensi standar.

Sudah saatnya kini, praktisi kesehatan di tingkat pelayanan primer maupun


dunia pendidikan kesehatan perlu segera mendorong pertumbuhan budaya ilmiah
di lingkungannya agar mereka dapat mempraktikan hasil berbagai penelitian.

Budaya ilmiah juga dapat dimanfaatkan sebagai strategi akuntabilitas publik,


justifikasi tindakan keperawatan, dan bahan pengambilan keputusan. Kesadaran terhadap
nilai riset yang potensial akan memberikan dampak yang menguntungkan bagi rganisasi,
misalnya kinerja keperawatan yang meningkat dan out come klien yang optimal. (Titler,
Kleiber & Steelman,1994)

Topik-topik penelitian keperawatan komunitas

 Hubungan Antara Pengetahuan dan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Penderita


Diabetesmelitus (DM) dalam penatalaksanaan di wilayah kerja Puskesmas Srondol
Kecamatan Banyumanik Semarang
 Pelaksana :
Keluarga dan penderita DM di wilayah kerja Puskesmas Srondol Kecamatan
Banyumanik, Semarang.
 Penggunaan hasil riset :
Hasil analisis univarit menunjukkan bahwa mayoritas responden berjenis kelamin
wanita, pendidikan responden sebagian besar adalah SD, lebih dari setengah
responden tidak bekerja, dan mayoritas memiliki upah di bawah UMR. Hasil analisis
korelatif menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan
kepatuhan penderita DM dengan p value 0,016 dan ada hubungan yang signifikan
antara dukungan keluarga dengan kepatuhan penderita DM dengan p value 0,034.

Semakin baik pengetahuan dan dukungan keluarga yang dimiliki penderita DM


maka akan meningkatkan kepatuhan penderita DM dalam melakukan penatalaksanaan
DM. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian untuk membuat
program intervensi keperawatan yang tepat dalam meningkatan derajat kesehatan
penderita DM.

 Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Jatuh Dengan Motivasi Mencegah Jatuh Pada
Lanjut Usia Di Wilayah Kerja Puskesmas Baki, Kabupaten Sukoharjo
 Pelaksana :
Lanjut usia di wilayah kerja Puskesmas Baki, Kabupaten Sukoharjo
 Penggunaan hasil riset :
Hasil penelitian diketahui dari 99 responden, mayoritas responden memiliki
pengetahuan tentang jatuh dalam kategori cukup dengan motivasi sedang, yaitu
sebanyak 22 lanjut usia. Uji Chi-Aquare menunjukkan p=0.21 (p<0,05).
Kesimpulannya adalah terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan
tentang jatuh dengan motivasi mencegah jatuh pada lanjut usia di wilayah kerja
Puskesmas Baki, Kabupaten Sukoharjo.
 Hubungan Dukungan Keluarga Dan Kemandirian Lansia Dengan Konsep Diri Lansia Di
Kelurahan Bambankerep Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang
 Pelaksana :
Keluarga dan lansia di Kelurahan Bambankerep Kecamatan Ngaliyan Kota
Semarang
 Penggunaan hasil riset :
Hasil penelitian terhadap 57 lansia yang hidup dengan keluarga di RW IV Kelurahan
Bambankerep Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang diketahui bahwa ada hubungan
antara dukungan keluarga dengan konsep diri lansia. Hasil peneliian terhadap 57
lansia yang hidup dengan keluarga RW IV Kelurahan Bambankerep Kecamatan
Ngaliyan Kota Semarang diketahui bahwa tidak ada hubungan antara kemandirian
lansia dengan konsep diri lansia. Keluarga dapat mendukung lansia dengan
meluangkan waktu, mendengarkan cerita lansia.
C. TREN DAN ISUE DALAM KEPERAWATAN KOMUNITAS

Issu dan tren dalam profesi keperawatan komunitas sama seperti jenjang pendidikan
keperawatan. Yang dominan dalam keprofesian keperawatan komunitas adalah pada
program akademik dan program profesi dalam program tersebut sudah banyak dibuka
peminatan pada keperawatan komunitas seperti ners,S2,S3 dan spesialis. Bagi jurusan S3
Kperewatan komuniras hanya berlaku di Universitas Indonesia saja.

Bidang keorganisasian atau kolegium keperawatan menurut UU No. 38 th 2014 BAB VII
tentang kolegium keperawatan adalah suatu organisasi yang bertanggung jawab pada
profesi keperawatan,salah satu organisasi dalam keperawatan yang sudah tidak asing
adalah Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) yang merupakan suatu organisasi
sebagai wadah bidang keperawatan ,seiring dengan bertambahnya jenjang pendidikan
keperawatan PPNI membangun suatu organisasi untuk keperawatan komunitas, yaitu Ikatan
Perawat Kesehatan Komunitas (IPKKI) yang telah dikelola pada masing-masing provinsi di
Indonesia.

1. Perubahan Bidang Profesi Keperawatan


a. Perubahan ekonomi
Perubahan ekonomi membawa dampak terhadap pengurangan berbagai anggaran
untuk pelayanan kesehatan, sehingga berdampak terhadap orientasi manajemen
kesehatan atau keperawatan dari lembaga sosial ke orientasi bisnis.

b. Kependudukan
Sedangkan perubahan kependudukan dengan bertambahnya jumlah penduduk di
Indonesia dan bertambahnya umur harapan hidup, maka akan membawa dampak
terhadap lingkup dari praktik keperawatan. Pergeseran tersebut terjadi yang dulunya
lebih menekankan pada pemberian pelayanan kesehatan atau perawatan pada “
hospital-based “ ke “ comunity based “

c. Ilmu pengetahuan dan Teknologi Kesehatan atau Keperawatan


Era kesejagatan identik dengan era komputerisasi, sehingga perawat di tuntut untuk
menguasai teknologi komputer di dalam melaksanakan MIS ( Manajemen
Information System ) baik di tatanan pelayanan maupun pendidikan keperawatan.
d. Gaji
Banyak perawat mengeluh tentang penerimaan gaji yang kecil dan berbeda
dibandingkan institusi lainnya, sedangkan pekerjaan yang mereka lakukan sama
beratnya. Sehingga mereka terkadang merasa iri dengan gaji perawat lain yang
memiliki gaji lebih besar. Dengan adanya aturan dari Menteri Kesehatan Republik
Indonesia, gaji perawat diberikan berdasarkan jenjang pendidikannya, pada setiap
provinsi dan institusi kesehatan/rumah sakit berbeda-beda. Semakin tinggi tingkat
jenjang pendidikan maka semakin besar gaji yang mereka peroleh. Tunjangan pada
PNS lebih besar daripada gaji pokok. Pemberian gaji juga berdasarkan pada lamanya
pengalaman pekerjaan seorang perawat.

e. Pelatihan/perkembangan pada keperawatan komunitas


Pelatian/perkembangan pada keperawatan komunitas dapat dikatakan masih jarang
dan masih minim, tetapi pelatihan sangat diperlukan untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang masalah penyakit serta meningkatkan mutu
pelayanan puskesmas. Maka dalam komunitas diperlukan suatu pelatihan pada
puskesmas tentang peningkatan pelayanan kesehatan dan pemberian konseling
kepada kader dan masyarakat tentang masalah kesehatan yang sering terjadi pada
lingkup masyarakat. Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi masyarakat dan puskesmas
karena meningkatkan wawasan bagi masyarakat serta mampu menurunkan
morbiditas dan mortalitas pada desa yang memiliki angkat kejadian tinggi.
Sebaliknya untuk desa yang memiliki angka kejadian rendah dapat mempertahankan
agar tidak memiliki kurva morbiditas dan mortalitas yang meningkat.
f. Tuntutan Profesi Keperawatan
Karakteristik profesi yaitu :
1) Memiliki dan memperkaya tubuh pengetahuan ( body of knowledge ) melalui
penelitian
2) Memiliki kemampuan memberikan pelayanan yang unik kepada orang lain
3) Pendidikan yang memenuhi standar
4) Terdapat pengendalian terhadap praktik
5) Bertanggungjawab dan bertanggung gugat ( accountable ) terhadap tindakan
keperawatan yang dilakukan
6) Merupakan karier seumur hidup
7) Mempunyai fungsi mandiri dan kolaborasi
2. Dampak Perubahan dalam Bidang Profesi Keperawatan Komunitas
Dampak perubahan dalam praktik keperawatan yaitu :
a. Pengurangan anggaran
Perawat indonesia saat ini dihadapkan pada suatu dilema, disatu sisi dia harus
terus mengupayakan peningkatan kualitas layanan kesehatan, dilain pihak
pemerintah memotong alokasi anggaran untuk pelayanan keperawatan. Keadaan ini
dipicu dengan menjadikan rumah sakit swadan dimana juga berdampak terhadap
kinerja perawat. Dalam melaksanakan tugasnya perawat sering jarang mengadakan
hubungan interpersonal yang baik karena mereka harus melayani pasien lainnya dan
dikejar oleh waktu.

b. Otonomi dan akuntabilitas


Dengan melibatkan perawat dalam pengambilan suatu keputusan di
pemerintah, merupakan hal yang sangat positif dalam meningkatkan otonomi dan
akuntabilitas perawat indonesia. Peran serta tersebut perlu di tingkatkan terus dan di
pertahankan. Kemandirian perawat dalam melaksanakan perannya sebagai suatu
tantangan. Semakin meningkatnya otonomi perawat semakin tingginya tuntutan
kemampuan yang harus di persiapkan.

c. Teknologi
Penguasaan dan keterlibatan dalam perkembangan IPTEK dalam praktek
keperawatan bagi perawat Indonesia merupakan suatu keharusan.

d. Tempat praktik
Tempat praktik keperawatan di masa depan meliputi pada tatanan klinis ( RS
), komunitas, dan praktik mandiri di rumah/berkelompok ( sesuai SK MENKES
R.I.647/2000 tentang registrasi dan praktik keperawatan )

e. Perbedaan batas kewenanan praktik


Belum jelasnya batas kewenangan praktik keperawatan pada setiap jenjang
pendidikan, sebagai suatu tantangan bagi profesi keperawatan.
3. Isue Terbaru dalam Keperawatan Keluarga
Menurut Friedman dkk ( 2013, hal 41-42 ), berdasarkan kajian terhadap literatur dan
diskusi profesional dengan kolega di bidang keperawatan keluarga, isue penting dalam
keperawatan komunitas saat ini yang berhubungan dengan profesi keperawatan :
a. Kesenjangan bermakna antara teori dan penelitian serta praktik klinis
Kesenjangan antara pengetahuan yang ada dan penerapan pengetahuan ini
jelas merupakan masalah di semua bidang dan spesialisasi di keperawatan, meskipun
kesenjangan ini lebih tinggi di keperawatan keluarga. Keperawatan yang berpusat
pada keluarga juga masih dinyatakan ideal dibanding praktik yang umum dilakukan.
Wrighy dan Leahey mengatakan bahwa faktor terpenting yang menciptakan
kesenjangan ini adalah “ cara perawat menjabarkan konsep masalah sehat dan sakit.
Hal ini merupakan kemampuan ‘berpikir saling memengaruhi’ : dari tingkat individu
menjadi tingkat keluarga ( saling memengaruhi ) “. Penulis lain yaitu Bowden dkk
menyoroti bahwa kecenderungan teknologi dan ekonomi seperti pengurangan
layanan dan staf, keragaman dalam populasi klien yang lebih besar. Sedangka
menurut Hanson, kurangnya alat pengkajian keluarga yang komprehensif dan strategi
intervensi yang baik, perawat terikat dengan model kedokteran ( berorientasi pada
individu dan penyakit ), dan sistem pemetaan yang kita lakukan serta sistem
diagnostik keperawatan menyebabkan penerapan perawatan yang berfokus pada
keluarga sulit diwujudkan.

b. Kebutuhan untuk melakukan perawatan keluarga menjadi lebih mudah untuk di


integrasikan dalam praktik
Dalam beberapa tahun ini, terjadi restrukturisasi pelayanan kesehatan besar-
besaran, yang mencakup perkembangan pesat sistem pengelolaan perawatan berupa
sistem pemberian layanan kesehatan yang kompleks, multi unit, multi level sedang
dibentuk. Sebagian dari restruturisasi ini juga termasuk kecenderungan pasien
dipulangkan dalam “ keadaan kurang sehat dan lebih cepat “ dan pengurangn jumlah
rumah sakit, pelayanan dan staf, serta pertumbuhan pelayanan berbasis komunitas.
Perubahan ini menyebabkan peningkatan tekanan kerja dan kelebihan beban kerja
dalam profesi keperawatan. Waktu kerja perawat dengan klien individu dan klien
keluarga menjadi berkurang. Oleh karena itu, mengembangkan cara yang bijak dan
efektif untuk mengintegrasikan keluarga ke dalam asuhan keperwatan merupakan
kewajiban perawat keluarga. Menurut Wright dan Leahey, mengatasi kebutuhan ini
dalam menyusun wawancara keluarga selama 15 menit atau kurang. Pencetusan
gagasan dan strategi penghematan waktu yang realistik guna mempraktikan
keperwatan keluarga adalah isue utama praktik dewasa ini.

c. Peralihan kekuasaan dan kendali dari penyedia pelayanan kesehatan kepada keluarga
Berdasarkan perbincangan dengan perawat dan tulisan yang disusun oleh
perawat keluarga, terdapat kesepakatan umum bahwa peralihan kekuasaan dan
kendelai dari penyedia pelayanan kesehatan ke pasien atau keluarga perlu dilakukan.
Kami percaya hal ini masih menjadi sebuah isu penting pada pelayanan kesehatan
saat ini. Menurut Wright dan Leahey dalam Robinson, mengingatkan kita bahwa
terdapat kebutuhan akan kesetaraan yang lebih besar dalam hubungan antara perawat
dan keluarga, hubungan kolaboratif yang lebih baik, dan pemahaman yang lebih baik
akan keahlian keluarga. Perkembangan penggunaan internet dan email telah
memberikan banyak keluarga informasi yang dibutuhkan untuk belajar mengenai
masalah kesehatan dan pilihan terapi mereka. gerakan konsumen telah memengaruhi
pasien dan keluarga untuk melihat dari mereka sebagai konsumen, yang membeli dan
mendapatkan layanan kesehatan seperti layanan lain yang mereka beli. Dilihat dari
kecenderungan ini, anggota keluarga sebaiknya diberikan kebebasan untuk
memutuskan apa yang baik bagi mereka dan apa yang mereka lakukan demi
kepentingan mereka senidiri.

d. Bagaimana bekerja lebih efektif dengan keluarga yang kebudayaannya beragam


Kemungkinan, isue ini lebih banyak mendapatkan perhatian dikalangan
penyedia layanan kesehatan, termasuk perawat, dibandingkan isue lainnya pada saat
ini. Kita tinggal di masyarakat yang beragam, yang memiliki banyak cara untuk
menerima dan merakan dunia, khususnya keadaan sehat dan sakit. Dalam pengertian
yang lebih luas, budaya ( termasuk etnisitas, latar belakang agama, kels sosial, afiliasi
regional dan politis, orientasi seksual, jenis kelamin perbedaan generasi )
membentuk persepsi kita, nilai, kepercayaan, dan praktik. Faktor lainnya, seperti
pengalaman sehat dan sakit, membentuk cara kita memandang sesuatu. Meskipun
terdapat semua upaya tersebut guna dapat bekerja lebih efektif dengan keluarga yang
beragam, memberikan perawatan yang kompeten secara budaya tetap menjadi
tantangan yang terus dihadapi.
e. Globalisasi keperawatan keluarga menyuguhkan kesempatan baru yang menarik bagi
perawat keluarga
Dengan makin kecilnya dunia akibat proses yang dikenal sebagai globalisasi,
perawat keluarga disuguhkan dengan kesempatan baru dan menarik untuk belajar
mengenai intervensi serta program yang telah diterapkan oleh negara lain guna
memberikan perawatan yang lebih baik bagi keluarga. Globalisasi adalah proses
bersatunya individu dan keluarga karena ikatan ekonomi, politis, dan profesional.
Globalisasi mempunyai dampak negatif yang bermakna bagi kesehatan yaitu
ancaman epidemi diseluruh dunia seperti HIV/AIDS menjadi jauh lebih besar. Akan
tetapi sisi positifnya, pembelajaran yang diperoleh perawat amerika dari perawat
diseluruh dunia melalui konferensi internasional, perjalanan, dan membaca literatur
kesehatan internsional memberikan pemahaman yang bermanfaat. Sebagai contoh, di
jepang, pertumbuhan keperawatan keluarga sangat mengesankan. Disana, perawat
telah mengembangkan kurikulum keperawatan keluarga disekolah keperawatan dan
telah menghasilkan teori keperawatan yang berfokus pada keluarga dan sesuai
dengan nilai dan konteks jepang. Menurut Sugishita, keperawatan keluarga
mengalami pertumbuhan yang pesat di jepang, yang ditandai dengan publikasi dan
upaya penelitian yang dilakukan di jepang. Negara lain, seperti denmark, swedia,
israel, korea, chili, meksiko, skotlandia, dan inggris juga mengalami kemajuan
bermakna di bidang kesehatan keluarga dan keperawatan keluarga. Kita harus banyak
berbagai dan belajar dari perawat dibeberapa negara ini.

f. Kebutuhan akan lebih terlibatnya perawat keluarga dalam membentuk kebijakan


yang memengaruhi keluarga
Hanson, dalam bahasanya mengenai reformasi pelayanan kesehatan,
mendesak perawat kelaurga lebih terlibat di tiap level sistem politis guna menyokong
isue keluarga. Praktisnya, semua legislasi domestik yang dikeluarkan ditingkat lokal,
negara bagian atau nasional mempunyai dampak pada keluarga. Sebagai advokat
kelaurga, kita perlu baik secara sendiri-sendiri maupun bersama menganalisis isue
dan kebijakan yang tengah diusulkan dan membantu merumuskan dan
mengimplementasikan kebijakan dan regulasi yang positif. Mendukung calon dewan
yang mendukung calon keluarga dan menjadi relawan untuk melayani komisi
kesehatan dan komisi yang terkait dengan kesehatan dan dewan organsasi adalah
jalan penting lain untuk “membuat suatu perbedaan” kita perlu mendukung keluarga
agar mempunyai hak mendapatkan informasi, memahami hak dan pilihan mereka,
serta lebih cakap dalam membela kepentingan mereka sendiri.
Daftar Pustaka

Friedman, dkk. 2013. Buku ajar keperawatan keluarga riset, teori& praktik. Jakarta : EGC

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan.

Standhope,Marcia dan Jeanette Lancaster. 2012. Public Health Nursing: Population-


Centered Health Care in The Community. US of America : ELSEVIER

S-ar putea să vă placă și