Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
4, NOVEMBER 2018
(Determination of Competitive Food Crop Commodities Through The OVOP Approach in Punggur Sub-
District, Central Lampung District)
Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1
Bandar Lampung 35145, Telp. 081279365328, e-mail: fauzi.nurdewangga@yahoo.com
ABSTRACT
This study aims at determining the most important criteria in supporting the development of One Village One
Product (OVOP) products and identifying the competitive as food crop commodities developed in OVOP.
The researh was conducted in Astomulyo Village, Punggur Sub-district, Central Lampung District. The
research sites were selected purposively with consideration of the size of nonrice land for food crops is very
high. Respondents were determined purposively with expert judgement such as: food crop farmers,
Agricultural Extensions, offficials of Horticulture/Agriculture Department, and business people. Data were
collected with FGD (Focus Group Discussion) and analyzed using AHP (Analysis Hierarchy Process). The
study shows that the most important criteria in supporting OVOP product development is capital aspect with
the highest weight value of 44.65%, followed by economic aspect 24.83%, appearance and product quality
aspect 13.76%, cultural and product specificity aspect 11.43%,, and physical and environmental carrying
capacity aspect 5.33%. Pineapple is the best alternative crop with weighted of 44%, followed by corn 22%,
cassava 16.8%, eggplant 10.7% and cucumber 6.1%.
Peningkatan daya saing pada pelaksanaan Desa Astomulyo merupakan salah satu desa yang
pembangunan pertanian ditengah arus globalisasi memiliki tingkat luas pemanfaatan lahan pertanian
yang berlangsung saat ini merupakan tuntutan bukan sawah yang tinggi yaitu sebesar 28,26%
wajib. Jika pemerintah fokus pada pengembangan namun sebagian sebesar (75%) petani belum bisa
lahan sawah saja, maka akan terdapat kendala yang mengelola hasil pertanian dengan baik (BP3K
dihadapi seperti perubahan iklim, alih fungsi lahan Kecamatan Punggur 2015). Kondisi ini
sawah yang sukar dibendung maupun biaya yang mengakibatkan harga berfluktuasi, kualitas rendah,
semakin mahal untuk membangun lahan kontinuitas belum tercapai serta kemasan dan
persawahan (Utomo 2012). promosi yang belum baik.
445
JIIA, VOLUME 6 No. 4, NOVEMBER 2018
Kebijakan penerapan OVOP di Indonesia sendiri Responden penelitian dipilih secara sengaja
dicanangkan dan dikembangkan oleh Kementerian (purposive) dengan pertimbangan ahli dibidangnya
Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) sehingga isi dari kuesioner memiliki obyektivitas
Republik Indonesia pada tanggal 8 Juni 2007 yang tinggi. Responden tersebut yaitu petani
(KemenKop dan UKM 2013). OVOP bertujuan tanaman bahan makanan yang terdaftar dilembaga
untuk menggali dan mempromosikan produk- kelompok tani setempat, peyuluh BP3K
produk inovatif dan kreatif lokal berdasarkan Kecamatan Punggur, pejabat pemerintah Dinas
potensi sumberdaya yang ada, dapat meningkatkan Pertanian Tanaman Pangan Hortikultura
perluasan distribusi pemasaran produk, dan Kabupaten Lampung Tengah, dan pelaku usaha.
meningkatkan kualitas produk yang bersifat unik
khas daerah bernilai tambah tinggi dengan tetap Jenis data yang digunakan pada penelitian ini
menjaga kelesatarian lingkungan (Kemenkop dan adalah data primer dan data sekunder. Data primer
UKM 2013). diperoleh dari subyektif para ahli dengan
melakukan penerapan Focus Group Discussion
Kelebihan lain dari penerapan OVOP yakni dapat (FGD). Data sekunder berupa data yang
dihindarinya persaingan tidak sehat diantara dikumpulkan pada penelitian terdahulu maupun
beberapa daerah bertetangga, karena setiap daerah laporan yang diberikan oleh lembaga atau instansi
dapat mengembangkan komoditas unggulan yang terkait dan studi pustaka.
saling berbeda dalam mengisi pasar yang sama
tanpa harus bersaing secara langsung (Efendi Data dianalisis secara deskriptif kuantitatif dengan
2017). Berikut kriteria OVOP berdasarkan menggunakan metode Analisis Hirarki Proses
sumber dari KemenKop dan UKM RI 2013, yaitu: (AHP). AHP adalah alat analisis untuk mengambil
a) Aspek kultur dan kekhasan produk. keputusan dengan efektif atas persoalan yang
b) Aspek penampilan dan kualitas produk. kompleks dengan menyederhanakan dan
c) Aspek nilai ekonomi yang tinggi. memperepat proses pengambilan keputusan (Saaty
d) Aspek modal. 1983). AHP digunakan untuk menjawab tujuan
e) Aspek daya dukung fisik dan lingkungan. pada penelitian berdasarkan pertimbangan
preferensi subyektif reponden dalam mengambil
Berdasarkan permasalahan diatas, maka penelitian keputusan. Hasil dari pengukuran penilaian
ini bertujuan untuk menentukan kriteria terpenting perbandingan berpasangan diolah menggunakan
dalam mendukung pengembangan produk One bantuan perangkat lunak Expert Choice.
Village One Product (OVOP) dan mengetahui
komoditas unggulan tanaman bahan makanan Berikut Gambar 1 terkait struktur hirarki pada
lahan pertanian bukan sawah yang akan penelitian yang dimulai dari tingkat level 1 fokus
dikembangkan menjadi One Village One Product masalah pembangunan pertanian, level 2 tujuan
(OVOP). pembangunan pertanian, level 3 kriteria OVOP,
dan terakhir level 4 alternatif tanaman bahan
makanan.
446
JIIA, VOLUME 6 No. 4, NOVEMBER 2018
LEVEL 1
FOKUS Pembangunan Pertanian
LEVEL 3
KRITERIA
Aspek kultur Aspek Aspek nilai Aspek daya
dan kekhasan penampilan ekonomi Aspek modal dukung fisik
produk dan kualitas dan
produk lingkungan
Gambar 1. Struktur hirarki AHP penentuan komoditas unggulan tanaman bahan makanan lahan bukan
sawah melalui pendekatan OVOP di Kecamatan Punggur
Berikut proses langkah-langkah AHP dalam 7) Memeriksa konsistensi hirarki (jika tidak
menentukan komoditas unggulan lahan bukan memenuhi dengan CR<0,100 maka penilaian
sawah melalui pendekatan OVOP : harus diulang kembali.
1) Mendefinisikan masalah dan menentukan
solusi. HASIL DAN PEMBAHASAN
2) Membuat struktur hirarki dari tingkat level 1
fokus masalah, level 2 tujuan, level 3 kriteria, Karakteristik Responden
dan terakhir level 4 alternatif.
3) Membuat matrik perbandingan berpasangan Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata
antar tiap tujuan, antar tiap kriteria, dan antar umur responden yaitu 43,2 tahun dengan sebaran
tiap alternatif dengan skala nilai perbandingan kategori umur 30-53 tahun. Sebaran kategori
berpasangan 1-9. umur tersebut menurut Mantra (2004), mampu
4) Melakukan perhitungan bobot nilai mengambil keputusan karena masih termasuk
perbandingan berpasangan yang telah dalam usia produktif. Responden berpendidikan
dinormalkankukan perhitungan bobot nilai Sekolah Dasar hingga Sarjana sehingga cukup
perbandingan berpasangan yang telah baik untuk menerima inovasi dan menyerap
dinormalkan Menghitung nilai vector eigen informasi didukung pengalaman usaha yang
untuk menemukan bobot nilai priorotas dari cukup lama.
setiap matriks perbandingan berpasangan.
5) Menghitung evaluasi total untuk menemukan Hasil Analisis Kriteria Terpenting Melalui
bobot nilai alternatif pada setiap tujuan Pendekatan OVOP (One Village One Product)
maupun kriteria yang telah dihitung. untuk Pencapaian Pembangunan Pertanian
6) Memeriksa konsistensi hirarki.
Persentase perbandingan berpasangan antar tiap
kriteria produk OVOP terhadap pencapaian tujuan
447
JIIA, VOLUME 6 No. 4, NOVEMBER 2018
448
JIIA, VOLUME 6 No. 4, NOVEMBER 2018
Tabel 1. Persentase bobot nilai tiap kriteria produk OVOP terhadap tiap tujuan pembangunan pertanian
Tabel 2. Persentase bobot nilai antar alternatif tanaman terhadap tiap tujuan pembangunan pertanian
449
JIIA, VOLUME 6 No. 4, NOVEMBER 2018
bersistem tumpang sari yang memposisikan Ketersediaan lahan ubi kayu di tempat
tanaman ini sebagai produk sampingan. penelitian sebesar 32,50 ha. Pertumbuhan
luas panen ubi kayu cenderung mengalami
e. Tanaman ketimun penurunan dengan laju penurunan luas lahan
ditiap tahunnya. Permasalahan tersebut pun
Alternatif tanaman ketimun memiliki tingkat berdampak pada penyerapan tenaga kerja
terpenting terakhir dengan nilai bobot sebesar yang terus menurun ditambah harga jual yang
6,0% dalam meningkatan pemasaran daya terus merosot. Waktu panen juga cukup lama
saing produk. Pemasaran ketimun mencakup berkisar 12 bulansedangkan kebutuhan petani
lingkup lokal disamping itu tanaman ini terus meningkat
mudah cepat rusak. Tanaman ini diproduksi
hanya sebagai tanaman selingan dengan d. Tanaman terung
teknik tumpang sari karena penguasaan lahan
yang terbatas Terung merupakan alternatif tanaman
terpenting ke empat dengan nilai bobot
Deskripsi Tiap Alternatif Tanaman Terhadap sebesar 13,5% dalam meningkatkan
Tujuan Penciptaan Lapangan Kerja penciptaan lapangan kerja. Penyerapan
tenaga kerja untuk tanaman ini tidak terlalu
a. Tanaman nanas banyak karena tanaman ini diusahakan
sebagai selingan bersistem tumpang sari.
Nanas merupakan alternatif tanaman Tenaga kerja yang digunakan untuk proses
terpenting pertama dalam meningkatkan tanam dan panen pun menggunakan tenaga
penciptaan lapangan kerja dengan nilai bobot kerja dalam keluarga.
sebesar 44,2%. Penguasaan lahan tanaman ini
di wilayah penelitian sangat besar yaitu seluas e. Tanaman ketimun
285 ha. Hal tersebut menjadikan jumlah
pasokan produksisangat melimpah, sehingga Tanaman ketimun merupakan alternatif
membutuhkan penyerapan tenaga kerja yang tanaman terpenting terkahir dalam
besar. Perawatan tanaman nanas yang mudah meningkatkan penciptaan lapangan pekerjaan
dan juga asal bahan baku pun berasal dari dengan nilai bobot sebesar 7,5%. Sama
turunanmembuat petani nanas masih bertahan halnya dengan tanaman terung bahwa
melakukan usahatani nanas sampai saat ini. tanaman ini diusahakan sebagai tanaman
selingan dan dalam proses tanam hingga
b. Tanaman Jagung waktu panen tiba juga menggunakan tenaga
kerja dalam keluarga. Hanya saja luas panen
Alternatif tanaman jagung merupakan tanaman ini cenderung turun disetiap tahun
alternatif terpenting ke dua dalam dan petani timun pun beralih profesi ke
meningkatkan penciptaan lapangan kerja tanaman yang memiliki prospek finansial.
dengan nilai bobot sebesar 18,9 %. Luas areal
komoditas ini di areal penelitian cukup luas Deskripsi Tiap Alternatif Tanaman Terhadap
yaitu 34,50 ha. Sumber daya manusia untuk Tujuan Pendapatan dan Kesejahteraan
tenaga kerja pun cukup tersedia namun masih Masyarakat
kurang dalam inovasi teknologi sehingga
mengakibatkan produksi jagung belum bisa a. Tanaman nanas
memenuhi kebutuhan domestik. Hal ini
membuat mayoritas petani pada saat proses Tanaman nanas merupakan alternatif tanaman
awal tanam maupun panen menggunakan terpenting pertamadengan nilai bobot sebesar
tenaga kerja dalam keluarga agar lebih efisien 42,6% dalam meningkatkan pendapatan dan
biaya. kesejahteraan masyarakat petani setempat.
Hal ini dikarenakan kualitas produksi yang
c. Tanaman ubi kayu tinggi dan harga jual yang stabil.Petani nanas
dapat menentukan harga jual sehingga
Alternatif tanaman ubi kayu merupakan membuat petani nanas bertahan untuk
tanaman terpenting ke tiga dalam berusaha tani nanas dan berusaha untuk
meningkatkan penciptaan lapangan kerja meningkatkan produksi dengan memperluas
dengan nilai bobot sebesar 16,0%. areal lahan. Penguasaan pasar tanaman nanas
450
JIIA, VOLUME 6 No. 4, NOVEMBER 2018
sampai luar daerah hingga membuat tanaman hari. Benih yang ditanam petani pun
buah ini dapat mengangkat perekonomian menggunakan benih varietas unggul.
setempat. Harga buah nanas saat ini sebesar
Rp3.000-3.500 per buah. Harga jual tanaman terung yang sering tidak
stabil cendurung turun membuat petani
b. Tanaman jagung enggan untuk semangat berproduksi sehingga
dijadikan sebagai tanaman pelengkap saja.
Tanaman jagung merupakan tanaman Petani terung juga belum bisa membentuk
terpenting selanjutnya setelah tanaman nanas harga karena kurangnya akses informasi
berdasarkan peningkatan tujuan pendapatan mengenai perkembangan harga.Harga terung
dan kesejahteraan masyarakat dengan nilai saat ini sebesar Rp1.000/kg.
bobot sebesar 27,0%. Harga jual tanaman
jagung yang saat ini rendah yaitu sebesar e. Tanaman ketimun
Rp1.800/kg membuat petani jagung enggan
untuk semangat berproduksi meskipun Tanaman ketimun dalam meningkatkan
permintaan konsumen akan produk tersebut pendapatan dan kesejahteraan masyarakat
tinggi. Hal tersebut menjadikan sebagian memiliki bobot nilai terendah yaitu sebesar
petani jagung beralih ke komoditas lain yang 5,2%. Sama halnya dengan tanaman terung,
lebih memiliki prospek. Padahal disamping jangka waktu panen tanaman ini cepat
itu limbah jagung dapat digunakan ataupun selebihnya tiap hari dapat dipanen. Akan
diolah sebagai pakan ternak yang dapat tetapi kualitas produksi masih rendah karena
menjanjikan suatu pendapatan bagi petani harga jual pun tidak stabil cenderung turun.
Harga ketimun saat ini sebebsar Rp700/kg.
c. Tanaman ubi kayu Biaya pemeliharaan dan perawatan tanaman
ini lumayan membutuhkan agak banyak biaya
Sebagai upaya meningkatkan pendapatan dan karena tanaman ini rentan terhadap hama dan
kesejahteraan masyarakat, tanaman ubi kayu penyakit.
memiliki peringkat terpenting ke tiga setelah
tanaman jagung dengan nilai bobot sebesar KESIMPULAN
17,1%. Permintaan pasar ubi kayu yang
tinggi, pabrik olahan bahan baku yang jarak Aspek modal merupakan kriteria terpenting dalam
tempuhnya terjangkau, berikut pemeliharaan mendukung pengembangan produk OVOP .
dan perawatan ubi kayu yang mudah Tanaman nanas merupakan komoditas unggulan
merupakan kesempatan petani ubi kayu untuk pertama yang dikembangkan menjadi produk
meningkatkan produksi tanaman tersebut. OVOP.
451
JIIA, VOLUME 6 No. 4, NOVEMBER 2018
452