Sunteți pe pagina 1din 8

JIIA, VOLUME 6 No.

4, NOVEMBER 2018

PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN BAHAN MAKANAN LAHAN BUKAN


SAWAH MELALUI PENDEKATAN OVOP DI KECAMATAN PUNGGUR
KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

(Determination of Competitive Food Crop Commodities Through The OVOP Approach in Punggur Sub-
District, Central Lampung District)

Fauzi Nur Dewangga, Raden Hanung Ismono, Fembriarti Erry Prasmatiwi

Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1
Bandar Lampung 35145, Telp. 081279365328, e-mail: fauzi.nurdewangga@yahoo.com

ABSTRACT

This study aims at determining the most important criteria in supporting the development of One Village One
Product (OVOP) products and identifying the competitive as food crop commodities developed in OVOP.
The researh was conducted in Astomulyo Village, Punggur Sub-district, Central Lampung District. The
research sites were selected purposively with consideration of the size of nonrice land for food crops is very
high. Respondents were determined purposively with expert judgement such as: food crop farmers,
Agricultural Extensions, offficials of Horticulture/Agriculture Department, and business people. Data were
collected with FGD (Focus Group Discussion) and analyzed using AHP (Analysis Hierarchy Process). The
study shows that the most important criteria in supporting OVOP product development is capital aspect with
the highest weight value of 44.65%, followed by economic aspect 24.83%, appearance and product quality
aspect 13.76%, cultural and product specificity aspect 11.43%,, and physical and environmental carrying
capacity aspect 5.33%. Pineapple is the best alternative crop with weighted of 44%, followed by corn 22%,
cassava 16.8%, eggplant 10.7% and cucumber 6.1%.

Key words: decision making, OVOP, superior commodity

PENDAHULUAN Hal ini membuat pembangunan pertanian lahan


bukan sawah untuk tanaman bahan makanan
Tanaman bahan makanan merupakan tanaman dijadikan alternatif yang harus didorong melalui
yang berperan penting pada sektor pertanian berbagai inovasi teknologi sehingga lahan tersebut
sebagai penyokong pertumbuhan perekonomian termanfaatkan secara optimal (Hidayat dan
nasionaldengan memberikan kontribusi Produk Mulyani 2002).
Domestik Bruto (PDB) pada tahun 2014 sebesar
Rp 361,02 triliun (Kementerian Pertanian 2014). Kondisi iklim dan topografi Provinsi Lampung
Tanaman ini diproduksi untuk memenuhi berpotensi untuk pengembangan komoditas lahan
kebutuhan hidup yang menyangkut kualitas pertanian bukan sawah dengan pusat pemanfaatan
pemenuhan gizi. Tanaman bahan makanan terdiri lahan terbesar di Kabupaten Lampung Tengah
dari berbagai macam komoditi yaitu tanaman dengan sentral terdapat di Kecamatan Punggur
pangan dan hortikultura yang meliputi tanaman terutama di Desa Astomulyo (BPS Provinsi
sayuran dan buah-buahan (Kementerian Pertanian Lampung 2014 dan Bappeda Kabupaten Lampung
2014). Tengah 2003).

Peningkatan daya saing pada pelaksanaan Desa Astomulyo merupakan salah satu desa yang
pembangunan pertanian ditengah arus globalisasi memiliki tingkat luas pemanfaatan lahan pertanian
yang berlangsung saat ini merupakan tuntutan bukan sawah yang tinggi yaitu sebesar 28,26%
wajib. Jika pemerintah fokus pada pengembangan namun sebagian sebesar (75%) petani belum bisa
lahan sawah saja, maka akan terdapat kendala yang mengelola hasil pertanian dengan baik (BP3K
dihadapi seperti perubahan iklim, alih fungsi lahan Kecamatan Punggur 2015). Kondisi ini
sawah yang sukar dibendung maupun biaya yang mengakibatkan harga berfluktuasi, kualitas rendah,
semakin mahal untuk membangun lahan kontinuitas belum tercapai serta kemasan dan
persawahan (Utomo 2012). promosi yang belum baik.

445
JIIA, VOLUME 6 No. 4, NOVEMBER 2018

Hal lain juga belum adanya keterkaitan fungsional METODE PENELITIAN


yang harmonis. Keterkaitan antara setiap kegiatan
agribisnis yang satu dengan yang lain sehingga Penelitian dilakukan dengan metode survei di Desa
respon pasar tidak dapat ditangani dengan cepat. Atomulyo, Kecamatan Punggur, Kabupaten
Lampung Tengah. Pemilihan lokasi penelitian
Bentuk pendekatan sistem agribisnis yang ditentukan secara sengaja (purposive), dengan
dilakukan oleh pemerintah guna keterkaitan pertimbangan daerah ini memiliki tingkat
fungsional antar kegiatan agribisnis sehingga pemanfaatan lahan bukan sawah yang sangat tinggi
respon pasar dapat ditangani dengan cepat yaitu dibandingkan desa lain di wilayahnya.
menerapkan kebijakan pendekatan One Vilage
One Product (OVOP) (Khoirunnisa, Haryono, Komoditas utama tanaman bahan makanan lahan
Nugraha 2013). OVOP merupakan gagasan dari bukan sawah yang berkembang yaitu tanaman
Prof. Morihiki Hiramatsu yang pada saat itu nanas, ubi kayu, jagung, terung, dan ketimun
menjabat sebagai Gubernur Oita, Jepang tepatnya (BP3K Kecamatan Punggur 2015). Pengumpulan
pada tahun 1980 (Kemenkop dan UKM 2013). data dilakukan pada bulan Maret -Juni 2016.

Kebijakan penerapan OVOP di Indonesia sendiri Responden penelitian dipilih secara sengaja
dicanangkan dan dikembangkan oleh Kementerian (purposive) dengan pertimbangan ahli dibidangnya
Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) sehingga isi dari kuesioner memiliki obyektivitas
Republik Indonesia pada tanggal 8 Juni 2007 yang tinggi. Responden tersebut yaitu petani
(KemenKop dan UKM 2013). OVOP bertujuan tanaman bahan makanan yang terdaftar dilembaga
untuk menggali dan mempromosikan produk- kelompok tani setempat, peyuluh BP3K
produk inovatif dan kreatif lokal berdasarkan Kecamatan Punggur, pejabat pemerintah Dinas
potensi sumberdaya yang ada, dapat meningkatkan Pertanian Tanaman Pangan Hortikultura
perluasan distribusi pemasaran produk, dan Kabupaten Lampung Tengah, dan pelaku usaha.
meningkatkan kualitas produk yang bersifat unik
khas daerah bernilai tambah tinggi dengan tetap Jenis data yang digunakan pada penelitian ini
menjaga kelesatarian lingkungan (Kemenkop dan adalah data primer dan data sekunder. Data primer
UKM 2013). diperoleh dari subyektif para ahli dengan
melakukan penerapan Focus Group Discussion
Kelebihan lain dari penerapan OVOP yakni dapat (FGD). Data sekunder berupa data yang
dihindarinya persaingan tidak sehat diantara dikumpulkan pada penelitian terdahulu maupun
beberapa daerah bertetangga, karena setiap daerah laporan yang diberikan oleh lembaga atau instansi
dapat mengembangkan komoditas unggulan yang terkait dan studi pustaka.
saling berbeda dalam mengisi pasar yang sama
tanpa harus bersaing secara langsung (Efendi Data dianalisis secara deskriptif kuantitatif dengan
2017). Berikut kriteria OVOP berdasarkan menggunakan metode Analisis Hirarki Proses
sumber dari KemenKop dan UKM RI 2013, yaitu: (AHP). AHP adalah alat analisis untuk mengambil
a) Aspek kultur dan kekhasan produk. keputusan dengan efektif atas persoalan yang
b) Aspek penampilan dan kualitas produk. kompleks dengan menyederhanakan dan
c) Aspek nilai ekonomi yang tinggi. memperepat proses pengambilan keputusan (Saaty
d) Aspek modal. 1983). AHP digunakan untuk menjawab tujuan
e) Aspek daya dukung fisik dan lingkungan. pada penelitian berdasarkan pertimbangan
preferensi subyektif reponden dalam mengambil
Berdasarkan permasalahan diatas, maka penelitian keputusan. Hasil dari pengukuran penilaian
ini bertujuan untuk menentukan kriteria terpenting perbandingan berpasangan diolah menggunakan
dalam mendukung pengembangan produk One bantuan perangkat lunak Expert Choice.
Village One Product (OVOP) dan mengetahui
komoditas unggulan tanaman bahan makanan Berikut Gambar 1 terkait struktur hirarki pada
lahan pertanian bukan sawah yang akan penelitian yang dimulai dari tingkat level 1 fokus
dikembangkan menjadi One Village One Product masalah pembangunan pertanian, level 2 tujuan
(OVOP). pembangunan pertanian, level 3 kriteria OVOP,
dan terakhir level 4 alternatif tanaman bahan
makanan.

446
JIIA, VOLUME 6 No. 4, NOVEMBER 2018

LEVEL 1
FOKUS Pembangunan Pertanian

LEVEL 2 Pemasaran dan Penciptaan Pendapatan


TUJUAN
daya saing lapangan kerja dan
produk kesejahteraan
masyarakat

LEVEL 3
KRITERIA
Aspek kultur Aspek Aspek nilai Aspek daya
dan kekhasan penampilan ekonomi Aspek modal dukung fisik
produk dan kualitas dan
produk lingkungan

LEVEL 4 Nanas Ubi Jagung Terung Ketimun


ALTERNATIF Kayu

Komoditas Unggulan yang


dikembangkan menjadi OVOP

Gambar 1. Struktur hirarki AHP penentuan komoditas unggulan tanaman bahan makanan lahan bukan
sawah melalui pendekatan OVOP di Kecamatan Punggur

Berikut proses langkah-langkah AHP dalam 7) Memeriksa konsistensi hirarki (jika tidak
menentukan komoditas unggulan lahan bukan memenuhi dengan CR<0,100 maka penilaian
sawah melalui pendekatan OVOP : harus diulang kembali.
1) Mendefinisikan masalah dan menentukan
solusi. HASIL DAN PEMBAHASAN
2) Membuat struktur hirarki dari tingkat level 1
fokus masalah, level 2 tujuan, level 3 kriteria, Karakteristik Responden
dan terakhir level 4 alternatif.
3) Membuat matrik perbandingan berpasangan Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata
antar tiap tujuan, antar tiap kriteria, dan antar umur responden yaitu 43,2 tahun dengan sebaran
tiap alternatif dengan skala nilai perbandingan kategori umur 30-53 tahun. Sebaran kategori
berpasangan 1-9. umur tersebut menurut Mantra (2004), mampu
4) Melakukan perhitungan bobot nilai mengambil keputusan karena masih termasuk
perbandingan berpasangan yang telah dalam usia produktif. Responden berpendidikan
dinormalkankukan perhitungan bobot nilai Sekolah Dasar hingga Sarjana sehingga cukup
perbandingan berpasangan yang telah baik untuk menerima inovasi dan menyerap
dinormalkan Menghitung nilai vector eigen informasi didukung pengalaman usaha yang
untuk menemukan bobot nilai priorotas dari cukup lama.
setiap matriks perbandingan berpasangan.
5) Menghitung evaluasi total untuk menemukan Hasil Analisis Kriteria Terpenting Melalui
bobot nilai alternatif pada setiap tujuan Pendekatan OVOP (One Village One Product)
maupun kriteria yang telah dihitung. untuk Pencapaian Pembangunan Pertanian
6) Memeriksa konsistensi hirarki.
Persentase perbandingan berpasangan antar tiap
kriteria produk OVOP terhadap pencapaian tujuan

447
JIIA, VOLUME 6 No. 4, NOVEMBER 2018

pembangunan pertanian menunjukkan bahwa kelestarian alam yang diusahakan dalam


aspek modal merupakan kriteria terpenting pelaksanaan usahatani yang tidak menggunakan
pertama dengan bobot nilai persentase sebesar bahan kimia berlebihan. Aspek daya dukung fisik
44,65% yang disajikan pada Tabel 1. dan lingkungan menempati posisi tingkat penting
terkahir dengan persentase bobot nilai sebesar
Aspek modal berperan besar dalam membantu 5,33%. Hal ini disebabkan penggunaan bahan
prasarana usaha tani di daerah ini. Penyebaran kimia yang secara tidak berlebihan praktiknya di
bantuan modal seperti benih atau pupuk lapang belum diimplikasikan oleh petani secara
pembagiannya belum merata, sedangkan menyeluruh di desa ini. Tanaman hortikultura
kemampuan petani untuk membiayai usaha (terung dan ketimun) yang dibudidayakan
taninya sangat terbatas, sehingga mengakibatkan memerlukan penggunaan bahan kimia secara
produktivitas yang dicapai belum potensial. hasil berlebihan untuk menekan jumlah hama.
(Heriani, Zakaria, dan Soelaiman 2013).
Hasil analisis alternatif terpenting tanaman
Aspek nilai ekonomi merupakan aspek yang bahan makanan lahan pertanian bukan sawah
berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan untuk pencapaian pembangunan pertanian
masyarakat petani setempat. Aspek nilai ekonomi
menempati peringkat terpenting ke dua setelah Hasil analisis preferensi gabungan responden
aspek modal dengan bobot nilai persentase menunjukkan tanaman nanas menjadi alternatif
sebesar 24,83%. Hal ini berarti untuk mendukung tanaman terpenting pertama untuk pencapaian
peningkatan pendapatan petani setempat sangat tujuan pembangunan pertanian dengan nilai bobot
diperlukannya bantuan modal dari pemerintah 44% yang disajikan pada Tabel 2.
terutama bantuan kredit lunak. Karena bantuan
seperti ini hanya terfokus pada komoditas yang Secara berturut-turut setelah aternatif tanaman
ditanam di lahan sawah saja. nanas diikuti oleh alternatif terpenting selanjutnya
yaitu alternatif tanaman jagung dengan nilai bobot
Aspek penampilan dan kualitas produk 22%, ubi kayu dengan nilai bobot 16,8%, terung
menempati peringkat terpenting ke tiga setelah dengan nilai bobot 10,7% dan terkahir ketimun
aspek nilai ekonomi. Aspek tersebut merupakan dengan nilai bobot 6,1%. Tanaman nanas menjadi
aspek yang berhubungan dengan kemampuan alternatif tanaman terpenting pertama dengan
sebuah produk untuk memuaskan kebutuhan pertimbangan tanaman ini lebih unggul
konsumen yang mempunyai daya saing tinggi dibandingkan beberapa tanaman yang lain.
dipasaran karena memiliki (keunikan/ciri fisik, Unggul dalam hal ini dideskripsikan dengan
kualitas bagus, harga murah). Aspek penampilan seberapa besar peran penting tiap alternatif
dan kualitas produk memiliki bobot nilai sebesar tanaman terhadap pencapaian tujuan
13,76% dikarenakan Lembaga Koperasi Unit pembangunan pertanian yang dijelaskan sebagai
Desa (KUD) sebagai lembaga yang menangani berikut.
proses pasca panen tidak berjalan aktif sehingga
petani dalam memasarkan produk pertanian secara
pribadi. Deskripsi Tiap Alternatif Tanaman Terhadap
Tujuan Pemasaran Daya Saing Produk
Aspek kultur dan kekhasan produk merupakan
aspek yang berpengaruh terhadap penyerapan a. Tanaman nanas
tenaga kerja yang tinggi. Aspek ini memiliki
pesentase bobot nilai sebesar 11,43% dengan Tanaman nanas merupakan alternatif tanaman
peringkat terpenting ke empat. Hal ini karena terpenting pertama dalam meningkatkan
lebih dalam pelaksanaan usahatani pada era pemasaran daya saing produk dengan nilai
sekarang menekankan pada penggunaan alat bobot sebesar 45,4%. Permintaan pasar untuk
mekaniksasi. Penggunaan alat mekanisasi tanaman ini sangat tinggi yangmembuat
difungsikan untuk mempercepat waktu saluran distribusi sampai mencakup antar
penyelesaian pekerjaan dalam berusaha tani provinsi. Tanaman ini pun telah mendapatkan
sekaligus membuat pengeluaran biaya menjadi penghargaan sertifikat produk prima tiga (3),
efisien. artinya bahwa produk nanas dinyatakan aman
dengan level residu dibawah ambang nanas.
Aspek daya dukung fisik dan lingkungan
merupakan aspek yang berpengaruh terhadap

448
JIIA, VOLUME 6 No. 4, NOVEMBER 2018

Tabel 1. Persentase bobot nilai tiap kriteria produk OVOP terhadap tiap tujuan pembangunan pertanian

Tujuan Pembangunan Pertanian (%)


Kriteria Pemasaran dan daya Penciptaan lapangan Pendapatan dan kesejahteraan (%)
saing produk pekerjaan masyarakat
- Aspek kultur 4,90 17,00 12,40 11,43
dan kekhasan
produk
- Aspek 26,00 8,60 6,70 13,76
penampilan
dan kualitas
produk
- Aspek nilai 16,70 27,10 30,70 24,83
ekonomi
- Aspek modal 45,70 42,50 45,80 44,65
- Aspek daya 6,70 4,80 4,50 5,33
dukung fisik
dan
lingkungan

Tabel 2. Persentase bobot nilai antar alternatif tanaman terhadap tiap tujuan pembangunan pertanian

Tujuan Pembangunan Pertanian (%)


Tanaman Pemasaran dan Penciptaan Pendapatan dan Vector Eigen (%)
daya saing produk lapangan pekerjaan kesejahteraan
masyarakat
- Jagung 0,202 0,188 0,270 0,245 22
- Ubi Kayu 0,175 0,159 0,171 0,171 16,8
- Nanas 0,453 0,441 0,426 0,434 44
- Terung 0,107 0,134 0,081 0,093 10,7
- Ketimun 0,059 0,074 0,052 0,056 6,1

b. Tanaman jagung pasar untuk komoditas ini hanya di areal


kabupaten, karena wilayah peneltian dekat
Tanaman jagung merupakan alternatif dengan pabrik olahan ubi kayu. Ubi kayu
tanaman terpenting ke dua dalam yang diproduksi merupakan komoditas yang
meningkatkan pemasaran daya saing produk berumur genjah dengan waktu panen kurang
dengan nilai bobot sebesar 20,3%. dari lebih 12 bulan. Komoditas ini
Penguasaan pasar komoditas ini mencakup dikhususkan untuk diproduksi menjadi olahan
lingkup lokal dan antar kabupaten. pati tepung tapioka. Tingkat kebutuhan untuk
Komoditas jagung dapat dikonsumsi oleh komoditas ini sangat tinggi namun belum
masyarakat dalam berbagai bentuk olahan, dapat diimbangi pasokan bahan baku dari
tidak hanya sebagai pangan pokok tetapi juga pertanian lokal meski telah didukung oleh
sebagai makanan selingan, ditambah setengah inovasi teknologi. Inilah penyebab utama
jadi yang dihasilkan oleh beragam jenis impor masih tinggi. Belum adanya tata niaga
industri hingga sampai pakan ternak. yang baik membuat petani enggan
Komoditas ini tidak hanya untuk dikonsumsi melanjutkan perannya dalam rantai nilai
sendiri melainkan sepenuhnya diperuntukkan ekonomi ubi kayu.
untuk memenuhi kebutuhan domestik, artinya
pengembangan komoditas jagung dalam d. Tanaman terung
negeri peluangnya masih tinggi.Rentang
waktu panen komoditas ini pun tidak terlalu Terung merupakan alternatif tanaman
lama berkisar 3-4 bulan. terpenting ke empat dengan nilai bobot
sebesar 9,30% dalam meningkatkan
c. Tanaman ubi kayu pemasaran daya saing produk. Permintaan
akan tanaman terung semakin meningkat
Alternatif tanaman ubi kayu memiliki tingkat namun pemasaran komoditas ini masihberada
terpenting ke tiga dalam meningkatkan di lingkup lokal dan belum bisa mencukupi
pemasaran daya saing produk dengan nilai kebutuhan domestik. Hal ini disebabkan
bobot sebesar 17,6%. Lingkup penguasaan salah satunya karena penguasaan lahan masih

449
JIIA, VOLUME 6 No. 4, NOVEMBER 2018

bersistem tumpang sari yang memposisikan Ketersediaan lahan ubi kayu di tempat
tanaman ini sebagai produk sampingan. penelitian sebesar 32,50 ha. Pertumbuhan
luas panen ubi kayu cenderung mengalami
e. Tanaman ketimun penurunan dengan laju penurunan luas lahan
ditiap tahunnya. Permasalahan tersebut pun
Alternatif tanaman ketimun memiliki tingkat berdampak pada penyerapan tenaga kerja
terpenting terakhir dengan nilai bobot sebesar yang terus menurun ditambah harga jual yang
6,0% dalam meningkatan pemasaran daya terus merosot. Waktu panen juga cukup lama
saing produk. Pemasaran ketimun mencakup berkisar 12 bulansedangkan kebutuhan petani
lingkup lokal disamping itu tanaman ini terus meningkat
mudah cepat rusak. Tanaman ini diproduksi
hanya sebagai tanaman selingan dengan d. Tanaman terung
teknik tumpang sari karena penguasaan lahan
yang terbatas Terung merupakan alternatif tanaman
terpenting ke empat dengan nilai bobot
Deskripsi Tiap Alternatif Tanaman Terhadap sebesar 13,5% dalam meningkatkan
Tujuan Penciptaan Lapangan Kerja penciptaan lapangan kerja. Penyerapan
tenaga kerja untuk tanaman ini tidak terlalu
a. Tanaman nanas banyak karena tanaman ini diusahakan
sebagai selingan bersistem tumpang sari.
Nanas merupakan alternatif tanaman Tenaga kerja yang digunakan untuk proses
terpenting pertama dalam meningkatkan tanam dan panen pun menggunakan tenaga
penciptaan lapangan kerja dengan nilai bobot kerja dalam keluarga.
sebesar 44,2%. Penguasaan lahan tanaman ini
di wilayah penelitian sangat besar yaitu seluas e. Tanaman ketimun
285 ha. Hal tersebut menjadikan jumlah
pasokan produksisangat melimpah, sehingga Tanaman ketimun merupakan alternatif
membutuhkan penyerapan tenaga kerja yang tanaman terpenting terkahir dalam
besar. Perawatan tanaman nanas yang mudah meningkatkan penciptaan lapangan pekerjaan
dan juga asal bahan baku pun berasal dari dengan nilai bobot sebesar 7,5%. Sama
turunanmembuat petani nanas masih bertahan halnya dengan tanaman terung bahwa
melakukan usahatani nanas sampai saat ini. tanaman ini diusahakan sebagai tanaman
selingan dan dalam proses tanam hingga
b. Tanaman Jagung waktu panen tiba juga menggunakan tenaga
kerja dalam keluarga. Hanya saja luas panen
Alternatif tanaman jagung merupakan tanaman ini cenderung turun disetiap tahun
alternatif terpenting ke dua dalam dan petani timun pun beralih profesi ke
meningkatkan penciptaan lapangan kerja tanaman yang memiliki prospek finansial.
dengan nilai bobot sebesar 18,9 %. Luas areal
komoditas ini di areal penelitian cukup luas Deskripsi Tiap Alternatif Tanaman Terhadap
yaitu 34,50 ha. Sumber daya manusia untuk Tujuan Pendapatan dan Kesejahteraan
tenaga kerja pun cukup tersedia namun masih Masyarakat
kurang dalam inovasi teknologi sehingga
mengakibatkan produksi jagung belum bisa a. Tanaman nanas
memenuhi kebutuhan domestik. Hal ini
membuat mayoritas petani pada saat proses Tanaman nanas merupakan alternatif tanaman
awal tanam maupun panen menggunakan terpenting pertamadengan nilai bobot sebesar
tenaga kerja dalam keluarga agar lebih efisien 42,6% dalam meningkatkan pendapatan dan
biaya. kesejahteraan masyarakat petani setempat.
Hal ini dikarenakan kualitas produksi yang
c. Tanaman ubi kayu tinggi dan harga jual yang stabil.Petani nanas
dapat menentukan harga jual sehingga
Alternatif tanaman ubi kayu merupakan membuat petani nanas bertahan untuk
tanaman terpenting ke tiga dalam berusaha tani nanas dan berusaha untuk
meningkatkan penciptaan lapangan kerja meningkatkan produksi dengan memperluas
dengan nilai bobot sebesar 16,0%. areal lahan. Penguasaan pasar tanaman nanas

450
JIIA, VOLUME 6 No. 4, NOVEMBER 2018

sampai luar daerah hingga membuat tanaman hari. Benih yang ditanam petani pun
buah ini dapat mengangkat perekonomian menggunakan benih varietas unggul.
setempat. Harga buah nanas saat ini sebesar
Rp3.000-3.500 per buah. Harga jual tanaman terung yang sering tidak
stabil cendurung turun membuat petani
b. Tanaman jagung enggan untuk semangat berproduksi sehingga
dijadikan sebagai tanaman pelengkap saja.
Tanaman jagung merupakan tanaman Petani terung juga belum bisa membentuk
terpenting selanjutnya setelah tanaman nanas harga karena kurangnya akses informasi
berdasarkan peningkatan tujuan pendapatan mengenai perkembangan harga.Harga terung
dan kesejahteraan masyarakat dengan nilai saat ini sebesar Rp1.000/kg.
bobot sebesar 27,0%. Harga jual tanaman
jagung yang saat ini rendah yaitu sebesar e. Tanaman ketimun
Rp1.800/kg membuat petani jagung enggan
untuk semangat berproduksi meskipun Tanaman ketimun dalam meningkatkan
permintaan konsumen akan produk tersebut pendapatan dan kesejahteraan masyarakat
tinggi. Hal tersebut menjadikan sebagian memiliki bobot nilai terendah yaitu sebesar
petani jagung beralih ke komoditas lain yang 5,2%. Sama halnya dengan tanaman terung,
lebih memiliki prospek. Padahal disamping jangka waktu panen tanaman ini cepat
itu limbah jagung dapat digunakan ataupun selebihnya tiap hari dapat dipanen. Akan
diolah sebagai pakan ternak yang dapat tetapi kualitas produksi masih rendah karena
menjanjikan suatu pendapatan bagi petani harga jual pun tidak stabil cenderung turun.
Harga ketimun saat ini sebebsar Rp700/kg.
c. Tanaman ubi kayu Biaya pemeliharaan dan perawatan tanaman
ini lumayan membutuhkan agak banyak biaya
Sebagai upaya meningkatkan pendapatan dan karena tanaman ini rentan terhadap hama dan
kesejahteraan masyarakat, tanaman ubi kayu penyakit.
memiliki peringkat terpenting ke tiga setelah
tanaman jagung dengan nilai bobot sebesar KESIMPULAN
17,1%. Permintaan pasar ubi kayu yang
tinggi, pabrik olahan bahan baku yang jarak Aspek modal merupakan kriteria terpenting dalam
tempuhnya terjangkau, berikut pemeliharaan mendukung pengembangan produk OVOP .
dan perawatan ubi kayu yang mudah Tanaman nanas merupakan komoditas unggulan
merupakan kesempatan petani ubi kayu untuk pertama yang dikembangkan menjadi produk
meningkatkan produksi tanaman tersebut. OVOP.

Waktu panen yang memakan waktu yang DAFTAR PUSTAKA


panjang yaitu kurang lebih satu tahun dan
juga harga jual tanaman ubi kayu yang saat ini Balai Penyuluh Pertanian, Perikanan dan
rendah yaitu sebesar Rp1.200/kg akhirmya Kehutanan (BP3K) Kecamatan Punggur.
membuat petani ubi kayu enggan untuk 2015. Rencana Kerja Tahunan Penyuluh
semangat meningkatkan produksi (Pradika, Kabupaten Lampung Tengah. Dinas
Hasyim, Soelaiman 2103). Kualitas produksi Pertanian Kabupaten Lampung Tengah.
yang rendah membuat tanaman ubi kayu Lampung.
belum mampu memenuhi kebutuhan pasar Badan Pusat Statistik. 2014. Lampung Dalam
ditengah permintaan pasar yang tinggi. Angka. http://lampung.bps.go.id/publikasi.
[20 Desember 2015].
d. Tanaman terung Bappeda Kabupaten Lampung Tengah. 2003.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Tanaman terung dengan nilai bobot sebesar Lampung Tengah 2004-2014. Dinas
8,1% merupakan tanaman terpenting ke empat Pertanian Kabupaten Lampung Tengah.
setelah tanaman ubi kayu sebagai upaya Lampung.
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan Efendi. 2017. Pengaruh Program OVOP
masyarakat. Tanaman ini memiliki jangka Terhadap Keuntungan Usahatani Tomat Di
waktu panen pendek yang dapat dipanen tiap Koperasi Mitra Tani Parahyangan Cianjur.
IPB Press. Bogor. http://repository.ipb.ac

451
JIIA, VOLUME 6 No. 4, NOVEMBER 2018

.id/handle/123456789/72622. [15 Desember Krueger RA. 1988. Focus Groups: A Practical


2015]. Guide For Applied Research. Sage
Heriani N, Zakaria WA, dan Soelaiman A. 2013. Publications. California. http://richard
Analisis keuntungan dan risiko usahatani krueger.com. [12 September 2015].
tomat di Kecamatan Sumberejo Kabupaten Mantra IB. 2004. Demografi Umum. Yogyakarta.
Tanggamus. JIIA, 1 (2): 169-173. http:// Pustaka Belajar. http://pustakapelajar.co.id
jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIA/article/vie /buku/demografi-umum/. [3 juli 2016]
w/244/243 [ 2Agustus 2016]. Hidayat A dan A. Mulyani. 2002. Lahan kering
Kementerian Pertanian. 2014. Buletin PDB untuk pertanian. Jurnal Litbang Pertanian.
Sektor Pertanian. Pusat Data dan Sistem 27 (2): 1-34. Bogor. http://media.neliti.com.
Informasi Pertanian. Jakarta Selatan. [7 September 2016].
http://pusdatin.setjen.pertanian.go.id/kategori Pradika A, Hasyim AI, dan Soelaiman A. 2013.
2-47-buletin-pdb.html. [5 Januari 2015]. Analisis pemasaran ubi jalar di Kabupaten
Kementerian Koperasi dan UKM. 2013. Rapat Lampung Tengah. JIIA, 1 (1): 25-35. http://
Koordinasi Nasional Pengembangan Produk jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIA/article/vi-
Unggulan Daerah Dengan Pendektan OVOP ew/128/132. [5 Agustus 2016].
Melalui Koperasi. Deputi Menteri Bidang Saaty TL. 1983. The Analytical Hierarchy
Pengkajian Sumberdaya UKMK. Jakarta. Process. McGraw-Hill. Inc. US. http://
Khoirunnisa A, Haryono D, dan Nugraha A. 2013. www.scribd.com/mobile/doc/39525925/Anal
Analisis pendapatan dan pengambilan isis-Hirarki-Proses. [2 Agustus 2015].
keputusan dalam menentukan tanaman Utomo B. 2001. Pembangunan Pertanian Lahan
sayuran unggulan di Kecamatan Gisting Kering. USU Repository. Medan. http://
Kabupaten Tanggamus. JIIA, 1 (2): 98-104. repository.usu.ac.id. [2 Juni 2015].
http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIA/artic
le/view/235/234. [4 Agustus 2016].

452

S-ar putea să vă placă și