Sunteți pe pagina 1din 7

Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 6 No 2 July-December 2018

Published by Universitas Airlangga


doi: 10.20473/jaki.v6i2.2018.173-179

PENGARUH RESPONSIVENESS PERAWAT DALAM


PRAKTIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP
KEPUASAN PASIEN INSTALASI RAWAT INAP RSU HAJI
SURABAYA

The Effect of Nurse’s Responsiveness in Therapeutic Communication Practice to In-


Patients’ Satisfaction at Haji Surabaya Hospital

Ajenk Saprilla Nanda


PERSAKMI Surabaya, Indonesia
E-mail: ajenk.nanda.saprilla-2014@fkm.unair.ac.id

ABSTRACT

Background: Patient’s satisfaction is one of indicators measured in the hospital minimum service standards. In
Installation of Inpatient (IRNA) of Haji Surabaya hospital, there are 17 indicators, but only nine are met (52.94%).
One of them is patients’ satisfaction level amounted to 74.35% out of the standard (82%). The high number of
complaints on nurses’ competence in providing services causes the unachieved patients’ satisfaction. There were
61 complaints from 2014 to 2017.
Aim: This study aimed to analyze the influence of nurses’ responsiveness to patients’ satisfaction of in-patient
installation (IRNA) at Haji Surabaya Hospital.
Method: The questionnaires used Likert scale 1-5 for independent variables and dependent variables. The
scoring scales for the independent variable or nurses’ responsiveness range from strongly disagree to strongly
agree. Meanwhile, the scoring scale for the dependent variable ranges from very dissatisfied to very satisfied.
Results: The findings indicated that there was a significant influence of responsiveness on patients’ satisfaction
amounted to 0.003 (<α = 0.05). This indicated that the better assessment on the nurses’ responsiveness is, the
more satisfied the patients are at in-patient installation (IRNA), Haji Surabaya Hospital.
Conclusion: It can be concluded that more than 20% of responses was satisfied with the nurses’
responsiveness. The hospital needs to hold a human resource training especially a nurse-patient therapeutic
communication training for maintaining the service quality at the hospital.

Keywords: hospitalization, patient, responsiveness, satisfaction

ABSTRAK

Latar Belakang: Kepuasan pasien merupakan salah satu indikator yang diukur dalam Standar Pelayanan
Minimum Rumah Sakit. Pada Instalasi Rawat Inap (IRNA) Rumah Sakit Umum Haji Surabaya terdapat 17
indikator namun hanya 9 yang terpenuhi (52,94%). Salah satunya adalah kepuasan pasien dengan capaian
sebesar 74,35% dari standar yang ditetapkan rumah sakit sebesar 82%. Salah satu penyebab belum tercapainya
kepuasan pasien tersebut adalah masih tingginya angka keluhan pasien terhadap aspek kompetensi perawat
dalam memberikan pelayanan sejumlah 61 keluhan selama tahun 2014-2017.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh daya tanggap atau responsiveness perawat
terhadap kepuasan pasien Instalasi Rawat Inap (IRNA) Rumah Sakit Umum Haji Surabaya.
Metode: Instrumen kuesioner penelitian ini menggunakan skala likert 1-5 pada variabel bebas dan variabel
terikat. Skala penilaian pada variabel bebas atau responsiveness perawat berkisar mulai dari sangat tidak setuju
sampai sangat setuju. Sedangkan, skala penilaian untuk variabel terikat berkisar mulai dri sangat tidak puas
sampai sangat puas.
Hasil: Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan daya tanggap atau
responsiveness sebesar 0,003 (<α = 0,05) terhadap kepuasan pasien. Hal ini menunjukkan semakin bagus
penilaian pasien terhadap daya tanggap atau responsiveness perawat maka akan semakin meningkatkan
kepuasan pasien di Instalasi Rawat Inap (IRNA) Rumah Sakit Umum Haji Surabaya.
Kesimpulan: Lebih dari 20% penilaian responden berada dalam kategori puas terhadap ketanggapan perawat.
Rumah sakit tersebut perlu untuk mengadakan pelatihan Sumber Daya Manusia khususnya pelatihan komunikasi
terapeutik antara perawat-pasien untuk menjaga kualitas pelayanan di rumah sakit tersebut.

Kata Kunci : kepuasan, komunikasi terapeutik, pasien rawat inap, responsiveness

Received: 4 May 2018 Accepted: 20 August 2018 Published: 1 December 2018

Pengaruh Responsiveness Perawat… 173 Nanda


Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 6 No 2 July-December 2018
Published by Universitas Airlangga

PENDAHULUAN yang akan berdampak pula pada kepuasan pasien


terhadap pelayanan yang diterima.
Manajemen mutu dalam bidang organisasi Terdapat 15 indikator pencapaian sasaran
penyedia jasa pelayanan kesehatan saat ini menjadi mutu Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Haji
isu penting karena terjadi perubahan permintaan Surabaya diantaranya pemberi pelayanan di IRNA
masyarakat, kebijakan pemerintah, pola adalah dokter spesialis ; perawat berijizah minimal
epidemiologi penyakit, dan persaingan antar D-3 ; terdapat dokter penanggung jawab ; kematian
organisasi penyedia jasa pelayanan kesehatan. pasien ≥ 48 jam ; kejadian dikubitus ; kejadian
Organisasi penyedia jasa pelayanan kesehatan phlibitis ; angka kejadian infeksi nosokomial ; tingkat
yang tidak mampu memenuhi perubahan tersebut kesembuhan pasien diare dalam 3 haru ; tidak
maka akan ditinggalkan oleh pelanggannya. Oleh adanya pasien jatuh dari tempat tidur ‘ tidak adanya
karena itu pembahasan terkait manajemen mutu pasien jatuh dari kamar mandi ; ketepatan waktu
menjadi penting, salah satunya berguna untuk visite dokter ; kejadian pasien pulang paksa ;
mempertahankan kepercayaan pasien dengan terus tercapainya penyelesaian komplain ; dan Indeks
berupaya meningkatkan pelayanan sehingga Kepuasan Masyarakat (koordinasi dengan Litbang).
kepuasan pelanggan juga akan meningkat. terdapat 4 indikator pencapaian sasaran mutu
Kepuasan didefinisikan sebagai suatu upaya Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Haji
pemenuhan kebutuhan pelanggan yang berkaitan Surabaya yang belum tercapai, salah satunya
dengan terpenuhinya harapan-harapan pelanggan adalah Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) pada
terhadap produk atau jasa yang diterima (Easter, tahun 2017 sebesar 73,14% dari standar yang
Wowor, and Pondaag, 2017). Kepuasan ditetapkan sebesar 85,00%. Berdasarkan data
merupakan suatu hal yang bersifat subyektif. diketahui bahwa penyebab belum tercapainya
Terdapat berbagai faktor yang dapat menyebabkan standar kepuasan pasien di Instalasi Rawat Inap
pelanggan tidak puas salah satunya adalah salah satunya disebabkan oleh faktor tenaga
responsiveness perawat dalam melakukan kesehatan yang menyebabkan timbulnya keluhan
pelayanan yang membutuhkan waktu lama pasien terhadap aspek pelayanan (responsiveness)
(Eninurkhayatun, Suryoputro and Fatmasari, 2017). dan keramahan petugas kesehatan dalam hal ini
Rumah Sakit Umum Haji Surabaya didirikan adalah perawat.
pada tanggal 17 April 1993 merupakan rumah sakit Aspek responsiveness berkaitan dengan daya
tipe B Non Pendidikan dengan SK Menkes No. tanggap tenaga kesehatan rumah sakit dalam hal ini
1006/Menkes/SKIX/1998. Rumah Sakit Umum Haji dokter, perawat, atau tenaga medis lain untuk
Surabaya mempunyai tugas pokok untuk segera datang melayani saat diperlukan oleh
memberikan pelayanan kesehatan perorangan pasien. Daya tanggap juga dapat berkaitan dengan
secara paripurna meliputi pelayanan pengobatan tenaga kesehatan mengunjungi ruang inap pasien
serta pemulihan kesehatan sesuai dengan standar untuk menawarkan bantuan atau menanyakan
pelayanan rumah sakit. Oleh karena itu, manajemen kondisi pasien tanpa diminta (Supriyanto and
RSU Haji Surabaya pun dituntut untuk terus Ernawaty, 2010). Berdasarkan hasil wawancara
berbenah mengikuti perubahan dan perkembangan dengan Kepala Bagian Humas Rumah Sakit Umum
ilmu pengetahuan dan teknologi guna Haji Surabaya, terdapat 4 faktor utama yang
mempertahankan pelanggan (RSUD Haji Surabaya, dikeluhkan pasien terkait dengan pelayanan
2017) perawat diantaranya seperti perawat dinilai kurang
Berdasarkan data Laporan Kinerja Tahun ramah (lupa memberikan salam kepada pasien),
2017 terdapat 302 indikator SPM RSU Haji pelayanan yang diberikan perawat terkadang dinilai
Surabaya dengan realisasi capaian sebesar 70,86% kurang memberi rasa nyaman kepada pasien (pada
dari target yang ditetapkan sebesar 88,00%. saat memberikan tindakan penyuntikan), perawat
Terdapat 29 unit kerja yang belum memenuhi kurang dalam memberikan penjelasan terkait
standar capaian indikator SPM, salah satunya tindakan yang akan diberikan kepada pasien, serta
adalah Instalasi Rawat Inap (IRNA) yang hanya perawat masih dinilai kurang tanggap dalam
memenuhi 9 dari 17 indikator atau sekitar 52,94%. memberikan pelayanan kepada pasien (saat pasien
Terdapat 8 indikator yang belum dipenuhi meminta bantuan, perawat tidak segera datang).
oleh instalasi rawat inap RSU Haji Surabaya, salah Penanganan keluhan pasien terhadap aspek
satunya adalah indikator kepuasan pasien sebesar responsiveness merupakan salah satu bentuk
74,35% dari standar yang telah ditetapkan sebesar kepedulian rumah sakit untuk selalu berbenah
82,00%. Kepuasan merupakan suatu hal yang dengan memberikan pelayanan yang terbaik.
bersifat subyektif karena setiap individu akan Penanganan keluhan yang baik akan memberikan
mempunyai penilaiannya sendiri terhadap jasa peluang untuk mengubah pasien yang tidak puas
pelayanan yang diterima. Terdapat berbagai faktor menjadi puas atau bahkan meningkat menjadi
yang dapat mempengaruhi tingkat kepuasan pasien loyal. Sehingga menjadi suatu keharusan
pasien. Salah satunya dapat disebabkan oleh bagi pihak manajemen rumah sakit untuk
peningkatan jumlah kunjungan pasien yang akan melakukan evaluasi guna mengetahui faktor
berdampak pada kualitas pelayanan kesehatan penyebab sehingga selanjutnya dapat melakukan
yang diberikan provider kepada pasien. Hal ini upaya perbaikan. (‘Laporan kinerja blud rumah sakit
dapat disebabkan karena waktu pelayanan terbatas umum haji surabaya tahun 2017’, 2017) Selain itu,
atau tetap sedangkan beban kerja provider tinggi penanganan keluhan juga akan memberikan
peluang untuk mengubah pasien yang tidak puas

Pengaruh Responsiveness Perawat… 174 Nanda


Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 6 No 2 July-December 2018
Published by Universitas Airlangga

menjadi puas atau bahkan meningkat menjadi Italia. Oleh karena itu prinsip pareto dikenal juga
pasien loyal. sebagai aturan 80:20 yang mempunyai arti bahwa
20% dari masalah mempunyai 80% dari dampak
METODE serta hanya 20% dari masalah yang ada yang
dianggap penting sehingga sisanya dianggap
Penulisan artikel ilmiah ini menggunakan sebagai masalah yang mudah. Prinsip pareto
metode penelitian analitik untuk mencari pengaruh tersebut kemudian dikembangkan oleh seorang ahli
variabel independen terhadap variabel dependen manajemen bisnis bernama Joseph M. Juran yang
dengan rancang bangun penelitian cross sectional dikenal dengan “Asumsi Juran” sebagai instrumen
study. Penelitian dilakukan pada bulan April 2018 di untuk mengklasifikasi masalah-masalah terkait
gedung Shofa dan Marwah Instalasi Rawat Inap kualitas dalam organisasi manufaktur dan jasa.
RSU Haji Surabaya. Populasi dalam penelitian ini Prinsip utama dalam aturan 80:20 pareto ini adalah
adalah seluruh pasien yang mendapatkan bahwa dengan memaksimalkan 20% usaha maka
pelayanan pada Instalasi Rawat Inap RSU Haji akan memberikan hasil 80% secara maksimal.
Surabaya pada tahun 2017 dalam satu bulan rata- Dalam implementasinya, prinsip pareto tersebut
rata terdapat sebesar 1.212 pasien. Perhitungan juga dapat diterapkan di berbagai hal diantaranya
sampel dilakukan secara probability sampling seperti 80% dari keluhan pelanggan muncul dari
dengan menggunakan teknik simple random 20% dari produk atau jasa yang diberikan; 80% dari
sampling menggunakan rumus Lemeshow diperoleh output yang dihasilkan diperoleh dari 20% masukan;
sejumlah 69 pasien. Sampel penelitian adalah 20% dari cacat sistem akan menyebabkan 80%
pasien instalasi rawat inap RSU Haji Surabaya yang masalah; serta 20% dari memaksimalkan produk
berusia lebih dari sama dengan 18 tahun (≥18 atau jasa maka akan mencapai 80% dari
tahun), mampu diajak berkomunikasi secara sadar, keuntungan.
dan berkenan untuk menjadi responden penelitian Prinsip pareto adalah suatu model
dengan menandatangani informed consent yang perbandingan yang sangat luas digunakan, tidak
disediakan oleh peneliti. terkecuali pada pelayanan kesehatan. Terdapat
Teknis analisis data pada penelitian terdiri dari skala 1-5 pada kuesioner penelitian yang
3 tahap analisis yaitu analisis deskriptif yang selanjutnya akan dijumlah pada masing-masing
dilakukan untuk mendeskripsikan faktor terkait variabel untuk setiap responden.
karakteristik individu pasien yang bersedia menjadi
HASIL DAN PEMBAHASAN
responden dalam penelitian meliputi umur, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
Daya Tanggap atau Responsiveness
dan jenis pembayaran pasien. Selanjutnya,
distribusi penilaian pasien terhadap variabel Daya tanggap atau responsiveness
responsiveness pada skala 5 mendapat nilai ≤ 20 % didefinisikan sebagai suatu bentuk keinginan atau
maka dapat disimpulkan sebagai isu strategis. kemauan yang dilakukan secara sadar oleh
Analisis kedua yaitu analisis inferensial yang seseorang untuk membantu dan memberikan jasa
dilakukan karena penelitian ini bertujuan untuk (Luan et al., 2018). Daya tanggap adalah suatu
mengetahui pengaruh variabel independen kemauan untuk membantu dan memberikan
terhadap variabel dependen sehingga dilakukan pelayanan yang cepat (responsif), tepat, dan
analisis uji statistik. Variabel independen dalam penyampaian informasi secara jelas kepada
penelitian ini adalah responsiveness perawat. pelanggan. Daya tanggap atau responsiveness
Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini tenaga kesehatan dalam hal ini perawat dalam
adalah kepuasan pasien. Uji pengaruh variabel praktik komunikasi terapeutik dapat meliputi 5 hal
independen terhadap variabel dependen dasar seperti; perawat segera datang ketika pasien
menggunakan uji regresi linier berganda. membutuhkan; perawat secara berkala
Selanjutnya dilakukan interpretasi isu strategis yang mengunjungi pasien tanpa diminta; perawat segera
perlu diperbaiki diperoleh berdasarkan uji pengaruh menawarkan bantuan tanpa diminta ketika pasien
variabel responsiveness terhadap variabel kesulitan melakukan sesuatu hal; perawat akan aktif
kepuasan yang menunjukkan nilai signifikansi < bertanya kepada pasien mengenai hal-hal yang
0,05 (signifikan) dan analisis deskriptif untuk setiap perlu dibantu; dan perawat tanggap dalam
pertanyaan dalam komponen responsiveness yang melakukan pelayanan atau perawatan terhadap
mendapat penilaian pasien pada skala 5 ≤ 20%. pasien (Supriyanto Ernawaty, 2010).
Interpretasi isu strategis ini berdasarkan pada Selain kelima hal dasar daya tanggap atau
prinsip pareto (pareto principle). Prinsip Pareto responsiveness tersebut di atas, daya tanggap
dikemukakan oleh seorang ahli ekonomi-sosiologi mencakup hal yang lebih luas lagi terkait mutu
Italia bernama Alfredo Pareto pada tahun 1906. pelayanan jasa bidang kesehatan. Indikator daya
Alfredo Pareto adalah seorang Profesor dibidang tanggap atau responsiveness meliputi kesanggupan
Ekonomi Politik di Lausanne, Swiss. Prinsip Pareto perawat untuk membantu serta menyediakan
dikenal juga dengan berbagai istilah seperti The pelayanan secara paripurna seperti; perawat
Principle of Least Effort dan The Principle of mampu memberikan respon yang cepat di setiap
Imbalance. Prinsip Pareto (Pareto Principle) pelayanan yang diberikan; perawat mampu
bermula pada tahun 1906, Alfredo Pareto bertindak secara sigap; perawat seharusnya
mengamati bahwa 80% dari pendapatan di Italia memberikan kesempatan kepada pasien untuk
dimiliki oleh 20% dari jumlah populasi penduduk bertanya terkait informasi atau kondisi

Pengaruh Responsiveness Perawat… 175 Nanda


Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 6 No 2 July-December 2018
Published by Universitas Airlangga

kesehatannya; perawat memperhatikan kebutuhan berkomunikasi secara efektif merupakan bagian dari
serta keluhan pasien; serta perawat bersikap sopan standar pembangunan dan pemeliharaan
dan ramah kepada pasien untuk menjalin lingkungan kerja yang sehat. Komunikasi efektif
komunikasi 2 arah yang bertujuan untuk adalah suatu alat mencapai helping-healing
kesembuhan pasien (therapeutic communication) relationship antara pasien dengan perawat
(Khumayrah, 2015) (Kusmiran, 2017).
Daya tanggap atau responsiveness Teori terkait komunikasi interpersobal
merupakan penilaian mutu yang paling dinamis. Hal perawat dengan pasien dikenal dengan Hildegard
ini dikarenakan penilaian setiap individu cenderung Peplau’s Theory of Nurse-Client Relationship yang
akan berbeda antara satu pasien dengan pasien dikemukakan oleh Hildegard Peplau. Teori tersebut
lain terkait standar ketanggapan petugas kesehatan memandang proses asuhan keperawatan sebagai
dalam memberikan jasa pelayanan sesuai dengan proses interaktif dan kolaboratif antara pasien dan
prosedur. Daya tanggap merupakan persepsi pasien. Hubungan perawat dan pasien dimulai
pasien terhadap kemampuan dan kehandalan dengan terjadinya perubahan status kesehatan
perawat untuk tanggap dan sigap terhadap berbagai pada pasien serta adanya ketersediaan perawat
hal termasuk keluhan maupun keperluan pasien. dengan kemampuan dalam memberikan asuhan
keperawatan. Pasien dengan beragam
Komunikasi Terapeutik karakteristiknya secara tidak langsung menjadi
Komunikasi didefinisikan sebagai proses tantangan tersendiri bagi perawat dalam
interpersonal yang melibatkan dua orang atau lebih menyesuaikan diri dengan perannya saat
serta mengandung unsur komunikasi verbal dan berkomunikasi. Perawat harus mampu mengenali,
non verbal. Unsur komunikasi ini berfungsi menerima, dan mendorong proses penyembuhan
menerjemahkan informasi, ide, atau gagasan yang pasien.
hendak disampaikan. Tujuan dari komunikasi Komunikasi terapeutik merupakan bentuk
adalah penyampaian informasi dari pengirim komunikasi interpersonal antara pasien dengan
(sender) ke penerima (receiver) melalui suatu perawat sehingga keduanya akan memperoleh
media. Informasi yang disampaikan tersebut dapat pengalaman untuk saling belajar bersama (Paju
diterima secara utuh atau bahkan hilang sebagian Dwiantoro, 2018). Komunikasi terapeutik
karena adanya faktor-faktor pengganggu seperti didefinikasikan sebagai suatu bentuk komunikasi
tidak adanya elemen-elemen dasar komunikasi. yang dilakukan oleh petugas kesehatan dengan
Elemen-elemen dasar komunikasi meliputi; pasien atau dapat pula antar petugas kesehatan
Referen (Referent) merupakan sesuatu hal yang dengan tujuan mencapai kesembuhan pasien.
dapat memotivasi individu untuk melakukan proses Komunikasi terapeutik merupakan suatu proses
komunikasi dengan individu lain; Pengirim (sender) respons spesifik yang mendorong ekspresi
merupakan individu yang akan menyampaikan perasaan, ide, serta penyampaian penerimaan dan
pesan berupa informasi, ide, atau gagasan. penghargaan (Potter and Perry, 2010). Proses
Pengirim juga harus memahami ketepatan isi pesan tersebut berfokus pada pasien namun direncanakan
serta emosi yang terdapat dalam pesan yang dan diarahkan oleh tenaga kesehatan (Damaiyanti,
hendak disampaikan; Dapat disebut pula dengan 2010). Proses komunikasi terapeutik sebagai
encoder, pesan (Message) merupakan informasi, proses penyampaian kerahasiaan karena pasien
ide, atau gagasan yang hendak disampaikan mengetahui segala informasi yang diberikan oleh
mengandung makna verbal, non verbal, dan perawat sebagai bahan rekam medis yang tidak
simbolik; Media (Channel) merupakan alat boleh diketahui orang lain atau orang yang tidak
penyampaian dan penerimaan pesan yaitu indera berwenang. Komunikasi terapeutik mempermudah
penglihatan dan pendengaran; Penerima (Receiver) perawat dalam menjalin hubungan saling percaya
disebut juga decoder merupakan individu atau pihak dengan pasien sehingga perawat lebih efektif dalam
lain yang menerjemahkan kode pesan yang melakukan asuhan keperawatan.
disampaikan oleh sender; Serta umpan balik Disamping itu dengan komunikasi terapeutik
(Feedback) merupakan proses hubungan interaksi pasien akan merasa terbantu dalam memperjelas
timbal balik atau pengembalian pesan dari penerima dan memahami kondisi kesehatannya sehingga
ke pengirim (Potter and Perry, 2010). Elemen ini akan berkurang perasaan ragu, cemas, dan takut
sebagai indikator bahwa pesan yang telah terkait kondisi dan segala tindakan penyembuhan
disampaikan sebelumnya oleh pengirim dapat yang akan atau sedang diterima. Selain itu dapat
diterima dengan baik dan dipahami maknanya oleh pula mengidentifikasi, mengungkapkan perasaan,
penerima. dan mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan
Proses komunikasi terjadi dimanapun dan yang dilakukan oleh perawat, membantu pasien
kapan saja, tidak terkecuali dalam bidang dalam mengambil keputusan tindakan, serta
kesehatan. Komunikasi yang intens akan terjalin mempengaruhi pasien dalam mengambil keputusan
antara pasien dengan petugas kesehatan terutama tindakan (Damaiyanti, 2010).
pada pasien rawat inap. Hal ini dikarenakan pasien Selain itu dengan adanya praktik komunikasi
berada lebih dari 24 jam di suatu ruang perawatan terapeutik yang bertujuan memberikan service
yang membutuhkan bantuan asuhan keperawatan excellent maka akan berdampak pada
secara berkesinambungan. Komunikasi yang efektif keberlangsungan suatu organisasi penyedia jasa
merupakan salah satu unsur terpenting dalam pelayanan kesehatan. Hal ini dikarenakan pasien
praktik keperawatan. Kemampuan atau keahlian akan merasa puas dan terbantu sehingga loyalitas

Pengaruh Responsiveness Perawat… 176 Nanda


Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 6 No 2 July-December 2018
Published by Universitas Airlangga

pasien dapat ditingkatkan (Supriyanto and kesan bahwa perawat kurang atau tidak tertarik
Ernawaty, 2010). Salah satu indikator dari pada topik pembicaraan. Kontak mata menunjukkan
komunikasi terapeutik adalah daya tanggap atau bahwa perawat menghargai pasien ; R – Relax,
responsiveness. perawat harus mampu mengontrol keseimbangan
Terdapat lima fase komunikasi terapeutik antara ketegangan dan rasa yaman dalam memberi
menurut Hildegard Peplau yaitu fase orientation, respons serta tindakan kepada pasien. Indikator
fase identification, fase exploitation, fase resolution, kedua adalah Respect yang terkait dengan sikap
dan fase termination. Kelima fase tersebut penting dan perilaku hormat tenaga kesehatan terhadap
dipahami oleh perawat dalam praktik komunikasi pasien yang meliputi keramahtamahan dan
terapeutik untuk mencapai kesembuhan dan kesopanan saat proses komunikasi berlangsung.
kepuasan pasien. Indikator selanjutnya yaitu Empathy yang terkait
Pada fase orientation pasien mulai dengan sikap dan perilaku tenaga kesehatan untuk
mengenali atau mengetahui kebutuhan akan bersedia mendengarkan, mengerti, memahami, dan
pertolongan perawat; sumber daya yang disediakan memperhatikan pasien lebih dalam. Perawat
secara terbatas dapat diterima oleh pasien; serta bersedia mendengarkan keluhan pasien dan
akan terjadi proses inisiasi hubungan perawat membantu untuk mengurangi atau menyembuhkan
dengan pasien. Pada fase identification pasien keluhannya.
memiliki pengetahuan terbatas terkait kebutuhan Terdapat beberapa prinsip komunikasi
asuhan keperawatan untuk menangani masalah terapeutik seperti komunikasi harus ditandai dengan
atau keluhan yang dirasa serta mulai tampak sikap saling menerima, percayam dan menghargai;
kepercayaan pasien pada keterampilan dan perawat harus mampu menciptakan suasana yang
pengetahuan perawat. Pada fase exploitation terjadi memungkinkan pasien bebas berkembang tanpa
peningkatan kepercayaan dan kenyamanan pasien rasa cemas dan pasien termotivasi untuk mengubah
terhadap perawat; pasien dapat memanfaatkan dirinya menjadi lebih baik; perawat harus mampu
pelayanan yang diberikan oleh perawat; serta terjadi memahami empati sebagai tindakan terapeutik
proses penggabungan pengalaman belajar antara sedangkan simpati bukan sebagai tindakan
perawat dan pasien. Pada fase resolution telah terapeutik; perawat harus mengenal dirinya sendiri
terpenuhinya tujuan awal antara perawat dan dan memahami nilai yang dianut; perawat harus
pasien sehingga pasien merasa aman; mulai menyadari pentingnya kebutuhan fisik maupun
membentuk tujuan baru yang ingin dicapai; serta mental pasien; serta kejujuran dan keterbukaan
terjadi peningkatan kemandirian dan penurunan adalah aspek utama dalam praktik komunikasi
ketergantungan pasien terhadap perawat. Pada terapeutik.
fase termination pasien dan perawat mengevaluasi Analisis pengaruh responsiveness
secara bersama-sama hal-hal yang telah dilakukan menggunakan uji statistik regresi linier sederhana.
guna mencapai penyembuhan sehingga perawat Selain itu, analisis menggunakan regresi linier dapat
dan pasien akan mulai mengakhiri hubungan pula digunakan sebagai permodelan dengan situasi
keduanya. terdapat variabel yang dipengaruhi dan yang
Berdasarkan Supriyanto dan Ernawaty mempengaruhi. Varibael bebas (independent
(2010) dalam bukunya yang berjudul “Pemasaran variable) dalam penelitian ini adalah responsiveness
Industri Jasa Kesehatan” selain responsiveness, atau daya tanggap perawat yang dinotasikan
terdapat juga 3 indikator lain yang menjadi elemen dengan Y. Sedangkan variabel terikat (dependent
dalam komunikasi terapeutik yaitu diantaranya variabel) penelitian ini adalah kepuasan pasien
attending skill yaitu indikator yang terkait dengan yang dinotasikan dengan X.
penampilan secara utuh baik fisik maupun Instrumen kuesioner penelitian ini
psikologis tenaga kesehatan (dokter atau perawat) menggunakan skala likert 1-5 pada variabel bebas
ketika sedang berkomunikasi dengan pasien dan variabel terikat. Skala penilaian pada variabel
maupun keluarga pasien. Attending skill dapat bebas atau responsiveness perawat yaitu 1 =
diidentifikasi berdasarkan akronim SOLER, yaitu S sangat tidak setuju ; 2 = tidak setuju ; 3 = kurang
– Sit Facing the Client atau Squarely, postur setuju ; 4 = setuju ; 5 = sangat setuju sedangkan
tersebut akan memberikan kesan bahwa perawat skala penilaian pada variabel terikat atau kepuasan
bersedia mendengarkan dan tertarik untuk terus pasien yaitu 1 = sangat tidak puas ; 2 = tidak puas ;
mendengarkan, memberi tanggapan, dan umpan 3 = kurang puas ; 4 = puas ; 5 = sangat puas.
balik pada topik pembicaraan pasien ; O – Observe Hasil uji statistik pengaruh responsiveness
an Open posture, postur tersebut akan memberikan perawat terhadap kepuasan pasien menunjukkan
kesan bahwa perawat memiliki sifat terbuka nilai signifikan (p) adalah sebesar 0,032 sehingga
terhadap topik pembicaraan pasien dengan tidak lebih kecil dari α = 0,05. Sehingga dapat
melipat kaki atau tangan maupun berkacak disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
pinggang saat proses komunikasi berlangsung ; L – responsiveness perawat terhadap kepuasan pasien.
Lean Toward the Client, penampilan fisik yang Pengujian asumsi juga dilakukan menggunakan
menunjukkan kesan bahwa perawat mempunyai aplikasi SPSS.21 dan menunjukkan hasil bahwa
keinginan untuk mengatakan atau mendengar memenuhi keenam asumsi regresi linier.
sesuatu dari pasien ; E – Establish and Maintain Adanya pengaruh responsiveness perawat
Intermittent Eye atau Eye Contact, tidak adanya dalam melakukan pelayanan keperawatan terhadap
kontak mata antara perawat dengan pasien saat kepuasan pasien sesuai dengan salah satu dimensi
proses komunikasi berlangsung akan menimbulkan mutu pelayanan jasa bidang kesehatan atau service

Pengaruh Responsiveness Perawat… 177 Nanda


Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 6 No 2 July-December 2018
Published by Universitas Airlangga

quality. Responsiveness diartikan sebagai menggunakan kembali jasa dan menceritakan


ketanggapan serta kemampuan petugas kesehatan kepada orang lain tentang pengalamannya. Hal ini
dalam memberikan jasa pelayanan sesuai prosedur, tentu saja akan berpengaruh positif terhadap
hal ini akan mempengaruhi kepuasan pelanggan. keberlangsungan suatu organisasi penyedia jasa
Gambaran komponen responsiveness pada pelayanan kesehatan dimana persaingan sangat
perawat di Instalasi Rawat Inap (IRNA) Rumah Sakit ketat di era saat ini. Hasil penelitian ini sejalan
Umum Haji Surabaya sudah tergolong baik. Hal ini dengan penelitian yang pernah dilakukan di
dikarenakan hanya terdapat 2 aspek yang Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUP Prof. Dr. R. D.
mendapat penilaian ≤ 20 % dari pasien dari 5 aspek Kandou Manado yang menunjukkan bahwa
yang dinilai. Isu masalah dalam komponen kepuasan pasien berkaitan erat dengan mutu
responsiveness perawat di Instalasi Rawat Inap pelayanan keperawatan yang diberikan kepada
(IRNA) Rumah Sakit Umum Haji Surabaya yaitu pasien meliputi salah satunya ketepatan dan
perawat segera datang ketika pasien membutuhkan kecepatan dalam memberikan pelayanan (Mumu,
mendapat penilaian kurang sebesar 17,39%. Kandou and Doda, 2015). Daya tanggap
Komponen responsiveness atau daya tanggap (responsiveness) perawat mempunyai pengaruh
perawat merupakan komponen terpenting dalam dan siginifansi yang positif terhadap kepuasan
suatu pelayanan karena bersifat sangat dinamis. pasien sehingga semakin baik persepsi pasien
Penilaian setiap individu terkait aspek cepat atau terhadap daya tanggap tersebut maka kepuasan
lambatnya suatu layanan dapat berbeda-beda akan cenderung tinggi. Namun, apabila persepsi
tergantung dari persepsi setiap individu. Oleh pasien terhadap daya tanggap buruk maka
karena itu daya tanggap perawat merupakan suatu kepuasan juga akan cenderung rendah.
hal yang penting dalam mendukung kualitas Unsur komunikasi dalam pelayanan jasa
pelayanan keperawatan. Daya tanggap seorang kesehatan merupakan salah satu faktor penting. Hal
perawat ketika pasien sedang membutuhkan ini dikarenakan proses komunikasi dalam asuhan
menunjukkan kehandalan dan kemampuan perawat keperawatan dapat digunakan sebagai media
untuk sigap terhadap berbagai situasi dan kondisi, mengubah perilaku pasien sehingga kesembuhan
termasuk sikap dalam menangani keperluan dan dapat tercapai. Praktik komunikasi terapeutik
keluhan pasien. perawat dapat diterapkan dalam berbagai elemen
Selain itu perawat secara berkala pelayanan rumah sakit, namun menjadi sangat
mengunjungi pasien tanpa diminta juga masih penting diperhatikan dan dipraktikkan dalam
mendapat penilaian kurang sebesar 15,94%. Hal ini Instalasi Rawat Inap (IRNA) karena intensistas
juga menunjukkan bahwa perawat perhatian dan interaksi antara pasien dengan perawat sangat
memberikan pelayanan yang berfokus pada pasien. tinggi.
Perawat secara berkala datang berkunjung untuk
mengecek kondisi pasien tanpa diminta dapat SIMPULAN
menunjukkan rasa kepeduliaan yang tinggi
sehingga pasien maupun keluarga pasien merasa Kesimpulan dari penelitian yaitu terdapa
puas dan diperhatikan. Sikap perawat yang acuh tpengaruh responsiveness atau daya tanggap
dan membiarkan pasien menunggu merupakan perawat dalam melakukan pelayanan keperawatan
persepsi yang negatif dalam kualitas pelayanan. terhadap kepuasan pasien Instalasi Rawat Inap
Sikap tersebut dapat berpengaruh terhadap Rumah Sakit Umum Haji Surabaya. Responden
kepuasan pasien terhadap jasa yang telah penelitian puas (penilaian pasien >20%) terhadap
didapatkan. komponen responsiveness pasien serta hanya
Dimensi responsiveness adalah penilaian terdapat 2 isu yang perlu dilakukan upaya perbaikan
mutu yang paling dinamis karena harapan guna mempertahankan dan meningkatkan
pelanggan cenderung meningkat sejalan dengan kepuasan pasien. Hasil tersebut didapat setelah
kemajuan teknologi kesehatan. Pelanggan dalam dilakukan pengujian statistik regresi linier sederhana
hal ini pasien tentunya akan mengharapkan layanan terhadap 69 kuesioner yang telah diisi oleh pasien
yang cepat namun tepat, namun kualitas pelayanan Instalasi Rawat Inap RSU Haji Surabaya yang
yang sebenarnya diberikan atau didapatkan dapat memenuhi kriteria inklusi penelitian. Oleh karena itu
tidak sesuai atau lebih rendah sehingga pelanggan Pihak manajemen Rumah Sakit Umum Haji
akan memberikan nilai buruk terhadap Surabaya perlu mengadakan pelatihan Sumber
pengalamannya tersebut. Penilaian tersebut timbul Daya Manusia terkait keterampilan komunikasi
karena tidak atau belum terpenuhinya harapan- terapeutik perawat-pasien guna menjaga dan
harapan pelanggan sehingga menyebabkan rasa meningkatkan mutu pelayanan, perlu menjadikan
ketidakpuasan terhadap organisasi penyedia jasa komunikasi terapeutik perawat dalam memberikan
pelayanan kesehatan. Namun sebaliknya, ketika pelayanan sebagai bagian dari pedoman monitoring
kualitas pelayanan yang diberikan atau didapatkan dan evaluasi kinerja perawat, serta dapat
sama atau bahkan lebih daripada harapan atas memberikan reward kepada perawat yang dinilai
pelayanan maka pelanggan akan cenderung menjadi role model dalam mempraktikkan
merasa puas bahkan loyal. komunikasi terapeutik guna mencapai service
Hal ini timbul karena organisasi penyedia excellent (kesembuhan dan kepuasan pasien).
jasa pelayanan kesehatan mampu memberikan Aspek responsiveness atau daya tanggap
added value yang menimbulkan kesan mendalam perawat termasuk kedalam bagian kinerja perawat.
bagi pelanggan dan cenderung membuat pelanggan Diharapkan kepala ruang Instalasi Rawat Inap

Pengaruh Responsiveness Perawat… 178 Nanda


Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 6 No 2 July-December 2018
Published by Universitas Airlangga

dapat menerapkan monitoring dan evaluasi dengan https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jikmu/a


pendekatan eksplanatif dengan menjelaskan rticle/view/7460/7530.
mengapa suatu hal terjadi (adanya keluhan pasien Paju, W. and Dwiantoro, L. (2018) ‘Upaya
terhadap responsiveness perawat); mengapa terjadi Meningkatkan Komunikasi Efektif Perawat-
perubahan (keluhan terhadap responsiveness Pasien’, Jurnal Keperawatan, 10(1), pp. 28–
perawat fluktuatif selama 4 tahun); serta mengapa 36. Available at:
tidak terjadi perubahan (selama 4 tahun berturut- http://stikeskendal.ac.id/journal/index.php/Ke
turut aspek responsiveness selalu menduduki perawatan/article/view/65.
urutan pertama jumlah keluhan tertinggi). Inti dari Potter, P. A. et al. (2013) Fundamentals of Nursing,
sistem monitoring dan evaluasi menggunakan 8th Edition. 4th edn. Sydney: Elsevier.
pendekatan eksplanatif adalah menjawab RSUD Haji Surabaya (2017) Laporan Kinerja BLUD
pertanyaan “mengapa” suatu hal terjadi Rumah Sakit Umum Haji Surabaya Tahun
(Moerdiyanto, 2018). 2017, RSUD Haji Surabaya. Available at:
http://rsuhaji.jatimprov.go.id/images/downloa
DAFTAR PUSTAKA d/LAP KINERJA BLUD TAHUN 2017.pdf.
Supriyanto, S. and Ernawati (2010) Pemasaran
Damaiyanti, M. (2008) Komunikasi Terapeutik Industri Jasa Kesehatan. Yogyakarta: Andi.
Dalam Praktik Keperawatan. Bandung:
Refika Aditama.
Easter, T., Wowor, M. and Pondaag, L. (2017)
‘Hubungan Pelayanan Keperawatan Dengan
Kepuasan Pasien BPJS Rawat Inap Di Rang
Hana RSU Pancaran Kasih GMIM Manado’,
Jurnal Keperawatan, 5(1), pp. 1–6. Available
at:
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/arti
cle/view/14893/14457.
Eninurkhayatun, B., Suryoputro, A. and Fatmasari,
E. Y. (2017) ‘Analisis Tingkat Kepuasan
Pasien Terhadap Kualitas Pelayanan Rawat
Jalan di Puskesmas Duren dan Puskesmas
Bergas Kabupaten Semarang Tahun 2017’,
Jurnal Kesehatan Masyarakat, 5(4), pp. 33–
42. Available at:
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm.
Khumayrah, U. (2015) Kualitas Pelayanan Rumah
Sakit Umum Daerah Daya (Perawatan
Interna) Makassar, Repository Unhas.
Universitas Hasanuddin Makasar.
Kusmiran, E. (2017) ‘Pelatihan Soft Skills Caring
Meningkatkan Kualitas Pelayanan
Keperawatan dan Kepuasan Pasien di
Rumah Sakit Kota Bandung’, Jurnal
Penelitian dan Pengembangan Pelayanan
Kesehatan, 1(2), pp. 72–81. Available at:
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php
/jpppk/article/view/8098/5486.
Luan, M. G. et al. (2018) ‘Hubungan Kinerja
Perawat dengan Kepuasan Pasien di Ruang
Rawat Inap RS Tk. III 04.06.03 Dr. Soetarto
Yogyakarta’, Jurnal Ilmiah Keperawatan
Indonesia, 1(2), pp. 9–28. Available at:
http://www.jurnal.umt.ac.id/index.php.jik.
Moerdiyanto (2018) Teknik Monitoring Dan Evaluasi
(Monev) Dalam Rangka Memperoleh
Informasi Untuk Pengambilan Keputusan
Manajemen, Anzdoc. Available at:
https://anzdoc.com/teknik-monitoring-dan-
evaluasi-monev-dalam-rangka-
memperoleh.html (Accessed: 20 April 2018).
Mumu, L. J., Kandou, G. D. and Doda, D. V (2015)
‘Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Kepuasan Pasien di Poliklinik
Penyakit Dalam RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou
Manado’, JIKMU, 5(4), pp. 1–8. Available at:

Pengaruh Responsiveness Perawat… 179 Nanda

S-ar putea să vă placă și