Sunteți pe pagina 1din 19

Jurnal Pertanian Tropik E-ISSN No : 2356-4725

Vol.4, No.2. Agustus 2017. (13) : 122- 129

EFISIENSI PENGGUNAAN PUPUK ANORGANIK AKIBAT PENGGUNAAN


PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
TANAMAN JAGUNG (Zea mays L) DI TANAH ULTISOL

Roswita Oesman
Departemen Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, USU,Medan- 20155
Corresponding Author : roswitaoesman@ymail.com

ABSTRACT

Roswita Oesman, 2017. “Inorganic Fertilizer Efficiency to Use Organic Fertilizer on


Maize (Zea mays L) Growth and Production in the Land Ultisol”. The research
effects to obtain inorganic fertilizer use efficiency to the use of organic fertilizer on
the growth and yield of maize (Zea mays L) in Ultisol. This research was conducted
at experimental field, the Laboratory for Research and Technology Faculty of
Agriculture, University of North Sumatra, Medan in August to November 2016. The
design used in this study is a randomized block design factorial using two factors:
organic fertilizers (O) with treatment as follows : O0 = Without organic fertilizers,
O1 = 100% of doses of organic fertilizer, O2 = 75% of doses of organic fertilizer, O3
= 50% of doses of organic fertilizer, O4 = 25% of doses of organic fertilizer.
inorganic fertilizer application (A) with treatment as follows : A0 = Without
inorganic fertilizers, A1 = 100% of doses of inorganic fertilizer recommendations,
A2 = 75% of doses of inorganic fertilizer recommendations, A3 = 50% of doses of
inorganic fertilizer recommendations, A4 = 25% of doses of inorganic fertilizer
recommendations. The variables measured were: plant height, shoot dry weight, root
dry weight, dry seed weight. Results showed that 100% Organic fertilizer can
increase growth and yield of corn were higher in soil ultisol. This is indicated by
their real influence on the growth of plant height ages 8 and 12 WAP, the weight of
dry seed, uptake of N and P, but no significant effect on shoot dry weight, root dry
weight and uptake K. Inorganic fertilizer application of 100% can increase growth
and yield of corn was higher in soil ultisol. This is indicated by their real influence
on the growth of plant height age 8 WAP, root dry weight and the weight of dry seed,
but did not significantly affect plant height age of 12 WAP, shoot dry weight, uptake
of N, P and K. The interaction of the two combination treatments showed significant
effect on the weight of dry seed.

Key Word : Soil Ultisol, Organic Fertilizer, Inorganic Fertilizer

PENDAHULUAN sangat dalam (>2 m), dicirikan oleh


adanya akumulasi liat pada horizon
Ultisol adalah tanah-tanah bawah permukaan tanah yang disebut
berwarna merah kuning sudah horizon argilik. Sehingga mengurangi
mengalami proses hancuran iklim daya resap air dan meningkatkan
lanjut, sehingga merupakan tanah aliran permukaan dan erosi tanah.
yang berpenampang dalam sampai Erosi merupakan salah satu kendala

122
Jurnal Pertanian Tropik E-ISSN No : 2356-4725
Vol.4, No.2. Agustus 2017. (13) : 122- 129

fisik pada tanah ultisol dan sangat indikator berdasarkan sifat tanaman
merugikan karena dapat mengurangi tersebut yang banyak menyerap unsur
kesuburan tanah, dengan tererosinya hara dan dapat menunjukkan respon
bahan organik dan hara (Soil Survey secara visual akibat kekurangan
Staff, 2014). dan/atau keracunan unsur hara.
Tanah Ultisol memiliki sifat- Penelitian ini bertujuan untuk
sifat kimia antara lain kemasaman mendapatkan efisiensi penggunaan
tanah tinggi, pH rata-rata < 4,5 , pupuk anorganik akibat penggunaan
kejenuhan Al tinggi, miskin pupuk organik terhadap pertumbuhan
kandungan hara makro terutama P, K, dan produksi tanaman jagung (Zea
Ca dan Mg, serta kandungan bahan mays L) di tanah Ultisol.
organik rendah. Sehingga pemanfaatan
tanah ini terkendala oleh sifat fisik dan BAHAN DAN METODE
kimia yang dapat menghambat
pertumbuhan tanaman terutama Penelitian dilaksanakan di
tanaman pangan bila tidak dikelola Kebun Percobaan, Laboratorium Riset
dengan baik. Untuk mengatasi kendala dan Teknologi Fakultas Pertanian
tersebut dapat diterapkan teknologi Universitas Sumatera Utara Medan,
pegapuran, pemupukan dan pemberian yang akan dilaksanakan pada bulan
bahan organik (Prasetyo dan Agustus sampai dengan November
Suriadikarta, 2006). 2016. Bahan yang digunakan dalam
Untuk memperbaiki kualitas penelitian ini adalah tanah Ultisol dari
tanah, dapat ditempuh dengan Perkebunan Tambunan-A Langkat,
beberapa cara seperti mengurangi pupuk Urea, pupuk TSP, pupuk KCl,
penggunaan pupuk kimia dan pupuk kandang ayam, benih jagung
menggunakan pupuk organik seperti varietas Pioneer-23, polybag sebagai
pupuk hijau, pupuk kompos ataupun wadah media tanam, insektisida regent
pupuk kandang. Beberapa diantara (pembasmi semut) dan decis
kotoran hewan yang dapat (pembasmi ulat) serta bahan-bahan
dimanfaatkan sebagai pupuk organik kimia yang digunakan untuk keperluan
yaitu kotoran sapi, kotoran kambing analisis di Laboratorium.
dan kotoran ayam (Hartatik dan Alat yang digunakan adalah
Setyorini, 2011). cangkul yang digunakan dalam
Pupuk organik merupakan pengambilan tanah dan penyiapan
pupuk yang berasal dari tumbuhan lahan, timbangan untuk menimbang
mati, kotoran hewan dan/atau bagian tanah, gembor untuk menyiram
hewan dan/atau limbah organik tanaman, ayakan untuk mengayak
lainnya yang telah melalui proses tanah, dan alat-alat laboratorium lain
rekayasa, berbentuk padat atau cair, yang mendukung untuk analisis.
dapat diperkaya dengan bahan mineral Penelitian ini menggunakan
dan/atau mikroba yang bermanfaat Rancangan Acak Kelompok Faktorial
untuk meningkatkan kandungan hara dengan 2 faktor yaitu pupuk organik
dan bahan organik tanah serta (O) dan pupuk anorganik (A) masing-
memperbaiki sifat fisik, kimia dan masing 5 taraf dan 2 ulangan sehingga
biologi tanah (Permentan diperoleh unit percobaan sebanyak 5 x
No.70/Permentan/SR.140/10/2011). 5 x 2 = 50 unit percobaan. Masing-
Pada penelitian ini tanaman masing perlakuan percobaannya
jagung digunakan sebagai tanaman adalah sebagai berikut :

123
Jurnal Pertanian Tropik E-ISSN No : 2356-4725
Vol.4, No.2. Agustus 2017. (13) : 122- 129

Adapun faktor pertama yaitu MST. Pada perlakuan pemberian


pupuk organik (O) dengan perlakuan pupuk anorganik (A) berpengaruh
sebagai berikut:; 0 = Tanpa pupuk sangat nyata terhadap tinggi tanaman
Organik, O1 = 100% dari dosis pada umur 8 MST, tetapi tidak
pupuk organik, O2= 75% dari dosis berpengaruh nyata pada umur 12
pupuk organik, O3 = 50% dari MST. Sedang kombinasi perlakuan
dosis pupuk organik, O4 = 25% pemberian pupuk organik dengan
dari dosis pupuk organik. Dosis pupuk pupuk anorganik tidak berpengaruh
organik dihitung setelah analisis awal nyata terhadap tinggi tanaman pada
tanah. umur 8 dan 12 MST.
Adapun faktor kedua yaitu Dari Tabel 1 dapat dilihat
pupuk anorganik (A) dengan bahwa tinggi tanaman jagung tertinggi
perlakuan sebagai berikut; A0 = adalah pemberian pupuk organik
Tanpa pupuk anorganik, A1 = 100% 100% (O1) yaitu 114,40 cm dan
dari dosis rekomendasi pupuk terendah pada perlakuan tanpa pupuk
anorganik, A2 = 75% dari dosis (O0). Demikian juga dengan
rekomendasi pupuk anorganik, A3 = pemberian pupuk anorganik yang
50% dari dosis rekomendasi pupuk tertinggi pada dosis 50% (A3) yaitu
anorganik, A4 = 25% dari dosis 107,40 cm dan terendah pada
rekomendasi pupuk anorganik, perlakuan tanpa pupuk (A0). Kondisi
Dosis rekomendasi pupuk ini menunjukkan bahwa masing-
anorganik sesuai yang tertera pada masing pupuk memberikan respon
deskripsi varietas tanaman jagung terhadap pertumbuhan tinggi tanaman.
yaitu 300 kg/ha Urea, 100 kg/ha TSP Kombinasi pupuk organik dan
dan 100 kg/ha KCl. anorganik berpengaruh tidak nyata
terhadap tinggi tanaman. Kombinasi
HASIL DAN PEMBAHASAN tertinggi diperoleh pada pupuk organik
100% dan anorganik 50% (O1A3).
Dari hasil sidik ragam tersebut Pada perlakuan pupuk organik 100%
dapat dilihat bahwa perlakuan dan anorganik 50% (O1A3)
pemberian pupuk organik (O) menunjukkan kedua kombinasi pupuk
berpengaruh sangat nyata terhadap tersebut lebih efisien meningkatkan
tinggi tanaman pada umur 8 dan 12 pertumbuhan tinggi tanaman jagung.

Tabel 1. Tinggi Tanaman Jagung (cm) pada Perlakuan Pemberian Pupuk Organik
dan Pupuk Anorganik pada Umur 8 MST
Pupuk Anorganik
Perlakuan A0 A1 A2 A3 A4 Rataan
(tanpa pupuk) (100%) (75%) (50%) (25%)
Pupuk Organik
O0 (tanpa pupuk) 68,00 93,50 84,50 107,50 85,50 87,80 c
O1 (100%) 103,00 115,50 122,00 124,50 107,00 114,40 a
O2 (75%) 89,00 106,50 116,50 90,00 100,50 100,50 b
O3 (50%) 92,00 111,50 98,50 109,50 85,00 99,30 b
O4 (25%) 87,50 110,00 24,52 22,63 18,58 100,60 b
Rataan 87,90 b 107,40 a 104,50 a 107,40 a 95,40 b
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang
sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5%.

124
Jurnal Pertanian Tropik E-ISSN No : 2356-4725
Vol.4, No.2. Agustus 2017. (13) : 122- 129

Tabel 2. Tinggi Tanaman Jagung (cm) pada Perlakuan Pemberian Pupuk Organik
dan Pupuk Anorganik pada Umur 12 MST
Pupuk Anorganik
Perlakuan A0 A1 A2 A3 A4 Rataan
(tanpa pupuk) (100%) (75%) (50%) (25%)
Pupuk Organik
O0 (tanpa pupuk) 103,50 99,00 83,00 129,50 124,50 107,90 b
O1 (100%) 130,00 133,50 120,00 140,50 117,50 128,30 a
O2 (75%) 124,50 120,50 132,00 112,00 126,00 123,00 ab
O3 (50%) 125,50 112,00 124,00 119,00 118,00 119,70 ab
O4 (25%) 101,50 127,50 103,50 115,50 108,00 111,20 b
Rataan 117,00 118,50 112,50 123,30 118,80
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang
sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5%.

Dari Tabel 2 dapat dilihat berpengaruh nyata terhadap bobot


bahwa tinggi tanaman jagung tertinggi kering tajuk jagung.
adalah pemberian pupuk organik Bobot kering tajuk jagung pada
100% (O1) yaitu 128,30 cm dan perlakuan pemberian pupuk organik
terendah pada perlakuan tanpa pupuk dan pupuk anorganik terdapat pada
(O0). Demikian juga dengan Tabel 3.
pemberian pupuk anorganik yang
tertinggi pada dosis 50% (A3) yaitu Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa
123,30 cm dan terendah pada bobot kering tajuk jagung tertinggi
perlakuan 75% (A2). Kombinasi adalah pemberian pupuk organik
pupuk organik dan anorganik 100% (O1) yaitu 28,31 g dan terendah
berpengaruh tidak nyata terhadap pada perlakuan tanpa pupuk (O0).
tinggi tanaman. Kombinasi tertinggi Demikian juga dengan pemberian
diperoleh pada pupuk organik 100% pupuk anorganik yang tertinggi pada
dan anorganik 50% (O1A3). Pada dosis 100% (A1) yaitu 27,84 g dan
perlakuan pupuk organik 100% dan terendah pada perlakuan tanpa pupuk
anorganik 50% (O1A3) menunjukkan (A0). Kombinasi pupuk organik dan
kedua kombinasi pupuk tersebut lebih anorganik berpengaruh tidak nyata
efisien meningkatkan pertumbuhan terhadap bobot kering tajuk.
tinggi tanaman jagung. Kombinasi tertinggi diperoleh pada
pupuk organik 100% dan anorganik
2. Bobot Kering Tajuk (g) 0% (O1A0). Bobot kering tajuk
Pada perlakuan pemberian terendah terdapat pada O0A0.
pupuk anorganik (A) tidak Perlakuan pupuk organik 100% dan
berpengaruh nyata terhadap bobot anorganik 0% (O1A0) menunjukkan
kering tajuk jagung. Sedang kedua kombinasi pupuk tersebut lebih
kombinasi perlakuan pemberian pupuk efisien meningkatkan bobot kering
organik dengan pupuk anorganik tidak tajuk.

123
Jurnal Pertanian Tropik E-ISSN No : 2356-4725
Vol.4, No.2. Agustus 2017. (13) : 122- 129

Tabel 3. Bobot Kering Tajuk Jagung (g) pada Perlakuan Pemberian Pupuk Organik
dan Pupuk Anorganik
Pupuk Anorganik
Perlakuan A0 A1 A2 A3 A4 Rataan
(tanpa pupuk) (100%) (75%) (50%) (25%)
Pupuk Organik
O0 (tanpa pupuk) 9,59 21,77 15,61 25,23 22,77 18,99
O1 (100%) 32,57 29,47 25,29 28,43 25,80 28,31
O2 (75%) 17,77 31,51 25,54 26,02 22,48 24,66
O3 (50%) 17,71 32,04 24,06 21,91 13,99 21,94
O4 (25%) 15,21 24,40 24,52 22,63 18,58 21,07
Rataan 18,57 27,84 23,00 24,84 20,72
Keterangan : Angka-angka yang tidak diikuti huruf pada baris atau kolom yang sama
tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5%.

3. Bobot Kering Akar (g) Dari Tabel 4 dapat dilihat


Dari hasil sidik ragam tersebut bahwa bobot kering akar jagung
dapat dilihat bahwa perlakuan tertinggi adalah pemberian pupuk
pemberian pupuk organik (O) tidak organik 100% (O1) yaitu 11,34 g dan
berpengaruh nyata terhadap bobot terendah pada perlakuan tanpa pupuk
kering akar jagung. Pada perlakuan (O0). Demikian juga dengan
pemberian pupuk anorganik (A) pemberian pupuk anorganik yang
berpengaruh sangat nyata terhadap tertinggi pada dosis 100% (A1) yaitu
bobot kering akar jagung. Sedang 13,23 g yang berbeda nyata dengan
kombinasi perlakuan pemberian pupuk perlakuan lainnya. Pada perlakuan
organik dengan pupuk anorganik tidak tanpa pupuk (A0) diperoleh bobot
berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar terendah. Kombinasi
kering akar jagung. pupuk organik dan anorganik
Bobot kering akar jagung pada berpengaruh tidak nyata terhadap
perlakuan pemberian pupuk organik bobot kering akar. Kombinasi tertinggi
dan pupuk anorganik terdapat pada diperoleh pada pupuk organik 50%
Tabel 4. dan anorganik 100% (O3A1).

Tabel 4. Bobot Kering Akar Jagung (g) pada Perlakuan Pemberian Pupuk Organik
dan Pupuk Anorganik
Pupuk Anorganik
Perlakuan A0 A1 A2 A3 A4 Rataan
(tanpa pupuk) (100%) (75%) (50%) (25%)
Pupuk Organik
O0 (tanpa pupuk) 2,49 7,29 5,63 9,28 9,18 6,77
O1 (100%) 11,67 14,75 10,87 10,40 9,02 11,34
O2 (75%) 7,02 13,48 12,21 9,34 8,08 10,02
O3 (50%) 5,49 18,22 10,76 14,56 4,40 10,68
O4 (25%) 4,42 12,40 9,55 9,12 5,92 8,28
Rataan 6,22 c 13,23 a 9,80 b 10,54 b 7,32 c

123
Jurnal Pertanian Tropik E-ISSN No : 2356-4725
Vol.4, No.2. Agustus 2017. (13) : 122- 129

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang
sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5%.
Bobot kering akar terendah terdapat pada O0A0. Perlakuan pupuk organik 50%
dan anorganik 100% (O3A1) menunjukkan kedua kombinasi pupuk tersebut lebih
efisien meningkatkan bobot kering akar.
Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk organik yang terbaik untuk
parameter bobot pipilan kering adalah 75% (O2) yaitu 15,02 g yang berbeda nyata
dengan perlakuan lainnya, namun tidak berbeda nyata pada perlakuan 50% (O3).
Demikian juga dengan pemberian pupuk anorganik pada dosis 100% (A1) yaitu
15,06 g yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya, namun tidak berbeda nyata
pada perlakuan 50% (A3). Dari kombinasi pupuk organik dan pupuk anorganik (O x
A), rataan tertinggi diperoleh pada kombinasi 50% pupuk organik dengan 100%
pupuk anorganik O3A1 (17,41 g), yang tidak berbeda nyata dengan O2A1 namun
berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Bobot pipilan kering terendah terdapat pada
O0A0. Perlakuan pupuk organik 50% dan anorganik 100% (O3A1) menunjukkan
kedua kombinasi pupuk tersebut lebih efisien meningkatkan bobot pipilan kering.

4. Bobot Pipilan Kering (g)


Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat bahwa perlakuan pemberian
pupuk organik (O) berpengaruh sangat nyata terhadap bobot pipilan kering jagung.
Pada perlakuan pemberian pupuk anorganik (A) berpengaruh sangat nyata terhadap
bobot pipilan kering jagung. Sedang kombinasi perlakuan pemberian pupuk organik
dengan pupuk anorganik berpengaruh nyata terhadap bobot pipilan kering jagung.
Bobot pipilan kering jagung pada perlakuan pemberian pupuk organik dan
pupuk anorganik terdapat pada Tabel 5.

5. Serapan N
Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat bahwa perlakuan pemberian
pupuk organik (O) berpengaruh nyata terhadap serapan N tanaman jagung. Pada
perlakuan pemberian pupuk anorganik (A) tidak berpengaruh nyata terhadap serapan
N tanaman jagung. Sedang kombinasi perlakuan pemberian pupuk organik dengan
pupuk anorganik tidak berpengaruh nyata terhadap serapan N tanaman jagung.
Serapan N tanaman jagung pada perlakuan pemberian pupuk organik dan
pupuk anorganik terdapat pada Tabel 6.

Tabel 5. Bobot Pipilan Kering Jagung (g) pada Perlakuan Pemberian Pupuk Organik dan
Pupuk Anorganik
Pupuk Anorganik
Perlakuan A0 A1 A2 A3 A4 Rataan
(tanpa pupuk) (100%) (75%) (50%) (25%)
Pupuk Organik
O0 (tanpa pupuk) 0,00 i 11,72 f 6,13 h 12,66 e 11,78 f 8,46 c
O1 (100%) 13,03 d 14,50 c 13,64 d 14,11 c 14,69 c 13,99 b
O2 (75%) 11,80 f 17,09 a 14,80 c 16,58 b 14,85 c 15,02 a
O3 (50%) 13,81 d 17,41 a 16,10 b 13,19 d 12,36 e 14,57 ab
O4 (25%) 11,98 f 14,60 b 15,08 c 13,79 d 10,63 g 13,22 b
Rataan 10,12 c 15,06 a 13,15 b 14,06 ab 12,86 b

123
Jurnal Pertanian Tropik E-ISSN No : 2356-4725
Vol.4, No.2. Agustus 2017. (13) : 122- 129

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf pada baris atau kolom yang sama tidak
berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5%.

Tabel 6. Serapan N tanaman Jagung (%) pada Perlakuan Pemberian Pupuk Organik
dan Pupuk Anorganik
Pupuk Anorganik
Perlakuan A0 A1 A2 A3 A4 Rataan
(tanpa pupuk) (100%) (75%) (50%) (25%)
Pupuk Organik
O0 (tanpa pupuk) 0,18 0,51 0,32 0,34 0,32 0,33 b
O1 (100%) 0,47 0,33 0,40 0,40 0,33 0,38 b
O2 (75%) 0,23 0,96 0,94 1,22 0,63 0,79 a
O3 (50%) 0,44 0,49 0,63 0,20 0,25 0,40 b
O4 (25%) 0,33 0,47 0,49 0,67 0,54 0,50 b
Rataan 0,33 0,55 0,55 0,56 0,41
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang
sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5%.

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa serapan P tanaman jagung. Sedang


serapan N tanaman tertinggi adalah kombinasi perlakuan pemberian pupuk
pemberian pupuk organik 75% (O2) organik dengan pupuk anorganik tidak
yaitu 0,79 % yang berbeda nyata berpengaruh nyata terhadap serapan P
dengan perlakuan lainnya, dan tanaman jagung.
terendah pada perlakuan tanpa pupuk Serapan P tanaman jagung pada
(O0). Demikian juga dengan perlakuan pemberian pupuk organik
pemberian pupuk anorganik yang dan pupuk anorganik terdapat pada
tertinggi pada dosis 50% (A3) yaitu Tabel 7.
0,56 % dan terendah pada perlakuan Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa
tanpa pupuk (A0). Kombinasi pupuk serapan P tanaman tertinggi adalah
organik dan anorganik berpengaruh pemberian pupuk organik 75% (O2)
tidak nyata terhadap serapan N yaitu 0,54 %, tidak berbeda nyata
tanaman. Kombinasi tertinggi dengan 50% (O3), dan terendah
diperoleh pada pupuk organik 75% perlakuan tanpa pupuk (O0). Demikian
dan anorganik 50% (O2A3). Serapan N juga dengan pemberian pupuk
tanaman terendah terdapat pada O0A0. anorganik yang tertinggi pada dosis
100% (A1) yaitu 0,53 % dan terendah
6. Serapan P pada perlakuan tanpa pupuk (A0).
Dari hasil sidik ragam tersebut Kombinasi pupuk organik dan
dapat dilihat bahwa perlakuan anorganik berpengaruh tidak nyata
pemberian pupuk organik (O) terhadap serapan P tanaman.
berpengaruh sangat nyata terhadap Kombinasi tertinggi diperoleh pada
serapan P tanaman jagung. Pada pupuk organik 75% dan anorganik
perlakuan pemberian pupuk anorganik 100% (O2A1). Serapan P tanaman
(A) tiddak berpengaruh nyata terhadap terendah terdapat pada O0A0.

124
Jurnal Pertanian Tropik E-ISSN No : 2356-4725
Vol.4, No.2. Agustus 2017. (13) : 122- 129

Tabel 7. Serapan P tanaman Jagung (%) pada Perlakuan Pemberian Pupuk Organik
dan Pupuk Anorganik
Pupuk Anorganik
Perlakuan A0 A1 A2 A3 A4 Rataan
(tanpa pupuk) (100%) (75%) (50%) (25%)
Pupuk Organik
O0 (tanpa pupuk) 0,12 0,29 0,23 0,31 0,28 0,24 c
O1 (100%) 0,39 0,48 0,38 0,51 0,47 0,45 b
O2 (75%) 0,33 0,72 0,47 0,72 0,49 0,54 a
O3 (50%) 0,39 0,68 0,60 0,38 0,34 0,48 ab
O4 (25%) 0,36 0,48 0,50 0,39 0,31 0,41 b
Rataan 0,32 0,53 0,43 0,46 0,38
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang
sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5%.

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa 7. Serapan K


serapan P tanaman tertinggi adalah Dari hasil sidik ragam tersebut
pemberian pupuk organik 75% (O2) dapat dilihat bahwa perlakuan
yaitu 0,54 %, tidak berbeda nyata pemberian pupuk organik (O) tidak
dengan 50% (O3), dan terendah berpengaruh nyata terhadap serapan K
perlakuan tanpa pupuk (O0). Demikian tanaman jagung. Pada perlakuan
juga dengan pemberian pupuk pemberian pupuk anorganik (A) tidak
anorganik yang tertinggi pada dosis berpengaruh nyata terhadap serapan K
100% (A1) yaitu 0,53 % dan terendah tanaman jagung. Sedang kombinasi
pada perlakuan tanpa pupuk (A0). perlakuan pemberian pupuk organik
Kombinasi pupuk organik dan dengan pupuk anorganik tidak
anorganik berpengaruh tidak nyata berpengaruh nyata terhadap serapan K
terhadap serapan P tanaman. tanaman jagung.
Kombinasi tertinggi diperoleh pada Serapan K tanaman jagung pada
pupuk organik 75% dan anorganik perlakuan pemberian pupuk organik
100% (O2A1). Serapan P tanaman dan pupuk anorganik terdapat pada
terendah terdapat pada O0A0. Tabel 8.

Tabel 8. Serapan K tanaman Jagung (%) pada Perlakuan Pemberian Pupuk Organik
dan Pupuk Anorganik
Pupuk Anorganik
Perlakuan A0 A1 A2 A3 A4 Rataan
(tanpa pupuk) (100%) (75%) (50%) (25%)
Pupuk Organik
O0 (tanpa pupuk) 0,08 0,22 0,17 0,16 0,23 0,17
O1 (100%) 0,13 0,22 0,23 0,36 0,27 0,24
O2 (75%) 0,13 0,35 0,16 0,34 0,23 0,24
O3 (50%) 0,15 0,19 0,13 0,18 0,13 0,16
O4 (25%) 0,16 0,21 0,19 0,16 0,15 0,17
Rataan 0,13 0,24 0,18 0,24 0,20

123
Jurnal Pertanian Tropik E-ISSN No : 2356-4725
Vol.4, No.2. Agustus 2017. (13) : 122- 129

Keterangan : Angka-angka yang tidak diikuti huruf pada baris atau kolom yang sama
tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5%.

Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa Agustus 2016, dan tanaman jagung
serapan K tanaman tertinggi adalah mulai berbunga pada tanggal 7
pemberian pupuk organik 100% (O1) Oktober 2016.
yaitu 0,24 %, dan terendah perlakuan
50% (O3). Demikian juga dengan 9. Efisiensi Pemupukan
pemberian pupuk anorganik yang Pemberian pupuk organik dan
tertinggi pada dosis 100% (A1) yaitu pupuk anorganik dapat meningkatkan
0,24 % dan terendah pada perlakuan efisiensi pemupukan N, P dan K.
tanpa pupuk (A0). Kombinasi pupuk Efisiensi pemupukan N tertinggi
organik dan anorganik berpengaruh sebesar 1,221 pada perlakuan pupuk
tidak nyata terhadap serapan P organik 75% dan pupuk anorganik
tanaman. Kombinasi tertinggi 50% (O2A3). Efisiensi pemupukan P
diperoleh pada pupuk organik 100% tertinggi sebesar 0,722 pada perlakuan
dan anorganik 50% (O1A3). Serapan K pupuk organik 75% dan pupuk
tanaman terendah terdapat pada O0A0. anorganik 100% (O2A1). Sedangkan
efisiensi pemupukan K tertinggi
8. Waktu Berbunga sebesar 0,360 pada perlakuan pupuk
Waktu berbunga tanaman organik 100% dan pupuk anorganik
jagung adalah 57 hari setelah tanam. 50% (O1A3).
Jagung di tanam pada tanggal 12
Tabel 9. Pengaruh Aplikasi Pupuk Organik dan Pupuk Anorganik terhadap Efisiensi
Pemupukan N, P dan K
O0 O1 O2 O3 O4
0 100% 75% 50% 25%
Serapan N
A0 0 0,175 0,464 0,224 0,443 0,330
A1 100% 0,510 0,327 0,957 0,486 0,460
A2 75% 0,313 0,398 0,935 0,628 0,488
A3 50% 0,336 0,398 1,221 0,199 0,665
A4 25% 0,319 0,324 0,633 0,249 0,537

Serapan P
A0 0 0,118 0,385 0,322 0,387 0,359
A1 100% 0,282 0,481 0,722 0,682 0,482
A2 75% 0,232 0,380 0,464 0,602 0,493
A3 50% 0,311 0,514 0,715 0,379 0,386
A4 25% 0,279 0,468 0,487 0,335 0,313

Serapan K
A0 0 0,076 0,134 0,131 0,149 0,160
A1 100% 0,218 0,216 0,348 0,187 0,206
A2 75% 0,170 0,226 0,164 0,131 0,185
A3 50% 0,155 0,360 0,342 0,180 0,159
A4 25% 0,226 0,265 0,229 0,133 0,145

123
Jurnal Pertanian Tropik E-ISSN No : 2356-4725
Vol.4, No.2. Agustus 2017. (13) : 122- 129

Pada Tabel 9 menunjukkan Masalah utama tanah ultisol


efisiensi pemupukan N, P dan K adalah memiliki produktivitas yang
sangat rendah (<20%). Efisiensi rendah, karena rendahnya kandungan
pemupukan N tertinggi (1,221), P bahan organik, unsur P yang kurang
(0,722) dan K (0,360). Rendahnya tersedia, tingginya kadar Al-dd dan
efisiensi pemupukan N, P dan K memiliki struktur gumpal, agregat
tanaman, yang antara lain disebabkan berselaput liat dan sebagainya.
oleh rendahnya pH tanah pada Kendala dan permasalahan utama
perlakuan tersebut, dengan pH tanah tersebut dapat membatasi
yang lebih masam (5,24) pertumbuhan dan penetrasi akar
mengakibatkan ion P difiksasi oleh Fe tanaman pada tanah Ultisol
(Fe-P) sehingga P tidak tersedia bagi (Notohadiprawiro, 2006).
tanaman. Maka untuk mencukupi
Penelitian ini bertujuan untuk kebutuhan unsur hara dan bahan
mendapatkan efisiensi penggunaan organik yang dibutuhkan oleh
pupuk anorganik akibat penggunaan tanaman, maka dilakukan pemberian
pupuk organik terhadap pertumbuhan pupuk organik dan pupuk Anorganik.
dan produksi tanaman jagung (Zea Dalam penelitian ini terlihat bahwa
mays L) di tanah Ultisol. Ultisol dengan pemberian pupuk organik dan
adalah tanah dengan horizon argilik pupuk Anorganik dapat meningkatkan
bersifat masam dengan kejenuhan basa pertumbuhan dan produksi tanaman
lebih kecil dari 35 % pada kedalaman pada tanah ultisol. Pusat Penelitian
1,8 m dari permukaan tanah. Tanah ini Bioteknologi, Lembaga Ilmu
berkembang dari bahan induk tua, di Pengetahuan Indonesia (LIPI)
Indonesia banyak ditemukan pada menyatakan bahwa aplikasi pupuk
daerah-daerah dengan bahan induk organik yang dikombinasikan dengan
batuan liat (Hardjowigeno, 1993). pupuk anorganik dapat menghemat
Kendala utama yang dijumpai pada biaya pemupukan dan pengujian
tanah Ultisol disebabkan karena lapang terhadap tanaman pangan
tingkat pelapukan yang relatif cepat (kentang, jagung dan padi). Selain itu
pada daerah-daerah beriklim humid menunjukkan hasil yang
dengan suhu tinggi dan curah hujan menggembirakan karena dapat
tinggi, sehingga Ultisol akan menghemat biaya pupuk dan dapat
mengalami tingkat pencucian basa- meningkatkan produksi khususnya
basa yang intensif. Hal ini didukung untuk dosis 75% pupuk kimia
dari data hasil analisis tanah yang ditambah 25% pupuk organik.
dilakukan di Laboratorium Riset dan
Teknologi Fakultas Pertanian
Universitas Islam Sumatera Utara
yang dapat dilihat pada tabel 10.

123
Jurnal Pertanian Tropik E-ISSN No : 2356-4725
Vol.4, No.2. Agustus 2017. (13) : 122- 129

Tabel 10. Hasil Analisis Tanah


No Unsur yang dianalisis Nilai Kriteria
1. pH H2O 5,24
2. C-organik 1,11%
3. N-Total 0,04%
4. P-tersedia 12,19 ppm
5. K-dd 0,629 me/100 g
6. Na-dd 0,241 me/100 g
7. Ca-dd 1,585 me/100 g
8. Mg-dd 0,427 me/100 g
9. KTK 14 me/100 g
10. Al-dd 1,27 me/100 g

Pada dosis tersebut, produksi untuk tanaman jagung dapat meningkat hingga
10,98% (Goenadi et.al., 1998).

1. Pengaruh Pupuk Organik air yang cukup. Kekurangan air


terhadap Pertumbuhan dan menyebabkan bunga gugur dan
Produksi Tanaman Jagung di pembentukan biji terhambat (Marsono
Tanah Ultisol dan Sigit, 2001).
Pada dosis 100 % pupuk
Dari hasil penelitian ini dapat dilihat organik dapat mendukung
bahwa pemberian pupuk organik pertumbuhan dan produksi tanaman
berpengaruh nyata terhadap tinggi jagung. Namun, pertumbuhan dan
tanaman umur 8 dan 12 MST, bobot produksi tanaman yang rendah karena
pipilan kering, serapan N dan P, tetapi nilai C/N pupuk yang digunakan
tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi (14,83) mengakibatkan banyak
bobot kering tajuk, bobot kering akar unsur-unsur hara yang terdekomposisi
dan serapan K. Hal ini disebabkan dan tidak dapat dimanfaatkan
karena pupuk organik yang digunakan tanaman. Menurut Murbandono
belum matang atau pupuk organik (2000) tingkat dekomposisi bahan
yang masih mengalami proses organik menentukan ketersediaan
dekomposisi. unsur hara yang terdapat dalam pupuk
Hasil analisis pupuk organik tersebut. Kompos kotoran ayam
menunjukkan bahwa kompos kotoran mengandung unsur N, P dan K yang
ayam mengandung pH (H2O) 5.74, C- cukup rendah untuk mendukung
organik 8.60%, N-total 0.58%, C/N pertumbuhan dan produksi jagung.
14.83, P 0.014%, K Unsur N dan P dibutuhkan tanaman
0.027%. Unsur hara dalam pupuk sebagai penyimpanan energi dan
organik dapat meningkatkan transfer ikatan energi, kalium berperan
pertumbuhan dan produksi jagung, dalam translokasi karbohidrat.
terutama pertumbuhan tongkol dan biji Nitrogen merupakan bahan penyusun
jagung. Pemberian pupuk organik juga asam amino, amida, basa bernitrogen
dapat meningkatkan ketersediaan air seperti urine dan protein serta
dalam tanah sehingga dapat nukleoprotein. Posfor merupakan
meningkatkan produksi jagung, karena komponen struktural sejumlah
dalam pembentukan biji dibutuhkan senyawa penting molekul pentransfer

123
Jurnal Pertanian Tropik E-ISSN No : 2356-4725
Vol.4, No.2. Agustus 2017. (13) : 122- 129

energi yaitu ADP dan ATP, NAD, bahan vital berbagai enzim yang
NADPH, dan senyawa sistem merupakan sentral dalam seluruh
informasi genetik DNA dan RNA proses metabolisme tanaman. Unsur P
(Dwidjosaputra, 1990). sangat penting untuk pertumbuhan dan
Kompos kotoran ayam sebagai produksi tanaman. Terhadap
pupuk organik selain dapat pertumbuhan tanaman P dapat
menyumbangkan unsur hara merangsang perkembangan perakaran
(memperbaiki sifat kimia tanah) juga tanaman. Sedangkan pada produksi
dapat memperbaiki sifat fisik dan tanaman P mempertinggi hasil serta
biologi tanah. Secara biologi pupuk bahan kering, memperbesar bobot biji,
organik merupakan makanan bagi memperbaiki kualitas hasil serta
mikroorganisme tanah. Penambahan mempercepat kematangan (Nyakpa et
pupuk organik akan meningkatkan al., 1988). Hal ini sesuai dengan
jumlah mikroorganisme tanah dan penelitian Sondari et al (2014) yang
aktifitasnya juga tinggi. Aktifitas menunjukkan bahwa dengan adanya
mikroorganisme tanah dapat pemberian pupuk organik yang sedikit
memperbaiki sifat fisik tanah yaitu ternyata menimbulkan serapan N dan
kegemburan dan aerasi tanah. Pupuk P yang tinggi dan berbeda nyata
organik merupakan makanan bagi dengan perlakuan lainnya yang
mikroorganisme dalam tanah. menggunakan perbandingan pupuk
Peningkatan pupuk organik dalam paling banyak. Justru dengan
tanah akan meningkatkan aktifitas pemberian pupuk banyak
mikroorganisme sehingga tanah mengakibatkan serapan pupuk
menjadi gembur dan meningkatkan terganggu, sehingga menimbulkan
aerasi tanah. Aerasi yang baik akan perbedaan nyata.
mendukung perkembangan akar dan
penyerapan hara (Marsono dan Sigit, 2. Pengaruh Pupuk Anorganik
2001). terhadap Pertumbuhan dan
Pemberian pupuk organik Produksi Tanaman Jagung di
100% menimbulkan serapan N dan P Tanah Ultisol
yang tinggi dan berbeda nyata. Hal ini
karena ketersediaan unsur hara Dari hasil penelitian pupuk
terutama N dan P dalam tanaman Anorganik berpengaruh nyata
sudah mencukupi untuk pertumbuhan terhadap tinggi tanaman umur 8 MST,
tanaman jagung. Ketersediaan N dan P bobot kering akar dan bobot pipilan
yang memadai sangat dibutuhkan kering, tetapi tidak berpengaruh nyata
karena dalam pertumbuhan tanaman terhadap tinggi tanaman umur 12
terjadi proses-proses pembelahan sel MST, bobot kering tajuk, serapan N, P
dan pemanjangan sel dimana proses- dan K.
proses tersebut memerlukan Pemberian pupuk Anorganik
karbohidrat dalam jumlah besar. 100% merupakan dosis pupuk terbaik
Poerwowidodo (1992) menambahkan yang dapat meningkatkan komponen
bahwa N merupakan bagian pokok hasil tanaman bila dibandingkan
tanaman hidup. N hadir sebagai satuan dengan perlakuan dosis pupuk lainnya.
fundamental dan protein, asam Meningkatnya komponen hasil yang
nukleik, klorofil dan senyawa organik dipengaruhi perlakuan A1
lainnya. Protein merupakan penyusun berhubungan atau ada kaitannya
utama protoplasma. Fungsinya sebagai dengan produksi organ tanaman

123
Jurnal Pertanian Tropik E-ISSN No : 2356-4725
Vol.4, No.2. Agustus 2017. (13) : 122- 129

lainnya pada saat tanaman dan K degnan bobot pipilan kering


memperoleh fotosintesis di jagung. Hal ini sesuai dengan
translokasikan ke bagian yang penelitian Dermiyati et al (2014)
memerlukannya, antara lain bobot dengan pemberian pupuk kimia
kering tajuk, bobot kering akar, bobot (anorganik) cenderung memiliki
pipilan kering. Hal ini sesuai dengan serapan hara N, P dan K serta
pernyataan Salisbury dan Ross (1995), produksi jagung tertinggi, dan juga
bahwa meningkatnya produksi terdapat korelasi antara serapan N,
tanaman tidak terlepas dari pengaruh P dan K dengan produksi jagung
peranan unsur hara N, P dan K (bobot berangkasan tanaman dan
terhadap pertumbuhan. Unsur N bobot pipilan kering).
sangat berperan dalam klorofil, begitu Tingginya penyerapan N
pula P dan K walaupun kedua unsur dalam tanaman, juga menentukan
ini tidak termasuk dalam susunan total energi sinar matahari
klorofil, tentu semua sangat membantu termanfaatkan oleh tanaman. Total
dalam proses fotosintesis yang energi sinar matahari yang
kemudian menghasilkan fotosintat ke termanfaatkan oleh tanaman
berbagai organ tanaman. sangat mempengaruhi
Peningkatan produksi photosynthetic photo flux density
tanaman jagung diperoleh dengan (PPFD). Bila PPFD menurun,
meningkatnya dosis pupuk, karena maka laju pertukaran CO2 (CO2
unsur hara makro dalam berbagai exchange rate CER) menurun.
proses yang terdapat dalam proses Penurunan CER sangat
metabolisme sel dalam tanaman. berpengaruh terhadap laju
Menurut Rosmarkam dan Yuwono pertumbuhan tanaman. Penurunan
(2002) peranan utama unsur makro 30% CER karena penurunan
tidak dapat digantikan dengan radiasi matahari dari 700 menjadi
unsur lain. Hal ini sesuai dengan 325µ mol m/dt, berakibat
Siregar (2012) menyatakan bahwa penurunan luas daun 55% dan
dengan pemberian pupuk penurunan total bahan kering
anorganik 12 g/tanaman tanaman 60% (Raper dan Kramer
menunjukkan pengaruh sangat 1987). Menurut
nyata terhadap pertumbuhan dan Poerwowidodo (1992), P termasuk
produksi kedelai. anasir hara esensial bagi tanaman
Walaupun tidak berpengaruh dengan fungsi sebagai pemindah
nyata serapan N tertinggi pada energi sampai segi gen-gen yang
perlakuan 50% (A3), serapan P dan tidak dapat digantikan dengan hara
K tertinggi pada perlakuan 100% lain. Ketidakcukupan pasokan P
(A1). Serapan P dan K tanaman menjadikan tanaman tidak tumbuh
tertinggi cenderung pada maksimal atau potensi hasilnya
perlakuan yang sama. Serapan N, tidak maksimal atau tidak mampu
P dan K tanaman terendah pada melengkapi proses reproduksi
perlakuan A0. Semakin tinggi normal. Kalium diserap tanaman
serapan N, P dan K tanaman, maka dalam bentuk ion K+,dan dijumpai
akan semakin tinggi pula bobot di dalam tanah dalam jumlah yang
pipilan kering jagung. Hal itu bervariasi. Kalium yang
diduga karena adanya hubungan ditambahkan ke dalam tanah
yang erat antara ketersediaan N, P dalam bentuk garam-garam mudah

124
Jurnal Pertanian Tropik E-ISSN No : 2356-4725
Vol.4, No.2. Agustus 2017. (13) : 122- 129

larut KCL, K2SO4, KNO3,dan K- pH, kadar N-total tanah dan


Mg-SO4. Kalium tidak disintesis populasi cacing tanah sehingga
menjadi senyawa organik oleh produksi jagung juga meningkat.
tumbuhan, sehingga unsur ini tetap Tinggi tanaman pada
sebagai ion dalam tumbuhan. perlakuan kombinasi O1A2 lebih
Kalium berperan sebagai aktifator rendah dari perlakuan kombinasi
dari berbagai enzim yang terlibat O1A3. Hal ini diduga berhubungan
dalam sintesa protein dan pati dengan serapan K tanaman.
(Lakitan, 2005). Peranan hara K dalam translokasi
senyawa-senyawa organik dari
3. Pengaruh Interaksi antara Pupuk daun menuju ke bagian-bagian
Organik dan Pupuk Anorganik tanaman yang lain.
terhadap Pertumbuhan dan Hasil ini didukung oleh
Produksi Jagung di Tanah serapan N tertinggi pada perlakuan
Ultisol O2A3 dan terandah O0A0, serapan P
tertinggi pada perlakuan O2A1 dan
Dari tabel analisis sidik terandah perlakuan O0A0, dan
ragam menunjukkan bahwa kedua serapan K tertinggi pada perlakuan
interaksi berpengaruh nyata O1A3 dan terandah perlakuan O0A0.
terhadap bobot pipilan kering, Lebih tingginya serapan N, P dan K
tetapi tidak berpengaruh nyata tanaman didukung oleh lebih
terhadap tinggi tanaman, bobot tingginya produksi jagung yang
kering tajuk bobot kering akar, ditunjukkan oleh bobot pipilan
serapan N, P dan K tanaman. kering. Keefektifan dan keefisienan
Interaksi pupuk organik dan pemberian pupuk organik dan
pupuk anorganik tidak berpengaruh anorganik dapat dilihat pada
nyata terhadap tinggi tanaman pemberian 75% pupuk organik dan
jagung. Namun secara tunggal, 50% pupuk anorganik (O2A3).
pupuk organik berpengaruh nyata Peranan hara N dalam memacu
(Tabel 2). Tinggi tanaman pada pertumbuhan vegetatif dan sintesa
umur 8 dan 12 MST interaksi asam amino, dan kemudian K
pupuk organik dan anorganik berfungsi antara lain pada
(O1A3) cenderung memiliki tinggi perkembangan akar, pembentukan
tanaman tertinggi dibandingkan karbohidrat dan mempengaruhi
dengan perlakuan kombinasi penyerapan unsur lain. Selanjutnya
lainnya. Lebih tingginya pengaruh P berperan penting dalam
O1A3 menunjukkan bahwa pembelahan sel, perkembangan
perlakuan tersebut mampu akar, pembentukan bunga dan biji,
menciptakan kondisi media tumbuh penyusunan RNA dan DNA dan
yang baik dan lebih baik daripada menyimpan, memindahkan energi
pengaruh perlakuan lainnya. Hal ini (ATP dan ADP) (Leiwakabesy et
sesuai dengan penelitian Yusnaeni al., 2003; Marschner, 1986).
et al., (2004) membuktikan bahwa Perlakuan O3A1, O2A1, O2A3
selama 2 musim tanam pertanaman dan O3A2 menghasilkan bobot
jagung, kombinasi pupuk organik pipilan kering nyata lebih tinggi
dan pupuk anorganik dapat daripada perlakuan lainnya, dan
memperbaiki produktivitas lahan, perlakuan kombinasi O3A1
yaitu perbaikan dalam peningkatan cenderung lebih tinggi daripada

125
Jurnal Pertanian Tropik E-ISSN No : 2356-4725
Vol.4, No.2. Agustus 2017. (13) : 122- 129

perlakuan O2A1, O2A3 dan O3A2. dibutuhkan tanaman yang berada


Hal ini diduga karena pada dalam keadaan cukup, maka hasil
perlakuan pupuk organik terdapat metabolismenya akan membentuk
keseimbangan pupuk yang berasal protein, enzim, hormon dan
dari kombinasi pupuk organik dan karbohidrat, sehingga pembesaran,
pupuk anorganik untuk kebutuhan perpanjangan dan pembelahan sel
produksi jagung. akan berlangsung dengan cepat.
Perlakuan O1A0
menghasilkan bobot kering tajuk
dengan bobot 32,57 g lebih tinggi SIMPULAN DAN SARAN
daripada perlakuan lainnya.
Perlakuan O3A1 menghasilkan Kesimpulan
bobot kering akar dengan bobot Terdapat hubungan antara
18,22 g lebih tinggi daripada serapan N, P dan K dengan produksi
perlakuan lainnya. Walaupun tidak jagung (bobot kering tajuk, bobot
berpengaruh nyata, namun kering akar, bobot pipilan kering).
menunjukkan bahwa baik pupuk Pemberian pupuk anorganik
organik maupun pupuk anorganik menunjukkan bahwa tinggi tanaman,
memberikan pengaruh yang sama bobot kering tajuk, bobot kering akar
baiknya pada berbagai tingkat dosis tertinggi pada perlakuan pupuk
yang diberikan. Pada suatu tingkat organik 100% (O1). Sedangkan bobot
dosis pupuk organik maka semakin pipilan kering, serapan N, P dan
meningkat dosis pupuk anorganik tertinggi pada perlakuan pupuk
semakin baik produksi, begitu pula organik 75% (O2). Pemberian pupuk
pada suatu tingkat dosis pupuk anorganik menunjukkan bahwa tinggi
anorganik maka semakin tanaman dan serapan N tertinggi pada
meningkat dosis pupuk organik perlakuan pupuk anorganik 50% (A3),
semakin baik produksi. Tanaman bobot kering tajuk, bobot kering akar,
jagung memberikan respon yang bobot pipilan kering. Sedangkan
baik terhadap pemberian pupuk serapan P dan K tertinggi pada
anorganik dan pupuk organik perlakuan pupuk anorganik 100%
dengan dosis yang tinggi. (A1).
Pemberian pupuk anorganik Pemberian kombinasi pupuk
disertai pemberian pupuk organik organik 50% + anorganik 100%,
akan saling mendukung. Pemberian menghasilkan bobot pipilan kering
pupuk organik dapat meningkatkan yang tinggi.
kesuburan tanah, memperbaiki
kerusakan tanah akibat bahan kimia Saran
yang ditimbulkan oleh insektisida Diharapkan adanya penelitian
dan pupuk pabrikan dan lanjutan pada tanaman dan jenis tanah
meningkatkan kuantitas dan yang lain agar diperoleh dosis pupuk
kualitas produksi tanaman, organik dan pupuk anorganik yang
sedangkan pemberian pupuk optimal untuk produksi tanaman
anorganik berperan untuk tersebut.
pertumbuhan akar, buah dan biji.
Hal ini sesuai dengan Dartius
(1990) dalam Rambe (2014) bahwa
ketersediaan unsur-unsur yang

126
Jurnal Pertanian Tropik E-ISSN No : 2356-4725
Vol.4, No.2. Agustus 2017. (13) : 122- 129

Darmijati, S. 1987. Tanggap Empat


DAFTAR PUSTAKA Varietas Kacang Tanah
Terhadap Pemberian Bahan
Abdurrachman, A., I. Juarsah, dan U. Organik. PP Sukarami 10: 17-
Kurnia. 1999. Pengaruh 21
Penggunaan Berbagai Jenis Dermiyati., J. Lumbanraja., A.
dan Takaran Pupuk Kandang Niswati., S. Triyono dan M.
Terhadap Produktivitas Tanah Deviana. 2014. Pengaruh
Ultisols Terdegradasi di Desa Pemberian Kombinasi Pupuk
Batin, Jambi. Pros. Seminar Organonitrofos dan Pupuk
Nasional Sumber Daya Tanah, Kimia Terhadap Serapan Hara
Iklim dan Pupuk. Bogor. Buku dan Produksi Tanaman Jagung
II. Puslittanak. (Zea mays L.) Musim Tanam
Adimihardja, A., I. Juarsah dan U. Kedua di Tanah Ultisol
Kurnia. 2000. Pengaruh GedungMeneng. Prosiding
Penggunaan Berbagai Jenis Seminar Nasional Pertanian
dan Takaran Pupuk Kandang Organik. Bogor.
Terhadap Produktivitas Tanah Dwidjosaputra, D. 1990. Pengantar
Ultisol Terdegradasi di Desa Fisiologi Tumbuhan.
dan Agroklimat, Bogor. Gramedia, Jakarta.
Anonim. 2001. Pupuk Organik. Pusat Hanafiah, dkk. 2009. Biologi dan
Penelitian Bioteknologi LIPI. Ekologi Tanah. Fakultas
http://www.biotek.lipi.go.id/in Pertanian Universitas Sumatera
dex.php/publication/berita/umu Utara.
m. Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi
Baligar V.C. and N.K. Fageria. 2005. Tanah dan Pedogenesis.
Enhancing Nitrogen Use Penerbit Akademik Persindo,
Efficiency inCrop Plants. Jakarta
Advances in Agronomy 88: Hartatik, W., D. Setyorini, L. R.
97-185. Widowati dan S. Widati. 2005.
Budiman, Haryanto. 2012. Sukses Laporan Akhir Penelitin
Bertanam Jagung Komoditas Teknologi Pengelolaan Hara
Pertanian yang Menjanjikan. Pada Budidaya Pertanian
Pustaka Baru Press, Organik. Laporan Bagian
Yogyakarta. Proyek Penelitian Sumberdaya
Burbey, D. Alamsyah, A. Sahu dan Z. Tanah dan Proyek Pengkajian
Zaini. 1998. Tanggap Teknologi Pertanian
Tanaman Kedelai Terhadap Persentatif
Pemberian Fosfor dan Pupuk Kristanto, A. 2008. Teknologi
Kandang Pada Berbagai Pascapanen Untuk
Takaran Kapur. PP Sukarami Peningkatan Mutu Jagung. PT.
13:30-35. Bisi Pare- Kediri
Damanik, M. M. B., B. E. Hasibuan, Lakitan, B. 2005. Fisiologi
Fauzi, Sarifuddin dan H. Pertumbuhan dan
Hanum. 2011. Kesuburan Perkembangan Tanaman. Raja
Tanah dan Pemupukan . USU Grafindo Perkasa, Jakarta.
Press, Medan

127
Jurnal Pertanian Tropik E-ISSN No : 2356-4725
Vol.4, No.2. Agustus 2017. (13) : 122- 129

Leiwakabessy, F. M., U. M. Wahjudin 1981/1984%20penge.pdf.


dan Suwarno. 2003. Diakses tanggal 2 Mei 2016
Kesuburan Tanah. Jurusan Nuryamsi, D., O. Sopandi, D. Erfandi,
Tanah. Fakultas Pertanian Sholeh dan P. G. Widjaja.
Institut Pertanian Bogor. 1995. Penggunaan Bahan
Bogor. Organik, Pupuk P dan K Untuk
Matarirano, L. 1994. Liquid Manure Is Meningkatkan Produktivitas
Good Fertilizer. Developing Tanah Podsolik. Risalah
Countries Farm. Radio Seminar Hasil Penelitian
Network. Oktober 1994. Paket Tanah dan Agroklimat. Pusat
34, Naskah 3 Penelitian Tanah Agroklimat,
Mayadewi dan Ari. 2007. Pengaruh Bogor
Jenis Pupuk Kandang dan Nyakpa, M.Y., A.M. Lubis, M.A.
Jarak Tanam Terhadap Pulung, A.G. Amrah, A.
Pertumbuhan Gulma Hasil Munawar, Go Ban Hong dan
Jagung Manis. Agritrop, 26 N. Hakim. 1988. Kesuburan
(4): 153-159 ISN: 0215 8620 Tanah. Universitas Lampung
Marschner, H. 1986. Mineral Press. Bandar Lampung.
Nutrition of Higher Plants. Poerwowidodo. 1992. Telaah
Academic Press Harcourt Kesuburan Tanah. Angkasa.
brace Jovanovich, Publishers, Bandung.
London Orlando San Diego, Prasetyo, B. H dan D. A. Suriadikarta.
New York Austin Boston, 2006. Krakteristik, Potensi dan
Sydney, Tokyo, Toronto. 674 Teknologi Pengelolaan Tanah
pp. Ultisol Untuk Pengembangan
Murni, A. M., Y. Barus, Kiswanto, Pertanian Lahan Kering di
Slameto, D. Suherlan, A. Indonesia. Balai Penelitian
Sopandi dan Sunaryo. 2007. Tanah, Bogor
Agronomic Survey For Maize Sanchez, Pedro. A. 1993. Sifat dan
In Lampung. Presentation at Pengelolaan Tanah Tropika,
Workshop On Site Spesific Terjemahan Amir Hamzah.
Nutrient Management For Penerbit ITB. Bandung.
Maize. Bandar Lampung. Setyamidjaja, D. 1986. Pupuk dan
Nasution, A. M. 1987. Pengaruh Pemupukan. Penerbit CV.
Pemberian Bermacam-Macam SIMPLEX. Jakarta.
Pupuk Kandang Terhadap Siregar, A. E. 2012. Pengaruh Dosis
Ketersediaan Fosfat dan dan Waktu Pemberian Pupuk
Pertumbuhan Tanaman Anorganik Terhadap
Jagung pada Tanah Masam. Pertumbuhan dan Produksi
Tesis. Fakultas Pertanian. Kedelai (Glycine max L.
Universitas Sumatera Utara, Merril). Agriland, Jurnal Ilmu
Medan. Pertanian Universitas Islam
Notohadiprawiro. 2006. Pengelolaan Sumatera Utara. 2(2), 90-97.
Kesuburan tanah dan Soil Survey Staff. 2014. Keys to Soil
Peningkatan Efisiensi Taxonomy, 12th edition. United
Pemupukan. States Department of
http://soil.faperta.ugm.ac.id/tj/ Agriculture Natural Resources
Conversation Service.

128
Jurnal Pertanian Tropik E-ISSN No : 2356-4725
Vol.4, No.2. Agustus 2017. (13) : 122- 129

Sondari, N., A. Komariah., 23 No 2, Oktober 2005 : 176-


Noertjahyani dan D. 190
Andriawan T. 2014.
Karakteristik Pertumbuhan, Suriadikarta, D. A., T. Prihartini., D.
Serapan N dan P Tanaman, Setyorini dan W. Hartatik.
Kandungan Timbal pada Biji 2002. Teknologi Pengelolaan
serta Hasil Kacang Tanah Bahan Organik Tanah.
Akibat Kombinasi Teknologi Pengelolaan Lahan
Perbandingan Volume Tanah Kering Menuju Pertanian
dengan Jenis Pupuk Organik Produktif dan ramah
Padat. Prosiding Seminar dan Lingkungan. Pusat Penelitian
Lokakarya FKPTPI dan Pengembangan Tanah dan
:”Mengembalikan Patriotisme Agroklimat. BPTP, Bogor.
Pertanian”. Fakultas Pertanian Hlm : 185-186.
Universitas Andalas, Sumatera Tan, K. H. 1993. Environmental of
Barat. Soil Science. Meal Dekka, Inc,
Stevenson, F. J. 1982. Humus New York
Chemistry Genesis, Widodo. 2008. Pupuk Organik dan
Composition, Reaction. Khon Pupuk Hayati. Jawa Barat:
Willey and Sons. New York Balai Besar Penelitian dan
Suastika, I. W., M. T. Sutiadi dan A. Pengembangan Sumberdaya
Kasno. 2005. Pengaruh Pupuk Lahan Pertanian
Kandang dan Fosfat Alam Widowati, L. R., Sri Widati, U.
Terhadap Produktifitas Jaenuddin dan W. Hartatik.
Jagung. Pusat Penelitian dan 2005. Pengaruh Kompos
Pengembangan Tanah dan Pupuk Organik Yang
Agroklimat, Bogor Diperkaya Dengan Bahan
Subandi, I. G. Ismail dan Hermanto. Mineral dan Pupuk Hayati
1998. Jagung, Teknologi terhadap Sifat Tanah. Laporan
Produksi dan Pascapanen. Proyek Penelitian Program
Penelitian P.57 Pengembangan Agribisnis,
Subagyo, H, S. Nata dan A. B. Balai Penelitian Tanah, TA
Siswanto. 2000. Tanah-Tanah 2005
Pertanian di Indonesia dalam Yurnaldi. 2006. Revolusi Pertanian
Sumberdaya Lahan Indonesia Hijau di Sumbar. Kompas, 13
dan Pengelolaannya. Pusat Februari 2006
Penelitian Tanah dan Yusnaeni, S., M.A.S. Arif, J.
Agroklimat, Badan Penelitian Lumbanraja, S.G. Nugroho dan
dan Pengembangan Pertanian, M. Nonaka. 2004. Pengaruh
Departemen Pertanian. Bogor. Jangka Panjang Pemberian
Sukiyono, K. 2005. Faktor Penentu Pupuk Organik dan Inorganik
Tingkat Efisiensi Teknik serta Kombinasinya terhadap
Usahatani Cabai Merah di Perbaikan Tanah Masam
Kecamatan Selupu Rejang, Taman Bogo. J. Tanah Trop,
Kabupaten Rejang Lebong. 18:155-162
Jurnal Agro Economy. Volume

129
Jurnal Pertanian Tropik E-ISSN No : 2356-4725
Vol.4, No.2. Agustus 2017. (13) : 122- 129

123

S-ar putea să vă placă și