Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
9 September 2016
SANSPRO Advanced Course
Advanced Building Design
Course content:
1. Substructure Design
1. Soldier Pile
2. Diaphragm Wall Design
3. Pile Foundation Capacity Design
4. Group Pile Design
5. Raft Foundation Design
6. Pile Raft Design
2. Upperstructure Design
1. Trial Mix
2. Slump
3. Fly Ash
4. Water Content Ratio
5. Cement Content
6. Curing
7. Mass Concrete
Soldier Pile, Pile or DWall can be used to resist a lateral soil pressure in a cut slope.
Embedded length of soldier pile usually = 0.7 to 2.0 H of excavation
Size of Soldier Pile = 30 to 100 cm, Size of DWALL = 60 to 80 cm
If larger soldier pile needed, usually ground anchor or soil nailing will be used to reduce the size.
If Soldier Pile attached to each other, it is called Contiguous Pile, while if a bentonite pile inserted
between two bored pile, it is called Secant Pile.
Enter Soil Layer, Soil Properties, Soldier Pile Data, Surface Load Data:
Soil layer can be entered using user defined params or predefined params
For Dwall: Enter B = thickness, Spc = Length of 1 dwall segment
Ground anchor can be entered more than one level
Soil at cut level will give lateral force to soldier pile or DWALL
Soil at embedded length of soldier pile will be modeled as lateral soil spring
Calculation of Soil Spring Stiffness Ksh, Ksv
ksh :
ksv:
Predefined Standard Soil Properties:
Soldier Pile didisain sebagai kolom bulat, sedangkan DWALL didisain sebagai kolom persegi
uniaxial. Selimut beton diambil 75mm.
Beban Tekanan Tanah Lateral untuk Jenis Tanah Standard sesuai ASCE-7
1.3. Pile Foundation Capacity Design
If tie beam not modeled, give typical tie beam size and beam span.
Pile Configuration:
1.4. Group Pile Design
If several columns will be combined into one big pilecap, we must alter the support gorup id as
follows:
Program SANSPRO dapat memodelkan Pondasi Raft pada model yang sama dengan mudah. Yang
diperlukan adalah :
Tebal raft ditentukan dari kapasitas geser pons yang diperlukan akibat gaya aksial tekan
kolom pada raft pada keadaan tekanan uplift maksimum. Dalam perhitungan ini, selimut beton
raft diambil minimal 7.5cm.
Tebal raft juga ditentukan oleh kerapatan tulangan lentur dari preliminary design (terlampir)
Tebal Raft berkisar antara 1.0 s/d 3.0m.
Mutu beton diusahakan <= fc35 agar kenaikan suhu tidak terlalu besar karena mass concrete.
Memasukkan Elemen Shell
Elemen shell dapat dimasukkan satu persatu, berlawanan arah jarum jam, atau dengan mengcopy
dari elemen slab region di suatu lantai tertentu sbb:
Enter Elset for Shell, and Click Copy as Shell Element to Floor No. 0
Shell Element untuk Raft akan digenerate di level 0 sesuai dengan pola pelat lantai di lantai 1.
Shell Element di Level 0 = Raft
Untuk effective stiffness raft karena cukup tebal maka digunakan effective stiffness dari balok yaitu
0.35 dari Ig (inersia gross).
Dari Analisis akan diperoleh: Kontur Settlement, Kontur Mxx, Kontur Myy, Kontur MXY
Program SANSPRO juga dapat memberikan penulangan langsung, namun nilai moment yang
digunakan adalah Mmax dari satu elemen. Kalau pembagian elemen kurang halus maka penulangan
yang terjadi akan cukup boros dan tidak dapat dibedakan antara tulangan positive maupun negatif.
Preliminary Raft Design
Menentukan ksd
(Ksd juga dapat diperoleh dari analisis geoteknik yang lebih akurat)
Selanjutnya dapat dilakukan Export - Analisis untuk mendapatkan gaya-gaya pada raft.
Kontur Settlement YY:
Nilai settlement ini akan sedikit berbeda dari hasil analisis settlement dengan menggunakan
program Plaxis 3D dimana tanah dimodelkan sampai beberapa lapis tanah dibawah raft, bukan
hanya dimodelkan secara sederhana dengan spring terdistribusi.
Kontur Mxx terlihat cukup kasar (ada grafik yang patah), karena mesh yang digunakan sangat kasar
(1 elemen shell per slab region).
Kontur Momen arah Myy:
Kontur Myy terlihat cukup kasar (ada grafik yang patah), karena mesh yang digunakan sangat kasar
(1 elemen shell per slab region).
Kontur Mxy terlihat cukup kasar (ada grafik yang patah), karena mesh yang digunakan sangat kasar
(1 elemen shell per slab region).
Pemodelan untuk Pile Raft adalah sama dengan Pemodelan Raft, kecuali ada tambahan spring linear
(kg/cm) untuk setiap pile yang dimodelkan.
1. ks1 = P1/delta, P1 = daya dukung ijin tiang, delta = settlement maksimum = 2.5 – 30 cm
2. ks1 diambil dari hasil loading test aksial tekan 1 tiang
2. Upperstructure Design
Perhitungan pada Form Earthquake Load adalah sama dengan perhitungan manual asalkan
digunakan interpolasi yang sesuai untuk nilai yang tidak ada pada tabel.
2.3. Floor Slab Design
Laporan perencanaan tulangan pelat untuk lantai tersebut akan diberikan pada file
SLABDSG.TXT
SANSPRO for Windows V.5.00
Concrete Slab Design Report
Date 22 May 2010, 1 Jan 2015
(C) Nathan Madutujuh, ESRC
PROJECT DATA:
Project : Sample 10 Stories Building
Location : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Tahan Gempa
Building : Prof. Iswandi Imran
File : D:\ESRC-TRAINING\TRAININGADV\B10-50-SW-NOSLBW.MDL
Date : 10\09\2016
Licensee : Ir. Nathan Madutujuh, M.Sc, Bandung
Minimum Thickness (2-way slab with edge beams, no drop panel, U-39 = Ln/34 = 17.65 cm
Maximum Deflection due to Live Load = Ln/360 = 22.22 mm
Maximum Deflection due to Total Load = Ln/480 = 16.67 mm
Short=d13-275 /[/,Long=d13-225/250 //
Pelat No. 2:
Minimum Thickness (2-way slab with edge beams, no drop panel, U-39 = Ln/34 = 17.65 cm
Maximum Deflection due to Live Load = Ln/360 = 22.22 mm
Maximum Deflection due to Total Load = Ln/480 = 16.67 mm
Short=d13-275 /[/,Long=d13-225/250 //
2.4. Shearwall Design
All shearwall segment at same wall must be given same unique Design Group Id.
Result from Shearwall design can be displayed as tabular format or as visual rebar detail.
Pemodelan Flat Slab adalah sama dengan pemodelan raft, hanya pada flat slab tidak ada spring
terdistribusi, dan flat slab perlu dicheck juga terhadap pons.
Penulangan flat slab juga dibagi menjadi jalur kolom dan jalur tengah.
Bila pada flat slab terdapat void dengan luas >= 50% maka flat slab perlu dimodelkan sebagai semi
rigid slab.
2.6. Concrete Capacity Design
Dalam pemodelan Dual System, dipersyaratkan agar frame dapat memikul minimal 25% gaya
gempa setelah shearwall mengalami failure. Untuk mendapatkan hal tsb dilakukan prosedur sbb:
Horizontal Irregularities:
Re-entrant Corner:
Solutions for Re-entrant Corner:
4. Diskontinuitas Arah Bidang dalam Ketidakberaturan Elemen Penahan Gaya Lateral Vertikal
- Jika ada pergeseran pada arah bidang elemen penahan gaya lateral yang lebih besar dari
panjang elemen tersebut (Kolom yang bergeser > ukuran kolom, shearwall yang tidak
menumpu ke shearewall dibawahnya)
- Balok, Kolom dan shearwall pemikul harus direncanakan dengan menambahkan faktor W
- Jika terdapat reduksi kekakuan elemen penahan di tingkat dibawahnya
- Gaya untuk Disain sambungan antara diafragma dan disain elemen kolektor harus dikalikan
1.25 untuk D,E,F
- Kategori Disain Seismik : B,C,D,E,F
Gaya gempa timbul akibat percepatan gempa pada massa bangunan, terutama pada massa di pelat
lantai yang mencakup sebagian besar massa bangunan.Gaya lateral pada pelat lantai tersebut akan
mengalir menuju elemen penahan beban lateral yaitu kolom, bracing dan shearwall melalui elemen
collector dan elemen chord.
Dengan demikian pelat lantai yang berfungsi sebagai diafragma pembagi beban perlu didisain agar
memiliki kekakuan dan kapasitas yang cukup untuk menahan gaya yang terjadi pada diafragma.
Untuk bangunan dengan horizontal/vertical irregularities, gaya lateral gempa yang didapat perlu
diperbesar 1.25x sebelum merencanakan tulangan collector dan diafragma.
Gaya pada diafragma ini diberikan sebagai beban lateral merata pada pelat tepi atau balok tepi.
Dengan pelat lantai dimodelkan sebagai semi-rigid maka pelat akan berdeformasi pada bidangnya
dan akan terjadi kontur tegangan Sxx dan Syy.
Lokasi tegangan tarik dan tekan maksimum ini akan digunakan untuk disain chord dan pemeriksaan
kapasitas tekan pelat dikombiansikan dengan momen lentur akibat beban pelat.
Shearwall yang kaku dimodelkan sebagai tumpuan lateral, sedangkan kolom dimodelkan sebagai
spring lateral dengan ks = 12EI/L^3.
Kontur Sxx: Gempa Arah Z, Load Comb = 6..9
Dari kontur tegangan ini dapat diperoleh lokasi elemen kolektor dan penulangan chord // X.
Dari kontur tegangan ini dapat diperoleh lokasi elemen kolektor dan penulangan chord // Y.
3. Steel Connection Design
1. Data steel connection : Diameter baut Db, Tp gusset plate, Tweld, Fub, Fyb, Fuw, Fyw, dsb
dimasukkan pada tabel Design Properties
2. Data jenis sambungan dimasukkan pada elemen balok dan kolom, untuk kedua ujungnya
1. Jumlah baut
2. Panjang las
3. Tebal dan ukuran gusset plate (pelat buhul/end plate)
Jenis Baut
Mutu Baut
Zoom to display:
Output: End plate size, thickness, bolt at 1 flange, total bolt at web
4. Prestressed Beam Design
SANSPRO dapat melakukan disain prestress dengan dua cara, cara sederhana dan dengan metode
beban ekivalen.
1. Cara Sederhana
1. Modelkan struktur seperti biasa dengan preliminary size H = L/24 s/d L/20 untuk balok
prestress, B = 0.5H to 0.6H
2. Gunakan Preliminary Prestressed Girder Design untuk mencari jumlah dan ukuran Tendon
dan tulangan sekunder pada kasus M+ dan M-
3. Generate Table M,V dari balok prestress
4. Kirimkan Table M,V ke VSL untuk disain tendon dan bandingkan hasilnya dengan
Preliminary Design
Or, alternatively:
Balok Prestress didisain terlebih dahulu untuk mendapatkan gaya prestress yang diperlukan.
Biasanya dari ukuran balok yang ada, bentang dan beban DL+LL, mutu
beton, dapat dihitung besarnya gaya prestress yang diperlukan.
Tulangan prestress hanya ditujukan pada beban tetap saja (DL+LL), sedangkan beban
gempa akan dipikul oleh tulangan biasa. Dari persyaratan ACI, tulangan biasa ini juga harus
sanggup memikul DL+0.5LL bila tulangan prestress putus.
Beban ekivalen akibat prestress biasanya disimpan pada load case 5.
Beban ekivalen dapat dihitung atau diperoleh dari VSL/Fresynett dan dimasukkan
ke balok sebagai beban balok biasa, cuma biasanya dengan arah ke bawah di
tumpuan dan ke atas di lapangan. Tipe beban dapat berupa qy (tipe 5) atau tipe
khusus prestress (tipe 16,17,18).
Untuk penggunaannya dapat dilihat pada lampiran PCI Handbook.
Bila model lantai fleksibel (bukan rigid floor), gaya aksial balok akibat gaya
prestress perlu dimasukkan pada kedua ujung balok.
2.2 Dengan memasukkan Pe dan eksentrisitas
Beban ekivalen diatas dapat pula dimasukkan dengan cara memasukkan besar P dan lokasi
eksentrisitasnya pada data DESIGN dan Checkbox Generate Equivalent Load di checked.
Pada kedua ujung balok ditambahkan beban titik untuk mengkompensasikan beban geser
yang hilang.
Bila model lantai fleksibel (bukan rigid floor), gaya aksial balok akibat gaya prestress perlu
dimasukkan pada kedua ujung balok.
Setelah beban ekivalen dimodelkan, model di analisis dan disain seperti biasa.
Tulangan yang didapat adalah tulangan sekunder atau tulangan tambahan biasa yang
diperlukan. Tulangan ini harus dicheck agar cukup kuat menahan DL+0.5LL bila gaya
prestress dihilangkan.
Perencanaan Tulangan sekunder ini dapat dilakukan dengan Disain Beton Biasa maupun
Disain Kapasitas.
Dalam perencanaan pondasi, beban ekivalen prestress tidak boleh dimasukkan, karena akan
mengurangi beban total pondasi.
5. Concrete Quality Control
Kuat tekan untuk trial mix adalah tidak sama dengan kuat tekan rencana, dan perlu dirancang lebih
besar agar dapat dipastikan bahwa kuat tekan aktual nantinya akan sama atau melebihi kuat tekan
minimum.
ACI-318 dan SNI-2847 memberikan cara sistematis untuk menentukan kuat tekan trial mix sbb:
fc,trial = maksimum dari (fc' + 1.34 s) dan (fc' + 2.33 s – 3.5) (Mpa)
Persyaratan tambahan:
1. Trial mix perlu dibuat untuk minimal 3 macam rasio water/cement untuk dibuatkan kurva
w/c terhadap fc' untuk dipilih oleh perencana
2. Toleransi Slump untuk trial mix adalah +/- 20mm dari slump rencana
3. Toleransi kandungan udara adalah +/- 0.5% dari kandungan udara maksimum rencana
5.2. Slump
-----------------------------------------------
Item Slump (mm)
-----------------------------------------------
Balok, Kolom, Wall 120 +/- 10 mm
Perkerasan dan Pelat 100 +/- 10 mm
Bored Pile 160 +/- 10 mm
DPT 140 +/- 10 mm
-----------------------------------------------
Balok, Kolom, Wall Slump
-----------------------------------------------
Storey 1-5 120 +/- 10 mm
Storey 5-10 140 +/- 10 mm
Storey 11-15 160 +/- 10 mm
Storey > 15 Flow Concrete (FC) or SCC
-----------------------------------------------
Slump beton makin tinggi: Biaya makin mahal tapi pekerjaan pengecoran lebih
mudah slump beton dapat ditingkatkan namun tidak boleh melanggar persyaratan
faktor air semen. Bila faktor air semen sudah tinggi, slump beton dapat
ditingkatkan dengan tambahan aditif.
Untuk beton mutu tinggi, suhu awal maksimum adalah 28-30 oC.
Untuk Mass Concrete diusahakan menggunakan slump 12cm, mutu < fc40 dan Fly
Ash 15-25 pct agar kenaikan suhu tidak terlalu besar. Kadar semen juga
diusahakan < 350 kg/m3.
Fly Ash untuk Struktur Beton dapat diberikan sebagai pengganti sebagian semen dengan
persyaratan sbb:
Fly Ash dapat meningkatkan mutu beton bila digunakan sebagai tambahan dengan kadar
semen yang sama
Fly Ash dapat digunakan menggantikan sebagian semen dengan mutu yang sama
Fly Ash akan memperlambat tercapainya kekuatan beton sekitar 7 hari
Kadar Fly Ash yang diijinkan adalah 10%-15%
Fly Ash akan memperlambat / mengurangi kenaikan suhu beton sehingga baik untuk
mass concrete. Pada mass concrete, dapat digunakan kadar Fly Ash sampai 20-25%
Harga Fly Ash lebih murah dari semen, sehingga dapat memberikan beton bermutu sama
dengan harga yang lebih ekonomis
5.4. Water Content Ratio (W/C = FAS)
SNI-T-15-1990-03:11, Tabel 5
-------------------------------------------------------------------------
No. Kondisi Lingkungan Korosif Jumlah semen min FAS (Max)
-------------------------------------------------------------------------
1 Dalam Ruangan No 275 0.6
Korosif 325 0.52
2 Luar Ruangan Tidak Terlindung 325 0.6
Terlindung 275 0.6
3 Dalam Tanah Basah/Kering 325 0.55
Air tanah sulfat 300 0.5
4 Dalam Air Tawar 300 0.5
-------------------------------------------------------------------------
5 Dalam Air Payau Type II, Type V 330 0.5
6 Dalam Air Laut Type II, Type V 370 0.45
-------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------
Mutu Beton Semen (Kg) Pasir (m3) Split (m3)
---------------------------------------------------------------
K-200 340 0.60 0.90
K-300 360 0.64 0.96
K-400 400 0.70 1.05
K-500 440 0.78 1.17
K-600 480 0.84 1.26
K-800 520 0.90 1.35
K-1000 560 1.00 1.50
---------------------------------------------------------------
5.6. Curing
Proses Curing sangat menentukan mutu beton yang akan tercapai. Proses curing yang kurang baik
akan menyebabkan beton menjadi keropos dan retak pada permukaan.
Setelah beton mengalami setting, maka beton dapat dicuring dengan memberikan curing compound,
terpal plastik, dan selama proses curing, beton dijaga agar tetap lembab dengan menyemprotkan air
atau menempelkan karung basah.
5.7. Mass Concrete
Beton dengan Tebal >= 76cm atau 90cm dapat digolongkan sebagai Mass Concrete.
Pada saat beton mengeras, terjadi proses kimia yang mengakibatkan panas yang tinggi di tengah
beton. Pada kasus Mass Concrete, dimana beton cukup tebal, panas ini tidak dapat dengan cepat
dialirkan keluar, sehingga ada perbedaan suhu antara bagian dalam beton dan sisi luar beton. Bila
perbedaan suhu > 19 oC (tergantung mutu beton) maka dapat terjadi retakan pada permukaan, dan
bila perbedaan suhu cukup besar maka retakan dapat terjadi cukup dalam dan membuat beton
kehilangan kapasitas lenturnya.
Kenaikan suhu beton ini akan mencapai puncaknya pada 48 jam setelah pengecoran dan konstan
selama 7 hari dan berkurang sampai mendekati suhu keliling setelah 14 hari. Besarnya suhu
maksimum yang terjadi ditentukan oleh : Suhu awal, kadar semen (> 356 kg/m3), Kadar fly ash,
dan suhu keliling.
Yang harus dikontrol dalam mass concrete ini adalah: Suhu maksimum dan Perbedaan suhu dengan
permukaan.
Untuk kadar semen Type III > 356 kg/m3 atau 335 kg/m3 :
Temp max <= 57 degC atau 71 degC (PCA)
Temp Diff max <= 19 DegC (1000 psi) to 38 degC (4000 psi)
Kenaikan suhu : dF = 0.14*cement (lb/yd^3) in Fahreinheit
Penggunaan Fly Ash sebagai pengganti semen akan mengurangi kenaikan suhu dengan faktor
koreksi 0.5-0.8.
Lama pengecoran
ACI 301:
Suhu beton pada saat pengecoran : > 2 oC, <= 21 oC
Contoh Perhitungan:
1. Bila beton dicor pada suhu 30 degC, kadar semen 350 kg/m3:
Kenaikan suhu = (350/45) * 7 = 54 deg
Temp awal beton maks sebelum cor = 28-32 degC (High Strength Concrete = 18-25 oC)
Temp maks pada beton = 71 degC
- Styrofoam 1"
- Plastic cor
- Pasir 10cm
Untuk memastikan bahwa suhu maksimum dan perbedaan suhu beton tidak melewati batas yang
diijinkan maka perlu dilakukan monitoring selama minimal 14 hari dengan alat sensor suhu
(Thermocouple) pada titik dekat permukaan, di tengah dan didasar.
Jarak minimum Thermocouple terhadap permukaan adalah 10cm agar pengaruh suhu keliling
menjadi kecil. Pembacaan dilakukan setiap jam selama 48 jam pertama, kemudian setiap 2 jam
selama 12 hari berikutnya. Suhu maksimum dan perbedaan suhu dicatat.
Bila terjadi perbedaan suhu yang melewati batas, maka metode curing dan isolasi panas diperbaiki.
Contoh Perhitungan Suhu pada Mass Concrete:
PT AMCK
Project Pasar Baru Extension
Mass Concrete Temperature Control
Juli 2015
Note : Mass Concrete requirements only apply for concrete with minimum Thick >= 1.0 m or cement content > 335 kg/m3
1 DATA
Concrete Temperature
2 RESULTS Days Temperature
0-2 Increase to max in 2 days
Temperatur Beton Awal Max 30.1 oC 3-10 Constant for 7 days
Perbedaan Temperatur Max 36 oC OK 11-14 Decrease to room temp after 14 days
Suhu Beton Max selama pengecoran 71 oC
Recommendation:
4 Temperature Monitoring
x
7. Volume dan Cost
-------------------------------------------------------
Portal Bertingkat Baja Berat baja, ton/m2
-------------------------------------------------------
< 30 lantai 0.50
> 30 lantai 0.60 - 1.0
-------------------------------------------------------
Catatan: Untuk struktur dengan raft, maka rasio beton akan naik 0.05-0.1