Sunteți pe pagina 1din 58

Engineering Software Research Center

Jl. Situ Aksan 29, Bandung 40221, INDONESIA


Tel/Fax: 022-603595, 6041685, 0878-25670070
E-mail: esrc.nathan@gmail.com Web: www.esrcen.com

SANSPRO V.5.00 Advanced Course


Advanced Building Design
by
Nathan Madutujuh

9 September 2016
SANSPRO Advanced Course
Advanced Building Design

Course content:

1. Substructure Design

1. Soldier Pile
2. Diaphragm Wall Design
3. Pile Foundation Capacity Design
4. Group Pile Design
5. Raft Foundation Design
6. Pile Raft Design

2. Upperstructure Design

1. Live Load Reduction Factor


2. Earthquake Load
3. Floor Slab Design
4. Shearwall Design
5. Flat Slab Design
6. Concrete Capacity Design
7. Shearwall+Frame Dual System Design
8. Irregularities
9. Diaphragm Design

3. Steel Connection Design


1. Beam-Girder Connection
2. Girder-Column Design
3. Column Base Plate Design

4. Prestressed Beam Design

5. Concrete Quality Control

1. Trial Mix
2. Slump
3. Fly Ash
4. Water Content Ratio
5. Cement Content
6. Curing
7. Mass Concrete

6. Volume and Cost


1. Substructure Design

1.1. Soldier Pile

Soldier Pile, Pile or DWall can be used to resist a lateral soil pressure in a cut slope.
Embedded length of soldier pile usually = 0.7 to 2.0 H of excavation
Size of Soldier Pile = 30 to 100 cm, Size of DWALL = 60 to 80 cm
If larger soldier pile needed, usually ground anchor or soil nailing will be used to reduce the size.
If Soldier Pile attached to each other, it is called Contiguous Pile, while if a bentonite pile inserted
between two bored pile, it is called Secant Pile.

DWALL is a continuous concrete wall constructed by a special DWALL equipment.


DWALL will be acting as retaining wall and also as basement wall.
Modeling Soldier Pile or DWALL with SANSPRO:

Select ModelGen – Soldier Pile:

Enter Soil Layer, Soil Properties, Soldier Pile Data, Surface Load Data:

Soil layer can be entered using user defined params or predefined params
For Dwall: Enter B = thickness, Spc = Length of 1 dwall segment
Ground anchor can be entered more than one level
Soil at cut level will give lateral force to soldier pile or DWALL
Soil at embedded length of soldier pile will be modeled as lateral soil spring
Calculation of Soil Spring Stiffness Ksh, Ksv

ksh = qc/2.54 kg/cm3 qc = average qc at embedded length


ksv = qc/2.54 kg/cm3 qc = qc at end of pile

ksh :

ksv:
Predefined Standard Soil Properties:

Soldier Pile model:

Export – Run Analysis – Design as Frame:


Moment Diagram:

1.2. Diaphragm Wall Design

DWALL is designed same as for Soldier Pile except:


For Dwall: Enter B = thickness, Spc = Length of 1 dwall segment
The rest is the same.

Disain Tulangan Soldier Pile dan DWALL

Soldier Pile didisain sebagai kolom bulat, sedangkan DWALL didisain sebagai kolom persegi
uniaxial. Selimut beton diambil 75mm.
Beban Tekanan Tanah Lateral untuk Jenis Tanah Standard sesuai ASCE-7
1.3. Pile Foundation Capacity Design

QLL Reduction Factor = RF for column

Capacity increase for temporary load : 1.20


Capacity increase for ultimate earthquake load : 1.56

If tie beam not modeled, give typical tie beam size and beam span.

Pile Configuration:
1.4. Group Pile Design

If several columns will be combined into one big pilecap, we must alter the support gorup id as
follows:

1. Support group id = 0, means no pilecap combined


2. For a pilecap group:
1. Set a positive unique number for a Support Id inside the pile group (k)
2. For the other supports inside the pile group, give -k (minus k)
3. If support reactions shown or Run Foundation Design, then the resultant of
all support reactions inside a group will be displayed as 1 value
4. Foundation Design will be run for the pile grup as one big pilecap
1.5. Raft Foundation Design

Program SANSPRO dapat memodelkan Pondasi Raft pada model yang sama dengan mudah. Yang
diperlukan adalah :

1. Membuang semua elemen slab region


2. Menambahkan elemen shell 4-node pada level raft
3. Pada setiap elemen shell diberikan : qdl, qll, dan ksd
4. Ukuran elemen shell sebaiknya 1.0-2.0 m, dan antara dua kolom dibagi menjadi 3 elemen
shell
5. Semua tumpuan dibuang karena spring terdistribusi akan berlaku sebagai tumpuan
6. Untuk menghindari rigid body motion, ditambahkan beberap sendi (X,Y) pada ke empat
sudut terjauh raft

Menentukan qdl, qll (Arah kebawah = negatif)

qdl = super imposed dead load = 100 kg/m2


qll = super imposed live load = 400 – 800 kg/m2 (parkir)

Menentukan Tebal Raft

Tebal raft ditentukan dari kapasitas geser pons yang diperlukan akibat gaya aksial tekan
kolom pada raft pada keadaan tekanan uplift maksimum. Dalam perhitungan ini, selimut beton
raft diambil minimal 7.5cm.

Tebal raft juga ditentukan oleh kerapatan tulangan lentur dari preliminary design (terlampir)
Tebal Raft berkisar antara 1.0 s/d 3.0m.
Mutu beton diusahakan <= fc35 agar kenaikan suhu tidak terlalu besar karena mass concrete.
Memasukkan Elemen Shell

Elemen shell dapat dimasukkan satu persatu, berlawanan arah jarum jam, atau dengan mengcopy
dari elemen slab region di suatu lantai tertentu sbb:

Enter Elset for Shell, and Click Copy as Shell Element to Floor No. 0

Shell Element untuk Raft akan digenerate di level 0 sesuai dengan pola pelat lantai di lantai 1.
Shell Element di Level 0 = Raft

Koreksi Inersia Effective

Untuk effective stiffness raft karena cukup tebal maka digunakan effective stiffness dari balok yaitu
0.35 dari Ig (inersia gross).

Koreksi tersebut diberikan pada M11, M22 dan M12.

Dari Analisis akan diperoleh: Kontur Settlement, Kontur Mxx, Kontur Myy, Kontur MXY

1. Kontur Settlement digunakan untuk menghitung differential settlement


2. Kontur Momen Mxx digunakan untuk menghitung tulangan arah X, jalur kolom dan jalur
tengah
3. Kontur Momen Myy digunakan untuk menghitung tulangan arah X, jalur kolom dan tengah

Program SANSPRO juga dapat memberikan penulangan langsung, namun nilai moment yang
digunakan adalah Mmax dari satu elemen. Kalau pembagian elemen kurang halus maka penulangan
yang terjadi akan cukup boros dan tidak dapat dibedakan antara tulangan positive maupun negatif.
Preliminary Raft Design
Menentukan ksd

ksd = Distributed spring stiffness = kg/cm/area = kg/cm3


Nilai SPT = 40, diambil berdasarkan grafik NSPT berikut.
Jenis tanah pada kedalaman rencana adalah Cemented Silt (Hard)
Muka Air Tanah (GWL) pada kedalaman -5m (Untuk penentuan uplift pressure)
Tabel Nilai Es untuk Tanah Lanau (Silt) adalah sbb:

Perhitungan daya dukung tanah qa


qa = 12.5 Nspt kpa = 12.5 *40 = 500 kN/m2 = 5.0968 kg/cm2
ksd = qa/dmax, dimana dmax = 2.5 cm s/d 30cm
ksd = 5.0968/2.54 = 2.0 kg/cm3

(Ksd juga dapat diperoleh dari analisis geoteknik yang lebih akurat)

Selanjutnya dapat dilakukan Export - Analisis untuk mendapatkan gaya-gaya pada raft.
Kontur Settlement YY:

Settlement = -1.04 s/d -1.19 cm, maksimum ada dekat shearwall

Nilai settlement ini akan sedikit berbeda dari hasil analisis settlement dengan menggunakan
program Plaxis 3D dimana tanah dimodelkan sampai beberapa lapis tanah dibawah raft, bukan
hanya dimodelkan secara sederhana dengan spring terdistribusi.

Kontur Momen arah Mxx:

Kontur Mxx terlihat cukup kasar (ada grafik yang patah), karena mesh yang digunakan sangat kasar
(1 elemen shell per slab region).
Kontur Momen arah Myy:

Kontur Myy terlihat cukup kasar (ada grafik yang patah), karena mesh yang digunakan sangat kasar
(1 elemen shell per slab region).

Kontur Momen Mxy:

Kontur Mxy terlihat cukup kasar (ada grafik yang patah), karena mesh yang digunakan sangat kasar
(1 elemen shell per slab region).

Mxx rencana adalah Mxx +/- Mxy dst.


Program SANSPRO dapat menghitung tulangan arah Mxx dan Myy secara otomatis. Hanya saja
karena konturnya cukup kasar, tulangan M+ dan M- sulit untuk dibedakan.

Penulangan Raft Arah Mxx

1.6. Pile Raft Design

Pemodelan untuk Pile Raft adalah sama dengan Pemodelan Raft, kecuali ada tambahan spring linear
(kg/cm) untuk setiap pile yang dimodelkan.

1. Untuk model sederhana, setiap kolom dimodelkan dengan spring linear


ks = NP1 x ks1, NP1 = jumlah pile pada satu kolom, ks1 = spring linear 1 pile
2. Untuk model yang lebih baik, setiap pile dimodelkan sebagai 1 spring linear, hal ini akan
membuat mesh menjadi sangat halus

Spring Linear untuk pile

Kekakuan spring linear untuk pile dapat diambil sbb:

1. ks1 = P1/delta, P1 = daya dukung ijin tiang, delta = settlement maksimum = 2.5 – 30 cm
2. ks1 diambil dari hasil loading test aksial tekan 1 tiang
2. Upperstructure Design

2.1. Live Load Reduction Factor

Reduksi Beban Hidup Merata

Beban hidup tidak boleh direduksi bila: (karena alasan keamanan)

1. Besarnya melebihi 100 lbs/ft2 atau 4.8 kN/m2


2. Garasi mobil penumpang
3. Ruang pertemuan
2.2. Earthquake Load

Perhitungan pada Form Earthquake Load adalah sama dengan perhitungan manual asalkan
digunakan interpolasi yang sesuai untuk nilai yang tidak ada pada tabel.
2.3. Floor Slab Design

Penulangan Pelat Lantai

Laporan Perhitungan Tulangan Pelat dan Pengecekan terhadap getaran pelat

[ ] Save Slab Rebar Dsg Report

Laporan perencanaan tulangan pelat untuk lantai tersebut akan diberikan pada file
SLABDSG.TXT
SANSPRO for Windows V.5.00
Concrete Slab Design Report
Date 22 May 2010, 1 Jan 2015
(C) Nathan Madutujuh, ESRC

PROJECT DATA:
Project : Sample 10 Stories Building
Location : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Tahan Gempa
Building : Prof. Iswandi Imran
File : D:\ESRC-TRAINING\TRAININGADV\B10-50-SW-NOSLBW.MDL
Date : 10\09\2016
Licensee : Ir. Nathan Madutujuh, M.Sc, Bandung

SLAB DESIGN FOR FLOOR : 1, BEAM LAYOUT = 1

Floor = 1, Beam Layout = 1, nr = 1


Two-Way Concrete Slab Design:
typ = 1, elset = 2, mat = 1, dsg = 2, tp = 18.00 cm
qdl = -492.00, qll = -480.00, qrd = 0.00, qrl = 0.00 kg/m2, fc1 = 300.00, fy =
4200.00 kg/cm2, db = 13.00 mm
Lx = 600.00 cm, Ly = 800.00 cm, rdf = 1.2000, rdf1 = 1.0000

Minimum Thickness (2-way slab with edge beams, no drop panel, U-39 = Ln/34 = 17.65 cm
Maximum Deflection due to Live Load = Ln/360 = 22.22 mm
Maximum Deflection due to Total Load = Ln/480 = 16.67 mm

Deflection Calculation (4 sides semi-rigid, Bares, 1971) :


Aspect Ratio = Lmax/Lmin = 1.333, Deflection Coef. k = 0.0153
Concrete Strength, fc1 = 300.0 kg/cm2, Modulus, Ec = 278424.662 kg/cm2
Delta1 (qll only) = k*(Lmax^4*qll /(Ec*tp^3)) = 1.855 mm
Delta2 (q,total) = k*(Lmax^4*qtot/(Ec*tp^3)) = 3.755 mm
Long-term deflection factor = 1.778
Maximum Deflection (Cracked section, multiply by 1.50) :
Delta1 (qll only) = 2.782 mm <= maxdelta1 = 22.222 mm, OK
Delta2 (q,total) = 5.633 mm <= maxdelta2 = 16.667 mm, OK
Maximum Long-term Deflection (Cracked section, multiply by 1.50) :
Delta1 (qll only) = 4.945 mm <= maxdelta1 = 22.222 mm, OK
Delta2 (q,total) = 10.015 mm <= maxdelta2 = 16.667 mm, OK

Plate Vibration Analysis :

Damping ratio beta = 0.030, Emd = 348030.827 kg/cm2, PR = 0.20


f0 constant, phi = 1.57*(1+r^2) = 4.361 (all sides supported)
Coeficient c = sqrt(Emd*tp*tp*tp*grav/(12*(1-nu*nu)*qtot)) = 1333499.160
First Natural Frequency, f0 = c*phi/(Lmax^2) = 9.087 Hz
Constant K : 58 kN (Office, Residences, Halls), 20 kN (Malls)
Constant K for minimum frequency, K = 39.000 (Averaged)
Total Weight of slab under vibration, Wgt = 46656.000 kg
Minimum First Natural Frequency, fn = 2.86*Ln(K/beta*Wgt) = 2.986 Hz
STATUS of f0 : fn <= f0 -> OK
Peak Response Acceleration:
Walking speed = 2.0 Hz, DLF = 0.53, Person Wgt, P1 = 100.0 kg
Constant Force walking Po = DLF*P1 = 53.0 kg
Peak Response Acceleration, ap = Po*e^(-0.35*f0)/(beta*Wgt) = 0.0016 = 0.16 %
Check for Vibration (ATC Chart) :
STATUS of ap : ap <= 0.538 % -> OK

Slab Rebar Design:

ss2 = 0.8813, ax2 = 0.7583, ay2 = 0.2417, qu = -1358.40 kg/m2


Mux = ss2 * ax2 * q * lx*lx / 24 = 136181.8640 kg.cm/m (mid-span) -> d13 - 250.000 mm
Muy = ss2 * ay2 * q * ly*ly / 24 = 77153.0951 kg.cm/m (mid-span) -> d13 - 250.000 mm
Mux1 = -ax2 * q * lx*lx / 12 = 309036.0000 kg.cm/m (edge) -> d13 - 148.474 mm
Muy1 = -ay2 * q * ly*ly / 12 = 175082.6667 kg.cm/m (edge) -> d13 - 239.374 mm

Short=d13-275 /[/,Long=d13-225/250 //
Pelat No. 2:

Floor = 1, Beam Layout = 1, nr = 2


Two-Way Concrete Slab Design:
typ = 1, elset = 2, mat = 1, dsg = 2, tp = 18.00 cm
qdl = -492.00, qll = -480.00, qrd = 0.00, qrl = 0.00 kg/m2, fc1 = 300.00, fy =
4200.00 kg/cm2, db = 13.00 mm
Lx = 600.00 cm, Ly = 800.00 cm, rdf = 1.2000, rdf1 = 1.0000

Minimum Thickness (2-way slab with edge beams, no drop panel, U-39 = Ln/34 = 17.65 cm
Maximum Deflection due to Live Load = Ln/360 = 22.22 mm
Maximum Deflection due to Total Load = Ln/480 = 16.67 mm

Deflection Calculation (4 sides semi-rigid, Bares, 1971) :


Aspect Ratio = Lmax/Lmin = 1.333, Deflection Coef. k = 0.0153
Concrete Strength, fc1 = 300.0 kg/cm2, Modulus, Ec = 278424.662 kg/cm2
Delta1 (qll only) = k*(Lmax^4*qll /(Ec*tp^3)) = 1.855 mm
Delta2 (q,total) = k*(Lmax^4*qtot/(Ec*tp^3)) = 3.755 mm
Long-term deflection factor = 1.778
Maximum Deflection (Cracked section, multiply by 1.50) :
Delta1 (qll only) = 2.782 mm <= maxdelta1 = 22.222 mm, OK
Delta2 (q,total) = 5.633 mm <= maxdelta2 = 16.667 mm, OK
Maximum Long-term Deflection (Cracked section, multiply by 1.50) :
Delta1 (qll only) = 4.945 mm <= maxdelta1 = 22.222 mm, OK
Delta2 (q,total) = 10.015 mm <= maxdelta2 = 16.667 mm, OK

Plate Vibration Analysis :

Damping ratio beta = 0.030, Emd = 348030.827 kg/cm2, PR = 0.20


f0 constant, phi = 1.57*(1+r^2) = 4.361 (all sides supported)
Coeficient c = sqrt(Emd*tp*tp*tp*grav/(12*(1-nu*nu)*qtot)) = 1333499.160
First Natural Frequency, f0 = c*phi/(Lmax^2) = 9.087 Hz
Constant K : 58 kN (Office, Residences, Halls), 20 kN (Malls)
Constant K for minimum frequency, K = 39.000 (Averaged)
Total Weight of slab under vibration, Wgt = 46656.000 kg
Minimum First Natural Frequency, fn = 2.86*Ln(K/beta*Wgt) = 2.986 Hz
STATUS of f0 : fn <= f0 -> OK
Peak Response Acceleration:
Walking speed = 2.0 Hz, DLF = 0.53, Person Wgt, P1 = 100.0 kg
Constant Force walking Po = DLF*P1 = 53.0 kg
Peak Response Acceleration, ap = Po*e^(-0.35*f0)/(beta*Wgt) = 0.0016 = 0.16 %
Check for Vibration (ATC Chart) :
STATUS of ap : ap <= 0.538 % -> OK

Slab Rebar Design:

ss2 = 0.8813, ax2 = 0.7583, ay2 = 0.2417, qu = -1358.40 kg/m2


Mux = ss2 * ax2 * q * lx*lx / 24 = 136181.8640 kg.cm/m (mid-span) -> d13 - 250.000 mm
Muy = ss2 * ay2 * q * ly*ly / 24 = 77153.0951 kg.cm/m (mid-span) -> d13 - 250.000 mm
Mux1 = -ax2 * q * lx*lx / 12 = 309036.0000 kg.cm/m (edge) -> d13 - 148.474 mm
Muy1 = -ay2 * q * ly*ly / 12 = 175082.6667 kg.cm/m (edge) -> d13 - 239.374 mm

Short=d13-275 /[/,Long=d13-225/250 //
2.4. Shearwall Design

All shearwall segment at same wall must be given same unique Design Group Id.

Shearwall Design Group Id:

Shearwall Design Parameters:

Shearwall Edge rebar = Main rebar


Shearwall Vertical rebar = Side rebar
Shearwall Horizontal rebar = Stirrups rebar
Design a Shearwall:

Run Concrete Shearwall Design

Select Concrete Shearwall Design (All Load Combinations):


Shearwall Design Control Parameters:

Minimum shearwall edge rebar = 0.01 = 1.0%


Minimum shearwall vertical rebar = 0.0025 = 0.25%

Finished Shearwall Design : Output at *.D03, *.D04


Shearwall Design Results:

Shearwall Design Results:

Shearwall Design Output:

Boundary rebar and spacing


Edge Rebar spacing
Vertical Rebar spacing
Horizontal Rebar spacing
Shearwall Rebar Detail Drawing:

Result from Shearwall design can be displayed as tabular format or as visual rebar detail.

Shearwall Rebar Detail:


2.5. Flat Slab Design

Pemodelan Flat Slab adalah sama dengan pemodelan raft, hanya pada flat slab tidak ada spring
terdistribusi, dan flat slab perlu dicheck juga terhadap pons.

Penulangan flat slab juga dibagi menjadi jalur kolom dan jalur tengah.

Flat slab harus memiliki balok tepi.

Bila pada flat slab terdapat void dengan luas >= 50% maka flat slab perlu dimodelkan sebagai semi
rigid slab.
2.6. Concrete Capacity Design

Reduction Factor = 1.0

Scale Factor = 1.0 dan 0.25 (For Case B of Dual System)


2.7. Shearwall+Frame Dual System Design

Dalam pemodelan Dual System, dipersyaratkan agar frame dapat memikul minimal 25% gaya
gempa setelah shearwall mengalami failure. Untuk mendapatkan hal tsb dilakukan prosedur sbb:

1. Buat model dengan shearwall dan frame secara lengkap


2. Run, analisis dinamik dan disain kapasitas tulangannya
3. Ubah faktor reduksi inersia untuk shell element menjadi 0.01 (sekecil mungkin)
4. Run kembali dengan beban statik ekivalen 100%
5. Sewaktu disain kapasitas, berikan faktor skala 0.25 untuk mereduksi gaya2 akibat gempa
6. Bandingkan hasil tulangan dari 2 dan 5, ambil yang terbesar
7. Tampilkan kurva Gaya Lateral Tingkat untuk 2 dan 5 (dengan opsi x 0.25)

Grafik 100% Gempa Dinamik vs 25% Gempa Statik


Disain Kapasitas dengan Faktor Reduksi 0.25
2.8. Irregularities

Horizontal Irregularities:

Re-entrant Corner:
Solutions for Re-entrant Corner:

Solusi untuk perkuatan pada area Sudut lemah:

1. Diperkaku dengan balok/pelat diagonal


2. Pemisahan gedung
3. Diperkuat dengan tulangan diafragma
4. Diperkuat dengan shearwall

Solusi untuk Horizontal Irregularities:

1. Pembatasan ketinggian maksimum


2. Perbesaran gaya diafragma 25% (x 1.25)
Ketidakteraturan Horizontal

1.a. Ketidakteraturan Torsi


- Hanya untuk struktur dengan diafragma kaku atau setengah kaku
- Hitung simpangan antar lantai tingkat maksimum di satu ujung struktur, termasuk torsi tak
terduga = a
- Hitung simpangan antar lantai tingkat rata-rata di kedua ujung struktur = b
- Ketidakteraturan Torsi adalah jika a > 1.2 * b
- Gaya untuk Disain sambungan antara diafragma dan disain elemen kolektor harus dikalikan
1.25 untuk D,E,F
- Perbesaran eksentrisitas (5%) dan perbesaran torsi
- Kategori Disain Seismik : B,C,D,E,F

1.b. Ketidakteraturan Torsi Berlebihan


- Hanya untuk struktur dengan diafragma kaku atau setengah kaku
- Hitung simpangan antar lantai tingkat maksimum di satu ujung struktur, termasuk torsi tak
terduga = a
- Hitung simpangan antar lantai tingkat rata-rata di kedua ujung struktur = b
- Ketidakteraturan Torsi Berlebihan adalah jika a > 1.4 * b
- Gaya untuk Disain sambungan antara diafragma dan disain elemen kolektor harus dikalikan
1.25 untuk D,E,F
- Perbesaran eksentrisitas (5%) dan perbesaran torsi
- Tidak boleh untuk E,F
- Kategori Disain Seismik : B,C,D,E,F

2. Ketidakberaturan sudut dalam


- Jika ada kedua proyeksi denah struktur dari sudut dalam lebih besar dari 15% dimensi
struktur dalam suatu arah (Tonjolan denah dengan panjang > 0.15*L)
- Denah L, T, U, dan C termasuk dalam kategori ini
- Gaya untuk Disain sambungan antara diafragma dan disain elemen kolektor harus dikalikan
1.25 untuk D,E,F
- Kategori Disain Seismik : D,E,F

3. Ketidakberaturan diskontunitas diafragma


- Jika terdapat diafragma dengan diskontinuitas atau variasi kekakuan mendadak, dengan
daerah terpotong atau terbuka > 50% daerah gross (Ada lubang > 50% luas lantai)
- Jika ada perubahan kekakuan diafragma efektif lebih dari 50% dari suatu tingkat ke tingkat
selanjutnya (Diafragma mengecil/membesar > 50%)
- Gaya untuk Disain sambungan antara diafragma dan disain elemen kolektor harus dikalikan
1.25 untuk D,E,F
- Kategori Disain Seismik : D,E,F

4. Ketidakberaturan pergeseran melintang terhadap bidang


- Jika ada diskontinuitas dalam lintasan tahanan gaya lateral (Kolom/shearwall transfer)
Balok, Kolom dan shearwall pemikul harus direncanakan dengan menambahkan faktor W
- Gaya untuk Disain sambungan antara diafragma dan disain elemen kolektor harus dikalikan
1.25 untuk D,E,F
- Kategori Disain Seismik : B,C,D,E,F
5. Ketidakberaturan sistem nonparalel
- Jika ada elemen penahan gaya lateral vertikal tidak paralel atau simetris terhadap sumbu-
sumbu orthogonal utama sistem penahan gaya gempa (Kolom portal tidak sejajar shearwall)
- Kategori Disain Seismik : B,C,D,E,F
Vertical Irregularities:

Solusi untuk Horizontal Irregularities:

1. Pembatasan ketinggian maksimum


2. Perbesaran gaya diafragma 25% (x 1.25)
3. Gaya kolom bawah diperbesar
Ketidakberaturan Vertikal

1.a. Ketidakberaturan Kekakuan Tingkat Lunak (Soft Story)


- Jika terdapat suatu tingkat dimana kekakuan lateralnya < 70% dari kekakuan lateral tingkat
diatasnya (Contoh: Bila ukuran kolom sama dan H1 >= 1.13*H2)
- Jika terdapat suatu tingkat dimana kekakuan lateralnya < 80% dari rata-rata kekakuan lateral
3 tingkat diatasnya
- Tidak berlaku untuk gedung 1 tingkat atau gedung 2 tingkat (B,C,D)
- Kategori Disain Seismik : D,E,F

1.b. Ketidakberaturan Kekakuan Tingkat Lunak berlebihan (Severe Soft Story)


- Jika terdapat suatu tingkat dimana kekakuan lateralnya < 60% dari kekakuan lateral tingkat
diatasnya (Contoh: Bila ukuran kolom sama dan H1 >= 1.18*H2)
- Jika terdapat suatu tingkat dimana kekakuan lateralnya < 70% dari rata-rata kekakuan lateral
3 tingkat diatasnya
- Tidak berlaku untuk gedung 1 tingkat atau gedung 2 tingkat (B,C,D)
- Tidak boleh untuk E,F
- Kategori Disain Seismik : D,E,F

2. Ketidakberaturan Berat (Massa)


- Jika ada masa efektif suatu tingkat lebih dari 150% massa efektif tingkat didekatnya.
(Jika luas lantai tingkat diatas suatu lantai > 150% luas lantai tingkat tersebut)
- Kecuali rangka atap yang lebih ringan di lantai teratas
- Tidak berlaku untuk gedung 1 tingkat atau gedung 2 tingkat (B,C,D)
- Kategori Disain Seismik : D,E,F

3. Ketidakberaturan Geometri vertikal


- Jika dimensi horizontal sistem penahan gaya gempa di semua tingkat > 130% dimensi
horizontal sistem penahan gaya gempa tingkat didekatnya (Ukuran kolom di stau tingkat >
1.3 ukuran kolom di tingkat di dekatnya)
- Kategori Disain Seismik : D,E,F

4. Diskontinuitas Arah Bidang dalam Ketidakberaturan Elemen Penahan Gaya Lateral Vertikal
- Jika ada pergeseran pada arah bidang elemen penahan gaya lateral yang lebih besar dari
panjang elemen tersebut (Kolom yang bergeser > ukuran kolom, shearwall yang tidak
menumpu ke shearewall dibawahnya)
- Balok, Kolom dan shearwall pemikul harus direncanakan dengan menambahkan faktor W
- Jika terdapat reduksi kekakuan elemen penahan di tingkat dibawahnya
- Gaya untuk Disain sambungan antara diafragma dan disain elemen kolektor harus dikalikan
1.25 untuk D,E,F
- Kategori Disain Seismik : B,C,D,E,F

5.a. Diskontinuitas dalam Ketidakberaturan Kuat lateral Tingkat


- Jika ada kuat lateral tingkat < 80% kuat lateral tingkat diatasnya
(Contoh: Bila ukuran kolom sama dan H1 >= 1.08*H2)
- Kuat lateral tingkat adalah jumlah kuat lateral semua elemen pada tingkat tersebut
- Tidak boleh untuk E,F
- Kategori Disain Seismik : D,E,F

5.b. Diskontinuitas dalam Ketidakberaturan Kuat Lateral Tingkat yang Berlebihan


- Jika kuat lateral tingkat < 65% kuat lateral tingkat diatasnya
(Contoh: Bila ukuran kolom sama dan H1 >= 1.15*H2)
- Kuat lateral tingkat adalah jumlah kuat lateral semua elemen pada tingkat tersebut
- Struktur type 5b ini hanya boleh untuk gedung 2 tingkat atau tinggi total 9m kecuali
didisain secara elastik dengan faktor Omega
- Tidak boleh untuk D,E,F
- Kategori Disain Seismik : B,C,D,E,F
2.9. Diaphragm Design

Gaya gempa timbul akibat percepatan gempa pada massa bangunan, terutama pada massa di pelat
lantai yang mencakup sebagian besar massa bangunan.Gaya lateral pada pelat lantai tersebut akan
mengalir menuju elemen penahan beban lateral yaitu kolom, bracing dan shearwall melalui elemen
collector dan elemen chord.

Dengan demikian pelat lantai yang berfungsi sebagai diafragma pembagi beban perlu didisain agar
memiliki kekakuan dan kapasitas yang cukup untuk menahan gaya yang terjadi pada diafragma.

Untuk bangunan dengan horizontal/vertical irregularities, gaya lateral gempa yang didapat perlu
diperbesar 1.25x sebelum merencanakan tulangan collector dan diafragma.

Contoh penulangan Diafragma:


Perhitungan Diafragma:

Gaya Lateral Tingkat:

Gaya Pada Diafragma:

Gaya pada diafragma ini diberikan sebagai beban lateral merata pada pelat tepi atau balok tepi.
Dengan pelat lantai dimodelkan sebagai semi-rigid maka pelat akan berdeformasi pada bidangnya
dan akan terjadi kontur tegangan Sxx dan Syy.

Lokasi tegangan tarik dan tekan maksimum ini akan digunakan untuk disain chord dan pemeriksaan
kapasitas tekan pelat dikombiansikan dengan momen lentur akibat beban pelat.

Shearwall yang kaku dimodelkan sebagai tumpuan lateral, sedangkan kolom dimodelkan sebagai
spring lateral dengan ks = 12EI/L^3.
Kontur Sxx: Gempa Arah Z, Load Comb = 6..9

Dari kontur tegangan ini dapat diperoleh lokasi elemen kolektor dan penulangan chord // X.

Kontur Syy: Gempa Arah X, Load Comb = 2..5

Dari kontur tegangan ini dapat diperoleh lokasi elemen kolektor dan penulangan chord // Y.
3. Steel Connection Design

3.1. Beam-Girder Connection


3.2. Girder-Column Design
3.3. Column Base Plate Design

SANSPRO dapat melakukan disain sambungan baja untuk jenis sambungan:

1. Beam-Girder Simple Shear (Single, Double Angle)


2. Beam-Girder Moment Connection
3. Girder-Column Simple Shear
4. Girder-Column End-plate Moment Connection
5. Column Base Plate

Data yang diperlukan adalah sbb:

1. Data steel connection : Diameter baut Db, Tp gusset plate, Tweld, Fub, Fyb, Fuw, Fyw, dsb
dimasukkan pada tabel Design Properties

2. Data jenis sambungan dimasukkan pada elemen balok dan kolom, untuk kedua ujungnya

Output yang dikeluarkan:

1. Jumlah baut
2. Panjang las
3. Tebal dan ukuran gusset plate (pelat buhul/end plate)

Jenis Baut

Baut type A325N, yang hampir ekivalen dengan M8.8

Mutu Baut

Mutu baut adalah A325N


Mutu anchor bolt untuk base plate adalah A307

Torsi Minimum Baut

Baut harus dikencangkan sesuai dengan tabel torsi minimum baut


1. Steel Canopy Model

2. Steel Connection Parameters

Turn on Checkbox : Steel Connection Design


Enter Steel Connection Design Parameters:

Bolt = A325N, Db = 2.0 cm, Tp = 2.0 cm, Nrow = 1, Nbmin = 2


Weld = E70XX
Bolt spacing : s1,s2 (bolt spacing), sf (to flange), se1,se2 (to edge)
3. Selecting Beam for Steel Connection

Select for Left End : Beam-Column Flange, End plate (Moment+Shear)


Select for Right End : Beam-Column Flange, End plate (Moment+Shear)

4. Steel Connection Design


Selected Beams connection will be displayed:

Zoom to display:

Output: End plate size, thickness, bolt at 1 flange, total bolt at web
4. Prestressed Beam Design

SANSPRO dapat melakukan disain prestress dengan dua cara, cara sederhana dan dengan metode
beban ekivalen.

1. Cara Sederhana

1. Modelkan struktur seperti biasa dengan preliminary size H = L/24 s/d L/20 untuk balok
prestress, B = 0.5H to 0.6H
2. Gunakan Preliminary Prestressed Girder Design untuk mencari jumlah dan ukuran Tendon
dan tulangan sekunder pada kasus M+ dan M-
3. Generate Table M,V dari balok prestress
4. Kirimkan Table M,V ke VSL untuk disain tendon dan bandingkan hasilnya dengan
Preliminary Design

Pilih Menu : Preliminary Prestressed Concrete Beam

1. Select Beam range


2. Read Design Force
3. Try several tendon and rebar configuration until OK

Or, alternatively:

2. Read Elem Force Table for Prestressed Vendor (VSL, Freysinnet)


3. Send Elem Force Table to VSL to be designed
Read Dsg Force:

Read Elem Force Table:


2. Dengan Metode Beban Ekivalen

Balok Prestress didisain terlebih dahulu untuk mendapatkan gaya prestress yang diperlukan.
Biasanya dari ukuran balok yang ada, bentang dan beban DL+LL, mutu
beton, dapat dihitung besarnya gaya prestress yang diperlukan.

Tulangan prestress hanya ditujukan pada beban tetap saja (DL+LL), sedangkan beban
gempa akan dipikul oleh tulangan biasa. Dari persyaratan ACI, tulangan biasa ini juga harus
sanggup memikul DL+0.5LL bila tulangan prestress putus.
Beban ekivalen akibat prestress biasanya disimpan pada load case 5.

Beban Prestress pada SANS dapat dimodelkan sbb:

2.1. Dengan beban ekivalen tambahan

Beban ekivalen dapat dihitung atau diperoleh dari VSL/Fresynett dan dimasukkan
ke balok sebagai beban balok biasa, cuma biasanya dengan arah ke bawah di
tumpuan dan ke atas di lapangan. Tipe beban dapat berupa qy (tipe 5) atau tipe
khusus prestress (tipe 16,17,18).
Untuk penggunaannya dapat dilihat pada lampiran PCI Handbook.

Data gaya prestress dan eksentrisitas tidak perlu dimasukkan lagi.


Pada kedua ujung balok ditambahkan beban titik untuk mengkompensasikan
beban geser yang hilang.

Bila model lantai fleksibel (bukan rigid floor), gaya aksial balok akibat gaya
prestress perlu dimasukkan pada kedua ujung balok.
2.2 Dengan memasukkan Pe dan eksentrisitas

Beban ekivalen diatas dapat pula dimasukkan dengan cara memasukkan besar P dan lokasi
eksentrisitasnya pada data DESIGN dan Checkbox Generate Equivalent Load di checked.

Pada kedua ujung balok ditambahkan beban titik untuk mengkompensasikan beban geser
yang hilang.

Bila model lantai fleksibel (bukan rigid floor), gaya aksial balok akibat gaya prestress perlu
dimasukkan pada kedua ujung balok.

2.3. Perencanaan Tulangan Sekunder

Setelah beban ekivalen dimodelkan, model di analisis dan disain seperti biasa.
Tulangan yang didapat adalah tulangan sekunder atau tulangan tambahan biasa yang
diperlukan. Tulangan ini harus dicheck agar cukup kuat menahan DL+0.5LL bila gaya
prestress dihilangkan.
Perencanaan Tulangan sekunder ini dapat dilakukan dengan Disain Beton Biasa maupun
Disain Kapasitas.

2.4. Perencanaan Pondasi

Dalam perencanaan pondasi, beban ekivalen prestress tidak boleh dimasukkan, karena akan
mengurangi beban total pondasi.
5. Concrete Quality Control

5.1. Trial Mix

Penjelasan mengenai persyaratan Trial Mix:

Kuat tekan untuk trial mix adalah tidak sama dengan kuat tekan rencana, dan perlu dirancang lebih
besar agar dapat dipastikan bahwa kuat tekan aktual nantinya akan sama atau melebihi kuat tekan
minimum.

ACI-318 dan SNI-2847 memberikan cara sistematis untuk menentukan kuat tekan trial mix sbb:

1. Jika tersedia 30 sample

fc,trial = maksimum dari (fc' + 1.34 s) dan (fc' + 2.33 s – 3.5) (Mpa)

2. Jika tersedia 15-29 sample

nilai s diatas perlu dimodifikasi sbb:

3. Jika sample tidak ada atau kurang dari 15


Contoh : Untuk K-300, Trial mix nya akan menjadi K-300+85 = K-385
Kalau menggunakan rumus x 1.25 = K-375

Persyaratan tambahan:

1. Trial mix perlu dibuat untuk minimal 3 macam rasio water/cement untuk dibuatkan kurva
w/c terhadap fc' untuk dipilih oleh perencana
2. Toleransi Slump untuk trial mix adalah +/- 20mm dari slump rencana
3. Toleransi kandungan udara adalah +/- 0.5% dari kandungan udara maksimum rencana

5.2. Slump

Slump beton menentukan kemudahan pekerjaan.


Untuk beton dengan mutu yang sama, makin tinggi slump, harga beton akan makin mahal.

-----------------------------------------------
Item Slump (mm)
-----------------------------------------------
Balok, Kolom, Wall 120 +/- 10 mm
Perkerasan dan Pelat 100 +/- 10 mm
Bored Pile 160 +/- 10 mm
DPT 140 +/- 10 mm
-----------------------------------------------
Balok, Kolom, Wall Slump
-----------------------------------------------
Storey 1-5 120 +/- 10 mm
Storey 5-10 140 +/- 10 mm
Storey 11-15 160 +/- 10 mm
Storey > 15 Flow Concrete (FC) or SCC
-----------------------------------------------

Slump beton makin tinggi: Biaya makin mahal tapi pekerjaan pengecoran lebih
mudah slump beton dapat ditingkatkan namun tidak boleh melanggar persyaratan
faktor air semen. Bila faktor air semen sudah tinggi, slump beton dapat
ditingkatkan dengan tambahan aditif.

Untuk beton mutu tinggi, suhu awal maksimum adalah 28-30 oC.
Untuk Mass Concrete diusahakan menggunakan slump 12cm, mutu < fc40 dan Fly
Ash 15-25 pct agar kenaikan suhu tidak terlalu besar. Kadar semen juga
diusahakan < 350 kg/m3.

5.3. Fly Ash

Fly Ash untuk Struktur Beton dapat diberikan sebagai pengganti sebagian semen dengan
persyaratan sbb:
 Fly Ash dapat meningkatkan mutu beton bila digunakan sebagai tambahan dengan kadar
semen yang sama
 Fly Ash dapat digunakan menggantikan sebagian semen dengan mutu yang sama
 Fly Ash akan memperlambat tercapainya kekuatan beton sekitar 7 hari
 Kadar Fly Ash yang diijinkan adalah 10%-15%
 Fly Ash akan memperlambat / mengurangi kenaikan suhu beton sehingga baik untuk
mass concrete. Pada mass concrete, dapat digunakan kadar Fly Ash sampai 20-25%
 Harga Fly Ash lebih murah dari semen, sehingga dapat memberikan beton bermutu sama
dengan harga yang lebih ekonomis
5.4. Water Content Ratio (W/C = FAS)

SNI-T-15-1990-03:11, Tabel 5
-------------------------------------------------------------------------
No. Kondisi Lingkungan Korosif Jumlah semen min FAS (Max)
-------------------------------------------------------------------------
1 Dalam Ruangan No 275 0.6
Korosif 325 0.52
2 Luar Ruangan Tidak Terlindung 325 0.6
Terlindung 275 0.6
3 Dalam Tanah Basah/Kering 325 0.55
Air tanah sulfat 300 0.5
4 Dalam Air Tawar 300 0.5
-------------------------------------------------------------------------
5 Dalam Air Payau Type II, Type V 330 0.5
6 Dalam Air Laut Type II, Type V 370 0.45
-------------------------------------------------------------------------

Fly Ash dapat ditambahkan dengan akibat:

1. Mutu beton dapat naik


2. Kadar maksimum 15-20%
3. Penambahan Fly Ash akan memperlambat setting, efeknya 0.5-0.8 dari beton
Class F Fly Ash = 0.5
Blast Furnace Fly Ash = 0.65-0.8

5.5. Cement Content

Estimasi kadar semen untuk berbagai mutu beton adalah sbb:

---------------------------------------------------------------
Mutu Beton Semen (Kg) Pasir (m3) Split (m3)
---------------------------------------------------------------
K-200 340 0.60 0.90
K-300 360 0.64 0.96
K-400 400 0.70 1.05
K-500 440 0.78 1.17
K-600 480 0.84 1.26
K-800 520 0.90 1.35
K-1000 560 1.00 1.50
---------------------------------------------------------------

5.6. Curing

Proses Curing sangat menentukan mutu beton yang akan tercapai. Proses curing yang kurang baik
akan menyebabkan beton menjadi keropos dan retak pada permukaan.

Setelah beton mengalami setting, maka beton dapat dicuring dengan memberikan curing compound,
terpal plastik, dan selama proses curing, beton dijaga agar tetap lembab dengan menyemprotkan air
atau menempelkan karung basah.
5.7. Mass Concrete

Beton dengan Tebal >= 76cm atau 90cm dapat digolongkan sebagai Mass Concrete.
Pada saat beton mengeras, terjadi proses kimia yang mengakibatkan panas yang tinggi di tengah
beton. Pada kasus Mass Concrete, dimana beton cukup tebal, panas ini tidak dapat dengan cepat
dialirkan keluar, sehingga ada perbedaan suhu antara bagian dalam beton dan sisi luar beton. Bila
perbedaan suhu > 19 oC (tergantung mutu beton) maka dapat terjadi retakan pada permukaan, dan
bila perbedaan suhu cukup besar maka retakan dapat terjadi cukup dalam dan membuat beton
kehilangan kapasitas lenturnya.

Kenaikan suhu beton ini akan mencapai puncaknya pada 48 jam setelah pengecoran dan konstan
selama 7 hari dan berkurang sampai mendekati suhu keliling setelah 14 hari. Besarnya suhu
maksimum yang terjadi ditentukan oleh : Suhu awal, kadar semen (> 356 kg/m3), Kadar fly ash,
dan suhu keliling.

Yang harus dikontrol dalam mass concrete ini adalah: Suhu maksimum dan Perbedaan suhu dengan
permukaan.

Untuk kadar semen = 297-594 kg/m3, dan tebal T >= 1.8m :


Untuk setiap 45 kg semen, ada kenaikan suhu = 7 degC

Untuk kadar semen Type III > 356 kg/m3 atau 335 kg/m3 :
Temp max <= 57 degC atau 71 degC (PCA)
Temp Diff max <= 19 DegC (1000 psi) to 38 degC (4000 psi)
Kenaikan suhu : dF = 0.14*cement (lb/yd^3) in Fahreinheit

Penggunaan Fly Ash sebagai pengganti semen akan mengurangi kenaikan suhu dengan faktor
koreksi 0.5-0.8.

Suhu awal beton segar <= 32 degC


Untuk beton mutu tinggi, K300-K400, suhu awal beton dipersyaratkan < 28 oC
Untuk beton mutu sangat tinggi, > K500, maka suhu awal beton dipersyaratkan < 18-25 oC

Lama pengecoran

Suhu udara 30-32 deg : Waktu pengecoran maks = 1 jam


Suhu udara > 32 : Waktu pengecoran maks = 45 menit

ACI 301:
Suhu beton pada saat pengecoran : > 2 oC, <= 21 oC

Contoh Perhitungan:

1. Bila beton dicor pada suhu 30 degC, kadar semen 350 kg/m3:
Kenaikan suhu = (350/45) * 7 = 54 deg

2. ACI 207.2, Cement Type I


Trise = 13 degC every 100 kg/m3
Untuk semen 300 kg/m3 : Kenaikan temperature = 3.0 * 13 = 39 degC
Suhu maksimum = 57 deg
Suhu beton awal maksimum = 57 - 39 = 18 deg.
Suhu maksimum = 71 degC, suhu beton awal = 71 - 39 = 32 degC
Konstruksi Mass Concrete

Tebal pengecoran > 1.0 m memerlukan penanganan panas akibat pengecoran


Suhu di dalam beton bisa naik sampai 70-80 degC.
Untuk menghindari retak maka perbedaan panas didalam dan di permukaan beton harus < 21oC
Bila tebal > 1.0 m maka suhu didalam dan dipermukaan perlu dimonitor untuk mendapatkan
nilai perbedaan suhunya.

Persiapan dilakukan diawal dengan :

1. Mengurangi Kadar Semen


2. Menggunakan Fly Ash (untuk memperlambat reaksi kimia / setting, sehingga produksi panas
melambat, Minimal 15-25%)
3. Menggunakan air es pada waktu pengadukan untuk mengurangi suhu awal
4. Menggunakan selimut berupa lapisan pasir + terpal atau Styrofoam tebal 10cm
sehingga suhu permukaan ikut naik sehingga perbedaannya dengan suhu di dalam beton
menjadi berkurang

Temp awal beton maks sebelum cor = 28-32 degC (High Strength Concrete = 18-25 oC)
Temp maks pada beton = 71 degC

Perbedaan temp dalam dan permukaan beton <= 21 - 36 degC

Kenaikan temperatur beton : 13 oC per 100 kg/m3 cement

Isolasi untuk menjaga perbedaan temp tidak terlalu besar

- Styrofoam 1"
- Plastic cor
- Pasir 10cm

Monitoring Suhu Beton

Untuk memastikan bahwa suhu maksimum dan perbedaan suhu beton tidak melewati batas yang
diijinkan maka perlu dilakukan monitoring selama minimal 14 hari dengan alat sensor suhu
(Thermocouple) pada titik dekat permukaan, di tengah dan didasar.

Jarak minimum Thermocouple terhadap permukaan adalah 10cm agar pengaruh suhu keliling
menjadi kecil. Pembacaan dilakukan setiap jam selama 48 jam pertama, kemudian setiap 2 jam
selama 12 hari berikutnya. Suhu maksimum dan perbedaan suhu dicatat.

Bila terjadi perbedaan suhu yang melewati batas, maka metode curing dan isolasi panas diperbaiki.
Contoh Perhitungan Suhu pada Mass Concrete:
PT AMCK
Project Pasar Baru Extension
Mass Concrete Temperature Control
Juli 2015

Note : Mass Concrete requirements only apply for concrete with minimum Thick >= 1.0 m or cement content > 335 kg/m3

1 DATA

Thick, min 3.0 m Type Semen Keterangan


Weather Temp (Malam hari) 25 oC I Normal
Mutu Beton K-400 II Modifikasi, Panas hidrasi lebih rendah
Kadar Semen minimum 400 kg/m3 III Kuat awal tinggi pada 3 hari
Type Semen I (Normal) IV Panas hidrasi sangat rendah (Dam)
Type Fly Ash Blast Furnace V Tahan sulfat
Kadar semen + Fly Ash 350 kg/m3
Percent Fly Ash 20 Pct Kondisi Kadar semen minimum (kg/m3)
Faktor Koreksi Fly Ash 0.5 Air tawar 280
Kadar semen 280 kg/m3 Air payau 340
Kadar Fly Ash 70 kg/m3 Korosif 330
Design Code ACI 207 Sulfat 325
Indoor 275
Temperature rise for Cement Type I :
For every 100 kg/m3 semen 13 oC Max Temp Diff
Maximum Concrete Temp 71 oC Strength (Psi) Initial 2-day Strength (kg/cm2) oF oC
Maximum Temp Diff (Ideal) 21 oC 1100 77.36 35 19.44
Max Temp Diff (4000 Psi) 36 oC 4000 281.29 65 36.11
6000 421.94 80 44.44
More accurate calculation:
Short-term strain capacity, etsc 9.00E-005 Perkembangan Kuat Tekan Beton Semen Type I
Coeff of Thermal expansion, alpha 8.00E-006 /oC Umur (hari) Ratio
Restrain Factor R (0=free, 1=fixed) 0.38 3 0.46
Modification Factor, K (Sustained) 0.8 7 0.7
Max Temp Diff = etsc/(K.alpha.R) 37.01 oC 14 0.88
21 0.96
Kenaikan Temp Beton, dT 41.0 oC 28 1
Temp Beton awal, Tomax 30.1 oC
Temp Difference dengan Udara 46 oC Fly Ash Type Faktor Koreksi
Kenaikan Suhu permukaan beton 10 oC estimasi Class F 0.5
Temp Difference (dalam dan luar) 36 oC Blast Furnace 0.65-0.8

Concrete Temperature
2 RESULTS Days Temperature
0-2 Increase to max in 2 days
Temperatur Beton Awal Max 30.1 oC 3-10 Constant for 7 days
Perbedaan Temperatur Max 36 oC OK 11-14 Decrease to room temp after 14 days
Suhu Beton Max selama pengecoran 71 oC

Recommendation:

Use To, concrete 28 oC Diukur dengan thermometer sebelum pengecoran


Suhu Beton Max selama pengecoran 71 oC Diukur setelah pengecoran dengan Thermocouple
Perbedaan Temperatur Max 36 oC Diukur setelah pengecoran dengan Thermocouple

3 Curing Blanket are as follows: Dipasang segera setelah concrete setting

Sand Layer 100mm above plastic layer


Plastic Sheet above styrofoam panel -------------------------------------------------------------------
Styrofoam Panel 50mm at concrete surface
mass concrete

4 Temperature Monitoring

Use Thermocouple with Temp range 0 – 150 oC .TC1


Reading interval Every 60 minutes for 3 x 24 hours
.TC2
Thermocouple placement Top, mid and bottom of concrete
Minimum distance from edge .TC3
Min 30cm from edge
Lokasi Penempatan 3 lokasi
(Di tengah raft, dan dua di sudut raft)

x
7. Volume dan Cost

Estimasi Kebutuhan Beton (m3/m2) dan Baja (ton/m2)


-------------------------------------------------------
Sistem Struktur Volume beton m3/m2
-------------------------------------------------------
Portal Bertingkat
< 12 lantai, tanpa basemen 0.30 - 0.35
< 12 lantai, dengan basemen 0.35 - 0.40
13 - 25 lantai, tanpa basement 0.35 - 0.40
13 - 25 lantai, dengan basement 0.40 - 0.45
25 - 36 lantai, dengan basement 0.45 - 0.55

Tabung, Beton bertulang/komposit 0.35

Bidang/Box Beton Bertulang 0.40

-------------------------------------------------------
Portal Bertingkat Baja Berat baja, ton/m2
-------------------------------------------------------
< 30 lantai 0.50
> 30 lantai 0.60 - 1.0
-------------------------------------------------------

Catatan: Untuk struktur dengan raft, maka rasio beton akan naik 0.05-0.1

S-ar putea să vă placă și