Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Abstract
This research is aimed at exploring the tourists’ satisfaction on the tour guides’ service especially
on the verbal language proficiency so that the tourists can become repeat visitors. This research employs
rationalistic method and uses qualitative data analysis. This research entwines and explores three variables
i.e; verbal language proficiency, tourists’ satisfaction, and the motivation to visit again. The data collecting
technique of the tourists’ satisfaction to visit again is obtained by performing a structured interview. The
data analysis on verbal language proficiency is conducted by collecting, simplifying, also presenting the
observation and interview data in the form of narrative text. The data testing is conducted by using the
triangulation technique on the source.
The result of the research shows that the verbal language proficiency of the tour guides in Prambanan
Temple has a strong influence on the tourists’ satisfaction. The verbal language proficiency of the tour guides
that influences the tourists’ satisfaction is the utterances (representative, directive, comissive, expressive,
declarative, the using of standard and non standard language, the strong Javanese accent usage, style or
guiding style, opinion (monologue and dialogue), the facial expression, and the body language. The tourists
feel satisfied with the services from the tour guide and influenced to have a will to revisit Prambanan
Temple.
Keywords:
The quality of service, language proficiency, tourist’s satisfaction
Intisari
JNP 146
Ratih Melatisiwi Purwaningsih, Pengaruh Kualitas Pelayanan Pemandu Wisata terhadap Kepuasan Wisatawan di Candi Prambanan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan berbahasa verbal pemandu wisata di Candi
Prambanan mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kepuasan wisatawan. Ujaran (representatif,
direktif, komisif, ekspresif, deklarasi, penggunaan bahasa baku dan tidak baku, penggunaan logat
jawa yang kental, gaya atau style pemanduan), wacana (monolog dan dialog), ekspresi air muka,
dan bahasa tubuh merupakan aspek-aspek yang mempengaruhi kepuasan wisatawan. Wisatawan
merasa puas dengan pelayanan pemandu wisata dan terpengaruh untuk datang kembali ke Candi
Prambanan.
Kata Kunci:
Kualitas Pelayanan, Kemampuan Berbahasa, Kepuasan Wisatawan.
147 JNP
Jurnal Nasional Pariwisata, Volume 5, Nomor 3, Desember 2013
wawancara pada variabel terikat berdasarkan itu kebutuhan yang harus dipenuhi wisatawan
indikator yang telah ditetapkan sebelumnya ketika berada di sebuah ODTW adalahmampu
dan langsung dilanjutkan dengan pengumpulan mendapatkan segala informasi mengenai ODTW
hasil wawancara dan observasi pada variabel yang wisatawan kunjungi pada saat itu. Selain
bebas. Data yang diperoleh kemudian harapan, wisatawan juga harus mempunyai
dianalisis dan direduksi sehingga diketahui respon-respon mengenai ODTW ataupun
hubungan di antara masing-masing variabel. penyelenggaranya. Oleh karena itu kepuasan
Dari hubungan-hubungan tersebut diketahui wisatawan bisa dikatakan sangat bergantung
berbagai macam kemampuan berbahasa pada kinerja produk ataupun penyelenggaraan
verbal pemandu wisata yang mempengaruhi wisata. Apabila kinerja pemandu wisata
kepuasan wisatawan di Candi Prambanan dan tidak dapat memenuhi harapan maka respon
motivasi wisatawan untuk berkunjung kembali. wisatawan akan negatif, sebaliknya apabila
Berbagai macam kemampuan berbahasa verbal kinerja pemandu wisata dapat memenuhi
yang mempengaruhi kepuasan wisatawan dan harapan wisatawan maka respon wisatawan
motivasi wisatawan untuk berkunjung kembali menjadi positif. Jika kinerja pemandu wisata
tersebut dibahas dengan hasil observasi dan melebihi harapan wisatawan maka wisatawan
wawancara pada variabel bebas kemudian akan merasa puas.
dijabarkan dengan data-data pendukung seperti Kualitas pelayanan pemandu wisata
studi pustaka dan hasil wawancara dengan mempunyai peran penting karena mampu
HPI Candi Prambanan dan PT Taman Wisata mempengaruhi wisatawan untuk mendatangi
Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko. suatu objek wisata sehingga nantinya dapat
Uji keabsahan data dari masing-masing variabel mempengaruhi wisatawan untuk berkunjung
menggunakan teknik triangulasi sumber yaitu kembali. Selain itu seorang pemandu wisata
membandingkan dan mengecek balik derajat harus mempunyai suatu keunggulan atau
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh keistimewaan dalam pelayanan sehingga
melalui waktu dan alat yang berbeda (Patton mampu membuat wisatawan merasa puas. Salah
dalam Moleong, 1989). satu keunggulan yang dimiliki pemandu wisata
adalah mampu untuk berkomunikasi dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN baik. Mampu untuk berkomunikasi dengan
baik dalam hal ini yaitu mampu memberikan
Kemampuan Berbahasa Verbal Pemandu informasi yang benar kepada wisatawan. Oleh
Wisata dan Kepuasan Wisatawan karena itu bagi seorang pemandu wisata memer
lukan kemampuan berbahasa verbal yang baik.
Kepuasan wisatawan merupakan hasil
Seorang pemandu wisata dituntut untuk
interaksi antara pengalaman dan ekspektasi
mempunyai kemampuan berbahasa verbal yang
wisatawan sebelum dan sesudah suatu produk
baik demi menjalankan tugas-tugasnya. Tiga
atau layanan. Sebelum wisatawan datang ke
tugas utama pemandu wisata adalah: a) untuk
suatu ODTW pada umumnya mereka sudah
mengatur dan melaksanakan kegiatan perjalanan
mempunyai sebuah pengharapan yang nantinya
wisata bagi wisatawan yang ditanganinya ber
ingin mereka capai ketika berada di ODTW.
dasarkan program perjalanan (itinerary) yang
Harapan wisatawan itu terbagi menjadi dua
telah ditetapkan, b) untuk menunjukkan dan
yaitu keinginan dan kebutuhan wisatawan.
mengantarkan wisatawan ke objek-objek dan
Salah satu keinginan dasar wisatawan yang
daya tarik wisata yang dikehendaki, c) untuk
ingin dicapai ketika berada di sebuah ODTW
memberikan informasi dan penjelasan mengenai
adalah ingin dapat merasakan keadaan yang
objek dan daya tarik wisata yang dikunjungi,
berbeda dari rutinitas sehari-harinya. Selain
JNP 148
Ratih Melatisiwi Purwaningsih, Pengaruh Kualitas Pelayanan Pemandu Wisata terhadap Kepuasan Wisatawan di Candi Prambanan
informasi sejarah dan budaya, dan pelbagai mengandung salah satu dari kelima makna
informasi lainnya. Dari ketiga tugas tersebut tersebut.
semuanya mengarah kepada kemampuan a. Representatif
berbahasa peamandu wisata. Mengacu pendapat Cohen (dalam Gurung,
Salah satu kemampuan berbahasa verbal 1996; McDonnell, 2001) bahwa pemandu
yang dimiliki oleh pemandu wisata ada wisata harus dapat memberikan informasi
kemampuan monolog dan dialog dalam yang benar dan menginterpretasikan objek
menyampaikan informasi kepada wisatawan. wisata sehingga dapat memberikan wawasan
Pada saat mendampingi wisatawan di suatu dan pemahaman budaya kepada wisatawan.
ODTW pemandu wisata harus bisa bermonolog Oleh karenanya ujaran representatif sangat
saat menjelaskan sesuatu. Pemandu wisata dibutuhkan. Representatif dalam artian
harus menjadi pembicara yang baik sehingga setiap ujarannya mengandung kebenaran
wisatawan sebagai pendengar bisa mengerti dari sebuah keadaan yang ada misalnya
dan memahami informasi yang disampaikan. mengenai penutupan Candi Siwa.
Setelah pemandu wisata bermonolog kemudian Tindak ujaran representatif juga memiliki
barulah wisatawanmerespon dan terjadi dialog muatan tematik. Hal ini mengacu pada
di antara keduanya. Kesalahan pemandu pendapat Dardjowidjojo (2005) bahwa
wisata dalam berbicara dan memproduksi ketika berujar seharusnya mengandung
wacana akan mengurangi tingkat kepuasan muatan tematik yaitu di dalam informasi
wisatawan bahkan dapat merusak citra dari yang disampaikan terdapat informasi baru
ODTW tersebut. Kemampuan berbahasa verbal dan lama, jadi pada saat pemandu wisata
tidak hanya mengenai bagaimana seseorang berujar pasti mengandung informasi yang
dapat berujar dan membuat wacana tetapi juga benar adanya dan tidak dibuat-buat. Oleh
mengenai ekspresi air muka dan bahasa tubuh. sebab itu walaupun sebagian besar cerita
Dalam sebuah percakapan seringkali dijumpai mengenai Candi Prambanan berupa legenda
ekspresi air muka dan bahasa tubuh seperti dan mitos yang sulit untuk dibuktikan akan
tersenyum, mengangguk, dan sebagainya. tetapi sudah ada kesepakatan mengenai
Semuanya terlihat begitu biasa dalam kehidupan jalan ceritanya sehingga antara pemandu
sehari-hari oleh karenanya hal ini hampir wisata satu dan lainnya pasti menceritakan
menjadi sebuah kebiasaan bagi seseorang dan cerita yang sama.
dapat dilakukan secara refleks. b. Direktif
1. Ujaran Di dalam ujaran pemandu wisata selain
Tugas pemandu wisata adalah untuk berisi tentang informasi juga berisi mengenai
menyampaikan informasi dan menemani anjuran atau direktif, seperti pendapat
wisatawan selama berada di objek wisata. Dardjowidjojo (2005) bahwa dalam unsur
Selama di kawasan Candi Prambanan, direktif yaitu pembicara (pemandu wisata)
wisatawan sangat membutuhkan ujaran- melakukan tindak ujaran dengan tujuan
ujaran yang dilontarkan oleh pemandu agar pendengar (wisatawan) melakukan
wisata untuk memahami objek wisata yang sesuatu. Oleh sebab itu pada saat akan
dikunjunginya. Sesuai dengan pendapat memberikan anjuran kepada wisatawan,
Searle (dalam Dardjowidjojo, 2005) bahwa pemandu wisata biasanya melihat reaksi dan
di dalam setiap ujaran terkandung makna respon wisatawan terlebih dahulu sebelum
representatif, direktif, komisif, ekspresif, memberikan anjuran. Pemandu wisata tidak
dan deklarasi maka pada saat melakukan secara langsung mengatakan anjuran-anjuran
pemanduan, setiap ujaran pemandu wisata yang dimaksud tetapi mengawalinya dengan
149 JNP
Jurnal Nasional Pariwisata, Volume 5, Nomor 3, Desember 2013
sebuah narasi singkat. Hal ini dimaksudkan bercerita menggunakan bahasa baku, seperti
agar wisatawan tidak merasa tersinggung rombongan perjalanan dinas dan pelajar.
dan tetap merasa puas dengan informasi Merujuk pendapat Artha dan Ahimsa-Putra
yang disampaikan. (2004) bahwa bahasa adalah alat komunikasi
c. Komisif dasar yang dimiliki oleh manusia. Oleh
Tindak ujaran komisif ini hampir mirip sebab itu baku atau tidaknya bahasa yang
dengan direktif hanya saja pada tindak diujarkan oleh pemandu wisata menjadi
ujaran komisif ini “anjuran atau perintah” tidak begitu penting selama wisatawan
diarahkan kepada pembicara (pemandu mampu memahami dan mengerti informasi
wisata). Pemandu wisata menggunakan yang disampaikan.
tindak ujaran ini pada saat menceritakan g. Penggunaan Logat Jawa yang Kental
mengenai dirinya sendiri ketika bersama Pemandu wisata di Candi Prambanan
wisatawan, misalnya saat pemandu mem selain menguasai pemanduan dalam
perkenalkan diri dan memulai untuk Bahasa Indonesia, juga mampu memandu
pemanduan serta ungkapan pemandu wisata dengan Bahasa Inggris. Akan tetapi pada
mengenai tekadnya untuk terus menemani saat pemandu wisata memandu wisatawan
wisatawan selama berada di kawasan Candi seringkali terdengar logat jawa yang sangat
Prambanan. kental meskipun pada saat itu mereka sedang
d. Ekspresif memandu dengan menggunakan Bahasa
Tindak ujaran ekspresif dipakai oleh Indonesia, juga ketika para pemandu wisata
pemandu wisata untuk menyatakan keadaan itu memandu dengan menggunakan Bahasa
psikologisnya mengenai sesuatu. Hal ini Inggris. Hal ini dapat terjadi mengingat
dapat diketahui pada saat pemandu wisata mayoritas pemandu wisata merupakan
mengucapkan selamat datang, menyatakan masyarakat lokal dan penutur aktif Bahasa
rasa terima kasih atas kunjungan wisatawan, Jawa. Oleh karena itu dalam setiap ujarannya
dan ucapan-ucapan ekspresif lain seperti: terbawa gaya bahasa lokal dengan ciri khas
aduh, wah, dan sebagainya. penggunaan kata “ya” pada akhir kalimat,
e. Deklarasi misalnya; “Today is very hot ya.” Walaupun
Pemandu wisata pada saat menyampaikan demikian wisatawan tidak merasa keberatan
informasi kepada wisatawan juga mengan karena hal ini malah menjadi ciri khas dari
dung tindak ujaran deklarasi. Tindak ujaran pemandu itu sendiri.
deklarasi ini menyatakan suatu keadaan h. Gaya atau Style Pemanduan
baru yang muncul karena ujaran sebelum Cara dan style pemandu wisata dalam
nya, misalnya pada saat pemandu wisata menyampaikan berbagai informasi mengenai
menjelaskan mengenai penutupan Candi Candi Prambanan juga dapat mempengaruhi
Siwa. kepuasan wisatawan. Wisatawan merasa
f. Penggunaan Bahasa Baku dan Tidak Baku puas ketika pemandu wisata menyampaikan
Pada saat menyampaikan cerita mengenai informasi dengan santai, apa adanya dan
sejarah Candi Prambanan, pemandu wisata tidak terkesan teks book. Selain itu wisatawan
lebih banyak menggunakan bahasa tidak tidak nyaman dengan cara penyampaian
baku daripada bahasa baku karena wisata informasi yang terkesan satu arah seperti
wan merasa lebih santai dan terkesan layaknya guru dan murid. Pemandu wisata
akrab dengan pemandu wisata. Walaupun memang bisa bertindak sebagai mentor
demikian masih ada beberapa wisatawan (McDonnell, 2001), akan tetapi bukan hal itu
yang lebih menyukai jika pemandu wisata yang diinginkan wisatawan.
JNP 150
Ratih Melatisiwi Purwaningsih, Pengaruh Kualitas Pelayanan Pemandu Wisata terhadap Kepuasan Wisatawan di Candi Prambanan
2. Wacana b. Dialog
Pemandu wisata dalam menyampaikan Setelah pemandu wisata bermonolog
informasi kepada wisatawan, selain bisa kemudian barulah wisatawan merespon
berujar dengan baik juga mampu untuk dan terjadi dialog di antara keduanya.
mengeluarkan berbagai wacana sehingga Dialog yang terjadi di antara keduanya
mampu mempermudah pemahaman wisata pada umumnya diawali dengan pertanyaan-
wan akan penjelasan pemandu wisata. Pada pertanyaan baik dari sisi pemandu wisata
umumnya wacana dibagi menjadi dua yaitu maupun wisatawan. Berdialog dapat dikata
monolog dan dialog (Dardjowidjojo, 2005). kan sebagai kegiatan lanjutan yang dilaku
Kemampuan berwacana dilakukan pemandu kan antara wisatawan dan pemandu wisata
wisata pada saat menemani wisatawan setelah didahului oleh monolog. Banyak
berkeliling di ODTW Candi Prambanan. dialog terjadi ketika pemandu wisata mence
Dialog dan monolog dilakukan dengan silih ritakan mengenai keadaan Candi Prambanan
berganti seperti ketika pemandu wisata silih sebelum dan sesudah gempa 2006.
berganti berujar menggunakan bahasa baku Pada saat mendampingi wisatawan,
dan tidak baku. pemandu wisata selalu mencoba untuk
a. Monolog bermonolog dan berdialog dengan baik
Pada saat mendampingi wisatawan di Candi akan tetapi demi meningkatkan kepuasan
Prambanan, pemandu wisata harus bisa wisatawan menurut Cohen (dalam Gurung,
bermonolog dan berdialog saat menjelaskan 1996; McDonnell, 2001) ada beberapa hal
sesuatu. Pemandu wisata harus bisa menjadi yang perlu diperhatikan oleh pemandu
pembicara yang baik saat bermonolog agar wisata antara lain; 1) Seleksi (selection), 2)
wisatawan sebagai pendengar bisa mengerti Interpretasi (interpretation), 3) Informasi
dan memahami informasi yang disampaikan. (information) dan 4) Interaksi (interaction).
Hal ini sesuai dengan McDonnell (2001) Oleh karena itu ketika pemandu wisata
berpendapat bahwa pemandu wisata mempunyai kemampuan menyeleksi,
merupakan orang yang mentransmisi dan menginterpretasi, memberi informasi, dan
menginterpretasi informasi. Oleh karenanya berinteraksi dengan wisatawan kepuasan
ketika menjelaskan mengenai Candi wisatawan akan meningkat.
Prambanan pemandu wisata bermonolog 3. Ekspresi Air Muka
terlebih dahulu, kemudian baru berdialog Pada saat melakukan penjelasan kepada
dengan wisatawan. wisatawan, pemandu wisata juga meng
Ketika wisatawan memulai perjalanan gunakan ekspresi muka untuk mengungkap
untuk berkeliling candi, pemandu wisata kan sesuatu yang tidak bisa dikatakan
bermonolog untuk menceritakan mengenai dengan kata-kata, begitu juga yang dilakukan
sejarah, legenda, mitos, maupun berbagai oleh pemandu wisata di Candi Prambanan.
cerita seputar Candi Prambanan. Seperti Ekspresi muka yang ditunjukkan oleh
pendapat Dardjowidjojo (2005) bahwa pada pemandu wisata terlihat alami sebagai
umumnya saat orang bermonolog akan respon dari luapan perasaan saat menemani
mengikuti pola narasi tertentu dan memilah- wisatawan, sebagai contoh pemandu wisata
milah mana yang layak untuk diucapkan dan mengeluarkan ekspresi tersenyum selama
mana yang tidak. Oleh karena itu pada saat menemani wisatawan. Hal ini menunjukkan
pemandu wisata mulai untuk bermonolog, bahwa pemandu wisata merasa bahagia
wisatawan lebih banyak bersikap diam dan selama menemani wisatawan berkeliling
memperhatikan penjelasannya. Candi Prambanan. Sebagaimana diketahui
151 JNP
Jurnal Nasional Pariwisata, Volume 5, Nomor 3, Desember 2013
JNP 152
Ratih Melatisiwi Purwaningsih, Pengaruh Kualitas Pelayanan Pemandu Wisata terhadap Kepuasan Wisatawan di Candi Prambanan
153 JNP