Sunteți pe pagina 1din 6

Jurnal Ilmu Kebencanaan (JIKA) ISSN 2355-3324

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 6 Pages pp. 36-41

MITIGASI BENCANA TSUNAMI MELALUI PARIWISATA


(Studi Kasus di Situs Tsunami Kapal PLTD Apung Banda Aceh)
Muhammad Bilal Habibie1, Saleh Sjafei2, Khairuddin3
1
Magister Ilmu Kebencanaan, Program Pascasarjana, Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
2
Program Studi Sosiologi Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
3
Program Studi Administrasi Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Syiah Kuala
Banda Aceh
Korespondensi: abil.soswork@yahoo.com

ABSTRACT
Aceh is a vulnerable area of natural disasters, then, mitigation disaster must be improved
to prevent collateral damage of the disaster. The study upon disaster managements:
planning, organizing, human resource recruitment, leadership, and supervising, on one
of educational and tourism site in Banda Aceh, PLTD Apung, became the object of this
study. This site was selected since it was projected as a site for disaster mitigation,
particularly for earthquake and Tsunami. The data were collected by observation,
interview, and document recording toward relating parties including manager and staffs
of the site, the heard of tourism board of Banda Aceh, tourist guides, people nearby, and
visitors. The result indicated that the government had planned the establishment of
priority zone for disaster mitigation along with socialization and relating policies. The
organization disaster mitigation included pre-disaster preparation, rescue, and recovery
post-disaster. Then, the recruitment of involved staffs also involved the training of
mitigation management. Then, the ministry of human resource along with local
government had established several policies on disaster management. Then, informants
also admitted that disaster management conveyed disaster mitigation and early warning
system.
Keywords: mitigation, Tsunami, Aceh, PLTD APUNG

ABSTRAK
Aceh yang terletak di daerah rawan bencana alam dianggap harus meningkatkan mitigasi
pengelolaan bencana. Pengkajian lima unsur pengelolaan bencana – perencanaan,
pengorganisasian, perekrutan sumber daya manusia, kepemimpinan, dan pengawasan – pada
salah satu objek wisata dan edukasi di Banda Aceh, Situs Tsunami Kapal PLTD Apung. Lokasi
tersebut menjadi proyeksi pemerintah sebagai wadah mitigasi bencana gempa dan tsunami. Hasil
data yang didapatkan melalui observasi, wawancara, dan studi dokumentasi terhadap manajer dan
staf PLTD Apung, Kepala Dinas Pariwisata Banda Aceh, pemandu wisata, masyarakat sekitar,
dan pengunjung lokasi tersebut mendapatkan beberapa temuan. Pembangunan zona prioritas
penanggulangan bencana, sosialisasi dan kebijakan mitigasi bencana telah direncanakan oleh
pemerintah dan instansi terkait. Pengorganisasian yang dilakukan terdiri dari persiapan
prabencana, pertolongan dampak bencana, dan pemulihan pascabencana. Lalu, perekrutan sumber
daya manusia yang dilakukan merekrut petugas keamanan, pemandu wisata, dan petugas
kebersihan, dengan prasyarat mengikuti pelatihan mitigasi bencana. Selanjutnya, Kementrian
ESDM telah bekerja sama dengan pemerintah pusat dan daerah mengenai upaya dan kebijakan
pengelolaan mitigasi bencana tsunami. Terakhir, para informan mengakui bahwa pengawasan
pengelolaan bencana yang diterapkan sudah meliputi antisipasi/mitigasi bencana gempa dan
tsunami serta sosialisasi sistem peringatan dini tsunami.
Kata kunci: mitigasi, tsunami, Aceh, PLTD Apung

Volume 4, No. 2, Mei 2017 36


Jurnal Magister Ilmu Kebencanaan (JIKA)
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

PENDAHULUAN membutuhkan dukungan dan tindak


Sebagai negara kepulauan terbesar lanjut dari otoritas yang terkait. Dalam
di dunia, Indonesia memiliki berbagai kasus ini, Pemerintah Indonesia telah
kekayaan alam yang melimpah. Namun, mengeluarkan Peraturan Menteri Dalam
Indonesia terletak di daerah rawan Negeri No.33 tahun 2006 mengenai
bencana alam karena diapit oleh Benua Pedoman Umum Mitigasi Bencana dan
Asia dan Australia serta berada pada titik berbagai kebijakan dan strategi yang
temu tiga lempeng utama bumi, yaitu perlu ditempuh (UU RI 2007).
lempeng Indo-Australia, Eurasia, dan Pengaplikasian yang dapat ditempuh
Pasifik. Salah satu bencana besar yang meliputi pemetaan, pemantauan,
pernah terjadi di Indonesia adalah gempa penyebaran informasi, sosialisasi,
bumi dan tsunami Aceh pada 2004 pelatihan, dan peringatan dini. Tindakan-
silam. Aceh yang berada di jalur patahan tindakan tersebut mengandung unsur-
Semangko dan Seulimum ini mengalami unsur pengelolaan bencana yang
kerusakan parah di daerah pesisir utara dipaparkan oleh Carter (1991), yakni
dan barat. Ada 265.896 jiwa dinyatakan perencanaan, pengorganisasian,
hilang dan meninggal dunia (BRR dalam perekrutan sumber daya manusia,
Mangkusubroto 2011). Kurangnya kepemimpinan, dan pengawasan.
pendidikan formal, pengetahuan Pada tahap perencanaan, beberapa
masyarakat terhadap bencana alam, dan tindakan dapat dilakukan seperti
prosedur penyelamatan diri ditenggarai pembangunan zona prioritas
sebagai faktor banyaknya korban jiwa penanggulangan bencana alam – seperti
yang muncul (Depkominfo 2008). yang diterapkan di Aceh selama 2012
Regulasi dan anjuran terkait dengan hingga 2017, penyusunan zona
bencana alam yang terjadi dan kontinjensi, dan pembangunan sistem
penanggulannya pun muncul, baik dari distribusi logistik demi menjamin
pemerintah Indonesia (UU RI 2007) stabilitas harga kebutuhan hidup pada
maupun dari organisasi internasional fase tanggap darurat. Lalu, koordinasi
(LIPI-UNESCO 2006). Demi antara organisasi untuk mengurangi
meminimalisasi dampak bencana alam beban kerja, tumpang tindih, atau
yang terjadi, masyarakat diminta untuk persaingan di dalam pengelolaan
meningkatkan kapasitas manajemen bencana alam dilakukan, walaupun acap
bencana alam atau mitigasi dengan kali mengalami kekurangan dana,
berbagai kegiatan, baik itu sebelum, sumber daya, dan perhatian dari
selama, dan sesudah bencana terjadi pemerintah (King 2008). Terkait dengan
(Bastian 2007). sumber daya, tahap perekrutan sumber
Pada hakikatnya, mitigasi daya manusia juga berperan penting
diterapkan untuk mengurangi risiko dalam pencapaian gol dan kinerja suatu
bencana. Tsunami misalnya, mitigasi organisasi kebencanaan. Namun, hal
yang dilakukan adalah pembangunan tersebut terkadang sulit untuk
fisik, pengetahuan, dan kemampuan direalisasikan jika pemerintah daerah
terhadap bencana alam tersebut. dan pusat tidak menyediakan pelayanan,
Penanggulangan bencana alam yang baik secara hukum, moril, maupun
terdiri dari mitigasi, kesiapsiagaan, materiil. Selanjutnya, pada tahap
respons, dan pemulihan (Sugito 2008). pengawasan pengelolaan bencana,
Namun, hal tersebut mutlak pengidentifikasian pemukiman yang

Volume 4, No. 2, Mei 2017 37


Jurnal Magister Ilmu Kebencanaan (JIKA)
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

rentan bencana, penyuluhan teori dan Bidang Pembinaan dan Pengawasan,


praktek mitigasi bencana (Kaharuddin Manajer, dan para staf di PLTD Apung,
2015), pengoordinasian pihak-pihak dilakukan sebagai langkah dalam
mitigasi yang bertanggung jawab pengumpulan data mengenai
(Rahmi dan Satria 2013), dan pengelolaan mitigasi di tempat tersebut.
pengidentifikasian rute evakuasi dan Selanjutnya, data tambahan
lokasi pengungsian (Husna 2005) juga dikumpulkan melalui wawancara
dapat diterapkan. Tindakan-tindakan mendalam terhadap 30 informan yang
tersebut esensial untuk diberlakukan, dipilih berdasarkan latar belakang dan
termasuk demi keselamatan para difabel tingkat pemahaman mitigasinya.
sekalipun (Daud 2016). Validasi data kemudian dilakukan
Situs Tsunami Kapal PLTD dengan mengonfirmasi unsur pimpinan
(Pembangkit Listrik Tenaga Diesel) lembaga dan kepada bidang untuk setiap
Apung merupakan salah satu wadah unit di lokasi tersebut. Sebagai penelitian
mitigasi kebencanaan yang dikelola oleh kualitatif, peneliti bertindak sebagai
Dinas Pariwisata Kota Banda Aceh. instrumen utama dan didukung oleh
Sebagai institusi pendidikan non-formal instrumen tambahan yakni lembar
dan objek wisata, PLTD Apung berperan observasi dan pertanyaan pada
sebagai salah satu pusat informasi wawancara. Reduksi data, display data,
mengenai mitigasi kebencanaan, baik dan verifikasi diterapkan untuk
yang bisa diakses secara offline penganalisisan data (Nasution 1996).
(pemandu wisata dan konten yang ada di
situs tersebut) maupun online. Hasil HASIL DAN PEMBAHASAN
wawancara, observasi, dan studi Perencanaan Pengelolaan Bencana
dokumentasi terhadap pengelola PLTD dalam Mitigasi Tsunami
Apung membuktikan bahwa upaya Berdasarkan wawancara yang
mitigasi kebencanaan melalui pariwisata dilakukan dengan manajer Situs
di situs tersebut telah memberikan Tsunami Kapal PLTD Apung dan
edukasi dan tips terkait dengan tsunami Kepala Dinas Pariwisata Kota Banda
dan penyelamatan diri dari bencana alam Aceh, perencanaan pembangunan zona
tersebut, baik dari aspek perencanaan, prioritas penanggulangan bencana,
pengorganisasian, kepemimpinan, sosialisasi mitigasi bencana alam kepada
maupun pengawasan (Carter 1991). masyarakat, dan pengusulan kebijakan
pemerintah tentang tataguna lahan,
METODE PENELITIAN standarisasi bangunan, infrastruktur
Studi yang bersifat kualitatif sarana dan prasarana, dan mikrozonasi
deskriptif dan berlangsung selama tiga lokal daerah rawan bencana telah
bulan ini menggunakan beberapa subjek dilakukan. Mitigasi yang dilakukan
penelitian seperti Dinas Pariwisata Kota merujuk ke dua hal, yakni pengurangan
Banda Aceh, geuchik (kepala desa) dan risiko bencana alam dengan membangun
masyarakat Punge Blang Cut, manajerial kungkungan fisik dengan memanfaatkan
di Situs Tsunami Kapal PLTD Apung, rekayasa struktur (Husna 2005), dan
dan guide (pemandu wisata) serta pengurangan risiko bencana dengan
pengunjung wisata di situs tersebut. mengubah pola pikir masyarakat dan
Survei awal dalam bentuk pemberian otoritas yang terkait mitigasi bencana
informasi atau dokumen terhadap Kepala alam (Carter 1991).

38 Volume 4, No. 2, Mei 2017


Jurnal Magister Ilmu Kebencanaan (JIKA)
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Daya Mineral (ESDM). Proses


Pengorganisasian Pengelolaan perekrutan mensyaratkan mereka untuk
Bencana dalam Mitigasi Tsunami mengikuti pelatihan dan pendidikan
Persiapan dan kesiapsiagaan terkait upaya mitigasi bencana.
prabencana terhadap instansi yang Sosialisasi positif tersebut dilaksanakan
terkait seperti Dinas Kebudayaan dan oleh Dinas Pariwisata. Proses perekrutan
Pariwisata Aceh, Badan Perencanaan tersebut dinilai penting karena
Pembangunan Daerah (Bappeda) Aceh, merefleksikan kinerja dari elemen yang
dan Badan Meteorologi, Klimatologi dan terkait. Hal ini sesuai dengan studi yang
Geofisika (BMKG) juga telah dilakukan Masyudi dan Rizky (2015)
diaplikasikan dengan pemberian respons bahwa menyatakan bahwa proses seleksi
dan pertolongan dari dampak bencana dan kapasitas serta kualifikasi rekrutmen
yang diusulkan terhadap Badan mencerminkan kinerja dari suatu afiliasi.
Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) Oleh karena itu, sistem perekrutan yang
selaku penanggungjawab pelaksanaan kurang baik akan menghasilkan
mitigasi bencana di Aceh. Pemulihan rekrutmen yang tidak sesuai dengan
pasca bencana juga telah direncanakan tujuan suatu instansi, begitu juga
dan disiapkan oleh Dinas Bina Marga sebaliknya.
dan Cipta Karya (Dinas BMCK) Aceh.
Selanjutnya, penganggaran terhadap Kepemimpinan Pengelolaan Bencana
pengorganisasian tersebut dilimpahkan dalam Mitigasi Tsunami di Situs
kepada Dinas Pengelolaan Kekayaan dan Tsunami
Keuangan Aceh (DPKKA). Beberapa instansi telah bertindak
Pengorganisasian yang digalakkan sebagai koordinator dalam upaya
mendukung regulasi pemerintah pada pencegahan dan pengurangan bencana
Undang-undang No.24 tahun 2007 berkoordinasi dengan instansi lainnya,
terkait pokok pengaturan dan substansi seperti Dinas Pariwisata dengan pihak
kebijakan penanggulangan bencana Kementrian ESDM, dan Kementrian
secara terarah dan terpadu. Masyarakat ESDM yang bekerja sama dengan
yang diwakili oleh individu atau pemerintah pusat dan daerah, serta
komunitas tertentu diminta memberikan diwakili oleh dukungan BPBD Aceh.
pengalaman langsung mengenai kejadian Selain itu, koordinasi yang dilakukan
bencana (Zein 2010) dan diharapkan menguntungkan sektor wisata antara
memiliki kesadaran dan pemahaman pihak PLTD Apung dengan pihak-pihak
terhadap bencana yang terjadi (Priyanto swasta walaupun terdapat hambatan
2006). dalam menjalankan regulasi mitigasi
bencana ditemukan seperti tidak
Perekrutan Sumber Daya Manusia optimalnya sarana dan prasarana dan
pada Pengelolaan Bencana dalam lemahnya koordinasi pemegang kendali
Mitigasi Tsunami mitigasi. Namun, dukungan moril dan
Wawancara terhadap para materiil dari Pemerintah Aceh tetap
informan menemukan fakta bahwa diusulkan. Peran pemerintah dalam
perekrutan 23 tenaga kerja – petugas manajemen kepemimpinan pengelolaan
keamanan, guide, dan petugas bencana telah dilakukan, seperti
kebersihan – di lokasi tersebut dilakukan dibangunnya Situs Tsunami Kapal
oleh Kementrian Energi dan Sumber PLTD Apung, pembentukan Badan

Volume 4, No. 2, Mei 2017 39


Jurnal Magister Ilmu Kebencanaan (JIKA)
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Penanggulangan Bencana Daerah penyuluhan mitigasi bencana kepada


(BPBD). Walaupun terjadi masyarakat, dan membuat kebijakan
ketidakoptimalan koordinasi serta sarana mitigasi bencana oleh pemerintah. Lalu,
dan prasarana pendukung, hambatan pengorganisasian yang dilakukan terdiri
tersebut dihindari dengan manajemen dari tiga tahapan, yaitu persiapan pra-
pengoordinasian secara command and bencana oleh instansi yang terkait,
control terstruktur (Neal dan Phillip pertolongan yang dilakukan terhadap
1995) antara otoritas lokal dengan pusat dampak yang terjadi, dan pemulihan
(Carter 1991). pasca bencana melalui peran
penganggaran. Kemudian, perekrutan
Pengawasan Pengelolaan Bencana sumber daya manusia pada lokasi
dalam Mitigasi Tsunami tersebut merekrut petugas keamanan,
Pesan antisipasi/mitigasi di PLTD guide, dan petugas kebersihan. Mereka
Apung juga telah tersampaikan pada disyaratkan untuk mengikuti pelatihan
hampir seluruh informan. Mereka juga mitigasi bencana yang diselenggarakan
mengaku bahwa tsunami Aceh yang oleh Dinas Pariwisata. Selanjutnya,
terjadi pada 26 Desember 2004 silam kepemimpinan pengelolaan bencana
masih membekas. Sebagian dari mereka dilakukan oleh Kementrian ESDM yang
juga memiliki pemahaman gejala awal bekerja sama dengan instansi pemerintah
tsunami dan mengetahui sistem pusat dan daerah mengenai upaya dan
peringatan dini tsunami. Pengawasan kebijakan dalam pengelolaan mitigasi
pengelolaan bencana sangat bencana tsunami. Pengawasan
mempengaruhi akan terealisasinya pengelolaan bencana yang diterapkan
regulasi perencanaan mitigasi bencana meliputi antisipasi/mitigasi bencana
(Rahmi dan Satria 2013). Dalam hal ini, gempa dan tsunami dan pengaplikasian
pengawasan yang dilakukan di PLTD sirene sebagai sistem peringatan dini
Apung adalah adanya edukasi tsunami.
penyelamatan diri yang terdapat di lokasi
tersebut. Masyarakat juga dapat DAFTAR PUSTAKA
mempelajari gejala gempa bumi dan Bastian, 2007. Hidup Akrab dengan
surutnya air laut sebelum terjadinya Bencana. MPBI, Jakarta.
tsunami seperti yang dikemukakan Carter, N. 1991. Disaster Management.
Diposaptono (2005), walaupun terjadi Asian Development Bank,
perdebatan bahwa tsunami tidak Mandaluyong.
didahului oleh surutnya air laut (Rahmi Daud, M. 2015. Mitigasi Bencana
dan Satria 2013). Pengawasan Gempa Bumi bagi Difabel di
pengelolaan bencana juga diaplikasikan Kabupaten Aceh Tengah Tahun
melalui sistem peringatan dini tsunami 2015. Tesis Magister, Universitas
berupa sirene yang sangat fungsional Syiah Kuala.
sebagai media penyampaian informasi Depkominfo. 2008. Memahami
bencana kepada masyarakat. Bencana: Informasi Tindakan
Masyarakat Mengurangai Risiko
KESIMPULAN Bencana. Badan Informasi Publik
Perencanaan mitigasi di PLTD Pusat, Jakarta.
Apung meliputi pembangunan zona
prioritas penanggulangan bencana,

40 Volume 4, No. 2, Mei 2017


Jurnal Magister Ilmu Kebencanaan (JIKA)
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Diposaptono, B. 2005. Tsunami. Priyanto, A. 2006. Promosi Kesehatan


Penerbit Buku Ilmiah Populer, pada Situasi Emergensi.
Jakarta. Kepmenkes, Jakarta.
Husna, A. 2005. Arahan Pengendalian Republik Indonesia. 2007. Undang-
Pemanfaatan Ruang Sebagai Undang No.24 Tahun 2007
Instrumen Mitigasi Kawasan tentang Penanggulangan
Rawan Bencana Tsunami di Bencana. Jakarta.
Kampung Nelayan Lampulo Banda Rahmi, Y. dan Satria, A. 2013. Analisis
Aceh. Tesis Magister (tidak Hubungan Tingkat Kerentanan
diterbitkan), Institut Teknologi Masyarakat Pesisir Terhadap
Surabaya. Bencana dengan Upaya
Kaharuddin. 2015. Kajian Pengurangan Risiko Bencana
Kesiapsiagaan Masyarakat (PRB). Jurnal Penyuluhan. 9(2),
terhadap Bahaya Bencana 185-199.
Tsunami. Tesis Magister, Sugito, N. T. 2008. Tsunami. Universitas
Universitas Syiah Kuala. Pendidikan Indonesia, Bandung.
King, D. 2008. Reducing Hazard Zein, M. 2010. A Community-based
Vulnerability through Local Approach to Flood Hazard and
Government and Action. Natural Vulnerability Assesment in Flood
Hazards, 47(3), 497-508. Prone Areas: A Case Study in
LIPI-UNESCO. 2006. Kajian Kelurahan Sewu, Surakarta City
Kesiapsiagaan Masyarakat - Indonesia. Tesis Magister,
dalam Mengantisipasi Bencana Universitas Gadjah Mada dan
Gempa Bumi & Tsunami. Deputi International Institute for Geo-
Ilmu Pengetahuan Kebumian information Science and Earth
Lembaga Ilmu Pengetahuan Observation.
Indonesia, Jakarta.
Mangkusubroto, K. 2011. Analisis
Dinamika Kolaborasi antara
Badan Rehabilitasi dan
Rekonstruksi Aceh dan Nias
(BRR) dengan Lembaga Donor
Pasca Tsunami 2004
Menggunakan Drama Theory.
Jurnal Manajemen Teknologi.
10(1), 42-63.
Masyudi. dan M. Rizki. 2016. Analisis
Rekrutmen dan Seleksi terhadap
Kinerja Pegawai Badan
Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) Kabupaten Aceh Selatan
2015. Serambi Akademica, 4(1),
91-99.
Nasution. 1996. Metode Penelitian
Naturalistik Kualitatif. PT.
Tarsito, Bandung.

Volume 4, No. 2, Mei 2017 41

S-ar putea să vă placă și