Sunteți pe pagina 1din 12

TANTANGAN PROFESI PENELITI: SATU STUDI KASUS

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

THE CHALLENGES OF RESEARCHER’S PROFESSION: A CASE STUDY OF RESEARCH


AND DEVELOPMENT CENTER FOR SOCIAL WELFARE

Achmadi Jayaputra
Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Kementerian Sosial RI
Jl. Dewi Sartika No.200, Cawang III, Jakarta Timur
E-mail: jachmadi@yahoo.co.id

Abstract
Researcher is a functional position in the Ministry of Social Affairs. The existence of researchers has been recognized
since 1985 and it was marked by the appointment of eight people to be functional researchers. Over the last thirty
years, the number of researchers has been growing as the result of the increasing number of the government’s tasks.
This study is to discuss the researchers who work in the governmental institution and whose duties and functions have
been determined through the intitution’s policy based on the rules set out in 2015. The work unit formation of Research
and Development Centre for Social Welfare (Puslitbangkesos) has ever been changed several times. Therefore, it
contributes to the implementation of its activities. Its goal is to give the charge to face the mental revolution that has
been declared nationally. The situation will be different from the previous one because next, each researcher will
begin to improve his quality by looking at very rapid development of science and technology. Each researcher must
pay attention to a professional work ethic, rules and norms as well as researcher’s ethics. It is time for the researchers
to improve their quality in increasing their knowledge and their ability to uphold the values of honesty, responsibility
and dignity.

Keyword: challenges, profession, work ethic.

Abstrak
Peneliti merupakan satu jabatan fungsional di Kementerian Sosial RI. Keberadaannya sudah diakui sejak tahun 1985
ditandai dengan diangkatnya delapan orang menjadi peneliti fungsional. Selama tiga puluh tahun terakhir menunjukkan
peningkatan jumlah seiring dengan beban tugas pemerintah. Kajian ini membahas peneliti yang bekerja di lembaga
pemerintah dengan tugas pokok dan fungsinya yang sudah ditentukan melalui kebijakan lembaga berdasarkan
peraturan yang ditetapkan mulai tahun 2015. Pembentukan Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan
Sosial (Puslitbangkesos) mengalami beberapa kali perubahan unit kerja, sehingga berpengaruh terhadap pelaksanaan
kegiatan. Tujuannya memberi muatan dalam menghadapi revolusi mental yang telah dicanangkan secara nasional.
Situasi akan datang berbeda dengan situasi sebelumnya sebab ke depan tiap peneliti mulai meningkatkan kualitas
dengan melihat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat. Tiap peneliti memperhatikan etos
kerja secara profesional dengan memperhatikan kaidah dan norma-norma, serta etika peneliti. Sudah saatnya peneliti
meningkatkan kualitas diri dalam meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dengan menjunjung nilai kejujuran,
bertanggung jawab dan bermartabat.
Kata kunci: tantangan, profesi, etos kerja.

Tantangan Profesi Peneliti: Satu Studi Kasus Pusat Penelitian dan


77
Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Achmadi Jayaputra
PENDAHULUAN PEMBAHASAN
Peneliti merupakan sumber daya manusia Lembaga. Tahun 1975 dibentuk Badan
yang memiliki pekerjaan khusus berkaitan Penelitian dan Pengembangan Sosial yang
dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. membawahi dua lembaga penelitian; Pusat
Peneliti sebagai profesi keilmuan sesuai dengan Penelitian dan Pengembangan Kemaslahatan
kepakarannya, mereka bekerja secara tetap Kesejahteraan Sosial (Puslitbangkesos) dan
dalam suatu lembaga penelitian pemerintah Pusat Metode dan Teknologi Pekerjaan Sosial
atau lembaga penelitian swasta. Secara umum (Puslit MTPS). Perkembangan selanjutnya
profesi ini memiliki keunikan yang dilihat dari kedua lembaga penelitian tersebut mengalami
keilmuannya ditandai dengan bidang kepakaran perubahan nama; 1983 menjadi Pusat
yang diakui secara nasional dan internasional. Penelitian dan Pengembangan Rehabilitasi dan
Bantuan Sosial (Puslitbang RBS), dan Pusat
Pengertian peneliti (LIPI; 2014: 2) adalah
Penelitian Permasalahan Kesejahteraan Sosial
insan yang memiliki kepakaran yang diakui
(Puslit PKS); 1995 menjadi Pusat Penelitian
dalam suatu bidang keilmuan yang bertugas
Permasalahan Kesejahteraan Sosial (Puslit
melakukan penelitian dan pengembangan ilmu
PKS), Pusat Penelitian dan Pengembangan
pengetahuan dan teknologi. Sebagai pejabat
Usaha Kesejahteraan Sosial (Puslitbang UKS);
fungsional peneliti adalah Pegawai Negeri
1999 dilebur menjadi satu dengan sebutan Pusat
Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab,
Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan
wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat
Sosial (Puslitbangkesos) (Kementerian Sosial;
yang berwenang untuk melakukan penelitian
2014; 2 – 4).
dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi pada satuan organisasi atau Tahun 2001, dibentuk kembali Departemen
lembaga penelitian dan pengembangan instansi Sosial. Berdasarkan Keputusan Menteri Sosial
pemerintah. RI Nomor 06/HUK/2001 Tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Sosial
Keberadaan peneliti dalam lembaga
diantaranya ada Unit Kerja Eselon I dengan
penelitian merupakan sumber daya manusia
sebutan Badan Pelatihan dan Pengembangan
utama karena sifat atau bidang pekerjaannya
Sosial (Balitbangsos) membawahi 13 Unit
yang merupakan gambaran organisasi tersebut.
Kerja Eselon II yang berkedudukan di Jakarta
Khususnya Pusat Penelitian dan Pengembangan
dan di beberapa provinsi. Di Jakarta ada lima
Kesejahteraan Sosial di Kementerian Sosial
unit kerja yaitu; Sekretariat Badan Pendidikan
karena lembaga penelitian tersebut memiliki
dan Penelitian Sosial, Pusat Pendidikan dan
rentang sejarah yang panjang dan dinamika yang
Pelatihan Sosial (Pusdiklatsos), Pusat Penelitian
mengikuti perkembangan jaman. Penjelasan
Permasalahan Kesejahteraan Sosial (Puslit
selanjutnya menjadi penting dikaji sebagai
PKS), Pusat Penelitian dan Pengembangan
suatu pemikiran mengenai tantangan yang
Usaha Kesejahteraan Sosial (Puslitbang UKS),
dihadapi para peneliti. Data dan keterangan
dan Pusat Pengembangan Ketahanan Sosial
diperoleh berdasarkan catatan dan pengalaman,
Masyarakat (Pusbangtansosmas). Delapan
sehingga tujuan yang hendak dicapai generasi
unit kerja di daerah yaitu; Sekolah Tinggi
selanjutnya menjadikan pelajaran dalam
Kesejahteraan Sosial (STKS) di Bandung,
meningkatkan profesionalisme.
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Pelayanan Kesejahteraan Sosial (BBPPPKS)

78 Sosio Informa Vol. 2, No. 01, Januari - April, Tahun 2016. Kesejahteraan Sosial
di Jogjakarta, dan Balai Besar Pendidikan dan kesejahteraan sosial.
Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) 2.
Pelaksanaan kebijakan di bidang
berada dalam enam regional masing-masing analisis kebutuhan, penjaminan mutu,
di; Padang, Lembang, Jogjakarta, Banjarmasin, kerjasama, dan diseminasi penelitian dan
Makassar, dan Jayapura. pengembangan kesejahteraan sosial.
3. Penyusunan standar, norma, pedoman,
Kemudian terbit lagi Peraturan Menteri
kriteria, dan prosedur di bidang analisis
Sosial RI Nomor 82/HUK/2005 Tentang
kebutuhan, penjaminan mutu, kerjasama, dan
Susunan Organisasi dan tata Kerja Departemen
diseminasi penelitian dan pengembangan
Sosial RI. Khususnya dua Unit Kerja Eselon II kesejahteraan sosial.
Pusat Penelitian Permasalahan Kesejahteraan
4. Pelaksanaan bimbingan teknis kegiatan
Sosial (Puslit PKS) dan Pusat Penelitian dan
penelitian dan pengembangan.
Pengembangan Usaha Kesejahteraan Sosial
(Puslitbang UKS) dilebur menjadi satu dengan 5. Pelaksanaan evaluasi kebijakan di bidang
sebutan Pusat Penelitian dan Pengembangan analisis kebutuhan, penjaminan mutu,
kerjasama, dan diseminasi penelitian dan
Kesejahteraan Sosial (Puslitbangkesos).
pengembangan kesejahteraan sosial, dan.
Unit kerja tersebut berpusat pada penelitian
dan pengembangan kebijakan kesejahteraan 6. Pelaksanaan urusan tata usaha, perencanaan
sosial. Perubahan terakhir, melalui Keputusan program dan anggaran, kepegawaian, dan
rumah tangga Pusat.
Menteri Sosial RI Nomor 86/HUK/2010
Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Terakhir terbit Peraturan Menteri Sosial RI
Kementerian Sosial. Perubahan secara nasional Nomor 20 Tahun 2015, Bagian Kelima, Pasal
penyebutan semula Departemen Sosial menjadi 577 tentang Pusat Penelitian dan Pengembangan
Kementerian Sosial, dan secara khusus Kesejahteraan Sosial sebagaimana dimaksud
Puslitbangkesos mengalami perubahan struktur, dalam Pasal 538 huruf c mempunyai tugas
tugas pokok dan fungsi. Unit kerja tersebut melaksanakan penelitian dan pengembangan
dipimpin seorang pejabat yang membawahi kesejahteraan sosial. Intinya hampir sama
tiga Eselon III dan masing-masing memiliki dengan tugas pokok dan fungsi yang selama ini
dua pejabat eselon IV. Sebutan Eselon III yaitu; dilakukan terkait dengan kebijakan penelitian
Bidang Tata Usaha, Bidang Kerjasama dan dan pengembangan bidang kesejahteraan sosial.
Diseminasi, dan Bidang Analisis Kebutuhan Perubahan hanya pada struktur organisasi yang
dan Penjaminan Mutu. Lembaga tersebut menyesuaikan dengan direktorat jenderal
didukung dengan tenaga fungsional yang terdiri terbaru. Puslitbangkesos sebagai Unit Kerja
dari; Peneliti dan Teknisi Litkayasa. Eselon II. Dibawahnya terdiri atas empat Eselon
III, dan delapan Eselon IV, serta kelompok
Tugas Pokok Puslitbangkesos yaitu; jabatan fungsional.
melaksanakan perumusan kebijakan dan
koordinsi serta pelaksanaan di bidang penelitian Sebutannya:
dan pengembangan kesejahteraan sosial. 1. Bagian Tata Usaha terdiri atas:
Puslitbangkesos menyelenggarakan fungsi: a. Sub Bagian Perencanaan,
1. Perumusan kebijakan di bidang analisis b. Sub Bagian Umum,
kebutuhan, penjaminan mutu, kerjasama, dan 2. Bidang Penelitian dan Pengembangan
diseminasi penelitian dan pengembangan Penanganan Fakir Miskin terdiri atas:

Tantangan Profesi Peneliti: Satu Studi Kasus Pusat Penelitian dan


79
Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Achmadi Jayaputra
a.
Sub Bidang Penelitian dan potensi yang ada dalam masyarakat (Suharto;
Pengembangan Fakir Miskin Perdesaan 2005: 141–142).
dan Perkotaan,
Bahasan tantangan internal mencakup dua
b.
Sub Bidang Penelitian dan
hal. Pertama, sumber daya manusia. Sejak berdiri
Pengembangan Pesisir dan Pulau-pulau
Kecil dan Perbatasan Antar Negara, lembaga penelitian tersebut sampai dengan tahun
1984 seluruh kegiatan penelitian dilakukan semua
3. Bidang Penelitian dan Pengembangan
pegawai yang ada. Ada juga beberapa penelitian
Rehabilitasi dan Pemberdayaan Sosial
mengikutsertakan beberapa lembaga penelitian
terdiri atas;
sosial yang terkait dengan judul penelitian.
a.
Sub Bidang Penelitian dan
Terutama lembaga penelitian dan perguruan
Pengembangan Rehabilitasi Sosial,
tinggi negeri dan perguruan tinggi swasta sifatnya
b.
Sub Bidang Penelitian dan kerjasama dengan mengikutsertakan pegawai
Pengembangan Pemberdayaan Sosial, menjadi anggota tim penelitian. Tujuannya
4. Bidang Penelitian dan Pengembangan sebagai upaya meningkatkan kualitas pegawai
Perlindungan dan Jaminan Sosial, dan dan alih pengalaman penelitian yang biasanya
Penunjang terdiri atas; dilakukan para dosen. Terkait dengan kedudukan
a.
Sub Bidang Penelitian dan pegawai, selama itu pula belum ada pejabat
Pengembangan Perlindungan dan fungsional peneliti.
Jaminan Sosial,
Barulah awal tahun 1985, berdasarkan
b.
Sub Bidang Penelitian dan
Pengembangan Bidang Penunjang. penilaian angka kredit dan rekomendasi Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) diangkat
Tantangan Internal. Tantangan pada sekitar peneliti dengan jabatan; seorang Peneliti
dasarnya adalah situasi yang membentang Muda, dua Ajun Peneliti Madya, satu Asisten
dan kadang menghadang pencapain tujuan. Peneliti Madya, dan seorang Asisten Peneliti
Tantangan menuntut dilakukannya kebijakan Muda. Selanjutnya secara bertahap diangkat
sosial yang melibatkan agenda, target, dan peneliti dengan berbagai jenjang jabatan dengan
strategi yang akan dilakukan dan ingin jumlahnya semakin banyak, sehingga tahun 1999
dicapai di masa depan untuk mencapai tujuan. berjumlah 28 orang pejabat fungsional peneliti.
Diantaranya pemberdayaan masyarakat, selaras Tahun 2001 tercatat ada empat orang menduduki
dengan karakteristik masyarakat Indonesia jabatan fungsional tertinggi. Dua orang sebagai
yang pluraristik, komunalistik, dan ditandai Ahli Peneliti Utama, namun lima tahun kemudian
dengan hadirnya permasalahan sosial yang secara bertahap mereka memasuki usia pensiun
bersifat massal, maka strategi dan pendekatan 65 tahun. Dua orang sebagai Ahli Peneliti Muda,
kebijakan sosial perlu difokuskan pada upaya- namun tetapi tahun 2001 seorang diantaranya
upaya peningkatan keberdayaan rakyat. beralih menjadi pejabat struktural Eselon
Orientasi kebijakan sosial harus menjunjung II Kementerian Sosial. Sampai tahun 2014
tinggi semangat pemberdayaan (empowerment) tercatat ada 35 orang yang menduduki berbagai
yang bertujuan untuk membebaskan rakyat jenjang jabatan fungsional peneliti, berdasarkan
dari belenggu ketidakmampuan, kebodohan, penilaian angka kredit dari LIPI diantaranya dua
keterbelakangan, kemiskinan yang berpijak orang direkomendasikan untuk diangkat sebagai
pada kemampuan rakyat sendiri dan berorientasi Peneliti Utama (Kementerian Sosial; 2014: 21).
pada penggalian dan pengembangan segenap

80 Sosio Informa Vol. 2, No. 01, Januari - April, Tahun 2016. Kesejahteraan Sosial
Terakhir Pusat Penelitian dan Pengembangan Berdasarkan kepakaran diketahui terdiri
Kesejahteraan Sosial (2015) pegawainya dari tujuh bidang. Terbanyak bidang Pelayanan
berjumlah 69 orang. Diantaranya terdiri atas; dan Kesejahteraan Masyarakat 20 orang, dan
10 pejabat strukural (14,49 %), 32 pejabat terkait dengan Kebijakan Sosial enam orang.
fungsional peneliti (47,82 %), empat pejabat Selebihnya lima kepakaran berjumlah masing-
litkayasa (5,80 %), dan 13 fungsional umum masing satu dan dua orang. Hal ini menunjukkan
(18,8 %). Khusus peneliti sebanyak 32 orang perhatian peneliti tentang kepakaran perlu
dapat dibagi berdasarkan jenis kelamin terdiri ditambah, terutama berkaitan dengan Kebijakan
atas; laki-laki 21 orang (65,63 %) dan perempuan Sosial yang merupakan pilihan utama. Perlu
11 orang (34,37 %). Berdasarkan jabatan yaitu; diketahui, bahwa kepakaran ini akan berubah
Peneliti Utama empat orang, Peneliti Madya 25 mengikuti perkembangan dari instansi pembina
orang, Peneliti Muda tiga orang, dan seorang Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Peneliti Pertama. Berdasarkan umur terbagi
Tabel 2. Peneliti Berdasarkan Kepakaran
empat kelompok, 30–40 tahun empat orang, 41-
50 tahun delapan orang, 51–60 tahun sebanyak No. Kepakaran Jumlah
1. Pelayanan dan Kesejahteraan 20
17 orang, dan diatas 61 tahun ada tiga orang.
Masyarakat
Pendidikan tinggi yang ditempuh peneliti 2. Kebijakan Sosial 6
3. Praktek Pekerjaan Sosial 2
sebagai Sarjana sebagian besar dari Jurusan
4. Antropologi 1
Kesejahteraan Sosial atau Pekerjaan Sosial 23
5. Psikologi Masyarakat 2
orang, Antropologi tiga orang, dan selebihnya
6. Evaluasi Program 1
masing-masing satu orang. Jenjang Magister
7. Perencanaan Sosial 1
masih didominasi lulusan Kesejahteraan Sosial Jumlah 32
11 orang, selebihnya berimbang antara satu
Sumber; Diolah dari Laporan TP2I, 2014
sampai tiga orang. Peneliti yang berpendidikan
doktoral sebanyak tiga orang, masing-masing Upaya yang dilakukan Peneliti Madya untuk
dua orang alumni dari Perguruan Tinggi meningkatkan kualitas dalam bentuk pendidikan
ternama di Malaysia dan di Indonesia. Saat ini dan pelatihan agar bisa mempertahankan dirinya
ada seorang peneliti yang sedang menempuh dalam melakukan kajian dan pemahaman.
pendidikan doktoral di Australia. Selama ini tidak dipenuhi, maka berpengaruh
terhadap kualitas masing-masing peneliti.
Tabel 1. Pendidikan Peneliti Termasuk ketika tidak memenuhi angka kredit,
No Jurusan S1 S2 S3
bagi mereka yang berumur di atas 58 tahun
1. Kesejahteraan Sosial 23 11 3
akan berpengaruh terhadap jenjang jabatan
2. Antropologi 3 3 -
peneliti berikutnya. Demikian juga, selama ini
3. Filsafat 2 - -
4. Psikologi 1 3 -
kegiatan yang dilakukan terbatas pada peneliti.
5. Metodologi - 2 - Sesuai kebijakan yang dicanangkan, bahwa
6. Ketahanan Nasional - 1 - Puslitbangkesos atau bentuk penelitian dikemas
7. Administrasi 1 - - dalam bentuk pengembangan model-model
8. Hukum 1 - - yang tepat bagi kepentingan penerima manfaat
9. Petenakan 1 - - atau kelayan.
10. Pendidikan 1 - -
Jumlah 32 20 3 Kedua, pelaksanaan kegiatan. Selama ini
Sumber; Diolah dari Profil Puslitbangkesos, 2015 diketahui data dan informasi yang diperlukan

Tantangan Profesi Peneliti: Satu Studi Kasus Pusat Penelitian dan


81
Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Achmadi Jayaputra
tersedia banyak di lingkungan lembaga sendiri, motivasi atau mendorong pegawai untuk
hanya terbatasnya permasalahan dan tema melakukan kegiatan-kegiatan untuk mencapai
penelitian secara terebcana hanya enam judul tujuan dalam rangka memenuhi kebutuhan
tiap tahunnya. Seharusnya peneliti diberi mulai dari kebutuhan fisiologis, sosial, rasa
kebebasan dalam mengkaji dan menelaah aman, penghargaan dan aktualisasi diri.
permasalahan yang muncul, sehingga perlu Terpenuhinya kebutuhan yang sesuai dengan
dilakukan kajian cepat (quick survey). Demikian harapan akan mendatangkan kepuasan kerja
juga studi tentang kesejahteraan sosial harus (Muhtadin; 2014: 192–193).
diartikan secara khusus karena pelayanan yang
Tantangan Eksternal. Bahasan ini mencakup
dilakukan terkait dengan sasaran pelayanan
dua hal. Pertama, kebijakan. Era sekarang
yaitu sekelompok orang yang dianggap kurang
Kabinet Kerja berlangsung 2015 – 2019.
beruntung dan terdaftar sebagai penerima
Organisasi pemerintahan diajak bekerja dan
manfaat. Sebab lain ada lembaga pemerintah
bekerja sesuai dengan ide yang disodorkan
yang belum menggunakan data terpadu dalam
perubahan mental. Terutama Aparatur Sipil
penenganan kemiskinan berdasarkan data yang
Negara harus berubah dalam menghadapi
dimiliki Kementerian Sosial.
pekerjaannya karena sudah dibekali dengan
Terbitnya Peraturan Menteri Sosial RI berbagai peraturan perundang-undangan dan
Nomor 20 Tahun 2015 memberi kesempatan penggajian yang mencukupi untuk kehidupan
yang luas bagi pemerintah, khusus peneliti keluarga. Selain gaji pokok dan tunjangan
Kementerian Sosial untuk memberi sumbangan keluarga, masih diberikan lagi tunjangan kinerja
pemikiran dalam meningkatkan pelayanan yang besarnya disesuaikan dengan level dan
terhadap masyarakat. di lain pihak membuka prosentase kinerja masing-masing kementerian
kesempatan bagi masyarakat yang mampu dan lembaga pemerintah. Akhir-akhir ini
atau berkecukupan untuk berperan serta untuk muncul penilaian untuk beberapa kementerian
memberi bantuan dan pelayanan terhadap dengan penilaian yang dianggap sesuai dengan
warga masyarakat yang diperlukan. Tidak bisa kinerjanya, tetapi ada juga yang menduga-duga
mengandalkan dana pemerintah yang terbatas terkait dengan politik. Kegiatan tersebut sebagai
dalam penggunaannya, sehingga diperlukan implementasi Undang Undang RI Nomor 11
peran serta masyarakat mampu dan dunia Tahun 2009, khususnya dalam Pasal 1, ayat (2);
usaha untuk membantu mereka. Tantangan Penyelengaraan Kesejahteraan Sosial adalah
secara moral diikuti dengan memunculkan rasa upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan
kebersamaan dan saling berbagi. yang dilakukan Pemerintah, pemerintah daerah,
dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial
Di dalam organisasi terjadi saling
guna memenuhi kebutuhan dasar setiap warga
berinteraksi sesama pegawai dengan pemimpin,
negara, yang meliputi rehabilitasi sosial,
sehingga memungkinkan terwujudnya iklim
jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan
organisasi. Iklim organisasi adalah lingkungan
perlindungan sosial.
manusia dimana para pegawai organisasi
melakukan pekerjaan mereka. Iklim tersebut Melihat kondisi akhir tahun 2015 di Pusat
dapat mempengaruhi motivasi dan kepuasan Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan
kerja. Hal ini dengan membentuk harapan Sosial, sehingga pandangan dan pemikiran yang
pegawai tentang konsekuensi yang akan timbul akan dibahas dengan capaian kerja yang akan
dari bergai tindakan. Harapan menimbulkan dilakukan mulai tahun 2016 sampai dengan

82 Sosio Informa Vol. 2, No. 01, Januari - April, Tahun 2016. Kesejahteraan Sosial
tahun 2019. Rentang waktu tersebut merupakan dimana karyawan yakin dan menerima tujuan
penjabaran dari pelaksanaan tugas pokok organisasi. Sejalan dengan definisi di atas,
dan fungsi terbaru, dengan demikian akan Griffin mendefinisikan komitmen organisasi
mempengaruhi kinerja. Ini juga merupakan sebagai sikap yang mencerminkan sejauh
dinamika perkembangan permasalahan sosial mana seseorang individu mengenal dan terikat
yang terus berkembangan seiring dengan pada organisasinya. Seseorang individu
diterbitkannya Undang Undang RI Nomor 11 memiliki komitmen tinggi kemungkinan
Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial, dan akan melihat dirinya sebagai anggota sejati
Undang Undang RI Nomor 13 Tahun 2011 organisasi. Menurut Allen dan Meyer, ada tiga
Tentang Penanganan Fakir Miskin. dimensi komitmen organisasi yaitu; komitmen
efektif, keterikatan emosional karyawan,
Muncul pemikiran kedua perundang-
dan keterlibatan dalam organisasi; komitmen
undangan tersebut dianggap sebagai amanah
berkelanjutan, komitmen berdasarkan kerugian
yang harus dilaksanakan Kementerian Sosial
yang berhubungan dengan keluarnya karyawan
secara penuh. Sebab sebelumnya dalam
dari organisasi; komitmen normatif, perasaan
penanganan kemiskinan banyak kementerian
wajib untuk tetap berada dalam organisasi
yang melakukan pemberdayaan atau memberi
karena memang harus begitu, tindakan tersebut
bantuan. Akan tetapi belum menyentuh tujuan
merupakan hal benar yang harus dilakukan
langsung karena menggunakan defenisi,
(Sumanto; 2014: 11).
kriteria, dan indikator masing-masing. Ada
yang diterbitkan pemerintah dan ada yang Etos kerja diartikan sebagai sebuah sikap
didefinisikan sendiri oleh lembaga lain semisal yang berorientasi pada hasil yang terbaik,
Lembaga Swadaya Masyarakat dan Lembaga semangat tinggi dalam bersaing, optimis, dan
Penelitian Sosial. Oleh karena itu Kementerian selalu mencari cara-cara yang produktif dan
Sosial terpusat terhadap penanganan kemiskinan. inovatif (Budimanta, dkk; 2015: 10). Nilai-nilai
Peraturan Menteri Sosial Nomor 20 Tahun 2015 etos kerja;
Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian 1. Etos kerja dapat diartikan sebagai semangat
Sosial, telah disyahkan terbentuknya Direktorat yang menjadi ciri khas dan keyakinan
Jenderal Penanganan Fakir Miskin yang individu/kelompok dalam bekerja.
membawahi tiga direktorat yaitu; Penanganan Keyakinan tersebut dapat disepakati secara
Fakir Miskin Perdesaan, Penanganan Fakir formal atau informal dalam suatu kelompok.
Miskin Perkotaan, dan Penanganan Fakir Miskin 2. Mandiri adalah keyakinan mengenai
Pesisir, Pulau-pulau Kecil, dan Perbatasan Antar pentingnya mengandalkan pada usaha dan
Negara. Sudah diatur dalam Undang Undang kemampuan diri sendiri, negara sendiri dari
RI Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil pada yang diberikan atau disediakan oleh
Negara, khususnya Bab Ketiga Jabatan Fungsi. orang lain/negara lain.
Pasal 17 ayat (1), bahwa jabatan fungsional 3. Daya saing dapat diartikan sebagai kapasitas
dalam Aaparatur Sipil Negara terdiri atas jabatan suatu bangsa untuk menghadapi tantang
fungsional keahlian dan jabatan fungsional persaingan pasar internasional dengan tetap
keterampilan. menjaga atau meningkatkan pendapatan
riilnya.
Oleh karena diperlukan komitmen peneliti 4. Optimis dapat diartikan sebagai usaha
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. seseorang untuk selalu mencari peluang
Komitmen organisasi adalah tingkat sampai dari setiap kesulitan yag dihadapinya.

Tantangan Profesi Peneliti: Satu Studi Kasus Pusat Penelitian dan


83
Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Achmadi Jayaputra
5.
Inovatif dapat diartikan sebagai umpan balik atau tanggapan dan hasil yang
suatu kemampuan manusia dalam diperoleh setiap fungsional manajemen bisnis,
mendayagunakan pikiran dan sumber ditelaah, direview dan dijadikan ataupun
daya yang ada di sekelilingnya untuk dipantau dan diaudit kecenderungan pergerakan
menghasilkan suatu karya yang benar- dan peningkatannya. Kajian, evaluasi dan
benar baru atau orisinil dan bermanfaat bagi perbaikan atau koreksi terhadap implementasi
banyak orang. perubahan dapat dilaksanakan hanya pada
Schuler (1992) mengartikan manajemen proses interpretasi dan implementasi, proses
sumber daya manusia merupakan pengakuan mendignosis ataupun pada pilihan perspektif
tentang pentingnya tenaga kerja organisasi dari kerangka perubahan bersaing.
sebagai sumber daya manusia dalam memberi
kontribusi bagi tujuan-tujuan organisasi, dan Peluang sudah terbuka dengan pemilahan
menggunakan beberapa fungsi dan kegiatan peneliti berdasarkan empat besaran organisasi
untuk memastikan bahwa sumber daya manusia Eselon I, sehingga untuk satu bidang tugas hanya
tersebut digunakan secara efektif dan adil terdiri dari lima atau enam peneliti. Peluang ini
bagi kepentingan individu, organisasi, dan memungkinkan peneliti memiliki secara khusus
masyarakat (Sutrisno; 2009: 6). atau mengkhususkan dirinya sendiri. Pemilahan
harus disertai dengan peningkatan keahlian
Komitmen bersama harus didukung dengan masing-masing, sehingga akan terlihat kualitas
etos kerja yang memuat seperangkat kemauan dan cara berpikir. Kepakaran yang disandang
dan keinginan untuk melaksanakan tugas peneliti sudah didukung dengan lembaga
dan kegiatan. Termasuk dalam menghadapi pembina berupa keahlian dalam lembaganya
perubahan mental atau revolusi mental yang dan atau berdasarkan latar belakang pendidikan
akan dihadapi. Norma dan nilai-nilai kerja, tertinggi. Disadari selama ini, belum nampak
serta etika yang disandang peneliti selalu keahlian peneliti dalam bidang kesejahteraan
bermoral dengan melihat tingkah laku atau sosial karena selama ini belum terbangun
perilaku dirinya sendiri. Sebab jika memiliki profesi peneliti.
moral yang tinggi, maka akan dianggap suatu
pelanggaran etika sebagai peneliti yang akan Pengembangan kelembagaan (institutional
merugikan dirinya sendiri. Dipastikan terkena development) atau pembinaan kelembagaan
sanksi etika dan sanksi sosial. (institutional buliding) didefinisikan
(Brinkenhoff, 1985) sebagai proses untuk
Kedua, kelembagaan/kegiatan. memperbaiki kemampuan lembaga guna
Ketidakpastian masa depan dan kebutuhan mengefektifkan penggunaan sumber daya
perubahan (Chatab; 2009; 10–11; 128) manusia dengan keuangan yang tersedia. Tujuan
seharusnya dipandang sebagai kesempatan utama pengembangan merupakan proses dalam
untuk menciptakan nilai lebih secara efektif menciptakan pola baru kegiatan dan perilaku
dalam suatu lingkungan yang dinamis yang bertahan dari waktu ke waktu karena
bukan sebagai sumber daya yang tidak didukung oleh norma, standar, dan nilai-nilai
sesuai (cocok) yang menimbulkan tekanan dari dalam. Pengembangan kapasitas merupakan
atau ketegangan. Jika organisasi ingin tetap pendekatan pembangunan dimana semua orang
survive, maka organisasi harus berinteraksi mempunyai hak sama terhadap sumber daya
terhadap perubahan-perubahan. Agar kegiatan dan menjadi perencana pembangunan. Oleh
implementasi perubahan lancar dan efektif, karena itu pengembangan kapasitas menurut

84 Sosio Informa Vol. 2, No. 01, Januari - April, Tahun 2016. Kesejahteraan Sosial
Eadge (1997) diantaranya, jika pengembangan 2. Kerja batin ada dua macam; kerja
kapasitas adalah tujuan akhir itu sendiri, maka otak seperti belajar, berpikir kreatif,
pilihan politik memerlukan tujuan yang jelas menganalisis dan megambil kesimpulan;
dan analisis kontekstual terhadap bagian dari kerja qalbu seperti berusaha menguatkan
lembaga intervensi. Fokusnya adalah misi kehendak mencapai cita-cita, berusaha
organisasi yang berimbang dan pertautannya mencintai pekerjaan dan ilmu
pengetahuan, sabar, dan tawakkal dalam
dengan lingkungan eksternalnya, strukturnya,
rangka menghasilkan sesuai.
dan aktivitasnya. Kriteria efektivitasnya akan
berhubungan dengan faktor luar di mana misi Budaya organisasi merupakan pola
itu dirasakan tepat, masuk akal, dan terpenuhi keseharian yang menjadi suatu norma dalam
(Kurnia, 2012: 128, 129, 145, 146). organisasi tersebut. Terbentuknya budaya
organisasi tersebut dipengaruhi oleh persepsi
Pegawai Amanah. Amanah dalam pengertian dan perilaku anggota lain dalan sistem
ibadah. Termasuk amanah pekerjaan meliputi; organisasi tersebut. Ketika pihak manajemen
amanah harta, amanah ilmiah, amanah dalam organisasi memandang bahwa kualitas
melaksanakan tugas sesuai uraian tugas (job merupakan suatu hal yang mesti dilakukan
description) dan amanah dalam dokumen. dalam aktivitas kerja organisasi, maka persepsi
Rasulullah SAW sangat peduli terhadap dan perilaku anggota organisasi akan diorong
penunjukkan para pekerja dan pegawai yang oleh nilai kualitas dalam aktivitas kerja mereka.
benar-benar amanah dalam menjalan tugas Sebagai suatu norma yang berlaku, budaya
mereka. Beliau berkata kepada penduduk Najran; oranisasi ini akan membentuk pola hubungan
“Aku akan mengutus kepada kalian orang yang dalam organisasi. Budaya yang baik akan
terpercaya yang benar-benar amanah”. Lima mempengaruhi kerja karyawan. Begitu pula
amanah yang sangat terkait erat dengan tugas sebaliknya apabila budaya tidak nyaman akan
seorang pejabat publik atau Pegawai Negeri menjadikan karyawan tidak maksimal dalam
Sipil yaitu; amanah keahlian, disiplin waktu, bekerja. Semakin tinggi nilai budaya kerja yang
menjaga reputasi dan rahasia pekerjaan, tidak universal yaitu adanya hubungan antara manusia
memanfaatkan jabatan untuk kepentingan yang tinggi, nilai etika dan nilai kehidupan yang
pribadi, dan amanah harta (Luthfi; 2009: 20–21). teratur, maka motivasi kerja akan meningkat.
Menurut Asifudin (2004) kerja sebagai Menurut Wirawan (2002) perilaku manusia
ibadah, berarti mencakup segala apa yang sehari-hari ditentukan, didorong atau diarahkan
disukai oleh Allah dan mendapat ridha-Nya, oleh nilai-nilai budayanya (Muhtadin; 2014:
baik berupa kerja lahir maupun batin, maka dua 190–191).
macam kerja tersebut dalam pandangan Islam Beberapa hal yang mesti diingat seorang
dapat diuraikan sebagai berikut (Muhtadin; pejabat atau PNS (Luthfi; 2009: 34):
2014: 96–97):
1. Tidak boleh bercermin kepada pegawai
1. Kerja lahir merupakan aktivitas fisik, yang melakukan pelanggaran. Misalnya
anggota badan termasuk panca indra seperti beralasan sebagian pegawai mendapatkan
melayani pembelu di toko, mencangkul harta dan promosi kerja sesuai ketentuan,
di kebun/saah, mengajar di sekolah, bahkan KKN. Mereka juga tidak bekerja
menjalakan shalat, dan mengawasi anak sesuai ketentuan, bahkan yang lebih sering
buah bekerja, dan sebagainya, berleha-leha, namun mendapatkan uang

Tantangan Profesi Peneliti: Satu Studi Kasus Pusat Penelitian dan


85
Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Achmadi Jayaputra
yang berlipat-lipat dari yang aku dapatkan, PENUTUP
padahal aku bekerja keras. Terkait dengan Gerakan Revolusi Mental
2. Kekeliruan orang lain bukanlah sebagai yang telah dicanangkan sejak bulan Agustus
justifikasi agar kita melakukan kekeliruan 2015 merupakan gerakan bersama bersifat
yang sama. lintas sektor. Sasaran pertama di lingkungan
3. Setiap pejabat atau PNS muslim wajib kementerian atau lembaga pemerintah karena
memberikan gambaran yang benar serta akan terlihat di tataran birokrasi untuk
menjadi teladan dan tidak terkontaminasi meningkatkan pelayanan lembaga masing-
korupsi untuk meyakinkan manusia tentang masing, sehingga keberhasilan gerakan
ajaran Islam yang komprehensif. tersebut dilihat dari penilaian masyarakat
4. Tujuan tidak menghalalkan secara cara. terhadap pelayanan publik yang mereka
Setiap harta harus diperoleh dengan cara- dapat dan dirasakan manfaatnya. Termasuk
cara yang sah, apakah seorang pegawai itu Puslitbangkesos yang merupakan unit
bekerja di pemerintahan maupun di sektor penunjang kegiatan dapat memberi data dan
swasta. Setiap muslim bertanggung jawab informasi yang diperlukan Kementerian Sosial
atas setiap perbuatannya sendiri, bukan terhadap semua program dan kegiatan yang
perbuatan orang lain. dilakukan, sehingga memiliki rasa timbal balik
Pengawasan diri (self control) adalah yang dirasakan masyarakat luas.
sikap yang mendatangkan perasaan dalam diri
pegawai negeri dan karyawan, bahwa ia dibenani Perubahan mental sumber daya manusia,
tugas pekerjaan yang telah diamanahkan khususnya peneliti menjadi sangat penting
tanpa memerlukan pengawasan dari pejabat dalam menyesuaikan langkah dan kegiatan
tertentu. pengawasan diri sangat berperan secara menyeluruh. Sebab perubahan struktur
dalam menyukseskan pekerjaan. Sebab sikap akan mempengaruhi kinerja, sehingga upaya
ini tidak terlalu membutuhkan banyak sistem peningkatan kualitas merupakan faktor
pengawasan, instruksi, penyelidikan, sanksi- pendukung dan pendorong dalam melaksanakan
sanksi, dan sistem lainnya. kerja. Oleh karena itu, sudah seharusnya tiap
peneliti selalu memiliki perhatian dan wawasan
Cara-cara memupuk self control (Luthfi; luas yang akan memberi arti lebih dari kondisi
2009: 63–73): sebelumnya yang hanya melakukan penelitian,
menerbitkan buku, dan sosialisasi terbatas.
1. Takut kepada Allah
Sudah waktunya melakukan perubahan dari
2. Rasa tanggung jawab dalam sendiri dan berani penilai pelayanan
3. Memperhatikan kepentingan umum yang dilakukan Kementerian Sosial terhadap
4. Senang memberikan manfaat bagi orang seluruh masyarakat yang menerima manfaat.
lain
DAFTAR PUSTAKA
Oleh karena itu kembali pada pegawai
sendiri, harus takut karena Allah disebabkan Arif Budimanta, dkk. (2015). Panduan Umum
latar belakang agama yang kuat. Takut kepada Revolusi Mental. Jakarta; Kementerian
Maha Pencipta menjadi hal penting dalam Koordinator Bidang Pembangunan
membentuk karakter sebagai pegawai yang Manusia dan Kebudayaan RI.
menjadi teladan bagi lainnya. Chatab, Nevizond. (2009). Rancangan
Organisasi. Bandung: Alfabeta.

86 Sosio Informa Vol. 2, No. 01, Januari - April, Tahun 2016. Kesejahteraan Sosial
Harry Hikmat, dkk. (2006). Pedoman Analisis Organisasi dan Tata Kerja Departemen
Kebijakan Sosial. Jakarta: UI dan Sosial.
Departemen Sosial.
Republik Indonesia. (2001). Keputusan
Kementerian Sosial. (2010). Rencana Strategis Menteri Sosial RI Nomor 06/HUK/2001
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tentang Susunan Organisasi dan Tata
Kesejahteraan Sosial 2010 – 2014. Kerja Depertemen Sosial. Jakarta:
Jakarta: Puslitbangkesos. Kementerian Sosial RI.

........ (2014). Profil Pusat Penelitian dan Republik Indonesia. (2002). Undang Undang RI
Pengembangan Kesejahteraan Sosial. Nomor 18 Tahun 2002 Tentang Sistem
Jakarta: Puslitbangkesos. Nasional Penelitian, Pengembangan,
dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan
Komaruddin, dan Yooke TS Komaruddin. Teknologi.
(2007). Kamus Istilah Karya Tulis
Ilmiah (Cetakan keempat). Jakarta: Republik Indonesia. (2009). Undang Undang
Bumi Aksara. RI Nomor 11 Tahun 2009 Tentang
Kesejahteraan Sosial.
Kurnia, Ajat S. (2012). Pengembangan
Kapasitas Kelembagaan Masyarakat Republik Indonesia. (2011). Undang Undang
dalam Pemberdayaan Partisipasi dan RI Nomor 13 Tahun 2011 Tentang
Penguatan Kapasitas Masyarakat (Adi Penanganan Fakir Miskin.
Fachrudin, editor), hal 124 – 149. Republik Indonesia. (2012). Peraturan
Pemerintah RI Nomor 39 Tahun 2012
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan
(2005). Peraturan Kepala LIPI Nomor
Sosial.
03/E/2005 Tentang Pedoman Pemilihan/
Penentuan Bidang Penelitian dan/atau Republik Indonesia. (2014). Undang Undang RI
Kepakaran Peneliti. Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur
Sipil Negara.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. (2014).
Peraturan Kepala LIPI Nomor 2 Tahun Republik Indonesia. (2015). Peraturan Menteri
2014 Tentang Petunjuk Teknis Jabatan Sosial RI Nomor 86/HUK/2010 Tahun
Fungsional Peneliti. 2015 Tentang Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Sosial.
Luthfi, Musthafa. (2009). Menjadi PNS Sukses.
Solo: Wacana Ilmiah Press. Republik Indonesia. (2015). Peraturan Menteri
Sosial RI Nomor 20 Tahun 2015 Tentang
Muhtadin. (2014). Motivasi dan Kepuasan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kerja. Pendekatan Psikologi dan Islami. Sosial.
Jakarta: Mandala Nasional.
Rudito, Bambang, dan Melia Famiola. (2008).
Nasution, S. (2014). Metode Research (Cetakan Social Mapping. Metode Pemetaan
14). Jakarta: Bumi Aksara. Sosial. Bandung: Rekayasa Sains.

Republik Indonesia. (1984). Keputusan Menteri Samsul Hadi, dkk. (2011). Metode Riset
Sosial RI Nomor 15 Tahun 1983 Tentang Evaluasi. Jogjakarta: Lakbang Grafika.

Tantangan Profesi Peneliti: Satu Studi Kasus Pusat Penelitian dan


87
Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Achmadi Jayaputra
Suharto, Edi. (2005). Analisis Kebijakan
Publik. Bandung: Alfabeta.

Sumanto. (2014). Membangun Perilaku Individu


dan Kelompok dalam Oganisasi melalui
Pendekatan Psikologis. Jogjakarta: FE
UKIY.

Sutrisno, Edy. (2009). Manajemen Sumber


Daya Manusia. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.

88 Sosio Informa Vol. 2, No. 01, Januari - April, Tahun 2016. Kesejahteraan Sosial

S-ar putea să vă placă și