Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Abstract
This study originated from unrest author of the erosion of understanding the values of
local wisdom of the students due to the distortion values of Javanese philosophy
which has implications on the deterioration of character of the nation, therefore
replanting Values of Javanese Philosophy in learning is especially important in
learning IPS. Prior to actualize these values first educators should get a correct
understanding of the meaning contained in the philosophy of Java. Therefore in this
study the researchers conducted the interpretation of the book "Pitutur Luhur Budaya
Jawa" by using heuristic and hermeneutic analysis model so that can know the
meaning contained in it properly. This study aimed to explore the content of the
values in the Javanese philosophy, character education and its relevance to search
for what values are worth to be rebuild in social studies learning. Based on these
results it can be seen that there are many good values contained in the book "Pitutur
Luhur Budaya Jawa" is still relevant and in line with the eighteen values of character
education that disseminated by the government, because they both contain the
teaching of manners include honesty, trustworthy, discipline, courtesy, neatness,
sincerity, wisdom, self-control, courage, friendship, loyalty, honor and justice. Those
values are reflected in hamemayu hayuning bawana, sepi ing pamrih rame ing gawe,
alon-alon waton kelakon, mangan ora mangan waton ngumpul, Aja ketungkul
marang kalungguhan kadonyan lan kemareman, aja sira deksura, and Aja waton
ngomong ning ngomonga nganggo waton.There are some decent character value
actualized in social studies lesson although not on the list of eighteen value character
because these values are universal can apply to anybody and anywhere. Those values
include the patient, neriman, rila, alert, selfless, conscious process and ensure
harmony. Actualization of these values can be an answer to the problems that hit the
152
JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179
153
JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179
154
JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179
155
JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179
tidak lagi dihiraukan, yang terpenting dalam hal pendidikan karakter dan
adalah nilai yang bagus apapun budi pekerti. Dia adalah Ki Hadjar
caranya. Pembelajaran IPS seharusnya Dewantara, selain sebagai tokoh
dapat menginternalisasi nilai-nilai pendidikan dan pergerakan nasional
karakter bukan hanya sekedar nilai juga dikenal sebagai salah satu tokoh
raport yang sejatinya tidak dapat pemikir filsafat Jawa yang banyak
membantu kehidupan peserta didik. mengajarkan tentang kebijaksanaan
Falsafah Jawa sarat dengan hidup terutama dalam masyarakat
nilai-nilai karakter. Nilai-nilai karakter Jawa. Konsep pendidikan karakter dari
dalam pemikiran orang Jawa Ki Hadjar Dewantara justru diabaikan,
sebenarnya tidak kalah hebatnya padahal ajaran Ki Hadjar Dewantara
dengan pemikiran tokoh pendidikan banyak dikaji oleh negara tetangga dan
karakter dari luar negeri, namun kita semakin bangga mengkaji
kenyataannya kita bangsa Indonesia pemikiran karakter model barat yang
merasa malu untuk menggali khasanah belum tentu sesuai dengan karakter
budaya bangsa sendiri. Inilah salah dan jati diri bangsa.
satu kelemahan karakter kita yang Dengan semangat revolusi
suka dan bangga pada segala sesuatu mental dan semakin memburuknya
yang serba luar negeri baik itu produk karakter bangsa sudah saatnya kita
pabrikan, kebudayaan, dan sebagainya, kembali pada jati diri bangsa ini,
segala sesuatu yang berlabel asing menggali kembali nilai-nilai budaya
dianggap lebih bergengsi dan berbobot bangsa seperti yang terkandung dalam
termasuk dalam dunia pendidikan falsafah Jawa untuk diaktualisasikan
seperti dalam mendesain kurikulum dalam pembelajaran. Reaktualisasi
maupun metode pembelajaran, dan nilai-nilai falsafah Jawa dalam
yang lebih ironis kita tergila-gila pembelajaran IPS merupakan salah
dengan konsep pendidikan karakter ala satu jawaban atas permasalahan yang
Thomas Iickona. dihadapi bangsa ini. Terdapat harapan
Bangsa Indonesia telah yang besar melalui reaktualisasi nilai-
dikaruniai seorang tokoh yang hebat nilai ini, agar peserta didik tidak hanya
156
JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179
157
JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179
158
JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179
Hal ini dilakukan karena penelitian sumber pustaka lain yang relevan agar
pendidikan akan lebih menarik jika dapat diperoleh temuan penelitian
menggunakan pendekatan pendekatan yang diinginkan.
kualitatif di mana data tidak harus Analisis data penelitian ini
dianalisis dengan menggunakan dilakukan di lapangan bersama dengan
angka-angka karena angka-angka proses pengumpulan data. Pada waktu
tersebut tidak merujuk pada realitas data dikumpulkan, proses analisis
yang sesungguhnya. dimulai dengan penyusunan refleksi
Bahan kajian yang utama peneliti, yang merupakan kerangka
dalam penelitian ini adalah berupa berpikir, gagasan, dan kepedulian
buku teks, karena penelitian ini peneliti terhadap data yang ditemukan.
merupakan penelitian kepustakaan Salah satu teknik analisis yang umum
(library research). Buku teks yang digunakan dalam penelitian kualitatif
dipakai sebagai sumber data dalam berbasis dokumen (sumber teks)
penelitian ini adalah buku teks yang adalah content analysis atau kajian isi.
berjudul “Pitutur Luhur Budaya Jawa: Terkait dengan pemaknaan nilai-nilai
1001 Pitutur Luhur untuk Menjaga falsafah Jawa dilakukan analisis
Martabat dan Kehormatan Bangsa semiotik dengan menggunakan dua
dengan Nilai-nilai Kearifan Lokal” tahap pembacaan terhadap
karya Prof. Gunawan Sumodiningrat pitutur/petuah dalam falsafah Jawa,
dan Ari Wulandari, S.S., M.A. Maka yaitu melalui pembacaan heuristik dan
dari itu dalam penelitian ini tidak pembacaan hermeneutik. Pembacaan
memerlukan lapangan sebagai objek heuristik merupakan pembacaan
pengambilan data, pengambilan data berdasarkan struktur kebahasaan atau
dilakukan dengan mengutip beberapa secara semiotik adalah berdasarkan
pernyataan yang terdapat dalam buku konvensi sistem semiotik tingkat
teks tersebut, kemudian disajikan pertama, dengan cara menerjemahkan
dalam paparan data, dikategorisasikan atau memperjelas arti kata-kata.
kemudian dianalisis serta Pembacaan heuristik ditujukan untuk
dikomparasikan dengan sumber- menemukan arti bahasanya.
159
JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179
160
JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179
161
JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179
deksura, ajining diri saka lathi ajining rawe rantas malang-malang putung,
raga saka busana, berbudi bawa urun rembug, desa mawa cara negara
leksana, aja nggolek menange dhewe, mawa tata, hayem hanom dan berbudi
aja rumangsa bisa nanging kudu bisa bawa laksana.
rumangsa, janma tan kena ingina, 5. Nilai-nilai kekeluargaan, diantaranya
memayu hayuning bebrayan, menang adalah pengorbanan, kesetiaan,
tanpa ngasorake, ora kena nglarani kepatuhan dan berbakti pada orang
liyan, ambeg parama arta, tepa selira, tua. Nilai-nilai tersebut tercermin
dan dagang tuna andum bathi. dalam pitutur abot anak tinimbang
3. Nilai-nilai kerohanian, diantaranya telak, anak polah bapa kepradah,
adalah keikhlasan, sumeleh, neriman, sabaya pati sabaya mukti, sing sapa
legawa, dan kesabaran. Nilai-nilai lali marang wong tuwa prasasat lali
tersebut tercermin dalam pitutur marang pangeran, bapa kesulah anak
kawula mung saderma mobak mosik kepradah dan mikul dhuwur mendhem
kersaning hyang sukma, sabar iku jero.
ingaran mustikaning laku, nerima ing 6. Nilai-nilai keduniawian (sikap
pandum, jer basuki mawa beya, sepi manusia dalam menjalani hidup di
ing pamrih rame ing gawe, suwung dunia), diantaranya adalah percaya
pamrih tebih ajrih, rila lamun diri, peduli lingkungan,
ketaman ora getun lamun kelangan, kesederhanaan, dan rendah hati. Nilai-
dan sabar sareh mesthi bakal pikoleh. nilai tersebut tercermin dalam pitutur
4. Nilai-nilai kebangsaan, diantaranya memayu hayuning bawana, ibu bumi
adalah demokrasi, cinta tanah air, bapa akasa, bandha titipan nyawa
semangat kebangsaan, kerukunan, gadhuhan pangkat sampiran, aja
semangat persatuan, dan menjaga ketungkul marang kalungguhan
kehormatan bangsa dan negara. Nilai- kadonyan lan kamareman, ana dina
nilai tersebut tercermin dalam pitutur ana upa, ngelingana tembe mburine,
mangan ora mangan waton ngumpul, ngundhuh wohing pakarti, sing sapa
basa iku busananing bangsa, negara ngegungake bandhane wirang lamun
gedhe obore padhang jagate, sirna bandhane.
sadumuk bathuk sanyari bumi ditohi B. Relevansi Nilai-nilai Luhur Falsafah
pati, rukun agawe sentosa crah agwe Jawa dengan Pendidikan Karakter di
bubrah, holopis kuntul baris, rawe- Indonesia
162
JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179
berbagai dimensi kehidupan antara lain kebenaran (love Allah, trust, reverence,
etika dan tata krama, hubungan orang loyalty). Pitutur luhur yang sesuai dengan
pilar karakter di atas adalah agama
tua dan anak, hukum, keadilan dan
ageming aji, aja cidra ing janji, aja cidra
kebenaran, hubungan sosial,
mundak cilaka, aja ketungkul marang
kekerabatan, gotong royong, toleransi,
kalungguhan kadonyan lan kemareman,
demokrasi dan sebagainya. Filsafat
dilalah kersaning allah, gusti ora sare,
Jawa juga tercermin dalam budaya kawula mung saderma mobak mosik
Jawa yang sangat mengagungkan nilai kersaning hyang sukma, sangkan
etika/karakter. Nilai-nilai etika dan paraning dumadi, dan sing bisa mati
karakter dalam budaya Jawa apabila sajroning urip lan bisa urip sajroning
mampu diaktualisasikan dalam dunia mati.
pendidikan dengan baik maka krisis 2. Tanggungjawab,
anak didik dalam rangka dina ana upa, anak polah bapa kepradah,
163
JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179
164
JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179
budi, dadiya laku utama, den ajembar, enthegan bau, gambret singgang
den momot lawan den mengku, den kaya merkatak ora ana sing ngopeni,
segara, eling lan waspada, gajah ngidak gedhang apupus cindhe, giri lusi
rapah, gajah perang karo gajah, kancil
janma tan kena ingina, isi nanging
mati ing tengahe, hayem hayom, jembar
kothong kothong nanging isi, jujur
kawruhe, jembar segarane, kethek
bakal mujur, kamulyaning urip
saranggon, laku ing sasmita amrih lantip,
dumunung ing tentreming ati, lembah
lebak ilining banyu, mangasah mingising
budi, memayu hayuning bawana, negara
manah lan andhap asor, memasuh
165
JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179
ing gawe, dan tumindak kudu manut Kudu rukun marang tangga teparo.
Rukun agawe sentosa. Tepa selira
kala mangsa.
9 Kerja Adhang-adhang tetesing embun, gliyak-
Relevansi pitutur luhur budaya Keras gliyak tumindak, Aja aleman, Aji
godhong jati aking, Sepi ing pamrih rame
Jawa apabila dikaitkan dengan delapan ing gawe
1 Cinta Aja seneng gawe gendra, Rukun agawe
belas nilai karakter yang 0 Damai sentosa. Wani ngalah luhur wekasane,
Wong linuwih iku, ambeg welasan lan
disosialisasikan oleh pemerintah dapat sugih pangapura
1 Kreatif Tlaten panen. Alang-alang dudu aling-
1 aling, marginingkautaman. Jagat ora
dilihat dalam tabel berikut: mung sagodhong kelor,
N Nilai Pitutur Luhur 1 Gemar Ngelmu iku kelakone kanthi laku, ngelmu
o 2 Membaca angel tinemu
1 Religius Agama ageming aji, Dilalah kersaning 1 Mandiri Aja wedi kangelan, aja aleman.
allah, Galing kangkung isine bumbung 3
wang, tapake manuk mabur, Gusti ora 1 Peduli Memayu hayuning bawana, ibu bumi
sare, Kawula mung saderma, mobak 4 Lingkung bapa akasa
mosik kersaning hyang sukma, Sangkan an
paraning dumadi, dan Sing bisa mati 1 Demokrat Mangan ora mangan waton ngumpul,
sajroning urip lan bisa urip sajroning 5 is urun rembug, kecik-kecik yen wudhu.
mati. 1 Peduli Aja rumangsa bisa nanging kudu bisa
2 Semangat Rawe-rawe rantas malang-malang 6 Sosial rumangsa, Ambeg parama arta, Dagang
kebangsa putung, holopis kontol baris, Aja sira tuna andum bathi.
an deksura. Edi peni adiluhung. Jerbasuki 1 Rasa Ngelmu angel tinemu, ngelmu kelakone
mawa beya. Yen wedi aja wani-wani, yen 7 Ingin kanthi laku.
wani aja wedi-wedi Tahu
3 Jujur Aluwung kalah wang tinimbang kalah 1 Tanggun Aja cidra ing janji, Anirma patra.
wong, Aja cidra mundak cilaka. Aja 8 g Jawab
melik darbeking liyan. Aja seneng gawe
gendra. Aja sira deksura. Ajining diri
saka lathi, ajining raga saka busana. C. Nilai-nilai dalam Buku Pitutur
Berbudi bawa leksana. Ciri wanci lelahi
ginawa mati. Jujur bakal mujur. Nuladha Luhur Budaya yang Layak untuk
laku utama
4 Cinta Rumangsa melu andarbeni wajib melu diaktualisasikan dalam
Tanah angrukebi, Basa iku busananing bangsa.
Air Sadumuk bathuk sanyari bumi ditohi pati Pembelajaran IPS.
5 Toleransi Aja nggolek menange dhewe, Aja
rumangsa bisa, nanging kudu bisa
rumangsa. Aja waton ngomong, ning Berdasarkan deskripsi dan
ngomonga nganggo waton. Angon iriban.
Janma tan kena ingina. Memayu interpretasi 258 ungkapan tradisional
hayuning bebrayan. Menang tanpa
ngasorake. Ora kena nglarani liyan. Jawa dalam buku Pitutur Luhur
Sapa salah seleh. Wong linuwih iku
ambeg welasan lan sugih pangapura. Budaya Jawa terdapat terdapat
Desa mawa cara negara mawa tata.
Kudu rukun marang tangga teparo.
6 Menghar Aja kuminter mundak keblinger, Blilu tau
beberapa nilai-nilai karakter yang
gai pinter durung nglakoni. Ngelmu angel
Prestasi tinemu.Ngelmu iku kelakone kanthi laku. dapat diaktualisasikan dalam
Kebo nyusu gudel. Nuladha laku utama
7 Disiplin Aja nggege mangsa, Alon-alon waton pembelajaran IPS di sekolah.
kelakon, Memayu hayuning pribadi.
Pakulinan iku kodrat sing kapindho. Aktualisasi nilai-nilai falsafah Jawa
Seteng dadi gentheng, sawu dadi awu.
Wilujeng nir ing sambikala.
8 Bersahab Aja drengki wong urip sabumi, Adigang
dapat dilakukan dengan menyusun
at adigung adiguna, Aja (ng)golek menange
dhewe, Aja kuminter mundak keblinger. bahan ajar yang bersumber pada buku
Aja lali marang kebecikaning liyan, iku
kaya kewan. Aja nggugu karepe dewe. Pitutur Luhur Budaya Jawa, buku ini
166
JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179
167
JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179
168
JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179
169
JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179
kecik yen wudhu.laku ing sasmita pada orang tua (mikul dhuwur
amrih lantip. mangan ora mangan yen mendhem jero, sing lali marang wong
kumpul. mulang wuruk. ngelmu iku tuwa prasasat lali marang pangeran),
kelakone kanthi laku. ora kena berprasangka baik (aja nyatur alaning
nglarani liyan. pakulinan iku kodrat liyan), bersahaja (sing bisa mati
sing kapindho. tumindak kudu manut sajroning urip lan bisa urip sajroning
kala mangsa. urip tulung tinulung dan mati), bijaksana (ora keris ora keras),
yen wedi aja wani-waniyen wani aja cermat (gemi taberi nastiti ngati-ati),
wedi-wedi. cinta damai (rukun agawe sentosa),
cinta ilmu (jembar kawruhe, laku ing
KESIMPULAN sasmita amrih lantip), cinta keindahan
(edi peni adiluhung), cinta tanah air
Berdasarkan temuan penelitian
(sadumuk bathuk sanyari bumi ditohi
dan pembahasan di atas dapat ditarik
pati, rumangsa melu andarbeni wajib
beberapa kesimpulan yang merupakan
melu angrukebi), dapat menyesuaikan
jawaban dari rumusan masalah (fokus
diri (busuk ketekuk pinter keblinger,
masalah), diantaranya adalah sebagai
tumindak kudu manut kala mangsa),
berikut: Pertama, berdasarkan analisis
demokratis (urun rembug, kecik-kecik
terhadap 258 macam pitutur dalam
yen wudhu), dermawan (sugeh ora
buku “Pitutur luhur budaya Jawa”
nyimpen), diplomatis (nglurug tanpa
dapat ditemukan 88 nilai-nilai
bala, sekti tanpa aji-aji, menang tanpa
kebaikan, diantaranya adalah adil (ana
ngasorake), disiplin (pakulinan iku
sethithik didum sethithik, ana akeh
kodrat sing kapindho), empati (dudu
didum akeh), amanah (satria
sanak dudu kadang, yen mati melu
pinandita, bandha titipan nyawa
kelangan), gemar membaca (ngelmu
gadhuhan pangkat sampiran), baik
iku kelakone kanthi laku), gotong
hati (enthegan bau), balas budi
royong (urip tulung tinulung), hati-hati
(nandur kebecikan males budi, aja lali
(milang tatu, pupur sawuse benjut),
marang kebecikaning liyan iku kaya
hemat (seteng dadi gentheng, sawu
kewan), berani (yen wedi ing kewuh
dadi awu), menghormati sesama
sebarang tan ana kang dadi), berbakti
170
JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179
171
JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179
amarga ngelmu angel tinemu), realistis ati), tidak serakah (ngelingana tembe
(mburu uceng kelangan deleg), mburine, nerima ing pandum),
religius (agama ageming aji), rendah toleransi (desa mawa cara negara
hati (lembah manah lan andhap asor, mawa tata), totalitas (yen wedi aja
sapa sing ngegungake bandhane wani-wani yen wani aja wedi-wedi),
wirang lamun sirna bandhane), rukun tulus dan ikhlas (sepi ing pamrih rame
(kudu rukun marang tangga teparo), ing gawe), waspada (sabeja-bejane
sabar (sabar iku ingaran mustikaning wong kang lali, luwih beja wong kang
laku), sopan santun (ngerti unggah- eling klawan waspada).
ungguh), sederhana (bathok bolu isi Nilai-nilai yang terkandung
madu), semangat belajar (mumpung dalam pitutur luhur budaya Jawa
anom ngudiya laku utama), semangat tersebut secara garis besar dapat
kebangsaan (holopis kontol baris), dikelompokkan menjadi: (1). Nilai-
sportif (bahni maya pramana, aluwung nilai keTuhanan, seperti taat ajaran
kalah wang tinimbang kalah wong), agama, religius dan beriman. Nilai-
sumeleh (kawula mung saderma nilai tersebut tercermin dalam pitutur
mobak mosik kersaning hyang sukma, agama ageming aji, dilalah kersaning
rila lamun ketaman ora getun lamun Allah, galing kangkung isine bumbung
kelangan), taat hukum (aja melik wang tapake manuk mabur, gusti ora
darbeking liyan), tanggung jawab sare, dan sangkan paraning dumadi.
(tinggal glanggang colong playu), (2). Nilai-nilai kemanusiaan, seperti
tegas (sura dira jayaningrat lebur toleransi, hormat menghormati, peduli
dening pangastuti), teliti (pupur sosial, dan keadilan. Nilai-nilai
sadurunge benjut), tenggang rasa (tepa tersebut terkandung dalam beberapa
selira), tidak mementingkan diri pitutur seperti aja nglalekake jejering
sendiri (aja (ng)golek menange kamanungsan, aja cidra mundak
dhewe), tidak mudah heran (aja cilaka, ajining diri saka lathi ajining
ketungkul marang kalungguhan, raga saka busana, berbudi bawa
kadonyan lan kemareman), tidak leksana, aja nggolek menange dhewe,
mudah iri (aja meri mundhak pepes aja rumangsa bisa nanging kudu bisa
172
JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179
rumangsa, aja waton ngomong ning desa mawa cara negara mawa tata,
ngomonga nganggo waton, angon hayem hanom dan berbudi bawa
iriban, janma tan kena ingina, laksana. (5). Nilai-nilai kekeluargaan,
memayu hayuning bebrayan, tepa diantaranya adalah pengorbanan,
selira, dan dagang tuna andum bathi. kesetiaan, kepatuhan dan dharma bakti
(3). Nilai-nilai kerohanian, diantaranya pada orang tua. Nilai-nilai tersebut
adalah keikhlasan, sumeleh, neriman, tercermin dalam pitutur abot anak
legawa, dan kesabaran. Nilai-nilai tinimbang telak, anak polah bapa
tersebut tercermin dalam pitutur kepradah, sabaya pati sabaya mukti,
kawula mung saderma mobak mosik sing sapa lali marang wong tuwa
kersaning hyang sukma, sabar iku prasasat lali marang pangeran, bapa
ingaran mustikaning laku, nerima ing kesulah anak kepradah dan mikul
pandum, jer basuki mawa beya, sepi dhuwur mendhem jero. (6). Nilai-nilai
ing pamrih rame ing gawe, suwung keduniawian (sikap manusia dalam
pamrih tebih ajrih, rila lamun ketaman menjalani hidup di dunia), diantaranya
ora getun lamun kelangan, dan sabar adalah percaya diri, peduli lingkungan,
sareh mesthi bakal pikoleh. (4). Nilai- kesederhanaan, dan rendah hati. Nilai-
nilai kebangsaan, diantaranya adalah nilai tersebut tercermin dalam pitutur
demokrasi, cinta tanah air, semangat memayu hayuning bawana, ibu bumi
kebangsaan, kerukunan, semangat bapa akasa, bandha titipan nyawa
persatuan, dan menjaga kehormatan gadhuhan pangkat sampiran, aja
bangsa dan negara. Nilai-nilai tersebut ketungkul marang kalungguhan
tercermin dalam pitutur mangan ora kadonyan lan kamareman, ana dina
mangan waton ngumpul, basa iku ana upa, ngelingana tembe mburine,
busananing bangsa, negara gedhe ngundhuh wohing pakarti, sing sapa
obore padhang jagate, sadumuk ngegungake bandhane wirang lamun
bathuk sanyari bumi ditohi pati, rukun sirna bandhane, purwa madya
agawe sentosa crah agwe bubrah, wasana, sing bisa mati sajroning urip
holopis kuntul baris, rawe-rawe rantas lan bisa urip sajroning mati, dan
malang-malang putung, urun rembug,
173
JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179
174
JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179
175
JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179
176
JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179
177
JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179
178
JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179
179