Sunteți pe pagina 1din 6

IbM Kelompok Usaha Budidaya Rumput Laut Di Pantai Bolok Kupang - NTT

Diarto Trisnoyuwono1), Priska Gardeni Nahak2), Sutirto3)


1
Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Kupang, Jln. Adisucipto Penfui Kupang
diartopoltek@gmail.com

2
Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Kupang, Jln. Adisucipto Penfui Kupang
prigardeni@yahoo.com
3
Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Kupang, Jln. Adisucipto Penfui Kupang
sutirtojatayu@gmail.com

Abstract
NTT province consists of many islands, the main livelihood of the people is farming, gardening and
fishing. But with minimal application of technology, became one of the constraints in the
optimization of food production. One of the flagship products of marine products is seaweed,
particularly the location of cultivation in Kupang district. The techniques applied are still very
traditional so the results can not meet the demand of the national market. Application of
aquaculture raft system with bamboo materials, is expected to address the problem of fishermen in
the planting to harvesting as production does not reach the maximum amount because quite a lot of
seaweed that is ready to harvest dropped out due to tidal events, seaweed susceptible to diseases
caused by marine debris that many drifted to shore, the time consumed for the farmer runs out
maintenance activities from morning to evening, and due to increasing number of people are
involved in the cultivation of the conflict over 'potential sites' will easily occur. The raft
technological innovations developed floating seaweed dimension 3 x 3 x 1 m to 200 kg of seed
cultivation purposes with the needs of the land area about 9 m2 - 16 m2. When compared with other
techniques that require the area for Long Line about 25 m2 - 50 m2. This technique has advantages
in terms of efficiency of land, product optimization and effectiveness of human resources. Are
expected to increase yield and quality of seaweed products, so that the seaweed in NTT can be
taken into account in national and international markets.
Keyword : Bamboo Rafts, Seaweed, Enhancing Production
1. Pendahuluan sebagai bahan makanan atau sebagai bahan
tambahan untuk industri makanan, farmasi,
Rumput laut atau sea-weeds secara ilmiah kosmetik, tekstil, kertas, cat dan lain-lain.
dikenal dengan istilah alga atau ganggang yang Selain itu digunakan pula sebagai pupuk hijau
berklorofil. Istilah “rumput laut” sebenarnya dan komponen pakan ternak maupun ikan.
kurang tepat karena secara botani alga tidak
termasuk golongan rumput-rumputan Ketika semakin luasnya pemanfaatan hasil
(graminae). Istilah lain adalah agar-agar, olahan rumput laut dalam berbagai industri,
merupakan sebutan untuk jenis alga karena maka semakin meningkat pula kebutuhan akan
kandungan kimianya. Secara umum, perairan rumput laut Eucheuma sp sebagai bahan baku.
di Indonesia terdapat / hidup rumput laut, baik Selain untuk kebutuhan ekspor, pangsa pasar
yang sengaja ditanam atau hidup secara dalam negeri cukup penting karena selama ini
alamiah. Lebih dari 50 spesies rumput laut industri pengolahan rumput laut sering
dapat dimanfaatkan untuk konsumsi. Di mengeluh kekurangan bahan baku. Khususnya
Sulawesi, Maluku dan Nusa Tenggara, banyak produksi rumput laut di NTT hingga saat ini
dikembangbiakkan untuk kebutuhan utama belum dapat memenuhi kebutuhan pasar

1
nasional. Diantara penyebab belum Yang menjadi sasaran UMKM dalam
maksimalnya hasil produksi rumput laut rencana kegiatan ini adalah 2 kelompok usaha
masyarakat adalah teknik budidaya yang belum rumput laut di wilayah Bolok yaitu Kelompok
efektif dan efisien. “Pantai Baru” (10 nelayan) dan Kelompok
“Bolok Indah” (10 nelayan). Umumnya para
Umumnya teknik budidaya yang
nelayan memulai usahanya dari tahun 2000
digunakan adalah Long Line dengan
dengan hasil produksi rata-rata pertahun 50 –
memanfaatkan area pasang surut di sepanjang
70 ton / kelompok. Wilayah ini memiliki lahan
Pantai Utara Kabupaten Kupang. Teknik ini
potensial untuk rumput laut seluas ± 450 Ha,
sangat disukai oleh petani di NTT karena biaya
namun dengan keterbatasan saat ini, lahan yang
yang dibutuhkan bisa dijangkau, alat dan bahan
aktif digarap seluas 200 Ha atau 45 % dari
yang dibutuhkan mudah diperoleh, serta proses
lahan yang ada.
sejak persiapan hingga panen sangat mudah
Kelompok-kelompok ini dipilih sebagai
dilakukan.
mitra dalam penerapan Ipteks karena
Selain keuntungan dan kemudahan yang beberapa hal yang melatarbelakanginya, yaitu
bisa dirasakan, sebenarnya masyarakat juga antara lain :
mulai merasakan kekurangan dari teknik 1. Adanya dukungan penuh dari Pemerintah
budidaya ini yaitu panen tidak mencapai jumlah Daerah setempat dan dinas-dinas terkait
maksimal karena cukup banyak rumput laut untuk mengembangkan budidaya rumput
yang siap panen putus akibat peristiwa pasang laut sebagai produk unggulan daerah.
surut, rumput laut mudah terkena penyakit 2. Menjadikan kelompok-kelompok ini sebagai
akibat sampah laut yang banyak hanyut ke pilot project agar dapat menjadi contoh bagi
pantai, waktu petani habis tersita untuk kegiatan wilayah-wilayah lain di Kabupaten Kupang
pemeliharaan mulai dari pagi hingga sore hari, dan NTT secara umum.
serta akibat semakin banyaknya masyarakat 3. Wilayah yang luas dan jumlah petani yang
yang terlibat dalam kegiatan budidaya maka tergabung dalam beberapa kelompok
konflik akibat perebutan ‘lokasi potensial’ akan memungkinkan diupayakannya penerapan
mudah terjadi. teknologi rakit rumpon untuk meningkatkan
Salah satu teknik budidaya baru yang ingin hasil produksi.
diterapkan adalah Rumpon. Teknik ini 4. Organisasi kelompok yang cukup baik dan
ditawarkan dengan harapan dapat meningkatkan rasa kebersamaan yang terjalin dalam
jumlah produksi rumput laut NTT karena kelompok untuk mengembangkan usaha
terjadi penambahan area budidaya, mereka dirasakan akan mendukung proses
meminimalkan jumlah rumput laut siap panen pengembangan usaha mereka apabila
yang hilang, meminimalisir kemungkinan teknologi terapan ini dapat semakin
penyakit pada rumput laut akibat sampah laut, meningkatkan hasil panen rumput laut dan
meminimalisir waktu pemeliharaan yang harus sekaligus dikembangkan.
dilakukan oleh petani, serta dapat menjadi salah
satu solusi yang baik dalam mengatasi konflik Selanjutnya dapat diidentifikasi sejumlah
perebutan ‘lahan potensial’ budidaya. masalah Mitra yang perlu diangkat dalam
kegiatan Penerapan IPTEKS ini adalah :
Dari sejumlah kelompok tani/nelayan yang 1. Metode budidaya rumput laut yang masih
bergelut di bidang budidaya rumput laut di NTT tergolong konvensional (Long Line Method)
tentu ada juga yang mampu bertahan dan ternyata kurang efektif dan efisien, sehingga
berkembang lewat sejumlah pembinaan / hasil yang diperoleh kurang maksimal.
pendanaan baik dari pemerintah maupun 2. Dibutuhkan sebuah terobosan dari aspek
swasta. Oleh karena itu informasi dan teknologi media tanam rumput laut. Dalam hal ini
dari mereka yang berhasil ini akan teknologi yang dicoba akan diterapkan
disosialisasikan kepada beberapa kelompok disebut dengan Teknik ‘Kotak Rakit Apung,
nelayan (UMKM) melalui kegiatan ini. dimana diharapkan dapat meningkatkan

2
jumlah produksi rumput laut NTT karena adanya jaring penutup yang membatasi
terjadi penambahan area budidaya, gerak rumput laut pada arah vertical. Untuk
meminimalkan jumlah rumput laut siap pertumbuhan rumput laut membutuhkan
panen yang hilang, meminimalisir sinar matahari tetapi tidak boleh secara
kemungkinan penyakit pada rumput laut langsung dalam waktu lama karena akan
akibat sampah laut, meminimalisir waktu mengurangi mutu rumput laut yang
pemeliharaan yang harus dilakukan oleh
dihasilkan. Selain itu karena selalu berada di
petani, serta dapat menjadi salah satu solusi
dalam air, tekstur rumput lautnya akan
yang baik dalam mengatasi konflik
perebutan ‘lahan potensial’ budidaya menjadi lebih padat dan cenderung berwarna
lebih gelap jika dibandingkan dengan
Secara detail keuntungan yang dapat rumput laut yang selalu berada dipermukaan
diperoleh adalah: air laut. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa rumput laut dengan tekstur padat dan
1. Teknik ini membutuhkan luas lahan yang berwarna gelap jika dikeringkan akan
jauh lebih kecil dari teknik long line. Untuk memiliki karagenan yang lebih banyak dari
budidaya 50 kg bibit hanya membutuhkan pada yang padat dan berwarna terang karena
luasan 9-16m², jika dibandingkan dengan kandungan airnya yang banyak.
teknik ‘long line akan membutuhkan bidang
seluas 25m² atau 50m². Ukuran rakit yang Unit rakit rumpon rumput laut yang akan
dipakai adalah 3 x 3 x 1 m. dibuat nanti terbuat dari bahan bambu hutan
2. Bahan untuk rangka kotak rakit terbuat dari yang mudah diperoleh di daratan Timor, jaring
bambu hutan yang banyak ditemukan di plastik dan pelampung dari botol platik bekas.
wilayah NTT dan harganya jauh lebih murah Dimensi rakit bisa dibuat dalam ukuran 3 x 3 x
dari bamboo jenis lainnya. Diameter 1 m’. Rangka rakit bambu disambung dengan
minimal yang biasa digunakan adalah 5– 7 teknik pengikatan khusus dan dari bahan serat
cm. rami. Jangkar untuk penambat rakit terbuat dari
3. Rumpon akan dilengkapi dengan jaring karung plastic yang disi pasir dan batu. Jaring
berukuran lubang ¾ - 1 inchi yang dipasang membungkus rumpon di setiap sisinya
berfungsi sebagai tempat hidup, penahan termasuk sisi bawah dan atas, dengan demikian
sampah laut dan ikan besar, serta mencegah rumput laut akan aman berada di dalamnya.
hanyutnya rumput laut. Karenanya hasil Tanpa terganggu oleh sampah laut. Model
panen menjadi lebih maksimal. konstruksi rakit rumpon tersebut dapat dilihat
4. Karena kegiatan budidaya dilakukan pada pada gambar berikut ini.
area diluar pasang–surut yang umumnya
tidak terdapat banyak sampah laut maka,
kegiatan pemeliharaan berupa pembersihan
rumput dari sampah laut tidak harus
dilakukan setiap dan sepanjang hari. Situasi
ini memberikan waktu bagi petani untuk
melakukan aktivitas ekonomi lainnya atau
untuk menjaga kesehatan dari akibat
‘berendam’ dalam air seharian tiap hari.
5. Bibit yang dibudidaya tidak diikatkan pada
wadah apapun melainkan dibiarkan bergerak
bebas di dalam kotak jaring. Kemungkinan
kontak langsung dengan sinar matahari
dalam waktu lama bisa dihindari karena Gambar 1. Model Rumpon Rumput Laut

3
2. Metode Pelaksanaan
Metode dan tahapan pengabdian yaitu meliputi,
1. Tahap observasi dan penyiapan wilayah
binaan,
Tahapan ini untuk meninjau kesiapan lokasi
dan mitra nelayan untuk aplikasi teknologi
rakit apung. Termasuk mengurus perijinan
dengan pihak-pihak terkait. Gambar 4. Proses Konstruksi Rumpon
2. Tahap pengumpulan bahan
Bahan-bahan untuk keperluan konstruksi 4. Tahap uji coba rakit apung
rakit apung dipilih berdasarkan kualitasnya Konstruksi rakit apung dibawa ke lokasi
dan dikumpulkan. Persiapan fasilitas kerja binaan untuk diujicoba aplikasinya di
untuk produksi rakit apung. kawasan budidaya rumput laut. Sekaligus
penebaran benih untuk pertama kali dan
selanjutnya akan diobeservasi tingkat
keberhasilan jenis konstruksi ini selama 4
bulan.

Gambar 2. Bambu Hutan

Gambar 5. Proses Penempatan Rumpon Ke


Lokasi Yang Ditentukan

Gambar 3. Penyiapan Bahan Jangkar Rumpon

3. Tahap konstruksi rakit apung.


Aktivitas konstruksi rakit dilakukan di
fasilitas workshop konstruksi jurusan teknik
sipil Politeknik Negeri Kupang. Gambar 6. Penebaran Bibit Ke dalam Rumpon
Ketersediaan peralatan yang lengkap
diharapkan dapat membantu terlaksananya 5. Tahap transfer teknologi
pekerjaan ini. Kelompok nelayan yang menjadi mitra akan
diberi pembinaan secara berkala untuk dapat
membuat sendiri rakit apung, dimulai dari
cara pemilihan bahan baku, cara pembuatan
sampai dengan cara pemeliharaannya.

4
Nelayan mitra juga akan diberi penyuluhan rumput laut. Karenanya hasil panen menjadi
untuk teknik budidaya dan pemilihan produk lebih maksimal.
rumput laut yang sesuai dengan standar 4. Karena kegiatan budidaya dilakukan pada
nasional. area di luar pasang–surut yang umumnya
tidak terdapat banyak sampah laut maka,
kegiatan pemeliharaan berupa pembersihan
rumput dari sampah laut tidak harus
dilakukan setiap dan sepanjang hari. Situasi
ini memberikan waktu bagi petani untuk
melakukan aktivitas ekonomi lainnya atau
untuk menjaga kesehatan dari akibat
berendam dalam air seharian tiap hari.
5. Bibit yang dibudidaya tidak diikatkan pada
wadah apapun melainkan dibiarkan bergerak
bebas di dalam kotak jaring. Kemungkinan
kontak langsung dengan sinar matahari
Gambar 7. Penyuluhan Kepada dalam waktu lama bisa dihindari karena
adanya jaring penutup yang membatasi
gerak rumput laut pada arah vertical. Untuk
3. Hasil Dan Pembahasan pertumbuhan rumput laut membutuhkan
sinar matahari tetapi tidak boleh secara
Hasil yang dicapai dalam kegiatan ini adalah langsung dalam waktu lama karena akan
pembuatan rakit rumpon apung dari bamboo mengurangi mutu rumput laut yang
sebanyak 10 unit. Rakit ini sudah sudah selesai dihasilkan. Selain itu karena selalu berada di
dibuat dan sedang dalam tahap uji coba untuk dalam air, tekstur rumput lautnya akan
mengetahui pengaruh dan ketahanannya di menjadi lebih padat dan cenderung berwarna
dalam laut. Pembuatan rakit ini telah melalui lebih gelap jika dibandingkan dengan
beberapa tahap mulai dari pemilihan bahan, rumput laut yang selalu berada dipermukaan
perakitan, penginstalan di laut hingga air laut. Hasil penelitian menunjukkan
penebaran bibit. bahwa rumput laut dengan tekstur padat dan
berwarna gelap jika dikeringkan akan
Secara detail keuntungan yang dapat diperoleh memiliki karagenan yang lebih banyak dari
adalah: pada yang padat dan berwarna terang karena
1. Teknik ini membutuhkan luas lahan yang kandungan airnya yang banyak.
jauh lebih kecil dari teknik long line. Untuk 6. Hasil uji coba di laut Bolok, rumpon
budidaya 50 kg bibit hanya membutuhkan ternyata dapat menampung 200 kg bibit
luasan 9 m², jika dibandingkan dengan dengan kebutuhan luasan lahan 9 m². Jika
teknik ‘long line akan membutuhkan bidang dibandingkan dengan teknik Long Line yang
seluas 25m² atau 50m². Ukuran rakit yang membutuhkan luasan lahan 25 m² - 50 m².
dipakai adalah 3 x 3 x 1 m. Setelah panen dan dikeringkan diketahui
2. Bahan untuk rangka kotak rakit terbuat dari bahwa teknologi rakit dapat meningkatkan
bambu hutan yang banyak ditemukan di berat kering rumput laut, dimana untuk
wilayah NTT dan harganya jauh lebih murah sistem longline berat kering = 10% dari
dari bamboo jenis lainnya. Diameter berat basah. Namun dengan teknologi rakit,
minimal yang biasa digunakan adalah 5– 7 berat kering =20% dari berat basah. Ini
cm. berarti teknologi rakit mampu meningkatkan
3. Rakit akan dilengkapi dengan jaring berat kering rumput laut hingga 10 %.
berukuran lubang ¾ - 1 inchi yang berfungsi
sebagai tempat hidup, penahan sampah laut
dan ikan besar, serta mencegah hanyutnya

5
Kesimpulan :
1. Rakit yang dibuat memiliki ukuran panjang
3m, lebar 3m dan tingggi 1m. Rakit dibuat
sebanyak 10 buah unit, dimana tiap
kelompok mitra masing-masing mendapat 5
unit.
2. Pelatihan singkat tentang teknik pembuatan
rakit dilakukan pada awal kegiatan
perakitan, agar mitra dapat membuat sendiri
rakitnya. Sehingga diharapkan dapat
meningkatkan hasil produksi rumput laut.
3. Pendampingan dilakukan selama 45 hari
setelah bibit ditebar guna memberikan
informasi tentang teknik perawatan dan
perbaikan terhadap rakit tersebut.

Daftar Pustaka
Cholik, F. 1991. Budidaya rumput laut
Eucheuma Sp dengan rakit dan lepas dasar.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan,
Badan Litbang Pertanian, Jakarta

Flores Pos, edisi 16 April 2004, Potensi Laut


NTT Yang Melimpah.

Ismail, W, 1992. Budidaya rumput laut jenis


algae merah. Makalah Aplikasi Teknologi
Kupang NTT, 2-3 Maret 1992

S-ar putea să vă placă și