Sunteți pe pagina 1din 13

PIJAT BAYI MEMPENGARUHI KADAR KORTISOL DAN KUANTITAS

TIDUR BAYI YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DENGAN


PENDEKATAN TEORI COMFORT KOLCABA

Dwi Ernawati.
Prodi S1, Stikes, Hang Tuah Surabaya Rumkital Dr. Ramelan Surabaya
Email: ernadwi_80@yahoo.co.id

ABSTRACT : The baby was ill and hospitalized has plenty of noisy environment
stressor, painful and uncomfortable. The condition can cause a crisis caused by changes
in the environment.. The purpose of this research was to prove the influence of baby
massage in reducing levels of cortisol and increases the quantity of baby having
hospitalisasi in the 2nd floor Marwah RSU Haji Surabaya. This type of research is
experimental pre-test and post test control group design. Sampelnya are some babies with
diarrhea hospitalized at Room 2nd floor Marwah RSU Haji Surabaya in may 2013 with a
total of 20 respondents (10 respondents as a group treatment and 10 respondents as the
control group). Baby massage is performed by therapists in the treatment group. Data
collection using the observation sheet. The t-test analysis bivariat use to prove there are
differences in the levels of cortisol and quantity of baby massage is performed before and
after the babies with 5% significance (α = 0.05). The results showed that cortisol saliva on
the Group's treatment has decreased significantly. T test shows p = 0.01, meaning there's a
baby massage influences on salivary cortisol levels decrease in the Group's treatment and
test t to quantity of sleep baby shows p = 0,004, which means there is influence on
increasing the quantity of baby massage beds from babies who are having hospitalisasi in
the 2nd floor Marwah RSU Haji Surabaya. The conclusions of this research shows that
massage the baby effect in lowering the levels of cortisol and increases the quantity of
baby having hospitalisasi in the 2nd floor Marwah RSU Haji Surabaya. More research
needs to be developed to make baby massage model appropriate and effective in reducing
stress of infants who experience hospitalisasi.

ABSTRAK : Bayi yang sakit dan dirawat di rumah sakit memiliki banyak stressor
dari lingkungan yang berisik, menyakitkan dan tidak nyaman. Kondisi tersebut dapat
menyebabkan krisis yang disebabkan oleh perubahan lingkungan. Tujuan penelitian untuk
membuktikan pengaruh pijat bayi dalam mengurangi kadar kortisol dan meningkatkan
kuantitas tidur bayi yang mengalami hospitalisasi di Ruang Marwah lantai 2 RSU Haji
Surabaya . Jenis penelitian experimental pre-test and post-test control group design.
Sampelnya adalah beberapa bayi dengan diare yang dirawat di Ruang Marwah Lantai 2
RSU Haji Surabaya pada bulan Mei 2013 dengan jumlah 20 responden ( 10 responden
sebagai kelompok perlakuan dan 10 responden sebagai kelompok kontrol ) . Pijat bayi
dilakukan oleh terapis pada kelompok perlakuan Pengumpulan data menggunakan lembar
observasi . Analisis uji t bivariat digunakan untuk membuktikan ada perbedaan kadar
kortisol dan kuantitas tidur bayi sebelum dan setelah dilakukan pijat bayi dengan
signifikansi 5 % ( α = 0,05 ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kortisol ludah pada
kelompok perlakuan mengalami penurunan secara signifikan . Uji t menunjukkan p = 0,01
, yang berarti ada pengaruh pijat bayi pada penurunan kadar kortisol ludah pada kelompok
perlakuan dan uji t untuk kuantitas tidur bayi menunjukkan p = 0,004 , yang berarti ada
pengaruh pijat bayi pada peningkatan kuantitas tidur dari bayi yang mengalami
hospitalisasi di ruang Marwah lantai 2 RSU Haji Surabaya . Simpulan menunjukkan
138
139. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 7, No 2, Agustus 2014., hal 138-149

bahwa pijat bayi berpengaruh dalam menurunkan kadar kortisol dan meningkatkan
kuantitas tidur bayi yang mengalami hospitalisasi di ruang Marwah lantai 2 RSU Haji
Surabaya . Penelitian lebih lanjut perlu dikembangkan untuk membuat model pijat bayi
yang tepat dan efektif dalam mengurangi stres bayi yang mengalami hospitalisasi.
Kata Kunci: Pijat bayi, kortisol , kuantitas tidur , hospitalisasi dan comfort .

PENDAHULUAN bahwa 82% dari 11 pasien dengan usia 1-


Hospitalisasi adalah suatu proses 3 tahun yang sedang di rawat di PAV V
yang karena suatu alasan yang berencana Rumkital Dr. Ramelan Surabaya selama
atau darurat, mengharuskan anak untuk bulan Februari sampai Maret 2011
tinggal di rumah sakit, menjalani terapi mengalami efek hospitalisasi tinggi
dan perawatan sampai pemulangannya yakni menunjukkan perilaku
kembali ke rumah(Supartini:2004). negatif(agresi maupun depresif).
Kondisi tersebut dapat menimbulkan Wulansari(2012) melaporkan bahwa 72%
suatu krisis yang terjadi akibat perubahan dari 14 anak dengan usia bayi dan todler
lingkungan. Krisis ini dipengaruhi oleh yang dirawat di ruang perawatan anak
berbagai hal, yaitu tahapan Mawar Kuning RSUD Sidoarjo pada
perkembangan anak, pengalaman bulan Mei – Juni 2012 mengalami efek
sebelumnya terhadap perawatan di rumah hospitalisasi tinggi yakni menunjukkan
sakit, sistem dukungan yang ada, perilaku agresi maupun depresif dan
kemampuan koping yang dimiliki dalam menolak kooperatif dengan perawat dan
menangani stres(Supartini:2004). Kondisi dokter. Terdapat banyak intervensi yang
hospitalisasi meningkatkan efek dapat dilakukan pada bayi dan anak yang
traumatik anak tentang pengalamannya di MRS yaitu adaptasi lingkungan yang
RS. Dari studi pendahuluan dengan pada meningkatkan kedamaian dan
tanggal 18 Februari 2013 di Ruang ketenangan, guided imagery, terapi
Marwah RSU Haji Surabaya, peneliti musik, terapi humor dan lain lain.
mengobservasi 90 % bayi mengalami Wulansari(2012) menuliskan terapi
trauma hospitalisasi yaitu rewel, humor berpengaruh dalam menurunkan
menangis, tidak kooperatif dengan stres hospitalisasi tetapi terapi humor
tindakan perawat, minta gendong, dan bersifat subyektif dalam arti tergantung
perubahan jumlah jam tidur. Selama ini bagaimana seorang mempersepsikan
tidak ada intervensi khusus yang di sebuah stimulus sebagai stimulasi humor
terapkan oleh perawat di ruangan sehingga dapat menghasilkan tawa (sense
Marwah dalam membuat bayi yang of humor). Terapi humor, terapi musik,
opname lebih nyaman kecuali dengan guided imagery tidak bisa di terapkan
memodifikasi lingkungan dengan gambar secara langsung pada bayi karena
gambar kartun. membutuhkan tingkat kognitif yang lebih
Berdasarkan data awal yang tinggi untuk mengikuti terapi tersebut,
diperoleh dari RSU Haji Surabaya berbeda dengan pijat bayi, yang bisa di
jumlah kasus di rawat inap Marwah lakukan kepada bayi baru lahir bahkan
RSU Haji Surabaya tahun 2010 sebanyak pada bayi prematur dengan berat lahir
2.111 kasus, tahun 2011 sebanyak 1623 rendah. Penelitian yang dilakukan
kasus dan tahun 2012 sebanyak 1662. Rosemary(2009) menunjukkan bahwa
Dan kasus terbanyak dalam tiga tahun beberapa intervensi seperti terapi pijat
terakhir adalah Diare, DHF, dan dan stimulus multisensori menurunkan
Bronchopneumonia dengan rata rata lama kadar kortisol ludah dan memperbaiki
rawat 4 hari. Sari (2011) melaporkan status perilaku bayi prematur termasuk
Ernawati : Pijat bayi mempengaruhi kadar kortisol dan keantitas tidur bayi .140

lama tidur dan bayi menangis minimal. menunjukkan gangguan tidur semakin
Gitau (2002) menunjukkan bahwa banyak dapat menyebabkan gangguan
terdapat penurunan kadar kortisol ludah kognitif(proses belajar, memori,
pada bayi prematur yang di berikan pengambilan keputusan), regulasi mood
intervensi skin to skin contact dan pijat (afek datar), perhatian dan perilaku
bayi. (Agresif dan hiperaktif) dan kesehatan (
Bayi usia 6-12 bulan pada fungsi imun dan metabolik), dan seluruh
perkembangannya akan mengalami tahap kualitas hidup anak(Mindell: 2006).
yang khas yaitu stranger anxiety. Kadar tertinggi serotonin pada batang
Stranger anxiety adalah bentuk distress otak terjadi saat bayi sedang terjaga dan
yang dialami anak-anak bila bertemu aktif, Sebaliknya, hampir tidak ada tanda
dengan orang asing. Stranger anxiety serotonin ketika bayi memasuki tidur
puncaknya terjadi pada usia 6-12 bulan REM atau fase tidur paling dalam.
dan dapat kambuh pada 24 bulan ke atas. Selama tidur, kadar melatonin dalam
Gejalanya adalah diam dan menatap tubuh akan meningkat tajam. Produksi
orang yang di anggap asing, secara lisan melatonin tergantung pada sintesis dalam
memprotes dengan teriakan atau kelenjar pineal yang didukung oleh
vokalisasi lainnya, dan bersembunyi di serotonin. Ketika terang, produksi
balik orang tuanya(McLoughlin:2009). serotonin akan meningkat, sedangkan
Kondisi tersebut muncul jika anak saat kondisi gelap sintesis melatonin yang
mengalami hospitalisasi dan stress meningkat. Begitulah keduanya
menimbulkan gangguan dalam tidurnya. berpasangan, kedua neurotransmiter ini
Stres hospitalisasi dapat di lihat dengan adalah kunci dalam memelihara siklus
peningkatan kadar kortisol. Pada rongga tidur (Putra:2011).
tubuh dan peritoneum, kortisol Regulasi yang buruk pada sekresi
menghambat proliferasi fibroblas dan hormon kortisol, serotonin dan
sintesis senyawa interstitial seperti melatonin pada bayi yang mengalami
kolagen. Kelebihan glukokortikoid stres hospitalisasi dapat di atasi dengan
termasuk kortisol dapat mengakibatkan pijat bayi. Pijat bayi dilakukan untuk
penipisan lapisan kulit dan jaringan beberapa alasan. Seperti terapi pijat, pijat
penghantar yang menopang pembuluh bayi dapat digunakan untuk membantu
darah kapiler. Hal ini dapat membuat bayi dengan cedera, nyeri, pencegahan
tubuh menjadi lebih rentan dan mudah penyakit dan pengobatan. Khusus untuk
cedera(Nussey:2001). Stress juga dapat bayi terdapat banyak manfaat pijat bayi.
menyebabkan penurunan sekresi Pijat bayi dapat membantu bayi dan anak
serotonin. Serotonin juga secara langsung dengan penyakit kesehatan termasuk
dan tidak langsung mengendalikan berbagai kolik, di mana bayi bisa
sebagian besar fungsi otak, seperti menangis atau berteriak selama berjam-
suasana hati (mood), fungsi seksual, dan jam setiap hari karena sakit perut,
siklus tidur. Masalah tidur dan frekuensi refluks, dan regurgitasi. Pijat bayi juga
bangun malam mempunyai angka merupakan cara yang ideal untuk
prevalensi yang tinggi pada anak-anak memperkuat ikatan antara orang tua dan
rata rata 20% - 30% pada bayi, todler, anak(McLoughlin:2009). Kolcaba
dan preschool. Studi terbaru memaparkan menyatakan bahwa perawatan untuk
bahwa masalah tidur yang terjadi pada kenyamanan memerlukan sekurangnya
bayi akan berlanjut pada prasekolah dan tiga tipe intervensi comfort diantaranya
usia sekolah dan menjadi kronik. adalah comfort food untuk jiwa meliputi
Selanjutnya, tidur menjadi terganggu dan intervensi yang menjadikan penguatan
tidak adekuat. Keadaan ini berjalan dalam sesuatu hal yang tidak dapat
signifikan dan berjalan lama. Data yang dirasakan. Terapi untuk kenyamanan
141. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 7, No 2, Agustus 2014., hal 138-149

psikologis meliputi pemijatan, adaptasi dan kuantitas tidur bayi pada hari
lingkungan yang meningkatkan pertama dan hari keempat MRS
kedamaian dan ketenangan, guided Kriteria inklusi dalam penelitian
imagery, terapi musik, mengenang, dan adalah:
lain lain. Perawat saat ini, umumnya 1. Bayi usia 6 bulan sampai 1 tahun
tidak memiliki waktu untuk memberikan 2. Bayi diare akut yang mengalami
comfort food untuk jiwa (kenyamanan dehidrasi ringan dan sedang
jiwa/psikologis), akan tetapi tipe 3. Suhu bayi 36 – 37,4 C
intervensi comfort tersebut difasilitasi 4. Bayi opname hari kedua dan di rawat
oleh sebuah komitmen oleh institusi di ruang kelas 2
terhadap perawatan kenyamanan (Tomey, 5. Orang tua bayi bersedia
Alligood:2006) . Berdasarkan latar menandatangani informed consent
belakang tersebut peneliti tertarik untuk Kriteria eksklusi
membuktikan pengaruh pijat bayi Kriteria eksklusi:
terhadap kadar kortisol dan kuantitas 1. Bayi diare dengan penyakit penyerta
tidur bayi yang mengalami hospitalisasi Instrumen yang digunakan dalam
dengan pendekatan Teori comfort memberikan intervensi pijat bayi sesuai
Kolcaba di Ruang Marwah Lantai II RSU SPO, sedangkan untuk menilai kortisol
Haji Surabaya. ludah, digunakan uji solid phase
radioimmunoassay. Untuk menilai
METODE kuantitas tidurnya melalui observasi
Desain atau rancangan penelitian ini orang tua atau pengasuh selama di RS
menggunakan desain experimental pre dan di dokumentasikan oleh peneliti.
test dan post test control group design. HASIL
Sampel diambil dari populasi bayi Didapatkan 10 responden untuk
dengan diare yang mengalami kelompok perlakuan dari 10 responden
hospitalisasi di Ruang Marwah Lantai II pada kelompok kontrol dengan jumlah
RSU Haji Surabaya pada bulan Mei 2013 total responden sebanyak 20 orang
yang memenuhi kriteria inklusi,
kemudian dibagi dalam kelompok kontrol
dan perlakuan dengan consecutive
sampling. Perlakuan dengan memberikan
pijat bayi. Peneliti mengukur kortisol
ludah bayi sebelum dan sesudah pijat

Skor kadar kortisol


Dari penilaian (post-post) kelompok yang
dilakukan pijat dan yang tidak dilakukan
pijat
Didapatkan data sebagai berikut:

Tabel 1 Hasil Uji Analisis Independent T


Test Kadar Kortisol (post-post)
Kelompok yang Dilakukan Pijat dan yang
tidak Dilakukan Pijat
Ernawati : Pijat bayi mempengaruhi kadar kortisol dan keantitas tidur bayi .142

simpa tidak dilakukan pijat di Ruang Marwah


rerat lantai II RSU Haji Surabaya menunjukan
ng
a p = 0,01 yang berarti ada pengaruh pijat
n baku t-test
(µgr/ bayi terhadap kadar kortisol bayi yang
(µgr/d
dl) mengalami hospitalisasi di Ruang
l)
Kortisol 1 1,76 0,75 t = - 2,83 Marwah lantai II RSU Haji Surabaya.
bayi 0 p = 0,01 Hospitalisasi merupakan suatu
yang proses yang karena suatu alasan yang
dilakuka berencana atau darurat, mengharuskan
n pijat 2,63 0,61 anak untuk tinggal di rumah sakit
Kortisol 1 menjalani terapi dan perawatan sampai
bayi 0 pemulangannya kembali ke rumah.
yang Hospitalisasi memberikan stressor baik
tidak bagi anak maupun keluarga, yang diikuti
dilakuka ketidaktahuan, lingkungan yang asing
n pijat serta kebisaaan berbeda, dan hal tersebut
menyebabkan anak dan keluarga tertekan.
Kuantitas Tidur Bayi : Selama proses hospitalisasi tersebut
Tabel 2 Hasil Uji Analisis Independent T bukan saja anak tetapi orang tua juga
Test Kuantitas Tidur (post-post) mengalami kebisaaan yang asing,
Kelompok yang Dilakukan Pijat dan yang lingkungannya yang asing, dan orang tua
tidak Dilakukan Pijat yang kurang mendapat dukungan emosi
akan menunjukkan rasa cemas. Rasa
rerat cemas pada orang tua akan membuat
simpan
a stres anak meningkat(Supartini:2004).
n g baku t-test
(jam Masalah utama bayi terhadap sakit dan
(jam)
) dirawat di rumah sakit adalah karena
Kuantita 1 11,3 1,13 t= dampak dari perpisahan dengan orang tua
s tidur 0 3,322 sehingga ada gangguan pembentukan
bayi p= rasa percaya dan kasih sayang. Pada anak
yang 0,004 usia lebih dari enam bulan terjadi
dilakuka stranger anxiety atau cemas karena
n pijat 9 1,83 perpisahan. Reaksi yang sering muncul
Kuantita 1 pada anak usia ini adalah menangis,
s tidur 0 marah dan banyak melakukan gerakan
bayi sebagai sikap stranger anxiety. Bila
yang ditinggalkan ibunya, bayi akan
tidak merasakan cemas karena perpisahan dan
dilakuka perilaku yang ditunjukkan adalah dengan
n pijat menangis keras. Respon terhadap nyeri
atau adanya perlukaan biasanya menangis
keras, pergerakan tubuh yang banyak,
PEMBAHASAN dan ekspresi wajah yang tidak
Kadar kortisol bayi yang dilakukan pijat menyenangkan( Supartini:2004).
dan kelompok yang tidak dilakukan pijat. Kadar kortisol ludah bayi pada
Hasil analisis uji statistik pengukuran pertama baik pada kelompok
independent t test (post post) kortisol perlakuan dan kelompok kontrol
bayi yang mengalami hospitalisasi yang cenderung sama dan tidak terlalu tinggi.
dilakukan pijat dengan kelompok yang Hal tersebut tidak mengindikasikan
143. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 7, No 2, Agustus 2014., hal 138-149

bahwa bayi tidak mengalami stres, seperti keperawatan. Comfort diartikan sebagai
yang digambarkan Simamora(2004) suatu keadaan yang dialami oleh
bahwa sebagian besar kortisol dalam penerima yang dapat didefinisikan
darah terikat dengan protein plasma, sebagai suatu pengalaman yang
hanya sebagian kecil yang bebas. immediate yang menjadi sebuah kekuatan
Penetapan kadar kortisol bebas dalam melalui kebutuhan akan keringanan
serum merupakan cara yang lebih tepat, (relief), ketenangan (ease), dan
karena aktivitas biologik terdapat pada (transcedence) yang dapat terpenuhi
fraksi ini. Akan tetapi, penetapan kortisol dalam empat kontex pengalaman yang
bebas dalam serum memerlukan waktu meliputi aspek fisik, psikospiritual, sosial
yang lebih lama sehingga tidak cocok dan lingkungan. Kolcaba(2003)
untuk pemeriksaan rutin. Untuk kemudian menderivasi konteks tersebut
mengatasi kendala tersebut, beberapa menjadi beberapa hal yaitu: 1)Fisik,
peneliti menggunakan air liur sebagai berkenaan dengan sensasi tubuh,
bahan penelitian. Dilaporkan bahwa 2)Psikospiritual, berkenaan dengan
perubahan kadar kortisol dalam darah, kesadaran internal diri, yang meliputi
selalu berkaitan dengan kortisol air liur, harga diri, konsep diri, sexualitas, makna
kortisol bebas dalam serum dan kortisol kehidupan hingga hubungan terhadap
air liur terdapat korelasi yang baik. kebutuhan lebih tinggi, 3)Lingkungan,
Kortisol di dalam darah mudah berubah. berkenaan dengan lingkungan, kondisi,
Banyak faktor, seperti suhu dingin, pengaruh dari luar. 4)Sosial, berkenaan
radiasi oleh sinar X, kerja fisik, infeksi dengan hubungan interpersonal, keluarga,
oleh kuman, hipoglikemia, takut, nyeri dan hubungan sosial. Bayi yang
dan faktor psikologik yang lain dapat mengalami hospitalisasi mengalami
meningkatkan kadar kortisol darah. ketidakseimbangan atau hambatan dalam
Kortisol total dalam darah, juga ketiga aspek tersebut yaitu: 1)fisik karena
dipengaruhi oleh kadar protein pengikat keadaan sakitnya dan tindakan invasif
yang juga berubah oleh pengaruh selama MRS seperti pasang infus, injeksi
beberapa obat, termasuk estrogen dan pil intravena dan lain lain, 2)lingkungan
KB. Kortisol bebas kurang dipengaruhi yang tidak menyenangkan selama di RS ,
oleh faktor-faktor tersebut. Sifat kortisol 3)hambatan sosial karena perpisahan
ludah yang cenderung tidak di pengaruhi dengan orang tua selama di RS. Hal
secara langsung dan cepat terhadap faktor tersebut di buktikan dari data umum
faktor tersebut menyebabkan kadar bahwa beberapa bayi pada kelompok
kortisol ludah pada bayi yang mengalami perlakuan dan kontrol harus di di asuh
hospitalisasi pada kedua kelompok tidak oleh nenek selama di RS karena ayah dan
terlalu tinggi, apalagi pemeriksaan kadar ibu harus bekerja. Hasil penelitian
kortisol dilakukan pada hari kedua MRS menunjukkan bahwa kadar kortisol ludah
sehingga perubahan kortisol ludah belum pada responden kelompok perlakuan
signifikan meskipun bayi sudah yang dilakukan pijat dan kelompok
menunjukkan respon stres terhadap kontrol pada pengukuran pertama
keadaan sakit dan lingkungan yang tidak cenderung sama. Data ini menunjukkan
menyenangkan selama di RS yaitu sering bahwa stres pada kelompok kontrol dan
menangis, rewel, gangguan kuantitas kelompok perlakuan menunjukkan
tidur dan tidak kooperatif dengan keadaan yang homogen, karena keadaan
tindakan keperawatan. sakit dan paparan stresor yang di hadapi
Kolcaba(2003) menggambarkan kedua kelompok cenderung sama.
Comfort merupakan sebuah konsep yang Keadaan stres yang di alami bayi
mempunyai hubungan yang kuat dalam usia 6 bulan sampai 12 bulan dapat di
Ernawati : Pijat bayi mempengaruhi kadar kortisol dan keantitas tidur bayi .144

atasi dengan tindakan kenyamanan. Salah intervensi yang menjadikan penguatan


satu alternatif tindakan kenyamanan yang dalam sesuatu hal yang tidak dapat
bisa dilakukan adalah pijat bayi. Menurut dirasakan. Terapi untuk kenyamanan
Riksani(2012) pijat bayi di sebut juga psikologis meliputi pemijatan, adaptasi
dengan terapi sentuh. Dikatakan terapi lingkungan yang meningkatkan
sentuh karena melalui pijat bayi inilah kedamaian dan ketenangan, guided
akan terjadi komunikasi yang nyaman imagery, terapi musik, mengenang, dan
dan aman antara ibu dan buah hatinya. lain lain. Saat ini perawat umumnya tidak
Efek neurologikal yang timbul dari pijat memiliki waktu untuk memberikan
adalah menstimulasi sensor penerima( comfort food untuk jiwa(kenyamanan
saraf aferen di permukaan tubuh) untuk jiwa/psikologis), akan tetapi tipe
menghantarkan sinyal listrik dan intervensi comfort tersebut difasilitasi
menghasilkan aksi potensial yang akan oleh sebuah komitmen oleh institusi
merangsang keefektifan kerja sel tubuh. terhadap perawatan kenyamanan.
Aksi potensial ini menstimulasi membran Pelayanan perawatan di RSU Haji sejauh
plasma sehingga mengaktifkan atau ini belum menyediakan dan memfasilitasi
meningkatkan kerja sel dan hormon di tindakan kenyamanan khusunya pijat
seluruh tubuh. Bersamaan dengan itu, pada bayi yang mengalami hospitalisasi
sinyal yang sampai pada otak dengan di ruang Marwah lantai II RSU Haji
bekerjasama dengan hipotalamus, Surabaya karena jumlah tenaga perawat
memberikan respon melancarkan aliran yang tidak sesuai dengan jumlah pasien
darah dan efektivitas kerja hormon target. yang ada. RSU Haji memfasilitasi pijat
Keharmonisan kerja sistem tubuh ini bayi melalui layanan pijat bayi diinstalasi
memberi rangsangan ke otak untuk rehabilitasi medik, tetapi dokter anak
memproduksi hormon endorfin yang baru akan konsultasi dengan dokter
menimbulkan respon relaksasi pada rehabilitasi apabila ada indikasi khusus
bayi(Harini:2010). Hasil penelitian ini pada bayi atau anak untuk dilakukan
menunjukkan terdapat perbedaan yang pijat. Terapist yang jumlahnya terbatas
signifikan kadar kortisol pada bayi yang tidak mungkin bisa melayani seluruh
dilakukan pijat dibandingkan dengan pasien bayi yang MRS sehingga perlu
kadar kortisol pada bayi yang tidak ada komitmen dari RS untuk mengadakan
dilakukan pijat. Perbedaan kadar kortisol penyuluhan atau kelas khusus yang
pada kedua kelompok tersebut di mengajari pijat bayi sehingga ibu dapat
sebabkan oleh karena perbedaan melakukan pijat secara mandiri kepada
kenyamanan karena efek dari pijat yang bayinya.
dilakukan. Bayi yang di pijat dengan baik Kadar kortisol satu responden
dan teratur dapat tumbuh lebih sehat dan dalam kelompok perlakuan tidak
berkembang lebih baik. Pijat sebenarnya mengalami penurunan dan ada beberapa
tidak hanya bermanfaat untuk fisik si responden yang penurunan kortisolnya
kecil saja, tetapi juga bisa menjadi sarana tidak banyak yaitu sekitar 0,1 µgr/dl dan
di mana ibu dan bayi bisa berduaan 0,2 µgr/dl . Data ini menunjukkan bahwa
dalam suasana rileks dan menyenangkan. pada saat dilakukan pijat oleh terapis,
Ini semacam sebuah jalinan ikatan beberapa bayi mengalami stranger
emosional antara ibu dengan buah anxiety. Bayi usia 6-12 bulan pada
hatinya(Suwardini:2013). Kolcaba perkembangannya akan mengalami tahap
menyatakan bahwa salah satu perawatan yang khas yaitu stranger anxiety.
untuk kenyamanan memerlukan Stranger anxiety adalah bentuk distress
sekurangnya tiga tipe intervensi comfort yang dialami anak-anak bila bertemu
yaitu comfort food untuk jiwa, meliputi dengan orang asing. Stranger anxiety
145. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 7, No 2, Agustus 2014., hal 138-149

puncaknya terjadi pada usia 6-12 bulan sistem pendukung yang tersedia, dan
dan dapat kambuh pada 24 bulan ke atas. kemampuan koping yang dimilikinya.
Gejalanya adalah diam dan menatap Pada umumnya, reaksi anak terhadap
orang yang di anggap asing, secara lisan sakit adalah kecemasan karena
memprotes dengan teriakan atau perpisahan, kehilangan, perlukaan tubuh,
vokalisasi lainnya, dan bersembunyi di dan rasa nyeri( Supartini:2004).
balik orang tuanya (McLoughlin:2009). Ketidaknyamanan yang di alami bayi
Pada saat pijat di ruang rehabilitasi MRS dapat menyebabkan gangguan tidur
medik, beberapa bayi menangis meronta baik kualitas dan kuantitas tidurnya.
ronta dan tidak mau lepas dari pelukan Kozier(2011) mendeskripsikan bahwa
ibunya, sehingga terapis mengikuti beberapa faktor yang mempengaruhi
respon bayi dengan tetap melakukan tidur adalah keadaan sakit, lingkungan
pemijatan di gendongan ibunya. termasuk stimulus dari lingkungan yang
Berdasarkan uraian tersebut tidak menyenangkan, letih dan stres Bayi
dapat di simpulkan bahwa pijat bayi di ruang Marwah lantai II mengalami
berpengaruh dalam menurunkan stres karakteristik stresor yang sama yaitu
bayi, yang di buktikan dengan penurunan kedua kelompok dalam keadaan diare
kadar kortisol ludah bayi yang akut dengan dehidrasi ringan sampai
mengalami hospitalisasi di Ruang sedang, tinggal di ruangan dengan
Marwah lantai II RSU Haji Surabaya. stimulus dan lingkungan yang tidak
menyenangkan dan bayi juga mengalami
Kuantitas tidur bayi yang dilakukan pijat keletihan yang sangat. Supartini(2004)
dan kelompok yang tidak dilakukan pijat menyebutkan bahwa pada waktu yang
Hasil analisis uji statistik bersamaan bertumpuk sejumlah stressor
independent t test (post post) kuantitas yang harus dihadapi, maka stressor kecil
tidur bayi yang mengalami hospitalisasi dapat menjadi pemicu(pencetus) yang
pada kelompok yang dilakukan pijat mengakibatkan reaksi yang berlebihan.
dengan kelompok yang tidak dilakukan Seorang yang sedang sakit kemudian
pijat di Ruang Marwah lantai II RSU Haji mendapatkan stressor lain maka
Surabaya menunjukan p = 0,004 yang kemungkinan koping individu tidak
berarti ada pengaruh pijat bayi terhadap efektif lagi karena ia telah mengalami
kuantitas tidur bayi yang mengalami kelelahan setelah mendapatkan stressor
hospitalisasi di Ruang Marwah lantai II tambahan. Faktor keletihan dan keadaan
RSU Haji Surabaya. sakit yang sama yaitu diare akut dengan
Hospitalisasi adalah suatu dehidrasi ringan sedang, semakin
keadaan krisis pada anak, saat anak sakit meningkatkan stres yang di alami oleh
dan dirawat di rumah sakit. Keadaan ini bayi. sehingga jumlah tidurnya pun
terjadi karena anak berusaha untuk terganggu. Hal tersebut di buktikan
beradaptasi dengan lingkungan asing dan dengan data penelitian yang
baru yaitu rumah sakit, sehingga kondisi menunjukkan jumlah tidur sebagian besar
tersebut menjadi faktor stressor bagi anak bayi pada kelompok perlakuan dan
baik terhadap anak maupun orang tua dan kelompok kontrol kurang dari kebutuhan
keluarga(Wong:2000). Seperti telah tidur bayi usia 6 -12 bulan yaitu sekitar
dikemukakan, anak akan menunjukkan 10 jam/hari.
berbagai perilaku sebagai reaksi terhadap Masalah utama bayi terhadap
pengalaman hospitalisasi. reaksi tersebut sakit dan dirawat di rumah sakit adalah
bersifat individual, dan sangat bergantung karena dampak dari perpisahan dengan
pada tahapan usia perkembangan anak, orang tua sehingga ada gangguan
pengalaman sebelumnya terhadap sakit, pembentukan rasa percaya dan kasih
Ernawati : Pijat bayi mempengaruhi kadar kortisol dan keantitas tidur bayi .146

sayang. Pada anak usia lebih dari enam Stres bayi yang mengalami
bulan terjadi stranger anxiety atau cemas hospitalisasi yang mempengaruhi jumlah
karena perpisahan. Reaksi yang sering jam tidur juga di perparah respon saudara
muncul pada anak usia ini adalah kandung. Data umum menunjukan bahwa
menangis, marah dan banyak melakukan beberapa bayi pada kedua kelompok
gerakan sebagai sikap stranger anxiety. merupakan anak keempat dan kelima.
Bila ditinggalkan ibunya, bayi akan Kondisi ini membuat ibu harus tetap
merasakan cemas karena perpisahan dan membagi perhatian antara bayi yang sakit
perilaku yang ditunjukkan adalah dengan dengan anak anak yang lain di rumah.
menangis keras. Respon terhadap nyeri Pada saat jam kunjung beberapa ibu
atau adanya perlukaan biasanya menangis sibuk mengurusi anak mereka yang
keras, pergerakan tubuh yang banyak, lain(menyuapi makan, membuatkan susu
dan ekspresi wajah yang tidak dan lain lain) dan ada hari hari tertentu
menyenangkan(Supartini : 2004). ibu harus bergantian dengan ayah untuk
Beberapa responden baik dari kelompok mengasuh anak anak mereka yang lain di
perlakuan dan kelompok kontrol selama rumah. Menurut Supartini(2004) bahwa
sakit dan di rawat di RS di asuh oleh reaksi yang sering muncul pada saudara
nenek karena ayah dan ibu harus bekerja kandung(sibling) terhadap kondisi
padahal selama di rumah, bayi tinggal saudara kandung yang MRS adalah
bersama ibu sehingga efek perpisahan marah, cemburu, benci, dan rasa bersalah.
dengan orangtua terutama ibu Rasa marah timbul karena jengkel
mengakibatkan bayi semakin tidak terhadap orang tua yang dinilai tidak
nyaman tinggal di RS. Seperti yang di memperhatikannya. Cemburu atau iri
gambarkan oleh Nursalam(2005) bahwa timbul karena dirasakan orang tuanya
stresor bayi selama di RS adalah cemas lebih mementingkan saudaranya yang ada
karena perpisahan dan sebagian stres di rumah sakit, dan ia tidak dapat
yang terjadi pada bayi di usia memahami kondisi ini dengan baik.
pertengahan sampai periode pra sekolah, Perasaan benci juga timbul tidak hanya
khususnya anak yang berumur 6 sampai pada saudaranya, tetapi juga pada situasi
30 bulan adalah cemas karena yang dinilainya sangat tidak
perpisahan. Tahapan respon bayi selama meyenangkan. Selain perasaan tersebut,
hospitalisasi adalah: 1)protes(phase of rasa bersalah juga dapat muncul karena
protest) dimanifestasikan dengan anak berpikir mungkin saudaranya sakit
menangis kuat, menjerit, dan memanggil akibat kesalahannya. Ia mungkin akan
ibunya atau menggunakan tingkah laku mengingat kejadian yang telah berlalu
agresif seperti menendang, menggigit, sebelum saudaranya sakit dan ia
memukul, mencubit, mencoba untuk menghubungkan hal ini dengan
membuat orang tuanya tetap tinggal dan kesalahannya. Keadaan ini kadang
menolak perhatian dari orang lain. Secara kadang merubah sikap dan perilaku
verbal, anak menyerang dengan rasa mereka terhadap saudara kandungnya
marah, seperti mengatakan “pergi”. yang sakit dan di rawat di RS. Bayi usia 6
Perilaku tersebut berlangsung dari – 12 bulan sudah bisa merasakan respon
beberapa jam sampai beberapa hari, yang di tunjukkan oleh saudara kandung
2)Tahap putus asa (phase of despair) mereka yang di rasa berubah dari
pada tahap ini anak tampak tenang, sebelumnya.
tangisnya berkurang, tidak aktif, kurang Data umum penelitian ini
berminat untuk bermain, tidak nafsu menunjukkan bahwa sekitar 70 % bayi
makan, menarik diri, tidak mau pada kelompok perlakuan dan 60 % bayi
berkomunikasi, sedih, apatis, dan regresi. pada kelompok kontrol belum pernah
147. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 7, No 2, Agustus 2014., hal 138-149

atau tidak mempunyai riwayat di lakukan agresi, temperatur, mood dan nafsu
tindakan invasif sebelumnya. Data makan di samping fungsi tubuh lainnya.
tersebut menggambarkan bahwa sebagian Melatonin adalah hormon yang
besar bayi baik kelompok perlakuan dan disekresikan terutama pada malam hari
kelompok kontrol mempunyai untuk membantu memperlancar tidur. Hal
pengalaman pertama dalam tindakan tersebut di buktikan dengan data hasil
ivasif yang menyakitkan seperti pasang penelitian yang menunjukan ada
infus, injeksi intravena dan tindakan peningkatan signifikan kuantitas tidur
invasif lainnya. Paparan pertama dengan bayi yang mengalami hospitalisasi
stresor yaitu tindakan medis pada hari sesudah dilakukan pijat, dimana hasil uji
pertama MRS seperti yang sudah di independent t test menunjukkan hasil
jelaskan dapat menyebabkan kecemasan yang signifikan p = 0,004.
pada bayi. Keadaan cemas ini seringkali Data penelitian menunjukkan
mengganggu tidur individu yang beberapa responden kelompok kontrol
psikologisnya tidak relaks. Ansietas juga memperlihatkan peningkatan
meningkatkan kadar norepineprin dalam jumlah jam tidur pengukuran pertama dan
darah melalui stimulasi sistem saraf kedua, meskipun perubahan jam tidur
simpatis. Perubahan kimia ini dari hasil uji analisis independent t test
menyebabkan kurangnya waktu tidur (post post) pada kedua kelompok tidak
tahap IV NREM dan tidur REM serta signifikan. Jumlah jam tidur bayi
lebih banyak perubahan dalam tahap tidur meningkat pada hari keempat MRS pada
lain dan lebih sering beberapa responden di kelompok kontrol
terbangun(Kozier:2011). Keadaan di sebabkan oleh tahapan respon anak
tersebut menyebabkan jumlah tidur bayi terhadap hospitalisasi sudah pada tahap
pada hari pertama MRS semakin kurang menolak (phase of denial) yaitu secara
jika di bandingkan dengan kebutuhan samar-samar anak menerima perpisahan,
tidurnya.. mulai tertarik dengan apa yang ada
Peningkatan kenyamanan adalah disekitarnya dan membina hubungan
sesuatu hasil ilmu perawatan yang dangkal dengan orang lain. Anak mulai
merupakan bagian penting dari teori kelihatan gembira(Nursalam:2005).
comfort, apalagi, ketika intervensi Peningkatan jumlah jam tidur bayi pada
kenyamanan diberikan secara konsisten kelompok kontrol juga di pengaruhi oleh
dan terus-menerus, maka mereka secara kondisi fisik bayi mulai membaik
teoritis dihubungkan dengan suatu sehingga bayi menjadi relaks dan mulai
kecenderungan ke arah kenyamanan yang merasakan kebutuhan tidurnya tidak
ditingkatkan setiap saat, dan dengan terpenuhi pada hari hari sebelumnya,
sendirinya klien akan mencapai seperti yang di deskripsikan kozier(2011)
kesehatan yang diinginkan dalam bahwa kemampuan individu untuk relaks
mencari kesembuhan(Kolcaba: 2003). sebelum istirahat adalah faktor terpenting
Salah satu tindakan kenyamanan yang yang mempengaruhi kemampuan
membantu bayi selama di RS adalah individu untuk tidur.
pijat bayi. McLoughlin(2009) Berdasarkan uraian tersebut
menyebutkan bahwa salah satu manfaat dapat di simpulkan bahwa pijat bayi
pijat bayi adalah meningkatkan tidur berpengaruh dalam menurunkan stres
dengan meningkatkan serotonin dan bayi, yang di buktikan dengan
sekresi melatonin dalam mengatur ritme peningkatan signifikan kuantitas tidur
tidur. Selain mengatur pola tidur, bayi yang mengalami hospitalisasi di
serotonin diyakini mempunyai peranan Ruang Marwah lantai II RSU Haji
penting dalam mengatur kemarahan, Surabaya.
Ernawati : Pijat bayi mempengaruhi kadar kortisol dan keantitas tidur bayi .148

SIMPULAN. belajar dengan mengukur variabel terikat


Pijat bayi dapat menjadi salah beberapa kali selama pengumpulan data.
satu alternatif dalam menurunkan stres DAFTAR PUSTAKA
bayi diare yang mengalami hospitalisasi Adriana, D. (2011). Tumbuh kembang dan
dengan dehidrasi ringan dan sedang. terapi bermain pada anak. Jakarta:
Pijat bayi menimbulkan efek relaksasi Salemba Medika.
pada bayi di mana terdapat perbedaan Aminati, D. (2013). Pijat dan senam
yang signifikan antara kadar kortisol bayi untuk bayi dan balita.
yang di lakukan pijat dan tidak dilakukan Yogyakarta: Brilliant Books.
pijat selama di RS. Dahlan, S. (2012). Statistik untuk
Pijat bayi juga dapat kedokteran dan kesehatan. Edisi
meningkatkan kuantitas tidur bayi yang 5. Jakarta: Salemba Medika.
mengalami hospitalisasi. Hal ini Dharma, K. (2011). Metodologi
berkaitan dengan keadaan relaks sebagai penelitian keperawatan. Jakarta
efek dilakukannya pijat bayi, dimana CV: Trans Info Media.
terdapat perbedaan yang signifikan antara Dorland. (2002). Kamus Kedokteran
kuantitas tidur bayi pada kelompok yang Dorland. Jakarta: EGC.
di lakukan pijat dan tidak dilakukan pijat Gitau, R., Modi, N.,
selama di RS. Gianakoupulopous,X., Bond, C.,
Hasil penelitian menunjukkan Glover , V., Stevenson, J., (2002).
terdapat pengaruh pijat bayi terhadap Acute Effects Of Maternal Skin
kadar kortisol dan kuantitas tidur bayi To skin Contact and Massage On
yang mengalami hospitalisasi di Ruang Saliva Cortisol In Preterm Babies.
Marwah lantai II RSU Haji Surabaya. Journal Of Reproductive And
Saran Infant Psychology, 20:2 83-
Ibu dapat mengikuti atau 88.Routledge. England.
menambah wawasan berbagai informasi http://www.tandfonline.com/loi/cj
seputar pertumbuhan dan perkembangan rl20. Di Akses 19 Februari 2013
bayi dan stimulusnya khususnya tentang Harini, R. (2010). Pengaruh Terapi Pijat
pijat bayi agar ibu dapat melakukan pijat Terhadap Kadar Bilirubin Pada
bayi sendiri di rumah secara Bayi Hiperbilirubinemia Yang
berkelanjutan. Mempertimbangkan hasil Menjalani Fototerapi Di Rumah
penelitian ini sebagai dasar pelaksanaan Sakit Anak Dan Bunda (RSAB)
pijat bayi di RS untuk bayi yang Harapan Kita Jakarta. Tesis. FIK
mengalami hospitalisasi. UI. Jakarta
Mengembangkan SPO pelaksanaan pijat Kolcaba. (2011). Comfort Theory
bayi yang disesuaikan dengan keadaan Kolcaba. http://www.
bayi sakit dan lingkungan yang tidak currentnursing.com.
menyenangkan melalui penelitian yang diakses pada tanggal 26 Februari
lebih mendalam tentang beberapa model 2013.
pijat bayi dengan waktu yang lebih Kozier, Erb, Berman, Snyder (2011).
singkat tanpa mengurangi efek optimal Fundamental Keperawatan Vol. 2
dari pijat.Bagi penelitian dan Edisi 7. Philadelphia: Mosby Year
pengembangan ilmu – Book Inc.
Penelitian selanjutnya diharapkan McLoughlin, H. (2009). Infant Massage –
dapat mengembangkan penelitian Expand Your Expertise. Journal
sebelumnya yaitu tentang pijat bayi dan of The Australian Association of
pengaruhnya terhadap peningkatan sistem Massage Therapists, 16-17.
imun, dan peningkatan konsentrasi untuk Sydney.
149. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 7, No 2, Agustus 2014., hal 138-149

http://www.nces.ed.gov/pubs2009 Rosemary, C., Traut,W., Schwertz, D.,


/200003416.pdf. Di akses 21 McFarlin, D., and Kogan, J.,
Februari 2013. (2009). Salivary Cortisol and
Mindell, J. A, Kuhn, B., Lewin, D.S., Behavioral State Responses of
Meltzer, L.J., Sadeh, A. (2006). Healthy Newborn Infants to
Behavioral Treatment of Bedtime Tactile-Only and Multisensory
Problems and Night Wakings in Interventions. JOGNN, 38, 22-34.
Infants and Young Children. Chicago.
Sleep 29 (10):1263-1276. http://www.jognn.awhonn.org.10.
Washington DC, 1111/j.1552.6909.00307. Di
http://www.nces.ed.gov/pubs2006 Akses 19 Februari 2013.
/20003416.pdf. Di Akses 20 Sari, M. (2011). Pengaruh Terapi
Februari 2013 Bermain Terhadap Efek
NANDA. (2012). Diagnosis Hospitalisasi Pada Anak Usia 1-3
Keperawatan. Jakarta: EGC. tahun di Ruang Paviliun V
Nurdin E. (2009). Tumbuh Kembang dan Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.
Perilaku Manusia. Jakarta: EGC. Skripsi. Stikes Hang Tuah.
Nursalam. (2005). Asuhan Keperawatan Surabaya.
Bayi dan Anak (Untuk Perawat Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan
dan Bidan). Jakarta: Salemba Riset Keperawatan. Yogyakarta :
Medika. Graha Ilmu.
Nursalam. (2008). Konsep dan Metode Simamora.,W.S. (2004). Membandingkan
Penelitian Ilmu Keperawatan. Kadar Kortisol Serum dan Air
Jakarta: Salemba Medika. Liur. Laporan Penelitian. FKUI.
Nussey, S. (2001a). Endocrinology An Jakarta
Integrated Approach. Chapter 4 Sumardini, F. (2013) Jurus Sakti
The Adrenal Gland. London: Menguasai Pijat Bayi. Jakarta:
BIOS Scientific Publisher Ltd. Penerbit HB.Supartini, Y. (2004).
Nussey, S. (2001b). Diagram Showing Buku Ajar Konsep Dasar
The Major Actions of Cortisol On Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
Metabolism. Chapter 4 The Tomey, A .(2006). Nursing theorist and
Adrenal Gland. London: BIOS their work, 6th edition.
Scientific Publisher Ltd. Philadelphia: Mosby Year Book
Nussey, S. (2001c). Cortisol and The Inc.
Aldosteron. Chapter 4 The Wong, D. L. (2003). Pedoman Klinis
Adrenal Gland. London: BIOS Keperawatan pediatrik. Jakarta:
Scientific Publisher Ltd. EGC.
Perry, P. (2005). Fundamental Of Wong, D. L. (2002.) Essentials Of
Nursing. Fourth Edition. St Louis Pediatric Nursing . Fourth
Missouri: Mosby Year Inc. Edition. Philadelphia: Mosby Inc.
Putra. (2011). Psikoneuroimunologi Wulansari, H (2012). Pengaruh Terapi
Kedokteran. Edisi 2. Surabaya: Humor Terhadap Efek
Airlangga University Press. Hospitalisasi Pada Anak Usia 1-3
Rasmun. (2004). Stres, Koping dan Tahun di Ruang Perawatan Anak
Adaptasi. Jakarta: CV.Sagung Mawar Kuning RSUD Sidoarjo.
Seto. Skripsi. Stikes Hang Tuah
Riksani, R. (2012). Cara Mudah dan Surabaya.
Aman Pijat Bayi. Jakarta: Dunia
Sehat Brilliant Books.

S-ar putea să vă placă și