Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Abstract
This research aimed to develop a training design to increase self-efficacy on negotiation for
students of vocational school. Research subjects were 18 students of the SMK 1 Bandung class of
2011 marketing majoring. The design of the training program was conceived and developed with
reference to the strength aspect of self-efficacy and negotiation, by applying the model of
experiential learning. The training material organized into two main activities to improve self-
efficacy in negotiation namely our business and making a profit. The effectiveness of the training is
measured by the increase of self-efficacy category by using an instrument on negotiation self-
efficacy, behavioral observation and evaluation of training. This study used a quasi-experimental
method with the untreated control group pretest and posttest sample dependent design. T-Test
results showed there’s no significant improvement in the category of self-efficacy negotiations
after the training program. Quantitatively and observations during training showed an increase in
self-efficacy negotiation in aspects of communication, strategy and relationships, as well as a
decrease in the emotional aspects among training participants.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk membuat rancangan program pelatihan untuk meningkatkan self
efficacy negosiasi pada siswa SMK. Subjek penelitiannya adalah siswa SMKN 1 Bandung jurusan
pemasaran angkatan 2011, yaitu 18 siswa. Rancangan program pelatihan disusun dan
dikembangkan dengan mengacu pada aspek self efficacy ’strength’ dan negosiasi, dengan
menerapkan model experiential learning. Materi pelatihan disusun menjadi 2 aktivitas utama
untuk meningkatkan self efficacy dalam negosiasi yaitu ’our business & making a profit’.
Efektivitas dari pelatihan diukur dari peningkatan kategori self efficacy dengan menggunakan alat
ukur self efficacy negosiasi, observasi perilaku dan evaluasi reaksi terhadap pelatihan. Penelitian
ini menggunakan metode penelitian kuasi eksperimen dengan desain penelitian untreated control
group design with dependen pretest and posttest sample. Hasil uji T-Test menunjukkan
peningkatan yang tidak signifikan pada kategori self efficacy negosiasi setelah mengikuti program
pelatihan. Secara kuantitatif dan hasil observasi selama pelatihan menunjukkan adanya
peningkatan self efficacy negosiasi dari aspek komunikasi, strategi dan relasi, serta penurunan
aspek emosi pada subjek yang mengikuti pelatihan.
78
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2014, Vol. 1, No.1, Hal : 78 - 86
perantara antara perusahaan sebagai pe- 1. Schunk & Pajares (Wentzel &
nyedia barang dengan konsumen Wigfield, 2009) mengutip pernyataan
(masyarakat) yang membutuhkan. Untuk Bandura (1997) bahwa self efficacy
itu kemampuan komunikasi yang memadai refers to perceived capabilities for
sangat dibutuhkan dalam mencapai learning or performing actions as
harapan bersama. designated level, yang artinya me-ngacu
Berdasarkan eksplorasi per- pada perasaan mampu untuk belajar
masalahan di SMK 1, khususnya untuk atau mengambil tindakan pada tingkat
jurusan pemasaran, dengan latar belakang tertentu.
jurusan yang kurang populer dan 2. Pajares (1996), dari Bandura (dalam
pemahaman tentang tuntutan di jurusan Wentzel & Wigfield, 2009) mengata-
yang kurang berdampak pada keyakinan kan bahwa ‘beliefs in one capability to
diri yang umumnya masih rendah. Hal ini organize and execute the courses of
juga disebabkan dari pengalaman belajar action required to manage prospective
yang didapatkan belum sesuai dengan situations’, yang berarti kepercayaan
tuntutan sebenarnya. Siswa memerlukan individu mengenai kemampuannya
intervenesi untuk mengembangkan ke- untuk mengelola dan menetapkan suatu
yakinan diri mereka dalam hal kemampuan arah tingkah laku yang digunakan untuk
negosiasi, karena itu adalah salah satu hal mengatur situasi yang diinginkan.
dasar yang dibutuhkan sebagai seorang 3. Bandura (Sharf, 2006) meng-
marketer atau pihak pemasaran. Negosiasi gambarkan self efficacy sebagai pe-
adalah suatu interaksi yang dilakukan nilaian seseorang terhadap kemampu-an
untuk mencapai kesepakatan bersama. diri mereka untuk mengatur dan
Negosiasi tidak hanya dalam konteks melaksanakan tindakan yang diperlu-
pemasaran, secara sederhana dapat dilihat kan dalam mencapai kinerja tertentu.
ketika seseorang melakukan interaksi Bagaimana individu melihat ke-
dengan orang lain, baik bernegosiasi mampuan dan kapasitas mereka yang
masalah pembagian tugas, waktu maupun akan mempengaruhi akademik, karier,
hal-hal tertentu yang terkait dengan kedua dan pilihan lainnya.
belah pihak. 4. Pervin (1993, dalam Bandura 1998)
Berdasarkan permasalahan ter-sebut, mengatakan bahwa, ‘perception that
maka peneliti merancang suatu program one can perform the tasks required by a
intervensi untuk membantu siswa jurusan situation or cope with a situation’
pemasaran dalam menghadapi pilihan adalah persepsi bahwa individu mampu
karirnya setelah menyelesaikan studi di untuk menyelesaikan suatu tugas dalam
SMK. Bentuk intervensi yang dipilih oleh situasi tertentu.
peneliti adalah berbentuk program Meskipun definisi self efficacy
pelatihan yang berdasarkan teori self dinyatakan secara berbeda, namun pada
efficacy dari Bandura sebagai materi dasarnya memiliki makna yang sama, yaitu
pembelajaran, yang bertujuan untuk mengenai keyakinan individu akan
meningkatkan self efficacy dalam kemampuannya untuk berhasil dalam
melakukan negosiasi. melakukan sesuatu.
Negosiasi adalah proses dimana
KAJIAN TEORI
orang yang memiliki kebutuhan berbeda
Konsep self efficacy pertama kali berusaha untuk mencapai kesepakatan
dikemukakan oleh Bandura pada tahun yang spesifik dengan cara memberi dan
1977. Berikut ini akan disajikan beberapa menerima bagi satu sama lainnya (Johnson
definisi self efficacy yang berbeda & Johnson, 2009).
walaupun semuanya merupakan perluasan Negosiasi adalah istilah bahasa
dari definisi Bandura. Indonesia yang diserap dari bahasa Inggris,
79
Rancangan Program Pelatihan Untuk Meningkatkan Self Efficacy Negosiasi pada Siswa SMK (Syarvia)
yakni negotiate yang berarti merundingkan mengenai uji coba program self-efficacy
atau membicarakan kemungkinan tentang dalam negosiasi yang mencakup strength
suatu kondisi atau tawar menawar. Kata- pada siswa SMK 1 Bandung)” adalah
kata turunanya antara lain negotiable yang untreated control group design with
berarti dapat dirundingkan, dapat ditawar dependen pretest and posttest sample,
atau dibicarakan. Negosiasi merupakan yaitu menggunakan kelompok kontrol dan
proses atau aktivitas perundingan atau eksperimen dengan memberikan pretest
pembicaraan tentang sesuatu dengan orang dan posttest. Kelompok eksperimen
lain (Sujana, 2004). Karena merupakan mendapatkan treatmen berupa pelatihan
pembicaraan, maka dalam negosiasi harus self efficacy negosiasi.
terpenuhi syarat adanya dua orang yang Subjek penelitian adalah siswa SMK
saling berbicara satu sama lain. Karena 1 Bandung angkatan 2011, khusus untuk
merupakan perundingan atau tawar jurusan Pemasaran dan bersedia untuk
menawar, maka harus ada pihak yang mengikuti pelatihan self efficacy. 1 kelas
menawar dan pihak yang ditawar, karena menjadi kelas uji coba alat ukur sekaligus
itu negosiasi harus mensyaratkan minimal kelompok kontrol dan 2 kelas yang
dua orang yang saling berunding. menjadi subjek pelatihan atau kelompok
Pelatihan self efficacy negosiasi eksperimen. Subjek penelitian dalam hal
adalah program pelatihan yang dirancang ini berjumlah 18 orang, 17 perempuan dan
dengan menggunakan prinsip belajar 1 laki-laki.
experiential learning. Materi pelatihan
HASIL DAN PEMBAHASAN
dibagi ke dalam 2 aktivitas utama yaitu
‘our business’ dan ‘making a profit’ yang Hasil Levene’s Test menunjukkan
dirancang untuk meningkatkan self bahwa nilai Levene’s Test tidak signifikan
efficacy negosiasi siswa SMK jurusan (karena p = 0,880 > 0,05), berarti varians
pemasaran. dalam kedua kelompok adalah sama.oleh
karena itu, nilai t -0,737 dengan
METODE PENELITIAN signifikansi 0,001, hal ini berarti nilai t
Penelitian yang dirancang dalam signifikan (p = 0,467 < 0,05), dengan kata
bentuk uji rancangan modul pelatihan ini lain self-efficacy negosiasi pada kedua
termasuk field experimental research kelompok tidak berbeda secara signifikan.
(penelitian eksperimen lapangan) yaitu Dengan demikian dapat disimpulkan
penelitian yang dilaksanakan dalam situasi bahwa pelatihan self-efficacy negosiasi
nyata, dengan memanipulasi satu variabel yang diberikan tidak memberikan
bebas (rancangan pelatihan self-efficacy) pengaruh untuk meningkatkan self-efficacy
dalam kondisi yang dikontrol dengan negosiasi siswa Jurusan pemasaran.
cermat, sejauh yang dimungkinkan oleh Berikut adalah gambaran kategori
situasi (Kerlinger, 1986). Mengingat dalam self-efficacy negosiasi antara kelompok
prosedur pengumpulan data dan kontrol kontrol dan kelompok eksperimen:
atas semua stimulus tidak dapat dijalankan
sepenuhnya, maka rancangan penelitian 5
80
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2014, Vol. 1, No.1, Hal : 78 - 86
DSM
SW K
NEN
RA N
DEA
SHA
LAA
NES
SNS
SIM
M IL
BES
SIP
4
Adapun gambaran persentase 3
2 Pretest
peningkatan self-efficacy negosiasi 1
Posttest
terhadap subjek penelitian (kelompok 0
eksperimen) setelah mengikuti pelatihan
adalah sebagai berikut:
Grafik 1.4 Gambaran kategori self-efficacy
negosiasi aspek komunikasi
Persentase Peningkatan Kategori Self-
Efficacy Negosiasi Setelah Pelatihan
29% 29% Meningkat Gambaran SE Negosiasi - Emosi
5
Tetap
K a t e g o r i Em o si
4
Menurun 3
41% 2 Pretest
1 Posttest
Grafik 1.3 Persentase Peningkatan 0
Kategori Self-Efficacy Negosiasi Setelah
M IL
BES
SN S
N ES
SW K
IN P
DEA
AMT
RA N
S IP
DD
N EN
L AA
SHA
BA M
S IM
D SM
Pelatihan
81
Rancangan Program Pelatihan Untuk Meningkatkan Self Efficacy Negosiasi pada Siswa SMK (Syarvia)
4
relasi sebanyak 35%, aspek strategi sekitar
3
Pretest 24% dan aspek emosi meningkat sekitar
2
6%. Dari keempat aspek tersebut, sebagian
1 Posttest
besar peserta pelatihan atau sekitar 65%
0
mengalami penurunan kategori self-
M IL
BES
SN S
N ES
IN P
AMT
SW K
DEA
S IP
RAN
LAA
SH A
DD
N EN
BAM
D SM
S IM
SN S
DEA
AMT
N ES
SW K
IN P
RA N
S IP
LAA
DD
N EN
SH A
BA M
DSM
S IM
82
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2014, Vol. 1, No.1, Hal : 78 - 86
gori aspek emosi pada self-efficacy efficacy (Bandura, 1997). Emosi negatif
negosiasi, karena rancangan yang dibuat yang dirasakan dapat mempengaruhi
kurang detil dalam mengontrol kegiatan keyakinan individu, dalam hal ini adalah
yang memungkinkan peserta pelatihan perasaan kesal dan kecewa dalam proses
mendapatkan pengalaman atau situasi negosiasi membuat individu menjadi tidak
emosional yang dapat menggugah self- optimal atau menurunkan usahanya saat
efficacy negosiasi. Pada pelaksanaan menemui kesulitan.
pelatihan, ada satu peserta dari kelompok Pada aktivitas ‘our business’ ini
III yang mendapatkan kritik dari teman- sebenarnya diberikan instruksi khusus
teman kelompoknya mengenai ketidaknya- pada dua kelompok, yaitu kelompok I
manan saat melakukan negosiasi, hal ini mendapatkan instruksi win-lose negoti-
cukup mempengaruhi jalannya negosiasi. ation, kelompok II mendapatkan instruksi
Sedangkan pada dua kelompok lainnya win-win negotiation, dan kelompok III
tidak mengalami situasi tersebut. Situasi tidak mendapatkan instruksi. Proses
ini menggambarkan keterbatasan dari pemilihan kelompok yang mendapatkan
rancangan program yang kurang instruksi ini dilakukan secara random, hal
mempertimbangkan aspek tersebut dengan ini mungkin menjadi salah satu penyebab
detil. tidak tercapaianya tujuan dari aktivitas ini
Untuk aktivitas ‘our business’ yang ingin memberikan pengalaman dan
dilakukan percobaan negosiasi sebanyak 5 pemahaman langsung mengenai perbedaan
kali (5 ronde) dalam waktu 2 menit untuk kedua jenis negosiasi. Meskipun demikian,
setiap negosiasi. Tidak ada satupun peserta fasilitator me-nekankan hal tersebut saat
yang berhasil mencapai tujuan permainan penjelasan dalam kelas besar setelah
ini, dari hal ini dapat disimpulkan bahwa 5 aktivitas diberikan.
kali kesempatan tersebut ternyata belum Melalui aktivitas ‘making a profit’,
mampu untuk membuat peserta mencapai peserta banyak belajar dari pengalaman
target yang disampaikan. Umumnya peser- langsung yang hampir sesuai dengan
ta masih terpaku pada proses barter atau kenyataan yang akan dihadapi di lapangan.
tukar poin, dalam arti 1 poin ditukar Pengalaman berulang yang dirasakan
dengan 1 poin. Secara umum peserta juga memberikan pengaruh terhadap keyakinan
belum mempertimbangkan strategi dan diri mereka untuk melakukan negosiasi.
peluang yang dimiliki dalam melakukan Pengalaman dari ronde 1 dan ronde 2,
negosiasi. Dari proses ini, dapat dikaitkan membuat peserta mampu mengukur
dengan aspek yang mempengaruhi self- kemampuan mereka untuk akhirnya mem-
efficacy yaitu enactive mastery experience buat target dan menyusun strategi pada
yang merupakan aspek yang paling mem- ronde berikutnya. Interaksi setiap peserta
berikan kontribusi besar bagi keyakinan dalam kelompok juga memberikan penga-
diri individu (Bandura, 1997). Terbatasnya laman belajar ‘modelling/vicarious learn-
kesempatan untuk melakukan negosiasi ing’ melalui orang lain yang bisa mem-
menjadi salah satu faktor dari kegagalan berikan dampak positif terhadap keyakinan
peserta dalam mencapai tujuan dari diri mereka. Begitupun umpan balik
permainan ini. Kegagalan yang berulang (verbal persuasion) yang didapatkan dari
sebenarnya dapat meningkatkan self- teman maupun co-fasilitator saat debrief.
efficacy, namun hal tersebut kembali lagi Selain itu suasana emosi atau ambang
kepada individu yang bersangkutan, ketergugahan emosi masih menjadi salah
masing-masing membutuhkan kuantitas satu aspek yang cukup menentukan
pengalaman yang berbeda. keyakinan diri mereka dalam melakukan
Selain itu, faktor emotional arousal negosiasi.
atau ambang ketergugahan emosi menjadi Dari kedua aktivitas utama yang
salah satu hal yang mempengaruhi self- diberikan, secara umum peserta cenderung
83
Rancangan Program Pelatihan Untuk Meningkatkan Self Efficacy Negosiasi pada Siswa SMK (Syarvia)
tidak mudah untuk memahami instruksi setiap pengalaman dalam pelatihan dan
atau arahan kegiatan. Selain dijelaskan insight mengenai keterkaitan pengalaman
oleh fasilitator utama, juga diberikan terhadap situasi nyata yang mereka hadapi
tambahan penjelasan oleh co-fasilitator. dalam kehidupan sehari-hari. Hanya
Hal ini menjadi salah satu keterbatasan sebagian kecil peserta yang mampu
dari rancangan dan pelaksanaan pelatihan, memberikan insight saat pelatihan
sehingga mempengaruhi hasil dari pela- berlangsung, baik pada proses debrief
tihan. Pada aktivitas ‘our business’ maupun dalam proses tanya jawab dengan
misalnya lembaran kerja yang diberikan fasilitator. Untuk itu tahapan ini perlu
dimaknai secara ambigu oleh sebagian mendapat perhatian khusus, mencari cara
besar peserta, khususnya pada bagian yang tepat untuk menggugah insight dari
‘kelebihan dalam negosiasi’. Yang peserta pelatihan, agar proses belajarnya
dimaksud dalam rancangan tersebut adalah bisa sampai pada tahapan applying.
kelebihan pribadi negosiator dalam
SIMPULAN
melakukan negosiasi, tapi sebagian besar
menjawab kelebihan dari proses negosiasi Berdasarkan analisa hasil yang
tersebut sehingga tidak semua peserta diperoleh dalam penelitian ini, maka
mampu menghayati kelebihan mereka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
dalam proses negosiasi yang dilakukan. 1. Rancangan pelatihan self efficacy
Karakteristik peserta penelitian yang negosiasi yang diberikan tidak dapat
merupakan remaja dengan usia sekitar 16- meningkatkan self efficacy negosiasi
17 tahun perlu menjadi perhatian utama secara signifikan pada siswa jurusan
dalam merancang suatu program pelatihan pemasaran angkatan 2011, SMKN 1
khususnya self-efficacy negosiasi. Hal ini Bandung.
disebabkan faktor emosi atau suasana hati 2. Aktivitas pelatihan yang menggunakan
masih cukup mempengaruhi aktivitas yang pendekatan experiential learning dan
dilakukan. Ditinjau dari aspek emosi metode simulasi atau role play
dalam negosiasi dan emotional arousal merupakan metode yang sesuai untuk
dalam self-efficacy, kondisi ini cukup memfasilitasi proses belajar self
mempengaruhi peningkatan self-efficacy efficacy pada anak SMK.
negosiasi mereka. 3. Rancangan program pelatihan self
Aktivitas pelatihan yang diberikan efficacy negosiasi cenderung mampu
dalam bentuk kelompok secara tidak lang- meningkatkan aspek komunikasi,
sung mengarahkan peserta untuk belajar strategi dan relasi, tapi belum mampu
secara kooperatif untuk menggugah atau meningkatkan aspek emosi dalam
mempengaruhi penilaian mereka terhadap negosiasi.
kemampuan yang dimiliki (Johnson, 4. Aspek enactive mastery experience
Maruyama, Johnson, Nelson & Skon, cukup mampu memberikan pengaruh
1981, dalam Bandura, 1997). Hal ini dalam self efficacy negosiasi kepada
dilakukan dalam pelatihan, meskipun pada subjek pelatihan.
pelaksanaan aktivitas pertama cenderung 5. Aspek emotional arousal cukup
masih bersikap kompetitif. mendominasi subjek pelatihan (remaja)
Berdasarkan siklus belajar expe- dan memberikan pengaruh dalam
riential learning, peningkatan kategori pelaksanaan pelatihan dan self efficacy
self-efficacy negosiasi yang tidak signifi- negosiasi.
kan dapat dijelaskan melalui tahapan Saran yang dapat diberikan dalam
generalizing yaitu tahapan ketika peserta penelitian ini adalah:
mulai memunculkan prinsip-prinsip atau 1. Diberikan pelatihan yang serupa secara
generalisasi dari pengalaman yang sudah berkala, dengan pertimbangan bahwa
dilalui saat pelatihan. Pemaknaan dari untuk peningkatan self efficacy
84
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2014, Vol. 1, No.1, Hal : 78 - 86
85
Rancangan Program Pelatihan Untuk Meningkatkan Self Efficacy Negosiasi pada Siswa SMK (Syarvia)
86