Sunteți pe pagina 1din 9

RANCANGAN PROGRAM PELATIHAN UNTUK MENINGKATKAN

SELF EFFICACY NEGOSIASI PADA SISWA SMK


Syarvia
UIN Alaudin Makassar, Jl. Sultan Alauddin No. 63
e-mail: syarvialukman@gmail.com

Abstract

This research aimed to develop a training design to increase self-efficacy on negotiation for
students of vocational school. Research subjects were 18 students of the SMK 1 Bandung class of
2011 marketing majoring. The design of the training program was conceived and developed with
reference to the strength aspect of self-efficacy and negotiation, by applying the model of
experiential learning. The training material organized into two main activities to improve self-
efficacy in negotiation namely our business and making a profit. The effectiveness of the training is
measured by the increase of self-efficacy category by using an instrument on negotiation self-
efficacy, behavioral observation and evaluation of training. This study used a quasi-experimental
method with the untreated control group pretest and posttest sample dependent design. T-Test
results showed there’s no significant improvement in the category of self-efficacy negotiations
after the training program. Quantitatively and observations during training showed an increase in
self-efficacy negotiation in aspects of communication, strategy and relationships, as well as a
decrease in the emotional aspects among training participants.

Keywords: Self-efficacy, negotiation, training

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk membuat rancangan program pelatihan untuk meningkatkan self
efficacy negosiasi pada siswa SMK. Subjek penelitiannya adalah siswa SMKN 1 Bandung jurusan
pemasaran angkatan 2011, yaitu 18 siswa. Rancangan program pelatihan disusun dan
dikembangkan dengan mengacu pada aspek self efficacy ’strength’ dan negosiasi, dengan
menerapkan model experiential learning. Materi pelatihan disusun menjadi 2 aktivitas utama
untuk meningkatkan self efficacy dalam negosiasi yaitu ’our business & making a profit’.
Efektivitas dari pelatihan diukur dari peningkatan kategori self efficacy dengan menggunakan alat
ukur self efficacy negosiasi, observasi perilaku dan evaluasi reaksi terhadap pelatihan. Penelitian
ini menggunakan metode penelitian kuasi eksperimen dengan desain penelitian untreated control
group design with dependen pretest and posttest sample. Hasil uji T-Test menunjukkan
peningkatan yang tidak signifikan pada kategori self efficacy negosiasi setelah mengikuti program
pelatihan. Secara kuantitatif dan hasil observasi selama pelatihan menunjukkan adanya
peningkatan self efficacy negosiasi dari aspek komunikasi, strategi dan relasi, serta penurunan
aspek emosi pada subjek yang mengikuti pelatihan.

Kata kunci: Self efficacy, negosiasi, pelatihan

PENDAHULUAN dalam keputusan karir dan bagaimana


siswa menghadapi kesulitan yang ditemui
Siswa SMK diharapkan tidak saat merencanakan maupun menjalani
mengalami masalah dalam memilih dan karir yang dipilih, sehingga dibutuhkan
mendapatkan pekerjaan. Hal ini mengingat suatu program yang dapat membantu siswa
bahwa siswa SMK sudah disiapkan untuk agar tetap sesuai dengan dunia kerja yang
memasuki lapangan kerja dan me- sesungguhnya, yaitu yang dapat menye-
ngembangkan sikap professional, mampu lesaikan pekerjaan sesuai dengan tuntutan
memilih karir, mengembangkan diri, yang berlaku.
berkompetisi, dan mengisi kebutuhan Alumni pemasaran diharapkan akan
dunia usaha dan industri pada saat ini dan menjadi pihak yang paling berperan dalam
masa mendatang. Keyakinan akan sukses atau tidaknya marketing di suatu
kemampuan diri pada akhirnya berperan perusahaan sekaligus menjadi pihak

78
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2014, Vol. 1, No.1, Hal : 78 - 86

perantara antara perusahaan sebagai pe- 1. Schunk & Pajares (Wentzel &
nyedia barang dengan konsumen Wigfield, 2009) mengutip pernyataan
(masyarakat) yang membutuhkan. Untuk Bandura (1997) bahwa self efficacy
itu kemampuan komunikasi yang memadai refers to perceived capabilities for
sangat dibutuhkan dalam mencapai learning or performing actions as
harapan bersama. designated level, yang artinya me-ngacu
Berdasarkan eksplorasi per- pada perasaan mampu untuk belajar
masalahan di SMK 1, khususnya untuk atau mengambil tindakan pada tingkat
jurusan pemasaran, dengan latar belakang tertentu.
jurusan yang kurang populer dan 2. Pajares (1996), dari Bandura (dalam
pemahaman tentang tuntutan di jurusan Wentzel & Wigfield, 2009) mengata-
yang kurang berdampak pada keyakinan kan bahwa ‘beliefs in one capability to
diri yang umumnya masih rendah. Hal ini organize and execute the courses of
juga disebabkan dari pengalaman belajar action required to manage prospective
yang didapatkan belum sesuai dengan situations’, yang berarti kepercayaan
tuntutan sebenarnya. Siswa memerlukan individu mengenai kemampuannya
intervenesi untuk mengembangkan ke- untuk mengelola dan menetapkan suatu
yakinan diri mereka dalam hal kemampuan arah tingkah laku yang digunakan untuk
negosiasi, karena itu adalah salah satu hal mengatur situasi yang diinginkan.
dasar yang dibutuhkan sebagai seorang 3. Bandura (Sharf, 2006) meng-
marketer atau pihak pemasaran. Negosiasi gambarkan self efficacy sebagai pe-
adalah suatu interaksi yang dilakukan nilaian seseorang terhadap kemampu-an
untuk mencapai kesepakatan bersama. diri mereka untuk mengatur dan
Negosiasi tidak hanya dalam konteks melaksanakan tindakan yang diperlu-
pemasaran, secara sederhana dapat dilihat kan dalam mencapai kinerja tertentu.
ketika seseorang melakukan interaksi Bagaimana individu melihat ke-
dengan orang lain, baik bernegosiasi mampuan dan kapasitas mereka yang
masalah pembagian tugas, waktu maupun akan mempengaruhi akademik, karier,
hal-hal tertentu yang terkait dengan kedua dan pilihan lainnya.
belah pihak. 4. Pervin (1993, dalam Bandura 1998)
Berdasarkan permasalahan ter-sebut, mengatakan bahwa, ‘perception that
maka peneliti merancang suatu program one can perform the tasks required by a
intervensi untuk membantu siswa jurusan situation or cope with a situation’
pemasaran dalam menghadapi pilihan adalah persepsi bahwa individu mampu
karirnya setelah menyelesaikan studi di untuk menyelesaikan suatu tugas dalam
SMK. Bentuk intervensi yang dipilih oleh situasi tertentu.
peneliti adalah berbentuk program Meskipun definisi self efficacy
pelatihan yang berdasarkan teori self dinyatakan secara berbeda, namun pada
efficacy dari Bandura sebagai materi dasarnya memiliki makna yang sama, yaitu
pembelajaran, yang bertujuan untuk mengenai keyakinan individu akan
meningkatkan self efficacy dalam kemampuannya untuk berhasil dalam
melakukan negosiasi. melakukan sesuatu.
Negosiasi adalah proses dimana
KAJIAN TEORI
orang yang memiliki kebutuhan berbeda
Konsep self efficacy pertama kali berusaha untuk mencapai kesepakatan
dikemukakan oleh Bandura pada tahun yang spesifik dengan cara memberi dan
1977. Berikut ini akan disajikan beberapa menerima bagi satu sama lainnya (Johnson
definisi self efficacy yang berbeda & Johnson, 2009).
walaupun semuanya merupakan perluasan Negosiasi adalah istilah bahasa
dari definisi Bandura. Indonesia yang diserap dari bahasa Inggris,

79
Rancangan Program Pelatihan Untuk Meningkatkan Self Efficacy Negosiasi pada Siswa SMK (Syarvia)

yakni negotiate yang berarti merundingkan mengenai uji coba program self-efficacy
atau membicarakan kemungkinan tentang dalam negosiasi yang mencakup strength
suatu kondisi atau tawar menawar. Kata- pada siswa SMK 1 Bandung)” adalah
kata turunanya antara lain negotiable yang untreated control group design with
berarti dapat dirundingkan, dapat ditawar dependen pretest and posttest sample,
atau dibicarakan. Negosiasi merupakan yaitu menggunakan kelompok kontrol dan
proses atau aktivitas perundingan atau eksperimen dengan memberikan pretest
pembicaraan tentang sesuatu dengan orang dan posttest. Kelompok eksperimen
lain (Sujana, 2004). Karena merupakan mendapatkan treatmen berupa pelatihan
pembicaraan, maka dalam negosiasi harus self efficacy negosiasi.
terpenuhi syarat adanya dua orang yang Subjek penelitian adalah siswa SMK
saling berbicara satu sama lain. Karena 1 Bandung angkatan 2011, khusus untuk
merupakan perundingan atau tawar jurusan Pemasaran dan bersedia untuk
menawar, maka harus ada pihak yang mengikuti pelatihan self efficacy. 1 kelas
menawar dan pihak yang ditawar, karena menjadi kelas uji coba alat ukur sekaligus
itu negosiasi harus mensyaratkan minimal kelompok kontrol dan 2 kelas yang
dua orang yang saling berunding. menjadi subjek pelatihan atau kelompok
Pelatihan self efficacy negosiasi eksperimen. Subjek penelitian dalam hal
adalah program pelatihan yang dirancang ini berjumlah 18 orang, 17 perempuan dan
dengan menggunakan prinsip belajar 1 laki-laki.
experiential learning. Materi pelatihan
HASIL DAN PEMBAHASAN
dibagi ke dalam 2 aktivitas utama yaitu
‘our business’ dan ‘making a profit’ yang Hasil Levene’s Test menunjukkan
dirancang untuk meningkatkan self bahwa nilai Levene’s Test tidak signifikan
efficacy negosiasi siswa SMK jurusan (karena p = 0,880 > 0,05), berarti varians
pemasaran. dalam kedua kelompok adalah sama.oleh
karena itu, nilai t -0,737 dengan
METODE PENELITIAN signifikansi 0,001, hal ini berarti nilai t
Penelitian yang dirancang dalam signifikan (p = 0,467 < 0,05), dengan kata
bentuk uji rancangan modul pelatihan ini lain self-efficacy negosiasi pada kedua
termasuk field experimental research kelompok tidak berbeda secara signifikan.
(penelitian eksperimen lapangan) yaitu Dengan demikian dapat disimpulkan
penelitian yang dilaksanakan dalam situasi bahwa pelatihan self-efficacy negosiasi
nyata, dengan memanipulasi satu variabel yang diberikan tidak memberikan
bebas (rancangan pelatihan self-efficacy) pengaruh untuk meningkatkan self-efficacy
dalam kondisi yang dikontrol dengan negosiasi siswa Jurusan pemasaran.
cermat, sejauh yang dimungkinkan oleh Berikut adalah gambaran kategori
situasi (Kerlinger, 1986). Mengingat dalam self-efficacy negosiasi antara kelompok
prosedur pengumpulan data dan kontrol kontrol dan kelompok eksperimen:
atas semua stimulus tidak dapat dijalankan
sepenuhnya, maka rancangan penelitian 5

yang digunakan adalah quasi-experimental 4

design, atau dikatakan juga sebagai pseudo 3

experiment atau rancangan seolah-olah 2

“menyerupai” eksperimen yang sebenar- 1

nya (true experiment, Matheson, Bruce & 0


A B C D E F G H I J K L M N O P Q R
Beauchamp, 1978).
Desain yang digunakan dalam Pre test Post Test

penelitian “Rancangan Program Pelatihan


Grafik 1.1 Hasil Pretest-posttest kelompok
untuk meningkatkan Self-efficacy (studi
kontrol

80
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2014, Vol. 1, No.1, Hal : 78 - 86

Dari hasil pengukuran pada Berdasarkan grafik di atas dapat


kelompok kontrol, didapatkan bahwa dari dilihat bahwa sebanyak 29.5% (5 subjek)
18 subjek terdapat 61% (11 subjek) yang mengalami peningkatan kategori self-
mengalami penurunan kategori self- efficacy negosiasi, baik meningkat satu
efficacy, 28% (5 subjek) yang tidak kategori ataupun lebih. 41% (7 subjek)
mengalami perubahan kategori, dan tidak mengalami peningkatan kategori
sisanya adalah sekitar 11% (2 subjek) (meskipun skornya meningkat), dan 29.5%
mengalami peningkatan kategori self- (5 subjek) mengalami penurunan self-
efficacy negosiasi. effcicacy negosiasi setelah pelatihan
tersebut.
Grafik-grafik berikut akan memberi-
Pre-Post Test Self Efficacy Negosiasi kan gambaran lebih jelas mengenai kondisi
Keterangan kategori: Sangat Tinggi = 5, Tinggi =4, Sedang =3, Rendah = 2, sangat
rendah = 1 setiap subjek penelitian dari kelompok
eksperimen, sebelum dan sesudah
BA M
AMT

DSM

SW K
NEN

RA N
DEA

SHA
LAA

NES

SNS
SIM
M IL
BES

pelatihan berdasarkan empat aspek


INP
DD

SIP

6 negosiasi. Aspek komunikasi adalah


4 kemampuan untuk mengkomunikasikan,
2 menjelaskan informasi dan memberikan
0 pertimbangan mengenai produk yang
Grafik 1.2 Pretest-posttest Self-Efficacy ditawarkan. Aspek emosi adalah kemam-
NegosiasiPre Test
Kelompok Post Test
Eksperimen puan untuk membuat diri dan orang lain
merasa nyaman saat negosiasi, meskipun
Grafik 1.2 Pretest-posttest Self-Efficacy orang lain bereaksi negatif. Aspek relasi
Negosiasi Kelompok Eksperimen adalah kemampuan untuk bernegosiasi dan
menyesuaikan diri dengan berbagai karak-
Grafik di atas menggambarkan ter, dan aspek strategi adalah kemampuan
bahwa sebelum melakukan pelatihan untuk membuat penawaran dan mencari
terdapat 6 subjek yang memiliki self- berbagai alternatif untuk sama-sama saling
efficacy negosiasi dengan kategori ‘sangat menguntungkan.
rendah’, 6 subjek dengan self-efficacy
negosiasi yang tergolong ‘rendah’, 4
subjek dengan self efficacy yang tergolong Gambaran SE Negosiasi -
‘sedang’, dan 1 subjek pelatihan yang Komunikasi
memiliki self efficacy negosiasi ‘Tinggi’. 5
Kategori Komnikasi

4
Adapun gambaran persentase 3
2 Pretest
peningkatan self-efficacy negosiasi 1
Posttest
terhadap subjek penelitian (kelompok 0
eksperimen) setelah mengikuti pelatihan
adalah sebagai berikut:
Grafik 1.4 Gambaran kategori self-efficacy
negosiasi aspek komunikasi
Persentase Peningkatan Kategori Self-
Efficacy Negosiasi Setelah Pelatihan
29% 29% Meningkat Gambaran SE Negosiasi - Emosi
5
Tetap
K a t e g o r i Em o si

4
Menurun 3
41% 2 Pretest
1 Posttest
Grafik 1.3 Persentase Peningkatan 0
Kategori Self-Efficacy Negosiasi Setelah
M IL
BES

SN S
N ES

SW K
IN P

DEA

AMT
RA N

S IP

DD

N EN
L AA

SHA

BA M
S IM

D SM

Pelatihan

81
Rancangan Program Pelatihan Untuk Meningkatkan Self Efficacy Negosiasi pada Siswa SMK (Syarvia)

an ini adalah pengujian akan rancangan


Grafik 1.5 Gambaran kategori self-efficacy program yang telah dibuat, untuk itu
negosiasi aspek emosi berikutnya akan dibahas dengan lebih
spesifik mengenai peningkatan yang
terjadi pada empat aspek yang mendukung
Gambaran SE Negosiasi - Relasi negosiasi. Secara umum, aspek komuni-
kasi adalah aspek yang mengalami pening-
5
katan dari peserta sebanyak 53%, aspek
K a t e g o r i R e la s i

4
relasi sebanyak 35%, aspek strategi sekitar
3
Pretest 24% dan aspek emosi meningkat sekitar
2
6%. Dari keempat aspek tersebut, sebagian
1 Posttest
besar peserta pelatihan atau sekitar 65%
0
mengalami penurunan kategori self-
M IL
BES

SN S
N ES
IN P

AMT

SW K
DEA
S IP
RAN

LAA
SH A
DD

N EN
BAM
D SM
S IM

efficacy negosiasi (aspek emosi) setelah


diberikan pelatihan.
Setelah mengikuti pelatihan, sekitar
Grafik 1.6 Gambaran kategori self efficacy 29,5% (5 peserta) mengalami peningkatan
negosiasi aspek relasi kategori self-efficacy negosiasi, 41% (7
Subjek) tidak mengalami peningkatan
Gambaran SE Negosiasi - Strategi kategori dan 29,5% (5 peserta) mengalami
5 penurunan kategori. Dari hasil ketiga
K at e g o r i S t r at e g i

4 kelompok, dapat disimpulkan bahwa


3
2 Pretest peserta yang mengalami peningkatan self-
1 Posttest efficacy negosiasi, ditunjang dengan
0 peningkatan aspek komunikasi, strategi
M IL
BE S

SN S
DEA

AMT
N ES

SW K
IN P
RA N

S IP

LAA
DD

N EN
SH A

BA M
DSM
S IM

dan relasi. Sedangkan peserta pelatihan


yang mengalami penurunan self-efficacy
negosiasi, disebabkan oleh penurunan
Grafik 1.7 Gambaran kategori self-efficacy kategori aspek emosi, strategi dan
negosiasi aspek strategi komunikasi. Berdasarkan hal tersebut,
rancangan program yang dibuat menunjuk-
Dapat disimpulkan bahwa dari 17 kan kemampuan untuk me-ningkatkan
peserta pelatihan, sebanyak 53% menga- aspek komunikasi, strategi dan relasi,
lami peningkatan kategori aspek komuni- sedangkan aspek emosi masih memerlukan
kasi, adapun pada aspek emosi 65% stimulasi dan arahan kegiatan yang lebih
mengalami penurunan. Sebanyak 35% spesifik.
subjek penelitian mengalami peningkatan Program pelatihan ini disusun
kategori pada aspek relasi. Adapun pada dengan mempertimbangkan aspek-aspek
aspek strategi hanya sebagian kecil atau yang membentuk self-efficacy dan aspek
sekitar 24% peserta pelatihan yang pembentuk negosiasi. Tahapan pelatihan
mengalami peningkatan. mengacu pada prinsip belajar experiential
Pengujian hipotesis menunjukkan learning yang memberikan pengalaman
bahwa hipotesis penelitian yaitu rancangan langsung untuk mengalami proses nego-
program pelatihan self-efficacy negosiasi siasi sebagai upaya untuk meningkatkan
dapat meningkatkan self-efficacy negosiasi self-efficacy negosiasi. Ditinjau dari kedua
pada siswa Jurusan Pemasaran ditolak. aktivitas yang diberikan yaitu ‘our
Dengan demikian dapat disimpulkan business’ dan ‘making a profit’, dititik-
bahwa tidak terjadi peningkatan kategori beratkan pada pengalaman komunikasi,
self-efficacy negosiasi yang signifikan strategi dan relasi. Hal ini kemudian
setelah diberikan pelatihan. Fokus peneliti- menjawab permasalahan penurunan kate-

82
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2014, Vol. 1, No.1, Hal : 78 - 86

gori aspek emosi pada self-efficacy efficacy (Bandura, 1997). Emosi negatif
negosiasi, karena rancangan yang dibuat yang dirasakan dapat mempengaruhi
kurang detil dalam mengontrol kegiatan keyakinan individu, dalam hal ini adalah
yang memungkinkan peserta pelatihan perasaan kesal dan kecewa dalam proses
mendapatkan pengalaman atau situasi negosiasi membuat individu menjadi tidak
emosional yang dapat menggugah self- optimal atau menurunkan usahanya saat
efficacy negosiasi. Pada pelaksanaan menemui kesulitan.
pelatihan, ada satu peserta dari kelompok Pada aktivitas ‘our business’ ini
III yang mendapatkan kritik dari teman- sebenarnya diberikan instruksi khusus
teman kelompoknya mengenai ketidaknya- pada dua kelompok, yaitu kelompok I
manan saat melakukan negosiasi, hal ini mendapatkan instruksi win-lose negoti-
cukup mempengaruhi jalannya negosiasi. ation, kelompok II mendapatkan instruksi
Sedangkan pada dua kelompok lainnya win-win negotiation, dan kelompok III
tidak mengalami situasi tersebut. Situasi tidak mendapatkan instruksi. Proses
ini menggambarkan keterbatasan dari pemilihan kelompok yang mendapatkan
rancangan program yang kurang instruksi ini dilakukan secara random, hal
mempertimbangkan aspek tersebut dengan ini mungkin menjadi salah satu penyebab
detil. tidak tercapaianya tujuan dari aktivitas ini
Untuk aktivitas ‘our business’ yang ingin memberikan pengalaman dan
dilakukan percobaan negosiasi sebanyak 5 pemahaman langsung mengenai perbedaan
kali (5 ronde) dalam waktu 2 menit untuk kedua jenis negosiasi. Meskipun demikian,
setiap negosiasi. Tidak ada satupun peserta fasilitator me-nekankan hal tersebut saat
yang berhasil mencapai tujuan permainan penjelasan dalam kelas besar setelah
ini, dari hal ini dapat disimpulkan bahwa 5 aktivitas diberikan.
kali kesempatan tersebut ternyata belum Melalui aktivitas ‘making a profit’,
mampu untuk membuat peserta mencapai peserta banyak belajar dari pengalaman
target yang disampaikan. Umumnya peser- langsung yang hampir sesuai dengan
ta masih terpaku pada proses barter atau kenyataan yang akan dihadapi di lapangan.
tukar poin, dalam arti 1 poin ditukar Pengalaman berulang yang dirasakan
dengan 1 poin. Secara umum peserta juga memberikan pengaruh terhadap keyakinan
belum mempertimbangkan strategi dan diri mereka untuk melakukan negosiasi.
peluang yang dimiliki dalam melakukan Pengalaman dari ronde 1 dan ronde 2,
negosiasi. Dari proses ini, dapat dikaitkan membuat peserta mampu mengukur
dengan aspek yang mempengaruhi self- kemampuan mereka untuk akhirnya mem-
efficacy yaitu enactive mastery experience buat target dan menyusun strategi pada
yang merupakan aspek yang paling mem- ronde berikutnya. Interaksi setiap peserta
berikan kontribusi besar bagi keyakinan dalam kelompok juga memberikan penga-
diri individu (Bandura, 1997). Terbatasnya laman belajar ‘modelling/vicarious learn-
kesempatan untuk melakukan negosiasi ing’ melalui orang lain yang bisa mem-
menjadi salah satu faktor dari kegagalan berikan dampak positif terhadap keyakinan
peserta dalam mencapai tujuan dari diri mereka. Begitupun umpan balik
permainan ini. Kegagalan yang berulang (verbal persuasion) yang didapatkan dari
sebenarnya dapat meningkatkan self- teman maupun co-fasilitator saat debrief.
efficacy, namun hal tersebut kembali lagi Selain itu suasana emosi atau ambang
kepada individu yang bersangkutan, ketergugahan emosi masih menjadi salah
masing-masing membutuhkan kuantitas satu aspek yang cukup menentukan
pengalaman yang berbeda. keyakinan diri mereka dalam melakukan
Selain itu, faktor emotional arousal negosiasi.
atau ambang ketergugahan emosi menjadi Dari kedua aktivitas utama yang
salah satu hal yang mempengaruhi self- diberikan, secara umum peserta cenderung

83
Rancangan Program Pelatihan Untuk Meningkatkan Self Efficacy Negosiasi pada Siswa SMK (Syarvia)

tidak mudah untuk memahami instruksi setiap pengalaman dalam pelatihan dan
atau arahan kegiatan. Selain dijelaskan insight mengenai keterkaitan pengalaman
oleh fasilitator utama, juga diberikan terhadap situasi nyata yang mereka hadapi
tambahan penjelasan oleh co-fasilitator. dalam kehidupan sehari-hari. Hanya
Hal ini menjadi salah satu keterbatasan sebagian kecil peserta yang mampu
dari rancangan dan pelaksanaan pelatihan, memberikan insight saat pelatihan
sehingga mempengaruhi hasil dari pela- berlangsung, baik pada proses debrief
tihan. Pada aktivitas ‘our business’ maupun dalam proses tanya jawab dengan
misalnya lembaran kerja yang diberikan fasilitator. Untuk itu tahapan ini perlu
dimaknai secara ambigu oleh sebagian mendapat perhatian khusus, mencari cara
besar peserta, khususnya pada bagian yang tepat untuk menggugah insight dari
‘kelebihan dalam negosiasi’. Yang peserta pelatihan, agar proses belajarnya
dimaksud dalam rancangan tersebut adalah bisa sampai pada tahapan applying.
kelebihan pribadi negosiator dalam
SIMPULAN
melakukan negosiasi, tapi sebagian besar
menjawab kelebihan dari proses negosiasi Berdasarkan analisa hasil yang
tersebut sehingga tidak semua peserta diperoleh dalam penelitian ini, maka
mampu menghayati kelebihan mereka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
dalam proses negosiasi yang dilakukan. 1. Rancangan pelatihan self efficacy
Karakteristik peserta penelitian yang negosiasi yang diberikan tidak dapat
merupakan remaja dengan usia sekitar 16- meningkatkan self efficacy negosiasi
17 tahun perlu menjadi perhatian utama secara signifikan pada siswa jurusan
dalam merancang suatu program pelatihan pemasaran angkatan 2011, SMKN 1
khususnya self-efficacy negosiasi. Hal ini Bandung.
disebabkan faktor emosi atau suasana hati 2. Aktivitas pelatihan yang menggunakan
masih cukup mempengaruhi aktivitas yang pendekatan experiential learning dan
dilakukan. Ditinjau dari aspek emosi metode simulasi atau role play
dalam negosiasi dan emotional arousal merupakan metode yang sesuai untuk
dalam self-efficacy, kondisi ini cukup memfasilitasi proses belajar self
mempengaruhi peningkatan self-efficacy efficacy pada anak SMK.
negosiasi mereka. 3. Rancangan program pelatihan self
Aktivitas pelatihan yang diberikan efficacy negosiasi cenderung mampu
dalam bentuk kelompok secara tidak lang- meningkatkan aspek komunikasi,
sung mengarahkan peserta untuk belajar strategi dan relasi, tapi belum mampu
secara kooperatif untuk menggugah atau meningkatkan aspek emosi dalam
mempengaruhi penilaian mereka terhadap negosiasi.
kemampuan yang dimiliki (Johnson, 4. Aspek enactive mastery experience
Maruyama, Johnson, Nelson & Skon, cukup mampu memberikan pengaruh
1981, dalam Bandura, 1997). Hal ini dalam self efficacy negosiasi kepada
dilakukan dalam pelatihan, meskipun pada subjek pelatihan.
pelaksanaan aktivitas pertama cenderung 5. Aspek emotional arousal cukup
masih bersikap kompetitif. mendominasi subjek pelatihan (remaja)
Berdasarkan siklus belajar expe- dan memberikan pengaruh dalam
riential learning, peningkatan kategori pelaksanaan pelatihan dan self efficacy
self-efficacy negosiasi yang tidak signifi- negosiasi.
kan dapat dijelaskan melalui tahapan Saran yang dapat diberikan dalam
generalizing yaitu tahapan ketika peserta penelitian ini adalah:
mulai memunculkan prinsip-prinsip atau 1. Diberikan pelatihan yang serupa secara
generalisasi dari pengalaman yang sudah berkala, dengan pertimbangan bahwa
dilalui saat pelatihan. Pemaknaan dari untuk peningkatan self efficacy

84
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2014, Vol. 1, No.1, Hal : 78 - 86

negosiasi diperlukan proses belajar Graziano, AM & Raulin, M. L. 2000.


yang kontinyu dan ditunjang dengan Research Methods of Process of
praktek negosiasi secara berkala. Iquiry. : Allyn & Bacon.
2. Perlu diberikan penambahan jumlah Hayadin. 2006. Pengambilan Keputusan
‘ronde’ pada setiap aktivitas untuk untuk Profesi pada Siswa Jenjang
lebih memberikan ‘experiential Pendidikan Menengah (Studi pada
learning’ dan pertimbangan untuk SMA, MA, & SMK di DKI Jakarta).
memberikan aktivitas berdasarkan Hurlock, E. 2002. Psikologi
level tingkat kesulitan. Perkembangan; Suatu Pendekatan
3. Perlu dipertimbangkan masalah waktu Sepanjang Rentang Kehidupan.
pelatihan dan penambahan materi yang Jakarta: Erlangga.
ditampilkan melalui video. Johnson, D. W & Johnson, F. P. 2009.
4. Pihak terkait, dalam hal ini SMKN 1 Joining Together 10th Edition Group
Bandung jurusan pemasaran perlu Theory and Group Skills. New
memberikan program khusus yang Jersey: Pearson Education.
melatih negosiasi, khususnya untuk Kirkpatrick, Donald L & James D
siswa angkatan akhir. Kirkpatrick. 2006. Evaluation
5. Peneliti yang tertarik untuk Training Program: The Four Level
memberikan intervensi terkait dengan 3rd Ed. San Francisco: Berret-
self efficacy, perlu mempertimbangkan Koehler Publisher.
waktu pelatihan, instruksi dan Lee, C & Bobko, P. 1994. Self-efficacy
karakteristik subjek penelitian. beliefs: Comparison of five measure.
Journal of Applied Psychology, 79,
DAFTAR PUSTAKA 364-369.
Pfeiffer, J. William & John E., Jones.
Azwar, S. 2013. Penyusunan Skala 1979. The 1979 Annual Handbook
Psikologi (edisi 2). Yogyakarta: For Group Facilitators. California:
Pustaka Pelajar University Associates Inc.
Azwar, S. 2004. Validitas dan Reliabilitas. Santrock, W. 2003. Adolescence
Yogyakarta: Pustaka Pelajar ‘Perkembangan Remaja’. Jakarta:
Bandura, A. 1977. Social Learning Erlangga.
Theory. New Jersey: Prentice-Hall, Sanusi, M. 2011. Negosiasi Cerdik Ala
Inc. Nabi. Jogjakarta: Bening
Bandura, A. 1997. Self Efficacy (The Shadish, W. R., Cook, T. D & Campbell,
Exercise of Control). New York: D. T. 2002. Experimental and Quasi
W.H Freeman and Company Experimental Designs. Belmont:
Bandura, A. 2006. Self Efficacy Beliefs of Wadsworth
Adolescent (307-337). Age Sharf, R. S. 1992. Applying Career
Publishing Development Theory to Counseling.
Christensen, L. B. 1988. Experiential California: Brooks/Cole Publishing
Methodology 4th. Massachusets: Company.
Allyn and Bacon, Inc. Sharf, R. S. 2006. Applying Career
Friedenberg, L. 1995. Psychological Development Theory to Counseling.
Testing: Design, Analysis and Use. Canada: Thomson Brooks/Cole.
Massachusetts: Allyn & Bacon. Seniati, L., Yulianto, A & Setiadi, B. N.
Goldwich, D. 2010. Win-win Negotiations. 2009. Psikologi Eksperimen. Jakarta:
Singapore: Marshall Cavendish PT. Indeks
Business. Susiati, E. 2008. Tesis. Hubungan Self
Efficacy dengan Kematangan Karir
pada Siswa kelas X SMA Negeri 8

85
Rancangan Program Pelatihan Untuk Meningkatkan Self Efficacy Negosiasi pada Siswa SMK (Syarvia)

Bandung (Studi Program Bimbingan Wentzel, K. R & Wigfield, A. 2009.


Karir bagi Pengembangan Self Handbook of Motivation at School.
Efficacy & Kematangan Karir Oxon: Taylor & Francis Group.
Siswa). Bandung: Universitas Wina, N. 2010. Skripsi. Profil Self
Pendidikan Indonesia. Efficacy Karir Peserta Didik; Studi
Syamsuddin, A. M. 2005. Psikologi Deskriptif ke arah Program
Kependidikan. Bandung: PT. Remaja Pengembangan Self Efficacy Karir
Rosdakarya Siswa Kelas XI SMA Negeri 1
Vernoy, M & Kyle, D. 2002. Behavioral Lembang.
Statistics in Action 3rd Ed. USA: Mc Yusuf, S. 2005. Landasan Bimbingan dan
Graw Hill. Konseling. Bandung: PT Remaja
Walters, G. A & Marks, S. E. 1981. Rosdakarya.
Experiential Learning and Change;
Theory, Design and Practice.
Canada: John Wiley & Sons.

86

S-ar putea să vă placă și