Sunteți pe pagina 1din 23

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/301308626

Strategi Abduktif-Deduktif Pada Pembelajaran Matematika Dalam


Peningkatan Disposisi Siswa

Article · January 2016


DOI: 10.18860/jt.v7i2.3321

CITATIONS READS

2 605

1 author:

Ali Shodikin
Universitas Islam Darul 'Ulum, Lamongan, Indonesia
12 PUBLICATIONS   9 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Abductive-Deductive Strategy: How To Apply It In Improving Student Mathematics Literacy In Junior High School View project

All content following this page was uploaded by Ali Shodikin on 19 October 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


STRATEGI ABDUKTIF-DEDUKTIF PADA
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DALAM
PENINGKATAN DISPOSISI SISWA

Ali Shodikin1

Abstract
Learning with abductive-deductive strategy is the type of a new approach
learning of mathematical thought processes. The purpose of this research is
to improve students’ mathematical disposition using abductive-deductive
strategy. Research carried out a nonrandomized control group, prescale-
postscale design in eleventh class in one high school in Pati regency,
Central Java. Data analysis was conducted quantitative-qualitative
research by category early mathematical ability (KAM) and overall. In
addition, purpose of research is to also analyze the interaction between
learning and KAM. The results showed that the increase of students
who got a mathematical disposition learning with abductive-deductive
strategy have same result with the students who got expository. In more
detail, the category of upper class and middle class is showing the same
increase. While the below categories has an increased disposition smaller
than the expository. Interaction between learning and KAM to increase
the disposition showed no significant relationship. This research expected
teachers to notice early mathematical ability of students in mathematics
and give special attention related to increase in students’ mathematical
disposition, due to certain student groups despite a suitable learning to
improve students’ mathematical ability and disposition, however different
the early mathematical ability showed different results
Keywords: Strategi Abduktif-Deduktif, Peningkatan, Disposisi
Matematis.

A. Pendahuluan
Belajar tidak hanya mengembangkan ranah kognitif, tetapi juga
afektif (sikap). Hal ini menjadi perhatian khusus oleh pemerintah,
terbukti dengan dicanangkannya pendidikan karakter pada setiap
elemen pendidikan. Demikian pula dalam belajar matematika, ketika
siswa atau mahasiswa berusaha menyelesaikan masalah matematis,

1 Dosen Universitas Islam Darul Ulum Lamongan

181
Ali Shodikin - Strategi Abduktif-Deduktif Pada ...

diperlukan rasa ingin tahu, ulet, percaya diri, melakukan refleksi atas
cara berpikir. Dalam matematika hal tersebut dinamakan disposisi
matematis (Karlimah, 2010: 10). Katz (dikutip oleh Mahmudi, 2010: 5)
mendefinisikan disposisi sebagai kecenderungan untuk berperilaku
secara sadar (consciously), teratur (frequently), dan sukarela (voluntary)
untuk mencapai tujuan tertentu. Perilaku-perilaku tersebut di
antaranya adalah percaya diri, gigih, ingin tahu, dan berpikir
fleksibel.
Disposisi matematis dalam konteks pembelajaran, berkaitan
dengan bagaimana siswa bertanya, menjawab pertanyaan,
mengkomunikasikan ide-ide matematis, bekerja dalam kelompok, dan
menyelesaikan masalah. Pendapat ini diperkuat oleh Sumarmo (2013:
7) yang mendefinisikan disposisi matematis (mathematical disposition)
sebagai keinginan, kesadaran, kecenderungan dan dedikasi yang kuat
pada diri siswa atau mahasiswa untuk berpikir dan berbuat secara
matematik. Sehingga terdapat hubungan yang kuat antara disposisi
matematis dan pembelajaran. Pembelajaran matematika selain
untuk meningkatkan kemampuan berpikir matematis atau aspek
kognitif siswa, diperlukan pula disposisi matematis. Pembelajaran
matematika di kelas harus dirancang khusus sehingga selain dapat
meningkatkan kemampuan matematis siswa, juga meningkatkan
disposisi matematis. Beyers (2011) mengungkapkan bahwa disposisi
juga penting bagi guru dan juga siswa.
Disposisi siswa dalam menghadapi matematika dan keyakinannya
dapat mempengaruhi prestasi mereka dalam matematika. Hal ini
diungkapkan oleh Wilson, P. (2011) bahwa disposisi matematis
memberikan pengaruh terhadap kemampuan matematis siswa. Wall
(2008: 60) menambahkan bahwa watak atau sikap merujuk kepada
sifat-sifat dan keyakinan yang siswa miliki tentang matematika.
Keyakinan siswa mengenai kecakapannya mengerjakan matematika
dan memahami sifat-sifat matematika mempunyai pengaruh yang
penting terhadap bagaimana mereka mendekati soal dan pada
akhirnya bagaimana keberhasilan mereka menyelesaikan soal (Zan,
dkk, 2006). Sikap siswa (suka, tidak suka, dan kesenangan) tentang
matematika sama pentingnya dengan keyakinannya. Anak-anak yang
senang dan puas jika dapat menyelesaikan soal atau senang mengatasi
soal yang membingungkan akan lebih gigih untuk mencoba yang
kedua atau ketiga kalinya, dan bahkan mencari soal yang baru. Sikap
negatif memiliki pengaruh sebaliknya.

182 , Vol. 7, No. 2, Januari-Juni 2015


Ali Shodikin - Strategi Abduktif-Deduktif Pada ...

Namun disposisi matematis tidaklah cukup ditunjukkan dengan


menyenangi matematika. Kesumawati (2010: 44) memberikan suatu
analogi, seorang siswa senang belajar matematika dan ia mempunyai
keyakinan bahwa dalam menyelesaikan masalah matematika
hanya selalu ada satu cara dan jawaban yang benar. Padahal dalam
matematika tidak hanya ada satu cara penyelesaian dan satu jawaban
yang benar. Hal ini menunjukkan bahwa senang matematika saja
tidak cukup. Disposisi matematika siswa berkembang ketika mereka
mempelajari aspek kompetensi lainnya. Sebagai contoh, ketika siswa
membangun strategic competence dalam menyelesaikan persoalan
non-rutin, sikap dan keyakinan mereka sebagai seorang pembelajar
menjadi lebih positif. Makin banyak konsep dipahami oleh seorang
siswa, semakin yakin bahwa matematika itu dapat dipahami.
Sebaliknya, bila siswa jarang diberikan tantangan berupa persoalan
matematika untuk diselesaikan, mereka cenderung menjadi menghafal
daripada mengikuti cara-cara belajar matematika semestinya dan
mereka mulai kehilangan rasa percaya diri sebagai pembelajar.
Ketika siswa merasa dirinya kapabel dalam belajar matematika
dan menggunakannya dalam memecahkan masalah, mereka dapat
mengembangkan kemampuan keterampilan menggunakan prosedur
dan penalaran adaptifnya (Kilpatrik, dkk, 2001). Hal ini menunjukkan
bahwa ada hubungan yang kuat antara disposisi matematis dengan
pembelajaran matematis (Shodikin, 2013a; Akinsola & Olowojaiye,
2008). Melihat pentingnya disposisi matematis, pembelajaran harus
dirancang sehingga selain dapat meningkatkan prestasi belajar juga
meningkatkan disposisi matematis siswa.
Kusnandi (2008a) telah mengembangkan suatu pembelajaran
dengan strategi abduktif-deduktif. Kerangka umum ini pada
mulanya dikembangkan untuk menumbuhkembangkan kemampuan
membuktikan pada mahasiswa pemula yang belajar pembuktian. Dari
hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa calon guru yang
belajar dengan PSAD memiliki kemampuan membuktian yang lebih
baik daripada mahasiswa yang belajar secara ekspositori. Kerangka
kerja PSAD ini telah dikaji secara teoritis oleh Kusnandi (2008b) yang
kemungkinan diterapkannya pada masalah pembuktian yang lebih
abstrak dalam mata kuliah bidang kajian analisis real dan aljabar
abstrak. Kemungkinan penerapan PSAD (CBR) juga telah dikaji
oleh Sun, dkk (2005) untuk permasalahan kemampuan penalaran

, Vol. 7, No. 2, Januari-Juni 2015 183


pentingnya disposisi matematis, pembelajaran harus dirancang sehingga
selain dapat meningkatkan prestasi belajar juga meningkatkan disposisi
matematis siswa.
Kusnandi (2008a) telah mengembangkan suatu pembelajaran dengan
strategi abduktif-deduktif. Kerangka umum ini pada mulanya dikembangkan
Ali Shodikin
untuk - Strategi Abduktif-Deduktif
menumbuhkembangkan kemampuan Pada membuktikan
... pada mahasiswa
pemula yang belajar pembuktian. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa
mahasiswa calon guru yang belajar dengan PSAD memiliki kemampuan
(reasoning)
membuktiandan pemecahan
yang lebih baikmasalah
daripada(problem
mahasiswa solving).
yang Kemungkinan
belajar secara
penerapan kerangka kerja PSAD ini pada masalah
ekspositori. Kerangka kerja PSAD ini telah dikaji secara teoritis yangoleh
cakupannya
Kusnandi
lebih luasyang
(2008b) (literasi matematika)
kemungkinan untuk pada
diterapkannya siswamasalah
di sekolah menengah
pembuktian yang
lebihtelah
juga abstrak dalam
dikaji mata teoritis
secara kuliah bidang kajian 2013b).
(Shodikin, analisis real dan aljabar
Dengan tujuan
abstrak. Kemungkinan penerapan PSAD (CBR) juga telah dikaji oleh Sun, dkk
yang berbeda, mengembangkan kembali strategi pembelajaran ini
(2005) untuk permasalahan kemampuan penalaran (reasoning) dan
untuk meningkatkan
pemecahan kemampuan
masalah (problem solving).penalaran
Kemungkinan siswa SMA (Shodikin,
penerapan kerangka
2014a) daninipencapaian
kerja PSAD pada masalah kemampuan
yang cakupannyapenalaran (Shodikin
lebih luas (literasi 2014b)
matematika)
menunjukkan
untuk siswa di hasil bahwa
sekolah pembelajaran
menengah ini lebih
juga telah dikaji baik
secara dibandingkan
teoritis (Shodikin,
2013b). Dengan
pembelajaran tujuan yang
ekspositori. berbeda,sendiri
Abduktif mengembangkan
merupakan kembali strategi
kemampuan
pembelajaran ini untuk meningkatkan kemampuan penalaran siswa SMA
berpikir matematik
(Shodikin, 2014a) dan (penalaran)
pencapaian yang tidak bisa
kemampuan secara(Shodikin
penalaran utuh menjawab
2014b)
permasalahan
menunjukkan hasil tapi proses
bahwa menawarkan
pembelajaran alasan
ini lebih sebagai dasar untuk
baik dibandingkan
tindakan tertentu
pembelajaran (Aliseda,
ekspositori. 2007).sendiri merupakan kemampuan berpikir
Abduktif
matematik (penalaran) yang tidak bisa secara utuh menjawab permasalahan
tapiBerdasarkan pengertian
proses menawarkan alasantentang
sebagaipembelajaran dengan tertentu
dasar untuk tindakan strategi
abduktif-deduktif
(Aliseda, 2007). (PSAD), dalam penelitian ini dikembangkan sintak
pembelajaran dengan
Berdasarkan strategi
pengertian abduktif-deduktif
tentang (PSAD)
pembelajaran dengan yang
strategi lebih
abduktif-
operasional sebagaimana ditampilkan pada Gambar 1 berikut.
deduktif (PSAD), dalam penelitian ini dikembangkan sintak pembelajaran
dengan strategi abduktif-deduktif (PSAD) yang lebih operasional sebagaimana
ditampilkan pada Gambar 1 berikut.

Proses Kunci

Menganalisis dan
mengevaluasi proses

Mengorganisasi Menggeneralisasi
untuk belajar temuan-temuan
Proses Abduktif
Proses Deduktif

Orientasi terhadap
Pembahasan
masalah strategi masalah
yang lebih banyak

Gambar 1. Skema Pembelajaran dengan Strategi Abduktif-


Deduktif
MADRASAH, Vol. 7 No. 2 Januari-Juni 2015

184 , Vol. 7, No. 2, Januari-Juni 2015


Ali Shodikin - Strategi Abduktif-Deduktif Pada ...

Tahapan pembelajaran dengan strategi abduktif-deduktif di atas


secara lebih detail ditampilkan pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1
Sintak Pembelajaran Matematika dengan Strategi Abduktif-
Deduktif
Fase Perilaku Guru
Fase 1 Orientasi • Guru membahas tujuan pembelajaran
terhadap masalah • Guru mendeskripsikan berbagai kebutuhan logistik
penting
• Guru memotivasi siswa untuk terlibat langsung
dalam kegiatan pembelajaran
• Guru memberikan apersepsi
Fase 2 Mengorganisasi • Guru membantu siswa untuk mendefinisikan
untuk belajar dan mengorganisasikan tugas-tugas belajar dan
informasi yang terkait dengan permasalahannya
Fase 3 Menganalisis dan • Guru mengarahkan siswa untuk dapat menemukan
mengevaluasi sendiri solusi dari informasi yang telah dimiliki oleh
proses siswa
• Guru mendorong siswa untuk melakukan transactive
reasoning seperti mengkritik, menjelaskan,
mengklarifikasi, menjastifikasi dan mengelaborasi
suatu gagasan yang diajukan, baik yang diinisiasi
oleh siswa maupun guru
• Guru membantu siswa dalam merencanakan dan
menyiapkan bahan-bahan untuk presentasi dan
diskusi
• Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi
terhadap proses investigasinya dan proses-proses
lainnya yang digunakan dalam menyelesaikan
masalah
Fase 4 Menggeneralisasi • Guru membantu menggeneralisasi temuan-temuan
temuan-temuan yang diperoleh
yang diperoleh
Fase 5 Pembahasan • Guru membantu siswa dalam menemukan strategi
strategi masalah terhadap masalah-masalah yang lebih banyak
yang lebih • Guru memberikan latihan dan evaluasi
banyak
Untuk dapat terlibat di dalam diskusi transaktif, kemampuan
awal matematika (KAM) siswa memegang peranan yang sangat
penting, dimana suatu gagasan yang muncul dapat berkembang
secara bertahap sehingga membangun suatu konsep matematika yang
komprehensif dari informasi yang diperoleh. Penggunaan KAM dalam
analisis penelitian ini karena dirasa kemampuan awal matematis
siswa memiliki pengaruh terhadap disposisi siswa (Hoang, 2008).
Adapun KAM siswa dikategorikan ke dalam tiga kategori yakni atas,

, Vol. 7, No. 2, Januari-Juni 2015 185


Ali Shodikin - Strategi Abduktif-Deduktif Pada ...

tengah, bawah. Pengelompokan ini digunakan untuk melihat apakah


ada pengaruh bersama antara pembelajaran yang dilakukan dengan
kemampuan awal matematis siswa terhadap disposisi matematis.
Ali Shodikin - Strategi Abduktif-Deduktif Pada Pembelajaran Matematika
Selain itu pula, dapat diperoleh lebih detail pengaruh pembelajaran
dalam tiap kategori kemampuan awal matematis.
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang
Untuk dapat terlibat di dalam diskusi transaktif, kemampuan awal
dijabarkan
matematikadi (KAM)
atas, siswa
penelitian
memegangini bertujuan
peranan untuk:
yang sangat (1)dimana
penting, menelaah
perbedaan peningkatan
suatu gagasan disposisi
yang muncul matematissecara
dapat berkembang siswabertahap
yang mendapatkan
sehingga
membangun suatu konsep matematika yang komprehensif dari informasi
pembelajaran dengan strategi abduktif-deduktif
yang diperoleh. Penggunaan KAM dalam analisis penelitian ini karena dirasa
terhadap
pembelajaran ekspositori ditinjau secara keseluruhan
kemampuan awal matematis siswa memiliki pengaruh terhadap disposisi maupun
berdasar kategori KAM (tinggi, sedang, rendah); dan (2) menelaah
siswa (Hoang, 2008). Adapun KAM siswa dikategorikan ke dalam tiga kategori
yakni atas, tengah, bawah. Pengelompokan ini digunakan untuk melihat
pengaruh
apakah interaksi antara
ada pengaruh bersamapembelajaran (dengan
antara pembelajaran strategi
yang dilakukan abduktif-
dengan
deduktif dan ekspositori) dan KAM terhadap peningkatan disposisi
kemampuan awal matematis siswa terhadap disposisi matematis. Selain itu
pula, dapat diperoleh lebih detail pengaruh pembelajaran dalam tiap kategori
matematis.
kemampuan awal matematis.
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang dijabarkan di
B. Metode Penelitian
atas, penelitian ini bertujuan untuk: (1) menelaah perbedaan peningkatan
disposisi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan strategi
Metode yang terhadap
abduktif-deduktif diterapkan dalam
pembelajaran penelitian
ekspositori ditinjau ini
secaraadalah
eksperimental dengan
keseluruhan maupun desain
berdasar preskala-postskala
kategori dan dan
KAM (tinggi, sedang, rendah); kelompok
(2)
menelaah pengaruh interaksi antara pembelajaran (dengan strategi abduktif-
kontrol tidak acak (nonrandomized control group, prescale-postscale
deduktif dan ekspositori) dan KAM terhadap peningkatan disposisi matematis.
design). Dengan desain ini, subyek mula-mula dilakukan preskala
B. Metode Penelitian
dengan angket, lalu diberi perlakuan berupa pembelajaran dengan
Metode yang diterapkan dalam penelitian ini adalah eksperimental
strategi abduktif-deduktif
dengan dan selanjutnya
desain preskala-postskala dilakukan
dan kelompok kontrol postskala
tidak acakuntuk
mengukur disposisi matematis siswa pada materi suku desain
(nonrandomized control group, prescale-postscale design). Dengan banyak.ini, Hasil
subyek mula-mula dilakukan preskala dengan angket, lalu diberi perlakuan
preskala dan postskala kemudian dianalisis untuk memperoleh nilai
berupa pembelajaran dengan strategi abduktif-deduktif dan selanjutnya
gain dilakukan
ternormalisasi <g> mengukur
postskala untuk sebagaidisposisi
peningkatan
matematisdisposisi matematis
siswa pada materi
siswa.suku banyak.iniHasil
Metode preskala
dipilih sesuaidan dengan
postskalatujuan
kemudian dianalisis yang
penelitian untuk ingin
memperoleh nilai gain ternormalisasi <g> sebagai peningkatan disposisi
melihat dampak
matematis siswa.penerapan pembelajaran
Metode ini dipilih dengan
sesuai dengan tujuan strategi
penelitian abduktif-
yang ingin
deduktif terhadap
melihat peningkatan
dampak penerapan disposisi
pembelajaran dengan matematis siswa. Secara
strategi abduktif-deduktif
terhadap peningkatan disposisi matematis siswa. Secara bagan, desain
bagan, desainyang
penelitian penelitian
digunakan yang digunakan
disajikan pada Gambardisajikan
2. pada Gambar 2.

Kelas O X1 O
Eksperimen
Pre-skala Perlakuan Post-
skala
Kelas Kontrol O X O
Pre-skala Ekspositori Post-
skala
Gambar 2. Desain Penelitian
Gambar 2. Desain Penelitian

186 , Vol. 7, No. 2, Januari-Juni 2015


MADRASAH, Vol. 7 No. 2 Januari-Juni 2015
Ali Shodikin - Strategi Abduktif-Deduktif Pada ...

Penelitian dilakukan di salah satu SMA di Kabupaten Pati Tahun


Pelajaran 2013/2014. Alasan pemilihan populasi penelitian di SMA
ini, dikarenakan SMA -tersebut
Ali Shodikin merupakan salah
Strategi Abduktif-Deduktif satu sekolah
Pada Pembelajaran level
Matematika
sedang. Tidak dipilihnya sekolah dengan klasifikasi tinggi karena
dimungkinkan cenderung hasilnya baik dan baiknya hasil tidak
dikarenakan pembelajaran yang dilakukan. Demikian tidak dipilihnya
Penelitian dilakukan di salah satu SMA di Kabupaten Pati Tahun
dari sekolah dengan klasifikasi rendah, dimungkinkan cenderung
Pelajaran 2013/2014. Alasan pemilihan populasi penelitian di SMA ini,
hasilnya
dikarenakan SMAdan
rendah rendahnya
tersebut merupakanhasilsalah
tidak dikarenakan
satu sekolah levelpembelajaran
sedang. Tidak
yang dilakukan
dipilihnya sekolah(Darhim, 2004: 64).
dengan klasifikasi tinggiSampel dalam penelitian
karena dimungkinkan ini
cenderung
dipilih duabaik
hasilnya kelas
danyang memiliki
baiknya hasil kemampuan awal sama
tidak dikarenakan dari delapan
pembelajaran yang
dilakukan.
kelas Demikian
XI secara tidak dipilihnya
purposive sampling yangdari sekolah dengan klasifikasi
masing-masing rendah,
berjumlah 34
dimungkinkan cenderung hasilnya rendah dan rendahnya hasil tidak
siswa. Alasan pemilihan sampel di kelas XI dikarenakan
dikarenakan pembelajaran yang dilakukan (Darhim, 2004: 64). Sampel dalammateri yang
diperkirakan
penelitian ini cocok dengan
dipilih dua kelas model pembelajaran
yang memiliki kemampuan yang
awalditerapkan
sama dari
berada
delapan dikelas
kelasXI XI yakni
secara materisampling
purposive suku banyak. Pemilihan materi
yang masing-masing suku
berjumlah 34
siswa. Alasan pemilihan sampel di kelas XI dikarenakan
banyak dikarenakan banyaknya aturan-aturan dalam materi tersebut materi yang
diperkirakan cocok dengan model pembelajaran yang diterapkan berada di
yang sangat diperlukan pada model pembelajaran yang diterapkan.
kelas XI yakni materi suku banyak. Pemilihan materi suku banyak
Penelitian
dikarenakan dilaksanakan
banyaknya sebanyak
aturan-aturan tujuh
dalam kalitersebut
materi pertemuan. Lima
yang sangat
diperlukan pada
pertemuan model pembelajaran
digunakan yang diterapkan. materi, pertemuan
untuk menyampaikan
pertamaPenelitian
dan terakhir digunakan
dilaksanakan untuk preskala-postskala.
sebanyak tujuh kali pertemuan. Adapun
Lima
pertemuan digunakan
tahapan-tahapan yang untuk menyampaikan
dilakukan materi, pertemuan
pada penelitian pertamapada
ini disajikan dan
terakhir digunakan untuk preskala-postskala. Adapun tahapan-tahapan yang
Gambar 3.
dilakukan pada penelitian ini disajikan pada Gambar 3.

Studi Pendahuluan Penyusunan instrumen Analisis


& validasi ahli instrumen

Pemilihan kelas Dokumentasi nilai siswa Uji coba


(eksperimen & kontrol) kelas XI SMA A instrumen

Pre-skala disposisi Proses Belajar Post-skala disposisi


matematis siswa Mengajar matematis siswa

Penyusunan & Analisis Wawancara


Diseminasi hasil data siswa

Gambar
Gambar 3.
3. Tahapan-Tahapan
Tahapan-TahapanPenelitian
Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan untuk memperoleh data meliputi
dokumentasi, angket dan wawancara. Sedangkan instrumen yang
dikembangkan dalam penelitian ini terdiri dari lima macam instrumen, yakni
bahan ajar, instrumen angket disposisi, lembar pengamatan kinerja guru,187
, Vol. 7, No. 2, Januari-Juni 2015
lembar penilaian aktivitas siswa, dan instrumen wawancara yang telah
divalidasi oleh ahli.
Indikator-indikator disposisi matematis dalam penelitian ini meliputi:
(1) rasa percaya diri, (2) gigih dan tekun mengerjakan tugas, (3) berminat,
Ali Shodikin - Strategi Abduktif-Deduktif Pada ...

Metode penelitian yang dilakukan untuk memperoleh data


meliputi dokumentasi, angket dan wawancara. Sedangkan instrumen
yang dikembangkan dalam penelitian ini terdiri dari lima macam
instrumen, yakni bahan ajar, instrumen angket disposisi, lembar
pengamatan kinerja guru, lembar penilaian aktivitas siswa, dan
instrumen wawancara yang telah divalidasi oleh ahli.
Indikator-indikator disposisi matematis dalam penelitian ini
meliputi: (1) rasa percaya diri, (2) gigih dan tekun mengerjakan tugas,
(3) berminat, rasa ingin tahu dan daya temu dalam melaksanakan
tugas yang berkaitan dengan materi, (4) bergairah dan perhatian
serius dalam belajar, (5) mengapresiasi peran belajar, dan (6) berbagi
pendapat dengan orang lain.
Analisis data yang dilakukan pertama adalah kemampuan awal
matematis. Kemampuan awal matematis digunakan untuk mengetahui
keadaan awal kelas sampel apakah berasal dari keadaan yang sama
atau tidak, sekaligus untuk pengelompokan siswa dalam analisis data
berdasarkan kategori atas, tengah dan bawah. Data kemampuan awal
matematis diambil dari rata-rata nilai dua ulangan sebelumnya, UTS
dan UAS siswa tersebut. Bobot masing-masing nilai tersebut berturut-
turut 20%, 30% dan 50%. Setelah terlebih dahulu dilakukan uji
normalitas dan uji homogenitas, diperoleh bahwa kedua kelas sampel
tersebut berdistribusi normal dan homogen sehingga untuk pengujian
hipotesis digunakan uji t. Berdasarkan hasil uji, menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan antara kedua kelas.
Hal ini yang digunakan sebagai dasar asumsi bahwa kelas eksperimen
dan kelas kontrol memiliki kemampuan awal matematis yang sama.
Selanjutnya pengelompokan siswa berdasarkan kategori KAM
sebagaimana disampaikan menurut Saragih (2011) yang didasarkan
pada rataan ( ) dan simpangan baku (s), yakni:
KAM + s : siswa level KAM atas
-s KAM < +s : siswa level KAM tengah
KAM - s : siswa level KAM bawah.
Penentuan rataan ( ) dan simpangan baku (s) yang digunakan
diperoleh dari gabungan data semua sampel penelitian, bukan rataan (
) dan simpangan baku (s) tiap masing-masing kelas. Hal ini dilakukan
supaya diperoleh patokan yang sama dalam penentuan kriteria.

188 , Vol. 7, No. 2, Januari-Juni 2015


Ali Shodikin - Strategi Abduktif-Deduktif Pada ...

Berdasarkan kriteria di atas diperoleh komposisi pengelompokan


KAM baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol dengan =
47.96 dan s = 13.64 yang dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2
Komposisi Anggota Sampel
Kelas Eksperimen Kontrol Jumlah
KAM
Atas 7 4 11
Tengah 21 24 45
Bawah 6 6 12
Keseluruhan 34 34 68
Pemilihan kelas yang digunakan sebagai sampel penelitian selain
dilihat kemampuan awal matematisnya dilihat pula kemampuan awal
untuk masing-masing kemampuan baik secara keseluruhan maupun
berdasarkan kategori KAM. Telah ditunjukkan dalam analisis
kemampuan awal matematis bahwa antara kelas yang memperoleh
pembelajaran dengan strategi abduktif-deduktif dan kelas yang
memperoleh pembelajaran ekspositori tidak memiliki perbedaan
kemampuan awal matematis, baik ditinjau dari keseluruhan maupun
berdasarkan kategori KAM (atas, tengah, bawah). Lebih jauh
dicermati, rata-rata disposisi siswa pada kedua kelas sudah cukup
tinggi yakni 73.18 dan 72.55 dibandingkan dengan skor idealnya 108.
Tingginya disposisi awal siswa terhadap matematika dipengaruhi
oleh pembelajaran siswa sebelumnya yang merupakan akumulasi
akibat.

, Vol. 7, No. 2, Januari-Juni 2015 189


Ali Shodikin - Strategi Abduktif-Deduktif Pada ...

C. Hasil dan Pembahasan


Tabel 3
Deskripsi Statistik Data Disposisi Matematis Siswa Berdasarkan
Kemampuan Awal Matematis
Jenis KAM Data Kelas Penelitian
Ke- Stat. Eksperimen Kontrol
mampuan
Pre- Post- <g> Pre- Post- <g>
Skala skala skala skala
1 2 3 4 5 6 7 8 9

71.11 73.47 0.003 74.81 71.34 -0.23


Atas S 9.84 7.60 0.33 12.94 3.54 0.47
N 7 7 7 4 4 4
Disposisi Matematis

73.80 75.62 -0.01 72.78 73.54 -0.04


Tengah S 11.14 12.15 0.43 11.46 9.50 0.41
N 21 21 21 24 24 24

73.42 70.92 -0.11 70.11 77.18 0.16


Bawah S 8.88 9.52 0.28 16.22 15.41 0.26
N 6 6 6 6 6 6

73.18 77.19 -0.02 72.55 73.93 -0.03


Keseluruhan S 10.30 10.82 0.38 12.18 10.15 0.40
N 34 34 34 34 34 34
Secara spesifik indikator disposisi matematis siswa yang diukur
dalam penelitian ini difokuskan pada enam indikator keterampilan
yakni (1) rasa percaya diri, (2) gigih dan tekun mengerjakan tugas,
(3) berminat, rasa ingin tahu dan daya temu dalam melaksanakan
tugas yang berkaitan dengan materi, (4) bergairah dan perhatian
serius dalam belajar, (5) mengapresiasi peran belajar, dan (6) berbagi
pendapat dengan orang lain.
Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan terhadap
peningkatan disposisi matematis siswa, diperoleh nilai rata-rata
berdasarkan kelas penelitian (eksperimen dan kontrol) dan KAM
(atas, tengah, bawah) disajikan pada diagram batang berikut.

190 , Vol. 7, No. 2, Januari-Juni 2015


Ali Shodikin - Strategi Abduktif-Deduktif Pada ...

Gambar 4. Diagram Batang Skor NGain Disposisi Matematis


Siswa
Berdasarkan Gambar 4 dapat dilihat bahwa siswa yang
memperoleh pembelajaran dengan strategi abduktif-deduktif (kelas
eksperimen) secara data keseluruhan menunjukkan peningkatan
disposisi matematis yang lebih besar daripada siswa yang
memperoleh pembelajaran ekspositori (kelas kontrol). Sedangkan
ditinjau dari kategori KAM, rata-rata disposisi siswa dengan kategori
KAM atas dan tengah, siswa yang mendapat pembelajaran dengan
strategi abduktif-deduktif (kelas eksperimen) lebih dari siswa yang
mendapat pembelajaran pembelajaran ekspositori. Namun pada
siswa dengan kategori KAM bawah berlaku sebaliknya bahwa rata-
rata siswa yang memperoleh pembelajaran dengan strategi abduktif-
deduktif menunjukkan peningkatannya lebih kecil dari siswa yang
memperoleh pembelajaran ekspositori.
Namun demikian, untuk menunjukkan peningkatan disposisi
mana yang lebih baik, perlu dilakukan uji perbedaan rata-rata. Sebelum
melakukan uji perbedaan rata-rata, dilakukan uji normalitas dan uji
homogenitas varian kedua kelompok data untuk menentukan uji
statistik yang sesuai. Berdasarkan analisis data diperoleh hasil bahwa
sebaran data kelompok-kelompok tersebut berdistribusi normal dan
homogen, sehingga uji perbedaan rata-rata yang digunakan adalah
uji t. Kriteria yang digunakan dalam uji ini adalah jika diperoleh nilai
sig. (1 tailed) > α (α = 0,05), maka Ho diterima. Hasil uji perbedaan
rata-rata ditunjukkan pada tabel berikut.

, Vol. 7, No. 2, Januari-Juni 2015 191


Ali Shodikin - Strategi Abduktif-Deduktif Pada ...

Tabel 4
Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata Peningkatan Disposisi Matematis
Berdasarkan Kemampuan Awal Matematis (KAM)
KAM Perbandingan t t’ Sig. Sig. Ho
Rata-rata (E:K) (2 (1
tailed) tailed)
Atas 0.003 : -0.23 .973 - .356 .178 Terima
Tengah -0.01 : -0.04 .290 - .773 .387 Terima
Bawah -0.11 : 0.16 -1.770 - .107 .054 Terima
Keseluruhan -0.02 : -0.03 .065 - .948 .474 Terima
Ho: Rata-rata peningkatan disposisi matematis siswa kelas
eksperimen lebih rendah atau sama dengan pada kelas kontrol ditinjau
dari KAM (atas, tengah, bawah) maupun keseluruhan.
Berdasarkan Tabel 4 di atas, diperoleh bahwa secara keseluruhan
nilai sig. (1 tailed) > 0,05, sehingga Ho diterima. Dilihat lebih rinci dari
kategori KAM, baik pada KAM atas, tengah dan bawah juga diperoleh
nilai sig. (1 tailed) > 0,05, sehingga Ho diterima. Ini berarti peningkatan
disposisi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan
strategi abduktif-deduktif lebih rendah atau sama dengan siswa yang
mendapat pembelajaran ekspositori baik ditinjau dari KAM (atas,
tengah, bawah) maupun keseluruhan. Dari melihat perbandingan
rata-rata peningkatan disposisi matematis siswa, secara keseluruhan
maupun kategori KAM atas dan tengah diperoleh bahwa rata-
rata peningkatan disposisi kelas eksperimen lebih besar daripada
rata-rata peningkatan kelas kontrol, sehingga kesimpulannya rata-
rata peningkatan disposisi matematis siswa yang mendapatkan
pembelajaran dengan strategi abduktif-deduktif (kelas eksperimen)
sama dengan siswa yang mendapat pembelajaran ekspositori (kelas
kontrol). Hal ini disebabkan beberapa hal diantaranya: (1) disposisi
awal siswa terhadap matematika sudah cukup tinggi, (2) disposisi
siswa dipengaruhi oleh pembelajaran sebelumnya yang merupakan
akumulasi akibat, (3) aktivitas siswa kedua kelas dalam mengikuti
pembelajaran terkesan sama, (4) tuntutan dalam pembelajaran
dengan strategi abduktif-deduktif kepada siswa untuk lebih aktif
dengan kondisi awal siswa yang tidak terbiasa dengan berpikir keras
memunculkan rasa lelah dalam berpikir.

192 , Vol. 7, No. 2, Januari-Juni 2015


Ali Shodikin - Strategi Abduktif-Deduktif Pada ...

Sebagaimana dipahami diawal, bahwa makin banyak konsep


yang dipahami oleh seorang siswa, semakin yakin pula matematika itu
dapat dipahaminya. Sebaliknya, bila siswa jarang diberikan tantangan
berupa persoalan matematika untuk diselesaikan, mereka cenderung
menjadi menghafal daripada mengikuti cara-cara belajar matematika
semestinya dan mereka mulai kehilangan rasa percaya diri sebagai
pembelajar (Kilpatrik, dkk, 2001). Ketika siswa merasa dirinya
kapabel dalam belajar matematika dan menggunakannya dalam
memecahkan masalah, mereka dapat mengembangkan keterampilan
menggunakan prosedur dan penalaran adaptifnya. Sebagaimana
hasil yang diperoleh pada pencapaian kemampuan penalaran dan
pemecahan masalah siswa yang memperoleh pembelajaran dengan
strategi abduktif-deduktif maupun pembelajaran ekspositori bahwa
kedua pencapaiannya masih jauh dari skor ideal yang diharapkan
(Shodikin, 2014b). Meskipun tidak dipungkiri bahwa pencapaian
maupun peningkatan kemampuan penalaran siswa yang memperoleh
pembelajaran dengan strategi abduktif-deduktif lebih baik daripada
pembelajaran ekspositori (Shodikin, 2014b). Temuan dalam penelitian
ini pun sesuai dengan pendapat Kalpatrik, dimana seiring dengan
meningkatnya kemampuan penalaran dan pemecahan masalah,
disposisi matematis siswa juga meningkat. Hal ini terlihat pada skor
pencapaian maupun peningkatan disposisi siswa. Secara keseluruhan,
skor pencapaian maupun peningkatan pada pembelajaran dengan
strategi abduktif-deduktif lebih besar daripada skor pencapaian
maupun peningkatan pada pembelajaran ekspositori yakni 77,19 dan
73,93.
Sedangkan pada siswa dengan kategori KAM bawah terjadi
hal sebaliknya, dimana peningkatan disposisi matematis siswa
pada pembelajaran dengan strategi abduktif-deduktif lebih kecil
pembelajaran ekspositori. Hal ini dikarenakan pada siswa dengan
KAM bawah cenderung memiliki motivasi dan kemampuan menerima
pelajaran yang kurang, sehingga meskipun dengan pembelajaran yang
mendukung sekalipun tetap memperoleh hasil yang kurang maksimal.
Ditambah lagi tuntutan dalam pembelajaran dengan strategi abduktif-
deduktif kepada siswa untuk lebih aktif. Dengan kondisi awal siswa
yang tidak terbiasa dengan berpikir keras, tuntutan tersebut malahan
akan memunculkan rasa malas dalam berpikir. Dibandingkan dengan
pembelajaran ekspositori, dimana tuntutan kepada siswa yang lebih

, Vol. 7, No. 2, Januari-Juni 2015 193


Ali Shodikin - Strategi Abduktif-Deduktif Pada ...

ringan, menyebabkan siswa dengan kategori bawah merasa lebih


senang karena tuntutan pembelajaran untuk aktif lebih sedikit.
Berdasarkan hasil tersebut, diperoleh hubungan peningkatan
disposisi siswa antara siswa yang memperoleh pembelajaran
dengan strategi abduktif-deduktif dengan siswa yang memperoleh
pembelajaran ekspositori terhadap kemampuan awal matematis
(KAM) siswa. Pada pembelajaran dengan strategi abduktif-deduktif,
semakin tinggi tingkat KAM semakin tinggi pula peningkatan
disposisi siswa. Sebaliknya pada pembelajaran ekspositori, semakin
tinggi tingkat KAM semakin turun peningkatan disposisi siswa.
Dalam pembelajaran tentunya menuntut siswa lebih aktif mengikuti
pelajaran daripada menjadi pendengar pasif, sehingga pola
peningkatan disposisi matematis siswa dengan pembelajaran dengan
strategi abduktif-deduktif dirasa lebih baik.
Temuan berdasarkan tes tersebut didukung pula oleh hasil
pengamatan aktivitas siswa. Rata-rata persentase aktivitas siswa yang
memperoleh pembelajaran dengan strategi abduktif-deduktif sedikit
lebih unggul dengan selisih (0,2%).
Peningkatan disposisi matematis siswa dipengaruhi oleh
rata-rata peningkatan disposisi matematis berdasarkan klasifikasi
pembelajaran dan KAM. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis
lanjutan untuk mengetahui apakah faktor pembelajaran dan KAM
tersebut berkontribusi terhadap peningkatan disposisi matematis dan
bagaimana dengan interaksi keduanya. Pengujian hipotesis tersebut
menggunakan uji anava dua jalur (two way anova). Ringkasan hasil uji
interaksi tersebut disajikan pada Tabel 5 berikut.

194 , Vol. 7, No. 2, Januari-Juni 2015


Ali Shodikin - Strategi Abduktif-Deduktif Pada ...

Tabel 5
Hasil Uji Interaksi antara Pembelajaran dan Kemampuan Awal
Matematis (KAM) Terhadap Peningkatan Disposisi Matematis
Type III Ho
Sum of Mean
Source Squares Df Square F Sig.
Kelas 1.159E-6 1 1.159E-6 .000 .998 Terima
KAM .115 2 .058 .373 .690 Terima
Kelas * Terima
.375 2 .187 1.212 .305
KAM
R Squared = .045 (Adjusted R Squared = -.032)
Ho: tidak terdapat perbedaan signifikan terhadap peningkatan
disposisi matematis
Berdasarkan tabel uji interaksi di atas, nilai signifikansi untuk
faktor pembelajaran (Kelas), KAM maupun interaksi Kelas * KAM
memiliki nilai sig. > 0,05, sehingga Ho diterima. Kesimpulannya
baik faktor pembelajaran, faktor KAM maupun interaksi antara
pembelajaran dan KAM tidak memberikan perbedaan yang
signifikan terhadap peningkatan disposisi matematis siswa. Namun
demikian, ada beberapa hal yang dapat dianalisis berdasarkan hasil
uji statistika interaksi antara pembelajaran (Kelas) dan KAM terhadap
peningkatan disposisi matematis. Grafik di bawah ini digunakan
untuk memperjelas analisis interaksi antara pembelajaran (Kelas) dan
KAM terhadap peningkatan disposisi matematis. Interaksi antara
pembelajaran (Kelas) dan KAM juga dapat dilihat dari grafik interaksi
berikut :

, Vol. 7, No. 2, Januari-Juni 2015 195


Ali Shodikin - Strategi Abduktif-Deduktif Pada ...

Gambar 5. Grafik Interaksi antara Pembelajaran dan KAM


terhadap Peningkatan Disposisi Matematis Siswa

Berdasarkan Gambar 5, terlihat bahwa grafik peningkatan


disposisi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan
strategi abduktif-deduktif (kelas eksperimen) pada KAM atas dan
tengah berada di atas grafik peningkatan disposisi matematis siswa
yang memperoleh pembelajaran ekspositori (kelas kontrol). Namun
pada kategori KAM bawah terlihat hal itu tidak berlaku dimana
grafik peningkatan disposisi matematis siswa yang memperoleh
pembelajaran dengan strategi abduktif-deduktif (kelas eksperimen)
pada KAM bawah berada di bawah grafik peningkatan disposisi
matematis siswa yang memperoleh pembelajaran ekspositori (kelas
kontrol). Ketidakkonsistenan ini mengakibatkan tidak terdapat
perbedaan peningkatan disposisi matematis antara kedua kelas.
Karena peningkatan disposisi antara siswa yang memperoleh
pembelajaran dengan strategi abduktif-deduktif (kelas eksperimen)
tidak lebih baik (sama) dengan siswa yang memperoleh pembelajaran
ekspositori secara keseluruhan, maka dapat disimpulkan tidak
terdapat interaksi antara pembelajaran dan KAM dalam peningkatan

196 , Vol. 7, No. 2, Januari-Juni 2015


Ali Shodikin - Strategi Abduktif-Deduktif Pada ...

disposisi matematis. Hal ini menunjukkan bahwa pada penerapan


pembelajaran abduktif-deduktif cukup efektif untuk meningkatkan
disposisi matematis siswa dengan siswa yang kemampuan awal
matematis dengan kategori tengah dan atas. Sedangkan untuk siswa
yang kemampuan awal matematis dengan kategori cenderung kurang
efektif. Oleh karena itu dalam aplikasinya, guru perlu memperhatikan
kemampuan awal matematis siswa.
Bahasan tentang interaksi antara pembelajaran dan KAM
terhadap peningkatan disposisi matematis siswa menunjukkan
tidak memberikan pengaruh yang signifikan. Demikian pula
secara rinci untuk masing-masing faktor yakni faktor pembelajaran
(pembelajaran dengan strategi abduktif-deduktif dan ekspositori)
dan faktor KAM (atas, tengah, bawah) juga tidak memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan disposisi matematis
siswa. Hal ini dikuatkan oleh hasil penelitian yang dilakukan
oleh Nindrasari (2013) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat
interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan KAM terhadap
peningkatan disposisi berpikir reflektif matematis siswa, demikian
pula pada kemampuan akhirnya menunjukkan tidak ada perbedaan
dengan pembelajaran biasa. Temuan tersebut didukung pula oleh
perolehan skor rata-rata peningkatan disposisi matematis siswa yang
mendapat pembelajaran dengan strategi abduktif-deduktif maupun
pembelajaran ekspositori yang ditampilkan pada Gambar 4.3 grafik
interaksi halaman 110 yang menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan kemampuan disposisi matematis dilihat
dari faktor pembelajaran maupun faktor KAM (atas, tengah, bawah).
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Syaban (2009: 186)
yang menyatakan perbedaan faktor pengetahuan awal matematika
tidak terlalu berpengaruh terhadap matematis siswa. Hasil penelitian
yang sama juga diungkapkan oleh Mulyasa (2009: 147) bahwa tidak
ada interaksi antara model pembelajaran dan level sekolah dalam
disposisi matematis.
Secara umum dapat dikatakan bahwa siswa yang mendapatkan
pembelajaran dengan strategi abduktif-deduktif memiliki disposisi
matematis yang sama dibandingkan dengan siswa yang mendapat
pembelajaran ekspositori. Namun pola peningkatan disposisi
matematis siswa dengan pembelajaran dengan strategi abduktif-
deduktif dirasa lebih baik daripada pembelajaran abduktif-deduktif.

, Vol. 7, No. 2, Januari-Juni 2015 197


Ali Shodikin - Strategi Abduktif-Deduktif Pada ...

Hal ini mengindikasikan bahwa jika pembelajaran dengan strategi


abduktif-deduktif diterapkan secara konsisten tidak menutup
kemungkinan disposisi matematis siswa dapat ditingkatkan secara
optimal.

D. Kesimpulan dan Saran


Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat dikemukakan
kesimpulan berdasarkan kategori keseluruhan bahwa peningkatan
disposisi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan
strategi abduktif-deduktif sama dengan siswa yang mendapat
pembelajaran ekspositori. Demikian hasil yang sama ditunjukkan
berdasarkan kemampuan awal matematis (KAM) kategori atas dan
kategori bawah. Hal ini disebabkan beberapa hal diantaranya: (1)
disposisi awal siswa terhadap matematika sudah cukup tinggi,
(2) disposisi siswa dipengaruhi oleh pembelajaran sebelumnya
yang merupakan akumulasi akibat, (3) aktivitas siswa kedua kelas
dalam mengikuti pembelajaran terkesan sama, (4) tuntutan dalam
pembelajaran dengan strategi abduktif-deduktif kepada siswa
untuk lebih aktif dengan kondisi awal siswa yang tidak terbiasa
dengan berpikir keras memunculkan rasa lelah dalam berpikir.
Sedangkan pada siswa dengan kategori KAM bawah memperoleh
hasil yang sebaliknya, dimana peningkatan disposisi matematis
siswa pada pembelajaran dengan strategi abduktif-deduktif lebih
kecil pembelajaran ekspositori. Hal ini dikarenakan pada siswa
dengan KAM bawah cenderung memiliki motivasi dan kemampuan
menerima pelajaran yang kurang, sehingga meskipun dengan
pembelajaran yang mendukung sekalipun tetap memperoleh hasil
yang kurang maksimal. Ditambah lagi tuntutan dalam pembelajaran
dengan strategi abduktif-deduktif kepada siswa untuk lebih aktif.
Dengan kondisi awal siswa yang tidak terbiasa dengan berpikir keras,
tuntutan tersebut malahan akan memunculkan rasa malas dalam
berpikir. Dibandingkan dengan pembelajaran ekspositori, dimana
tuntutan kepada siswa yang lebih ringan, menyebabkan siswa dengan
kategori bawah merasa lebih senang karena tuntutan pembelajaran
untuk aktif lebih sedikit. Kaitannya dengan interaksi, menunjukkan
bahwa tidak terdapat interaksi antara pembelajaran (dengan strategi
abduktif-deduktif dan ekspositori) dan kemampuan awal matematis
siswa terhadap peningkatan disposisi matematis.

198 , Vol. 7, No. 2, Januari-Juni 2015


Ali Shodikin - Strategi Abduktif-Deduktif Pada ...

Berdasarkan simpulan di atas, sikap siswa terkait disposisi


matematis siswa perlu menjadi perhatian khusus para guru
dalam pembelajaran matematika. Meskipun dalam pembelajaran
matematika dengan strategi abduktif-deduktif menunjukkan bahwa
tidak memberikan peningkatan yang lebih baik secara signifikan
dibandingkan dengan pembelajaran ekspositori (cenderung sama),
namun secara diskriptif rata-ratanya lebih besar dibandingkan
pembelajaran ekspositori. Temuan lain dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa tidak berlaku biimpikasi “jika dan hanya jika”
kemampuan matematis siswa meningkat secara signifikan, meningkat
pula disposisi matematis secara signifikan. Hal ini sesuai dengan
penelitian sebelumnya yang dilaporkan oleh Mudzikah (2012) yang
menyatakan bahwa disposisi matematis dapat mendukung dalam
upaya meningkatkan kemampuan matematis siswa. Namun dalam
penelitian ini menunjukkan meskipun kemampuan matematis
(penalaran) meningkat, tetapi disposisi matematis tidak meningkat.
Peneliti tetap merekomendasikan kepada guru untuk menggunakan
pembelajaran matematika dengan strategi abduktif-deduktif
untuk materi-materi dengan karakteristik abduktif-deduktif untuk
meningkatkan kemampuan matematis khususnya kemampuan
penalaran, pemecahan masalah, dan juga disposisi matematis. Dari
penelitian ini pula diharapkan guru memperhatikan kemampuan
awal matematis siswa dalam pembelajaran matematika, karena untuk
kelompok siswa tertentu meskipun suatu pembelajaran cocok untuk
meningkatkan kemampuan matematis (penalaran) dan disposisi siswa,
namun berbedanya kemampuan awal matematis menunjukkan hasil
yang berbeda. Maka dari itu, sebagai pembanding, perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut untuk pengembangan pembelajaran dengan
strategi abduktif-deduktif pada materi lain yang sesuai dengan
karakteristik abduktif-deduktif seperti program linier, logaritma, dan
trigonometri. Juga pada tingkatan sekolah yang lain seperti SMK dan
SMP. Perluasan kajian dan penelitian untuk peningkatan kemampuan
matematis yang lain menggunakan pembelajaran matematika dengan
strategi abduktif-deduktif juga bisa dilakukan. Sebagai pembanding
dirasa perlu dilakukan penelitian pula tentang perbandingan dengan
strategi induktif, deduktif, induktif-deduktif atau perluasan lainnya.

, Vol. 7, No. 2, Januari-Juni 2015 199


Ali Shodikin - Strategi Abduktif-Deduktif Pada ...

DAFTAR PUSTAKA
Akinsola, M. K. & Olowojaiye, F. B. (2008). Teacher Instrutional Method
and Student Attitude Toward Mathematics. International
Electronic Journal of Mathematics Education, 3(1), 60-73.
Aliseda, A. (2007). Abductive Reasoning: Challenges Ahead. Theoria, 60,
261-270.
Beyers, J. (2011). Development and Evaluation of an Instrument to Assess
Prospective Teachers’ Dispositions with Respect to Mathematics.
International Journal of Business and Social Science, 2(16); 20-
32.
Darhim. (2004). Pengaruh Pembelajaran Matematika Kontekstual terhadap
Hasil Belajar Matematika Sekolah Dasar. Disertasi. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia.
Hoang, T. N. (2008). The Effects of Grade Level, Gender, and Ethnicity on
Attitude and Learning Environment in Mathematics in High School.
International Electronic Journal of Mathematics Education,
3(1), 47-59.
Kilpatrik, J., Swafford, J. & Findel, B., (2001). The Mathematics Teacher
and Curriculum Change. Washington: National Academy
Press.
Karlimah. (2010). Pengembangan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan
Masalah Serta Disposisi Matematis Mahasiswa PGSD Melalui
Pembelajaran Berbasis Masalah. Disertasi pada SPs UPI Bandung:
Tidak Diterbitkan.
Kesumawati. 2010. PMRI Approach (Realistic Mathematics Education
Approach of Indonesia) to Improve Understanding Mathematical
Ability and Disposition SMP Student. Palembang: Jurusan
Pendidikan Matematika, FKIP Universitas PGRI Palembang.
Kusnandi (2008a). Pembelajaran Matematika dengan Strategi Abduktif-
Deduktif untuk Menumbuhkembangkan Kemampuan Membuktikan
pada Mahasiswa. Disertasi. Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia.
Kusnandi (2008b). Kerangka Kerja Teoritis Pembuktian Matematika untuk
Mahasiswa S1. Laporan Penelitian Hibah Kompetitif Internal
UPI.

200 , Vol. 7, No. 2, Januari-Juni 2015


Ali Shodikin - Strategi Abduktif-Deduktif Pada ...

Mudrikah, A. (2012). Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Komputer


untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi, Pemecahan Masalah
dan Disposisi Matematik Siswa Sekolah Menengah Atas. Disertasi
pada SPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Mahmudi. (2010). Tinjuan Asosiasi antara Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis dan Disposisi Matematis. Yogyakarta: Makalah
Disajikan pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika
FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta.
Mulyasa, E. (2009). Pengaruh Model Pembelajaran Matematika Knisley
Terhadap Peningkatan Pemahaman dan Disposisi Matematis Siswa
SMA Program IPA. Disertasi pada SPs UPI Bandung: Tidak
Diterbitkan.
Nindrasari, H. (2013). Meningkatkan Kemampuan dan Disposisi Berpikir
Reflektif Matematis serta Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui
Pembelajaran dengan Pendekatan Metakognitif. Disertasi pada
SPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Saragih, S. (2011). Penerapan Pembelajaran Matematika Realistik dan
Kelompok Kecil untuk Meningkatkan Kemampuan Keruangan,
Berpikir Logis dan Sikap Positif terhadap Matematika Kelas VIII.
Disertasi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
Shodikin, A. (2013a). Strategi Abduktif-Deduktif Versus Disposisi:
Bagaimana Proses Berpikir Matematik Mempengaruhi
Sikap Siswa? Prosiding Seminar Nasional Matematika, Jurusan
Matematika, Universitas Negeri Semarang. Semarang. 24
Oktober 2013.
Shodikin, A. (2013b). Abductive-Deductive Strategy: How To Apply It In
Improving Student Mathematics Literacy In Junior High School?
International Seminar on Mathematics, Science, and Computer
Science Education. Bandung. 19 Oktober 2013.
Shodikin, A. (2014a). Effect of Learning With Abductive-Deductive Strategy
Towards the Achievement of Reasoning Ability of High School
Students. Proceding: International Postgraduate Colloquium
of Research Education (IPCoRE), UPI-USM, Bandung,
Indonesia, June 13-14th, 2014.
Shodikin, A. (2014b). Strategi Abduktif-Deduktif pada Pembelajaran
Matematika dalam Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis

, Vol. 7, No. 2, Januari-Juni 2015 201


Ali Shodikin - Strategi Abduktif-Deduktif Pada ...

Siswa SMA. Edusentris: Jurnal Ilmu Pendidikan dan


Pengajaran. 1(2), 3-11.
Sumarmo, U. (2013). Kumpulan Makalah: Berpikir dan Disposisi Matematik
serta Pembelajarannya. Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia.
Sun, Z., Finnie, G. & Weber, K. (2005). Abductive Case Based Reasoning.
International Journal of Intelligent Systems. 20(9), 957-983.
Syaban, M. (2009). Menumbuhkembangkan Daya dan Disposisi Matematis
Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Pembelajaran Investigasi.
Educationist, 3(2), 129-136.
Wall, V.D. (2008). Pengembangan Pengajaran Matematika Sekolah Dasar
dan Menengah Edisi Keenam Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Wilson, P. (2011). Disposition Towards Engagement in Mathematics.
Proceedings of the British Society for Research into Learning
Mathematics, 31(2), 67-72. June 2011.
Zan, R, L. Brown, J. Evans, & Hannula, M. S. (2006). Affect In Mathematics
Education: An Introduction. Educational Studies in Mathematics,
63(2), 113-121.

202 , Vol. 7, No. 2, Januari-Juni 2015

View publication stats

S-ar putea să vă placă și