Sunteți pe pagina 1din 8

GALAXY: Jurnal Pendidikan Fisika, 2019

ANALISIS KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA


PADA MATERI USAHA DAN ENERGI MELALUI PEMBELAJARAN
KONSTEKTUAL
Nuri Septia Utami, Astri Wulandari

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Indonesia

Email: Nuriseptia98@gmail.com

Abstract: Teaching and learning process is generally Teacher Centered, so students have difficulty finding
certain concepts themselves. As teaching instructors can apply various learning models that are expected to be
contextual learning models. Contextual learning model is one model that can improve the process of learning
science or the activities of students and teachers. This research is a study that uses literature study methods
from various physical education library sources. Through this research it is expected to improve students'
process skills. The data obtained from the results of this study are learning outcomes data consisting of students'
scientific processes and data from the results of literature studies that have been done by the author. The results
showed the average value of student activity in the first cycle included in the category enough, then became
good in the second cycle and the better in the third cycle. Questions raised are questions asked. Questions
raised are questions asked. Rather than the skills that are issued, a high percentage of cycle to cycle is on the
skills of formulating hypotheses, while the skills most mastered by students are when the skills ask questions.
Student learning outcomes on aspects of general knowledge about improving classical students' mastery
learning from cycle I to cycle III. Based on the results of data analysis, it was found that an increase in students'
process skills in business and energy material through contextual learning
Keywords: Science Process; Work and Energy; Contextual Learning

Abstrak: Proses belajar mengajar umumnya bersifat Teacher Centered, sehingga siswa sulit menemukan
sendiri suatu konsep tertentu. Sebagai pengajar seharusnya guru dapat mengaplikasikan berbagai model
pembelajaran diantaranya adalah model pembelajaran kontekstual. Model pembelajaran kontekstual salah satu
model yang dapat meningkatkan keterampilan proses sains maupun aktivitas siswa dan guru. Penelitian ini
adalah penelitian yang menggunakan metode kajian pustaka dari berbagai sumber pustaka Pendidikan Fisika.
Melalui penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Data yang diperoleh dari
hasil penelitian ini adalah data hasil belajar berupa keterampilan proses sains siswa dan data hasil kajian pustaka
yang telah dilakukan penulis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata aktivitas siswa pada siklus I
termasuk dalam kategori cukup, kemudian menjadi baik pada siklus II dan semakin baik pada siklus III.
Keterampilan proses sains yang diuji adalah keterampilan mengajukan pertanyaan, merumuskan hipotesis,
merencanakan percobaan, menafsirkan dan berkomunikasi. Dari kelima keterampilan yang diuji, persentase
peningkatan tertinggi dari siklus ke siklus adalah pada keterampilan merumuskan hipotesis, sedangkan
keterampilan yang paling dikuasai siswa adalah pada keterampilan mengajukan pertanyaan. Hasil belajar siswa
pada aspek pengetahuan secara keseluruhan terjadi peningkatan ketuntasan belajar siswa secara klasikal dari
siklus I sampai siklus III. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa terjadi peningkatan keterampilan
proses sains siswa pada materi usaha dan energi melalui pembelajaran kontekstual.

Kata Kunci: Keterampilan Proses Sains; Usaha dan Energi; Pembelajaran Konstektual

Galaxy: Jurnal Pendidikan Fisika


PENDAHULUAN

Pemerintah Indonesia telah melakukan upaya untuk meningkatkan kualitas sumber


daya manusia (SDM) melalui peningkatan kualitas pendidikan. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah melalui proses pembelajaran. Hal
terpenting dari proses pembelajaran adalah untuk mengoptimalkan kemampuan siswa dalam
membuat keputusan terhadap berbagai situasi yang dihadapi. Siswa yang belajar akan
mengalami perubahan baik dalam pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap. Pengetahuan
yang dipelajari di sekolah meliputi berbagai bidang disiplin ilmu, salah satunya adalah
fisika1.
Fisika merupakan salah satu bidang ilmu yang penting bagi peserta didik dan
dipelajari mulai dari jenjang SD, SMP hingga SMA. Siswa mempelajari fisika dalam rangka
mengembangkan keterampilan memecahkan permasalahan yang terkait dengan fenomena
alam dalam kehidupan bermasyaraka. Pembelajaran fisika tidak hanya sebatas pada
mempelajari fakta-fakta dan teori. Pembelajaran fisika juga memerlukan kegiatan
penyelidikan untuk menemukan fakta-fakta baru, baik melalui observasi maupun eksperimen,
sebagai bagian dari kerja ilmiah yang melibatkan keterampilan proses yang dilandasi sikap
ilmiah2.
Salah satu tujuan pembelajaran fisika menurut Permendiknas No. 22 tahun 2006
adalah mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan deduktif
dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam
dan menyelesaikan masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif3. Idealnya pembelajaran
fisika yang dilaksanakan harus sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, sehingga tujuan
dari pembelajaran fisika dapat dicapai secara optimal. Namun, kenyataan dilapangan
menunjukan kualitas pembelajaran fisika atau sains di Indonesia masih dikategorikan rendah.
Menurut data survei yang dilakukan oleh Programme for International Student Assessment
(PISA) pada tahun 2015 dari 76 negara, Indonesia menempati posisi ke 69 di bidang
Matematika dan Sains4. Posisi tersebut mengindikasikan bahwa Indonesia hanya mampu
mengenal sebagian fakta-fakta dasar dari ilmu sains. Atau bermakna keterampilan proses
sains siswa Indonesia belum sepenuhnya terasah dengan baik. Padahal menurut Aktamis &
Ergin pada dasarnya seseorang telah menggunakan keterampilan dasar proses sains dalam
setiap pemikirannya5.
Rendahnya keterampilan proses sains siswa di sekolah diduga karena kebanyakan
guru masih bertahan pada cara yang sama dalam mengajar. Menurut Selamet & Suma, fakta
di lapangan menunjukkan bahwa proses pembelajaran sains selama ini masih terlihat berpusat
pada guru (teacher oriented) dengan metode yang digunakan adalah ceramah sehingga siswa

1
Hussain, A., Azeem, M., & Shakoor, A, “Physics Teaching Methods: Scientific Inquiry Vs Traditional
Lecture”,International Journal of Humanities and Social Science, 1 (19), hlm. 269-276
2
BSNP., Panduan penilaian kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. Badan Standar
Nasional Pendidikan 2007, (Jakarta: Erlangga, 2007) hlm. 211
3
Depdiknas, Peraturan Pemerintah RI Nomor 22, (Tahun 2006, tentang Standar Isi) hlm.26
4
Coughlan, S, “Asia Tops Biggest Global School Rankings”, E-Journal (United State: Knowledge, 2015)
hlm.15
5
Aktamis, A., & Ergin, O, “The Effect of Scientific Process Skills Education on Students’ Scientific Creativity,
Science Attitudes and Academic Achievements”, Journal Asia-Pacific Forum of Science Learning and
Teaching. Vol 9(1), hlm.1-21.

Galaxy: Jurnal Pendidikan Fisika


tidak terlatih untuk aktif sendiri membangun pengetahuan, namun siswa cenderung pasif
yang hanya menerima pengetahuan dari guru6.
Sebagai salah satu solusinya untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa
adalah dengan memperbaiki proses pembelajaran. Salah satu strategi pembelajaran yang
dapat digunakan adalah strategi pembelajaran kontekstual, yang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk belajar mandiri, membuat siswa termotivasi untuk belajar, mampu
bekerja sama, dan proses pembelajaran disajikan sesuai dengan konteks kehidupan mereka7.
Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan
Menengah menyatakan bahwa sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap,
pengetahuan, dan keterampilan, sehingga pengembangan ranah yang satu tidak bisa
dipisahkan dengan ranah lainnya8. Dengan demikian, keterampilan proses sains (KPS)
peserta didik perlu dilatihkan dalam proses pembelajaran. Keterampilan proses sains adalah
kemampuan yang dimiliki peserta didik untuk dapat menerapkan metode ilmiah dalam
memahami, mengembangkan, dan menemukan ilmu pengetahuan9. Menurut Kheng
komponen keterampilan proses sains terdiri dari: merumuskan masalah, membuat hipotesis,
mengontrol variabel, merancang investigasi, mengumpulkan dan mencatat data, menganalisis
dan menginterpretasi data, serta membuat kesimpulan10.
Peran pendekatan keterampilan proses sains dalam belajar mengajar sangat penting
dengan keberhasilan belajar. Melatih dan mengembangkan keterampilan proses sains pada
siswa akan sangat berguna bagi siswa tidak hanya sebagai proses untuk membangun
pengetahuan dalam pembelajaran namun juga berguna dalam kehidupan sehari-hari, sehingga
keterampilan proses sains sangat penting dimiliki oleh siswa karena sebagai persiapan dan
latihan dalam menghadapi kenyataan hidup di masyarakat sebab mahasiswa dilatih untuk
berfikir logis dalam memecahkan suatu masalah yang ada di masyarakat.11
Keterampilan Proses Sains merupakan kemampuan peserta didik dalam menerapkan
metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan sains serta menemukan ilmu
pengetahuan. Keterampilan Proses Sains sangat penting bagi setiap peserta didik sebagai
bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam mengembangkan sains untuk memperoleh
pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan yang dimiliki.12
Melatihkan keterampilan proses sains peserta didik dengan pendekatan Contextual
Teaching and Learning dapat diaplikasikan pada berbagai mata pelajaran salah satunya yaitu
6
Selamet, S. & Suma, “Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual REACT terhadap Pemahaman Konsep
Fisika dan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas VIII SMP”, E-Journal Program Pascasarjana Universitas
Ganesha Program Studi IPA. Vol.3(1), hlm. 1-12.
7
Wasis & Nurzaini, M, “Penerapan Pembelajaran Kontekstual dengan Strategi REACT untuk Meningkatkan
Keterampilan Proses Sains Siswa pada Materi Fluida Statis di Kelas X SMAN 1 Gedangan”, Jurnal Inovasi
Pendidikan Fisika, Vol. 5(2), hlm.1116.

8
Kemendikbud, Permendikbud nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah,
(Jakarta: Kemendikbud, 2016) hlm 120
9
Tawil, M., & Liliasari, Keterampilan-Keterampilan Sains dan Implementasinya Dalam Pembelajaran IPA
(Makassar: Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar, 2014) hlm.210
10
Kheng, Y. T, Longman Science Process Skills Form 4, (Malaysia: Malaysia Sdn. Bh, 2011) hlm.25
11
Mega Yati Lestari, Nirva Diana, “Keterampilan Proses Sains (KPS) pada Praktikum Fisika Dasar I”,
Indonesian Journal of Science and Mathematics Education, 2018, hlm.50
12
Afrizon, R., Ratnawulan, & Fauzi, “Peningkatan Perilaku Berkarakter Dan Keterampilan Berpikir Kritis
Siswa Kelas Ix Mtsn Model Padang Pada Mata Pelajaran Ipa-Fisika Menggunakan Model Problem Based
Instruction”, Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika, 2012, hlm.16.

Galaxy: Jurnal Pendidikan Fisika


mata pelajaran fisika materi usaha dan energy. Usaha, energi, dan daya merupakan konsep
yang sangat penting, karena dengan mengetahui energi sistem, maka gerak sistem tersebut
dapat ditentukan. Tujuan mempelajari usaha dan energi adalah agar dapat membedakan
konsep energi, usaha, dan daya serta mampu mencari hubungan antara usaha dan perubahan
energi, sehingga dapat bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu pembelajaran
fisika akan lebih diminati oleh peserta didik jika pembelajaran fisika di dalam kelas tersebut
tidak dipisahkan dari pengalaman dan lingkungan sehari-hari peserta didik13. Lave & Wenger
dalam Libman berargumen bahwa tidak ada pembelajaran bebas konteks (context-free
learning). Pengetahuan merupakan situated dan terikat konteks (context-bound)14. Ini
menyiratkan bahwa informasi yang dipelajari harus terhubung pada situasi kehidupan nyata
di mana siswa cenderung menggunakannya.
Usaha adalah besarnya energi untuk merubah posisi yang diberikan gaya pada benda
atau objek. Usaha yang dilakukan suatu objek didefinisikan sebagai perkalian antara jarak
yang ditempuh dengan gaya yang searah dengan perpindahannya. Usaha dinotasikan dengan
W yang merupakan singkatan bahasa Inggris dari Work yang berarti kerja. Satuan usaha
adalah Joule yang didefinisikan sebagai besarnya energi yang dibutuhkan untuk memberi
gaya sebesar satu Newton sejauh satu meter. Oleh sebab itu, 1 Joule sama dengan 1 Newton
meter (N.m). Rumus Usaha dinotasikan dengan:

Energi merupakan salah satu konsep paling penting dalam ilmu pengetahuan. Energi tidak
dapat didefinisikan secara ringkas saja. Akan tetapi pada materi kali ini karena energi
berhubungan dengan usaha, maka energi dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk
melakukan usaha.15

Contextual Teaching and Learning adalah suatu strategi pembelajaran yang


membantu peserta didik untuk dapat memahami materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan situasi dunia nyata sehingga dapat mendorong peserta didik
untuk menerapkannya dalam kehidupan mereka. Sanjaya (2006) menjelaskan bahwa
pendekatan kontekstual (CTL) memiliki tujuh komponen utama, yaitu konstruktivisme
(constructivism), bertanya (questioning), pemodelan (modelling), masyarakat belajar
(learning community), menemukan (inquiry), refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya
(authentic assessment)16

Metode

Jenis penelitian ini adalah study literature (kajian pustaka). Studi literatur adalah
metode pengumpulan data dengan membaca buku referansi atau dokumentasi yang
berhubungan dengan penelitian tentang sistem informasi geografis dan pemetaan potensi

13
Aprilliana Widyasari, Sukarmin, Sarwanto, “Pengembangan Modul Fisika Kontekstual Pada Materi Usaha,
Energi, Dan Daya Untuk Peserta Didik Kelas X Smk Harapan Kartasura”, E-Journal Pendidikan Fisika, Vol 4,
No. 2, 2015, hlm.128
14
Libman, Z, “Integrating real-life data analysis in teaching descriptive statistics: A constructivist approach”,.
Journal of Statistics Educations. Vol.18(1).2016, hlm. 1-23.
15
Giancoli, Fisika, Jilid I, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2010), hlm.201
16
Sanjaya, W, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Bandung: Kencana, 2006)
hlm.34

Galaxy: Jurnal Pendidikan Fisika


sekolah. Dalam hal ini juga dilakukan browsing untuk mencari data atau dokumentasi yang
berhubungan dengan obyek yang diteliti. Kajian pustaka juga merupakan kegiatan mencari
referensi yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan untuk dikutip atau dijadikan
dasar dari sebuah ide penelitian. Referensi itu dapat berupa jurnal penelitian, paper, disertasi,
skripsi, buku, dan bahkan situs internet yang bisa dipercaya. Referensi penting karena tidak
semua pernyataan dalam penelitian bisa dibuat oleh pemikiran pribadi, selain itu juga sebagai
bukti bahwa pernyataan yang di buat di dalam penelitian terbukti secara empiris. 17

Adapun langkah-langkah yang digunakan penulis dalam kajian pustaka ini yaitu:

 Memilih sumber pustka


 Menelusuri sumber pustaka,
 Membaca sumber pustaka,
 Mencatat hasil interpretasi dari sumber pustaka
 Penyajian kajian pustaka.

Hasil dan Pembahasan

Aktivitas belajar merupakan aktivitas yang terjadi pada saat proses pembelajaran yang
didesain sehingga siswa dapat memperoleh tujuan yang akan dicapai.18 Berdasarkan analisis
penulis melalui penerapan pembelajaran konstektual terdapat peningkatan keterampilan
proses sains siswa. Dikutip dari jurnal Ega Oktofika, terdapat siklus seperti pada gambar 1:19

Gambar 1. Grafik Rata-rata Hasil Observasi Aktifitas Siswa

Berdasarkan gambar 1 dapat dilihat bahwa aktivitas siswa mengalami peningkatan


pada setiap siklusnya. Pada siklus I skor rata-rata yang diperoleh 24 dan dikategorikan cukup,
untuk siklus II dan siklus III dikategorikan baik dengan skor rata-rata yang diperoleh 28 dan
34. Peningkatan ini disebabkan adanya perbaikan pada kekurangan-kekurangan yang

17
Erna Kharistiani, Eko Aribowo, “sistem informasi geografis pemetaan potensi sma/smk berbasis web (studi
kasus : kabupaten kebumen)”, Jurnal Sarjana Teknik Informatika, Vol 1(1), 2018, hlm. 716

18
Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015) hlm.25
19
Ega Oktofika, Rosane Medriati, dan Eko Swistor, “Upaya Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Hasil
Belajar Siswa melalui Penerapan Model Discovery Learning di Kelas X IPA 3”, Jurnal Kumparan Fisika, 2018,
hlm.25

Galaxy: Jurnal Pendidikan Fisika


dilakukan siswa dan guru pada setiap siklus, sehingga proses pembelajaran menjadi lebih
baik. Peningkatan aktivitas belajar siswa dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan
hasil belajar siswa karena adanya keinginan siswa untuk belajar.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan pembelajaran


konstektual dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Hasil penelitian ini
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ega Oktafika20 yang menyimpulkan bahwa
melalui penerapan pembelajaran konstektual dapat meningkatkan keterampilan proses sains
siswa.

Keterampilan proses sains merupakan sesuatu yang sangat penting untuk dilatih
dalam mengembangkan pengetahuan.21 Pada penelitian ini, ada lima indikator yang diukur
yakni mengajukan pertanyaan, merumuskan hipotesis, merencanakan percobaan, menafsirkan
dan berkomunikasi. Kelima indikator keterampilan proses sains diukur melalui penilaian
hasil tes yang diuji dengan lima butir soal, yang mana masing-masing soal mengukur satu
indikator. Setiap indikator pada keterampilan proses sains diberi skor maksimum 20.
Kemudian hasil dari penjumlahan skor masing-masing indikator dikategorikan sesuai dengan
skala pencapaian keterampilan proses sains. Pencapaian keterampilan proses sains yang harus
diperoleh pada penelitian ini, berada dikategori “cukup”, “baik” dan “sangat baik”.

Perbandingan persentase pencapaian keterampilan proses sains siswa dari siklus I


sampai siklus III dapat dilihat pada gambar 2. Perbandingan persentase pencapaian
keterampilan proses sains siswa dari siklus I sampai siklus III dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar2. Grafik rata-rata presentase pencapaian keterampilan proses sains pada tiga siklus

Berdasarkan gambar 2 terlihat bahwa rata-rata persentase pencapaian rata-rata kelas


pada setiap indikator meningkat dikarenakan adanya refleksi yang dilakukan guru. Sehingga
dari siklus I sampai siklus III selalu mengalami peningkatan. Pada setiap indikator

20
Op. Cit
21
Astra, I. M., & Wahidah, R. S,” Peningkatan Keterampilan Proses Sains Peserta Didik Melalui Model Guided
Discovery Leaning Kelas XI pada Materi Suhu dan Kalor”, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
Fisika, 2018, hlm. 181

Galaxy: Jurnal Pendidikan Fisika


keterampilan proses sains dikatakan baik dikarenakan rata-rata persentase pencapaian
memperoleh nilai diatas 70 %.

Berdasarkan uraian diatas mengenai hasil penelitian keterampilan proses sains, dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran fisika melalui pembelajaran konstektual dapat
meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil
penelitian relevan yang menyimpulkan bahwa melalui penerapan prmbrlajaran konstektual
dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa.

PENUTUP

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) Terjadi peningkatan keterampilan
proses sains siswa melalui penerapan model pembelajaran kontekstual pada materi usaha dan
energi, (2) Aktivitas pengajar melalui penerapan model pembelajaran kontekstual pada materi
usaha dan energy mengalami peningkatan, (3) Aktivitas siswa melalui penerapan model
pembelajaran kontekstual pada materi usaha dan energy juga mengalami peningkatan. Dari
hasil penelitian yang relevan bahwa Pada siklus I rata-rata skor aktivitas belajar siswa yaitu
24 termasuk dalam kategori cukup, siklus II dan III rata-rata skor aktivitas belajar siswa yaitu
28 dan 34 termasuk dalam kategori baik. Kemudian rata-rata persentase pencapaian
kompetensi keterampilan proses sains pada indikator mengajukan pertanyaan, merumuskan
hipotesis, merencanakan percobaan, menafsirkan dan berkomunikasi yang paling tinggi yaitu
indikator mengajukan pertanyaan. Selanjutnya Pada siklus I daya serap klasikal yaitu 70,5 %
dan ketuntasan belajar klasikal sebesar 63,33 % dikatakan belum tuntas, pada siklus II daya
serap klasikal yaitu 76,5 % dan ketuntasan belajar klasikal sebesar 80 % dikatakan tuntas, dan
pada siklus III daya serap klasikal yaitu 83,6 dan ketuntasan belajar klasikal sebesar 100 %
dikatakan tuntas.

Adapun yang menjadi saran dalam penelitian ini adalah (1) Bagi pengajar hendaknya
dapat menerapkan pembelajaran kontekstual pada materi-materi yang relevan. (2). Untuk
menerapkan pembelajaran kontekstual di perlukan sarana pendukung yang memadai, oleh
karenanya di sarankan kepada pihak terkait di sekolah agar dapat menyempurnakan sarana
pendukung yang telah ada.

Daftar Pustaka

Aktamis, A., & Ergin, O. 2008. The Effect of Scientific Process Skills Education on
Students’ Scientific Creativity, Science Attitudes and Academic Achievements.
Journal Asia-Pacific Forum of Science Learning and Teaching. Vol 9(1) : 1-21.
Aprilliana Widyasari, Sukarmin, Sarwanto. 2015. Pengembangan Modul Fisika Kontekstual
Pada Materi Usaha, Energi, Dan Daya Untuk Peserta Didik Kelas X Smk
Harapan Kartasura. Vol 4, No. 2, 2015 (hal 128)

Galaxy: Jurnal Pendidikan Fisika


BSNP. 2007. Panduan penilaian kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi.
Badan Standar Nasional Pendidikan 2007
Coughlan, S. 2015. Asia Tops Biggest Global School Rankings.
Depdiknas. 2006. Peraturan Pemerintah RI Nomor 22, Tahun 2006, tentang Standar Isi.
Hussain, A., Azeem, M., & Shakoor, A. 2011. Physics Teaching Methods: Scientific Inquiry
Vs Traditional Lecture. International Journal of Humanities and Social Science, 1
(19), 269-276.
Kemendikbud. 2016. Permendikbud nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan
Dasar dan Menengah. Jakarta: Kemendikbud.
Kheng, Y. T. 2008. Longman Science Process Skills Form 4. Malaysia: Malaysia Sdn. Bhd
Libman, Z. 2010. Integrating real-life data analysis in teaching descriptive statistics: A
constructivist approach. Journal of Statistics Educations. 18(1). 1-23.
Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Bandung:
Kencana

Selamet, S. & Suma. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual REACT terhadap
Pemahaman Konsep Fisika dan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas VIII SMP.
E-Journal Program Pascasarjana Universitas Ganesha Program Studi IPA. 3(1) : 1-
12.

Tawil, M., & Liliasari. 2014. Keterampilan-Keterampilan Sains dan Implementasinya Dalam
Pembelajaran IPA. Makassar: Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar
Wasis & Nurzaini, M. 2016. Penerapan Pembelajaran Kontekstual dengan Strategi REACT
untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa pada Materi Fluida Statis di
Kelas X SMAN 1 Gedangan. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika. 5(2): 1116.

Galaxy: Jurnal Pendidikan Fisika

S-ar putea să vă placă și