Sunteți pe pagina 1din 17

4

Upaya Pengentasan Kemiskinan dengan Mengurangi Konsumsi Rokok


di Indonesia
The Effort of Poverty Alleviation by Reducing Cigarettes Consumption
in Indonesia

Memi Almizi1 dan Istiana Hermawati2


1
Universitas Negeri Yogyakarta Jl. Colombo No.1, Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, dan
2
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial (B2P3KS)
Jl. Kesejahteraan Sosial No.1 Sonosewu Yogyakarta, Telp (0274) 377265
Email: memialmizi26@gmail.com, HP 087851810189 Email: istiana1410@gmail.com, HP 085228716070

Abstract

Poverty is a main problem that should be seriously handled by the government. The second of the biggest poverty
causes in Indonesia is the cigarettes smoking consumption. This research is aimed to analyze the connection between
poverty and cigarette smoking consumption, its impact and the efforts of alleviating the poverty by reducing the consumption
of cigarettes. This research is a bibliography study that uses descriptive qualitative approach. The data sources of this
study comes from statistical data, articles on newspapers, and results of the previous research accordingly. The facts
show that cigarette smoking consumption causes a bad impact in both, either health and economy that brings people get
trapped in the circle of poverty. Poverty alleviation is a responsibility of both the government and the society. There are
three recommendations as suggested by this research as follows: 1. The Directorate of Customs and Tax needs urgently
to really increase the price of cigarettes; 2. The Ministry of Finance and State Budget Planning Body (Bappenas) needs
to recalculate the budget for health expenses allocation and the customs revenue of the cigerettes; 3. The Social Ministry
needs to tightly monitor those receive the social aid through Hoped Family Program (Program Keluarga Harapan) as
they have to expend it productively and the Ministry needs to socialize it accordingly and to apply new regulations on the
criteria of the social aid recipient, namely for those who are poor indeed and not cigerette smokers.

Keywords: cigarette smoking consumption; poverty alleviation.

abstrak

Kemiskinan adalah masalah pokok yang harus dituntaskan oleh pemerintah. Salah satu penyumbang kemiskinan
terbesar kedua di Indonesia adalah konsumsi rokok. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara
kemiskinan dengan konsumsi rokok, dampak merokok, dan upaya pengentasan kemiskinan dengan mengurangi konsumsi
rokok. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Sumber
data penelitian ini adalah data statistik, berita koran dan hasil penelitian. Fakta membuktikan, bahwa konsumsi rokok
memberikan dampak yang buruk, baik secara kesehatan maupun secara ekonomi sehingga masyarakat terjebak pada
lingkaran kemiskinan. Pengentasan kemiskinan merupakan tanggungjawab bersama, baik oleh pemerintah maupun
masyarakat. Rekomendasi yang diberikan kepada pemerintah melalui: 1. Direktorat Jenderal Pajak dan Bea Cukai
agar benar-benar menaikkan harga rokok; 2. Kementerian Keuangan dan Bappenas perlu memperhitungkan ulang
pembiayaan untuk kesehatan dan pendapatan dari bea cukai rokok; 3. Kementerian Sosial perlu memberikan pengawasan
kepada masyarakat penerima bantuan sosial melalui program keluarga harapan agar bantuan itu digunakan untuk hal
yang produktif, perlu melakukan sosialisasi dan membuat aturan baru mengenai kriteria penerima bantuan sosial yaitu
masyarakat miskin yang tidak merokok.

Kata Kunci: konsumsi rokok; pengentasan kemiskinan.

A. Pendahuluan masuk negara Indonesia. Secara umum kemiski-


Kemiskinan adalah masalah krusial yang nan digambarkan suatu keadaan ketidak-
dihadapi oleh setiap negara berkembang, ter- mampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar

239
Jurnal PKS Vol 17 No 3 September 2018; 239 - 256

manusia, meliputi kebutuhan makanan, paka- orang dikatakan miskin tidak terbatas pada
ian, tempat tinggal, pendidikan, dan kesehatan. ketidakmampuannya secara ekonomi dalam
Kemiskinan juga digambarkan sebagai kondisi memenuhi kebutuhan hidup minimum, seba-
seseorang atau sekelompok orang yang tidak gaimana dirumuskan pandangan konvension-
mampu memenuhi hak dasarnya untuk mem- al, namun kemiskinan seseorang juga sangat
pertahankan dan mengembangkan kehidupan dipengaruhi oleh dimensi lain, seperti kapabili-
yang bermartabat (Istiana dkk, 2015). tas individu yang relatif rendah dan ketidakber-
Ishartono dan Raharjo (2016) mendefinisi- fungsian sosial.
kan kemiskinan merupakan ketidakmampuan Dalam perspektif hak asasi manusia, Tam-
seseorang dalam memenuhi kebutuhan pokok mie (2006) menyebutkan, bahwa kemiskinan
atau dasar yang pada gilirannya akan membawa merupakan pelanggaran terhadap hak asasi
dampak berbagai masalah. Kemiskinan akan manusia. Hak yang melekat pada diri manusia
memberikan dampak kekurangan gizi, cepat seyogyanya tidak boleh dikurangi, terlebih di-
terkena penyakit, tidak mampu mengakses pen- cabut. Oleh karenanya kemiskinan dalam pers-
didikan yang pada akhirnya kemiskinan me- pektif ini tidak dapat dipandang dari kacamata
wariskan generasi penyandang masalah sosial. statistik. Kecil ataupun besarnya kemiskinan
World Bank dalam Houghton dan Kandker menurut angka statistik terdapat persoalan ma-
(2009) menjelaskan, bahwa kemiskinan terkait nusia yang terancam hidupnya. Jika kemiskinan
dengan depreviasi kesejahteraan. Pandangan terjadi pada keluarga, maka anak-anak mereka
konvensional menyatakan, bahwa sejahtera pasti akan menghadapi problem hingga sampai
pada dasarnya apabila semua kebutuhan hidup pada tahap kelaparan, kurangnya gizi, kesem-
terpenuhi; maka orang miskin adalah mereka patan untuk memperoleh pendidikan terampas,
yang tidak memiliki pendapatan yang cukup bahkan nyawanya juga ikut terancam. Itu meru-
untuk bisa memenuhi kebutuhan minimum se- pakan hak asasi yang seharusnya terpenuhi dan
cara layak. Pandangan ini melihat kemiskinan menjadi tanggungjawab keluarga, masyarakat
dalam koridor keuangan. Kemiskinan juga da- bahkan negara. Dengan bertitik tolak pada pe-
pat dilihat pada jenis yang khusus, misalnya mikiran, bahwa kemiskinan merupakan hak
konsumsi, yakni orang yang berhak mendapat- asasi manusia, maka pengentasan kemiskinan
kan rumah sederhana, raskin, atau jamkesmas. merupakan tanggungjawab bersama antara ke-
Dimensi-dimensi tersebut seringkali bisa kita luarga, masyarakat dan negara.
ukur secara langsung dengan mengukur mal- Berdasar pada data Badan Pusat Statistik
nutrisi (gizi buruk) atau buta huruf. Pendekatan (BPS) jumlah penduduk miskin di Indonesia
lain untuk melihat kesejahteraan (dan kemiski- pada bulan September tahun 2017 tercatat
nan) fokus pada kemampuan individu dalam sebanyak 26,58 juta jiwa (10,12%), angka ini
menjalankan fungsi sosialnya. Orang miskin, berkurang sebesar 1,19 juta jiwa jika diband-
dalam pendekatan ini, adalah mereka yang ingkan pada bulan Maret tahun 2017 sebesar
seringkali kualitas SDM-nya rendah, sehing- 27,77 juta jiwa (10,64%). Penduduk miskin
ga pendapatan/pendidikan mereka pun tidak yang tinggal di wilayah perkotaan pada bulan
memadai, atau kesehatannya yang buruk dan September 2017 sebesar 7,26% (pada Bulan
merasa tidak berdaya ataupun tidak memiliki Maret 2017 tercatat 7,72%), sedangkan yang
kebebasan politik. tinggal di wilayah perdesaan sebesar 13,47%
Kemiskinan sebagaimana digambarkan (pada bulan Maret 2017 sebesar 13,93 %) (BPS,
Word Bank, memiliki cakupan yang lebih luas, 2/01/2018).
karena terminologi yang digunakan adalah ter- Pemicu kemiskinan adalah peran dari ko-
minologi kesejahteraan. Dalam konteks ini, moditi makanan dan non makanan, akan tetapi

240
Upaya Pengentasan Kemiskinan dengan Mengurangi Konsumsi Rokok ... (Memi Almizi dan Istiana Hermawati)

sumbangan garis kemiskinan makanan sangat yang miskin menggunakan pendapatan mereka
jauh lebih berpengaruh dibandingkan dengan untuk membeli rokok, bukan digunakan untuk
non komoditi makanan. Pada bulan september membeli kebutuhan pokok seperti makanan,
2017 tercatat sebesar 73,35% garis kemiski- kebutuhan pendidikan anak-anaknya, kesehat-
nan dipengaruhi oleh komoditi makanan yang an dan lain sebagainya.
tersebar pada wilayah perkotaan dan perdesaan Fakta yang senada diungkapkan Ahmad
berupa beras, rokok kretek, daging sapi, telur pada peluncuran hasil penelitian pusat kajian
ayam ras, daging ayam ras, mie instan dan gula jaminan sosial Universitas Indonesia di Jakarta
pasir. Sedangkan komoditi non makanan yang pada tanggal 25 Juni 2018. Dalam hasil pene-
memberikan pengaruh terhadap garis kemiski- litiannya Ahmad menemukan, bahwa rokok
nan, baik yang berada di perkotaan maupun di merupakan kebutuhan kedua setelah beras yang
perdesaan adalah perumahan, bensin, listrik, dibeli oleh masyarakat sehingga rokok meru-
pendidikan dan perlengkapan mandi. pakan faktor yang sangat besar memberikan
Data Badan Pusat Statistik (beberapa tahun pengaruh terhadap garis kemiskinan (republica.
terbitan) menunjukkan, bahwa setiap tahunnya co.id,2018). Rokok atau tembakau yang dikon-
alokasi anggaran rumah tangga miskin nomor sumsi ini membuat masyarakat terperangkap
dua adalah untuk membeli rokok, yakni 12,4 pada kemiskinan, apalagi masyarakat miskin
persen. Artinya, uang dan pendapatan mereka ini menggunakan sedikit pendapatannya untuk
dihabiskan untuk membeli rokok. Persentase membeli rokok, bukan untuk membeli kebu-
tersebut masih jauh di atas alokasi untuk ke- tuhan pokok sehingga hal ini akan berdampak
butuhan lauk pauk dan pendidikan. Biaya kon- pada kesehatan dan kondisi gizi anak-anak
sumsi rokok sebesar 4,4 kali lipat dari biaya mereka yang rendah.
pendidikan dan 3,3 kali lipat dari biaya keseha- Hasil penelitian yang dilakukan Ahsan
tan. Tulus menambahkan, rokok juga memicu (2005) & Irawan (2012) menyimpulkan hal
inflasi yang paling tinggi di ranah perkotaan yang sama, bahwa apabila masyarakat memili-
dan perdesaan. Menurut data BPS, dampak in- ki tingkat kecanduan yang berat terhadap rokok
flasi konsumsi rokok di perdesaan dan perko- maka kondisi ekonomi akan semakin terpuruk.
taan mencapai 10,7% per bulan. Dampak inflasi Anggaran pendapatan yang seharusnya digu-
rokok juga dinilai memiskinkan masyarakat nakan untuk membeli kebutuhan pokok seperti
ketimbang pencabutan subsidi listrik untuk makanan, pakaian, pendidikan anak dan kese-
golongan 900 VA yang hanya 2,86%. Dengan hatan justru digunakan unruk membeli rokok.
demikian dapat disimpulkan, bahwa rokok juga Fhatoni Azhar & Firmansyah (2015) juga me-
merupakan salah satu komoditas penyumbang nemukan, bahwa pendapatan rumah tangga to-
garis kemiskinan terbesar kedua setelah beras. tal mengalami penurunan yang signifikan ketika
Berdasarkan Laporan Bulanan Data Sosial konsumsi rumah tangga akan rokok mengalami
Ekonomi Indonesia, per september 2017, be- peningkatan.
ras berkontribusi terhadap kemiskinan terbe- Terkait relevansi antara kemiskinan dan ke-
sar sebanyak 18,8% di perkotaan dan 24,52% biasaan merokok, World Health Organization
di pedesaan. Faktor kedua yang berkontribusi (WHO) punya data yang cukup menarik. Or-
terhadap kemiskinan adalah rokok kretek yang ganisasi kesehatan dunia ini mencatat mayori-
menyumbang sebesar 9,98% kemiskinan di tas perokok di seluruh dunia berasal dari negara
perkotaan serta 10,7% di perdesaan. miskin dan berkembang. Dalam laporannya soal
Hal ini senada dengan hasil penelitian fakta-fakta tentang tembakau (rokok) WHO
Irawan dalam Nasrudin & Piping (2013: 19) menyebutkan, bahwa pada 2015 ada sekitar 1,1
yang menemukan, bahwa masyarakat Indonesia miliar perokok di seluruh dunia. Dari jumlah

241
Jurnal PKS Vol 17 No 3 September 2018; 239 - 256

itu, sekitar 800 juta lebih atau 80% berasal dari sebanyak 30% anak-anak Indonesia yang beru-
negara dengan pendapatan rendah dan mene- sia di bawah 10 tahun atau sekitar 20 juta anak
ngah, sisanya 20% dari negara kaya. adalah perokok. Tulus melihat konsumsi rokok
Dalam laporan yang berjudul The Global telah mengakibatkan dampak sosial ekonomi
Tobacco Crisis, WHO mencatat orang miskin yang sangat signifikan dan masif. Contohnya,
di Bangladesh menghabiskan 10 kali pendapa- rokok menyebabkan kemiskinan akut di rumah
tannya untuk membeli rokok dibandingkan bia- tangga miskin.
ya untuk pendidikan. Di Mesir, orang miskin Kebiasaan merokok di Indonesia telah
membelanjakan 10% kebutuhan rumah tangga membunuh setidaknya 235 ribu jiwa setiap ta-
mereka hanya untuk rokok. Di Indonesia lebih hun. Menurut data The Tobacco Atlas Tahun
parah lagi, keluarga miskin menghabiskan 15% 2015, sekitar 217.400 jiwa penduduk Indonesia
pendapatannya untuk membeli rokok. Hal yang meninggal dunia akibat mengkonsumsi rokok
sama juga terjadi di Meksiko, 11% kebutuhan yakni sekitar 19,8% pria meninggal akibat dari
rumah tangga orang yang paling miskin juga mengkonsumsi rokok dan sisanya perempuan
habis untuk rokok. Dari data ini dapat disim- sebesar 8,1% .
pulkan, bahwa rokok telah jadi bagian dari ke- Menurut Chriswardani.et all (2012:70) ada
butuhan dasar kaum miskin. Kebutuhan utama hubungan yang nyata antara angka kematian
seperti kesehatan, pendidikan, dan tempat ting- dengan kemiskinan. Masyarakat yang miskin
gal banyak terabaikan dibanding rokok. memiliki tingkat pendapatan yang rendah se-
Menkes Nila Moeloek saat membuka In- hingga kesempatan untuk mengakses kese-
donesian Conference on Tobacco or Health jahteraan sosial seperti kesehatan menjadi ter-
di Balai Kartini Jakarta pada tanggal 15 Mei batas.
2017 menyebutkan, bahwa lebih dari sepertiga Untuk menanggulangi penyakit dan me-
atau 36,3% penduduk Indonesia saat ini (tahun nekan angka kematian akibat merokok, Pe-
2017) menjadi perokok, bahkan 20% remaja merintah melalui program Jaminan Kesehatan
usia 13-15 tahun adalah perokok (tempo.co.id, Nasional harus menanggung beban yang
diunggah tanggal 30 Mei 2017). Hal yang lebih tidak sedikit. Ketua Ikatan Ahli Kesehatan
mencengangkan, jumlah remaja laki-laki yang Masyarakat Indonesia Ridwan Thaha menu-
merokok kian meningkat (sebesar 58,8%). Se- turkan, bahwa biaya yang ditanggung akibat
mentara data dari hasil Survei indikator kese- konsumsi tembakau saat ini sangat tinggi. Pada
hatan nasional (Sirkesnas) 2016 menunjuk- tahun 2013 saja, beban yang ditanggung peme-
kan angka remaja perokok laki-laki mencapai rintah sebesar Rp 378 triliun, sebuah angka
54,8%. Berarti telah terjadi peningkatan sebe- yang sangat fantastis.
sar 4% pada tahun 2017. Ini berarti, bahwa Penelitian ini berupaya untuk mengkaji
lebih dari separuh remaja laki-laki di Indonesia keterkaitan kemiskinan dengan konsumsi me-
adalah perokok. rokok di Indonesia dan berbagai aspek terkait.
Dengan perbedaan angka yang tipis, pe- Fakta menunjukkan, bahwa rokok menjadi salah
ngurus harian YLKI (Tulus) mengemukakan, satu kebutuhan “utama” konsumsi kaum mis-
bahwa pada tahun 2017 jumlah penduduk In- kin di Indonesia, setelah beras. Sebagian besar
donesia yang merokok sebanyak 35% dari total pendapatan penduduk miskin di Indonesia, baik
populasi atau sekitar 75 juta jiwa. Jumlah itu di perkotaan maupun di perdesaan dihabiskan
belum termasuk dengan pertumbuhan preva- untuk membeli rokok, sehingga memperparah
lensi perokok anak-anak dan remaja yang ter- kemiskinan yang sudah ada. Kondisi ini ber-
cepat di dunia sebesar 19,4%. Bahkan, menurut dampak pada buruknya gizi buruk masyarakat,
data Atlas Pengendalian Tembakau di ASEAN, kesehatan yang rendah dan rendahnya partisi-

242
Upaya Pengentasan Kemiskinan dengan Mengurangi Konsumsi Rokok ... (Memi Almizi dan Istiana Hermawati)

pasi pendidikan. Penelitian ini juga mengkaji net, skripsi, tesis dan karya ilmiah yang relevan
bagaimana upaya pengentasan kemiskinan de- dengan tujuan penelitian. Data diambil de-
ngan mengurangi konsumsi rokok. Upaya ini ngan mengakses melalui komputer digital de-
diharapkan masyarakat miskin dapat mem- ngan memperhatikan fokus kajian yang sedang
belanjakan pendapatannya untuk kebutuhan diteliti, mengumpulkan, memilah lalu membuat
pokok yang lebih bermanfaat dan memiliki interpretasi dan menyimpulkan hasilnya men-
tingkat kesejahteraan yang memadai. jadi sebuah temuan yang baru.
Setelah mendapatkan data penelitian selan-
B. Penggunaan Metode Penelitian jutnya penulis melakukan analisis data dengan
Penelitian ini merupakan penelitian ke- menggunakan formula Miles dan Hubermans
pustakaan yang bersifat deskriptif kualitatif. melalui tiga tahapan, yaitu: pertama, pengum-
Sumber data pada penelitian kepustakaan lebih pulan data mengenai fokus yang sedang dikaji;
banyak diperoleh dari perpustakaan sehingga kedua, reduksi data dengan cara menajamkan,
penelitian ini lebih dikenal dengan istilah pe- menggolongkan data, serta membuang data
nelitian kualitatif deskriptif kepustakaan kare- yang tidak relevan dengan fokus yang dikaji
na datanya lebih banyak bersumber dari do- sehingga data terorganisasi dan terpola agar
kumentasi (Mukhtar, 2013).Sugiono (2012) dapat membantu menyusun suatu kesimpulan
mendefinisikan penelitian kepustakaan sebagi yang utuh; ketiga, penyajian data yang telah
penelitian yang mengkaji teori dari sumber atau direduksi memunkinkan untuk dibuat pola yang
referensi yang berkaitan dengan masalah bu- bermakna serta memberikan kemungkinan pe-
daya, nilai dan norma yang berkembang pada narikan kesimpulan serta memberikan tindakan
penelitian sosial. Sedangkan Ariekunto (2006) ( Miles dan Hubermans 2007: 16).
mendefinisikan penelitian kualitatif kepusta-
kaan sebagai penelitian yang sumber datanya C. Konsep Kemiskinan, Fenomena Me-
diambil dari berbagi referensi buku, surat kabar rokok dan Berbagai Aspek Terkait
atau berita dari koran, kajian penelitian yang Konsep Kemiskinan
sudah dilakukan untuk digunakan menyusun Kemiskinan didefinisikan sebagai keadaan
teori yang lebih kuat dan terbaru. yang serba kekurangan, tidak memiliki kemam-
Penelitian studi kepustakaan menurut Zed puan untuk memenuhi kebutuhan dasar baik itu
(2008) merupakan rangkaian kegiatan yang sandang, pangan, papan, kesehatan dan pen-
berkaitan dengan pengumpulan data pustaka didikan yang disebabkan oleh beberapa faktor
baik dari data hasil survey, berita dari koran (Sari, 2016).
atau surat kabar, membaca hasil penelitian Kemiskinan dapat juga didefinisikan se-
sebelumnya dan mengolah data hasil penelitian. bagai kondisi ketidakberuntungan. Menurut
Oleh karenanya, pada penelitian ini dimaksud- Chambers (1981) lima ketidakberuntungan
kan untuk mengkaji dan menganalisis data hasil pada keluarga miskin, yaitu kerentanan, kele-
penelitian sebelumnya yang kemudian dikritisi mahan fisik, derajat isolasi, keterbatasan pemi-
dari perspektif kesamaan baik sifat dan jenis likan aset, dan ketidakberdayaan. Chambers
data yang ditampilkan serta didukung oleh data menjelaskan bahwa masyarakat miskin umum-
survey dari lembaga resmi ataupun berita koran nya ditandai ketidakberdayaan (powerless) un-
yang dapat dipertanggungjawabkan keabsah- tuk: 1) memenuhi kebutuhan dasar; 2) melaku-
annya. Sumber pustaka yang dimaksud pada kan usaha produktif; 3) menjangkau sumber
penelitian ini adalah berupa berita dari koran, daya sosial dan ekonomi; 4) menentukan nasib
data statistik yang diterbitkan melalui internet, sendiri; dan 5) membebaskan diri dari mental
kajian jurnal yang telah terpublikasi di inter- dan budaya miskin.

243
Jurnal PKS Vol 17 No 3 September 2018; 239 - 256

Terminologi lain yang pernah dikemukakan puan seseorang dalam mencukupi kebutuhan
sebagai wacana adalah kemiskinan struktural pokok minimum. Kebutuhan pokok minimum
dan kemiskinan kultural. Kemiskinan struktural ini diterjemahkan sebagai ukuran finansial da-
menurut Selo Soemarjan (1980) adalah kemis- lam bentuk uang. Nilai kebutuhan minimum
kinan yang diderita oleh segolongan masyarakat kebutuhan dasar tersebut dikenal dengan istilah
karena struktur sosial masyarakat tersebut, se- ’garis kemiskinan’. Garis kemiskinan absolut
hingga mereka tidak dapat menggunakan sum- ini tidak berubah dalam hal standar hidup, kare-
ber pendapatan yang sebenarnya tersedia untuk nanya garis kemiskinan absolut mampu mem-
mereka. Sedang kemiskinan kultural diakibat- bandingkan kemiskinan secara umum.
kan oleh faktor-faktor adat dan budaya suatu Garis kemiskinan menurut Biro Pusat
daerah tertentu yang membelenggu seseorang Statistik merupakan sejumlah uang yang diper-
tetap melekat dengan indikator kemiskinan. lukan oleh setiap individu untuk memenuhi ke-
Menurut BPS dan Depsos RI (2003:11) butuhan makan yang setara dengan 2.100 kalori
kemiskinan dimaknai ketidakmampuan indi- per orang per hari dan kebutuhan non makanan
vidu untuk memenuhi kebutuhan dasar minimal yang terdiri dari perumahan, pakaian, kesehat-
untuk hidup layak (inability of the individual an, pendidikan, transportasi, dan aneka barang/
to meet basic needs). Konsep tersebut sejalan jasa lainnya. Individu yang pengeluarannya
dengan konsep Sen Meier (1989) yang menya- lebih rendah daripada garis kemiskinan disebut
takan bahwa kemiskinan adalah ’the failure to penduduk miskin, yang terdiri dari penduduk
have certain minimum capabilities’. Definisi fakir dan penduduk fakir miskin.
ini mengacu pada standar kemampuan mini- Kemiskinan dalam konsep kesejahteraan
mal tertentu, apabila penduduk tidak mampu sosial dimaknai sebagai masalah sosial (ketu-
melebihi kemampuan minimum tersebut, maka naan, keterasingan, kerentanan, keterlantaran)
dapat dianggap sebagai miskin. Perhitungan yang disandang oleh seseorang atau sekelompok
penduduk miskin di Indonesia mengikuti kon- warga masyarakat yang menyebabkan mereka
sep ini. Artinya, penduduk yang secara penda- mengalami keterbatasan tingkat kesejahteraan
patan tidak/kurang bisa memenuhi kebutuhan sosialnya. Kesejahteraan sosial yang dimaksud
dasar minimal dianggap miskin. menurut UU No 11 Tahun 2009 adalah kondisi
Biro Pusat Statistik (2006) dalam Isti- terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan
ana dkk (2015) membagi kemiskinan menjadi sosial warga negara agar dapat hidup layak dan
dua, yaitu kemiskinan relatif dan kemiskinan mampu mengembangkan dirinya sehingga da-
absolut. Kemiskinan relatif didasarkan pada pat melaksanakan fungsi sosialnya. Undang-
ketidakmampuan seseorang untuk mencapai Undang No 13 Tahun 2011 tentang Penanganan
standar kehidupan tertentu yang ditetapkan Fakir Miskin mendefinisikan Fakir Miskin ada-
oleh masyarakat setempat, sehingga proses pe- lah orang yang sama sekali tidak mempunyai
nentuannya sangatlah subyektif. Dalam mengi- sumber mata pencaharian tetapi tidak mempu-
dentifikasi dan menentukan sasaran penduduk nyai kemampuan memenuhi kebutuhan dasar
miskin, garis kemiskinan relatif mencukupi yang layak bagi kehidupan dirinya dan ke-
untuk digunakan, kendati perlu disesuaikan de- luarganya. Kelompok fakir miskin dan rentan
ngan tingkat pembangunan negara secara kese- miskin (seperti anak-anak, lansia, wanita, dan
luruhan. Misalnya garis kemiskinan US 1$ per penyandang disabilitas) inilah yang menjadi
hari mungkin bermanfaat di Vietnam, ketika amanah konstitusi sebagai sasaran/target untuk
27% penduduk tergolong miskin dengan stan- menerima bantuan negara dalam rangka me-
dar ini (Haugton, 2000). Sedang kemiskinan lindungi dan menyediakan hak-hak dasar dan
absolut ditentukan berdasarkan ketidakmam- atau meningkatkan kemampuan dasar mereka,
sehingga hidup mereka relatif sejahtera.

244
Upaya Pengentasan Kemiskinan dengan Mengurangi Konsumsi Rokok ... (Memi Almizi dan Istiana Hermawati)

Dengan mencermati beberapa kajian ten- (28%). Di China (negara dengan perokok ter-
tang kemiskinan di atas, maka dapat disimpul- banyak di dunia), tercatat 390 juta penduduk
kan, bahwa masalah kemiskinan sangatlah kom- adalah perokok (29%). Sedangkan di India
pleks dan multidimensi. Namun dalam konteks (negara dengan jumlah perokok aktif terbanyak
penelitian ini, terminologi yang dipakai dalam kedua di dunia) tercatat 144 juta perokok atau
memaknai kemiskinan lebih mengacu pada 12,5%.
kondisi yang menggambarkan ketidakmampuan Di China, penduduk perkotaan yang me-
individu (dan keluarganya) dalam memenuhi rokok sebesar 30,5 juta jiwa dan di perdesaan
kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak, sebesar 23,3 juta jiwa. Hasil penelitian di Cina
sehingga mereka termasuk keluarga penerima menyimpulkan, bahwa pengeluaran pemerintah
manfaat (KPM) dari program bantuan sosial untuk medis lebih besar daripada pendapatan
pemerintah, seperti program keluarga harapan yang diperoleh dari pajak rokok sehingga hal ini
(PKH), bansos rastra/BPNT dan program lain juga akan membuat masyarakat Cina terperang-
yang sejenis. kap pada garis kemiskinan (Liu.et.al, 2006).
Menurut hasil penelitian yang dilakukan
Fenomena Merokok: Konteks Global dan oleh Jennifer L.et.all (2014) terhadap 1239 pe-
Indonesia serta didik di Kanada ditemukan, bahwa rata-
Dalam konteks Indonesia, WHO menem- rata peserta didik (75%) sudah mulai mengkon-
patkan Indonesia sebagai pasar rokok tertinggi sumsi rokok pada usia 22 tahun. Hal serupa juga
ketiga dunia setelah China dan India dan preva- terjadi di negara Rusia, yaitu rata-rata seseorang
lensi perokok laki-laki Indonesia paling tinggi merokok pada usia muda dengan persentasi
di dunia. Data 10 negara dengan konsumsi laki-laki lebih banyak kuantitasnya daripada
rokok terbanyak versi WHO tahun 2008 sep- perempuan yakni sebesar 55,5% untuk laki-laki
erti yang dilansir pada Lombok Post tanggal 22 dan sebesar 26,5 % untuk perempuan. Untuk
Maret 2016 dapat dilihat pada Tabel 1 berikut. kasus Indonesia, Smet (1994) menyimpulkan,
bahwa masyarakat Indonesia sudah mulai me-
Tabel 1. Urutan dari 10 Negara Konsumsi Rokok rokok pada umur 11 sampai 13 tahun. Perokok
Terbanyak terbanyak masyarakat Indonesia rata-rata pada
usia 25 sampai 34 tahun sebagai perokok aktif
Jumlah
No Negara Perokok/Juta
% dan perokok berat dengan persentasi sebesar
Penduduk 31,1%.
Orang
1 China 390 29 Apabila data di atas diperbandingkan, ter-
2 India 114 12,5 nyata kasus di Indonesia lebih parah karena di-
3 Indonesia 65 28 lihat dari usia awal mulai merokok, Indonesia
4 Rusia 61 43 lebih cepat dibanding negara lain. Data statistik
5 Amerika 58 19
6 Jepang 49 38
menunjukkan, 30% anak-anak Indonesia yang
7 Brazil 24 12,5 berusia di bawah 10 tahun atau sekitar 20 juta
8 Bangladesh 23,3 23,5 anak adalah perokok.
9 Jerman 22,3 27 Dilihat dari perilaku merokok, penduduk
10 Turki 21,5 30,5 yang memiliki kemampuan ekonomi kuat lebih
Sumber:www.nusantaranewss.wordpress.com,2 Maret 2016
besar peluangnya untuk mengkonsumsi rokok
daripada penduduk yang kurang mampu (An-
Data pada Tabel 1 menunjukkan, bahwa In-
drew Stickley & Carlson,2009). Kasus di neg-
donesia berada pada urutan ketiga untuk kon-
ara Tanzania, pengeluaran rumah tangga untuk
sumsi rokok terbesar setelah China dan India
konsumsi rokok telah memberikan dampak yang
dengan jumlah perokok sebanyak 65 juta jiwa

245
Jurnal PKS Vol 17 No 3 September 2018; 239 - 256

luar biasa terhadap kemiskinan masyarakat, bang sejak abad ke-4), juga karena tiga alasan
sebesar 24% jumlah penduduk miskin mengor- utama yang lain. Ketiga alasan utama mengapa
bankan asupan kalori demi membeli rokok (Ki- perokok makin banyak di Indonesia menurut
dane, et.al, 2015). Sedangkan di negara China, dr HM Subuh (Direktur Jenderal Pencegahan
perilaku merokok lebih banyak pada masyarakat dan Pengendalian Penyakit (P2P), Kementerian
yang memiliki pendapatan sendiri dan memiliki Kesehatan RI adalah iklan rokok yang banyak,
upah daripada yang menganggur dan didomi- mudah akses untuk membeli rokok dan harga
nasi pada usia tua (Payar Kahal, 2016). rokok yang murah (https://health.detik.com).
Di negara Bangladesh, masyarakat miskin Iklan yang dikeluarkan oleh perusahaan
yang mempunyai pendapatan 24 dolar setiap rokok bisa dilihat di mana saja, mulai dari tele-
bulan memiliki kesempatan dua kali lipat mem- visi hingga poster dan billboard di jalan raya.
beli rokok daripada membeli kebutuhan pokok Selain itu, perusahaan rokok juga sering menja-
seperti pakaian, tempat tinggal, kesehatan dan di sponsor utama penyelenggaraan acara musik
pendidikan. Konsumsi rokok di Bangladesh hingga olahraga. Hal ini banyak menginspirasi
telah menurunkan standar hidup yang layak remaja dan anak-anak sehingga memutuskan
dan itu terjadi secara signifikan (Efroymson, untuk menjadi perokok. Mudahnya akses untuk
2001). mendapatkan rokok juga menjadi alasan makin
Untuk kasus Indonesia, Bambang Bojone- banyaknya perokok di Indonesia. Rokok bisa
goro selaku kepala PPN (Perencanaan Pem- dibeli di mana saja, mulai dari pedagang asong-
bangunan Nasional) mengemukakan, bahwa an di lampu merah hingga warung-warung di
pendapatan masyarakat yang berada pada pinggir. Karena rokok dijual di mana-mana,
garis kemiskinan berkisar pada angka Rp. anak-anak dan remaja bisa dengan mudah
361.990,- per kapita per bulan. Jika pendapatan membelinya. Apalagi ditambah dengan harga
masyarakat yang berkategori miskin (sebesar rokok yang murah dan bisa dibeli eceran mem-
Rp. 361.990,- per kapita per bulan) dikalkulasi- buat jumlah perokok pemula usia 10-14 tahun
kan dengan konsumsi kebutuhan rokok setiap meningkat.
orang per hari (minimal satu bungkus dengan Murahnya harga rokok juga menjadi pemicu
harga Rp 16.000), maka total konsumsi satu tingginya angka perokok di Indonesia. Sebagai
bulan sebesar 480.000 dibelanjakan hanya un- ilustrasi, untuk rokok merk marlboro atau se-
tuk membeli rokok. Jika konsumsi rokok seki- jenis dengan kemasan isi 20 batang, di Bahrain
tar 30 ribu/bungkus dalam sehari, maka jumlah dipatok harga 1.00BHD (setara Rp. 32.000,-).
uang yang harus disisihkan perbulan adalah Rp Untuk jenis yang sama di Indonesia dipatok
900.000, maka masyarakat akan terus berada harga Rp. 14.000,-. Jadi harga rokok di Bahrain
dalam garis kemiskinan (berhutang) (Kom- lebih mahal 2,5 kali lipat dibanding harga rokok
pas.com, 06/07/2017). Hal ini menunjukkan, di Indonesia. Padahal, pendapatan perkapita
bahwa pendapatan rumah tangga miskin lebih Bahrain mencapai 24,613 US$, sementara
kecil jika dibandingkan dengan konsumsi yang perkapita Indonesia 3,475 US$ (wordlbank.
dibutuhkan. Kondisi ini akan memperparah org, 2014). Dari pendapatan perkapita tersebut
kemiskinan yang sudah ada. Jika masyarakat terlihat, bahwa daya beli rokok masyarakat di
miskin menggunakan pendapatannya untuk Bahrain lebih tinggi dibanding di Indonesia.
membeli kebutuhan pokok yang lebih produktif Namun karena harga rokok di Indonesia relatif
angka kemiskinan dapat ditekan jumlahnya. murah, jumlah perokok di Indonesia lebih ba-
Tingginya angka merokok di Indonesia di nyak dibandingkan di Bahrain.
samping karena dipengaruhi faktor budaya beru- Menurut ketua YLKI, dengan menaikkan
pa tradisi masyarakat untuk merokok (berkem- harga rokok menjadi 50.000 ribu rupiah per

246
Upaya Pengentasan Kemiskinan dengan Mengurangi Konsumsi Rokok ... (Memi Almizi dan Istiana Hermawati)

bungkus akan mengurangi angka kemiskinan Awal mengenal sebuah rokok biasanya di-
di Indonesia karena jika harga rokok mahal awali dari usia muda dimana ada stimulus dari
masyarakat akan mengurangi konsumsinya lingkungan sekitarnya, baik itu di rumah, di
terhadap rokok sehingga penyumbang garis sekolah maupun di lingkungan pergaulan. Da-
kemiskinan akan menjadi berkurang (kompas. lam lingkup sosial, seorang anak akan memi-
com, 22/8/2016) liki perasaan yang kuat untuk mencoba rokok
Terkait dengan tradisi, dalam perkemba- karena tekanan dari orang-orang sekitar, seperti
ngannya tradisi merokok mendapat hujatan teman sebaya atau kelompok sosial mereka.
keras dari banyak kalangan karena dianggap Apabila tidak mau merokok, anak-anak akan
merokok lebih banyak mendatangkan kerugian dicap sebagai banci atau lebih parah lagi akan
baik secara ekonomi maupun kesehatan bagi dikucilkan. Selain itu, kesadaran akan sebuah
perokok aktif dan perokok pasif (Thomas Su- rokok juga tidak lepas dari paparan media yang
naryo, 2013:3). Kendatipun demikian, sebagian kerap kali muncul. 
masyarakat mengabaikan hujatan ini dan terus Secara sosiologis Muhadjir Darwin
mengkonsumsi rokok karena mereka mengang- (2007:201) menyatakan merokok adalah cara
gap rokok adalah tradisi nenek moyang yang seseorang mengekspresikan dirinya dalam per-
harus dilestarikan. gaulan sosial sebagai simbol jati diri dengan
Masyarakat Indonesia (yang mayoritas be- merasa, rokok dapat menghilangkan perasaan
ragama Islam) juga berasumsi, bahwa rokok strees, bosan, dan membuat mereka lebih kon-
tidak menjadi masalah untuk dikonsumsi, kare- sentrasi dalam beraktifitas.
na dalam hukum Islam hukum merokok adalah Berdasarkan hasil survey yang dilakukan
makruh dan banyak tokoh atau pemuka agama oleh CNN melalui media sosial pada tahun
juga melakukannya. Memang, sebagian organi- 2016 didapatkan fakta, bahwa remaja Indonesia
sasi islam seperti Muhammadiyah telah meng- merokok karena dipengaruhi oleh faktor diajak
haramkan rokok dalam fatwanya, namun para oleh teman dan ledekan jika tidak ikut me-
perokok memberikan dalih seperti yang dilansir rokok, sehingga dengan terpaksa mereka men-
dalam berita CNN bahwa rokok telah memberi- coba untuk menghisap rokok kemudian menja-
kan kontribusi yang besar terhadap pendapatan di ketagihan dan pada akhirnya membeli rokok
negara dari bea cukai rokok. Perolehan APBN (Ratnawati,et.al 2017). Menurut Kurt Lewin
dari bea cukai rokok ditargetkan pada tahun yang dikutip oleh Haifa Nurdiennah (2017:
2018 sebesar 155,4 triliyun lebih tinggi dan se- 501) seseorang mengkonsumsi rokok disebab-
makin naik jika dibandingkan pada tahun 2017 kan oleh faktor lingkungan dan motif yang ada
sebesar 147,9 triliyun (Jumat, 27/10/2017). dalam diri individu sendiri.
Hal ini juga sejalan dengan apa yang dike-
Motif Perilaku Merokok. mukakan oleh Green (dalam Amalia, 2010)
Merokok adalah menikmati asap nikotin bahwa perilaku yang ditampakkan oleh sese-
yang terkandung di dalam rokok secara perla- orang termasuk memilih untuk merokok ada-
han dan membuat si perokok memiliki keter- lah mengikuti para pendahulunya, pengeta-
gantungan dengan berbagai macam zat seperti huan yang dimilikinya, tradisi dan kepercayaan
senyawa gula, zat aiditif, pemberi rasa, saus dan yang diyakininya, faktor pendukung dan peri-
aroma dengan bahan tambahan berupa cengkeh laku orang yang ada di sekitar lingkungannya.
dan mentol, sehingga terbentuklah rasa sesuai Lebih lanjut hasil survey yang dilakukan oleh
selera dan dinikmati oleh para perokok (Sam- Yayasan Kesehatan Indonesia di 5 kota besar di
suri & Murdiyati, 2010:34). Indonesia menunjukkan alasan 1500 sopir me-
rokok dan terus mengkonsumsinya adalah un-
tuk mengurangi ketegangan (Pratiwi, 2007).

247
Jurnal PKS Vol 17 No 3 September 2018; 239 - 256

Senada dengan hasil survey di atas, Wis- pun harus dipaksa untuk merasakan dampaknya
manto dan Sarwo (2007:14), mengemukakan (Wismanto dan Sarwo: 2007:13). Dilihat dari
bahwa individu merokok untuk mendapatkan aspek kesehatan, rokok terbukti memberikan
kesenangan, rasa nyaman, merasa lepas dari dampak yang merugikan, baik bagi diri perokok
kegelisahan dan juga mendapatkan rasa per- (aktif) maupun orang di sekitarnya (perokok
caya diri. Faktor psikologis ini tentu tidak lepas pasif). Dari aspek ekonomi, rokok juga telah
dari faktor sosial, dampak paparan dari orang membuat masyarakat terjangkit kemiskinan.
sekitar dan juga media sehingga tercipta sebuah WHO (2008) sebagaimana dikutip Noni
persepsi tentang rokok. Dalam situasi yang Hilda Bawuna (2017:2) menyatakan, bahwa
kurang menyenangkan, rokok sering dijadikan sebanyak lima juta orang lebih masyarakat
sebuah pelarian untuk mendapatkan rasa ke- Indonesia meninggal dunia disebabkan oleh
nyamanan. Dengan demikian, faktor psikologis konsumsi rokok yang berlebihan. Bahkan pada
dari menghisap rokok adalah rasa nyaman dan tahun 2030, diprediksi lebih dari 80% orang
merasa lepas dari kegelisahan, meskipun sebe- meninggal karena rokok. Menurut Nururrah-
narnya itu hanyalah persepsi. mah (2014) ada beberapa penyakit yang di-
Menurut Rifqi A. Fattah dalam Agus Alam- timbulkan oleh rokok sehingga menyebabkan
syah & Novianto (2017: 26) 70% perilaku me- dari tahun ketahun kuantitas orang meninggal
rokok disebabkan oleh pengetahuan perokok semakin meningkat. Penyakit yang disebakan
yang rendah terhadap rokok dan bahayanya. rokok diantaranya jantung koroner, trombosis
Sedangkan Ajzen (2005:25) dalam teorinya koroner, kanker, dan bronkitis. Penelitian di
menyebutkan, bahwa faktor utama yang men- Inggris menunjukkan, bahwa 50% remaja yang
dorong seseorang terus mengkonsumsi rokok meninggal dunia karena mengkonsumsi rokok
adalah tiga faktor dasar perilaku yaitu: sikap mengalami penyakit kanker mulut, esopagus,
terhadap perilakunya, sikap terhadap keter- paring, laring, paru paru, jantung koroner, pang-
laksanaan perilakunya dalam keadaan tertentu kreas, kandung kemih, dan pembuluh darah.
dan norma subyektif yang dianut oleh individu Lebih lanjut dijelaskan, bahwa 87 % orang In-
tersebut. donesia meninggal dunia disebabkan oleh pe-
Berdasarkan beberapa kajian di atas dapat nyakit kanker paru-paru. Merokok menjadikan
disimpulkan, bahwa perilaku merokok disebab- paru-paru tidak normal karena sel darah merah
kan oleh faktor internal dan faktor eksternal. lebih mudah membawa karbondioksida mem-
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari bentuk menjadi karboksimoglobin daripada ok-
dalam diri individu, terkait dengan motivasi, sigen sehingga kerja paru-paru menjadi terham-
persepsi dan sikap seseorang sehingga memi- bat (Nururrahmah, 2014).
liki perilaku merokok. Sedang faktor eksternal Selain memberikan dampak pada penyakit
berasal dari luar individu yang memberikan fisik, merokok juga dapat menimbulkan penya-
pengaruh cukup besar bagi individu sehingga kit psikologis. Albery & Mupeno (2011:101)
memutuskan untuk menjadi perokok. Faktor mengatakan, bahwa kecanduan akan rokok da-
luar tersebut diantaranya pengaruh teman per- pat menyebabkan seseorang mengalami gang-
gaulan, iklan media massa, tradisi, kemudahan guan jiwa ketika tidak ada rokok dan berusaha
akses untuk mendapat rokok, harga yang ter- mencari alternatif lain untuk memenuhi keter-
jangkau dan sebagainya. gantungan walaupun menguras ekonomi. De-
ngan kata lain, mereka rela menghabiskan uang
Dampak Merokok untuk membeli rokok daripada membeli kebu-
Merokok sudah menjadi sebuah kegiatan tuhan pokok yang lebih utama.
bagi mereka yang aktif, bahkan orang yang pasif

248
Upaya Pengentasan Kemiskinan dengan Mengurangi Konsumsi Rokok ... (Memi Almizi dan Istiana Hermawati)

Terkait dengan pendapat Albery & Mupeno, penurunan konsumsi rokok disamping program
Nasrudin & Piping (2013:19) juga menemu- penanggulangan kemiskinan yang lain.
kan, bahwa masyarakat Indonesia yang miskin
menggunakan pendapatan mereka untuk mem- Upaya Pengentasan Kemiskinan Melalui
beli rokok, bukan untuk membeli kebutuhan Pengurangan Konsumsi Merokok
pokok seperti makanan, pendidikan anak-anak, Menurut Saragih (2015:53) untuk menang-
kesehatan dan lain sebagainya. Hasil seminar gulangi kemiskinan dapat dilakukan secara
yang dilakukan oleh sekjen ASEAN di Austra- langsung seperti mencatat atau melakukan pen-
lia yang dikutip oleh Agnes Marisca Dian Sari dataan ulang masyarakat yang memang benar-
(2016) menyebutkan, bahwa konsumsi rokok benar miskin, penyediaan kebutuhan dasar, pen-
telah memberikan dampak negatif terhadap ciptaan lapangan kerja, program pembangunan
kemiskinan suatu bangsa, oleh karenanya kon- wilayah, penganggaran dana penanggulangan
sumsi rokok harus menjadi perhatian negara, kemiskinan, baik di daerah maupun di pusat,
terutama negara- negara yang sedang berkem- dan pemberian kredit kepada masayarakat
bang termasuk Indonesia. berupa KUR. Sedangkan penanggulangan se-
Subhan Hasan selaku pelaksana harian Di- cara tidak langsung dapat berupa menciptakan
nas Sosial Nusa Tenggara Barat, sebagaimana ketentraman baik secara ekonomi, sosial, poli-
dilansir pada web resmi Dinas Sosial Provinsi tik, melestarikan lingkungan hidup dan mem-
NTB juga menyampaikan hal yang sama, berikan pelatihan pada kelompok masyarakat
bahwa rokok memberikan kontribusi kedua miskin. Kebijakan tidak langsung akan mendu-
terhadap garis kemiskinan, sehingga merupa- kung kebijakan langsung sehingga perekono-
kan salah satu indikator kemiskinan. Untuk mian rakyat dapat menjadi tonggak perekono-
menurunkan angka kemiskinan dapat dilaku- mian secara nasional.
kan dengan mengurangi konsumsi rokok oleh Upaya pengentasan kemiskinan yang di-
masyarakat (sosial@ntb.go.id). Lebih lanjut laksanakan pemerintah, baik secara langsung
disebutkan bahwa, Subhan dalam kebijakannya maupun tidak langsung akan berhasil apabila
akan fokus untuk mengentaskan kemiskinan berangkat dari akar permasalahan kemiskinan
langsung kepada keluarga penerima manfaat itu sendiri. Berbagai kajian yang dilakukan
program Kemensos, khususnya Program Kelu- menemukan, bahwa rokok telah memberikan
arga harapan (PKH) melalui bantuan non tunai dampak yang merugikan, baik dari segi kese-
yang diterimanya. Masyarakat yang mengikuti hatan maupun ekonomi. Bahkan rokok meru-
program tersebut tidak boleh menggunakannya pakan penyumbang garis kemiskinan terbesar
untuk membeli rokok (Subhan Hasan, 2018). kedua setelah beras dan konsumen terbesar
Terkait anggaran kesehatan untuk menang- rokok adalah masyarakat dengan penghasilan
gulangi dampak negatif merokok, Badan Pene- rendah. Kondisi ini memperparah kemiskinan
litian dan Pengembangan Kesehatan Soewarta yang terjadi, sehingga dalam upaya menurunkan
Kosen menyebutkan, bahwa Pemerintah dan kemiskinan, rokok tidak bisa dikesampingkan
masyarakat mengeluarkan biaya kesehatan per dan perlu menjadi perhatian berbagai pihak.
tahun rata rata sebesar 596, 61 triliyun rupiah Upaya-upaya yang telah dilakukan peme-
atau setara dengan US$ 45,9 Miliyar (Merdeka. rintah dalam mengurangi konsumsi rokok di-
com 2017). Angka ini tentu tidak sesuai dengan antaranya melalui diterbitkannya Peraturan Pe-
pendapatan yang diperoleh negara dari bea cu- merintah RI No.81/1999 tentang Pengamanan
kai hasil tembakau sebesar 149,7 triliyun rupiah Rokok Bagi Kesehatan. Peraturan Pemerin-
per tahun. Dengan demikian perlu dicari uapaya tah tersebut menjelaskan tentang aturan iklan
untuk menurunkan angka kemiskinan melalui rokok yang tayang di televisi, peringatan ba-

249
Jurnal PKS Vol 17 No 3 September 2018; 239 - 256

haya kesehatan, batasan kadar nikotin serta tar hentikan produksi tembakau, tetapi lebih kepa-
yang terkandung pada rokok, menyampaikan da pencegahan para perokok baru. Oleh kare-
kepada khalayak tentang isi produk tembakau, nanya, pemerintah pusat hendaknya bersinergi
sanksi serta hukuman, pengaturan wewenang dengan pemerintah daerah sehingga kebijakan
masyarakat dan perannya pada kawasan bebas yang dilaksanakan sejalan dan mendapat du-
asap rokok. kungan dari Pemda.
Selain itu, Undang-Undang Kesehatan No. Dalam implementasi aturan tentang kawasan
23/l992 yang diamandemen menjadi UU No. bebas asap rokok, dari 497 Kabupaten yang ada
36/2009 telah mencantumkan masalah penga- di Indonesia, hanya 9 Kabupaten yang melak-
manan zat adiktif (Juanita, 2012). Dalam pasal sanakan aturan tersebut (Juanita,2012:116).
113 UU No. 36/2009 ayat 1 ditegaskan, bahwa Daerah yang telah menerapkan aturan tersebut
pengamanan penggunaan bahan yang mengan- juga masih memiliki kendala dalam pelaksana-
dung zat adiktif diarahkan agar tidak meng- annya. Menurut Soekanto (2011: 5) aturan per-
ganggu dan membahayakan kesehatan perse- da tersebut susah dilaksanakan karena disebab-
orangan, keluarga, masyarakat, dan lingkungan. kan oleh penegak hukum, sarana dan prasarana,
Sedangkan zat adiktif sebagaimana dimaksud faktor masyarakat dan kebudayaan masyarakat
pada ayat (1) meliputi tembakau, produk yang yang selalu disuguhkan rokok.
mengandung tembakau, padat, cairan, dan gas Peraturan pemerintah terkait tembakau terus
yang bersifat adiktif yang penggunaannya da- diperbarui hingga diterapkan peraturan peme-
pat menimbulkan kerugian bagi dirinya dan/atau rintah No 109/2012 dan Permenkes No 28/2013.
masyarakat sekelilingnya. Selain itu, dijelaskan Peraturan tersebut menjelaskan tentang pencan-
pula pada pasal 115 ayat (2), bahwa pemerintah tuman pesan bergambar pada bungkus rokok
daerah wajib menetapkan kawasan bebas asap tembakau yang diterapkan pada tanggal 24 Juni
rokok, tidak boleh melakukan produksi, pro- 2014 dan di beberapa negara terbukti efektif
mosi dan konsumsi. (Kurniawan, 2017:20). Namun di Indonesia,
Dalam praktiknya, peraturan pemerintah hasilnya belum kelihatan. Artinya, meskipun
mengenai tembakau yang mengandung zat pesan bergambar sudah dicantumkan di dalam
adiktif ini mengundang pro dan kontra dari kemasan merokok tetapi masyarakat tetap saja
masyarakat. Dalam menerapkan aturan terse- mengkonsumsi rokok dalam jumlah banyak
but pemerintah pusat secara jelas juga menga- karena masyarakat memiliki kebiasaan atau tra-
lami dilema, antara memilih kesehatan atau disi merokok, sehingga peraturan pemerintah
ekonomi sehingga peraturan tersebut terkesan itu masih memiliki kendala.
setengah hati dalam pelaksanaannya. Di satu Berangkat dari kurang efektifnya beberapa
sisi, rokok memberikan sumbangan pendapatan aturan terkait pengurangan konsumsi rokok,
yang cukup besar terhadap pendapatan negara, pemerintah perlu mengupayakan beberapa
di sisi lain jika masyarakat terus mengkonsumsi cara untuk mengurangi konsumsi rokok pada
rokok, maka kesehatan akan semakin menurun masyarakat Indonesia, yaitu dengan menerap-
dan angka kematian meningkat. kan kebijakan mengenai bea cukai hasil tem-
Sementara aturan terkait kawasan bebas bakau. Empat hal yang harus diperhatikan
asap rokok yang dicanangkan pemerintah pusat diantaranya: (1) konsumsi akan rokok perlu
juga kurang direspon dengan baik oleh peme- dikendalikan kuantitasnya, (2) peredaran tem-
rintah daerah karena kurangnya sinergi dan so- bakau atau rokok perlu diawasi, (3) konsumsi
sialisasi terkait aturan tersebut. Peraturan yang rokok menimbulkan dampak yang berbahaya
dimaksud oleh pemerintah pusat sebenarnya bagi kesehatan, (4) pemakainya perlu diberikan
bukan tentang melarang merokok dan meng- beban yang proporsional dari negara agar ter-

250
Upaya Pengentasan Kemiskinan dengan Mengurangi Konsumsi Rokok ... (Memi Almizi dan Istiana Hermawati)

cipta keadilan dan keseimbangan (Doni Triono, Berdasarkan beberapa hasil penelitian yang
2017:2). telah dilakukan terhadap bea cukai hasil tem-
Kebijakan pemerintah ini memang terasa bakau/rokok tidak dapat memberikan efek jera
belum memberikan efek yang jera terhadap para bagi perokok di Indonesia malah justru kuan-
perokok di Indonesia. Hal ini terlihat dari kuan- titas perokok di Indonesia semakin meningkat.
titas perokok di Indonesia semakin meningkat. Hal ini karena harga rokok masih terbilang ren-
Menurut Diana Martiany (2016) jika pemerintah dah dan dapat dijangkau dengan mudah oleh
ingin mengurangi konsumsi masyarakat Indo- masyarakat. Di Indonesia, masyarakat dengan
nesia maka isu kenaikan harga rokok Rp 50.000 mudah bisa membeli rokok batangan, tidak se-
harus benar-benar diterapkan agar masyarakat perti negara lain.
lebih berfikir jika ingin membeli rokok dengan Dalam rangka mengurangi konsumsi rokok,
harga yang sangat tinggi. pemerintah dalam mengambil kebijakan perlu
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fatoni bersifat tegas dengan meningkatkan bea cukai
Ashar & Firmansyah (2015) menyimpulkan, dan menetapkan harga rokok yang tinggi se-
bahwa kenaikan tarif bea cukai yang dilakukan hingga masyarakat (terutama masyarakat mis-
oleh pemerintah dapat mengurangi konsumsi kin yang mayoritas merokok) akan berpikir
masyarakat terhadap rokok. Penelitian yang di- panjang untuk membelinya karena mahal. Su-
lakukan oleh Doni Triyono (2017) menunjuk- dah lama beredar isu, bahwa harga rokok akan
kan, bahwa kenaikan bea cukai terhadap rokok naik tiga kali lipat dari harga biasanya, namun
memberikan dampak yang signifikan terhadap sampai sekarang hal itu masih sebatas wacana,
penerimaan negara sehingga hingga tahun 2016 belum menjadi kebijakan.
jumlah pabrik rokok semakin berkurang, namun Upaya lain yang bisa ditempuh pemerin-
kendati demikian direktorat jenderal bea dan tah adalah dengan mempertegas aturan untuk
cukai mengalami kendala terhadap banyaknya melarang sponsor rokok dalam kegiatan sosial
rokok ilegal yang beredar sehingga masyarakat dan pendidikan di kampus dan sekolah-sekolah.
akan lebih mengkonsumsi produk rokok ilegal Di samping itu pemerintah juga perlu melarang
yang lebih murah. Oleh karena itu, pemerintah iklan rokok tayang di media publik seperti tele-
harus mengawasi dan mengontrol peredaran visi. Media melalui tayangan demi tayangan
barang ilegal yang ada ditanah air. iklan rokok yang dipaparkan secara berkelan-
Penelitian lain yang dilakukan oleh Puput jutan terbukti dapat menimbulkan aware sebuah
Arisna & Eddy Gunawan (2016) menyimpul- produk atau jasa dan ini akan menginspirasi
kan, bahwa bea cukai yang dikeluarkan oleh masyarakat untuk mengonsumsinya karena
pemerintah hanya memiliki sedikit pengaruh ingin menjadi seperti apa yang dilihatnya dalam
terhadap jumlah konsumsi rokok masyarakat tayangan iklan. Menurut hasil kajian Widiarso
Indonesia, sedangkan kebijakan area bebas (2017) Indonesia adalah negara yang masih
asap rokok yang diterapkan oleh pemerintah menerapkan aturan, bahwa iklan rokok masih
tidak dapat memberikan pengaruh terhadap diperbolehkan untuk tayang. Berbeda dengan
kuantitas orang merokok, namun hanya mengu- negara lain yang sudah menerapkan aturan bah-
rangi frekuensi merokok sehingga di tempat wa iklan rokok tidak boleh tayang di televisi.
kawasan boleh merokok mereka kembali untuk Pemerintah perlu mengapresiasi pemprov/
mengkonsumsi rokok dengan kuantitas yang kabupaten/kota yang memiliki komitmen yang
lebih banyak. Selanjutnya kebijakan pemerin- kuat dalam mencegah dan mengendalikan pe-
tah pada pesan bergambar dan iklan bergambar nyakit menular dan faktor resikonya sejalan
pada rokok sebagai bentuk tanggungjawab so- dengan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat atau
sial pabrik rokok juga tidak memberikan pe- Germas yang tertuang dalam Instruksi Presiden
ngaruh terhadap konsumsi rokok di Indonesia.

251
Jurnal PKS Vol 17 No 3 September 2018; 239 - 256

Republik Indonesia No.1/2017. Inpres ini se- kinan terbesar kedua setelah komoditi beras,
cara spesifik menginstruksikan agar kabupaten/ sehingga untuk mengatasi kemiskinan bisa di-
kota segera menetapkan aturan dan kebijakan lakukan dengan mengurangi konsumsi rokok.
yang mendorong agar masyarakat hidup sehat, Perilaku merokok disebabkan oleh faktor in-
termasuk menetapkan aturan kebijakan tentang ternal dan eksternal. Faktor internal berasal dari
kawasan tanpa rokok (KTR) dan mengimple- dalam diri individu seperti motivasi dan sikap
mentasikannya. Saat ini, dari 515 kabupaten/ seseorang sehingga mengarahkan perilakunya
kota di Indonesia terdapat 258 kabupaten/kota untuk menjadi perokok. Sedangkan faktor eks-
yang menetapkan kebijakan tentang kawasan ternal berasal dari luar individu seperti penga-
tanpa rokok (KTR), 152 kabupaten/kota yang ruh lingkungan pergaulan, teman sebaya, tra-
telah menetapkan peraturan daerah dan 65 di disi, dan sebagainya yang menyebabkan se-
antaranya telah mengimplementasikannya, ser- seorang menjadi perokok.
ta 106 kabupaten/kota baru yang mempunyai Konsumsi rokok di Indonesia telah mem-
peraturan bupati/wali kota. Terkait iklan rokok, berikan dampak negatif, baik secara kesehatan
beberapa pemerintah daerah di Indonesia telah maupun secara ekonomi. Dampak secara fisik
melarang iklan rokok yang dapat mempenga- yang terjadi akibat merokok diantaranya ter-
ruhi anak-anak untuk memulai merokok antara jadinya serangan jantung, kanker paru paru,
lain Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Klung- bronkitis, gangguan kehamilan dan janin, serta
kung, Kota Bogor, Kabupaten Padang Panjang, berbagi macam penyakit yang lain. Selain se-
Kota Payakumbuh, Kota Denpasar, dan Provinsi cara fisik, merokok juga berdampak secara
DKI. psikologis, yakni gangguan jiwa dan depresi
Di samping upaya yang telah dilakukan, akibat ketidakmampuan seseorang untuk mem-
pemerintah juga perlu melakukan edukasi beli rokok, sehingga ketika kebutuhan untuk
dan sosialisasi secara terus menerus kepada merokok tidak terpenuhi, maka perokok mera-
masyarakat akan bahaya merokok bagi kesehat- sakan ada sesuatu ada yang hilang dalam diri-
an dan bahkan berdampak pada kematian. Pe- nya akibat telah tercandu oleh nikotin yang ter-
merintah juga perlu mempertimbangkan aturan kandung dalam tembakau yang dikonsumsinya
terkait persyaratan pemberian bantuan kepada secara terus menerus.
keluarga miskin yang tidak merokok, sehingga Secara ekonomi, merokok dapat menyebab-
bantuan yang diberikan dapat dimanfaatkan se- kan masyarakat menjadi miskin dan yang mis-
cara optimal untuk kegiatan produktif yang ber- kin menjadi lebih terpuruk. Fakta menunjukkan,
dampak pada penurunan angka kemiskinan dan bahwa konsumsi rokok di Indonesia berada pada
peningkatan taraf kesejahteraan. urutan konsumsi kedua setelah beras sehingga
rokok memberikan pengaruh secara signifikan
D. Penutup terhadap garis kemiskinan.
Kesimpulan: Kemiskinan merupakan ma- Hasil dari beberapa kajian menunjukkan,
salah krusial yang harus ditanggulangi oleh pe- bahwa pemerintah telah berupaya sedemikian
merintah dan masyarakat. Berbagai kebijakan rupa untuk mengurangi konsumsi rokok dan
telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengen- akibat yang ditimbulkannya. Namun upaya itu
taskan kemiskinan, namun hasilnya belum op- belum berhasil secara optimal karena kurang
timal. Kemiskinan disebabkan banyak faktor, adanya sinergitas dari berbagai pihak terkait.
dengan memfokuskan kajian pada keterkaitan Rekomendasi: Berdasarkan hasil penelitian
antara konsumsi rokok dan kemiskinan kajian ada beberapa rekomendasi yang dapat diberikan
ini menemukan, bahwa konsumsi rokok di In- terutama kepada pengambil kebijakan seba-
donesia merupakan penyumbang garis kemis- gai berikut: (1) Pemerintah melalui Direktorat

252
Upaya Pengentasan Kemiskinan dengan Mengurangi Konsumsi Rokok ... (Memi Almizi dan Istiana Hermawati)

Jenderal Pajak dan Bea Cukai perlu segera me- sehingga penelitian ini dapat diselesaikan, di-
naikkan harga rokok, sehingga masyarakat ter- sampaikan penghargaan yang setinggi-tinggi-
dorong untuk mengurangi konsumsi terhadap nya. Kepada berbagai pihak yang telah men-
rokok karena harganya mahal; (2) Kementerian dukung kelancaran penelitian ini diucapkan
Keuangan dan Bappenas perlu memperhitung- terima kasih.
kan ulang pembiayaan untuk kesehatan yang
lebih besar dibanding pendapatan dari bea cukai Pustaka Acuan:
rokok; (3) Pemerintah perlu menerbitkan aturan Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pende-
tentang larangan iklan rokok tayang di media katan Praktek. Jakarta: PT.Rineka Cipta.
Ahsan & Abdillah, (2012). Perokok Ancam Tinggal Lan-
elektrik seperti televisi dan menjadi sponsor das Ekonomi Indonesai. Diunduh dari http://www.
untuk kegiatan sosial dan pendidikan yang di- tempo.co/read/news/2018/07/14/090410527/ Per-
selenggarakan oleh lembaga pendidikan seperti okok-Ancam-Tinggal-Landas-Ekonomi-Indonesia.
perguruan tinggi dan sekolah-sekolah; (4) Ke- Alfian, Mely G. Tan, Selo Soemardjan. (1980). Kemiski-
menterian Sosial bekerjasama dengan Kemen- nan Struktural, Suatu Bunga Rampai. Jakarta :
Yayasan Ilmu Persada
terian Kesehatan perlu melakukan sosialisasi Ashar.F & Firmansyah. (2015). Peningkatan
dan edukasi kepada keluarga penerima manfaat Tarif Cukai Rokok dan Dampaknya terhadap Perekono-
bantuan sosial mengenai dampak mengkon- mian dan Pendapatan Sektoral Jawa Tengah, KIN-
sumsi rokok bagi kesehatan dan perekonomi- ERJA, Volume 19, No.2, Th. 2015.
an serta perlu membuat aturan baru mengenai Arisna. P & Gunawan. E. (2016). Pengaruh Tarif Cukai
Tembakau Dan Pesan Bergambar Bahaya Rokok
kriteria penerima bantuan yaitu keluarga mis- Terhadap Konsumsi Rokok Di Banda Aceh Puput.
kin yang tidak merokok; (5) Kementerian So- Jurnal Ekonomi Dan Kebijakan Publik Volume 3
sial perlu memberikan pengawasan kepada Nomor 2, November 2016.
masyarakat penerima bantuan sosial melalui Ahmad (2018). Rokok Beri Pengaruh Besar Terhadap
program keluarga harapan (PKH) dan program AngkaKemiskinan.https://republika.co.id/berita/
ekonomi/korporasi/18/06/25/pavgxg383-bps-rokok-
terkait lainnya agar bantuan yang diterimanya beri-pengaruh-besar-terhadap-angka-kemiskinan
tepat sasaran dan digunakan untuk hal yang Alamsyah. A. & Nopianto (2016). Determinan Perilaku
produktif, tidak digunakan secara konsumtif Merokok Pada Remaja, Journal Endurance Volume
untuk membeli rokok. Apabila dalam pelak- 2 No (1) February 2017.
sanaan ditemukan pelanggaran, bantuan bisa Bawuna. N.H. (2017). Hubungan Tingkat Strees Dengan
Perilaku Merokok Pada Mahasiswa Fakultas Teknik
dicabut dan dialihkan kepada KPM lain yang Universitas Ratulangi, e. Jurnal keperawatan Vo-
memenuhi persyaratan; (6) Perlu ketegasan lume 5 No 2 Agustus 2017.
pemerintah, terutama Kementerian Kesehatan Chambers, D., Wedel, K., and Rodwell, M. (1981). Eva-
dalam memberikan Jaminan kesehatan kepada luating social programs. New York, USA: Boston:
masyarakat miskin, alokasi bantuan berobat se- Allyn & Bacon.
Chriswardani. S, Kartikawulan. L.R & Ki Hariyadi
cara gratis kepada masyarakat yang menderita (2012). Konsumsi rokok rumah tangga miskin di
sakit akibat merokok haruslah dibatasi, seh- Indonesia dan penyusunan agenda kebijakannya,
ingga masyarakat tidak mengkonsumsi rokok Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 01, No.
secara terus menerus karena kesempatan untuk 2 Juni 2012.
mendapat pengobatan secara gratis bagi mereka Darwin. M. (2017). Perilaku merokok dan pengalaman
regulasi di berbagai negara, Jurnal Populasi Volume
sangat terbatas. 18 no 2. Tahun 2007.
Dian. S. (2016). Analisis Pengaruh Konsumsi Rokok
Ucapan Terima Kasih Terhadap Kemiskinan Di Jawa Tengah, Skripsi, Uni-
Kepada editor, pembimbing dan rekan-rekan versitas Negeri Semarang.
civitas akademika di Penelitian Evaluasi Pen- Diana. M. (2016). Kendali Jumlah Perokok Untuk Me-
lindungi Kesehatan Perempuan, Majalah Info Sing-
didikan UNY yang memberikan masukannnya

253
Jurnal PKS Vol 17 No 3 September 2018; 239 - 256

kat Kesejahteraan Sosial, Volume 8 no 16 Agustus Sehari-hari di Daerah Istimewa Yogyakarta. Skripsi
2016 Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
Efroymson, D., Ahmed, S., & Townsend, J. (2001). Hun- Pratiwi.A.D.(2007). Epidemiologi, Program Penanggu-
gry For Tobacco: An Analysis Of The Economic langan dan Isu Mutakhir Diabetes Mellitus. Fakul-
Impact Of Tobacco Consumption On The Poor In tas Kesehatan Masyarakat Uviversitas Hasanudin.
Bangladesh. Tobacco Control, 212-217. Makasar.
Hermawati, I. dkk. (2015) Pengkajian Konsep dan In- Ratnawati.E., Siwu J.F & Rivelino S. (2017) Perbedaan
dikator Kemiskinan. Yogyakarta: B2P3KS Press Kepercayaan Diri Pada Mahasiswa Perokok Dan
Houghton, J. and Shahidur R. Kandker. (2009). Hand- Bukan Perokok Di Fakultas Kesehatan Masyarakat
book on Poverty and Inequality. Washington DC., Universitas Sam Ratulangi. e-journal Keperawatan
USA: World Bank. (eKp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017.
Ishartono & Raharjo. (2016). Sustainable Development Saragih.J.P. (2014). Ebijakan Pengentasan Kemiskinan
Goal dan pengentasan kemiskinan, Social work Di Daerah Istimewa Yogyakarta (Government Pol-
journal, volume 6 no 2. Januari 2016. icy to Reduce Poverty in the Special Region of Yog-
Jennifer L.,Dugas.E. N, Erin K. O’Loughlin, Karp.I, and yakarta). Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik, Vol.
Sylvestre.M.P (2014). Incidence and Determinants 6 No. 1, Juni 2015.
of Cigarette Smoking Initiation in Young Adults. Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kuali-
Jurnal Society for Adolescent Health and Medi- tatif dan R&D.Bandung: Penerbit Alfabeta.
cine.2014. Stickley.A. & Carlson.P (2009). The Social And Eco-
Juanita. (2012). Smoking Free Area Policy: Opportuni- nomic Determinants Of Smoking In Moscow, Rus-
ties and Threats. Jurnal Kebijakan Kesehatan Indo- sia. Sage Journal Volume: 37 issue: 6, page(s): 632-
nesia.Volume 01 No. 02 Juni 2012 639.
Kahar. P. (2016). Sociodemographic Correlates of Tobac- Sari. A. M.D (2016), Analisis Pengaruh Konsumsi Rokok
co Consumption in Rural Gujarat, India. Hindawi Terhadap Kemiskinan Di Provinsi Jawa Tengah,
Publishing Corporation BioMed Research Interna- skripsi, Universitas Negeri Semarang April 2016.
tionalVolume 2016, Article ID 5856740,9pageshttp:// Soekanto. S, (2011). Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi
dx.doi.org/10.1155/2016/5856740. Penegakan Hukum, Rajawali Pers, Jakarta.
Kurniawan.R.N. (2017). Respon Masyarakat Terhadap Sunaryo.T. (2013). Kretek Nusantara, tanpa tempat terbit:
Peringatan Bergambar Pada Kemasan Rokok di Ka- Serikat Kerakyatan Indonesia (SAKTI).
bupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Jur- Smet, Bart. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta:
nal Promotif, Vol.7 No.1, Juli 2017. 18-26 Gramedia Widiasarana Indonesia.
Liua. Y, Raob. K, and Maoe.Z. (2006). Cigarette smok- Satria & Dawood, (2017). Korelasi Jumlah Pengeluaran
ing and poverty in China. Journal Social Science & Konsumsi Rokok Dengan Jumlah Pengeluaran
Medicine 63 (2006) 2784–2790. Konsumsi Makanan Pada Masyarakat Miskin
Miles, Matthew B., and A. Michael Huberman. (2007). (Studi Kasus Kecamatan Darul Imarah, Kabupaten
“Qualitative Data Analysis (terjemahan).” Jakarta: Aceh Besar), Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi
UI Press. Pembangunan, 2, 84-93, 2549-836302.
Nasruddin D.S. & Piping. S. H. (2013). Dampak Penda- Trixie S, & Amalia R. (2010) Perilaku Merokok di Kalangan
patan dan Harga Rokok Terhadap Tingkat Konsumsi Mahasiswa Universitas Muhammadiyyah Semarang.
Rokok Pada Rumah Tangga Miskin Di Indonesia, Pros Semin Nas. Semarang; 2010:2(1):172-80.
Jurnal BPPK, Volume 6 Nomor 2, Desember 2013. Tammie O’Nei, 2006, Human Rights and Poverty
Nurdiennah. H.,Cahyo.K. & Indraswari.R. (2017). Reduction: Realities,Controversies and Strategies, An
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku ODI Meeting Series (editorial),Overseas Development
Merokok Sopir Bus Akap Di Terminal Terboyo Kota Institute 2006.
Semarang, JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Triono. D. (2017) Analisis Dampak Tarif Cukai Hasil
(e-Journal) Volume 5, Nomor 1, Januari 2017. Tembakau Terhadap Penerimaan Negara Dan Produksi
Nururrahmah. (2014). Pengaruh Rokok Terhadap Kese- Tembakau Domestik, Jurnal Pajak Indonesia Vol.1,
hatan Dan Pembentukan Karakter Manusia, proced- No.1, November 2017
ing seminar nasional, Volume 1 No 1. Tirtosastro.S. & A. S. Murdiyati (2010). Kandungan Kimia
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.81 Tahun Tembakau dan Rokok, Buletin Tanaman Tembakau,
1999 tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan. Serat & Minyak Industri 2(1), April 2010.
Pratiwi, A. D. (2007). Perbedaan Kepercayaan Diri Antara Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang
Perokok Pria dan Perokok Wanita dalam Pergaulan Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran

254
Jurnal PKS Vol 17 No 3 September 2018; 239 - 256

256

S-ar putea să vă placă și