Sunteți pe pagina 1din 47

AMR

dan
Kebijakan PerMenKes RI No 8
Tahun 2015 tentang Fendy Matulatan,

PPRA Surabaya,23 Januari 2017


1 of 13
Anti Microbial Resistance

• The development of resistance in all micro-


organisms—including bacteria, fungi, viruses and
protozoa (such as the parasite that causes
malaria)—to the various agents used to treat the
infections they cause
Bacterial Resistance

Rational
use

Missuse
• Efflux
• Degradation enz
Overuse • Altering enz
• Biofilm

Underuse 6
Global Problem

National Problem
Mengapa Menjadi Masalah Global?
1. Kasus infeksi akibat bakteri resisten terjadi
meluas di seluruh negara
2. Kegagalan pengobatan infeksi akibat
bakteri resisten menimbulkan masalah:
kematian, morbiditas dan masalah sosial
3. Mengatasi infeksi bakteri resisten
memerlukan biaya tinggi
4. Penemuan antibiotik baru sangat lambat

(WHO-2015)
Antibiotic Consumption
MORTALITAS

2013 700.000 / tahun

2050 10.000.000/tahun
WHO 2013
19
10 M. AMR related Mortality 2050
THE AMR IMPACTS
THE AMR IMPACTS
Nov 2016
The Global Action Plan (GAP)

• Improve awareness and understanding of antimicrobial resistance


through effective communication, education and training;
• Strengthen the knowledge and evidence base through surveillance
and research;
• Reduce the incidence of infection through effective sanitation,
hygiene and infection prevention measures;
• Optimize the use of antimicrobial medicines in human and animal
health;
• Develop the economic case for sustainable investment that takes
account of the needs of all countries and to increase investment in
new medicines, diagnostic tools, vaccines and other interventions
National Problem
Situasi Rumah Sakit
TERSIER SAAT INI

 RS Rujukan  60-70% pasien


mendapat Antibiotik
Tepat obat..?
Tepat Dosis..?
 50%  tidak perlu Antibiotik
 Prevalensi AMR meningkat
 ESBL (30-60 %)
 MRSA
 CRE (Carbapenemase resistant
enterococcus)

 Kematian akibat AMR belum


banyak terungkap  Sepsis ?
Polk et al. In: PPID, 7th ed. 2010
Luther, Ohl. IDSA Abstract 2011
The prevalence rate of MRSA on Admitted
Patients in Indonesia 2008

Over a 10 month (2008) period


 2,500 patients were screened.
 433/2500 (17%) patients carried S.aureus
 67 (3%) carried MRSA.
 MSSA/MRSA carriage rates varied markedly
between:
 Malang (30%/6%),
 Surabaya (13%/2%) and
 Denpasar (9%/0.3%).

Dewi et al, 2008


The prevalence of ESBL producing E.coli and Klebsiella
pneumoniae in 6 hospitals in Indonesia tahun 2013

E.Coli K.Pneumonie
60 56,39% 56,8%
51,69% 52,23%
50 45,33%
40,83%
40 37,82%
34,31% 32,16% 32,7%
30 27,94% 26,71%

20

10

RSDS RSSA RSDM RSDK RSSD RSP

Data surveillance PPRA-Balitbangkes-WHO 2013 29


ANCAMAN MIKROBA RESISTEN
di Rumah Sakit
1. Menjadi penghuni Rumah sakit
 Enterococci, Klebsiella pneumoniae,
Pseudomonas spp

2. Menyebabkan kegagalan
terapi/operasi canggih 
meningkatkan angka kematian
 Pseudomonas aeruginosa, Staph aureus, K
pneumoniae, E coli, Enterobacter spp,
Acinetobacter

3. Mudah menyebar internal RS maupun


ke komunitas  MRSA, ESBL
Masalah Empiris Penggunaan Antibiotik di Rumah Sakit

Program Studi Magister Farmasi Klinik


Fakultas Farmasi Universitas Airlangga
RSDS 2016
Surveilans penggunaan Antibiotik
di Bagian Bedah RSDS
Kategori V (tidak ada indikasi)
80
70 67%
59%
60 55%
50
40
32%
30
22.7%
20
11%
10
0
Terapi

Terapi

Terapi

Terapi

Terapi
Profilaksis

Profilaksis

Profilaksis
Profilaksis

Profilaksis
2005 2010 2014 2015 2016
Tim/ Komite PRA di RS, terdiri dari unsur:
(PMK No.8/2015, pasal 8)

PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA

FARMASI KLINIK
KEPERAWATAN

MIKROBIOLOGI
KLINISI

KLINIK

KFT
PPI
KOMITMEN / KONSENSUS BERSAMA

35
36
Unsur Klinisi
(perwakilan SMF)

• Menerapkan prinsip penggunaan antibiotik secara


bijak dan menerapkan kewaspadaan standar
• Melakukan koordinasi program pengendalian
resistensi antimikroba di SMF/bagian
• Melakukan koordinasi dalam penyusunan panduan
penggunaan antibiotik di SMF/bagian
• Melakukan evaluasi penggunaan antibiotik bersama
tim
37
Unsur Keperawatan
(peran perawat)

– Menerapkan kewaspadaan standar dalam upaya


mencegah penyebaran mikroba resisten
– Terlibat dalam cara pemberian antibiotik yang benar
• cara rekonstitusi (pengoplosan)
• cara/rute pemberian
• stabilitas
– Terlibat dalam pengambilan spesimen mikrobiologi
secara teknik aseptik.

38
unsur Instalasi Farmasi
(peran Apoteker/ Farmasis klinik)

• Mengelola ketersediaan dan mutu antibiotik


• Terlibat dalam tata laksana pasien infeksi
– Pengkajian peresepan antibiotik
– Pengendalian penggunaan antibiotik
– Monitoring pemberian antibiotik
• Memberi informasi dan edukasi penggunaan antibiotik
• Melakukan evaluasi penggunaan antibiotik

39
unsur
Mikrobiologi
Klinik

• Melakukan pelayanan pemeriksaan mikrobiologi


• Memberi konsultasi dan terlibat dalam tata
laksana pasien infeksi
• Memberi informasi pola mikroba dan pola
kepekaan/resistensi secara berkala setiap tahun

40
unsur KFT
• Menyusun
– kebijakan penggunaan antibiotik
(antibiotic policy)
– panduan penggunaan antibiotik
(antibiotic guideline)
• Memantau kepatuhan penggunaan
antibiotik terhadap kebijakan dan
panduan di rumah sakit
• Melakukan evaluasi penggunaan
antibiotik bersama tim

41
unsur PPI
Pengendalian penyebaran mikroba
resisten:
– penerapan kewaspadaan baku
(standar precaution)
– surveilans kasus infeksi
mikroba resisten
– isolasi / kohorting isolasi
pasien infeksi dengan mikroba
multiresisten
– menyusun pedoman
penanganan KLB MDRO
42
Perencanaan Program .... 1. Penetapan pilot
project implementasi
PPRA
2. Sosialiasi PPRA di
1. Pemahaman risiko area pilot project
problem AMR 3. Review antibiotic
guideline dan protokol
penanganan infeksi
2. Implementasi bertahap
4. Studi Operasional :
mendapatkan data
3. Perluasan implementasi obyektif dan valid
PPRA 5. Data analisis
6. Re-update guidelines
Indikator mutu PPRA
(PerMenKes no.8/2015, pasal 11)

1. perbaikan kuantitas penggunaan antibiotik


2. perbaikan kualitas penggunaan antibiotik
3. perbaikan pola kepekaan antibiotik dan
penurunan pola resistensi antimikroba
4. penurunan angka kejadian infeksi di rumah
sakit yang disebabkan oleh mikroba
multiresisten
5. peningkatan mutu penanganan kasus infeksi
secara multidisiplin, melalui forum kajian
kasus infeksi terintegrasi.

44
Fendy Matulatan dr SpBSpBA(K)FInaCS

S-ar putea să vă placă și