Sunteți pe pagina 1din 10

25

Buana Sains Vol 11 No 1: 25-34, 2011

PENERAPAN TEKNOLOGI SUPLEMENTASI BERBASIS


DAUN KELOR DAN MOLASES PADA PETERNAKAN
KAMBING RAKYAT

H. Soetanto1), E. Marhaeniyanto2) dan S. Chuzaemi3)


1 dan 3)Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya
2)PS. Produksi Ternak, Fakultas Pertanian, Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Abstract
The objectives of this study were 1) to evaluate the diversity of forages commonly fed to
goats in Pasrujambe village; 2) to introduce moringa leaves as a protein source for
growing goats under village management conditions. Ninety goat farmers were surveyed
on the profiles of goat farming and the diversity of forages offered to their goats during
the dry season. To evaluate the impact of moringa leaves supplementation, 26 growing
goats (less than one year old) were alloted into two unequal groups, that is control group
(7 heads) and supplemented group (19 heads) for four months during which
observations on feed intake, daily gain and feed conversion were taken place. The
results indicates that most goat farmers (73,3%) have been practising more than 25
years, while the rest (26,7%) was keeping goats less than 5 years. The sex ratio of goats
kept by the farmers was 67,4% female: 32,6% male. There were 49 species of forages
commonly fed to goats in Pasrujambe that can be grouped into 5 species of grasses, 3
species of tree legumes, 29 species of tree leaves and 12 species of herbaceous. There
were significant improvement in feed intake (P<0.05) and highly significant daily gain
(P<0.01) due to moringa leaves supplementation. This benefit will potentially increase
the income of goat farmer by Rp. 125.000,-/head/4 month, suggesting that introduction
of moringa may be promising for enhancement of the goat farmer welfare in
Pasrujambe.
Key words: goat, supplementation, moringa leaves, Pasrujambe village

Pendahuluan
menjadi lambat serta produksi susu
Kontribusi usaha ternak kambing masih menjadi relatif rendah.
belum memberikan makna yang Kecamatan Pasrujambe
diharapkan karena antara lain pakan sesungguhnya memiliki sumber pakan
yang diberikan belum mencukupi potensial yaitu tanaman kelor (moringa
kebutuhan gizi untuk mendukung oleifera) yang tumbuh secara liar maupun
pertumbuhan maupun produksi susu sengaja ditanam namun tidak
kambing peranakan etawah (PE) dimanfaatkan secara maksimal oleh
(Djajanegara, 1991). Hal ini secara peternak kambing rakyat untuk memacu
langsung maupun tidak langsung akan pertumbuhan maupun untuk memacu
mengurangi potensi pendapatan serta produksi susu kambing PE. Daun kelor
keuntungan yang memadai bagi memiliki keunggulan kandungan
peternak karena pertumbuhan ternak protein, asam amino esensial, vitamin,
serta mineral yang dibutuhkan oleh
26

H.Soetanto,E.Marhaeniyanto&S.Chuzaemi/Buana Sains Vol 11 No 1: 25-34, 2011

tubuh ternak. Hasil penelitian Soetanto melakukan aktivitas fermentasi pakan di


dan Firsoni (2008) menunjukkan dalam rumen. Penambahan daun kelor
bahwa produksi susu sapi perah dapat baik secara tunggal maupun dicampur
ditingkatkan hingga 15% dengan dengan molases ke dalam ransum ternak
memberikan suplemen tepung daun ruminansia terbukti memberikan
kelor didalam molases blok. Sarwatt, et. manfaat secara nyata untuk
al. (2004) melaporkan bahwa daun kelor meningkatkan pertambahan bobot
mempunyai potensi untuk bisa dipakai badan maupun produksi susu.
sebagai bahan suplemen pakan pada Penggunaan konsentrat sebagai
ternak ruminansia. Terbukti pada pakan suplemen tidak dipraktekkan oleh
penambahan tepung daun kelor pada peternak di Desa Pasrujambe karena
pemberian pakan hay Chloris gayana, asumsi membutuhkan biaya yang cukup
secara nyata (P<0.05) dapat mahal, sehingga perlu pakan alternatif
meningkatkan kecernaan bahan kering yang lebih murah dan mudah disiapkan
dan serat kasar. Kelor sekaligus bisa oleh petani. Untuk itu perlu penerapan
menggantikan pemakaian tepung biji teknologi suplementasi untuk
bunga matahari pada tingkat 50%. Hasil meningkatkan produksi kambing PE di
penelitian Murro, et. al. (2003), bahwa wilayah Agropolitan SEROJA
penggantian tepung biji kapok dengan Kabupaten Lumajang. Tujuan
tepung daun kelor (sebanyak 20% suplementasi pakan berbasis daun kelor
dalam ransum) pada domba yang dan molases pada ternak kambing
sedang tumbuh menghasilkan adalah untuk memberikan pendidikan
peningkatan 20% tingkat pertumbuhan. kepada masyarakat peternak kambing
Selain bermanfaat untuk sayur, daun rakyat tentang budidaya ternak kambing
kelor ternyata merupakan sumber yang lebih berorientasi kepada skala
protein ternak harapan masa depan. ekonomis dan tatalaksana pemberian
Dengan kandungan protein mencapai pakan yang lebih baik dengan
26-43% dari bahan kering, daun kelor menggunakan potensi sumber daya
merupakan sumber protein murah yang pakan lokal.
dapat menekan biaya pakan ternak
(Makkar dan Bekker, 1996). Setiap Metode Penelitian
pemberian 5 kg daun kelor
segar/ekor/hari akan mampu Penelitian dilakukan di Desa
meningkatkan produksi susu sapi perah Pasrujambe Kecamatan Pasrujambe
hingga 2-3 kg/ekor/hari. Untuk Kabupaten Lumajang. Lokasi penelitian
kambing sebanyak 0,5-1,5 kg daun kelor berada di bawah lereng Gunung Semeru
segar/ekor/hari akan mampu memacu bagian timur pada ketinggian 400 hingga
pertumbuhan antara 60-87 g/ekor/hari 1.200 m dari permukaan laut (dpl)
dan produksi susu hingga 0,5 dengan curah hujan 1.550 mm/tahun.
lt/ekor/hari (Soetanto, 2000). Keadaan topografinya adalah landai
Penambahan molases ke dalam pakan sampai bergelombang dengan vegetasi
dapat menjadi strategi pilihan karena tumbuhan yang dominan berupa
molases kaya akan energi, serta mineral tanaman kopi dan pisang.
yang dibutuhkan oleh ternak ruminansia Metode penelitian adalah studi
untuk mencukupi kebutuhan rumen kasus, dengan pendekatan pengamatan
degradable nitrogen (RDN) yang langsung di lapangan dan wawancara
dibutuhkan mikroba untuk tumbuh dan dengan peternak sebagai responden
27

H.Soetanto,E.Marhaeniyanto&S.Chuzaemi/Buana Sains Vol 11 No 1: 25-34, 2011

untuk memperoleh data yang nutrien pakan. Pakan suplemen telah


berhubungan dengan manajemen siap untuk diberikan kepada ternak.
pemeliharaan terutama pemanfaatan Data yang diperoleh dianalisis
pakan hijauan pada musim kemarau. deskriptif dan untuk mengetahui
Pemilihan lokasi dan penetapan petani perbedaan hasil demoplot antara ternak
peternak kambing dilakukan secara yang diberi pakan suplemen dengan
purposive sampling (Nazir, 2003). Dari yang tidak diberi pakan suplemen
total 11 dusun di Desa Pasrujambe, dilakukan uji t tidak berpasangan.
dipilih 5 dusun yang merupakan sentra
peternakan kambing. Pemilihan Hasil dan Pembahasan
responden dilakukan atas penunjukan
Ketua Kelompok Tani dengan Kondisi umum lokasi penelitian
pertimbangan keaktifan sebagai anggota
kelompok dan kepemilikan ternak Mata pencaharian utama penduduk
kambing sehingga diperoleh responden Desa Pasrujambe adalah mengusahakan
sebanyak 90 orang dengan rincian pertanian terutama tanaman pisang dan
jumlah bervariasi yaitu Dusun kopi. Kepemilikan ternak kambing
Plambang 55 responden, Dusun Jabon berkisar 2-16 ekor per peternak sebagai
20 responden, Dusun Suco 8 usaha sambilan. Menurut Budiarsana, et.
responden, Dusun Kunal 5 responden al. (2003), hampir seluruh populasi
dan Dusun Krajan 2 responden. kambing yang ada dipelihara petani di
Uji coba suplementasi pakan pedesaan dengan skala 3-7
berbasis daun kelor dan molases ekor/peternak merupakan usaha
dilakukan demoplot pada 9 peternak di sambilan. Kepemilikan lahan peternak
Dusun Plambang, menggunakan 26 kambing, komposisi ternak kambing
ekor kambing PE jantan muda dengan berdasarkan umur dan jenis kelamin,
rataan bobot badan awal 15.08 ± 2,15 profil peternak dan jumlah kepemilikan
kg. Pengukuran konsumsi pakan dan ternak kambing,disajikan dalam Tabel 1,
pertambahan bobot badan (PBB) Tabel 2, Tabel 3 dan Tabel 4.
selama 4 bulan. Daun Kelor segar,
Tabel 1. Kepemilikan lahan peternak
setelah dilakukan pemisahan ranting dan
kambing
daun, dikering angin dengan tidak
No Uraian Jumlah Prosentase
terkena sinar matahari secara langsung, (orang) (%)
selanjutnya digiling sehingga didapatkan 1 Jenis lahan:
tepung daun kelor. Formulasi untuk Sawah 0 0,0
pembuatan molases blok berbasis daun Sawah dan tegalan 1 1,1
kelor adalah molases (38%), urea (6%), Tegalan 89 98,9
pollard (6%), dedak (7%), garam (5%), Total 90 100,0
mineral (3%), daun kelor (25%), dan 2 Kepemilikan:
semen (10%). Proses pembuatan Milik sendiri 88 97,8
dilakukan dengan mencampur secara Milik & bagi hasil 2 2,2
merata semua bahan, dan selanjutnya Sewa/bagi hasil 0 0,0
adonan dicetak dalam wadah atau 3 Luasan lahan:
cetakan. Bahan yang telah dicetak 0,25 ha- 0,30 ha 25 27,8
dikeringkan dengan diangin-anginkan 0,5 ha-0,75 ha 38 42,2
lebih dari 1 ha 27 29,9
dalam ruangan, tidak dijemur atau
Rata-rata 0,33 ±0,87 Se 2,64
dioven guna menghindari rusaknya
28

H.Soetanto,E.Marhaeniyanto&S.Chuzaemi/Buana Sains Vol 11 No 1: 25-34, 2011

Tabel 2. Komposisi ternak kambing berdasarkan umur dan jenis kelamin


Kelamin Umur
< 4 bulan 4 bln-1 thn >1 tahun Jumlah (%)
Jantan 78 71 35 184 32,62
Betina 88 106 186 380 67,37
Jumlah 166 177 221 564 -
(%) 29,4 31,2 39,2 99,8 99,90
Tabel 3. Profil peternak kambing Desa Pasrujambe
No Uraian Jumlah (orang) Prosentase (%)
1 Umur (tahun):
< 18 0 0,0
18 - < 35 15 16,6
35 - 55 63 70,0
> 55 12 13,3
Total 90 100,0
Rata-rata 43,7 ± 12,03 Se 0,28
2 Jenis kelamin:
Laki-laki 86 95,6
Perempuan 4 4,4
3 Pendidikan:
Tidak sekolah 1 1,1
SD/SR 71 78,9
SMP 14 14,4
SMA 4 4,4
4 Pendidikan sekolah anaknya:
Belum sekolah 18 13,9
TK 13 10,1
SD 32 17,8
SMP 27 20,9
SMA 7 5,4
Mahasiswa 7 5,4
5 Mata pencaharian:
Petani 84 94,5
Petani dan pedagang 4 4,4
Pedagang 1 1,1
Wiraswasta 0 0
Pegawai negeri 0 0
6 Pengalaman beternak:
< 5 tahun 24 26,7
6-25 tahun 59 65,4
> 26 tahun 7 7,8
Rata-rata 10,74 ± 8,003 Se 0,75
7 Tanggungan Keluarga:
Tidak ada 2 2,2
< 2 orang 57 63,3
>2 orang 31 34,4
Total 90 100,0
Rata-rata 2,21 ± 0.89 Se 0,402
29

H.Soetanto,E.Marhaeniyanto&S.Chuzaemi/Buana Sains Vol 11 No 1: 25-34, 2011

Tabel 4. Jumlah kepemilikan ternak jumlah kepemilikan ternak bervariasi 2-


kambing 16 ekor. Menurut Budiarsana, et. al.
Uraian Jumlah Rataan Prosentase (2003), hampir seluruh populasi
(%) kambing yang ada dipelihara petani di
Jumlah pedesaan dengan skala 3-7
pemilikan: ekor/peternak sebagai usaha sambilan.
<5 ekor 43 3,8 47,8 Peternak lebih mengutamakan
>5 ekor 47 8,4 52,2 memelihara ternak betina dibandingkan
Total 90 - 100,0 ternak jantan pada semua umur dengan
Rata-rata - 6,12±3,08 Se 0,506 jumlah terbanyak pada umur induk.
Lahan yang dimiliki peternak dengan Ternak betina dipelihara sebagai bibit
rataan 0,33 ± 0,87 ha yang didominasi sehingga harga cenderung lebih mahal
oleh lahan pertanian kering sebagai daripada jantan.
akibat dari topografi alam yang berada Pemanfaatan pakan dan strategi suplementasi
pada dataran tinggi. Pemilikan lahan berbasis daun kelor dan molases
yang sempit ini diduga akibat adanya
pertambahan jumlah penduduk yang Perluasan penanaman tanaman kopi dan
berimbas lahan yang beralih fungsi pisang saat ini dilakukan oleh petani
untuk perumahan penduduk maupun baik pada lahan tegalan maupun pada
untuk usaha lainnya. Menurut area bekas penebangan hutan. Akibat
Ruswandi, et. al. (2007), konversi lahan dari penanaman kedua tanaman tersebut
pertanian sebagai konsekuensi logis dari dilakukan juga penanaman sengon,
perkembangan wilayah. Lahan tersebut dadap, lantoro, gamal, kaliandra dan
merupakan warisan turun temurun dari tanaman keras lainnya sebagai tanaman
keluaga peternak. Keterbatasan luasan pelindung yang selanjutnya oleh petani
lahan maka selain ditanami tanaman dijadikan hijauan untuk pakan ternak
pangan, lahan ini juga merupakan kambing. Menurut Ibrahim (2003),
penghasil hijauan untuk ternak kambing pengembangan teknologi hijauan harus
yang dipeliharanya. Menurut Sajimin mempertimbangkan peluang integrasi
dan Purwantari (2006), peternak harus dengan berbagai sistem usahatani yang
mampu memanfaatkan sumber daya ada. Dengan demikian dapat diharapkan
alam secara optimal termasuk sebagai bahwa eksistensi hijauan pakan bukan
sumber hijauan pakan ternak. Hal ini merupakan saingan bagi tanaman pokok
senada dengan pendapat Garantjang, namun justru menjadi akselerator
(2004) dan Syafiruddin, et. al. (2003) pertambahan nilai lahan baik sebagai
bahwa perlu dilakukan upaya untuk sumber pakan ternak, meningkatkan
menyediakan pakan hijauan dengan kesuburan tanah atau mengurangi
kualitas tinggi dan berkesinambungan kemungkinan degradasi lahan di daerah
sepanjang waktu guna mencapai tingkat yang berlereng.
produksi ternak kambing yang sesuai Sebagian besar sumber hijauan
dengan potensi genetiknya. pakan berasal dari dari tanaman pohon
Hasil penelitian menunjukkan (leguminosa dan non leguminosa)
bahwa pemeliharaan ternak kambing sebagaimana data pada Tabel 5.
diusahakan secara sambilan dengan
30

H.Soetanto,E.Marhaeniyanto&S.Chuzaemi/Buana Sains Vol 11 No 1: 25-34, 2011

Tabel 5. Jenis hijauan yang diberikan pada ternak kambing selama penelitian
No Nama Hijauan Kemunculan Persentase (%)
1 Gamal (Gliricidia sepium) 90 100
2 Kaliandra (Calliandra haemocephala) 90 100
3 Sengon (Albazia falcataria) 81 90
4 Dampul (Glochidion tubrum) 51 56,7
5 Damaran (Angathis Dammara lamb) 39 43,3
6 Daun kopi (Coffie arabica) 29 32,2
7 Daun alvukad (Persea americana) 28 31,1
8 Paitan (Tithonia diversivolia) 23 25,6
9 Daun nangka (Artrocarpus heterophyllus) 23 25,6
10 Rumput lapangan 20 22,2
11 Daun ketela (Casappa manihot) 14 15,6
12 Daun pisang (Musa paradiciacal) 7 7,8
13 Dadap (Eritrina lithosperma) 7 7,8
14 Mahoni (Swieteria mahagoni) 5 5,6
15 Lantoro (Leucaena leucocephala) 4 4,4
16 Lain-lain 2 2,2

Pemanfaatan hijauan ini sebagai akibat memberikan bahan pakan yang disukai
langsung dari penanaman tanaman kopi oleh ternaknya.
yang membutuhkan naungan dalam hal Kecamatan Pasrujambe
ini gamal, kaliandra serta sengon sesungguhnya memiliki sumber pakan
maupun tanaman lain. Informasi ini potensial yaitu tanaman kelor (moringa
berbeda dengan hasil penelitian oleifera) yang sengaja ditanam dan biasa
Sasongko dan Bulu (2004), yang dikonsumsi untuk sayuran, namun tidak
menyatakan pemanfaatan gamal sebagai dimanfaatkan secara maksimal oleh
pakan ternak masih belum familiar, peternak kambing rakyat untuk memacu
sehingga petani jarang memberikan pertumbuhan maupun untuk memacu
gamal untuk ternaknya. Ternak kambing produksi susu kambing PE. Hasil
membutuhkan hijauan yang banyak pengamatan selama penelitian dengan
ragamnya, namun ternak kambing lebih pakan basal yang digunakan di lokasi
menyukai daun-daunan dibandingkan kegiatan dan ditambahkan pakan
dengan rumput (Noor, 2009). Menurut suplemen berbasis daun kelor dan
Dahlanuddin, et. al. (2002), dengan molases (selanjutnya disebut pakan
pemilikan ternak kambing yang suplemen) dengan cara digantung di
jumlahnya sedikit dan dipelihara secara tempat pakan, seperti tersaji pada Tabel
tradisional, petani lebih cenderung 6.
31

H.Soetanto,E.Marhaeniyanto&S.Chuzaemi/Buana Sains Vol 11 No 1: 25-34, 2011

Tabel 6. Konsumsi bahan kering (BK), konsumsi protein kasar (PK), pertambahan
bobot badan (PBB) dan konversi pakan dari ternak kambing PE muda yang diberi dan
tidak diberi pakan suplemen.
Item Tidak diberi Diberi suplemen Perubahan
suplemen (%)
Jumlah ternak (ekor) 7 19
Konsumsi BK (g/ekor/hr) 421,61±64,15a* 497,39±55,37b* 18%
Konsumsi BK (% BB ) 0.75 3,07 a* 3,19b*

Konsumsi PK 45,20±9,21a* 51,98±6,78b* 15%


(% BB0.75) 3,29a* 3,49b*
PBB (g/ekor/hari) 58,50±20,44a** 107,54±10,27b** 83,82%
Konversi pakan 7,20 b** 4,63a** 55,50%
Keterangan: a-b superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata
*(P<0,05), sangat nyata**(P<0,01).

Pemberian suplemen pakan terbukti dirombak menjadi amonia didalam


meningkatkan ketersediaan zat makanan rumen kemudian masuk pembuluh
yang dibutuhkan oleh ternak yang darah, terus ke liver. Jika jumlah
kurang tersedia dalam hijauan pakan. pasokan berlebihan maka liver tidak
Pakan suplemen juga terbukti dapat mampu mengatasi kondisi ammonia
meningkatkan kondisi palatabilitas, yang berlebihan sehingga dapat
konsumsi hijaun pakan yang merupakan menyebabkan terjadinya keracunan.
pakan dasar ternak ruminansia sesuai Oleh karena itu untuk ternak kambing
dengan pendapat Doyle (1987), Preston dibatasi hingga 150-200 gr/ekor/hari.
dan Leng (1987), dan Leng (1991). Penambahan garam dalam jumlah relatif
Penambahan pakan suplemen tinggi bertujuan untuk menjadi bahan
menunjukkan PBB meningkat 83,82% kontrol agar ternak tidak menjilat pakan
lebih tinggi dibandingkan pada ternak suplemen yang mengandung daun kelor
kontrol. Respon positif yang diberikan terlalu banyak. Cara menyajikan pakan
ternak terhadap pemberian pakan suplemen yang mengandung daun kelor
suplemen dimungkinkan karena adanya dapat digantung maupun diletakkan di
pasok nutrisi yang diperlukan oleh wadah plastik.
ternak serta perbaikan kondisi kesehatan Rataan pakan suplemen yang
berpengaruh terhadap kondisi umum dikonsumsi perhari sebanyak 20% dari
kesehatan ternak, sehingga serapan konsumsi bahan kering, maka selama 4
nutrisi dapat digunakan lebih baik bulan pakan suplemen yang diperlukan
untuk keperluan produksi (Manurung, adalah 0.2 x konsumsi BK/hr x 120 hr
1981). = ± 9 kg pakan suplemen. Jika harga 1
Ternak kambing mampu kg pakan suplemen Rp. 4.500, maka 9 x
mengkonsumsi hingga 1,0-1,5 Rp. 4.500 = Rp. 40.500,-. Apabila
kg/ekor/hari karena rasa molases diasumsikan harga 1 kg bobot hidup
umumnya disukai oleh ternak kambing. kambing PE adalah Rp. 28.000,-, maka
Akan tetapi jumlah ini bisa dengan pertambahan 107,54
menyebabkan ternak kambing g/ekor/hari, selama 4 bulan akan
keracunan urea jika dimakan dalam didapatkan perhitungan seperti Tabel 7.
tempo yang singkat, karena urea akan
32

H.Soetanto,E.Marhaeniyanto&S.Chuzaemi/Buana Sains Vol 11 No 1: 25-34, 2011

Tabel 7. Perhitungan PBB selama 4 bulan dan nilai penjualan dari ternak kambing akibat
pemberian pakan suplemen.
Item Tidak diberi Diberi suplemen Nilai tambah
suplemen
PBB selama 4 bulan (gr) 7.029,6 12.904,8 5.875,2
Nilai penjualan (Rp) 196.828.8,- 361.334,4,- 164.505,6,-
Keterangan: asumsi harga 1 kg bobot hidup Rp. 28.000,-

Tambahan keuntungan/ekor/4 bulan: Kesimpulan


Rp. 164.505,6 - Rp. 40.500 = Pemberian pakan suplemen berbasis
Rp.124.005,- Adanya nilai tambah pada daun kelor dan molases dapat
petani peternak diharapkan peternak meningkatkan pertambahan bobot
kambing di Kecamatan Pasrujambe badan kambing per hari mencapai 100
Kabupaten Lumajang dapat gr/ekor/hari dan memberikan
mengadopsi teknologi suplementasi tambahan keuntungan/ekor selama 4
berbasis daun kelor dan molases untuk bulan sebesar Rp. 125.000,-. Perlu
memacu pertumbuhan ternak kambing tindak lanjut pendampingan pada
sehingga meningkatkan sumbangan masyarakat untuk meningkatkan
pendapatan terhadap total pendapatan kemampuan peternak dalam
usaha tani yang dilakukan saat ini. Agar tatalalaksana pakan, kesehatan dan
dapat dicukupi oleh peternak sendiri jaminan pemasaran produk.
maka tiap ekor kambing diperlukan
antara 30-60 pohon kelor yang dapat
ditanam di sekeliling pekarangan atau di Ucapan Terima Kasih
pematang sawah/tegalan. Menurut Ucapan terima kasih disampaikan
beberapa hasil penelitian, pemberian kepada Direktorat Jenderal Pendidikan
daun kelor yang dicampur dengan daun Tinggi, Departemen Pendidikan
lantoro akan lebih bermanfaat bagi Nasional yang telah memfasilitasi
pertumbuhan dan produksi susu pembiayaan Pelaksanaan Hibah
kambing, karena daun kelor akan Kompetitif Pengabdian Kepada
memperbaiki kondisi lambung Masyarakat Berbasis Riset Dalam
sedangkan daun lamtoro dapat Publikasi Domestik.
memasok protein langsung ke dalam
usus ternak, sehingga kebutuhan dan
Daftar Pustaka
produksi susu dapat diperbaiki.
Menurut Mathius, et. al. (2002); Budiarsana, Sutama, Martawijaya dan
Garantjang, (2004) pertambahan bobot Kostaman. 2003. Produksi Kambing
hidup harian lebih dipengaruhi oleh Peranakan Etawah Pada Argoekosistem
protein yang dikonsumsi dibandingkan Yang Berbeda,
dengan mengkonsumsi energi. Makin http://peternakan.litbang.deptan.go.id
/?q=biblio&page=10, [16 Oktober
tinggi taraf protein yang dikonsumsi 2003].
oleh ternak maka makin besar pula Dahlanuddin, Zainuri, Mashur, Panjaitan
responnya terhadap pertambahan bobot dan Muzani. 2002. Optimalisasi
badan harian. Penggunaan Daun Turi (Sesbania
grandiflora) Sebagai Pakan Ternak
Kambing,
http://ntb.litbang.deptan.go.id/ind/20
33

H.Soetanto,E.Marhaeniyanto&S.Chuzaemi/Buana Sains Vol 11 No 1: 25-34, 2011

02/NP/optimalisasipenggunaan.doc. Cake In The Concentrate Mix Fed


[9 Agustus 2002]. With Rhodes Grass (Chloris gayana) Hay
Djajanegara, A. 1991. Produktivitas Ternak for Growing Sheep. Livestoct Research for
Kambing Dalam Skala Ekonomi. Proc. Rural Development Vol. 15 (11)
Seminar Pengembangan Peternakan Dalam Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Ghalia.
Menunjang Pembangunan Ekonomi Indonesia.
Nasional. Fak. Peternakan. Univ. Noor, N. K. 2009. Peningkatan
Jenderal Soedirman. Purwokerto. Produktivitas Ternak Kambing Melalui
Doyle, P. T. 1987. Supplements Other Pemberian Daun Gamal dan
Than Forages. In “The Nutrition of Suplementasi Block Multinutrisi,
Herbivores. “Eds. J.B Hacer and J.H. http://disnaksulsel.info/index2.php?op
Ternout. Academic press. Sydney, tion=com_docman&task=doc_view&g
Orlando, San Diego, New York, id=30&Itemid=99999999. [9 Agustus
Austin, London, Montreal, Tokyo, 2009].
Toronto. pp. 429-464. Preston, T. R. and R A. Leng. 1987.
Garantjang, S. 2004. Pertumbuhan Anak Matching Ruminat Production System
Kambing Kacang Pada Berbagai Umur With Available Resources In The
Induk Yang Dipelihara Secara Tropics And Sub-Tropics. Penambul
Tradisional. Books Armidale. New South Wales
www.pascaunhas.net/.../05- 2350, Australia.
Sjamsuddin%20FORMTA%20KOLO Ruswadi, A., E. Rustiyadi dan K. Mudikdjo.
M%20ok%20print%20baru.pdf [7 2007. Dampak Konversi Lahan
Agustus 2004]. Pertanian Terhadap Kesejahteraan
Ibrahim, T. M. 2003. Strategi Penelitian Petani dan Perkembangan Wilayah:
Hijauan Mendukung Pengembangan Study Kasus di Daerah Bandung Utara,
Ternak Kambing Potong di Indonesia, http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/in
Wartazoa volume 3. dex.php?option=com_content&task=v
Leng, R. A. 1991. Application Of Biotecnology iew&id=511&Itemid=42. Jurnal Argo
Nutrition Of Animals In Developing Ekonomi volume 25 no. 2 Oktober
Countries. FAO Animal productions and 2007:207-219 [20 Nopember 2007].
Healt. Paper 90, FAO. Rome. Sajimin dan N. D. Purwantari. 2006.
Makkar, H. P. S. and Bekker, K. 1996. Produksi Hijauan Beberapa Jenis
Nutritional Value and Antinutritional Leguminosa Pohon Untuk Pakan
Components of whole and ethanol Ternak.
extracted Moringa Oleifera leaves. http://peternakan.litbang.deptan.go.id
Anim. Feed Sci. and Tech. 63 : 211-228 /publikasi/semnas/pro06-143.pdf. [ 9
Manurung, T. 1981. Penampilan Reproduksi Agustus 2009].
Dan Beberapa Aspek Pertumbuhan Anak Sarwatt, S. V. Milang’ha, M. S. Lekule, F. P.
DEG dan Persilangannya. Fakultas Pasca and Madalla. N. 2004. Moringa Oleifera
Sarjana IPB. Bogor. and Cottonseed Cake As Supplements
Mathius, Baga dan Kostaman. 2002. For Smalholder Dairy Cows Fed
Kebutuhan Kambing PE Jantan Muda Napier Grass. Livestock Research for
Akan Energi Dan Protein Kasar, Rural Development Vol 16 (6)
Konsumsi, Kecernaan, Ketersediaan Sasongko, W. R dan Bulu. 2004. Status
Dan Pemanfaatan Nutrient, Seminar Pakan dan Persepsi Petani Dalam
Nasional Teknologi Peternakan dan Pemberian Pakan Ternak Kambing
Veteriner Journal. Vol. III Tahun 2002 : Local di Lahan Kering Desa Sambelia,
99-109. http://ntb.litbang.deptan.go.id/ind/20
Murro, J. K. Muhikambele, V. R. M. and 05/NP/status.doc. [9 Pebruari 2005].
Sarwatt, S. V. 2003. Moringa oleifera Soetanto, H. 2000. The Use Of Medicated
Leaf Meal Can Replace Cottonseed Block As Feed Supplement And
34

H.Soetanto,E.Marhaeniyanto&S.Chuzaemi/Buana Sains Vol 11 No 1: 25-34, 2011

Control og Gastro Intestinal Parasites Syafiruddin, A., N. Kairupan dan F. F.


In Heifer and Lactating Dairy Cows. A Munier. 2003. Potensi dan Kesesuaian
Project Report submitted to Lahan Untuk Pengembangan Pakan
IAEA/FAO. Vienna. Ruminansia di Lembah Palu, Balai
Soetanto, H. and Firsoni. 2008. Effect Of Pengkajian Teknologi Pertanian
Supplementation With Molasses Block Sulaewesi Tengah, Jurnal Seminar
Containing Gliricidia Or Moringa Nasional Teknologi Peternakan dan
Leaves On In Vitro Gas Production Veteriner Puslitbag Peternakan Bogor
And Microbial Protein Synthesis. Word Volume III Tahun 2003:266-271.
Conference on Animal Production. Cape
Town. South Africa. 24-28 Nop. 2008.

S-ar putea să vă placă și