Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Anatri Desstya1), Istiani Indah Novitasari2), Aldi Farhan Razak3), Kukuh Sandy Sudrajat4)
Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP, Universitas Muhammadiyah Surakarta
1
ad121@ums.ac.id; 2istiani.indah96@gmail.com; 3aldifarhanrazak@gmail.com; 4sudrajatsandy@gmail.com
Abstract
This study aimed to describe: the process of science education in elementary schools in line with
expectations at this time, the educational model Paulo Freire, the purpose of education Paulo
Freire, and its relevance to science education in primary schools. This study is a library research.
The main data sources obtained from books, journals and other writings related to science
education in primary schools and the educational model of Paulo Freire. Data collection
techniques with identifying information of the books, previous research reports, journals, articles,
web, or other information. This research uses descriptive analysis method. The data analysis
includes the decomposition of matter suitable object of study then described and analyzed for the
conclusion, namely 1) science education in elementary routed through direct experience,
conducted inquiry scientifically develop process skills and scientific attitude, 2) educational
model’s Paulo Freire states on education dialectical, liberating education and shackled, and
educational humanism, 3) he conformity of Paulo Freire's education with science education in
elementary school, namely in the change in the quality of critical thinking, 4) Relevance between
the two in concepts, goals, positions of educators and learners.
dasar, proses pendidikannya dirancang agar sendiri, sehingga manusia harus bersikap
mampu melanjutkan ke pendidikan kritis dengan menggunakan bahasa
menengah dan pendidikan tinggi. Untuk pikiran.
menjadi bangsa yang maju dalam hal Mengamati urgensinya mengajarkan
penguasaan teknologi, maka pendidikan IPA di sekolah dasar agar suatu bangsa
tentang IPA telah diajarkan di sekolah dasar mempunyai bekal untuk mampu menguasai
(Djumhana, 2007: 45). Selama ini, indikator teknologi, tentang pelaksanaan proses
keberhasilan dalam pendidikan menekankan pendidikan di Indonesia yang tidak sejalan
pada kemampuan intelektual, kemampuan dengan cita-cita, dan keterkaitannya dengan
dalam menciptakan dan menerapkan suatu pemikiran Paulo Freire tentang pendidikan,
produk teknologi, tanpa memperhatikan sisi maka perlu adanya kajian lebih lanjut
lain, seperti karakter sosial maupun tentang model pendidikan Paulo Freire dan
spiritual. Hal tersebut semakin menunjukkan relevansinya dengan pendidikan IPA di
bahwa proses pelaksanaan pendidikan di sekolah dasar dari berbagai aspek.
Indonesia tidak sejalan dengan yang telah Bagaimanakah proses pendidikan IPA di
dicita-citakan. sekolah dasar yang sesuai dengan harapan
Penguasaan teknologi berpengaruh pada saat ini? Bagaimana model pendidikan
terhadap kehidupan manusia. Teknologi Paulo Freire? Apakah tujuan dari
yang dikembangkan oleh manusia pendidikan Paulo Freire? Bagaimana
digunakan kembali untuk memudahkan relevansi model pendidikan Paulo Freire
kehidupan manusia. Dengan demikian, dengan pendidikan IPA di sekolah dasar?
sangat diperlukan upaya untuk IPA merupakan tubuhnya pengetahuan,
menyelenggarakan pendidikan yang terdiri dari sekumpulan fakta, konsep, teori,
memanusiakan, seperti yang dimaksudkan dan hukum, ditemukan melalui proses
oleh Paulo Freire, seorang doktor bidang ilmiah. IPA sebagai attitude dan melibatkan
pendidikan di Brazil. Freire cara berfikir. Salah satu alasan IPA
mengungkapkan, pendidikan harus memiliki dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah
orientasi pada pengenalan realitas diri dasar, adalah bahwa IPA merupakan
manusia dan dirinya sendiri. Pendidikan pengetahuan dasar suatu teknologi. Harapan
harus melibatkan tiga unsur dalam ke depan, dengan membekali materi IPA di
prosesnya: pengajar, pelajar, dan kenyataan sekolah dasar, bangsa ini akan menguasai
dunia. Menurutnya, pendidikan diibaratkan teknologi.
sebagai sebuah bank, pelajar sebagai objek Pembelajaran IPA sebaiknya dilakukan
investasi dan sumber deposito potensial, dengan discovery learning, yang didasarkan
sementara depositonya adalah ilmu pada aktivitas pengamatan, menginferensi,
pengetahuan, dan guru sebagai investornya. dan mengkomunikasikan. Aktivitas ini
Freire (2009: vii), fitrah manusia sejati merupakan inti dari keterampilan proses
adalah menjadi subjek, bukan objek. Mereka (scientific process). Oleh karena itu, proses
merupakan subjek yang sadar, berusaha pembelajaran IPA harus disesuaikan dengan
menyelesaikan permasalahan duniawi serta hakikatnya dan karakter siswa sekolah
kenyataan yang menindas. Dunia ini dasar. Siswa sekolah dasar berada pada
bukanlah sesuatu yang tercipta dengan tahap perkembangan operasional konkrit,
kualitas sosial, kualitas kemandiriannya dan dasar adalah pada konsep, tujuan, metode
kualitas kemasyarakatannya. pendidikan, posisi pendidik, serta posisi
peserta didik, yang masing-masing disajikan
Relevansi Model Pendidikan Paulo Freire dalam table 1 berikut:
Dengan Pendidikan IPA di Sekolah dasar
Pembatasan kajian model pendidikan
Paulo Freire dan pendidikan IPA di sekolah
Tabel 1. Relevansi Pendidikan Paulo Freire dengan Pendidikan IPA di Sekolah Dasar
Aspek Pendidikan Paulo Freire Pendidikan IPA di SEKOLAH
DASAR
Konsep Pendidikan humanis Pendidikan untuk mengembangkan
kemampuan berpikir kritis dan sikap
ilmiah
Tujuan Dapat menghasilkan perubahan pada diri Membelajarkan siswa sekolah dasar agar
siswa baik perubahan dalam kualitas memahami hakikat IPA, agar mampu
berfikir, kualitas pribadi, kualitas sosial, berfikir kritis, dan mempunyai
kualitas kemandiriannya dan kualitas kepribadian luhur sebagai dasar dalam
kemasyarakatannya penguasaan teknologi
Metode Menekankan pada kebebasan intelektual Metode inquiry dan discovery yang
antara pendidik dengan peserta didik, menekankan pada keterampilan proses
melalui dialog terbuka
Posisi fasilitator, dinamisator, mediator dan Pembimbing, fasilitator.
pendidik motivator.
Posisi peserta Sebagai pusat kegiatan pembelajaran Sebagai subjek yang aktif dalam
didik pembelajaran
Berdasarkan tabel 1, dapat dijelaskan dan yaitu suatu asas pendidikan yang
ditarik relevansinya dalam pembahasan mengedepankan hafalan, bukan
berikut ini: pemahaman, dan mengedepankan formulasi
Pendidikan humanisme Paulo Freire bukan substansi, serta lebih dalam lagi
merupakan pendidikan yang memanusiakan menyukai keseragaman, bukan kemandirian
manusia, dan menempatkan manusia pada serta huru-hara klasikal, bukan petualangan
posisi sentral dalam setiap perubahan yang intelektual (Yunus, 2004: ix).
terjadi dan mampu pula mengarahkan serta Keberhasilan dalam pendidikan yang
mengendalikan perubahan itu. Perubahan ditekankan pada kemampuan intelektual,
yang terjadi melalui proses pembelajaran kemampuan dalam menciptakan dan
merupakan suatu bentuk proses belajar menerapkan suatu produk teknologi (yang
menemukan kembali (reinventing), merupakan terapan dari IPA), dan tanpa
menciptakan kembali (recreating), menulis memperhatikan karakter sosial maupun
ulang (rewriting) (Freire, 2009:67). Ketiga spiritual, menjadi tugas para praktisi
bentuk ini hanya bisa dilakukan oleh subjek. pendidikan untuk menyelesaikannya. Paulo
Pendidikan kita selama ini hanya berfungsi Freire menyarankan adanya pendidikan
untuk membunuh krativitas siswa, karena dialektis, yang mampu mentransformasi
lebih mengedepankan aspek verbalisme, karakter dan sikap sosial, yaitu menghargai
pendapat dan pilihan orang lain, nilai kebebasan intelektual antara pendidik
kejujuran, keadilan, kemanusiaan, dengan peserta didik, melalui dialog
kesetiakawanan, pofesionalisme, keluhuran, terbuka. Penemuan produk-produk IPA
kedisiplinan, dan ketulusan. Dialog melalui inquiry maupun discovery
mengandalkan adanya kerendahan hati. memberikan kebebasan intelektual bagi
Seseorang mau belajar dari orang lain, siswa untuk lebih berfikir kritis. Selama
meskipun dari segi budaya dianggap lebih proses penemuan, siswa akan saling
rendah, memperlakukan orang lain dengan berdiskusi dalam dialog terbuka. Pendidik
cara yang sama. Manusia pada hakikatnya dan siswa berada pada posisi sejajar dan
adalah menjadi subjek yang harus saling belajar dan saling bekerja sama.
mengubah dunia, membuat kehidupan ini Freire memperjelas konsep ini dengan
semakin penuh dan semakin kaya, baik memberikan ciri-ciri guru yang
secara individual maupun secara kolektif. membebaskan: a) terbuka terhadap kritikan
Dialog menuntut sikap mau mendengar dan dari pihak eksternal selama itu baik bagi
memahami diri sendiri, menekankan adanya pembangunan yang lebih dinamis dan
interaksi yang dialogis antara keduanya konstruktif menuju pendidikan yang
dalam menciptakan pengetahuan bersama. membebaskan, b) merasa tidak cukup
Guru sebagai subjek yang mengetahui ilmu, dengan ilmu yang didapatnya, sehingga
akan sangat tepat jika siswa juga memiliki keinginan belajar terus menerus
memperoleh pemahaman yang sama tentang tanpa henti, c) tidak merasa menjadi yang
ilmu itu. Posisi kedua pihak adalah setara paling mampu dan menguasai berbagai hal,
dan sederajat dalam proses pembelajaran. dan menganggap murid juga sumber
Freire berusaha membongkar watak informasi yang bisa ia ambil pelajaran dari
pasif dari praktik pendidikan tradisional, mereka.
karena pendidikan dengan pola ini Mansyur (2014: 50), menyatakan
menempatkan siswa sebagai objek tentang pendidikan kritis dari Paulo Freire,
pembelajaran, dan melanggengkan “sistem bahwa pendidikan selalu melibatkan
relasi penindasan”. Disebutnya juga sebagai hubungan sosial dan pilihan-pilihan politik.
sistem pendidikan “gaya bank” yaitu guru Ketika pendidikan memiliki hubungan yang
bertindak sebagai pihak yang menabung erat dengan sosial, maka pendidikan akan
pengetahuan, dan siswa penerimanya. memberikan pengaruh terhadap perubahan
Pendidikan IPA di sekolah dasar sosial yang ada. Hal ini sejalan dengan teori
dilakukan dengan memberikan pengalaman belajar Bandura, bahwa perilaku manusia
belajar secara langsung, melalui metode selalu berkesinambungan antara kognitif,
discovery maupun inquiry. Bukan perilaku dan pengaruh lingkungan.
memberikan sesuatu yang abstrak yang Dinyatakan oleh Muakhirin (2014),
seolah-olah terpisah dari kehidupan nyata bahwa dalam kurikulum IPA sekolah dasar,
dari siswa. Sesuai dengan pendidikan yang pembelajaran IPA sebaiknya memuat 3
membebaskan dari Paulo freire, guru komponen, yaitu: pembelajaran IPA harus
mengkondisikan siswa agar mampu merangsang pertumbuhan intelektual dan
mengenal dan mengungkap kehidupannya perkembangan siswa, dengan melibatkan
secara kritis. Paulo Freire menekankan pada siswa dalam kegiatan praktikum/ percobaan
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang
Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah: Jakarta: Kemendiknas.
Djumhana, Nana & Muslim. 2007. Pendidikan IPA. Jakarta: Direktorat Pendidikan Tinggi.
Departemen Pendidikan Nasional.
Kemdikbud. 2013. Permendikbud Nomor 67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan
Struktur Kurikulum Sekolah dasar/ Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Kemdikbud.
Mansyur, Masykur H. 2014. Pendidikan Ala “Paulo Freire” Sebuah Renungan Jurnal Ilmiah
Solusi Vol. 1 No.1 Januari – Maret 2014: 64-76.
Muakhirin, Binti. 2014. “Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pendekatan Pembelajaran
Inquiry Pada Siswa Sekolah Dasar”. Jurnal Ilmiah Guru “COPE”, No. 01/Tahun
XVIII/Mei 2014
Shor, Ira & Paulo Freire. 2001. Menjadi Guru Merdeka. Terj. A. Nashir Budiman
Yogyakarta: LkiS.
Yamin, Muh. 2010. “Menggugat Pendidikan Indonesia: Belajar dari Paulo Freire dan Ki
Hajar Dewantara”. Jurnal Pendidikan. Volume 3. Nomor 2.