Sunteți pe pagina 1din 11

e-ISSN: 2503-3530 p-ISSN 2406-8012

REFLEKSI PENDIDIKAN IPA SEKOLAH DASAR DI INDONESIA


(Relevansi Model Pendidikan Paulo Freire dengan Pendidikan IPA di Sekolah dasar)

Anatri Desstya1), Istiani Indah Novitasari2), Aldi Farhan Razak3), Kukuh Sandy Sudrajat4)
Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP, Universitas Muhammadiyah Surakarta
1
ad121@ums.ac.id; 2istiani.indah96@gmail.com; 3aldifarhanrazak@gmail.com; 4sudrajatsandy@gmail.com

Abstract

This study aimed to describe: the process of science education in elementary schools in line with
expectations at this time, the educational model Paulo Freire, the purpose of education Paulo
Freire, and its relevance to science education in primary schools. This study is a library research.
The main data sources obtained from books, journals and other writings related to science
education in primary schools and the educational model of Paulo Freire. Data collection
techniques with identifying information of the books, previous research reports, journals, articles,
web, or other information. This research uses descriptive analysis method. The data analysis
includes the decomposition of matter suitable object of study then described and analyzed for the
conclusion, namely 1) science education in elementary routed through direct experience,
conducted inquiry scientifically develop process skills and scientific attitude, 2) educational
model’s Paulo Freire states on education dialectical, liberating education and shackled, and
educational humanism, 3) he conformity of Paulo Freire's education with science education in
elementary school, namely in the change in the quality of critical thinking, 4) Relevance between
the two in concepts, goals, positions of educators and learners.

Keywords: Elementary School, Elementary Science Education, Educational of Paulo Freire

PENDAHULUAN hendaknya dipahami sebagai proses


Pendidikan sebagai kunci utama bagi humanisasi, artinya sikap, perbuatan dan
bangsa dalam membangun masa depannya. kegiatan seseorang bersifat manusiawi.
Dengan pendidikan, suatu bangsa dapat Upaya untuk mencerdaskan kehidupan
membuka cakrawala dunia dan mampu bangsa, mengembangkan manusia Indonesia
bersaing dalam berbagai bidang. seutuhnya, yang beriman dan bertakwa
Penguasaan dalam bidang teknologi terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi
merupakan wujud persaingan yang pekerti luhur, berpengetahuan dan
mengindikasikan majunya suatu bangsa. keterampilan, sehat jasmani dan rohani,
Kemajuan teknologi didasari oleh kepribadian yang mantap dan mandiri serta
pengetahuan dasar, yaitu Ilmu pengetahuan rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
alam (IPA). Dewey (2001: 34) dalam Freire kebangsaan yang merupakan tujuan
(2007: 76), pendidikan adalah proses untuk pendidikan nasional kita, telah diupayakan
membentuk kemampuan dasar yang bersifat pemerintah dengan menyelenggarakan
fundamental, baik yang berkaitan dengan pendidikan formal yang ditempuh mulai dari
daya intelektual, ataupun daya emosional jenjang sekolah dasar.
yang dipusatkan pada tabiat manusia dan Sekolah dasar merupakan bagian dari
terhadap sesamanya. Driyarkara dalam satuan pendidikan dasar yang menjadi
Yamin (2010: 65), pendidikan adalah proses program wajib belajar pemerintah, yang
memanusiakan manusia muda yang diselenggarakan selama 6 tahun. Di sekolah

Refleksi Pendidikan IPA Sekolah.........(Desstya, dkk) 1


p-ISSN 2406-8012 e-ISSN: 2503-3530

dasar, proses pendidikannya dirancang agar sendiri, sehingga manusia harus bersikap
mampu melanjutkan ke pendidikan kritis dengan menggunakan bahasa
menengah dan pendidikan tinggi. Untuk pikiran.
menjadi bangsa yang maju dalam hal Mengamati urgensinya mengajarkan
penguasaan teknologi, maka pendidikan IPA di sekolah dasar agar suatu bangsa
tentang IPA telah diajarkan di sekolah dasar mempunyai bekal untuk mampu menguasai
(Djumhana, 2007: 45). Selama ini, indikator teknologi, tentang pelaksanaan proses
keberhasilan dalam pendidikan menekankan pendidikan di Indonesia yang tidak sejalan
pada kemampuan intelektual, kemampuan dengan cita-cita, dan keterkaitannya dengan
dalam menciptakan dan menerapkan suatu pemikiran Paulo Freire tentang pendidikan,
produk teknologi, tanpa memperhatikan sisi maka perlu adanya kajian lebih lanjut
lain, seperti karakter sosial maupun tentang model pendidikan Paulo Freire dan
spiritual. Hal tersebut semakin menunjukkan relevansinya dengan pendidikan IPA di
bahwa proses pelaksanaan pendidikan di sekolah dasar dari berbagai aspek.
Indonesia tidak sejalan dengan yang telah Bagaimanakah proses pendidikan IPA di
dicita-citakan. sekolah dasar yang sesuai dengan harapan
Penguasaan teknologi berpengaruh pada saat ini? Bagaimana model pendidikan
terhadap kehidupan manusia. Teknologi Paulo Freire? Apakah tujuan dari
yang dikembangkan oleh manusia pendidikan Paulo Freire? Bagaimana
digunakan kembali untuk memudahkan relevansi model pendidikan Paulo Freire
kehidupan manusia. Dengan demikian, dengan pendidikan IPA di sekolah dasar?
sangat diperlukan upaya untuk IPA merupakan tubuhnya pengetahuan,
menyelenggarakan pendidikan yang terdiri dari sekumpulan fakta, konsep, teori,
memanusiakan, seperti yang dimaksudkan dan hukum, ditemukan melalui proses
oleh Paulo Freire, seorang doktor bidang ilmiah. IPA sebagai attitude dan melibatkan
pendidikan di Brazil. Freire cara berfikir. Salah satu alasan IPA
mengungkapkan, pendidikan harus memiliki dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah
orientasi pada pengenalan realitas diri dasar, adalah bahwa IPA merupakan
manusia dan dirinya sendiri. Pendidikan pengetahuan dasar suatu teknologi. Harapan
harus melibatkan tiga unsur dalam ke depan, dengan membekali materi IPA di
prosesnya: pengajar, pelajar, dan kenyataan sekolah dasar, bangsa ini akan menguasai
dunia. Menurutnya, pendidikan diibaratkan teknologi.
sebagai sebuah bank, pelajar sebagai objek Pembelajaran IPA sebaiknya dilakukan
investasi dan sumber deposito potensial, dengan discovery learning, yang didasarkan
sementara depositonya adalah ilmu pada aktivitas pengamatan, menginferensi,
pengetahuan, dan guru sebagai investornya. dan mengkomunikasikan. Aktivitas ini
Freire (2009: vii), fitrah manusia sejati merupakan inti dari keterampilan proses
adalah menjadi subjek, bukan objek. Mereka (scientific process). Oleh karena itu, proses
merupakan subjek yang sadar, berusaha pembelajaran IPA harus disesuaikan dengan
menyelesaikan permasalahan duniawi serta hakikatnya dan karakter siswa sekolah
kenyataan yang menindas. Dunia ini dasar. Siswa sekolah dasar berada pada
bukanlah sesuatu yang tercipta dengan tahap perkembangan operasional konkrit,

2 Profesi Pendidikan Dasar, Vol. 4, No. 1, Juli 2017: 1 - 11


e-ISSN: 2503-3530 p-ISSN 2406-8012

masih sangat membutuhkan benda-benda yang hanya menjadikan peserta didik


konkrit untuk membantu pengembangan sebagai objek yang terus menerima. Peserta
kemampuan intelektualnya. Untuk didik ibarat deposito yang dapat diisi kapan
menemukan suatu produk sains, dan saja, dengan muatan apa saja. Pendidikan
kemudian memahaminya, siswa sekolah semacam ini akan mematikan sikap
dasar lebih diarahkan untuk proses kekritisan siswa. Fitrah manusia adalah
menemukannya sendiri. Siswa diberikan sebagai pelaku, bukan objek. Manusia harus
kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu, bersikap kritis dengan menggunakan bahasa
sehingga mampu mengembangkan pikiran. Di dalam konteks pendidikan,
kemampuan bertanya, mencari jawaban Freire menyebutkan bahwa kedudukan guru
berdasar bukti serta mengembangkan dan siswa adalah sama-sama sebagai subjek.
berpikir ilmiah. Siswa cenderung aktif Kedua pihak dapat saling mengisi, bukan
selama pembelajaran untuk membangun hanya diisi.
(mengkonstruksi) pengetahuannya melalui
serangkaian kegiatan agar pembelajaran METODE PENELITIAN
bermakna bagi siswa. Siswa sebagai pusat Jenis penelitian ini adalah penelitian
pembelajaran, guru sebagai fasilitator. deskriptif, dengan mengkaji dan
Paulo Freire, seorang doktor pendidikan mendeskripsikan isi dari literatur yang
di Brazil, yang mengkritik dampak yang berupa buku, dokumen resmi pemerintah,
ditimbulkan oleh pendidikan sekolah maupun laporan hasil penelitian dari
terhadap masyarakat luas. Freire penelitian terdahulu. Sumber data utama
mengemukakan tentang pendidikan dari penelitian ini akan diperoleh melalui
pembebasan, bukan pendidikan untuk penelusuran pustaka, yaitu data yang
penguasaan (dominasi). Menurutnya, belajar diperoleh dari buku Ira Shore dan Paulo
adalah pekerjaan yang cukup berat, Freire (2001), jurnal dan tulisan lain yang
menuntut kemampuan intelektual yang berkaitan dengan pendidikan IPA di sekolah
diimbangi dengan sikap kritik-sistematik dasar dan model pendidikan pembebasan
dapat diperoleh dengan praktik langsung. dari Paulo Freire. Teknik pengumpulan data
Pendidikan yang selama ini berlangsung dilakukan dengan mengidentifikasi
dirasa telah membunuh semangat, informasi terkait dari buku-buku, laporan
keingintahuan, dan kekreativitasan kita. penelitian terdahulu, jurnal, artikel, web,
Mata pelajaran sekolah mencerdakan siswa, ataupun informasi lainnya yang
tetapi kecerdasan yang hanya berkaitan berhubungan dengan judul penelitian terkait
dengan teks, tidak akan menjadi kritik yang untuk mencari aspek-aspek yang telah
mendasar terhadap teks itu sendiri. ditentukan. Data pada penelitian ini
Freire memperkenalkan konsep dilakukan dengan cara analisis deskriptif.
pendidikan dialogis. Melalui pendidikan Analisis data mencakup penguraian masalah
dialogis, Freire membawa masyarakat Brazil objek kajian kemudian dideskripsikan dan
kembali kepada fitrahnya, yaitu manusia dianalisis untuk memperoleh kesimpulan.
merdeka yang kritis dan kreatif. Pendidikan .
yang selama ini berlangsung diibaratkan
oleh Freire sebagai pendidikan gaya bank,

Refleksi Pendidikan IPA Sekolah.........(Desstya, dkk) 3


p-ISSN 2406-8012 e-ISSN: 2503-3530

HASIL DAN PEMBAHASAN memasukkan unsur sikap, content, dan


Proses pendidikan IPA di Sekolah Dasar proses.
Ilmu Pengetahuan Alam pada Jika guru di sekolah dasar memahami
hakikatnya merupakan body of knowledge secara mumpuni tentang hakikat pendidikan
(tubuhnya pengetahuan), a way of IPA, hal ini akan memungkinkan bagi guru-
investigation (cara untuk melakukan guru sekolah dasar untuk menjalankan tugas
penyelidikan), dan scientific attitude (sikap profesional, yaitu pembelajaran IPA.
ilmiah). IPA sebagai body of knowledge Menurut Permendiknas No. 22 Tahun 2006,
merupakan hasil temuan yang dilakukan kompetensi dalam pembelajaran IPA di
para ilmuan, yang berupa fakta, konsep, SD/MI terdiri atas: 1) menguasai
prinsip, hukum, teori maupun model. pengetahuan tentang berbagai jenis dan
Temuan-temuan tersebut diperoleh melalui perangai lingkungan alam dan lingkungan
proses penyelidikan dengan metode buatan dalam kaitan dengan pemanfaatan
discovery maupun inquiry. Selama bagi kehidupan sehari-hari; 2)
melakukan penyelidikan ini, sikap ilmiah mengembangkan keterampilan proses sains;
(scientific attitude) sangat diperlukan dan 3) mengembangkan wawasan, sikap dan
akan mulai terbentuk. Sikap ilmiah yang nilai-nilai yang berguna bagi siswa untuk
diharapkan meliputi objektif, tidak tegesaa- meningkatkan kualitas kehidupan sehari-
gesa, berhati terbuka, dapat membedakan hari; 4) mengembangkan kesadaran tentang
antara fakta dn pendapat, tidak bersifat keterkaitan yang saling mempengaruhi
memihak pada satu pendapat tertentu, tidak antara kemampuan sains dan teknologi
mendasarkan kesimpulan berdasarkan dengan keadaan lingkungan serta
prasangka, tidak percaya akan takhayul, pemanfaatannya bagi kehidupan nyata
tekun dan sabar dalam memecahkan sehari-hari; dan 5) mengembangkan
masalah, mengkomunikasikan hasil kemampuan siswa untuk menerapkan
temuannya untuk dikritisi dan IPTEK serta keterampilan yang berguna
disempurnakan, dapat bekerja sama dengan dalam kehidupan sehari-hari, maupun untuk
orang lain, dan selalu memiliki rasaa ingin melanjutkan pendidikannya yang lebih
tahu. tinggi.
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Beberapa alasan mata pelajaran IPA
pada hakikatnya merupakan suatu dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah
pemahaman tentang pentingnya adalah: (1) IPA berguna bagi suatu bangsa,
mempelajari alam sehingga akan membawa karena IPA merupakan pengetahuan dasar
manusia pada kehidupan yang bermakna dari teknologi, yang merupakan tulang
dan bermartabat. Dalam pendidikan IPA punggung dasri suatu bangsa. (2) IPA
menjelaskan pembentukan berfikir manusia mampu mengembangkan kemampuan
dalam kaitannya dengan mempelajari alam berpikir kritis dan sikap ilmiah yang
sehingga manusia menjadi mengerti, membentuk insan Indonesia yang
beretika, dan lebih dekat dengan Tuhannya. berkepribadian luhur, dan (3) IPA
Hakikat pendidikan IPA adalah mempunyai nilai-nilai pendidikan yang
membelajarkan peserta didik untuk dapat membentuk kepribadian anak secara
memahami hakikat IPA, dengan keseluruhan (Samatowa, 2011: 6). Dengan

4 Profesi Pendidikan Dasar, Vol. 4, No. 1, Juli 2017: 1 - 11


e-ISSN: 2503-3530 p-ISSN 2406-8012

demikian, dapat digarisbawahi bahwa tujuan yang sesungguhnya akan menyatukan


pendidikan IPA di sekolah dasar adalah subjek-subjek yang berusaha mendapatkan
membelajarkan siswa sekolah dasar agar pengetahuan akan suatu objek yang dalam
memahami hakikat IPA, agar mampu konteks ini berperan sebagai media
berfikir kritis, dan mempunyai kepribadian komunikasi di antara mereka. Sejak awal
luhur sebagai dasar dalam penguasaan siswa harus memposisikan diri sebagai
teknologi. subjek yang kreatif. Dengan pendidikan
Teori perkembangan kognitif Piaget secara dialektika, Paulo Freire mampu
menyatakan bahwa anak sekolah dasar membawa kembali masyarakatnya menuju
berada pada tahap operasional konkrit (7-12 fitrahnya, yaitu manusia merdeka yang kritis
tahun). Mereka akan lebih mudah dan kreatif.
memahami sebuah konsep melalui Dialog menjadi kunci dari konsep
pengalaman yang konkrit. Karakteristik pendidikan Freire. Pendidikan secara
tersebut dapat digunakan oleh guru sekolah dialektika mampu mentransformasi nilai
dasar dalam melakukan pembelajaran IPA kejujuran, keadilan, kemanusiaan,
yang mengacu pada kompetensi yang kesetiakawanan, profesionalisme,
terdapat dalam Permendiknas No 22 Tahun keluhuran, kedisiplinan, dan ketulusan.
2006 tersebut. Pendidikan secara dialektika merupakan hal
Dengan demikian, dapat disimpulkan penting karena bukan sekedar transfer ilmu,
bahwa pendidikan IPA di sekolah dasar tetapi pembentukan karakter. Selama ini,
adalah upaya membelajarkan peserta didik dalam proses pembelajaran membahas pada
untuk memahami hakikat IPA, dengan sesuatu yang abstrak, tidak sesuai dengan
memasukkan unsur sikap, content, dan kehidupan sebenarnya.
proses, yang dilakukan dengan memberikan Dalam prosesnya, belajar harus
suatu pengalaman belajar yang konkrit, memberi kesempatan bagi siswa untuk
yaitu dengan metode inquiry maupun mengetahui konsep yang dibicarakan.
discovery. Sebuah tindakan selalu mengimplikasikan
refleksi dan aksi berikutnya. Usaha untuk
Model Pendidikan menurut Paulo Freire mendapatkan pengetahuan mencakup
Penelitian ini memfokuskan pada sebuah dialektika yang beranjak dari aksi
pembahasan tentang cara, strategi, atau menuju refleksi, dan dari refleksi menuju
pendekatan dalam mentransfer ilmu aksi yang baru. Siswa harus melewati proses
pengetahuan dari Paulo Freire dari 3 aspek, abstraksi yang sebenarnya, dengan cara
yaitu pendidikan dialektis, pendidikan merefleksikan seluruh aksi-objek, dengan
membebaskan, dan pendidikan humanistis. mengkaji ulang tujuan hidup mereka di
Proses pembelajaran merupakan usaha dunia.
untuk memperoleh pengetahuan. Proses Pendidikan dialektis melibatkan unsur
mentransfer ilmu pengetahuan dipandang pengajar dan pelajar, yang merupakan
sebagai aksi budaya untuk membebaskan subjek yang sadar, serta realitas dunia
siswa dari belenggu ketidaktahuannya. sebagai objek yang disadari (Freire, 2009:
Siswa memerankan diri sebagai subjek 45). Melalui dialog, pendidik dan peserta
untuk berdialog dengan gurunya. Dialog didik melakukan komunikasi dua arah yang

Refleksi Pendidikan IPA Sekolah.........(Desstya, dkk) 5


p-ISSN 2406-8012 e-ISSN: 2503-3530

terjalin secara terbuka. Dengan adanya dunianya. Pendidikan humanis memberikan


keterbukaan melalui dialog, pendidikan kebebasan yang luas untuk berfikir kritis,
dalam bentuk doktrinasi dapat dihindarkan. dan semakin banyak yang dikritis dan
Dialog merupakan metode tepat untuk mengkritisi. Hal ini merupakan sebuah
memperoleh pengetahuan, sehingga guru kondisi sejajar antar manusia yang satu
dan murid harus menggunakan pendekatan dengan yang lain. Dominasi atas salah satu
ilmiah dalam melakukan dialog sehingga pihak merupakan sebuah bentuk penindasan,
akan memperoleh realitas secara benar. Bagi sehingga keadaan-keadaan tersebut harus
Freire, mengetahui suatu hal/ konsep tidak dilawan.
sama dengan mengingatnya. Berdasarkan uraian di atas, dapat
Paulo Freire mengedepankan sistem diambil pokok-pokok dalam model
pendidikan yang membebaskan, dan tidak pendidikan Paulo Freire, yaitu konsep
membelenggu. Pada model pendidikan yang pendidikan yang berwawasan humanis.
membelenggu, siswa merupakan objek pasif Antara pendidik dan peserta didik terjadi
dan tidak dituntut untuk berpartisipasi aktif keharmonisan dalam melakukan dialog
dalam proses belajar. Siswa hanya diisi dalam menemukan suatu konsep
kata-kata oleh guru. Guru mengajarkan pengetahuan.
kepada siswa seolah-olah dirinya terpisah
dari kehidupan nyata, seolah-olah bahasa Tujuan dari Pendidikan Paulo Freire
pemikiran itu bisa muncul tanpa kenyataan Paulo Freire, seorang tokoh pelopor
yang ada. Kurangnya guru dalam critical pedagogy, yaitu pendekatan
menghargai kebebasan siswa, merupakan pembelajaran yang membantu siswa melalui
cerminan pendidikan membelenggu, yang dominasi pertanyaan dan tantangan serta
menanamkan kesadaran yang salah kepada keyakinan dan praktik. Tujuan dari critical
siswa, yang pada akhirnya mereka hanya pedagogy adalah untuk memberdayakan
mengikuti alur kehidupan. Guru melakukan peserta didik, membantu mereka agar
tindakan manipulatif dengan siswa sebagai membantu dirinya sendiri, dan
objeknya. Pendidikan membebaskan yang membebaskan dari penindasan (Siswanto,
digagasnya, merupakan proses ketika guru 2007: 15). Pendidikan yang membebaskan
mengkondisikan siswa untuk mengenal dan dari Paulo Freire ini adalah Pendidikan yang
mengungkap kehidupan yang real secara menumbuhkan kesadaran kritis, yang
kritis. Tidak adanya dikotomi antara subjek ditandai dengan kedalaman menafsirkan
dan objek. Pendidikan secara dialektis masalah-masalah, percaya diri dalam
merupakan wujud dari pendidikan yang berdiskusi, mampu menerima dan menolak.
membebaskan merupakan upaya untuk Pada tingkat ini orang mampu merefleksi
memperoleh pengetahuan dan kreativitas dan melihat hubungan sebab akibat.
dimana siswa bersama-sama dengan guru Pendidikan Paulo Freire merupakan
menjadi subjek pengetahuan. pendidikan yang berwawasan humanis, yang
Konsep pendidikan humanis yang bertujuan agar dapat menghasilkan
digagasnya, mulai ada ketika ada apresiasi perubahan pada diri siswa baik perubahan
tentang hubungan dialektis antara kesadaran dalam kualitas berfikir, kualitas pribadi,
manusia dan dunia, atau antara manusia dan

6 Profesi Pendidikan Dasar, Vol. 4, No. 1, Juli 2017: 1 - 11


e-ISSN: 2503-3530 p-ISSN 2406-8012

kualitas sosial, kualitas kemandiriannya dan dasar adalah pada konsep, tujuan, metode
kualitas kemasyarakatannya. pendidikan, posisi pendidik, serta posisi
peserta didik, yang masing-masing disajikan
Relevansi Model Pendidikan Paulo Freire dalam table 1 berikut:
Dengan Pendidikan IPA di Sekolah dasar
Pembatasan kajian model pendidikan
Paulo Freire dan pendidikan IPA di sekolah

Tabel 1. Relevansi Pendidikan Paulo Freire dengan Pendidikan IPA di Sekolah Dasar
Aspek Pendidikan Paulo Freire Pendidikan IPA di SEKOLAH
DASAR
Konsep Pendidikan humanis Pendidikan untuk mengembangkan
kemampuan berpikir kritis dan sikap
ilmiah
Tujuan Dapat menghasilkan perubahan pada diri Membelajarkan siswa sekolah dasar agar
siswa baik perubahan dalam kualitas memahami hakikat IPA, agar mampu
berfikir, kualitas pribadi, kualitas sosial, berfikir kritis, dan mempunyai
kualitas kemandiriannya dan kualitas kepribadian luhur sebagai dasar dalam
kemasyarakatannya penguasaan teknologi
Metode Menekankan pada kebebasan intelektual Metode inquiry dan discovery yang
antara pendidik dengan peserta didik, menekankan pada keterampilan proses
melalui dialog terbuka
Posisi fasilitator, dinamisator, mediator dan Pembimbing, fasilitator.
pendidik motivator.
Posisi peserta Sebagai pusat kegiatan pembelajaran Sebagai subjek yang aktif dalam
didik pembelajaran

Berdasarkan tabel 1, dapat dijelaskan dan yaitu suatu asas pendidikan yang
ditarik relevansinya dalam pembahasan mengedepankan hafalan, bukan
berikut ini: pemahaman, dan mengedepankan formulasi
Pendidikan humanisme Paulo Freire bukan substansi, serta lebih dalam lagi
merupakan pendidikan yang memanusiakan menyukai keseragaman, bukan kemandirian
manusia, dan menempatkan manusia pada serta huru-hara klasikal, bukan petualangan
posisi sentral dalam setiap perubahan yang intelektual (Yunus, 2004: ix).
terjadi dan mampu pula mengarahkan serta Keberhasilan dalam pendidikan yang
mengendalikan perubahan itu. Perubahan ditekankan pada kemampuan intelektual,
yang terjadi melalui proses pembelajaran kemampuan dalam menciptakan dan
merupakan suatu bentuk proses belajar menerapkan suatu produk teknologi (yang
menemukan kembali (reinventing), merupakan terapan dari IPA), dan tanpa
menciptakan kembali (recreating), menulis memperhatikan karakter sosial maupun
ulang (rewriting) (Freire, 2009:67). Ketiga spiritual, menjadi tugas para praktisi
bentuk ini hanya bisa dilakukan oleh subjek. pendidikan untuk menyelesaikannya. Paulo
Pendidikan kita selama ini hanya berfungsi Freire menyarankan adanya pendidikan
untuk membunuh krativitas siswa, karena dialektis, yang mampu mentransformasi
lebih mengedepankan aspek verbalisme, karakter dan sikap sosial, yaitu menghargai

Refleksi Pendidikan IPA Sekolah.........(Desstya, dkk) 7


p-ISSN 2406-8012 e-ISSN: 2503-3530

pendapat dan pilihan orang lain, nilai kebebasan intelektual antara pendidik
kejujuran, keadilan, kemanusiaan, dengan peserta didik, melalui dialog
kesetiakawanan, pofesionalisme, keluhuran, terbuka. Penemuan produk-produk IPA
kedisiplinan, dan ketulusan. Dialog melalui inquiry maupun discovery
mengandalkan adanya kerendahan hati. memberikan kebebasan intelektual bagi
Seseorang mau belajar dari orang lain, siswa untuk lebih berfikir kritis. Selama
meskipun dari segi budaya dianggap lebih proses penemuan, siswa akan saling
rendah, memperlakukan orang lain dengan berdiskusi dalam dialog terbuka. Pendidik
cara yang sama. Manusia pada hakikatnya dan siswa berada pada posisi sejajar dan
adalah menjadi subjek yang harus saling belajar dan saling bekerja sama.
mengubah dunia, membuat kehidupan ini Freire memperjelas konsep ini dengan
semakin penuh dan semakin kaya, baik memberikan ciri-ciri guru yang
secara individual maupun secara kolektif. membebaskan: a) terbuka terhadap kritikan
Dialog menuntut sikap mau mendengar dan dari pihak eksternal selama itu baik bagi
memahami diri sendiri, menekankan adanya pembangunan yang lebih dinamis dan
interaksi yang dialogis antara keduanya konstruktif menuju pendidikan yang
dalam menciptakan pengetahuan bersama. membebaskan, b) merasa tidak cukup
Guru sebagai subjek yang mengetahui ilmu, dengan ilmu yang didapatnya, sehingga
akan sangat tepat jika siswa juga memiliki keinginan belajar terus menerus
memperoleh pemahaman yang sama tentang tanpa henti, c) tidak merasa menjadi yang
ilmu itu. Posisi kedua pihak adalah setara paling mampu dan menguasai berbagai hal,
dan sederajat dalam proses pembelajaran. dan menganggap murid juga sumber
Freire berusaha membongkar watak informasi yang bisa ia ambil pelajaran dari
pasif dari praktik pendidikan tradisional, mereka.
karena pendidikan dengan pola ini Mansyur (2014: 50), menyatakan
menempatkan siswa sebagai objek tentang pendidikan kritis dari Paulo Freire,
pembelajaran, dan melanggengkan “sistem bahwa pendidikan selalu melibatkan
relasi penindasan”. Disebutnya juga sebagai hubungan sosial dan pilihan-pilihan politik.
sistem pendidikan “gaya bank” yaitu guru Ketika pendidikan memiliki hubungan yang
bertindak sebagai pihak yang menabung erat dengan sosial, maka pendidikan akan
pengetahuan, dan siswa penerimanya. memberikan pengaruh terhadap perubahan
Pendidikan IPA di sekolah dasar sosial yang ada. Hal ini sejalan dengan teori
dilakukan dengan memberikan pengalaman belajar Bandura, bahwa perilaku manusia
belajar secara langsung, melalui metode selalu berkesinambungan antara kognitif,
discovery maupun inquiry. Bukan perilaku dan pengaruh lingkungan.
memberikan sesuatu yang abstrak yang Dinyatakan oleh Muakhirin (2014),
seolah-olah terpisah dari kehidupan nyata bahwa dalam kurikulum IPA sekolah dasar,
dari siswa. Sesuai dengan pendidikan yang pembelajaran IPA sebaiknya memuat 3
membebaskan dari Paulo freire, guru komponen, yaitu: pembelajaran IPA harus
mengkondisikan siswa agar mampu merangsang pertumbuhan intelektual dan
mengenal dan mengungkap kehidupannya perkembangan siswa, dengan melibatkan
secara kritis. Paulo Freire menekankan pada siswa dalam kegiatan praktikum/ percobaan

8 Profesi Pendidikan Dasar, Vol. 4, No. 1, Juli 2017: 1 - 11


e-ISSN: 2503-3530 p-ISSN 2406-8012

IPA, dan seharusnya mendorong memiliki bekal pengetahuan yang


terbentuknya sikap ilmiah, mengembangkan berhubungan dengan sesuat yang dipelajari,
kemampuan penggunaan keterampilan b) memahami aktivitas anak dalam
berfikir kritis dan rasional, melalui melakukan kegiatan yang nyata, c)
pembelajaran inquiry, yang dilakukan mendorong terciptanya kondisi untuk saling
secara berkelompok. Dengan demikian, ada bertanya antara guru dan siswa.
interaksi timbal balik antarsiswa, dan antara
guru dengan siswa melalui sebuah proses SIMPULAN
dialog untuk menciptakan pemahaman dan Simpulan dari penelitian ini adalah:
pengetahuan bersama, yang mana hal ini 1. Pendidikan IPA di sekolah dasar
sesuai dengan pemikiran Paulo Freire. diarahkan melalui pengalaman
Hanya dengan menempatkan siswa sebagai langsung, dilakukan secara discovery
subjek, bukan objek dalam pembelajaran dan inquiry ilmiah dengan
bisa mendorong siswa untuk berfikir secara mengembangkan keterampilan proses
kritis dan rasional. dan sikap ilmiah.
Pembelajaran inquiry berpusat pada 2. Model pendidikan menurut Paulo Freire
pertanyaan ‘mengapa’ dan ‘bagaimana kita menyatakan tentang pendidikan:
mengetahui’, sehingga anak dituntut untuk a) dialektis, yaitu interaksi yang dialog
berfikir kritis, dan didorong untuk is antara guru dan siswa.
menjelaskan tentang apa yang diamati b) Pendidikan yang membebaskan dan
dalam diskusi kelas maupun tulisan. tidak membelenggu, yaitu mengenal
Pembelajaran IPA sebagai proses aktif dan dan mengungkap realitas kehidupan
sangat dipengaruhi oleh keingintahuan siswa secara kritis.
terhadap apa yang akan dipelajari. Paulo c) pendidikan humanisme,
Freire menempatkan siswa sebagai pusat yaitu pendidikan yang memanusiakan
kegiatan pembelajaran, demikian juga dalam manusia.
pendidikan IPA di sekolah dasar, yang 3. Tujuan pendidikan Paulo Freire adalah
menempatkan siswa sebagai subjek menghasilkan perubahan pada diri
pembelajaran yang aktif. Peran pendidik siswa baik perubahan dalam kualitas
sebagai pembimbing, fasilitator, berfikir, kualitas pribadi, kualitas sosial,
dinamisator, mediator dan motivator. kualitas kemandiriannya dan kualitas
Hasil belajar tidak hanya tergantung kemasyarakatannya
pada objek yang disiapkan oleh guru, tetapi 4. Relevansi Pendidikan IPA sekolah
juga oleh interaksi antara berbagai informasi dasar di Indonesia dengan pendidikan
yang seharusnya diberikan kepada anak Paulo Freire:
serta mengkaitkannya dengan pengetahuan a. Pendidikan humanis dari Paulo
yang sebelumnya sudah dimiliki. Konteks Freire, menempatkan manusia sesuai
pendidikan IPA yang humanistis, yaitu martabatnya. Dalam pembelajaran
bagaimana mengajarkan IPA dengan cara IPA, siswa sebagai subjek
memanusiakan manusia, sebagai seorang pembelajar yang diberi kebebasan
pendidik perlu memperhatikan aspek intelektual untuk mengembangkan
penting, yaitu a) memahami bahwa siswa kemampuan berpikir kritis dan

Refleksi Pendidikan IPA Sekolah.........(Desstya, dkk) 9


p-ISSN 2406-8012 e-ISSN: 2503-3530

bersikap ilmiah melalui metode Hasil penelitian ini dapat direkomendasikan


discovery dan inquiry, melalui dialog kepada para praktisi pendidikan untuk
terbuka. membelajarkan IPA di sekolah dasar dengan
b. Tujuan pendidikan Paulo Freire memberikan pengalaman secara langsung
mengarah pada perubahan kualitas melalui proses inquiry ilmiah dengan
cara berfikir, yang sejalan dengan melakukan pembelajaran secara dialogis,
tujuan pendidikan IPA di sekolah pembelajaran yang membebaskan sehingga
dasar yang mulai mengembangkan dapat berfikir secara kritis dan rasional, dan
kemampuan untuk berfikir kritis pendidikan yang humanistis, yaitu
sebagai bentuk dari perubahan pendidikan yang memanusiakan manusia.
berfikir pasif.
c. Pendidikan Paulo Freire
menempatkan peserta didik sebagai
subjek yang aktif dalam
pembelajaran, sedangkan peran
pendidik sebagai fasilitator,
mediator, dan motivator. Demikian
halnya dengan pendidikan IPA di
sekolah dasar.

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang
Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah: Jakarta: Kemendiknas.

Djumhana, Nana & Muslim. 2007. Pendidikan IPA. Jakarta: Direktorat Pendidikan Tinggi.
Departemen Pendidikan Nasional.

Freire, Paulo. 2009. Politik Pendidikan. Kebudayaan Kekuasaan dan Pembebasan.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kemdikbud. 2013. Permendikbud Nomor 67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan
Struktur Kurikulum Sekolah dasar/ Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Kemdikbud.

Mansyur, Masykur H. 2014. Pendidikan Ala “Paulo Freire” Sebuah Renungan Jurnal Ilmiah
Solusi Vol. 1 No.1 Januari – Maret 2014: 64-76.

Muakhirin, Binti. 2014. “Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pendekatan Pembelajaran
Inquiry Pada Siswa Sekolah Dasar”. Jurnal Ilmiah Guru “COPE”, No. 01/Tahun
XVIII/Mei 2014

10 Profesi Pendidikan Dasar, Vol. 4, No. 1, Juli 2017: 1 - 11


e-ISSN: 2503-3530 p-ISSN 2406-8012

Shor, Ira & Paulo Freire. 2001. Menjadi Guru Merdeka. Terj. A. Nashir Budiman
Yogyakarta: LkiS.

Siswanto. 2007. “Pendidikan Sebagai Paradigma Pembebasan (Telaah Filsafat Pendidikan


Paulo Freire)”. Jurnal Tadris. Volume 2. Nomor 2.

Samatowa, Usman. 2011. Pembelajaran IPA di Sekolah dasar. Jakarta: PT Indeks

Yamin, Muh. 2010. “Menggugat Pendidikan Indonesia: Belajar dari Paulo Freire dan Ki
Hajar Dewantara”. Jurnal Pendidikan. Volume 3. Nomor 2.

Refleksi Pendidikan IPA Sekolah.........(Desstya, dkk) 11

S-ar putea să vă placă și