Sunteți pe pagina 1din 15

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
hidayah-Nya lah, laporan bedah jurnal ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa laporan ini dapat terselesaikan karena bantuan dari berbagai
pihak. Untuk itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. drg.Musnar Munir, Sp.KGA selaku pembimbing modul.
2. Seluruh rekan-rekan yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu.
Akhir kata, saya sadar bahwa kesempurnaan tidak ada pada manusia oleh sebab itu
penulis mohon kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan di kemudian hari. Semoga
laporan ini bermanfaat bagi pembaca, baik refrensi atau perkembangan pengetahuan.

Samarinda, Desember 2018


Hormat saya,

Daivy Putri Anzelina Marbun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 1

BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................................... 3

1.1 Pengantar .......................................................................................................................... 4

1.2 Bahan dan Metode ............................................................................................................ 5

BAB 2 HASIL............................................................................................................................ 7

2.1 Hasil ................................................................................................................................. 7

2.2 Diskusi.............................................................................................................................. 9

BAB 3 PEMBAHASAN .......................................................................................................... 12

BAB 4 PENUTUP ................................................................................................................... 14

4.1 Kesimpulan .................................................................................................................... 14

4.2 Saran .............................................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 15

2
BAB 1

PENDAHULUAN

Abstract :

Objective: Dental caries is one of the most prevalent diseases among school going
children and its prevalence is multifactorial. Only sporadic data is available on the oral
health condition in different states in India. In a metropolitan city like Mumbai, no systematic
assessment on the oral health problems is available, especially among the children belonging
to low socio-economic class, studying in municipal schools. Hence the current study was
planned to assess the prevalence of dental caries and its relation with various oral hygiene
practices among the children studying in (V-VII Std.) suburban municipal school and
predominantly from a low socio-economic area, located in the field practice area of a
teaching medical college. Method: The present cross sectional study was conducted among
299 school children of the age 9 to 13 years using a pre-tested semi-structured questionnaire
for face to face interview followed by oral examination by trained dental experts.

Results: The prevalence of dental caries was found to be 78.3%, higher among 10-11 years
and among boys. Mean DMFT index was found to be 1.94±1.70. Statistically
significant association was found among the oral hygiene practices and dental caries
for daily brushing (p<0.001), rinsing mouth after meals (p<0.0001) and frequency of
sweets consumption (p<0.0001).

Conclusion: The high prevalence of dental caries warrants an urgent need for
inculcating better oral hygiene practices among school children through active involvement
of parents and teachers.

ABSTRAK :

Objectif: Karies gigi adalah salah satu penyakit yang paling umum di antara anak-anak
sekolah dan prevalensinya bersifat multifaktorial. Hanya data sporadis tersedia pada kondisi
kesehatan mulut di negara-negara yang berbeda di India. Di kota metropolitan seperti
Mumbai, tidak ada penilaian sistematis tentang masalah kesehatan mulut, terutama di antara
anak-anak yang termasuk kelas sosial ekonomi rendah, belajar di sekolah bagian kota. Oleh
karena itu penelitian saat ini direncanakan untuk menilai prevalensi karies gigi dan

3
hubungannya dengan berbagai praktek kebersihan mulut di antara anak-anak yang belajar di
sekolah kota pinggiran kota (V-VII Std.), dan terutama dari daerah sosial ekonomi rendah,
yang terletak di lapangan area praktik dari perguruan tinggi kedokteran pengajaran.

Metode : Penelitian cross sectional ini dilakukan di antara 299 anak-anak sekolah dari usia 9
hingga 13 tahun menggunakan kuesioner semi-terstruktur pra-uji untuk wawancara tatap
muka diikuti melalui pemeriksaan lisan oleh ahli gigi terlatih.

Hasil : Prevalensi karies gigi ditemukan 78,3%, lebih tinggi di antara 10-11 tahun anak laki-
laki. Indeks DMFT rata-rata ditemukan 1,94 ± 1,70. Hubungan yang signifikan secara
statistik ditemukan di antara praktek kebersihan mulut dan karies gigi untuk menyikat gigi
setiap hari (p <0,001), berkumur setelah makan (p <0,0001) dan frekuensi konsumsi permen
(p <0,0001).

Kesimpulan : Prevalensi tinggi karies gigi menjamin kebutuhan mendesak untuk


menanamkan praktik kebersihan mulut yang lebih baik di antara anak-anak sekolah melalui
keterlibatan aktif orang tua dan guru.

1.1 Pengantar

Karies gigi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang signifikan dan dapat
dicegah. Ini adalah penyakit kronis yang paling umum pada masa kanak-kanak yang
mengganggu asupan gizi normal, berbicara, percaya diri dan kegiatan rutin sehari-hari,
sehingga gizi di antara anak-anak dengan perkembangan kognitif yang abnormal.

Hanya data sporadis tersedia pada kondisi kesehatan mulut di negara-negara yang
berbeda di India dan satu studi yang dilakukan oleh Damle dan Patel di Dharavi, Mumbai.
Namun, dari studi yang tersedia, dapat diperkirakan bahwa sejumlah besar anak-anak sekolah
dari 31,5 hingga 89%, dipengaruhi oleh karies gigi di berbagai bagian negara.

Selain itu, telah terlihat bahwa prevalensi karies gigi dan morbiditas kesehatan mulut
lainnya tinggi dalam kelompok sosial ekonomi rendah karena praktek kebersihan mulut
mereka yang buruk, kurang kesadaran, asupan makanan yang tidak layak dan status keluarga.
Anak-anak sekolah dari latar belakang sosio-ekonomi yang lebih rendah juga menunjukkan
lebih banyak kerusakan dan lebih banyak gigi yang hilang dari penyakit sebelumnya
dibandingkan dengan anak-anak dari tingkat sosial ekonomi yang lebih tinggi.

4
Telah terbukti bahwa sekolah dapat memberikan platform yang ideal untuk promosi
kesehatan mulut. Pada tingkat global sekitar 80% anak-anak bersekolah di sekolah menengah
bawah. Sekolah dapat menyediakan lingkungan yang mendukung untuk mempromosikan
kesehatan mulut dan dapat sangat membantu dalam menyebarkan pesan edukasi yang tepat
kepada masyarakat setempat. Sekolah adalah pusat terbaik untuk secara efektif menerapkan
program perawatan kesehatan yang komprehensif karena anak-anak mudah diakses sekolah.

1.2 Bahan dan Metode

Penelitian Cross-sectional saat ini dilakukan di sekolah umum Municipal yang


terletak di Malwani- Malad, kota pinggiran bagian barat utara Mumbai. Daerah ini sebagian
besar terdiri dari populasi dari kelas sosial ekonomi rendah, yang terlibat dalam berbagai
sektor layanan yang tidak terorganisir. Mumbai Municipal Corporation, badan pemerintahan
mandiri lokal menyediakan layanan pendidikan dasar dan perawatan kesehatan di
masyarakat. Ada dua sekolah menengah kota dengan total 574 siswa yang belajar dari kelas
V ke kelas VII.

Ukuran sampel dihitung menggunakan rumus 4pq/l² [P = prevalensi karies gigi di


antara anak-anak = 54%, q = 100-p = 46% dan kesalahan yang diijinkan = 5,8]. Dengan
asumsi 10% ketidakhadiran & keengganan untuk berpartisipasi dalam studi oleh anak-anak,
ukuran sampel dihitung sebagai 321. Semua anak yang belajar di kelas V, VI, VII sekolah,
bersedia untuk berpartisipasi dengan persetujuan tertulis orang tua dan hadir selama
pemeriksaan mulut dimasukkan dalam penelitian. Sebanyak 299 siswa berpartisipasi dalam
penelitian ini.

Persetujuan dari komite Etika Kelembagaan dan kepala sekolah diperoleh untuk
melakukan penelitian. Pertemuan orang tua dipanggil, tujuan penelitian dijelaskan orang tua
dan persetujuan mereka diambil.

Kuesioner semi-terstruktur yang telah teruji sebelumnya digunakan untuk wawancara


tatap muka dengan anak-anak untuk penilaian praktek kebersihan mulut. Cermin mulut polos,
stik es krim, dan probe digunakan untuk pemeriksaan oral klinis oleh tim dokter gigi ahli
bedah. Pencatatan pemeriksaan kesehatan mulut termasuk status karies gigi, morbiditas
kesehatan mulut terkait lainnya dan indeks DMFT.

5
Semua tanggapan di tabulasikan menggunakan Microsoft-Excel 2007 Software untuk
analisis data. Data dianalisis dengan menggunakan perangkat lunak SPSS versi 16.0. Alat
statistik seperti rata-rata, median, rentang, proporsi dan chi-square digunakan sebagaimana
mestinya.

6
BAB 2

HASIL

2.1 Hasil

Dalam studi tersebut laki-laki (53,1%) dan perempuan (46,9%). Mayoritas anak-anak
berumur 9 hingga 12 tahun. Beberapa anak di atas 12 tahun (10,4%). Sebanyak (59,2%)
anak-anak menyikat gigi setiap hari dan dua kali sehari (18,4%). Anak-anak makan permen
setiap hari sebanyak (72,2%) dengan berbagai frekuensi. (89,6%) anak-anak dengan
kebiasaan menyikat tidak teratur dibandingkan dengan dan (61,8%) anak-anak dengan
kebiasaan menyikat setiap hari, (79,1%) setidaknya sekali, (61,8%) menyikat gigi lebih dari
sekali memiliki karies gigi (p <0,001) (Figure 1). Menyikat gigi menggunakan sikat gigi
menderita karies gigi sebanyak (75,6%) dibandingkan dengan anak-anak tidak menggunakan
sikat gigi sebanyak (89,4%). Hubungan antara menggunakan sikat gigi dan karies gigi secara
statistik signifikan (p <0,02).

Sebanyak (59%) anak-anak yang makan permen kurang dari satu kali sehari memiliki
karies gigi dibandingkan dengan anak-anak makan manisan lebih dari satu kali sebanyak
(86,2%). Frekuensi makan permen secara signifikan terkait dengan terjadinya karies gigi (p
<0,0001).

7
Sebanyak (67,5%) anak-anak yang berlatih membilas mulut setelah makan telah
membilas mulut mereka setelah makan. (78,3%) orang tua bersikeras pada anak mereka
untuk menyikat setiap hari (Table 1).

Prevalensi karies gigi ditemukan (78,3%) di antara anak-anak. Itu (80,8%) di antara 9-
10 tahun , (84,6%) 10-11 tahun dan (69,8%) anak-anak 11-12 tahun. Pada anak laki-laki
(81,1%) memiliki karies gigi dibandingkan dengan perempuan sebanyak (75%). Perbedaan
prevalensi karies gigi di antara kelompok usia & kedua jenis kelamin tidak signifikan secara
statistik (Table 2).

Sebanyak (74,8%) anak-anak dengan desakan orangtua pada penyikatan gigi setiap
hari secara signifikan memiliki prevalensi karies gigi yang lebih rendah dibandingkan dengan
anak-anak dengan karies gigi dengan lalai dalam pengasuhan (90,8%). Hubungan antara

8
desakan orang tua pada penyikatan gigi harian dan karies gigi sangat signifikan (p <0,006).
Di antara anak-anak dengan karies gigi (83,3%) memiliki saudara mereka juga menderita
beberapa masalah gigi dan asosiasi ini ditemukan secara statistik signifikan (p <0,016) (Table
3).

Berarti DMFT dalam penelitian ini di antara anak-anak yang diteliti ditemukan 1,94 ±
1,70. Pada anak laki-laki itu (1,84 ± 1,64) dan( 2,05 ± 1,76) pada anak perempuan. Rata- rata
DMFT bervariasi dari umur 9-10 tahun (1,89 ± 1,73), 10-11 tahun (2,00 ± 1,94) dan 11-12
tahun (2,09 ± 1,61) (Table 4).

2.2 Diskusi

Karies gigi adalah salah satu penyakit utama di kalangan anak-anak sekolah. WHO
melaporkan 60-90% anak-anak sekolah di seluruh dunia telah mengalami karies dengan
penyakit yang paling umum di negara-negara Asia dan Amerika Latin. Karies adalah
penyakit yang paling umum di antara anak-anak sekolah dan prevalensinya adalah

9
multifaktorial tergantung pada usia, jenis kelamin, status sosial ekonomi, lokasi geografis,
kebiasaan makanan terutama konsumsi gula/ sukrosa dan kebiasaan kebersihan mulut.

Dalam penelitian kami, prevalensi keseluruhan karies gigi adalah tinggi yang tertinggi
adalah (84%) pada usia 10-11 tahun dan (82,9%) pada usia 9-10 tahun. Hasil ini mirip
dengan penelitian yang dilaporkan oleh Rao et al yang melaporkan prevalensi (76,9%) di
antara usia 5-12 tahun. Shingare et al yang melaporkan prevalensi (80,92%) pada usia 3-14
tahun. Prevalensi karies yang sama ditemukan dalam penelitian yang dilakukan di kota
Mangalore oleh Sudha P (82,5 %). Dharavi Mumbai oleh Damle et al. (79,48%). Dalam
sebuah penelitian yang dilakukan di Sunderbans, prevalensi karies adalah (82%) dan itu
meningkat seiring bertambahnya usia. Namun prevalensinya jauh lebih rendah dalam studi
oleh Misra dan S hee (60,41%) dan Chopra et al. (61,88%). Dalam penelitian ini anak laki-
laki menunjukkan prevalensi sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan (81%
dibandingkan dengan 75%), ini mirip dengan temuan oleh Mahesh P et al, Rao et al,
Sarvanan et al, Sudha P et al, Vacher dan Auckland & Bgel Karoey et al. Sebaliknya,
perempuan ditemukan memiliki prevalensi karies yang lebih tinggi oleh Misra dan Shee,
Gaikwad dan Indurkar dan Singh & Saimbi et al. Variasi ini dapat dikaitkan dengan
perbedaan dalam kelompok usia dan lokasi geografis yang dipelajari dalam survei.

Diamati bahwa mereka yang menyikat dua kali sehari memiliki prevalensi lebih
rendah dari karies gigi dibandingkan dengan mereka yang kebiasaan menyikat baik sekali
sehari atau tidak setiap hari. Temuan ini mirip dengan temuan David J et al, Moynihan P et
al. dan Dhar V et al. Pada sebuah studi oleh Datta et al siswa yang disikat dua kali sehari
memiliki karies (47,4%) dibandingkan dengan siswa yang memiliki kebiasaan menyikat baik
satu kali sehari atau tidak setiap hari (76,84%). Dalam sebuah penelitian oleh Shailee et al di
kota Shimla-Himachal Pradesh, mereka menemukan bahwa seiring meningkatnya frekuensi
menyikat, prevalensi karies gigi menurun.

Dalam penelitian kami ada korelasi kuat antara konsumsi gula dan prevalensi karies,
meningkat dengan meningkatnya paparan gula. Temuan dari penelitian ini menegaskan
kembali gula (sukrosa) sebagai salah satu faktor etiologi utama yang konsisten dengan
temuan Gupta A et al, Kalsbeek dan Verrips, Mohit Kumar et al. Korelasi yang kuat antara
konsumsi gula dan perkembangan karies juga terlihat oleh Shetty dan Tandon. Dalam sebuah
penelitian yang dilakukan oleh Vishwanath dan Sabu di Bangalore Utara, mereka mencoba
untuk menemukan jenis gula yang dikonsumsi dan menyimpulkan bahwa permen keras lebih

10
berisiko dalam menyebabkan karies gigi dari pada minuman ringan atau es krim. Namun, ini
persis berlawanan dengan temuan Weissenbach et al. dan Hashizume LN et al. yang tidak
menemukan hubungan antara konsumsi camilan dan minuman manis bergula dengan karies
gigi.

Praktek membilas mulut setelah makanan ditemukan bermanfaat dengan prevalensi


karies rendah. Ini juga telah dilaporkan oleh Kapoor et al. dan Datta et al. yang menemukan
bahwa siswa yang memiliki kebiasaan berkumur setelah makan mengalami karies (56,41%)
dibandingkan dengan siswa yang tidak berkumur setelah makan(80%). Desakan orangtua
pada menyikat gigi ditemukan secara signifikan terkait dengan prevalensi karies gigi di antara
anak-anak sekolah yang diperiksa. Demikian pula, riwayat karies gigi antara saudara kandung
ditemukan terkait secara signifikan, menyiratkan pengelompokan karies gigi pada keluarga
dengan kebiasaan kebersihan mulut yang buruk dan peran penting orang tua dalam
menanamkan kebiasaan kebersihan mulut yang baik.

Dalam penelitian kami, indeks rata- rata DMFT ditemukan (1,94 ± 1,70) sedikit lebih
tinggi anak perempuan (2,05 ± 1,76) dibandingkan dengan anak laki-laki (1,84 ± 1,64).
Analisis retrospektif karies gigi oleh Kundu et al. juga menemukan rata-rata DMFT untuk
kelompok usia 12 tahun untuk wilayah Utara menjadi (1,90 ± 4,42). Sebuah perkiraan World
Health Organization global DMFT untuk anak-anak berusia 12 tahun melaporkan bahwa di
188 negara yang termasuk dalam database mereka, bahwa pada basis global 200, 335, 280
gigi membusuk, terisi atau hilang di antara kelompok usia tersebut. Oleh karena itu, WHO
terus menganjurkan bahwa upaya untuk memperbaiki situasi secara keseluruhan masih sangat
diindikasikan.

11
BAB 3

PEMBAHASAN

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian yang sangat penting bagi kesehatan
secara keseluruhan. Pada usia pra sekolah rentan terkena penyakit gigi dan mulut, karena
pada umumnya anak- anak masih mempunyai prilaku atau kebiasaan diri yang kurang baik.
Kondisi gigi susu nantinya akan menentukan keadaan gigi permanen sebagai penggantinya.
Masalah yang serig terjadi pada anak usia pra sekolah sekitar umur 4 tahun adalah prilaku
dalam mengkonsumsi makanan dan minuman yang manis, tetapi tidak diiringi dengan prilaku
membersihkan gigi. Peran keluarga sangat penting untuk membimbing, mengarahkan dan
memotivasi dalam merawat kesehatan gigi anaknya (Indrianingsih, Prasetyo, & Kurnia,
2018). Peran ibu sangat penting terhadap usaha memelihara kesehatan gigi dan mulut
anaknya, terutama pada anak dengan usia kurang dari 7 tahun (Guswan & Yandi, 2017).

Pengetahuan tentang perawatan gigi pada anak sangat dibutuhkan untuk orang tua.
Pengetahuan dapat diperoleh salah satunya dengan pendidikan, semaikin tinggi pendidikan
maka di harapkan semakin luas tingkat pengetahuannya. Selain itu perlu juga dukungan
finansial untuk mencapai hasil yang optimal. Orang tua yang memiliki tingkat pendidikan
dengan kategori rendah di harapkan untuk meningkatkan pengetahuan dengan cara membaca
atau mencari informasi tentang perawatan gigi melalui cara lain agar bisa melakukan
pencegahan terhadap terjadinya karies pada anak. Bagi keluarga yang memiliki tingkat sosial
ekonomi yang rendah untuk berusaha menyediakan perawatan gigi minimal bagi anaknya,
dengan cara menyediakan sikat gigi dan pasta gigi yang sesuai dengan usia anak
(Setyaningsih & Prakoso, 2016). Informasi mengenai kesehatan gigi dari media massa,
penyuluhan, atau informasi dari tenaga kesahatan. Informasi mengenai kesehatan gigi juga
bisa di dapatkan dari iklan pasta gigi atau sikat gigi, maupun iklan layanan masyarakat
tentang pemeliharaan gigi merupakan salah satu agar orang tua bisa mendapatkan informasi
tentang kesehatan gigi anak, informasi yang diterima oleh ibu secara tidak sadar dapat
meningkatkan pengetahuan orang tua tentang kesehatan gigi anak (Rompis, Pangemanan, &
Gunawan, 2016).

Kondisi orang tua dengan ekonomi tinggi cenderung anaknya mengonsumsi makanan
yang dapat menyebabkan karies, namun orang tua dengan pendapatan ekonomi tinggi juga

12
mendapat kecendrungan untuk mendapatkan perawatan kesehatan gigi yang sebanding
(Ngantung, Pangemanan, & Gunawan , 2015).

13
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Meskipun kemajuan ilmiah dan fakta bahwa karies itu adalah penyakit yang dapat
dicegah, karies gigi terus menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama. Prevalensinya
yang tinggi di antara anak-anak sekolah bukan hanya masalah medis tetapi juga masalah
sosial. Menanamkan kebiasaan kebersihan mulut yang baik dari menyikat teratur,
mengurangi asupan gula, membilas mulut setelah makan melalui keterlibatan aktif orang tua
dan guru dapat sangat membantu dalam mengurangi karies gigi. Pemeriksaan kesehatan gigi
secara teratur harus dilakukan di semua sekolah dengan tindak lanjut yang konsisten.
Pendidikan kesehatan harus dimasukkan dalam kegiatan reguler sekolah. Orang tua harus
dibuat sadar akan kesehatan gigi anak-anak mereka dengan pertemuan orang tua- guru secara
rutin untuk pentingnya praktik kebersihan yang baik dalam pencegahan penyakit.

4.2 Saran

Pengetahuan tentang kebersihan rongga mulut harus sering di lakukan agar orang tua
dan anak dapat selalu mengingat dan melakukan, sehingga angka terjadinya karies menurun.
Peran orang tua dalam memberi dan mengawasi anak untuk menjaga kebersihan rongga
mulut sangat penting. Sehingga orang tua harus memperbanyak pengetahuan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Guswan, G., & Yandi, S. (2017). Hubungan Pengetahuan dan Tindakan Ibu terhadap Indeks
Plak Anak Tk Ibnu Akbar Jalan Perak Pegambiran Kecamatan Lubuk Begalung
Padang. Jurnal Kedokteran Gigi, 6-10.

Indrianingsih, N., Prasetyo, Y. B., & Kurnia, A. D. (2018). Dukungan Sosial Keluarga dan
Prilaku Anak dengan Karies Gigi dalam Melakukan Perawatan Gigi dan Mulut. 119-
124.

Ngantung, R. A., Pangemanan, D. H., & Gunawan , P. N. (2015). Pengaruh Tingkat Sosial
Ekonomi Orang Tua Terhadap Karies Anak di TK Hang Tuah Bitung. Jurna e-Gigi
(eG), 542-548.

Pai, N. G., Acharya, S., Vaghela, J., & Mankar, S. (2018). Prevalence and Risk Factors of
Dental Caries Among School Children from a Low Socio Economic Locality in
Mumbai, India. Internatioal Journal of Applied Dental Sciences, 203-207.

Rompis, C., Pangemanan, D., & Gunawan, P. (2016). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu
tentang Kesehatan Gigi Anak dengan Tingkat Keparahan Karies Anak TK di Kota
Tahuna. Jurnal e-Gigi (eG), 46-52.

Setyaningsih, R., & Prakoso, I. (2016). Hubungan Tingkat Pendidikan, Tingkat Sosial
Ekonomi dan Tingkat Pengetahuan Orang Tua tentang Perawatan Gigi dengan
Kejadian Karies Gigi pada Anak Usia Balita di Desa Mancasan Baki Sukoharjo.
KOSALA, 13-24.

15

S-ar putea să vă placă și