Sunteți pe pagina 1din 9

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

ANALISIS IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG


NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK
DI KANTOR KELURAHAN KOTA SEMARANG

Sofia Farahdina, Kusyogo Cahyo, Emmy Riyanti

Bagian Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat


Universitas Diponegoro Semarang
Email : sofiafarahdina@gmail.com

Abstract:Local Goverment Regulation Number 3 Year 2013 concerning on


tobacco free area (KTR) is one of the policies issued by Semarang goverment to
control the negative effects caused by smoking activity in which can harm
people’s health. The result of this research shows that there are plenty of
disobedience in the implementation of the regulation. It was found that smoking
activity in the non-smoking areas is still high, particularly in Kelurahan offices.
The research took place in Kelurahan offices in Semarang. The aim of this study
is to analyze factors related to the implementation of local government regulation
Number 3 Year 2013 in Kelurahan offices. Descriptive analytic with cross-
sectional approach is used in this study. The population of this study is 177 with
147 Lurah as the sample. Saturated sampling is used in this study. Chi-square
test is used to analyze the data with 95% significance. The result of this study
indicates that 62,2% of the Kelurahan offices have implemented local
government regulation number 3 year 2013 well, while51,7% Kelurahan office
have communication well. 59,9% Kelurahan office have had adequate resources,
51,0 % Kelurahan office have good disposition and 95,9% Kelurahan office have
good bureaucratic structure. The chi-square statistic shows that there is
communication correlation (p = 0,018), resources (p = 0,001), and disposition (p
= 0,001) and has no correlation between bureaucratic structure (p = 0,197).
Analysis multivariat using regression logistics shows that indicated significant
influence between diposition with implementation Local Government Regulation
Number 3 Year 2013 concerning on tobacco free area (KTR) (p = 0.001).

Keywords : Implementation, free tobbaco area, goverment regulation, Kelurahan


office

PENDAHULUAN kematian 6 juta orang tiap tahun


disebabkan oleh kebiasaan merokok,
LATAR BELAKANG termasuk di dalamnya yaitu perokok
pasif sejumlah 600.000 meninggal
Masalah rokok sudah mencapai akibat paparan asap rokok. Jika hal
tingkat pendemisitas karena terjadi di ini terus berlanjut, maka diprediksikan
banyak negara di dunia dengan pada tahun 2030 akan terjadi
prevalensi yang cukup tinggi dan kematian 8 juta orang tiap tahunnya,
adanya peningkatan di mana 80 persen terjadi di negara
penggunaannya.1Menurut data WHO miskin dan berkembang.2Hasil
(World Health Organization), peneltian WHO Report on The Global

1096
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Tobacco Epidemic 2011 tentang pengendalian rokok merupakan cara


pemantauan kebiasaan merokok yang efektif dalam mengendalikan
menunjukkan bahwa kebiasaan tembakau yang pada akhirnya akan
merokok tidak hanya terjadi pada mengurangi kebiasaan merokok.
negara maju, namun juga terjadi di Pemerintah berupaya untuk
negara berkembang yang berada di merumuskan berbagai regulasi dan
Benua Afrika dan Asia.3Berdasarkan kebijakan yang diterapkan dalam
survei kematian akibat rokok pada menanggulangi dampak berbahaya
tahun 2011 mencapai 8,4 juta jiwa yang ditimbulkan akibat rokok
kematian penduduk dunia setiap tersebut yaitu melalui Undang-
tahun dan tahun 2030 mencapai 10 Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun
juta orang, hal tersebut akan semakin 2009. Indonesia membuat strategi
meningkat apabila tidak segera pengendalian tembakau yang
ditangani.4 dirumuskan dalam Undang-Undang
Kesehatan No. 36 tahun 2009 yang
Indonesia merupakan negara menyebutkan bahwa produk
dengan jumlah perokok paling tembakau adalah zat adiktif yang
banyak di Asia Tenggara yaitu peredaran dan konsumsinya harus
mencapai 62,8 juta jiwa. Dinas dikendalikan.7 Berdasarkan Undang-
Kesehatan melaporkan bahwa jumlah Undang tersebut, salah satu
kematian yang diakibatkan karena kebijakan yang wajib diterapkan oleh
merokok mencapai 399.800 jiwa seluruh daerah di Indonesia adalah
pada tahun 2010. Jumlah perokok menetapkan Kawasan Tanpa Rokok
pun semakin meningkat menjadi (KTR) yang tertuang dalam pasal 115
34,7% pada tahun 2010 dan ayat 2 yang menyatakan bahwa
meningkat lagi pada tahun 2013 “Pemerintah Daerah wajib
menjadi 36,3%.5Rata-rata jumlah menetapkan Kawasan Tanpa Rokok
batang rokok yang dihisap tiap hari di daerahnya”.8
oleh lebih dari separuh perokok
(52,3%) adalah 1-10 batang. Sekitar Implementasi Kawasan Tanpa
2 dari 5 perokok saat ini rata-rata Rokok kini mulai menjadi fokus yang
merokok 11-20 batang, sedangkan penting bagi pemerintah di beberapa
prevalensi yang merokok rata-rata daerah di Indonesia, melihat dampak
21-30 batang perhari sebanyak 4,7% yang ditimbulkan dari asap rokok
dan lebih dari 30 batang perhari tersebut. Saat ini sebanyak 59
sebanyak 2,1%.6Riset Kesehatan kabupaten atau kota di 23 provinsi di
Dasar 2013 menyebutkan bahwa Indonesia memiliki kebijakan terkait
proporsi penduduk berumur di atas Kawasan Tanpa Rokok. Kebijakan ini
10 tahun yang merokok sebesar diwujudkan dalam peraturan daerah
24,3%. Proporsi terbanyak perokok dan surat edaran gubernur, maupun
aktif setiap hari pada umur 30-34 bupati atau walikota.9 Kota Semarang
tahun sebesar 33,4%, umur 35-39 sebagai salah satu daerah otonom
tahun 32,2%, sedangkan proporsi telah menerapkan Kawasan Tanpa
perokok setiap hari pada laki-laki Rokok Kota Semarang dengan
lebih banyak dibandingkan perokok menyusun Peraturan Daerah tentang
perempuan (47,5% banding 1,1%).1 Kawasan Tanpa Rokok. Penyusunan
kebijakan tersebut menunjukkan
Berdasarkan hasil kajian dari komitmen Pemerintah Daerah yang
beberapa negara menunjukkan kuat dalam melindungi masyarakat
bahwa implementasi kebijakan dari bahaya rokok. Kebijakan

1097
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

tersebut tertuang dalam Peraturan METODE PENELITIAN


Daerah Kota Semarang No 3 Tahun
2013 tentang Kawasan Tanpa Penelitian ini menggunakan
Rokok.10 pendekatan kuantitatif dengan jenis
penelitian deskriptif analitik. Peneliti
Kota Semarang sebagai salah akan melakukan pengukuran pada
satu daerah otonom telah variabel bebas dan terikat kemudian
menerapkan Kawasan Tanpa Rokok, menganalisis data yang terkumpul
Pemerintah Daerah Kota Semarang untuk mencari hubungan antar
dan Institusi terkait yang termasuk variabel. Rancangan pada penelitian
dalam tempat yang ditetapkan ini adalah cross sectional.11
sebagai Kawasan Tanpa Rokok
harusnya menyediakan ruangan Pengumpulan data dilakukan
bebas merokok disetiap gedung dan dengan menggunakan kuesioner
memasang tanda larangan merokok dengan peneliti membacakan
di kawasan tersebut. Dalam kuesioner (wawancara) kepada
pelaksanaannya, implementasi responden terpilih. Variabel penelitian
Kawasan Tanpa Rokok di Kota terdiri dari variabel independen yang
Semarang pun masih belum bisa terdiri dari komunikasi, sumberdaya,
berjalan dengan baik sesuai dengan diposisi dan struktur birokrasi.
yang telah diatur dalam Peraturan Variabel dependen dalam penelitian
Daerah Nomor 3 Tahun 2013 tentang ini yaitu implementasi Peraturan
Kawasan Tanpa Rokok di Kota Daerah Kota Semarang Nomor 3
Semarang yang menunjukkan Tahun 2013 tentang Kawasan Tanpa
ketidakpatuhan dan melanggar Rokok di Kantor Kelurahan Kota
peraturan yang telah ditetapkan. Semarang.
Masih banyak kantor kelurahan yang
melakukan pelanggaran di tempat Teknik pengambilan sampel
yang ditetapkan sebagai Kawasan pada penelitian ini yaitu dilakukan
Tanpa Rokok termasuk di Tempat dengan total sampling. Populasi
Kerja Pemerintah khususnya pada dalam penelitian ini adalah seluruh
Kantor Kelurahan yang juga lurah Kota Semarang yang berjumlah
merupakan salah satu Kawasan 177 lurah dan dengan sampel
Tanpa Rokok. penelitian yaitu 147 lurah Kota
Semarang, hal ini disebabkan karena
Berdasarkan fakta dan uraian 30 lurah sudah digunakan peneliti
di atas peneliti tertarik untuk untuk uji validitas dan reliabilitas,
melakukan penelitian mengenai terkait pengecekan keabsahan
“Analisis Implementasi Peraturan instrumen penelitian.
Daerah Kota Semarang Nomor 3
Tahun 2013 Tentang Kawasan HASIL DAN PEMBAHASAN
Tanpa Rokok di Tempat Kerja
Pemerintah Kota Semarang”. Apakah A. Analisis Univariat
faktor-faktor yang behubungan
dengan implementasi Peraturan Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi
Daerah Kota Semarang Nomor 3 Komunikasi dalam
Tahun 2013 tentang Kawasan Tanpa implementasi Perda No. 3
Rokok di Kantor Kelurahan Kota Tahun 2013 pada Kantor
Semarang? Kelurahan Kota
Semarang

1098
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Dari tabel 4.1 diketahui bahwa buruk dalam implementasi kebijakan


mayoritas komunikasi di kantor Kawasan Tanpa Rokok (49,0%).
kelurahan terkait implementasi Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi
kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di Struktur Birokrasi dalam
kantor kelurahan Kota Semarang Implementasi Perda No. 3
sudah (51,7%) lebih baik Tahun 2013 pada Kantor
dibandingkan dengan komunikasi Kelurahan Kota
terkait implementasi Kawasan Tanpa Semarang
Rokok yang buruk sebesar (48,3%).

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Dari tabel 4.4 diketahui bahwa


Sumber Daya dalam mayoritas kantor kelurahan di Kota
Implemetasi Perda No. 3 Semarang memiliki struktur birokrasi
Tahun 2013 di Kantor yang baik dalam
pengimplementasian kebijakan
Disposisi Jumlah %
Baik 75 51,0 Komunikasi Jumlah %
Buruk 72 49,0 Baik 76 51,7
Total 147 100 Implementasi
Buruk 71 48,3
Jumlah %
Kelurahan Kota TotalKebijakan 147 100
Baik 141 95,9
Semarang Buruk 6 4,1
Total 147 100
Dari tabel 4.2 diketahui bahwa Kawasan Tanpa Rokok (95,9%) lebih
kantor kelurahan di Kota Semarang besar dari kantor kelurahan yang
yang memiliki sumber daya yang memiliki struktur birokrasi yang buruk
memenuhi dalam implementasi dalam implementasi kebijakan
Perda No. 3 Tahun 2013 (59,9%), Kawasan Tanpa Rokok (4,1%).
lebih besar dibandingkan kantor Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi
kelurahan yang sumber dayanya Implementasi Perda No. 3
tidak memenuhi untuk implementasi Tahun 2013 pada Kantor
Perda No. 3 Tahun 2013 (40,1%). Kelurahan Kota
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Semarang
Disposisi dalam
Implementasi Perda No. 3
Tahun 2013 pada Kantor
Dari tabel 4.5 diketahui bahwa
Kelurahan Kota
mayoritas kantor kelurahan di Kota
Semarang
Semarang mengimplementasikan
kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di
Dari tabel 4.3 diketahui bahwa
instansinya dengan baik (62,6%)
mayoritas pelaksana kebijakan
lebih besar dari dan kantor kelurahan
Kawasan Tanpa Rokok di kantor
Kelurahan Kota Semarang memiliki Sumberdaya Jumlah %
disposisi (sikap) yang baik terkait Memenuhi 88 59,9
Struktur Birokrasi Jumlah % Tidak Memenuhi 5 40,1
Baik 141 95,9 Total 147 100
Buruk 6 4,1 di Kota Semarang belum
Total 147 100 mengimplementasikan Kawasan
implementasi kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di instansinya dengan
Tanpa Rokok (51,0%) lebih besar buruk (37,4%).
dibandingan dengan kantor
kelurahan yang memiliki disposisi B. ANALISIS BIVARIAT

1099
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Tabel 4.6 Hubungan antara sumberdaya berhubungan dengan


Komunikasi dengan impementasi
Implementasi Kebijakan Perda No. 3 Tahun 2013.
Perda kota Semarang Kantor kelurahan yang hanya
Nomor 3 Tahun 2013 memiliki komunikasi yang efektif
tentang Kawasan Tanpa namun jika tidak memiliki
Rokok di Kantor sumberdaya yang memenuhi untuk
Kelurahan implementasi Perda No. 3 Tahun
2013 tentang Kawasan Tanpa Rokok,
maka implementasi tidak akan
Implementasi Kebijakan
Jumlah
berjalan dengan efektif. Karena
Komu
Baik Buruk dalam implementasi dan komunikasi
nikasi
f % f % f % kebijakan diperlukannya sebuah
Baik 55 72,4 21 27,6 76 100 sumberdaya yang memadai.13
Buruk 37 52,1 34 47,9 71 100 Tabel 4.8 Hubungan antara
α=0,05 p = 0,018 Ho=diterima Disposisi dengan
Berdasarkan data pada tabel Implementasi Kebijakan
4.6 dapat disimpulkan bahwa Perda kota Semarang
komunikasi berhubungan dengan Nomor 3 Tahun 2013
impementasi Perda No. 3 Tahun tentang Kawasan Tanpa
2013. Perlunya disampaikannya Rokok di Kantor
informasi terkait kebijakan kepada Kelurahan
para pelaku kebijakan supaya
mereka dapat mengetahui dengan Implementasi Kebijakan
Dispos Jumlah
jelas isi dari kebijakan tersebut, Baik Buruk
isi
sehingga mereka dapat mengetahui f % f % f %
dengan jelas apa yang harus Baik 69 92,0 6 8,0 75 100
dipersiapkan dan yang perlu Buruk 23 31,9 49 68,1 72 100
dilakukan untuk menjalankan Perda α=0,05 p = 0,001 Ho=diterima
No. 3 Tahun 2013 tersebut sehingga Berdasarkan data pada tabel
implementasi kebijakan KTR dapat 4.8 dapat disimpulkan bahwa
sesuai dengan tujuan.12 disposisi berhubungan dengan
impementasi Perda No. 3 Tahun
Tabel 4.7 Hubungan antara 2013. Disposisi diperlukan dalam
Sumberdaya dengan implementasi sebuah kebijakan,
Implementasi Kebijakan karena implementasi tidak saja
Perda kota Semarang berjalan hanya dengan pelaksana
Nomor 3 Tahun 2013 mengerti dan tahu akan tujuan dan
tentang Kawasan Tanpa sasaran dari implementasi Perda No.
Rokok di Kantor 3 Tahun 2013 saja namun
Kelurahan diperlukannya kemauan untuk
mengimplementasikan kebijakan
Implementasi Kebijakan tersebut.12
Sumbe Jumlah
Baik Buruk
rdaya
f % f % f % Tabel 4.9 Hubungan antara Struktur
Baik 65 73,9 23 26,1 88 100 Birokrasi dengan
Buruk 27 45,8 32 54,2 59 100 Implementasi Kebijakan
α=0,05 p = 0,001 Ho=diterima Perda kota Semarang
Nomor 3 Tahun 2013
Berdasarkan data pada tabel tentang Kawasan Tanpa
4.7 dapat disimpulkan bahwa

1100
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Rokok di Kantor dalam pelaksanaan kebijakan


Kelurahan Kawasan Tanpa Rokok di kantor
kelurahan, karena implementasi
Implementasi Kebijakan kebijakan bersifat kompleks dan
Birokra Jumlah
Baik Buruk
si perlu adanya kerjasama berbagai
f % f % f %
pihak. Namun ketika struktur
Baik 90 63,8 51 36,2 141 100
Buruk 2 33,3 4 66,7 6 100 birokrasi tidak kondusif terhadap
α=0,05 p = 0,197 Ho=diterima implementasi sebuah kebijakan,
Berdasarkan data pada tabel maka akan menyebabkan
4.9 dapat disimpulkan bahwa sistem ketidakefektifan dan menghambat
birokrasi tidak berhubungan dengan jalannya pelaksanaan kebijakan.14
impementasi Perda No. 3 Tahun
2013. Struktur birokrasi merupakan
salah satu faktor yang mendukung

C. ANALISIS MULTIVARIAT

Tabel 4.10 Hasil Analisis Regresi Logistik antara Variabel Independen yang Mempunyai
Hubungan dengan Implementasi Peraturan Daerah Kota Semarang No. 3 Tahun
2013 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Kantor Kelurahan Kota Semarang

95,0% C.I.for EXP(B)


B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
Step Komunikasi
-0,407 0,448 0,825 1 0,364 0,665 0,276 1,602
1 Baik
Sumber
-0,596 0,447 1,779 1 0,182 0,551 0,230 1,323
Daya Baik
Disposisi
-2,997 0,504 35,384 1 0,001 0,50 0,019 0,134
Baik
Struktur
Birokrasi 0,0320 1,016 0,099 1 0,752 0,726 0,099 5,139
Baik
Konstanta 1,509 0,998 2,287 1 0,130 4,522
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan tabel 4.10 disposisi A. KESIMPULAN
baik merupakan faktor protektif atau Berdasarkan hasil penelitian
pelindung, artinya yang seharusnya yang telah dilaksanakan diperoleh
disposisi yang baik berpengaruh kesimpulan penelitian sebagai
terhadap terhadap implementasi Perda berikut:
Kota Semarang No. 3 Tahun 2013 1. Impementasi kebijakan
tentang Kawasan Tanpa Rokok di Kawasan Tanpa Rokok baik
Kantor Kelurahan di Kota Semarang (62,6%), komunikasi terkait
justru malah sebaliknya, yang mana kebijakan Kawasan Tanpa
disposisi yang baik tidak membuat Rokok baik (51,7%), sumber
implementasi Perda Kota Semarang No. daya yang memenuhi terkait
3 Tahun 2013 tentang Kawasan Tanpa kebijakan Kawasan Tanpa
Rokok di Kantor Kelurahan di Kota Rokok (59,9%), disposisi terkait
Semarang baik. kebijakan Kawasan Tanpa

1101
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Rokok baik (51,0%), struktur tambahan sumber daya untuk


birokrasi baik (95,9%). implementasi Peraturan Daerah
2. Ada hubungan antara Kota Semarang Nomor 3 Tahun
komunikasi,(p = 0,018), 2013 tentang Kawasan Tanpa
sumberdaya (p = 0,001), dan Rokok di kantor kelurahan,
disposisi (p = 0,001) dengan melakukan penertiban kembali
implementasi Perda Kota terkait pelanggaran yang terjadi
Semarang Nomor 3 Tahun 2013 di kantor kelurahan yaitu
tentang Kawasan Tanpa Rokok dengan adanya tindak lanjut
di Kantor Kelurahan Kota penyelesaian masalah saat
Semarang dan tidak ada terjadi pelanggaran terkait
hubungan antara struktur Perda No. 3 Tahun 2013
birokrasi (p = 0,197) dengan tentang Kawasan Tanpa Rokok
implementasi Perda Kota di kantor kelurahan.
Semarang Nomor 3 Tahun 2013 2. Bagi Kantor Kelurahan
tentang Kawasan Tanpa Rokok Perlunya penataan ruang
di Kantor Kelurahan Kota dan penyediaan fasilitas untuk
Semarang pelaksanaan Peraturan Daerah
3. Disposisi memberikan pengaruh Kota Semarang Nomor 3 Tahun
parsial yang signifikan terhadap 2013 tentang Kawasan Tanpa
implementasi Perda Kota Semarang Rokok, melakukan koordinasi
No. 3 Tahun 2013 tentang Kawasan lintas sektor terkait
Tanpa Rokok di Kantor Kelurahan implementasi Perda No. 3
di Kota Semarang, dengan nilai p- Tahun 2013 supaya dapat
value = 0,001, dengan kekuatan melaksanakan Perda dengan
hubungan dapat dilihat dari nilai baik, meningkatkan penggunaan
OR (EXP{B}) yaitu dengan Odds media dalam penyampaian
Ratio (OR) 0,041. Dari hasil uji informasi dan pesan terkait
regresi logistik diperoleh nilai OR implementasi Perda No. 3
kurang dari 1 dan 95% CI tidak Tahun 2013, Dilakukannya
mencapai nilai 1, maka variabel pengawasan dan evaluasi oleh
disposisi yang baik merupakan penanggungjawab KTR di
faktor protektif atau pelindung. kantor kelurahan saat terjadi
pelanggaran di kantor
B. SARAN kelurahan.
Berdasarkan hasil temuan
dalam penelitian tentang
implementasi Perda Kota Semarang DAFTAR PUSTAKA
Nomor 3 Tahun 2013 tentang
Kawasan Tanpa Rokok di kantor 1. Badan Penelitian dan
Kelurahan Kota Semarang, Pengembangan Kesehatan
disarankan hal-hal sebagai berikut: Kementerian Kesehatan RI.
1. Bagi Pemerintah Kota Riset Kesehatan Dasar 2013.
Semarang Jakarta: Kementrian Kesehatan,
Dalam peningkatan dan 2013.
pengoptimalan keberhasilan 2. Aliansi Pengendalian Tembakau
implementasi Peraturan Daerah Indonesia. Perlindungan
Kota Semarang Nomor 3 Tahun Terhadap Generasi Muda dan
2013 pemerintah Kota Bangsa Terhadap Ancaman
Semarang perlu memberikan Bahaya Rokok. Surakarta :

1102
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Press Universitas 2013 Tentang Kawasan tanpa


Muhammadiyah Surakarta, Rokok, (online),
2013. (http://jdihukum.semarangkota.g
3. World Health Organization. o.id/isi/2013/Peraturan
WHO Report on the Global Daerah%20no.%203%20Th%20
Tobacco Epidemic 2011: 2013.pdf, diakses pada 25
Warning About the Dangers of September 2015)
Tobacco. Geneva : WHO Press, 11. Notoatmojo, S. Metode
2011. Penelitian Kesehatan. Jakarta :
4. World Health Organization. PT. Rineka Cipta, 2010
WHO Report on the Global 12. Winarno, Budi. Teori dan Proses
Tobacco Epidemic 2013 : Kebijakan Publik. Yogyakarta :
Enforcing Bans Tobacco Media Pressindo (Anggota
Advertising, Promotion, and IKAPI), 2005.
Sponsorship the Fourth in a 13. Khaerurrijal, T I. Implementasi
Series of WHO Reports. Kebijakan Jaminan Kesehatan
Geneva : WHO Press, 2013. Masyarakat di Kecamatan
5. Kementerian Kesehatan prambon Kabupaten Nganjuk.
Republik Indonesia. Skripsi. Yogyakarta : Fakultas
PROTOTIPE MEDIA. Jakarta : Ilmu Sosial Universitas Negeri
Pusat Promosi Kesehatan. Yogyakarta. 2014.
2011. 14. Wahyuni, K S. Analisis Faktor-
6. Badan Penelitian dan Faktor yang Mempengaruhi
Pengembangan Kesehatan Implementasi Pelayanan
Kementerian Kesehatan RI. Program KB Pasca Persalinan
Riset Kesehatan Dasar 2010. Jampersal oleh Bidan Praktek
Jakarta, 2010. Mandiri Kabupaten Sleman
7. Majelis Pusat Kesehatan Yogyakarta Tahun 2013.
Umum. Pedoman Penerapan (Online), Jurnal Medika Respati,
Kawasan Tanpa Rokok Di Vol X, No 2, 2015
Lingkungan Muhammadiyah. (http://journal.respati.ac.id/index.
Jakarta : Majelis Pelayanan php/medika/article/view/292/235
Kesehatan Umum Pimpinan , diakses pada 31 Mei 2016).
Pusat Muhammadiyah, 2010.
8. Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia. Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan. Jakarta :
Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, 2009.
9. Ministry of Health Republic of
Indonesia. The Tobacco Source
Book : Data to Support a
National Tobacco Control
Strategy. Jakarta: Ministry of
Health Republic of Indonesia,
2004.
10. Pemerintah Daerah Kota
Semarang. Peraturan Daerah
Kota Semarang Nomor 3 Tahun

1103
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

1104

S-ar putea să vă placă și