Sunteți pe pagina 1din 9

RANCANG BAGUN PERONTOK GABAH PADI

BERBASIS ATMEGA 8535

M. Dicky Wandana1*, Dr. Hendri, M.T2


1,2
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Padang
*Corresponding author, e-mail: w4nd4n4@gmail.com

Abstract

Threshing rice paddy is an important part of the rice processing process. Because the threshing and
machining process used to eradicate rice grain is one of the important factors so that rice yields can
be maximally obtained by farmers. Therefore, there needs to be an effort and innovation that must be
made for the availability of an effective rice grain threshing machine. So that the rice grain threshing
process can be carried out more efficiently, so that it can achieve more optimal yields and reduce the
possibility of failing post-harvest rice yields. The DC motor in this tool uses as a cylinder drive which
is used as threshing paddy rice. In order for the dc motor to rotate when it detects the presence of rice
grain which is inserted in the mouth of the machine, Infra red sensors and photo diode are installed to
detect the absence of rice grain. Signals that are read by Infra Red and photo diodes are sent to the
Leonardo as the controller. This paper presents the design of the grain threshing device using
Arduino uno. The motor parameters that are controlled are on and off the DC motor. The results of
the preparation and testing showed that the rice grain threshing tool made was in accordance with
the plan.

Keywords: Gebot, Threster, Atmega 8535, Motor DC, Foto Diode.

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara agraris Tabel 1. Kehilangan hasil selama
dimana memiliki area pertanaian yang sangat penanganan pasca panen padi musim tanam
luas. Sebagian besar masyarakat Indonesia 1990/1991 di Sumatera Utara
sangat bergantung dengan padi, karena padi No Tahapan Pasca Kehilangan
merupakan sumber makanan pokok. Seiring Panen Hasil (%)
dengan pertamabahan populasi masyarakat
1 Panen 10,67
Indonesia dan perubahan cuaca sewaktu-
waktu, maka permintaan beras meningkat dan 2 Merontokan dan 4,56
kelangkaan mungkin bisa saja terjadi. Maka Membersikan
dibutuhkan juga efisiensi terhadap waktu dan 3 Pengeringan 0,72
tenaga untuk memproses pengolahan padi 4 Penyimpanan 0,20
sebagai bahan pangan. Mulai dari penyedian
5 Pengilingan 4,06
lahan, pemilihan bibit, peliharaan, pengolahan
pasca panen dan sebagainya hingga menjadi Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan
beras yang bermutu dan kualitas tinggi. Dati I SU, 1992.
Saipul (2005: 1) menerangkan “Kendala Menurut Adhi (2008: 10) “Sebelum proses
yang umum dialami petani adalah nilai pemanenan, dilakukan pengeringan sawah
kehilangan hasil semasa penanganan pasca selama 7-10 hari sebelum masa panen dengan
panen. Di Sumatera Utara pada musim tanam menggunakan sabit tajam untuk memotong
1990/1991 ternyata kehilangan hasil untuk pangkal batang, kemudian hasil panen di
komoditi padi mencapai 20,21% secara rinci simpan pada suatu wadah atau tempat yang
dapat dilihat pada tabel berikut.” dialasi”. Proses pemanenan dengan
menggunakan tenaga mesin akan menghemat
waktu, dengan alat Reaper binder pemanenan

1
JTEV (Jurnal Teknik Elektro dan Vokasional)
dapat dilakukan selama 15 jam untuk setiap pengendali utama, kemudian diproses menjadi
hektar, sedangkan dengan Reaper harvester data output untuk memberikan intruksi ke
pemanenan hanya dilakukan selama 6 jam rangkaian driver motor untuk proses
untuk 1 hektar sawah perontokan dan pembersihan, sensor indra red,
Menurut Yusda dkk dalam Ciranti Akriana buzzer, serta LCD sesuai dengan data input
(2010: 3) menjelaskan “Rendahnya penerapan yang diberikan.
teknologi budidaya terlihat dari besarnya
kesenjangan potensi antara produksi dari hasil STUDI PUSTAKA
penelitian dengan hasil di lapangan yang A. Perontok Gabah
diperoleh oleh petani”. Hal ini disebabkan 1. Gebot
karena pemahaman dan penguasaan penerapan Adalah kegiatan menghempaskan/
paket teknologi baru yang kurang dipahami memukulkan kumpulan batang gabah
oleh petani secara utuh sehingga penerapan padi pada kayu atau bambu hingga
teknologinya kurang efisien. gabah rontok dari tangkai padi.
Rahman (2016) Telah merancang alat Kegiatan ini adalah cara sederhana yang
perontok gabah padi semi mekanis portabel. banyak dilakukan oleh mayoritas petani
Alat tersebut dirancang pada tugas akhir di Indonesia. Kegiatan ini sangat
dengan judul “Rancang Bangun Dan Uji terkenal dan kaya akan aspek sosial
Teknis Alat Perontok Padi Semi Mekanis budaya ditingkat petani pedesaan dan
Portabel”. Dalam tugas akhir tersebut, alat merupakan suatu proses yang dilakukan
dirancang dengan menggunakan pedal injakan terus oleh kelompok tani.
untuk operator mengoperasikan alat tersebut. 2. Threster
Penggunaan pedal pada alat tersebut dirasa Thresher adalalah alat perontok
masih belum efisien karena operator harus gabah padi sederhana yang pada
menginjak pedal agar alat beroperasi. Gabah umumnya berbebentuk tabung silinder
yang dihasilkan juga belum bersih karena dan mempunyai pedal yang dikayuh
masih bercampur dengan kotoran dari proses oleh operator agar dapat bekerja.
perontokan.
Mubarok (2019) Telah merancang alat B. Sistem Kendali
Sistem kendali pada umumnya dapat
perontok gabah dalam tugas akhir yang
dibagi menjadi a.) sistem kendali terbuka
berjudul “Rancang Bangun Alat Perontok
Gabah Padi Berbasis Arduino Uno”. Dalam dimana outpunya tidak mempengaruhi nilai
tugas akhir tersebut, alat dirancang dengan input sama sekali dan b.) sistem kendali
menggunakan Arduino Uno sebagai pusat tertutup kebalikannya.
kendali alat. Proses kerja alat dirasa kurang
efisien karena menggunakan motor DC yang C. Motor DC
kecepatannya tidak diatur sesuai dengan gabah Motor DC pada tugas akhir ini
yang akan dirontokkan. digunakan sebagai penggerak silinder
perontok agar dapat merontokkan gabah
Melihat kondisi tersebut, pada Tugas akhir yang masuk pada mesin. Motor DC yang
ini penulis akan merancang sebuah alat digunakan bekerja pada tegangan 24 V
perontok dan pembersih gabah padi yang dengan kecepatan maksimal 2750 rpm dan
dapat mengurangi biaya operasional, arus maksimal sebesar 19.2 A.
menghemat waktu, tepat guna dan mudah
dalam mobilitasnya tetapi memiliki kapasitas
dan efektifitas yang besar. Alat tersebut akan
dirancang tanpa menggunakan pedal dalam
proses perontokan. Penggunaan motor
berbahan bakar bensin akan diganti dengan
motor listrik DC. Sistem pengontrolan alat
dirancang dengan menggunakan ATmega
8535 yang telah terprogram sebagai Gambar 1. Motor dc

2
JTEV (Jurnal Teknik Elektro dan Vokasional)
D. Rangkaian H-Bridge Mosfet G. Sensor Infra Merah
Digunakan sebagai pengatur kecepatan Sensor infra merah digunakan sebagai
motor dc dengan mengatur duty cycle pendeteksi batang padi, apabila ada batang
dengan pemanfaatan sinyal pwm dari padi yang terdeteksi maka motor dc akan
keluaran Atmegaa 8535. berputar untuk merontokkan padi tersebut
dari batangnya.

Motor DC
R6
1k

Q1 Q2
IRFP260N
R8
IRFP260N
2k2

Gambar 5. Sensor Infra Merah

Gambar 2. Rangkaian h-bridge mosfet H. Keypad 3x4


Keypad 3x4 pada tugas akhir ini
E. Atmega 8535 digunakan untuk memasukkan nilai
Mikrokontroler digunakan sebagai pusat kecepatan motor dc yang diinginkan.
kendali pada alat diantaranya untuk
pengontrolan kecepatan motor dc, penampil
program pada lcd, pengontrolan pada
sensor kecepatan dan sensor infra red.

Gambar 6. Rangkaian keypad 3x4

I. Sensor Optocoupler
Sensor optocoupler adalah suatu chip
Gambar 3.Memori Program Dan Memori atau integrated circuit (IC) yang bekerja
Data Atmega 8535 berdasarkan cahaya dari phototransistor.
Sensor optocoupler pada tugas akhir ini
F. LCD (Liquid Cristal Display) digunakan sebagai penghitung kecepatan
Fungsi LCD pada tugas akhir ini adalah motor dc dalam satuan rpm
untuk menampilkan proses kerja alat dan
hasil pengukuran yang terbaca oleh sensor
arus, sensor tegangan dan sensor kecepatan.

Gambar 7. Rangkaian Optocoupler


Gambar 4. Bentuk Fisik LCD 16x2 J. Sensor Arus ACS712

3
JTEV (Jurnal Teknik Elektro dan Vokasional)
Sensor arus digunakan untuk mengukur Bahasa pemograman umumnya
arus pada alat. digunakan untuk pembuatan hardware
aplikasi, perancangan software, dan
pengisian software aplikasi yang sudah
dibuat kedalam mikrokontroler.

O. Diagram Alir (Flowchart)


Diagram alir ini digunakan untuk
memudahkan dalam penggambaran proses
kerja alat
Gambar 8. Sensor Arus ACS712 .

K. Sensor Tegangan
Sensor tegangan pada tugas akhir ini
berfungsi untuk mengukur tegangan
keluaran rangkaian utama yang digunakan
sebagai acuan bagi alat kontrol untuk
mengontrol lebar pulsa PWM.

Gambar 9. Rangkaian Sensor Tegangan

L. Catu Daya (Power Suplay)


Catu daya berfungsi untuk menyediakan
tegangan 5V untuk suplai Atmega 8535,
sensor arus, sensor tegangan, sensor infra
merah, sensor optocoupler, LCD, driver
motor dc dan tegangan 24V untuk suplai
motor dc
U1
7824

1 3
TR1 VI VO +24V
GND

BR1
C1 C2
220uF 470uf
2

V1
VSINE
U2
7805
KBU4B
1 3
VI VO +5V
Trafo 5A
GND

C3 C4
220uf 470uf
2

Gambar 11. Flowchart Diagram Alat


Perontok Dan Pembersih Gabah
Gambar 10. Catu Daya Keluaran 5V
dan 24V METODE PERANCANGAN ALAT
Pada bahagaian ini akan menjelakan
M. Push Button gambaran perancangan alat secara umum.
Digunakan untuk menghubungkan dan
memutuskan sumber listrik pada alat.

N. Bahasa Pemograman

4
JTEV (Jurnal Teknik Elektro dan Vokasional)
25
18

25
18

40

15

20

Gambar 4. Blok Diagram Sistem


10

Pada saat tombol ON ditekan maka alat


hidup. LCD akan menampilkan inisialisasi 65

program dan menampilkan alat dalam keadaan 140


standby, kemudian masukkan setpoint Gambar 13. Perancangan Alat
kecepatan motor yang diinginkan / antara 500
– 1500 rpm. Apabila sensor infrared
mendeteksi gabah maka motor DC akan ON B. Perancangan Software
dan menggerakkan silinder perontok, LCD
akan menampilkan arus, tegangan dan 1. RangkaianPenyearah 5 Volt DC
kecepatan yang sudah diukur. Apabila sensor
infrared tidak mendeteksi gabah maka motor U1
akan OFF, gabah yang sudah dirontokkan 7824

kemudian akan masuk ke dalam bak 1


VI VO
3
+24V
TR1
penampung. Alat akan benar-benar tidak aktif
GND

BR1
apabila tombol OFF ditekan. Prinsip kerja alat C1 C2
220uF 470uf
2

diatur oleh mikrokontroler ATmega 8535 V1


VSINE
sebagai kontrol utama. U2
7805
KBU4B
A. Perancangan hardware Trafo 5A
1
VI VO
3
+5V
GND

Merupakan dasar penggambaran alat


C3 C4
yang akan dibuat dan hal yang sangat 220uf 470uf
2

penting karena dengan adanya perancangan


ini, barulah dapat diuji apakah alat bekerja
dengan baik.

Gambar 14.rangakian catu daya 5 volt dan


24 volt

Gambar 12. Bentuk Perncangan Pulley Dan


Sabuk

5
JTEV (Jurnal Teknik Elektro dan Vokasional)
2. Rangkaian alat keseluruhan

Gambar 17. Box Sistim Control Alat

B. Pengujuan Catu Daya


Pengujian ini dilakukan dengan pada
terminal input dan terminal output catu
daya dengan menggunakan multimeter.

Tabel 2. Pengujian Catu Daya


Gambar 15. Rangkaian Alat Keseluruhan
Titik Tegangan
HASIL PENGUKURAN DAN Pengukuran Pengukuran
Volt (V)
PEMBAHASAN
V1 Primer Trafo 220VAC
Bagian ini akan menerangkan tentang V2 Sekunder trafo 24,7 VAC
pengujian, analisis dan program alat. Output diode
V3 24,4 VDC
bridge
A. Hasil Perancangan Alat V4 Output IC 7824 24,4 VDC
V5 Output IC 7805 4,8 VDC
V6 Output diode
24,4 VDC
bridge
e a
C. Pengujian Atmega 8535
b Pengujian dilakukan dengan mengukur
tegangan logika ‘0’ dan ‘1’ pada port I/0
mikrokontroler Atmega 8535.
c Tabel 3. Pengujian Atmega 8535
d
Logika Tegangan pada port Mc
port ATmega 8535
Low (0) 0,02 VDC
High (1) 4,2 VDC
Gambar 16. Bentuk Fisik Mekanik Alat
Keterangan: D. Pengujian LCD
a. Tempat memasukan gabah padi Pengujian dilakukan untuk mengetahui
b. Kedudukan polley selinder apakah LCD bekerja dengan baik. LCD
c. Kedudukan motor DC memiliki 16 buah kaki yang terdiri dari 8
d. Tempat keluar padi pin jalur data, 2 pin catu daya, 1pin untuk
e. Tempat keluar batang padi

6
JTEV (Jurnal Teknik Elektro dan Vokasional)
mengukur kontras, 6 pin kontrol dan 2 pin Tabel 6. Pengujian Sensor Arus
ground. Tegangan
No ACS712
ACS712
1 Aktif 5V
2 TidakAktif 0V
Gambar 18. Tampilan LCD Tanpa
Program
H. Pengujian Sensor Tegangan
Pengujian dengan membandingkan
tegangan yang terukur pada multimeter dan
membandingkan dengan tegangan yang
terbaca pada LCD
Gambar 19. Tampilan LCD Setelah
.
Diberi Program
Tabel 7. Pengujian Sensor Tegangan
Sensor Tegangan
E. Pengujian Sensor Infra Red No
Pengujian ini dilakukan untuk Tegangan
mengetahui tahanan resistansi dan tegangan 1 Aktif 25 V
output photodioda. Pengujian ini dilakukan
2 TidakAktif 0V
dengan cara menghalangi sinar infra merah
yang menyinari fototransistor.
Tabel 4. Hasil Pengujian Sensor Infra Merah I. Pengujian Sensor Optocoupler
No Vo saat tidak Vo saat terhalang Pengujian ini dilakukan untuk
mengetahui respon keluaran pada
terhalang optocoupler yang menggunakan IC
komparator LM324 dan phototransistor.
1 4,93 V 0,04 V Apabila phototransistor mendeteksi
cahaya, maka IC LM324 akan
2 4,93 V 0,04 V menghasilkan output high sedangkan
apabila phototransistor tidak
mendeteksicahaya maka IC LM324 akan
menghasilkan output low.
F. Pengujian Driver Motor DC
Pengujian dengan mengukur tegangan Tabel 8. Pengujian Sensor Optocoupler
pada PORTD4 dan PORTD5 pada Atmega
Noninvert Invertin
8535 pada saat logika high dan low No Kondisi Vo (V3)
ing (V2) g (V1)
Mendap
Tabel 5. Pengukuran Rangkaian Driver Motor
atkan 3,6Volt 1,2 Volt 4,5 Volt
Titik High Low Tegangan 1
cahaya
Pengukuran (1) (0) (Volt)
Tidak
MOSFET 4,2 0,02 24
mendap
2 atkan 3,6Volt 5Volt 1Volt
G. Pengujian Sensor Arus cahaya
Pengujian dengan membandingkan arus
yang terbaca pada LCD dengan arus yang J. Pengujian Kecepatan Motor DC
terukur pada multimeter, kemudian Pengujian untuk mengetahui kecepatan
mengukur tegangan output pada sensor motor dc dan kecepatan silinder perontok.
arus. Pengujian ini membandingkan kecepatan
yang terbaca pada LCD dengan kecepatan
yang terukur pada tachometer.

7
JTEV (Jurnal Teknik Elektro dan Vokasional)
Tabel 9. Hasil Pengkuran Motor DC
Set kecepatan Tegangan Kecepatan Kecepatan
Arus (I)
No motor (V) motor dc (n1) silinder (n2)
500 rpm 23,4 V 0,26 A 500 rpm 151 rpm
1
600 rpm 23,4 V 0,52 A 600 rpm 205 rpm
2
700 rpm 23,4 V 0,92 A 700 rpm 243 rpm
3
800 rpm 23,4 V 1,23 A 800 rpm 263 rpm
4
900 rpm 23,4 V 1,23 A 900 rpm 297 rpm
5
1000 rpm 23,6 V 2,32 A 1000 rpm 345 rpm
6
1100 rpm 23,6 V 3,24 A 1100 rpm 382 rpm
7
1200 rpm 23,6 V 3,30 A 1200 rpm 415 rpm
8
1300 rpm 23,9 V 3,40 A 1300 rpm 452 rpm
9
1400 rpm 23,9 V 3,45 A 1400 rpm 476 rpm
10
1500 rpm 23,9 V 3,53 A 1500 rpm 515 rpm
11

Kesimpulan motor DC berputar apabila ada gabah padi


yang terdeteksi, sensor optocoupler dapat
Berdasarkan pengujian dan analisa pada mengukur kecepatan motor DC dengan
alat perontok gabah padi otomatis berbasis baik.
Atmega 8535 secara keseluruhan, maka dapat
ditarik kesimpulan yaitu: Saran
1. Telah dirrancang software yang dapat 1. Sebaiknya dilakukan pemilihan pulley
melakukan intruksi – intruksi dengan motor DC dan pemilihan pulley silinder
sangat baik pada Alat Perontok Dan perontok yang tepat. Apabila perbandingan
Pembersih Gabah Padi Otomatis Berbasis pulley motor DC sama besar dengan pulley
Mikrokontroler ATmega 8535. silinder perontok maka motor DC bekerja
2. Telah dirancang hardware untuk rangkaian semakin berat yang mengakibatkan panas
dan mekanik kendali pada Alat Perontok berlebihan di motor DC dan kontrol motor
dan Pembersih Gabah Padi Otomatis cepat rusak. Sebaiknya dipilih pebandingan
Berbasis Mikrokontroler ATmega 8535. yang sesuai agar alat bekerja maksimal.
3. Berdasarkan uji coba dan analisa alat 2. Perlu dibuat mekanik yang kokoh agar saat
diperoleh putaran motor DC tanpa beban alat bekerja sensor kecepatan dapat
saat kecepatan minimum adalah 500 rpm menghitung kecepata motor DC secara
dan saat berbeban 151 rpm. Dan putaran akurat, karena apabilaa mekanik yang
motor maksimum saat tanpa beban adalah kurang kokoh mengakibatkan alat ikut
1500 rpm dan saat berbeban 521 rpm, bergetar akibat putaran motor DC yang
sensor infrared bekerja dengan baik dimana sangat cepat.
sensor dapat memberikan instruksi agar

8
JTEV (Jurnal Teknik Elektro dan Vokasional)
DAFTAR PUSTAKA International Review of Electrical
Engineering, 5(6), 2836-2845.
[4]Ogata, Katsuhiko. 2002. Modern Control
[1]A. E Fitzgerald, Charles., Stephen., & Engineering. Edisi Keempat. Jakarta:
Djoko Achyanto. 1992. Mesin-mesin Penerbit Erlangga.
Listrik. Edisi Keempat. Jakarta: Panarbit [5]Setiawan, Iwan. 2006. Programmable
Erlangga. Logic Controller Dan Teknik Perancangan
[2]Andrianto. 2013. Mari Mengenal Bahasa Sistem Kontrol. Yogyakarta: Penerbit Andi
C. Bandung: Penerbit Informatika [6]Syahrul. 2012. Mikrokontroler AVR
Bandung. ATMega 8535. Bandung: Penerbit
[3]Masdi, H., Mariun, N., Bashi, S.M., & Indormatika Bandung.
mohamed, A. (2010). Voltage sag [7]Universitas Negeri Padang. 2011. Buku
compensation in dsitribution system due to Panduan Penulisan Tugas Akhir / Skripsi.
SLG fault using D-STATCOM. Padang: Penerbit Universitas Negeri
Padang.

9
JTEV (Jurnal Teknik Elektro dan Vokasional)

S-ar putea să vă placă și