Sunteți pe pagina 1din 20

METAPHORS PRIMATES AS A VISUAL IDEAS OF PAINTING ART

Akhmad Dhinus Afaqhi

Pendidikan Seni Rupa FKIP UST Yogyakarta


Jln. Tamansiswa No. 25 Yogyakarta

ABSTRACT

Primate Metaphor as a Visual Idea Painting is an idea that is based on facts in


the field making it one of the strong factors for writers to raise the problem of primates,
their natural habitat, and damage to ecosystems that also affect other living creatures.
Indonesia is one of the countries with the richest types of primates in the world.
From about 195 species of primates in the world, there are 40 species found in Indonesia,
and 24 of them are endemic species that are only found in Indonesia. Observation of
primate's unique behavior patterns and environmental problems affecting the population
of the primate itself. Primates are mammals belonging to the order of primates which have
the characteristics of having five fingers with finger nails, having thumbs in different
directions with shorter thumbs and long fingers bent inward, having the same tooth shape
and primitive body designs , has the characteristics of the eye direction that is looking
forward not sideways and upright posture. This primate is one of the forest-dwelling
animals that has an important meaning in life in nature. The existence of primates is not
only a decoration of nature, but it is important as a regeneration of tropical forests. Most
primates eat fruit and seeds so they play an important role in spreading seeds.
Of the various elements in the environment, in this case the writer chooses
primates as objects in the creation of paintings. The selection of primates as objects is
certainly not without reason, but through observation and understanding the basis for
writers to reflect and process the data obtained which will be visualized in the form of
painting.

Keywords: Primates, Metaphors, Painting

PENDAHULUAN

Lokasi Indonesia yang berada dalam daerah tropis dengan keanekaragaman


floranya sangat mendukung kehidupan satwa yang ada di dalamnya. Tidak
mengherankan jika Indonesia salah satu negara dengan ragam jenis primata terkaya
di dunia. Dari sekitar 195 jenis primata di dunia, ada 40 jenis di temukan di
Indonesia, dan 24 jenis diantaranya merupakan satwa endemik yang hanya terdapat
di Indonesia. Penyebaran primata di Indonesia cukup luas, mulai dari barat yaitu
kepulauan Mentawai, menyeberang kedaratan Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali,
Nusa Tenggara, dan Sulawesi serta pulau-pulau di sekitarnya (Supriana, 2000: 1).
Berikut beberapa contoh primata endemik Indonesia:

1
Gambar 1.1
Primata indonesia, Orangutan.
Artikel ini telah tayang di (https://life.trubus.id/baca/6360/7-primata-endemik-
indonesia-ini-sudah-mulai-langka), diakses tanggal 14 januari 2020 pukul 01:59 WIB.

Gambar 1.2
Primata indonesia, Kedih.
Artikel ini telah tayang di (https://life.trubus.id/baca/6360/7-primata-endemik-
indonesia-ini-sudah-mulai-langka), diakses tanggal 14 januari 2020 pukul 01:59 WIB.

Keberadaan primata di Indonesia akhir-akhir ini sangat memprihatinkan


akibat berkurangnya habitat mereka yang di alih fungsikan sebagai keuntungan
sendiri, banyak diburu karena dianggap hama dan penangkapan liar untuk di
perdagangkan. Degradasi dan hilangnya habitat merupakan ancaman terbesar
terhadap primata. Banyak faktor lain yang menjadi ancaman terhadap populasi
primata di habitatnya perburuan karena dianggap hama, perburuan liar bayi primata
untuk di jadikan souvenir, kepemilikan ilegal, dan perdagangan ilegal juga menjadi
permasalahan yang sangat besar.
Penulis mengambil primata sebagai dasar penciptaan karya karena menurut
penulis primata merupakan hewan yang unik dengan perilaku dan karakteristik
yang khas pada setiep jenis primata itu sendiri, dengan permasalahan-permasalahan
yang terjadi di habitat alaminya, sehingga mempengaruhi jumlah populasi primata
itu sendiri, imbas dari kerusakan yang terjadi lambat laun akan berpengaruh
terhadap keseimbangan ekosistem itu sendiri. Bersumber pada fakta-fakta di
lapangan menjadikan salah satu faktor yang kuat bagi penulis untuk mengangkat
permasalahan primata, habitat alaminya, dan kerusakan ekosistem yang
berpengaruh juga terhadap makhluk hidup lainnya tak terlepas bagi manusia itu
sendiri menjadi landasan penulis melakukan perenungan dan mengolah data yang
di dapatkan yang nantinya divisualisasikan dalam bentuk karya lukis.

2
A. Fokus Masalah
Visualisasi karya-karya penciptaan yang penulis direalisasikan dengan tema
“Metafora Primata Sebagai Ide Visual Karya Lukis” menjadikan objek primata
sebagai subject matter “tema pokok” dengan mengkombinasikan objek artistik
yang nantinya mendukung dalam visualnya. Penulis mengharapkan mampu
memberikan pengalaman artistik yang berbeda kepada apresian, dengan karya-
kaya yang bersifat imajinatif. Penulis mewujudkan melalui perenungan metafora
dengan visualisasi yang menarik dan berbobot dalam bentuk lukisan surialis.
Dimana didalam ekspresi karya penulis, mengandung pesan dan makna yang
mendalam sehingga memberikan daya tarik.
B. Tujuan Penciptaan Karya
Tujuan yang ingin dicapai dari penciptaan karya yang berjudul “Metafora
primate sebagai ide visual karya lukis” adalah:
a. Mengekspresikan ide, gagasan, dan rasa yang bersumber dari pengetahuan
dan pengalaman emperis penulis menjadi karya lukis dengan subjecmater
primata.
b. Menggali potensi kreatif secara teknik yang pada akhirnya penulis dapat
menemukan spesifik yang khas dalam proses kreatifnya.
c. Sebagai media dalam pengembangan ide, konsep, gagasan, dan teknik
menulis dalam menciptakan sebuah karya.
C. Mamfaat penciptaan Karya
Adapun manfaat dalam dari penciptaan karya, yaitu:
a. Bagi Penulis
1. Dapat meningkatkan kreativitas penciptaan karya seni lukis.
2. Penulis dapat mengembangkan kemampuan teknik dan penguasaan
media dalam berkarya seni lukis.
3. Penulis dapat mengembangkan ide menjadi konsep dan kemudian
melakukan proses kreatif untuk memvisualisasikannya menjadi karya
lukisan.
b. Bagi pembaca
1. Agar pembaca dapat mengerti dan memahami pesan yang ingin di
sampaikan penulis melalui karya seni lukis.
2. Dapat memberikan informasi, referensi, metode, penciptaan ide dan
perangsang bagi pembaca dalam menciptakan karya seni.
LANDASAN PENCIPTAAN
Penulis memiliki ketertarikan menjadikan primata sebagai subjeckmatter dalam
proses berkarya penulis. Banyak hal menarik dari primata yang membuat penulis
takjub namun disisi lain kekhawatiran penulis terhadap populasi primata yang
semakin hari semakin menurun disebabkan dari berbagai faktor-faktor
permasalahan yang terjadi di habitat alaminya. Primata memiliki peranan penting
pada kelestarian hutan dalam penyebaran biji-biji untuk regenerasi hutan.
Kehadiran primata juga berperan sebagai indikator kesehatan hutan saat ini.

3
METODE PENCIPTAAN
A. Eksplorasi
Eksplorasi adalah sebuah kegiatan penjelajahan untuk menemukan pengalaman-
pengalaman baru dari situasi yang baru. Seorang seniman perlu mengalami proses-
proses tertentu dalam perjalanan keseniannya untuk memperkuat karya-karyanya
salah satunya yaitu dengan eksplorasi. Pada metode eksplorasi penulis melakukan
beberapa tahapan yaitu mengamati objek secara langsung dan pengamatan terhadap
karya seni lukis yang sudah ada. Eksplorasi yang dilakukan penulis dalam
penciptaan karya-karyanya yaitu eksplorasi ide, konsep, bentuk/visual, teknik dan
estetik.
B. Perancangan
Dari semua data dan informasi hasil dari analisis kemudian direpresentasi ke dalam
bahasa visual dalam bentuk sketsa-sketsa diatas kertas. Pembuatan sketsa
dikerjakan pada media kertas yang kemudian diwujudkan ke dalam media kanvas.
Dalam sketsa yang dibuat disesuaikan dengan konsep dan tema yang diangkat pada
tiap-tiap karya. Pembuatan sketsa ini dilakukan sebanyak-banyaknya, karena akan
melalui tahap seleksi untuk menentukan sketsa mana yang akan diwujudkan dalam
media kanvas. Adapun beberapa contoh sketsa adalah sebagai berikut:
1. Sketsa Satu

Gambar 3.1. : Kebangkitan


(Doc. Oleh Akhmad Dhienus Afaqhi, 2019)
2. Sketsa Dua

Gambar 3.2. : Pesan


(Doc. Akhmad Dhinus Afaqhi , 2019)

1. Membuat rancangan sketsa atau pola pada kertas.


2. Membuat rancangan (sketsa) pada kanvas.
3. Pewarnaan dasar pada objek dan background lukisan.
4. Memberi warna selanjutnya untuk memperjelas gambar.
5. Memberikan kesan balance dengan cara memberikan sentuhan terakhir.

4
6. Finishing menggunakan mowilex waterbash woodstain.
C. Skema Proses Penciptaan
Subjeckmatter

Eksplorasi

Eksporasi Eksporasi
Visual Konsep

Analisis
Data

Data Data
Primer Sekunder

Perancan
gan

Perwujud
an
Tabel 3.1 Skema Proses Penciptaan Karya
(Ilustrasi Penulis)

PROSES VISUALISASI KARYA SENI


A. Persiapan
Tahap awal yang pertama harus dilakukan adalah persiapan, karena
persiapan merupakan tahap awal dalam menentukan keberhasilan dari karya
seni lukis. Dengan adanya persiapan yang maksimal penulis dapat

5
memperkirakan kemungkinan yang akan terjadi dalam proses berkarya
sehingga diperoleh hasil yang maksimal dan berkualitas.
B. Perwujudan Konsep
Setelah menemukan ide dan konsep tentang tema yang diangkat, penulis masih
berfikir tentang bentuk seperti apa karya seni lukis yang akan dibuat,
bagaimana cara dan tekhnik membuat dan dari mana objek yang akan dilukis
sebagai realisasi dari ide dan konsep yang sudah ditemukan. Setelah semua
terfikirkan dengan matang penulis membuat banyak sketsa kasar pada kertas
dan memilih salah satu untuk lalu di terapkan di atas kanvas.

Gambar 4.8 Seketsa


(Dokumen Akhmad Dhinus A, 2019)
C. Realisasi
Konsep dan desain yang sudah dipilih kemudian di realisasikan dalam
bentuk karya lukis di kanvas. Berikut ini adalah proses realisasi karya penulis yang
berjudul “kebangkitan” dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. .Memindahkan sketsa dari kertas ke atas kanvas


2.

Gambar 4.9 Kanvas


(Dokumen Akhmad Dhinus A, 2019)

Pemindahan sketasa yang tadinya sudah di ranacang di atas kertas


ke dalam kanvas dilakukan dengan hati-hati dan perlahan sesuai dengan seketsa

6
yang pernah di rancang sebelumnya. Pembuat seketsa ini bertujuan sebagai tanda
letak obyek untuk memudahkan dalam peroses pewarnaan dan juga untuk
meminimalisir kesalahan dalam peroses berkarya, penulis berusaha membuat
seketsa objek dengan matang secara bentuk dan proporsinya. Seketsa di buat
dengan goresan tipis agar nantinya tidak mempengaruhi warna dan karya itu
sendiri.
3. Pembuatan Background
4.

Gambar 4.10 Pembuatan beckround


(Dokumen Akhmad Dhinus A, 2019)

Setelah peroses pemindahan sketsa dari kertas ke kanvas, lalu proses


selanjutnya yang penulis lakukan yaitu pembuatan latar belakang lukisan,
kebanyakan mengunakan latar belakang cosmos dengan kedalaman yang
bertingkat agar memberikan kesan ruang lingkup yang luas. dianataranya
terdapat seperti langit awan,gunung,tanah, dan lain-lain. Dalam peroses
pembuatan beckroumd penulis membuat bagian yang terlatak di bagian belakang
terlebih dahulu seterusnya merambat kedepan. Hal tersebut di lakukan agar tidak
adanya ketidak sesuaian tumpeng tindih antara objek di depan dengan objek
yang terdapat di belakang. Dalam menyajikan ruang atau kedalaman dalam
setiap lukisan penulis menggunakan perbedaan tone warna dan detail setap objek
sehingga terdapat kesan titik jauh dan titik dekat.
3. Pewarnaan Objek

Gambar 4.11 Pewarnaan objek 1


(Dokumen Akhmad Dhinus A, 2019)

7
Gambar 4.12 Pewarnaan objek 2
(Dokumen Akhmad Dhinus A, 2019)

Gambar 4.13 Pewarnaan Objek 3


(Dokumen Akhmad Dhinus A, 2019)

Setelah peroses pembuatan beckground sudah selesai. langkah


selanjutnya yaitu mewarnai objek sesuai dengan seketsa yang sudah di bentuk
sebelumnya. Langkah pertama penulis memberikan warna dasar terlebih dahulu
pada setiep potongan-potongan objek yang disesuaikan dengan warna yang akan
dominan pada obyek tersebut nantinya. Penulis mengambil warna tengah yaitu
tidak terlalu gelap maupun tidak terlalu terang, hal tersebut berfungsi untuk
memudahkan dalam menaikan dan menurunkan tone warna sesuai dengan
kebutuhan dari objek lukisan tersebut. karna sifat dari acrilick itu sendiri yang
transparan. Setelah semua bagian diberi warna dan gelap terang udah tercapai,
penulis membuat kontur tegas agar bentuk dari objek lebih jelas dan menegaskan
intensitas warna gelap terang agar objek lebih terlihat berdimensi.
4. Penyelesaian Akhir

8
Gambar 4.14 Penyelesaian Akhir
(Dokumen Akhmad Dhinus A, 2019)

Setelah seluruh bagian sudah diwarnai, langkah tselanjutnya yang


penulis lakukan yaitu mendetailkan kembali semua bagian pada objek dari
bentuk dan warna objek dengan mengatur intensitas cahaya gelap terang pada
objek secara keseluruhan. Sentuhan terakhir adalah membuat bayangan objek
agar objek terlihat lebih nyata dan berdimensi. Selanjutnya penulis mengevaluasi
kembali lukisan baik secara artistik maupun estetikanya, terutama dari segi
komposisi. Jika masih ada komposisi yang kurang tepat, lukisan diperbaiki
kembali untuk memperbaiki komposisinya. Pada tahap ini juga sangat
diperlukan kemampuan teknik, olah rasa, serta pengalaman estetik. Sebagai
tahap terakhir pembuatan lukisan adalah mencantumkan tanda tangan serta
tahun pembuatan pada lukisan.

D. Pemaparan Karya
Dalam mmbahasan karya ini penulis menggunakan dua aspek agar tidak
mencapur baur antara apa yang tampak pada visual dan apa yang menjadi cerita di
balik karya, diantaranya: Aspek artistik, di mana aspek ini membahas apa yang
tempak pada visualisasi karya, seperti, objek, warna. Sementara aspek estetis,
membahas mengenai ide cerita di balik karya yang disesuaikan dengan judul dan
konsep dalam karya tersebut, seperti apa yang akan disampaikan penulis dalam
penggunaan metafor visual dalam masing-masing karya lukis. Dan berikut adalah
karya-karya beserta pemaparannya yang berhasil penulis ciptakan:
1. karya I

Gambar 4.15

9
“Dialog”
120x100
Acrilic on canvas
(Dokumen Akhmad Dhinus, 2019)

a. Aspek Artistik
Pada karya yang berjudul “Dialog”, penggambaran visualnya
menggunakan warna gelap dengan suasana alam yang suram, guna
menjelaskan keadaan lingkungan yang sedang terjadi, dengan awan yang
bewarna yang dominan coklat kemerahan terlihat di awan dan bagian tanah,
warna biru untuk air dan gunung hijau kebiruan agar terkesan jauh.
Komposisi dalam lukisan ini menggunakan komposisi simetris dimana
terdapat keseimbngan pada setiep bagian karya. Dalam lukisan terdapat
obyek berupa figure-figur metafora hasil dari perenungan yang telah lakukan.
Figur-figur tersebut berfungsi sebagai pelengkap cerita dari konsep yang
ingin disampaikan, dengan orangutan sebagi objek utama dalam karya
tersebut. Harapan penulis figure-figur ini bisa memperkaya makna, yang
terbentuk dari peresepsi dan sudut pandang makna baru dari audience. Tetapi
dengan batasan yang diberikan dalam karya tersebut, seperti judul dan
pemaparan secara keseluruhan karya.
b. Aspek Estetis
Karya ini memaparkan kegelisahan sekaligus pertanyaan penulis
mengenai fenomena yang terjadi belakangan ini. Lokasi Indonesia yang
berada dalam daerah tropis dengan kekayaan floranya sangat mendukung
kehidupan satwa yang ada di dalamnya. Namun dewasa ini kegiatan
pengalihan fungsi hutan yang di lakukan secara besar-besaran baik itu guna
pembangunan, tambang, dan konversi lahan perkebunan, memaksa primata
dan satwa lainnya tersisih karna kehilangan habitat alaminya di hutan. Di
tambah lagi dengan perburuan yang dilakukan atas dasar menganggap
primata dan satwa lain adalah hama dikarnakan masuk ke perkebunan untuk
mencari makan. Hal tersebut yang melandasi penulis dalam menciptakan
karya yang berjudul “Dialog” ini, sesuai dengan judulnya objek-objek visual
dengan orangutan sebagai objek utamanya berdialog karna kebingungan
harus dimana lagi membangun kerajaannya kembali yang telah di sita paksa
oleh makhluk yang katanya paling Cerdas yang bernama manusia.
Memaksaka mengkotakkan Dunia menjadi milik manusia itu sendiri yang
lambat laun akan menghacurkan ekosistem dan juga manusia itu sendiri.

2. karya II

10
Gambar 4.16
“pembawa kabar”
150x130
Acrilic on canvas
(Dokumen Akhmad Dhinus A, 2019)

a. Aspek Artistik
Karya dengan judul “pembawa kabar”, pada visualnya menggambarkar
orangutan yang semakin bawah semakin membatu, tengah membawa
gulungan pesan dengan wadah yang bewarna mas. Didukung dengan berbagai
macem objek visual imajinatif yang diproleh dari perunugan yang di lakukan
penulis. pada setiap figur yang berbicara tentang dirinya sendiri yang
disesuaikan dengan konsep cerita yang penulis ingin sampaikan melalui karya
ini, dengan harapan mampu mengaktifkan imajinasi audience agar memiliki
presfektif sendiri mengenai karya itu sendiri, hal ini mampu menjadikannya
roh dan memperkaya karya tersebut. Dibalut dengan latar belakang tempat
(Background) yang terkesan suram agar lebih terlihat dramatis. dengan
pemilihan tone warna yang di sesuaikan, dengan tujuan memberi kesan
kedalaman pada karya ini sesuai dengan konsep pada karya tersebut. Dengan
penyusunan komposisi simetris yang mempertimbangkan kesamaan berat
pada setiap sisi karya lukis.
b. Aspek Estetis
Jumlah populasi dan keberadaan primata, serangga, dan hewan liar
lainnya di hutan merupakan indikator atau penanda tentang keadaan dan
kesehatan hutan, Dilihat dari jumlah populasi primata dan hewan lainnya di
habitat alaminya. Dengan fakta saat ini yang terjadi di lapangan jumlah
populasi dari primata itu sendiri semakin hari semakin memprihatinkan maka
dalam indikatornya alam sedang tidak baik-baik saja. karna primata
merupakan pelaku ekosistem dalam menjaga kesimbangan alam. Kerusakan-
kerusakan yang dilakukan manusia pada akhirnya akan berimbas balik pada
manusia itu sendiri secara langsung maupun tidak langsung. Hal tersebut
menjadi acuan penulis dalam menciptakan karya yang berjudul “Pembawa
kabar” yang menceritakan orangutan sebagai objek utamanya yang

11
membawa pesan dari alam semasta. Alam akan seperti apa yang manusia
perbuat, karna manusia bagian dari alam itu sendiri. Kerusakan yang di
lakukan pada akhinya akan berimbas pada manusia dan makluk hidup
lainnya. Dengan kemampuan alam semesta memperbarui dirinya sendiri.
Pada ujungnya bumi dapat menghapus kehidupan di bumi den
menggantikannya dengan kehidupan baru, seperti yang terjadi pada bumi
sebelum-sebelumnya, Jika manusia terus menerus melakukan kerusakan.
3. karya III

Gambar 4.17
“di dua pilihan”
100x60
Acrilic on canvas
(Dokumen Akhmad Dhinus A, 2019)

a. Aspek Artistik
Pada karya yang berjudul “di dua pilihan”. penggambaran visualnya
menggunakan beckround dengan dominan warna gelap yaitu hitam, biru, dan
merah terdapat gunung dengan visual samar-samar agar terkesan memiliki
kedalaman. Dengan daratan yang didominasi air dikarnakan habitat bekantan
itu sendiri berada di daerah hutan mangrove, hutan rawa, dan hutan deket
aliran sungai. Memiliki komposisi simetris dengan penempatan titik berat
objek yang sama anatara bagian kanan dan kiri lukisan dengan
mempertimbangkan keseimbangan. karya kali ini terdapat visual bulan
sebagai simbol perjalanan waktu, lilin dengan tiang batunya sebagai simbol
pengharapan, Lalu terdapat hewan bekantan sebagai objek visual utama
dalam karya ini, serta obyek-objek visual lainnya yang memiliki peran
penting juga dalam penyampaikan pesan dalam karya.
b. Aspek Estetis
Rusaknya habitat bekantan yang pada dasarnya berada di kawasan
rivarian dan hutan mangrove, menyebabkan bekantan masuk kearea
perkebunanan dan permukiman. Adanya perubahan perilaku pergerakan
Bekantan dari arboreal (bergerak di atas tajuk pohon) ke Terestrial (bergerak
di atas permukaan tanah) akan membawa beberapa konsekuensi kepada
terganggunya kelestarian populasi bekantan, Bekantan yang berpindah dan
bergerak di atas tanah, menjadi indikator kalau habitatnya sudah rusak dan
kurangnya sumber pakan untuk kelangsungan hidupnya. Berdasarkan fakta

12
demikian dalam karya yang berjudul “di dua pilihan” menjebarkan keresahan
penulis. ketika kerusakan terjadi pada titik terparah di mana kita di hadapkan
dengn dua kemungkinan pilihan yaitu terus menerus melakukan eksploitasi
alam atau berhenti dan mualai berbenah untuk menentukan arah kedepannya
dalam kehidapan selanjutnya. Sebelum semua bener-bener terjadi ketika
dimana pohon terakhir tertebang, primata terakhir terbunuh, udara dan air
terakhir tercemar, sebelum semua terjadi masih ada harapan untuk melakukan
perubahan besar.
4. karya IV

Gambar 4.18
“membutuhkan”
100x60
Acrilic on canvas
(Dokumen Akhmad Dhinus A, 2019)

a. Aspek Artistik
karya dengan judul “Membutuhkan” pengambaran visualnya
menggunakan latar belakang tumpukan daun kering dengan dilapisi cat tipis
bewarna hitam agar objek daun tetap nampak. Daun digunakan sebagai
symbol siklus kehidupan tumbuh dan mati. Selanjutnya terdapat objek figur
manusia yang keluar dari dimensi yang berbeda. pada tangannya memegang
dua benda yaitu lonceng dan alat penimbang, lonceng sebagai simbol
peringatan, panggilan, dan harapan (doa), sedangkan penimbang merupakan
symbol keadilan. Seperti karya sebelumnya keseimbangan setiap sisi karya
menjadi pertimbangan dasar, dengan menggunakan komposisi simetris.
b. Aspek Estetis
Kerusakan lingkungan hidup dapat diartikan sebagai proses deteriorasi
atau penurunan mutu (kemunduran) lingkungan. Deteriorasi lingkungan ini
ditandai dengan hilangnya sumber daya tanah, air, udara, punahnya primata,
fauana laianya secara tidak langsung merusak kesetabilan ekosistem. menjaga
primata dan habitat alaminya, sama denagn menjaga kesetabilan alam itu
sendiri, menjaga alam sama denagan menjaga dirikita sendiri. Langkah
pertama yang dibutuhkan dalam prosesnya adalah bagaimana agar kita
mengeneli, memahami, dan adil pada diri kita sendiri. Semua di mulai dari
diri kita sendiri adil sejak dalam pikiran pada diri sendiri. Sampai pada
perjalanannya mampu memacahkan teka-teki makna yang sebelumnya tidak

13
dapet dimengerti, lalu kesadaran udah tumbuh pada diri masing-masing. Pada
akhirnya manusia, primata, hewan dan alam semesta hidup dalam
keselarasan.
5. karya V

Gambar 4.19
“kebangkitan”
120x100
Acrilic on canvas
(Dokumen Akhmad Dhinus A, 2019)

a. Aspek Artistik
Karya yang berjudul “Kebangkitan”, dalam visualnya penulis
menghadirkan obyek manusia dengan muka terlepas lalu di bagaian muka
yang terlepas tumbuh bunga yang bermekaran, penulis juga menghadirkan
dua objek visual yaitu bagian kepala dari patung liberti dan boneka
matryoskha pada bagian pecahannya keluar kera. Pewarnaan sesuai dengan
warna aslinya. Dalam pembuatan beckround penulis menggunakan warna
dominan biru dan coklat, biru yaitu langit dan gunung sedangkan warna
coklat yaitu tanah. Dengan komposisi simetris pada karya.
b. Aspek Estetis
Alam yang dimana merupakan tempat berlangsungnya kehidupan, baik
itu perimata, manusia, dan makluk hidup lainnya dapat menurun kualitas dan
kuantitasnya, sering kali disebabkan oleh beberapa faktor dari alam dan
manusia. Kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh manusia lebih besar
dibandingkan kerusakan akibat bencana alam, kerusakan tersebut umumnya
disebabkan oleh aktifitas manusia yang tidak ramah lingkungan seperti
perusakan hutan, alih fungsi hutan, pertambangan, pencemaran air atau udara
serta tanah. Dalam Karya yang berjudul “kebangkitan” ini penulis
menceritakan harapan penulis mengenai awal mula kebangkitan kesadaran
arti pentingnya menjaga kesimbangan dan keselasaran manusia,alam,hewan
dan sebagainya di alam semesta ini. Sehingga primata, dan makluk hidup
lainnya dapat hidup di alam liar pada ekosistemnya masing-masing.

14
2. karya VI

Gambar 4.20
“Selaras”
130x100
Acrilic on canvas
(Dokumen Akhmad Dhinus A, 2019)

a. Aspek Artistik
Dalam karya yang berjudul “Selaras”, pengambaran visualnya
menggunakan warna dengan beckround cerah, dengan awan, gunung, dan
tanah seperti biasanya. Kali ini dengan visual berbagai macem tanaman di
sekliling objek-objeknya. Pada objek utamanya terdapat patung setengah
manusia pada bagian kepalanya tumbuh beraneka jenis tanaman. Dengan
figur primata dan objek lainnya yang mengelilingi patung manusia
tersebut. Dengan pertimbangan komposisi simetris, dengan penempatan
objek di sebelah kiri dan kanan yang seimbang, sehingga tidak ada sisi
yang berat sebelah.
b. Aspek Estetis
Relasi terbaik manusia dan alam pada konteks lingkungan hidup,
adalah manusia harus menjaga keselarasan dengan alam. Ada kesadaran
pada tiap orang bahwa peran sebagai pemegang mandat dari Tuhan,
sekaligus mempunyai tanggungjawab penataan lingkungan hidup dan
kehidupan. Sehingga primata, satwa liar, alam dan manusia, dapet
berdampingan hidup dalam keselarasan yang di tuju. Begitu juga pada
karya yang berjudul “Selaras” merupakan imajinasi sekaligus harapan
penulis dimana pada suatu tempat manusia sudah mencapai titik
kesadarannya, menghargai sesama, primata, satwa lain, dan alam. Hidup
berdampingan dengan perannya masing-masing.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Melalui karya-karya yang penulis buat, penulis dapat menarik kesimpulan
bahwa penulis bermaksud ikut menyampaikan berbagai macam pandangan,
pendapat, pemikiran penulis mengenai keadaan primata dan habitatnya. Hal

15
tersebut di lakuakan penulis karna pada kenyataannya permasalahan yang begitu
kompleks yang terjadi di alam yang sebagian besar di sebabkan aktifitas manusia.
Kerusakan yang mengakibatkan menurunnya kualitas maupun kuantitas alam, akan
berpengaruh pada seluruh aspek kehidupan termasuk manusia itu sendiri.
Permasalahan dari isi lingkungan yang begitu banyak membuat penulis tergerak
ikut menyuarakannya lewat karya lukisan.
Dari proses penciptaan karya seni yang telah menghasilkan beberapa karya,
penulis juga dapat mengemukakan beberapa kesimpulan :
1. Hasil karya seni lukis Primata menjadi subject matter yang mendasari ide atau
gagasan “isu lingkungan” dapat di gunakan untuk menyampaikan gagasan dan
ekspresi penulis sebagai media apresiasi untuk kalangan khusus maupun umum.
2. Melalui objek primata sebagai metafor dalam membicarakan isu lingkungan.
Karna primata sebagai hewan yang merasakan dampak langsung dari kerusakan
yang terjadi.
3. Menjadikan primata sebagai objek media penulis menyampaikan ide dan
gagasan dalam karya lukis dengan teknik surealis.

16
17

4. Melalui karya seni lukis, penulis dapat mengekspresikan pemikiran abstrak yang
ada di pikiran penulis yang tidak bisa diungkapkan secara langsung kedalam
sebuah karya yang dapat memberikan pengalaman estetik dan menginspirasi
apresian.
5. Dengan melakukan perenungan atau kontemplasi melalui pengalaman sehari-
hari, berarti mengharuskan penulis untuk berpikir kritis, berpikir lebih luas dan
dalam dari biasanya, lalu mempertimbangkan dampaknya dengan perasaan yang
menjadikan penulis lebih bijaksana dalam menyikapi masalah.
6. Dalam proses pengeksekusian pada kanvas, seketasa dan rancangan yang
terdapat pada kanvas tadinya tidak menjadi acuan yang baku lagi, karna dalam
prosesnya akan muncul banyak sekali pengembangan-pengembangan yang
sebelumnya tidak direncanakan.
7. Dalam proses pengeksekusian penulis menggunakan cat Acrilic pada media
kanvas karna cendrung lebih cepat kering dan sifatnya yang tidak terlalu banyak
memantulkan cahaya.
8. Penulis menggunakan karya lukis sebagai media komonikasi dan apresiasi pada
lingkungan publik dalam menyampaikan ide dan gagasan.
B. Saran
Kebeneran yang kini semakin di akui adalah kenyataan termasuk seni,
bahwa segala sesuatu itu kait mengait dan saling mempengaruhi, seni tak pernah
sama sekali murni dan berdiri sendiri, atau terpisah dengan lingkungannya. Oleh
karnanya kita tidak dapat memandang seni semata dalam peristilahan estetika saja,
melainkan harus mengaitkannya dengan dunia sekitar dimana ia berada. Inilah cara
memahami seni yang relavan yaitu melihat seni dan relasinya dengan
lingkungannya. Dalam penciptaan suatu karya seni melalui proses yang diawali
dengan ide atau gagasan, yang kemudian dituangkan ke dalam sebuah karya seni
dan didasari pengetahuan emosional, intelektual, dan spiritual. Sedangkan karya
seni itu sendiri adalah suatu benda yang memiliki nilai estetis. Pengalaman estetis
dan perasaan perupa menjadi penunjang vitalitas berhasil tidaknya suatu karya.
Oeleh karna itu dalam pembuatan karya seni bentuk visual dan makna yang
terkandung di dalamnya harus sama-sama diutamakan agar karya seni yang tercipta
mempunyai mamfaat untuk umum dan penciptanya sendiri.
Banyak aspek dan hal yang biasanya sering menjadi pesan ataupun makna
dalam setiap ekspresi karya sehingga apresian tidak hanya dapat melihat karya
hanya dari segi visual karyanya saja namun dapat melihat bagaimana pesan dan
makna yang terkandung didalam setiap karya seni tersebut. Mulai dari menghargai
karya dalam bentuk apapun, merupakan bentuk awal untuk mengaktifkan
rangsangan pada masing-masing individu mengenai estetika dan pesan yang
terkandung dalam karya tersebut. Karna seni itu sendiri merupakan media untuk
mengasah kepekaan dan rasa.
18

DAFTAR PUSTAKA

Bangun, Sem C. 2000. Kritik Seni Rupa. ITB: Bandung.

Bahari Nooryon. 2014. Keritik Seni. Pustaka Pelajar: Cirebon.

Dharsono, Sony Kartika. 2007. Keritik Seni. Rekayasa Sains: Bandung.

___________________. 2017. Seni Rupa Modern. Rekayasa Sains: Bandung

Marianto, M. Dwi. 2017. Art And Life Force: In Quantum Perspective. Scritto
Books Publisher: Yogyakarta

Hendrawan R, Sumiyati, Nasrudin, Sonia, Nsution, Millah. 2019. Karaktristik


habitat lutung (Trachpitecus auratus E. Geoffroy,1812) pada vegitasi
hutan daratan rendah Blok Cipulawah,Cagar alam leuwung
sancang,Garut, Jawa barat. Univeritas Padjajaran:Bandung.

Prasetyo D, Sugarjito J. 2010. Setatus populasi satwa primata di taman nasional


gunung palung dan daerah penyangga, Kalimantan barat. Journal:
Primatalogi Indonesia. Vol:7.

Rasjoyo. 1984. Pendidikan Seni Rupa SMA 1987. Jakarta: Erlangga.

Sahman, Humar. 1993. Mengenalai Dunia Seni Rupa. Semarang : IKIP Semarang
Press.

Supriana J,Hendraswi E. 2000. Panduan lapangan primate Indonesia: Jakarta.

Susanto, Mikke. 2012. Diksi Rupa: Kumpulan Istilah dan Gerakan Seni Rupa.
Yogyakarta: Dicti Art Lab & Djagad Art House.

Rusnoto, Susanto. 2019. Soial Media Transformation In The Public Education: A


Critical Review Of Social Changge, International Journal of Scientific
And Technology Research, Vol. 8, Issue 07, Juli 2019, P. 462.

_____________. 2015. Revolusi Budaya Visual Dan Shock Cutures: Lokalitas


Dalam Arus Glolisasi Melalui Prastik Kritis Seni Rupa Kontemporer
Dalam Brainshocking: Relasi Neurosains Dengan Kreatifitas Seni.
Yogyakarta: Yayasan Seni Visual Indonesia.

Zairina A,Yunus, wiadi, Indriani. 2015.Pola penyebaran dan karakteristik


tumbunan pakan monyet ekor panjang( macaca fascicularis) di hutan
rakyat ambender.Brawijaya: Malang. Vol:6.
19

Sumber data lain :


Kompas.com dengan judul "Biografi Tokoh Dunia: Salvador Dali, Pelukis
SurealisasalSpanyol",{https://internasional.kompas.com/read/2019/05/10
/13115071/biografi-tokoh-dunia-salvador-dali-pelukis-surealis-asal-
spanyol?page=all”}

https://hifructose.com/2018/12/12/aec-interesni-kazkis-new-show-inspires-deja-
vu-jamais-vu/
https://www.hotelzentik.com/aec-interesni-kazki
https://indoartnow.com/artists/roby-dwi-antonosurealis.
20

S-ar putea să vă placă și