Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
KEPUTIHAN PATOLOGIS
Cici Kurniawati, Muji Sulistyowati Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya Email:
cicikurniawati000@gmail.com
Abstract: Physiologic vaginal discharge occurred in adolescents can be pathologic vaginal discharge
when behavior in reproduction health keeping is poorly in feminine area. Health belief model teory is
main concept for young women to take action to prevent pathologic vaginal discharge. This study was
done to analyze young women’s behavior in preventing abnormal vaginal discharge in SMK YPM 3
Taman. This study was an analytic observational using both quantitative approaches. Questionnaires
are gave to 89 respondents. Respondents were taken by simple random sampling. Dependent variable
was an act in preventing the pathological vaginal discharge. Independent variable were knowledge,
perception of susceptibility, perception of seriousness, perception of benefits, perception of barriers,
perception of self-efficacy, and cue to act. The result at this study showed that enough knowledge
about vaginal discharge was 56,18% and good action in preventing pathological vaginal discharge
52,81%. The relationship testing used spearman test showed that there were relationship between
perceived of susceptibility, perceived of seriousness, perceived of benefits, perceived of barriers,
perceived of self-efficacy, and cues to action with action in preventing pathological vaginal discharge
(p < 0,05). Logistic regression showed that perceived seriousness taken effect on the action in
preventing pathological vaginal discharge (p = 0,000; OR = 0,061). Conclusion of this research was
knowledge could affect perception in preventive behavior of pathologic vaginal discharge, that was
also supported by cue to action. Perception of barriers was the most factor that affect preventive
behavior of pathologic vaginal discharge.
Keywords: vaginal discharge, health belief model, preventive behaviour.
Abstrak: Keputihan yang normal terjadi pada remaja bisa menjadi keputihan abnormal apabila
perilaku dalam menjaga kesehatan reproduksi pada daerah kewanitaan kurang baik. Teori health belief
model merupakan konsep utama remaja putri akan mengambil tindakan untuk melakukan pencegahan
keputihan patologis. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis perilaku remaja putri dalam
mencegah keputihan patologis di SMK YPM 3 Taman. Penelitian ini penelitian observasional analitik
dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Kuesioner diberikan pada 89 responden yang diambil
secara acak sederhana. Pada penelitian ini di temukan pengetahuan yang cukup tentang keputihan
56,18% dan Tindakan yang baik dalam mencegah keputihan patologis 52,81% Pengujian hubungan
dengan menggunakan uji spearman menunjukkan bahwa ada hubungan antara persepsi kerentanan,
persepsi keseriusan, persepsi manfaat, persepsi hambatan, persepsi kemampuan diri, dan isyarat untuk
bertindak dengan tindakan dalam mencegah keputihan patologis (p < 0,05). Uji regresi logistik
menunjukkan bahwa persepsi hambatan berpengaruh terhadap tindakan dalam mencegah keputihan
patologis (p = 0,000; OR = 0,061). Kesimpulan penelitian adalah pengetahuan dapat mempengaruhi
persepsi dalam melakukan tindakan pencegahan keputihan yang juga di dukung dengan isyarat untuk
melakukan tindakan. Persepsi hambatan merupakan faktor yang paling mempengaruhi dalam tindakan
pencegahan keputihan patologis.
Kata kunci: keputihan, health belief model, tindakan pencegahan.
PENDAHULUAN
Masa remaja merupakan masa peralihan Batasan usia remaja Indonesia adalah 11–24
dari anak-anak menuju ke dewasa, bukan hanya tahun dan belum menikah. Proses dalam
dalam arti psikologis tetapi juga dalam arti penyesuaian diri menuju kedewasaan ada tiga
fisik. Perubahan fisik yang terjadi merupakan tahap perkembangan remaja, yaitu: remaja
gejala primer dalam pertumbuhan remaja, awal (early adolescence), remaja madya
sedangkan perubahan psikologis muncul (middle adolescence), remaja akhir (late
sebagai akibat dari perubahan fisik. adolescence) (Sarwono, 2013). Menurut data
profil kesehatan Propinsi
117
118 Jurnal Promkes, Vol. 2, No. 2 Desember 2014: 117–127
Jawa Timur mencatat penduduk Jawa Timur yang disebabkan oleh infeksi dan tindakan
yang tergolong usia 10–19 tahun adalah perawatan daerah kewanitaan yang tidak
sekitar 6 juta jiwa atau 16,3%, terdiri dari benar, berwarna kuning atau kehijauan,
50,9% remaja laki-laki dan 49,1% remaja berbau amis atau busuk, dan disertai rasa
perempuan (Dinkes Jatim, 2012). gatal (Kusmiran, 2012). Sekitar 75%
Masa peralihan dari anak-anak menjadi wanita yang ada di seluruh dunia pernah
remaja juga dikenal dengan istilah pubertas. mengalami keputihan, sekali seumur
Pada masa pubertas juga terjadi berbagai hidupnya (Syed dan Braverman, 2004).
perubahan. Perubahan fisik pada pubertas Organ reproduksi wanita merupakan
terutama merupakan hasil aktivitas hormonal daerah tertutup dan berlipat, sehingga
yang di bawah pengaruh sistem saraf pusat. apabila tidak menjaga kebersihannya, maka
Perbedaan fisik antara kedua jenis kelamin akan lebih mudah untuk berkeringat, lembab
ditentukan berdasarkan karakteristik dan kotor. Tempat yang lembab dan kotor
pembeda, yaitu: karakteristik seks primer merupakan tempat bakteri untuk tumbuh dan
merupakan organ eksternal dan internal yang berkembang biak. Perilaku yang tidak baik
melaksanakan fungsi-fungsi reproduktif dalam menjaga kebersihan organ reproduksi,
(misal: ovarium, uterus, payudara, penis), seperti membersihkan dengan menggunakan
dan karakteristik seks sekunder merupakan air yang kotor, memakai sabun kewanitaan
perubahan yang terjadi pada seluruh tubuh secara berlebihan, menggunakan celana
sebagai hasil dari perubahan hormonal dalam yang tidak menyerap keringat, jarang
(misal: perubahan suara, munculnya rambut mengganti celana dalam, dan tidak sering
pubertas, dan bulu pada wajah, penumpukan mengganti pembalut merupakan pencetus
lemak), tetapi tidak berperan langsung dalam timbulnya infeksi yang dapat menyebabkan
reproduksi (Wong, 2008). keputihan patologis. Kebersihan organ
Kesehatan reproduksi merupakan reproduksi pada wanita harus dijaga
keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial khususnya remaja, karena merupakan salah
dalam segala hal yang berkaitan dengan satu upaya pencegahan terhadap keputihan
fungsi, peran, dan sistem reproduksi. patologis (Kusmiran, 2012). Masalah
Sedangkan, kesehatan reproduksi remaja reproduksi pada remaja perlu mendapat
merupakan suatu kondisi sehat yang penanganan yang serius, karena masalah
menyangkut sistem, fungsi, dan proses tersebut banyak terjadi pada negara
reproduksi yang dimiliki oleh remaja berkembang, seperti di negara Indonesia
(Effendi dan Makhfudli, 2009). Setiap karena kurang tersedia akses untuk mendapat
remaja memperoleh hak yang sama dalam informasi mengenai kesehatan reproduksi,
menjaga kesehatan reproduksinya. Organ khususnya keputihan (Hurlock, 2000).
reproduksi merupakan organ tubuh yang
sensitif dan memerlukan perawatan Keputihan fisiologis (normal) yang
khusus. Pengetahuan dan perawatan yang terjadi pada remaja bisa menjadi keputihan
baik dalam menjaga kebersihan organ patologis (tidak normal) apabila perilaku
reproduksi dapat memelihara kesehatan dalam menjaga kesehatan reproduksi pada
reproduksi (Pudiastuti, 2010). daerah kewanitaan tidak baik. Keputihan
Keputihan merupakan salah satu yang patologis dapat menimbulkan perasaan
masalah kesehatan reproduksi yang normal tidak nyaman dan dalam jangka waktu lama
dan sering terjadi pada wanita, khususnya akan menyebabkan beberapa penyakit serius
pada remaja. Keputihan adalah keluarnya diantaranya adalah infeksi pada panggul dan
cairan dari vagina selain darah haid (Kasdu, juga bisa mengakibatkan infertilitas atau
2005). Keputihan fisiologis merupakan kemandulan (Agustini, 2013). Keputihan
keluarnya cairan vagina selain darah haid juga merupakan suatu tanda atau gejala
yang dalam keadaan normal dipengaruhi adanya kelainan organ reproduksi wanita.
oleh hormon, berwarna putih encer, tidak Kelainan tersebut dapat berupa infeksi, polip
berbau, dan tidak gatal. Keputihan patologis leher rahim, keganasan (tumor dan kanker),
merupakan keluarnya cairan dalam jumlah serta adanya benda asing (Kasdu, 2005).
yang banyak dari vagina selain darah haid Peningkatan kadar cairan keputihan
Cici Kurniawati dan Muji Sulistyowati, Aplikasi Teori Health Belief Model… 119
juga dapat membentuk suatu endapan putih yang oleh Becker (1974) dikembangkan dari
yang dapat menimbulkan rasa gatal dan teori lapangan Lewin (1954) menjadi teori
membakar pada permukaan dinding vagina, health belief model (Notoadmodjo, 2010).
serta dapat menimbulkan kemerahan dan Teori health belief model merupakan salah
pembengkakan atau peradangan pada dinding satu model pertama yang dirancang untuk
vagina (Hendrik, 2006). mendorong masyarakat dalam melakukan
Keputihan merupakan masalah tindakan ke arah kesehatan yang positif.
kesehatan reproduksi yang normal dan sering Teori health belief model menekankan
terjadi pada wanita, terutama pada remaja. bahwa individu memiliki persepsi
Data awal di SMK YPM 3 Taman Sidoarjo kerentanan terhadap penyakit yang
dari 30 siswi, sebanyak 53,3% memiliki mengancam kesehatan, sehingga melakukan
pengetahuan tinggi tentang keputihan, dan tindakan yang dapat mencegah ancaman dan
46,7% memiliki pengetahuan yang kurang. memusnahkan penyakit yang mungkin
Sebanyak 80% dalam mencegah keputihan menyerang (Bensley, 2008). Teori health
patologis masih kurang tepat dan 20% belief model digunakan dalam penelitian ini
diantaranya sudah tepat dalam melakukan karena merupakan konsep utama dalam
tindakan pencegahan keputihan patologis. mengambil tindakan untuk melakukan
Banyak faktor yang dapat menyebabkan pencegahan penyakit, sehingga sesuai
keputihan pada remaja seperti faktor dengan tindakan untuk melakukan
pendukung, faktor fisiologis dan faktor pencegahan terhadap keputihan patologis.
patologis. Faktor pendukung terjadinya Teori health belief model didasarkan
keputihan pada remaja adalah anemia, gizi pada kepercayaan bahwa perilaku individu
rendah, kelelahan dan obesitas. Faktor ditentukan oleh persepsi kerentanan terhadap
fisiologis keputihan yang lebih banyak keputihan patologis, persepsi keseriusan
dipengaruhi oleh faktor hormonal yang terhadap keputihan patologis, persepsi
normal seperti saat ovulasi, sebelum dan manfaat dari upaya pencegahan yang
sesudah haid, rangsangan seksual, serta dilakukan, persepsi hambatan dalam hal
emosi. faktor patologis yang sering yang dapat mengganggu tindakan
mengakibatkan keputihan adalah infeksi pencegahan, dan persepsi kemampuan diri
bakteri, parasit, jamur, dan virus (Pudiastuti, untuk melakukan tindakan pencegahan.
2010). Kurangnya perilaku dalam menjaga Persepsi yang dirasakan untuk melakukan
kebersihan organ kewanitaan juga tindakan pencegahan keputihan patologis
merupakan faktor yang bisa mengakibatkan dipengaruhi faktor pemodifikasi yang secara
keputihan, sehingga bakteri dan jamur akan tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku
tumbuh dengan cepat pada tempat kotor dan kesehatan. Faktor pemodifikasi mencakup
lembab dapat menimbulkan infeksi yang pengetahuan, usia, sosial ekonomi, jenis
kemudian menyebabkan keputihan patologis. kelamin, pengalaman pribadi yang dapat
Agar perilaku remaja putri dalam mencegah mempengaruhi persepsi kerentanan, persepsi
keputihan patologis bisa baik, maka keseriusan, persepsi manfaat, persepsi
diperlukan pengetahuan yang baik tentang hambatan, persepsi kemampuan diri.
keputihan dan sikap yang baik dalam Tindakan pencegahan keputihan patologis
melakukan tindakan pencegahan keputihan dipengaruhi persepsi kerentanan, persepsi
patologis. Pengetahuan dan sikap merupakan keseriusan, persepsi manfaat, persepsi
domain yang ada dalam membentuk perilaku hambatan, persepsi kemampuan diri, dan
seseorang (Notoadmodjo, 2010). Jika juga didorong dengan faktor internal yang
pengetahuan baik dan sikap dalam ada dalam diri sendiri misalnya gejala dari
melakukan tindakan baik, maka diharapkan penyakit itu sendiri dan faktor eksternal yang
juga pada akhirnya seseorang akan datang dari luar misalnya dorongan dari
melakukan perilaku atau tindakan yang baik orang tua, guru, tenaga kesehatan, teman,
juga. media cetak dan media elektronik dalam
Teori pencegahan penyakit terbentuk mengisyaratkan untuk melakukan tindakan
karena kegagalan masyarakat dalam pencegahan keputihan patologis. Tujuan
menerima usaha pencegahan penyakit, umum dari penelitian adalah untuk
120 Jurnal Promkes, Vol. 2, No. 2 Desember 2014: 117–127
patologis mempunyai tindakan yang baik P = 0,000, dapat disimpulkan ada hubungan
dalam mencegah keputihan patologis, antara persepsi keseriusan dengan tindakan
sedangkan di antara responden yang dalam mencegah keputihan patologis. Nilai
berpersepsi rentan ada 14 orang (30,43%) koefisien korelasi spearman sebesar 0,614,
yang mempunyai tindakan yang tidak baik yang artinya ada hubungan yang kuat antara
dalam mencegah keputihan patologis. Hasil antara persepsi keseriusan dengan tindakan
uji statistik diperoleh nilai P = 0,001, dapat dalam mencegah keputihan patologis.
disimpulkan ada hubungan antara persepsi Hubungan antara persepsi manfaat
kerentanan dengan tindakan dalam mencegah dengan tindakan pencegahan keputihan
keputihan patologis. Nilai koefisien korelasi patologis menunjukkan bahwa ada 19 orang
spearman sebesar 0,347, yang artinya ada (70,37%) yang tidak berpersepsi manfaat
hubungan yang kuat antara antara persepsi terhadap pencegahan keputihan patologis
kerentanan dengan tindakan dalam mencegah mempunyai tindakan yang baik dalam
keputihan patologis. mencegah keputihan patologis, sedangkan di
Hubungan antara persepsi keseriusan antara responden yang berpersepsi tidak
dengan tindakan pencegahan keputihan manfaat dalam pencegahan keputihan
patologis menunjukkan bahwa ada 30 patologis ada 8 orang (29,63%) yang
orang (93,75%) yang berpersepsi serius mempunyai tindakan yang tidak baik dalam
terhadap keputihan patologis mempunyai mencegah keputihan patologis. Hasil uji
tindakan yang baik dalam mencegah statistik diperoleh nilai P = 0,029, dapat
keputihan patologis, sedangkan diantara disimpulkan ada hubungan antara persepsi
responden yang berpersepsi serius ada 2 manfaat dengan tindakan dalam mencegah
orang (6,25%) yang mempunyai tindakan keputihan patologis. Nilai koefisien korelasi
yang tidak baik dalam mencegah keputihan spearman sebesar 0,232, yang artinya ada
patologis. Hasil uji statistik diperoleh nilai hubungan yang kuat antara persepsi manfaat
122 Jurnal Promkes, Vol. 2, No. 2 Desember 2014: 117–127
(lower = 2,563, upper = 8,622) di mana tidak patologis, sehingga perlu tindakan yang
mengandung nilai risiko relatif 1 sehingga baik dalam merawat atau menjaga daerah
menunjukkan adanya hubungan antara kewanitaan.
persepsi hambatan dengan tindakan Tingkat pengetahuan responden tentang
pencegahan pada taraf signifikansi 5%. keputihan di SMK YPM 3 Taman
Risiko relatif pada tindakan tidak baik adalah berpengetahuan cukup baik yaitu sebesar
11,228, yang artinya tidak berpersepsi 56,18%. Responden tahu tentang keputihan,
keseriusan memiliki peluang untuk namun mereka masih belum tahu tentang
melakukan tindakan pencegahan yang tidak bahaya sabun kewanitaan. Kebanyakan
baik 11,228 atau 11 kali lebih besar responden menganggap bahwa sabun
dibandingkan dengan yang berpersepsi kewanitaan dapat mematikan bakteri tidak
keseriusan. Selang kepercayaannya di dapat normal dan normal yang ada di daerah
(lower = 2,903, upper = 43,421) di mana kewanitaan. Penggunaan sabun kewanitaan
tidak mengandung nilai risiko relatif 1 ini dapat mengubah kondisi lingkungan
sehingga menunjukkan adanya hubungan vagina sehingga bakteri yang tidak normal
antara persepsi keseriusan dengan tindakan atau bakteri pengganggu dapat berkembang
pencegahan pada taraf signifikansi 5%. biak dan menyebabkan keputihan (Jones,
2009). Sabun kewanitaan juga dapat
mematikan bakteri yang baik dalam vagina
PEMBAHASAN
yang berfungsi sebagai pertahanan diri
Data umur remaja putri yang menjadi terhadap infeksi (Yuliarti, 2009). Responden
responden dalam penelitian berusia 16–18 juga masih belum tentang faktor yang
tahun. WHO (1995) dalam Depkes (2010), menyebabkan keputihan. Faktor yang
batasan usia remaja terdiri dari remaja awal menyebabkan keputihan pada umumnya
(10–13 tahun), remaja madya (14–16 tahun), adalah keadaan emosional, masa ovulasi, dan
dan remaja akhir (17–19 tahun). Usia ketertarikan seksual (Yuliarti, 2009).
responden yang berumur 16 tahun termasuk Pengetahuan merupakan hasil tahu
dalam kategori remaja madya dan usia seseorang terhadap obyek yang di dapat
responden yang berumur 17–18 tahun melalui inderanya. Pengetahuan seseorang
merupakan kategori remaja akhir. Remaja terhadap obyek mempunyai intensitas atau
madya seringkali menyukai teman yang tingkatan yang berbeda-beda. Pengetahuan
mempunyai sifat-sifat yang mirip dengan merupakan domain penting dalam
dirinya, selain itu juga berada dalam kondisi membentuk tindakan seseorang. Ada 6
kebingungan karena masih belum tahu harus tingkat pengetahuan di dalam domain, yaitu:
memilih yang mana, seperti peka atau tidak know, comprehension, application, Analysis,
peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau synthesis, evaluation (Notoadmodjo, 2010).
pesimis. Remaja akhir cenderung berteman Pengetahuan responden tentang keputihan
dengan orang-orang lain dalam mencari ada di tingkat dasar yaitu know, dikarenakan
pengalaman baru dan minatnya yang makin pengukurannya dengan memberikan
tinggi terhadap daya atau proses pemikiran kuesioner berupa pertanyaan tentang
yang lebih tinggi yang berkenaan dengan keputihan. Kuesioner diberikan supaya
pengetahuan (Sarwono, 2013). Remaja akhir responden dapat mengingat kembali tentang
sudah mempunyai banyak pengalaman dan materi keputihan yang pernah di terima pada
pengetahuan yang didapat, serta memiliki masa lalu. Faktor-faktor yang mempengaruhi
daya pemikiran yang tinggi, sehingga remaja pengetahuan terdiri dari faktor internal dan
akhir sudah mengetahui bagaimana cara eksternal. Faktor internal terdiri dari
untuk melakukan tindakan yang baik dalam pendidikan, pekerjaan dan umur sedangkan
mencegah keputihan patologis, termasuk faktor eksternal terdiri dari faktor lingkungan
dalam menjaga dan merawat daerah dan sosial budaya (Wawan dan Dewi, 2010).
kewanitaannya. Remaja madya dan remaja Menurut Stapleton (2003), informasi akan
akhir sama-sama mempunyai risiko memberikan pengaruh terhadap
kesehatan terhadap organ reproduksinya pengetahuan. Oleh karena itu responden
untuk terkena keputihan yang berpengetahuan cukup kemungkinan
124 Jurnal Promkes, Vol. 2, No. 2 Desember 2014: 117–127
hanya memperoleh sedikit informasi tentang oleh pengetahuan dan sikap seseorang
keputihan. Agar pengetahuan responden (Notoadmodjo, 2010), responden akan
menjadi baik maka seharusnya materi melakukan tindakan pencegahan keputihan
tentang keputihan seharusnya diberikan sejak patologis yang baik apabila mereka
dini. Peran orang tua sangat penting karena mempunyai pengetahuan dan sikap yang baik
dapat membentuk perilaku sehat sejak dini dalam mencegah keputihan patologis. Becker
terhadap tindakan mencegah keputihan (1979) dalam Notoadmodjo (2010)
patologis. Informasi tentang keputihan untuk mengklarifikasikan tentang 3 perilaku
menambah pengetahuan juga bisa di dapat kesehatan yaitu perilaku sehat, perilaku sakit,
saat menempuh pendidikan formal dari guru. dan perilaku orang sakit. Dalam penelitian ini
Guru dapat berperan ganda menjadi pemberi penulis hanya melihat perilaku sehatnya.
informasi tentang keputihan yang dapat Perilaku sehat yang di maksud adalah kegiatan
meningkatkan pengetahuan responden dan atau tindakan yang berkaitan dalam upaya
juga role model untuk mempengaruhi mempertahankan dan meningkatkan
perilaku responden agar memiliki tindakan kesehatannya. Tindakan yang baik perlu
yang baik dalam mencegah keputihan dilakukan supaya dapat mencegah keputihan
patologis patologis. Apabila keputihan patologis tersebut
Empat persepsi pembentuk teori health dapat di cegah, maka seseorang akan dapat
belief model yaitu persepsi kerentanan, meningkatkan kesehatannya terutama pada
persepsi keseriusan, persepsi manfaat dan daerah kewanitaan.
hambatan, dan persepsi kemampuan diri yang Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dipengaruhi oleh faktor modifying. Faktor persepsi kerentanan responden terhadap
tersebut salah satunya adalah pengetahuan. keputihan patologis di SMK YPM 3 Taman
Pengetahuan merupakan salah satu peranan berada kategori rentan dengan persentasenya
penting dalam menentukan tindakan seseorang 51,69%, sedangkan 69,57% responden yang
(Notoadmodjo, 2010). Responden yang berpersepsi rentan terhadap keputihan
memiliki pengetahuan yang baik tentang patologis mempunyai tindakan yang baik
keputihan akan berpersepsi dan mempunyai dalam mencegah keputihan patologis.
niat untuk melakukan tindakan yang baik Responden yang tidak berpersepsi
dalam mencegah keputihan patologis. kerentanan beralasan bahwa pemakaian
Responden yang melakukan tindakan celana dalam yang tidak menyerap keringat
yang baik dalam mencegah keputihan tidak dapat mengakibatkan keputihan,
patologis adalah sebesar 52,81%. Tindakan padahal celana dalam yang tidak menyerap
yang baik dalam mencegah keputihan keringat dapat mempermudah kuman,
patologis adalah: cebok dari depan ke bakteri, jamur menempel di daerah
belakang dengan air yang mengalir setelah kewanitaan (Yuliarti, 2009). Mereka juga
buang air besar atau kecil, tidak terlalu beralasan bahwa pemakaian cairan antiseptik
sering memakai sabun kewanitaan, menjaga tidak mengakibatkan keputihan. Padahal
kebersihan celana dalam, menghindari cairan antiseptik akan menyebabkan
pemakaian celana dalam dan jin yang ketat, keputihan patologis karena antiseptik
dan memakai pantyliners tidak setiap hari. mengubah pH vagina yang normal (4–4,5)
Responden juga ada yang melakukan menjadi meningkat dan menjadi basa
tindakan yang tidak baik dalam mencegah sehingga daerah kewanitaan rentan terhadap
keputihan patologis dengan memakai celana serangan kuman yang dapat mengakibatkan
dalam yang bersih dan ketat. Pemakaian keputihan patologis (Yuliarti, 2009).
celana dalam yang bersih memang Seseorang dalam melakukan tindakan untuk
dianjurkan tetapi celana dalam yang ketat mencegah atau mengobati penyakitnya,
dapat menyebabkan daerah kewanitaan maka harus merasa rentan terhadap kondisi
berkeringat, lembab dan mudah terkena atau penyakit tersebut (Glanz, et al.,2008).
jamur dan teriritasi (Yuliarti, 2009). Jika responden merasakan kerentanan untuk
Tindakan adalah reaksi terbuka terkena keputihan patologis, maka mereka
seseorang terhadap rangsangan atau stimulus akan melakukan tindakan dalam mencegah
dari luar. Tindakan ini juga dipengaruhi keputihan patologis.
Cici Kurniawati dan Muji Sulistyowati, Aplikasi Teori Health Belief Model… 125