Sunteți pe pagina 1din 20

Menjaga Netralitas ASN dari Politisasi Birokrasi

Protecting The ASN Neutrality From Bureaucracy Politicization

Gema Perdana
Mahasiswa Magister Ilmu Hukum
Fakultas Hukum Universitas Indonesia
email: gema.perdana93@gmail.com

Naskah diterima: 8 Januari 2019


Naskah direvisi: 26 April 2019
Naskah diterbitkan: 1 Juni 2019

Abstract
The neutrality of ASN and the politicization of the bureaucracy are still issues that need to be
addressed immediately. This paper discusses the history of ASN neutrality arrangements; the influence
of the bureaucratic politicization toward the ASN neutrality; and the role of KASN in manifesting the
ASN neutrality. This paper is a result of a normative legal research, using the historical approach and
statute approach. This paper is intended to contribute on the formulation of the ASN management
that is free from the political intervention and works solely for the benefit of the nation and the state.
In its history, the ASN’s neutrality was highly influenced by the inclination of the legislators. The
public officials, whether from a political background or independent, should not place the ASN as a
tool to maintain their power. The new institution of the State Civil Apparatus Commission (KASN)
is expected to be able to maintain the quality of the implementation of the merit system. Furthermore,
the regulations are needed in order to restrict the access of public officials to conduct abuse of authority,
also provide the access to strict supervision from the parties including the ASN’s internal in order to
be able to report any form of intervention.
Keywords: ASN neutrality; bureaucracy politicization; public services

Abstrak
Netralitas ASN dan politisasi birokrasi masih menjadi permasalahan yang perlu segera
diatasi. Tulisan ini membahas mengenai sejarah pengaturan netralitas ASN; pengaruh
politisasi birokrasi terhadap netralitas ASN; dan peran KASN untuk mewujudkan
netralitas ASN. Tulisan ini merupakan hasil penelitian hukum normatif (normative legal
research), dengan menggunakan pendekatan sejarah (historical approach) dan peraturan
perundang-undangan (statute approach). Tulisan ini bertujuan memberikan kontribusi
dalam perumusan manajemen ASN yang bebas dari intervensi politik dan bekerja
semata-mata untuk kepentingan bangsa dan negara. Dalam sejarahnya, netralitas ASN
sangat dipengaruhi oleh keinginan dari pembentuk undang-undang. Pejabat publik, baik
berasal dari politik ataupun independen, tidak seharusnya menempatkan ASN sebagai
alat untuk mempertahankan kekuasaannya. Lembaga baru Komisi Aparatur Sipil Negara
(KASN) diharapkan mampu menjaga kualitas pelaksanaan sistem merit. Selanjutnya,
diperlukan regulasi dalam rangka pengetatan akses pejabat publik untuk menyalahgunakan
kewenangan, serta memberikan akses pengawasan yang ketat dari para pihak termasuk
internal ASN untuk dapat melaporkan segala bentuk intervensi.
Kata kunci: netralitas ASN; politisasi birokrasi; pelayanan publik

NEGARA HUKUM: Vol. 10, No. 1, Juni 2019 109


I. Pendahuluan dari internal ataupun eksternal yaitu berasal
Gerakan reformasi yang berlangsung 21 dari atasan ataupun pihak lain yang dapat
tahun lalu sejak tahun 1998 telah menjadi awal mempengaruhi seorang ASN.
perubahan sistem pemerintahan di Indonesia. Secara praktis, permasalahan politisasi
Perubahan tersebut di antaranya pada bidang birokrasi dapat terlihat jika terjadi adanya
kelembagaan politik dalam rangka konsolidasi keterkaitan politis antara PNS dengan kepala
demokrasi dan desentralisasi pemerintahan. daerah terpilih melalui penempatan jabatan
Untuk mewujudkan sebuah negara yang yang tidak berdasar kompetensi, namun lebih
demokratis, diperlukan sinkronisasi berbagai karena faktor marriage sistem bukan merit
elemen termasuk dalam penyelenggaraan sistem.2 Salah satu faktor kenapa ASN tunduk
pemerintahan dengan menata sistem terhadap segala arahan petahana meskipun
kepegawaian. Diperlukan transformasi hal tersebut melanggar netralitas ialah
melalui reformasi birokrasi yang berorientasi kedudukan kepala daerah sebagai Pejabat
membentuk aparatur negara yang kompeten Pembina Kepegawaian (PPK). PPK berwenang
dan profesional menuju pemerintahan yang melakukan pengangkatan, pemindahan,
baik (good governance). dan pemberhentian ASN. Hal inilah yang
Subjek utama dalam reformasi birokrasi kemudian menjadi awal dari persoalan dalam
adalah pegawai negeri sipil (PNS) yang bertugas pembentukan karakter seorang ASN, sehingga
bukan hanya pada tujuan-tujuan instansional tujuan dari ASN yang memiliki independensi,
yang ditetapkan oleh atasan melainkan juga objektivitas dan transparan dalam pelayanan
kepada masyarakat demokratis (democratic publik menjadi sulit atau bahkan tidak dapat
polity).1 Peran PNS yang strategis dalam tercapai.3
menyelenggarakan kebijakan pelayanan publik Berdasarkan hasil kajian bidang Pengkajian
menjadi kunci keberhasilan pembangunan dan Pengembangan Sistem Komisi Aparatur
secara berkelanjutan. Hal ini akan terwujud Sipil Negara (KASN), bentuk pelanggaran
apabila negara memiliki sumber daya manusia netralitas ASN sering terjadi dalam pemilihan
(SDM), dalam hal ini PNS, yang profesional. kepala daerah dan/atau pemilihan umum.4
Berdasarkan undang-undang saat ini, PNS Misalnya seorang petahana yang maju dalam
merupakan bagian dari aparatur sipil negara kontestasi pemilihan kepala daerah, melalui
(ASN). Salah satu persoalan yang menjadi ASN yang berada di lingkungan kerjanya secara
perhatian saat ini adalah adanya politisasi sengaja membuat kegiatan yang bersumber dari
terhadap ASN. Kondisi ini berpengaruh anggaran negara/daerah untuk kepentingan
terhadap kualitas kinerja ASN, karena pejabat petahana seperti sosialisasi dan/atau
berpotensi terjadi konflik kepentingan. ASN bagi sembako dalam rangka menarik simpati
yang diharapkan memiliki profesionalitas rakyat yang menguntungkan pihak petahana.
dalam menjalankan peran dan fungsi sebagai Contoh lainnya, kampanye terselubung
pelayan masyarakat yang profesional menjadi dengan sengaja memasang baliho atau banner
2 Tedi Sudrajat dan Agus Mulya Karsona, “Menyoal
sulit terwujud karena dibenturkan dengan Makna Netralitas Pegawai Negeri Sipil dalam Undang-
berbagai kepentingan. Pihak yang berpotensi Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
melakukan politisasi pada ASN dapat berasal Negara”, Jurnal Media Hukum, Vol. 23, No. 1 Tahun
2016, hal. 88.
1 Abdul Hamid Tome, “Reformasi Birokrasi dalam 3 Tedi Sudrajat dan Sri Hartini, “Rekonstruksi Hukum
rangka Mewujudkan Good Governance Ditinjau dari atas Pola Penanganan Asas Netralitas Pegawai Negeri
Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara Sipil”, Jurnal Mimbar Hukum UGM, Vol 29, No. 3
dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010”, Tahun 2017, hal. 448.
Jurnal Hukum Unsrat, Vol. XX, No. 3, April-Juni 2012, 4 Komisi Aparatur Sipil Negara, Netralitas ASN di tengah
hal. 143. Intervensi Politik, Policy Brief, Tahun 2017, hal. 2.

110 GEMA PERDANA: Menjaga Netralitas ASN dari Politisasi Birokrasi


yang digunakan untuk meningkatkan tingkat kode etik dan kode perilaku yaitu sebuah
popularistas petahana dengan menggunakan netralitas. Netralitas birokrasi merupakan
anggaran negara/daerah. Selain itu, terdapat sebuah sistem di mana birokrasi tidak akan
hal-hal lain yang memanfaatkan program dan berubah dalam melakukan dan menjaga
anggaran daerah untuk digunakan petahana pelayanannya kepada publik, walaupun
sebagai sarana instrumen kampanye. pimpinannya berganti ataupun jika ada daya
Fenomena lain adalah keterlibatan ASN upaya yang berusaha meniadakan netralitas
dalam penyusunan program kerja dan/atau pada seorang ASN. Tugas birokrasi sebagai
materi kampanye yang akan digunakan oleh pelayanan tidak boleh berkurang kualitasnya,
petahana dalam pemilihan kepala daerah. walaupun pemimpinnya berganti.5 Dalam
Seorang ASN karena telah bekerja pada kurun waktu 3 tahun sejak dimulainya pilkada
pemerintahan daerah, dapat dipastikan serentak tahun 2015 hingga 2017 setidaknya
mengetahui segala potensi yang ada di pada data KASN terdapat 116 laporan
daerahnya. Pengetahuan dan pengalaman pengaduan adanya dugaan pelanggaran yang
tersebut digunakan bekerja sama dengan dilakukan oleh ASN yang terkait netralitas.
petahana dalam penyusunan visi dan misi Data Grafik 1 menunjukkan bahwa sejak
kandidat yang berasal dari petahana, sehingga 2015 hingga oktober 2018, KASN menerima
desain kebijakan dan anggaran untuk kegiatan laporan pelanggaran netralitas ASN yang
sosialisasi dan/atau kampanye dapat dilakukan cukup tinggi yang terjadi terutama sebelum
secara terselubung bersamaan dengan program dan saat pelaksanaan pemilihan kepala
kerja pemerintah. Hal ini akan sangat daerah berlangsung. KASN juga melakukan
menguntungkan petahana karena dapat dengan penelusuran data dan informasi atas prakarsa
mudah menyosialisasikan program melalui sendiri terhadap dugaan pelanggaran netralitas
perangkat daerah dan dengan anggaran daerah. ASN melalui Bidang Monitoring dan Evaluasi,
Fenomena keterlibatan oknum ASN dalam Bidang Pengaduan dan Penyelidikan, dan
serangkaian kegiatan kampanye dan sosialisasi Bidang Mediasi dan Perlindungan.6 Tingginya
untuk memenangkan petahana peserta jumlah pengaduan pelanggaran netralitas
pemilihan kepala daerah di berbagai daerah juga ASN dalam 3 tahun membuktikan bahwa
mengindikasikan bahwa peraturan perundang- kurangnya kesadaran ASN untuk menjaga
undangan terkait netralitas ASN belum netralitas. Pengaduan memang tidak seluruh
ditegakkan untuk mencegah penyelewengan provinsi, akan tetapi laporan atau pengaduan
pada birokrasi. Larangan dengan jelas dipahami, tersebut terdapat di lebih dari separuh jumlah
namun tidak disertai dengan penegakan sanksi provinsi di Indonesia.
akan mencptakan zona nyaman bagi oknum ASN diharapkan mampu menjaga
ASN untuk terlibat dalam pemilihan kepala netralitasnya untuk memberikan pelayanan
daerah. Diakui atau tidak, banyak ASN yang terbaik kepada publik, tetapi pada kenyataannya
memanfaatkan momentum pemilihan kepala terdapat paksaan ataupun ancaman yang
daerah untuk mengubah nasib. ASN dan harus diterima oleh ASN untuk mengabaikan
petahana sama-sama tertarik untuk bekerjasama netralitas dan profesionalisme untuk dapat
memenangkan pemilihan kepala daerah. membantu memuluskan upaya dari petahana.
Pasal 2 UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN 5 M. Thoha, Birokrasi dan Politik di Indonesia, Jakarta:
menyatakan bahwa penyelenggaraan kebijakan Rajawali Pres, 2007, hal. 168.
6 Septiana Dwiputrianti, Tantangan Komisi Aparatur Sipil
dan manajemen ASN berpegang teguh salah Negara (KASN) Menegakkan Netralitas Menuju Reformasi
satunya pada asas, prinsip, nilai dasar, serta Birokrasi Aparatur Sipil Negara, Jakarta: Fitra Publishing,
2018, hal. 96-97.

NEGARA HUKUM: Vol. 10, No. 1, Juni 2019 111


Sumber: Bidang Pengaduan dan Penyidikan KASN Tahun 2018.
Grafik 1. Laporan Pengaduan Pelanggaran Netralitas ASN per Provinsi
Periode Tahun 2015 sampai Oktober 2018

Jika ASN tidak mengikuti arahan petahana ASN diharapkan menjadi seorang yang
dikhawatirkan perkembangan jenjang karier profesional dalam menjalankan setiap tugas
akan sulit karena petahana merupakan kepala yang diamanahkan kepadanya. Pandangan ini
daerah dan juga pejabat pembina kepegawaian sesuai dengan kedudukan manusia yaitu dengan
(PPK). Terdapat pula ASN yang dengan sadar ungkapan not the gun but the man behind the gun.
mengabaikan netralitas guna ingin mencapai Dari latar belakang yang telah disampaikan,
tujuan pribadi dengan mendukung pasangan maka terdapat beberapa permasalahan yang
calon tertentu dengan harapan jika dia terpilih harus dibahas lebih mendalam yaitu: (1)
maka ASN tersebut mendapatkan posisi Bagaimanakah sejarah pengaturan netralitas
ataupun jabatan tertentu sesuai dengan yang ASN? (2) Bagaimanakah pengaruh politisasi
disepakati. birokrasi terhadap netralitas ASN? dan (3)
Dari uraian tersebut, maka sangat jelas Bagaimanakah peran KASN untuk mewujudkan
bahwa seorang ASN seharusnya memegang netralitas ASN dalam proses pemilihan umum
teguh netralitas sehingga segala tindakan atau pemilihan kepala daerah?
yang dilakukan merupakan tindakan objektif Akhmad Aulawi dalam penelitiannya
semata-mata dilakukan sesuai jabatannya Penerapan Sistem Merit dalam Manajemen
dalam rangka menjalan tugas dan fungsi sebagai ASN dan Netralitas ASN dari Unsur Politik
pelayanan publik. Dengan demikian tujuan dalam Undang-Undang Aparatur Sipil Negara,
dari gerakan reformasi dalam segala bidang menyatakan bahwa konsep manajemen strategis
termasuk reformasi birokrasi akan terwujud. sumberdaya manusia, pendekatan yang diatur
Berdasarkan fenomena-fenomena tersebut dalam UU ASN ialah pengembangan potensi
maka sangat penting untuk dilakukan sebuah human capital bukan pendekatan administrasi.
penelitian yang komprehensif untuk dapat Konsep Human Capital Management menjawab
merumuskan sebuah gagasan dan rancangan pemikiran bagaimana seorang mempunyai
kebijakan dalam rangka mewujudkan good kompetensi sesuai dengan dengan jabatan/
governance dengan ASN yang memegah teguh posisi kerjanya dengan menempatkan insan
prinsip netralitas. pekerja yang bertalenta tinggi untuk menempati

112 GEMA PERDANA: Menjaga Netralitas ASN dari Politisasi Birokrasi


jabatan/posisi yang cocok dengan talenta II. Metode Penelitian
mereka. Dalam konsteks UU ASN, konsep Penelitian ini disusun berdasarkan
pengembangan human capital dapat dilihat pada penelitian hukum normatif (normative legal
Pasal 51 UU ASN, yang menyatakan bahwa research), dengan menggunakan pendekatan
manajemen ASN diselenggarakan berdasarkan sejarah (historical appoarch) dan perundang-
sistem Merit. undangan (statute approach) karena masalah
Manajemen yang efektif melalui sistem yang diteliti berhubungan dengan sejarah
merit dan kenetralitasan pegawai ASN pengaturan netralitas aparatur sipil negara
dari unsur politik merupakan tujuan yang (ASN) dari masa pasca kemerdekaan hingga
diharapkan ASN yang memiliki integritas, berlakunya UU No. 5 Tahun 2014 tentang
profesional, netral, dan bebas dari intervensi Aparatur Sipil Negara. Tipologi penelitian ini
politik, bersih dari praktik KKN, serta mampu menggunakan preskriptif, diharapkan mampu
menyelenggarakan pelayanan publik. Melalui memberikan gagasan ideal terkait optimalisasi
manajemen ASN yang menggunakan sistem pelayanan publik oleh ASN dengan semangat
merit serta kenetralitasan pegawai ASN dari netralitas. Kepentingan politik dan netralitas
unsur politik, diharapkan PNS bersama dengan sering kali terjadi persinggungan akan tetapi
Pegawai Pemerintah dengan perjanjian kerja keduanya saling berkaitan dan membutuhkan,
menjadi part of the solutions dan bukan menjadi sehingga perlu adanya pembentukan konsep
part of the problem.7 Penelitian ini hanya berfokus ideal supaya masing-masing berjalan sesuai
pada desain sistem merit untuk menghindarkan dengan perannya. Data yang digunakan
ASN dari praktik transaksional jabatan yang pada penelitian ini adalah data sekunder
mengorbankan netralitasnya. Dibutuhkan yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka.
kajian yang lebih komprehensif untuk Kemudian akan disusun secara sistematis dan
melihat transformasi pengaturan ASN sejak dianalisis secara kualitatif untuk mencapai
terbentuknya ASN di Republik Indonesia dan format ideal tentang optimalisasi peran ASN
membuat gagasan konkrit untuk menuntaskan dalam menjalankan fungsi pelayanan publik.
problematika netralitas ASN dari politisasi
birokrasi. III. Sejarah Pengaturan Netralitas ASN
Penelitian ini diharapkan mampu Pada konstitusi Republik Indonesia,
memberikan solusi konkrit dari berbagai konsep hak dasar dan hak asasi tidak bisa
permasalahan transaksional jabatan dan egoisme dilepaskan dari prinsip kebebasan. Prinsip
pejabat birokrasi dalam meraih dan/atau kebebasan yang bersifat universal meliputi
mempertahankan kekuasaan yang menciderai bidang sosial, ekonomi, budaya dan politik
netralitas ASN sebagai pelayan publik. Penelitian dituangkan dalam berbagai deklarasi dan
ini diharapkan dapat memberikan kontribusi perjanjian Internasional. Hak-hak dasar
bagi pembentuk undang-undang dalam seringkali berhubungan dengan pengakuan
merumuskan desain tata kelola pemerintahan hukum nasional yang melandasi hak-hak
yang menempatkan birokrasi sebagai pelayanan lain yang diatur dalam berbagai peraturan
publik dan bekerja semata-mata untuk perundang-undangan, sedangkan hak-hak asasi
kepentingan bangsa dan negara. manusia biasanya memperoleh pengakuan
7 Akhmad Aulawi, “Penerapan Sistem Merit dalam internasional. Soewoto berpendapat bahwa
Manajemen ASN dan Netralitas ASN dari Unsur Politik
dalam Undang-undang Aparatur Sipil Negara”, Jurnal hak-hak dasar dicantumkan dalam konstitusi,
Rechtsvinding, diakses pada https://rechtsvinding.bphn. sedangkan hak-hak asasi dibicarakan dalam
go.id/jurnal_online/DPR%20P3i%20Akhmad%20
Aulawi%20-%20ASN_REV.pdf 27 Mei 2019.

NEGARA HUKUM: Vol. 10, No. 1, Juni 2019 113


literasi hukum internasional.8 untuk memberikan sebuah bentuk kepastian
Salah satu hak asasi adalah kebebasan hukum, kedayagunaan dan keadilan guna
mengeluarkan pendapat dan pikiran melalui membatasi kekuasaan terhadap kemungkinan
kebebasan berserikat dan berkumpul. Dalam bergeraknya kekuasaan atas naluri atau
implementasinya, masalah utama yang kepentingan pribadi yang berujung pada
mendasari ialah keberadaan dari pembatasan sebuah penyalahgunaan kekuasaan (abuse of
kebebasan warga negara dalam turut berperan power). Seperti dikatakan oleh S.F. Marbun
aktif dalam pemerintahan.9 Dalam hal dan M. Mahfud MD bahwa salah satu
pembatasan dan pengecualian terhadap hak persoalan besar bangsa ini dalam kehidupan
asasi, Philipus M. Hadjon berpendapat bahwa bernegara adalah persoalan netralitas pegawai
ide negara hukum (rechstaat) cenderung ke arah negeri, karena secara teoritis sulit ditemukan
positivism hukum, yang membawa konsekuensi landasan yang dapat memberikan alasan
bahwa hukum harus dibentuk secara sadar pembenar bagi dimungkinkannya pegawai
oleh badan pembentuk perundang-undangan. negeri untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan
Selanjutnya dikatakan bahwa pembentukan politik praktis.11
undang-undang pada dasarnya dimaksudkan Untuk memperjelas perkembangan
untuk membatasi kekuasaan pemerintah pengaturan netralitas ASN dalam kedudukannya
secara tegas dan jelas. Pada sisi lain, sebagai birokrat pemerintah, akan diuraikan 4
pembentukan undang-undang dimaksudkan fase, yaitu awal kemerdekaan dan rezim orde
untuk melindungi hak-hak dasar. Di samping lama (1945–1965), rezim orde baru (1965-1998),
itu, usaha pembatasan hak dasar ternyata juga Reformasi (1998-2014), dan rezim UU No. 5
dengan menggunakan instrument undang- Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara,
undang, karena instrumen utama di negara sebagai berikut.
hukum ialah undang-undang.10 1. Kedudukan ASN pada awal kemerdekaan
Persoalan netralitas ASN merupakan dan rezim Orde Lama (1945-1965)
bagian dari salah satu isu hukum yang Sebelum kemerdekaan, birokrat
bersinggungan dengan esensi dari kebebasan pemerintah dikenal dengan sebutan pangreh
berserikat sebagaimana telah diatur pada praja yang kedudukannya selalu dimanfaatkan
UUD NRI Tahun 1945. Oleh sebab oleh pemerintah kolonial Belanda untuk
itu, pemerintah bersama dengan Dewan berhubungan dengan masyarakat lokal,
Perwakilan Rakyat (DPR) menggunakan sementara administrasi pemerintah kolonial
kewenangannya membuat sebuah pembatasan dijalankan melalui semacam departemen dalam
aktivitas ASN yang salah satu pokoknya negeri yang disebut dengan Binenlandsch Bestuur
ialah pembatasan aktivitas ASN atau disebut (BB).12 Pasca-kemerdekaan, istilah pangreh praja
dengan netralitas. Hal ini dimaksudkan diganti dengan sebutan pamong praja dan
kemudian diperluas menjadi pegawai negeri
8 Soewoto, “Hak Asasi Manusi Masalah Konsep,
Penjabaran, Pelaksanaan dan Pengawasan di sipil. Secara struktural keberadaan pegawai
Indonesia”, Makalah pada Dies Natalis Universitas negeri melanjutkan birokrasi yang telah dibuat
Brawijaya Ke 31 pada Jurnal Media Hukum, Vol 23 No.
1 Tahun 2016, hal. 89. oleh pemerintah kolonial Belanda.13
9 Sri Hartini, et.al. Hukum Kepegawaian di Indonesia, Hingga tahun 1948, birokrasi tidak dapat
Jakarta: Sinar Grafika, 2008, hal. 24.
10 Phiplips M. Hadjon, “Ide Negara Hukum dalam berjalan dengan lancar. Hal ini karena masih
Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia”, Makalah 11 Marbun, S.F dan M. Mahfud MD, Pokok-Pokok Hukum
disampaikan saat Simposium tentang Politik, Hak Administrasi Negara, Yogyakarta: Liberty, 1987, hal. 69.
Asasi dan Pembangunan Hukum dalam rangka Dies 12 Afan Gaffar, Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi,
Natalis XL/Lustrum Universitas Airlangga Surabaya Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999, hal. 230.
pada 3 November 1994, hal. 5. 13 Ibid.

114 GEMA PERDANA: Menjaga Netralitas ASN dari Politisasi Birokrasi


banyaknya kegiatan-kegiatan revolusi fisik (Perpres) No. 2 Tahun 1959 tentang Larangan
sehingga fokus kegiatan administrasi menjadi Keanggotaan Partai Politik bagi Pejabat
tidak kondusif, sehingga pemerintah tidak Negara Warga Negara Republik Indonesia.17
melakukan perubahan terhadap organisasi Pasal 2 Perpres tersebut menyebutkan bahwa
birokrasi peninggalan Belanda kecuali pejabat-pejabat negara sebagaimana pada Pasal
menambahkan Komite Nasional dalam 1 ayat (1) dilarang menjadi anggota ataupun
mekanisme pemerintahan di daerah (KND).14 pengurus partai politik. Konsekuensi yang
Pada perkembangnnya, pembinaan PNS, diberikan jika ada yang melanggar ketentuan
baik pada masa demokrasi liberal maupun tersebut adalah diberhentikan dengan hormat
demokrasi terpimpin, belum mendapatkan dari jabatan-jabatan negeri/perusahaan dan
perhatian secara khusus. sebagainya. Dalam pelaksanaanya, pemerintah
Akibat tidak adanya pembinaan, sering mengeluarkan kebijakan melalui Surat Edaran
terjadi di antara pegawai yang berada pada (SE) Presiden No. 2 Tahun 1959 tentang
satu kantor tetapi tidak satu partai atau Larangan Keanggotaan Partai Politik bagi
golongan, terjadi saling mencurigai dan saling Pejabat Negara jang Mendjalankan Kewadjiban
mencari kesalahan, sehingga sulit untuk Negara di Luar Djabatan Jang Dipangkunja.18
diciptakan suasana kerja sama. Terjadinya Dengan adanya pengaturan tersebut maka
hierarki disiplin dan loyalitas ganda, yaitu Presiden sudah jelas mengharapkan adanya
di satu pihak seorang pegawai harus tunduk sebuah monoloyalitas dari PNS kepada negara.
kepada kepala unit kerja sebagai atasan resmi, Hal ini merupakan bentuk pembatasan
di lain pihak harus tunduk kepada atasan kebebasan berserikat dan berkumpul dari
yang tidak langsung yaitu pimpinan partai PNS sebagai warga negara. Terdapat beberapa
politik.15 Lantaran adanya permainan politik pendapat yang menyatakan bahwa hal ini
dari partai/golongan tertentu dalam birokrasi telah melanggar ketentuan sebagaimana diatur
pemerintahan menimbulkan kekacauan yang dalam Pasal 28 UUD 1945. Menurut Mahfud
berlarut-larut di bidang kepegawaian. Partai/ MD bahwa keadaan pada masa Demokrasi
golongan tertentu berusaha memengaruhi Terpimpin juga dipengaruhi oleh produk
dan penarik PNS untuk menjadi anggotanya, hukum saat itu.19 menurut penulis pada masa
karena PNS pada umumnya mempunyai Demokrasi Terpimpin ini tentunya Presiden
jabatan atau kecakapan unggul yang saat itu yang ikut dalam konflik kepentingan
berpengaruh pada masyarakat secara luas.16 sebagai single power mengharapkan PNS
Hal ini menjadi dilema bagi seorang memihak dan menjalankan segala keputusan
aparatur negara, karena dia seharusnya dan kebijakan yang dilakukan untuk
memiliki monoloyalitas terhadap atasan kepentingan negara, sehingga segala kebijakan
kerjanya dalam rangka melakukan kebijakan 17 Yang dimaksud dengan "Pejabat Negeri" dalam
yang maksud dan tujuannya semata-mata Peraturan ini adalah: (a) Pegawai Pemerintah Pusat
yang digaji menurut atau berdasarkan golongan F
untuk kepentingan pelayanan publik negara, dari P.G.P.N.-1955 dan Pegawai Pemerintah Daerah
tetapi terdapat kewajiban tunduk dan yang digaji sesuai dengan golongan F P.G.P.N.-1955
tersebut; (b). Semua anggota Angkatan Perang dan
mengikuti perintah atasan lain yaitu partai Kepolisian Negara; (c). Anggota Direksi/Pimpinan/
politik. Untuk mengatasi persoalan tersebut Staf pada badan-badan usaha/yayasan-yayasan/
perusahaanperusahaan/lembaga-lembaga, baik yang
maka dikeluarkanlah Peraturan Presiden secara langsung, maupun dak langsung, seluruhnya
14 Ibid. atau untuk sebagian dimiliki oleh negara.
15 YKPI, Peranan dan Tugas Pegawai Republik Indonesia 18 Afan Gaffar, Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi,
dalam Pembangunan, (Jakarta: YKPI, 1984), hal. 23. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999, hal. 8.
16 Korpri DKI Jakarta, Korpri dan Perkembangannya, 19 Mahfud M. D., Pergulatan Polik dan Hukum di Indonesia,
Jakarta: Korpri, 1988, hal. 4. Yogyakarta: Gama Media, 1999, hal. 59.

NEGARA HUKUM: Vol. 10, No. 1, Juni 2019 115


yang diputuskan turut dilaksanakan hingga Undang No. 2 Tahun 1970 tentang Pencabutan
level terbawah. Perpres No. 2 Tahun 1959 tentang Larangan
Soewoto berpendapat bahwa politik Keanggotaan Partai Politik bagi Pejabat
hukum menyebabkan lahirnya hukum-hukum Negeri Warga Negara Kesatuan Republik
sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Indonesia. Pada bagian penjelasan UU No. 2
pembuat hukum saat itu. Presiden saat itu Tahun 1970 dinayatakan bahwa berdasarkan
menghendaki adanya demokrasi terpimpin ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
yang menempatkan dirinya yang paling Sementara No. XIX/MPRS/1966, bahwa
berkuasa di Indonesia sehingga di bidang Perpres No. 2 Tahun 1959 ternyata tidak
kepegawaian dalam rangka rekruitmen memenuhi tuntutan hati nurani rakyat
pegawai pun ditentukan oleh Presiden. dalam rangka usaha pengamanan Revolusi
Akibatnya, kebebasan berserikat pegawai 17 Agustus 1945 dan UUD 1945, oleh
negeri sipil yang seharusnya mencerminkan karenanya perlu dicabut. Sesuai dengan hasrat
asas demokrasi, justru dibatasi dengan dalih bangsa Indonesia untuk membina Negara
penyederhanaan.20 Republik Indonesia yang bersifat demokratis
dan yang hendak menyelenggarakan keadilan
2. Kedudukan ASN pada rezim Orde Baru sosial dan perikemanusiaan, maka negara
(1966-1998) Republik Indonesia memupuk dan menjamin
Sejak berakhirnya Gerakan G-30S/PKI, kemerdekaan tiap-tiap warga negaranya untuk
dimulailah penyusunan Orde Baru, yaitu berserikat dan berkumpul, mengeluarkan
suatu tatanan yang bertekad mengamalkan dan pikiran dengan lisan dan tulisan dan
melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara sebagainya, sebagaimana ditegaskan dalam
murni dan konsekuen. Orde Baru berupaya Pasal 28 UUD 1945.
melakukan penataan lembaga-lembaga negara Gagasan untuk mempersatukan PNS
yang didukung kembali kepada fungsi semula dimulai oleh Menteri Dalam Negeri untuk
sesuai dengan UUD 1945. Atas dasar tersebut, membuat suatu wadah Korps Pegawai Republik
dipandang perlu untuk mengambil langkah- Indonesia (KORPRI) dengan keputusan
langkah guna mewujudkan keutuhan dan Presiden No. 82 Tahun 1970. Maksud utama
kekompakan PNS. Keppres tersebut adalah mempersatukan PNS
Pada masa rezim Orde Baru, Pemerintah agar kembali ke peran semula, yaitu sebagai
beranggapan bahwa PNS harus diberikan aparatur pemerintah, abdi negara, dan abdi
kebebasan untuk berserikat dan berkumpul masyarakat sebagai pelaksana pemerintahan
dalam partai politik. Hal ini berpedoman dalam mencapai pembangunan. Peranan
teguh pada Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 bahwa KORPRI mendukung pemerintahan sangat
segala warga negara bersamaan kedudukannya besar, hal ini tidak dapat dipungkiri, namun
dalam hukum dan pemerintahan dan wajib dalam mendukung pemerintahan tersebut
menjunjung hukum dan pemerintahan itu menimbulkan penyalahgunaan dimana
dengan tidak ada kecualinya, serta mengacu organisasi PNS yaitu KORPRI dijadikan alat
pada Pasal 28 UUD 1945 bahwa kemerdekaan untuk mendukung Golongan Karya dalam
berserikat dan berkumpul, mengeluarkan setiap pemilihan umum, padahal segala akses
pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya dan fasilitas sarana prasarana KORPRI berasal
ditetapkan dengan undang-undang. dari negara.
Dalam praktik pelaksanaannya, pembentuk Dengan adanya UU No. 2 Tahun 1970
undang-undang saat itu menetapkan Undang- menjadi terbukanya kembali kesempatan
20 Afan Gaffar, Politik Indonesia…… hal 29.

116 GEMA PERDANA: Menjaga Netralitas ASN dari Politisasi Birokrasi


bagi PNS yang selama ini diberikan batasan ini dapat kita cermati, jika seorang PNS yang
untuk ikut berpartisipasi pada bidang tergabung dalam Golongan Karya yang sudah
politik menjadi sangat terbuka lebar. Hal memiliki keluarga dan memiliki hak memilih
ini dibuktikan dengan adanya kebijakan dari dalam Pemilu diwajibkan untuk memilih
Pemerintah melalui Perpres No. 26 Tahun Golongan Karya hal ini akan menjadi sangat
1970 tentang Keanggotaan PNS dalam mudah untuk mendapatkan suara mayoritas
Partai Politik dan Golongan Karya. Jika kita masyarakat.
melihat pada UU No. 3 Tahun 1975 tentang Terbukti selama terselenggaranya Pemilu
Partai Politik dan Golongan Karya maka di rezim Orde Baru tahun 1971, 1977, 1982,
pada saat itu terdapat dua partai politik yaitu 1987, 1992 dan 1997 selalu di menangkan
Partai Persatuan Pembangunan dan Partai oleh Golongan Karya, karena adanya
Demokrasi Indonesia serta satu Golongan kewajiban bagi PNS untuk memilih Golongan
Karya, yang pada saat berlakunya undang- Karya. Meskipun dalam UU No. 3 Tahun
undang ini bernama Golongan Karya. 1985 mengatur kebebasan seorang PNS untuk
Dalam pelaksanaannya, terdapat pula memilih dan tergabung/berafiliasi dengan
Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1975 partai politik namun pada kenyataannya
tentang wewenang Pengangkatan, Pemindahan jika seorang PNS yang bergabung pada
dan Pemberhentian PNS. Seorang PNS yang partai politik selain Golongan Karya akan
hendak berpartisipasi untuk menjadi anggota mendapatkan kesulitan secara prosedural
dan/atau pengurus partai politik harus yang tidak jarang harus berakhir dengan
mendapatkan ijin dari atasan/pejabat yang tidak disetujuinya permohonan tersebut.
berwenang. PP No. 20 Tahun 1975 kemudian Dimungkinkan mendapatkan persetujuan
diperkuat dengan adanya UU No. 3 Tahun tetapi selanjutnya PNS tersebut sulit untuk
1985 tentang Partai Politik dan Golongan mendapatkan jenjang karier terbaik dan/
karya yang di dalamnya mengatur juga bahwa: atau dapat dimutasi di daerah yang jauh dari
a. PNS dapat menjadi anggota partai politik keinginannya.
atau golongan karya dengan sepengetahuan Kebijakan ini dirasa sangat merugikan
pejabat yang berwenang; masyarakat pada umumnya, lantaran seorang
b. PNS yang memegang jabatan-jabatan PNS yang seharusnya menjadi bagian dari
tertentu tidak dapat menjadi anggota partai transformasi penentuan arah kebijakan
politik atau golongan karya, kecuali dengan nasional yang baik harus terkekang/
ijin tertulis dari pejabat yang berwenang. tersandera dengan kebijakan atas arahan
Jika kita amati bahwa segala bentuk dari atasan dalam rangka mempertahankan
kebijakan regulasi yang dibuat oleh kekuasaan. Optimalisasi pelayanan pada
pemerintah rezim Orde Baru dalam rangka masyarakat menjadi terkendala. Kebijakan
untuk memperkuat legitimasi dengan monoloyalitas pada PNS sangat baik jika hal
menuntut monoloyalitas dari PNS. Hal ini tersebut ditujukan untuk kepentingan bangsa
dapat diketahui dengan adanya kebijakan dan negara. UU No. 8 Tahun 1974 tentang
pembentukan Golongan Karya sebagai satu- Pokok-Pokok Kepegawaian khususnya Pasal 3
satunya wadah ataupun ruang aspirasi bagi menyebutkan bahwa pegawai negeri adalah
PNS. Pembentukan Golongan Karya sebagai unsur aparatur negara, abdi negara, dan abdi
wadah tunggal bagi PNS dijadikan sebagai masyarakat yang dengan penuh kesetiaan
alat untuk melanggengkan kekuasaan pada dan ketaatan kepada Pancasila, Undang-
saat dilaksanakannya pemilihan umum. Hal Undang Dasar 1945, Negara dan Pemerintah

NEGARA HUKUM: Vol. 10, No. 1, Juni 2019 117


menyelenggarakan tugas pemerintahan dan yang dilakukan pada rezim Orde Baru yang
pembangunan. Dalam praktiknya digunakan digunakan untuk melanggengkan kekuasaan
untuk mendukung dan menjadi motor dan memicu konflik dalam partai politik
penggerak kemenangan Golongan Karya maka pemerintah membentuk peraturan
melalui Korpri. yang lebih demokratis. Hal ini dimaksudkan
Dinyatakan oleh Afan Gafar bahwa untuk mewujudkan pemerintahan yang baik,
kehadiran birokrasi sebagai instrumen berwibawa dan bersih termasuk didalamnya
kekuasaan dapat diwujudkan dalam bentuk mengatur tentang kedudukan PNS dalam
memberi dukungan langsung kepada kehidupan politik.
Golongan Karya pada setiap kali pemilihan Pengaturan tentang kepegawaian diatur
umum diadakan. Pada pemilihan umum dalam UU No. 43 Tahun 1999 tentang
1977, PNS memberikan suaranya buat Golkar. Perubahan atas UU No. 8 Tahun 1974 tentang
Jika kemudian ditambah dengan suara dari Pokok-Pokok Kepegawaian. Pada Pasal 3 ayat
keluarga, seperti istri/suami, atau anak yang (2) dinyatakan bahwa “dalam kedudukan dan
sudah berhak memilih Golkar akan mendapat tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
sekitar 10 juta suara dari PNS dan keluarganya. pegawai negeri sipil harus netral dari pengaruh
Dengan demikian PNS menyumbang suara semua golongan dan partai politik serta tidak
yang sangat berarti bagi Golkar.21 Hal ini diskriminatif dalam memberikan pelayanan
menjadi sangat jelas bahwa keberadaan Korpri kepada masyarakat”. Hal ini menjadi sangat
pada saat rezim orde baru turut digunakan bertolak belakang dengan UU No. 8 Tahun
sebagai upaya untuk melanggengkan 1974. UU No. 43 Tahun 1999 secara tegas
kekuasaan, dengan memanfaatkan ketentuan mengatur bahwa seorang PNS harus netral
Pasal 27 dan Pasal 28 UUD 1945 sebagai dalam menjalankan tugasnya termasuk netral
landasan yang kemudian membuat pengaturan di ranah politik.
yang lebih spesifik dengan menerapkan sistem Semasa Orde Baru, persoalan PNS
monoloyalitas. sering menjadi perdebatan dalam kehidupan
Selama rezim Orde Baru, pegawai negeri demokrasi di Indonesia. Peraturan Pemerintah
sipil dalam partai politik selalu dikaitakan No. 5 Tahun 1999 yang kemudian diubah
dengan monoloyalitas. Monoloyalitas sangat dengan Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun
positif jika dilaksanakan dengan konsisten 1999 tentang PNS yang Menjadi Anggota
sesuai dengan UU No. 8 Tahun 1974 tentang Partai Politik ini dimaksudkan untuk
pokok-pokok kepegawaian khususnya Pasal menjawab permasalahan yang selama ini
3. Maksud loyalitas Pasal 3 tersebut adalah terjadi. Peraturan tersebut dimaksudkan agar
pegawai negeri sipil untuk kepentingan PNS netral dalam partai politik. Peraturan ini
negara dan pemerintah, namun realitanya diharapkan pula dapat memberi angin segar
digunakan untuk mendukung golongan atau dalam kehidupan partai politik di Indonesia
partai tertentu. karena selama ini PNS digunakan untuk
mendukung salah satu partai politik.22
3. Kedudukan ASN pada Reformasi (1998- Hal ini menjadikan PNS sebagai berikut:
2013) Pertama, birokrasi dipandang sebagai instrumen
Reformasi menjadi gerbang bagi bangsa teknis (technical instrument); Kedua, birokrasi
Indonesia untuk bertransformasi, termasuk dipandang sebagai kekuatan yang independen
transformasi dalam bidang aparatur sipil negera. 22 Sri Hartini, “Kebebasan Berserikat Pegawai Negeri
Belajar dari berbagai bentuk pengaturan PNS Sipil dalam Partai Politik”, Tesis Universitas Airlangga,
21 Ibid., hal. 235-237. Surabaya. 2000, hal. 54.

118 GEMA PERDANA: Menjaga Netralitas ASN dari Politisasi Birokrasi


dalam masyarakat, sepanjang birokrasi adalah netralitas seorang PNS terhadap partai
mempunyai kecenderungan yang melekat politik, sehingga tidak mengurangi hak-hak
(inherent rendency) pada penerapan instrumen dasar sebagaimana tercantum pada Konstitusi
teknis tersebut; Ketiga, pengembangan dari UUD NRI Tahun 1945. S.F. Marbun
sikap ini dikarenakan birokrat yang tidak berpendapat bahwa jika seorang PNS aktif
mampu memisahkan perilaku mareka dari menjadi pengurus partai politik atau anggota
kepentingan sebagai suatu kelompok yang legislatif, maka ia harus mengundurkan diri.
partikular.23 Oleh karena itu, syarat-syarat Dengan demikian birokrasi pemerintahan
yang ditetapkan dalam birokrasi hanya akan akan stabil dan dapat berperan mendukung
melihat dalam organisasi itu sendiri (in world serta merealisasikan kebijakan atau kehendak
looking), bukannya melihat faktor-faktor di politik manapun yang sedang berkuasa dengan
luar (out world looking) yang bisa memengaruhi pemerintahan.25
sistem birokrasi.24
Sebagai bentuk penegasan netralitas 4. Kedudukan ASN pada rezim UU No. 5
PNS, maka dibentuklah PP No. 37 Tahun Tahun 2014
2004 tentang Larangan Pegawai Negeri Sipil Dalam rangka mewujudkan optimalisasi
menjadi Anggota Partai Politik. Pada bagian pelayanan publik untuk mewujudkan good
diktum disebutkan bahwa pegawai negeri governance, bagian yang tak terpisahkan adalah
sebagai unsur aparatur negara harus netral adanya optimalisasi kinerja dari ASN sebagai
dari pengaruh semua golongan dan partai unsur pelaksana yang menjadi bagian penting
politik, tidak diskriminatif dalam memberikan tak terpisahkan. UU No. 5 Tahun 2014 tentang
pelayanan kepada masyarakat, dan dilarang Aparatur Sipil Negara sebagai pengganti dari
menjadi anggota dan/atau pengurus partai UU No. 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok
politik. Hal tersebut diperjelas pada bagian Kepegawaian, menempatkan profesional,
penjelasan PP No. 37 Tahun 2004 bahwa profesionalisme atau profesionalitas sebagai
kekompakan, dan persatuan pegawai negeri, bagian penting dalam materi muatannya.
serta agar dapat memusatkan segala perhatian, Salah satu yang berbeda dari UU No. 5 Tahun
pikiran, dan tenaganya pada tugas yang 2014 adalah istilah Aparatur Sipil Negara yang
dibebankan kepadanya maka pegawai negeri mana jika merujuk pada Pasal 1 angka (1)
dilarang menjadi anggota dan/atau pengurus disebutkan bahwa Aparatur Sipil Negara yang
Partai Politik”. selanjutnya disingkat ASN adalah profesi bagi
Pada masa ini, pemerintah berupaya pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah
memberikan batasan yang tegas bagi para PNS dengan perjanjian kerja yang bekerja pada
untuk tidak ikut serta dalam partai politik. instansi pemerintah, sehingga ruang lingkup
Tentunya ini didasarkan pada rezim Orde Baru undang-undang ini menjadi lebih luas tidak
yang memberikan kebebasan yang tentunya hanya pada PNS.
berdampak buruk pada sistem demokrasi Pada bagian diktum UU No. 5 Tahun
dan perkembangan kualitas pelayanan yang 2014 dinyatakan perlu dibangun ASN yang
dilakukan oleh PNS kepada masyarakat. Pada memiliki integritas, profesional, netral dan
dasarnya yang ditekankan pada peraturan ini bebas dari intervensi politik, bersih dari
23 Sri Hartini, Setiajeng Kadarsih, dan Tedi Sudrajat, praktik korupsi, kolusi dan nepotisme, serta
“Kebijakan Netralitas Politik Pegawai Negeri Sipil
dalam Pemilukada (Studi di Jawa Tengah)”, Jurnal Ilmu 25 S. F. Marbun, Reformasi Hukum Tata Negara, Netralitas
Hukum Padjajaran, Vol. 1 No. 3 Tahun 2014, hal. 546. Pegawai Negeri dalam Kehidupan Politik di Indonesia,
24 Miftah Thoha, Birokrasi Pemerintah Indonesia di Era Yogyakarta: Fakultas Hukum Universitas Islam
Reformasi, Jakarta: Prenada Media Group, 2008, hal. 20. Indonesia, 1998, hal. 74.

NEGARA HUKUM: Vol. 10, No. 1, Juni 2019 119


mampu menyelenggarakan pelayanan publik profesionalismenya dalam menjalankan
bagi masyarakat dan mampu menjalankan tata kelola pemerintahan dan pelayanan
peran sebagai unsur perekat persatuan dan publik. Sebagai pelaksana kebijakan dan
kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila pemegang kekuasaan dan kewenangan dalam
dan UUD NRI Tahun 1945. Pada UU pengelolaan anggaran dan sumberdaya di
No. 5 Tahun 2014 memberikan penegasan dalam birokrasi, ASN sangat dimungkinkan
kembali bahwa seorang ASN harus menjaga dijadikan “alat” bagi pejabat politik untuk dapat
independensi dan netralitasnya. Hal ini dapat mempertahankan/mendapatkan kewenangan
dilihat pada bagian penjelasan bahwa dalam dan kekuasaannya. Netralitas merupakan asas
upaya menjaga netralitas ASN dari pengaruh yang penting dalam penyelenggaraan tugas
partai politik dan untuk menjamin keutuhan, dan pelayanan publik, tugas pemerintahan
kekompakan, dan persatuan ASN, serta dapat dan tugas pembangunan.
memusatkan segala perhatian, pikiran dan W.G.F. Hegel27 berpendapat bahwa
tenaga pada tugas yang dibebankan, ASN birokrasi pemerintah merupakan jembatan
dilarang menjadi anggota dan/atau pengurus yang menghubungkan antara negara (the state)
partai politik. dengan masyarakat/rakyat (the civil society).
Seorang ASN diharapkan memiliki Dalam domain masyarakat ini terdapat
karakter/budi pekerti dan profesionalitas berbagai kepentingan khusus (particular interest)
sebagai modal utama untuk mewujudkan yang membawa kepentingan para profesi
netralitas. Profesionalisme tinggi perlu dan pengusaha, sedangkan negara mewakili
dikembangkan, bukan hanya untuk kepentingan umum (general interest). Dalam
meningkatkan kompetensi birokrasi dalam konsepsinya, karena birokrasi merupakan
melayani masyarakat, tetapi juga meningkatkan perantara yang berada di tengah-tengah antara
kemandirian birokrasi dalam menghadapi dua kepentingan, maka dirinya harus dalam
tekanan dan intervensi politik.26 UU No. posisi netral. Sedangkan menurut Karl Max,
5 Tahun 2014 merupakan produk hukum negara tidak bisa netral tetapi harus memihak
yang berorientasi strategis untuk membangun kepada kelas dominan. Menurut konsepnya,
aparatur sipil negara lebih berdaya guna dan negara tidak mewakili kepentingan umum,
berhasil guna dalam mengemban tugas umum akan tetapi mewakili kepentingan khusus dari
pemerintahan dan pembangunan nasional kelas dominan tersebut. Dengan demikian
didasari dengan semangat reformasi. dalam pandangan para marxis, birokrasi
merupakan suatu instrumen di mana kelas
IV. Politisasi Birokrasi terhadap Netralitas yang dominan melaksanakan dominasinya
ASN atas kelas sosial lainnya.
ASN berada dalam posisi yang dilematis Hakikatnya, netralitas PNS dalam kegiatan
oleh kepentingan politik. Di satu sisi, mereka politik tidak dapat terlepas dari paradigma
adalah pegawai yang diangkat, ditempatkan, yang mendikotomikan antara administrasi dan
dan dipindahkan dan diberhentikan oleh politik yang dikembangkan oleh Woodrow
pejabat pembina kepegawaian (PPK) yang Wilson. Menurut Wilson, administrasi negara
bersatus pejabat politik. Kondisi seperti ini atau PNS berfungsi melaksanakan kebijakan
membuat karir mereka sering dikaitkan politik bahwa administrasi atau PNS berada
dengan kepentingan politik PPK. Di sisi di luar kajian politik, dan persoalan-persoalan
lain, ASN harus netral untuk menjaga 27 Tatang Sudrajat, “Netralitas PNS dan Masa Depan
26 A. Dwiyanto, Reformasi Birokrasi Konstektual, Yogyakarta: Demokrasi dalam Pilkada Serentak 2015”, Jurnal Ilmu
Gadjah Mada University Press, 2015, hal 117. Administrasi, Vol. XII No. 3 Tahun 2015, hal. 358.

120 GEMA PERDANA: Menjaga Netralitas ASN dari Politisasi Birokrasi


administrasi bukanlah dalam ranah politik.28 berdasarkan hukum. Apabila dilakukan, maka
Konsep Wilson tersebut dikuatkan oleh sistem pembinaan pegawai akan rusak, karena
Frank Goodnow yang mengajarkan bahwa pengangkatan pejabat hanya didasari oleh
terdapat dua fungsi pokok pemerintah yang prinsip suka-tidak suka (like and dislike) dalam
sangat berbeda satu sama lain, yaitu politik konteks kepentingan politik, tidak didasari
dan administrasi. Politik adalah pihak yang oleh pertimbangan kemampuan, kapasitas,
berkewajiban membuat dan merumuskan dan pengalaman kerja.31
kebijakan, sementara administrasi berhubungan Keinginan untuk membawa birokrasi
dengan pelaksanaan kebijakan tersebut.29 netral pada politik dimaksudkan untuk
Berdasarkan hal tersebut maka seharusnya menghindari penyalahgunaan kekuasaan
yang dimaksud dengan definisi netral adalah (abuse of power) terhadap birokrasi. Hal ini
suatu kondisi seseorang yang tidak memihak lantaran institusi atau kelembagaan yang
dan tidak memiliki sikap tertentu kepada dipimpin birokrat memiliki fungsi dalam
orang lain atau pihak tertentu, atau dapat rangka memberikan pelayanan pada masyarakat
disebut juga dengan suatu kondisi seseorang bukan semata-mata untuk dapat memenuhi
yang tidak mendapatkan pengaruh dari kebutuhan pribadi dan/atau kelompok
pihak mana pun di luar dirinya. Mengacu tertentu. Hal-hal yang menjadi problematika
pada esensi netralitas, dapat dinyatakan pada politisasi terhadap ASN yang seharusnya
bahwa dalam netralitas PNS hanya diarahkan netral adalah pada penempatan jabatan-
untuk melaksanakan tugas dan fungsinya jabatan di dalam birokrasi. Hal ini menjadi
dalam penyelenggaraan pemerintahan, permasalahan karena atasan dari ASN yang
pembangunan, dan pelayanan kepada merupakan pejabat publik yang erat kaitannya
masyarakat, tanpa ikut serta dalam kegiatan dengan politik.
politik (apolitic). Kepala daerah merupakan pejabat
Hal ini berarti bahwa netralitas tidaklah pembina kepegawaian (PPK) di daerah, peran
berdiri dalam ruang hampa, namun berkorelasi ini ditetapkan dalam UU No. 5 Tahun 2014
dengan esensi objektivitas, karena hakikat tentang ASN dan PP No. 11 Tahun 2017
objektivitas selalu bermuara pada kondisi tentang Manajemen ASN. Sebagai PPK, kepala
netral, maka jelas bahwa substansi netral daerah berwenang melakukan pengangkatan,
adalah tidak memihak. Sejatinya, kondisi pemindahan, dan pemberhentian ASN sehingga
tidak memihak akan terpenuhi jika berada di banyak ASN yang ingin memiliki jenjang
luar sistem dan tidak memberikan ruang akan karir yang tinggi beranggapan bahwa untuk
intervensi kepentingan.30 Intervensi partai mencapainya harus ikut menyukseskan pejabat
politik dalam institusi birokrasi mengacaukan tersebut, karena kewenangan penempatan
tata kerja birokrasi yang seharusnya untuk mendudukan jabatan/posisi berada
berdasar pada prinsip-prinsip manajemen pada pejabat tersebut. Meskipun dalam
pemerintahan yang sehat, rasional, dan pengaturannya penempatan atau promosi
ASN harus dilakukan dengan pertimbangan-
28 Warsito Utomo, Administrasi Publik Baru Indonesia:
Perubahan Paradigma dari Administrasi Negara ke pertimbangan prestasi (merit sistem), lepas dari
Administrasi Publik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006, hubungan pribadi (impersonal).
hal. 6.
29 Ibid. Intervensi politik memiliki porsi
30 Tedi Sudrajat dan Agus Mulya Karsona, “Menyoal dan pengaruh yang besar dalam tatanan
Makna Netralitas Pegawai Negeri Sipil dalam Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil 31 Budi Setiyomo, Birokrasi dalam Perspektif Politik &
Negara”, Jurnal Media Hukum, Vol. 23, No. 1 Tahun Administrasi, Edisi Ketiga, Bandung: Nuansa Cendekia,
2016, hal. 93. 2016, hal. 77.

NEGARA HUKUM: Vol. 10, No. 1, Juni 2019 121


pemerintahan, karena memang segala netral dan profesional, bukan sebaliknya.
perumusan kebijakan merupakan produk dari Politisasi birokrasi memiliki dampak buruk
pejabat publik. Dilansir dari Dirjen Otonomi bahkan merusak citra kesatuan ASN dan juga
Daerah Kementerian Dalam Negeri RI, merugikan kepentingan publik. Keteladanan
bahwa hingga Mei 2018 sudah terdapat 219 dari seorang pejabat adalah kemampuan
ASN yang diberhentikan dan terdapat sekitar untuk dapat memisahkan antara kepentingan
satu juta pegawai memperoleh surat teguran politik pribadi dan/atau golongan dengan
pertama dan kedua karena persoalan menjaga kepentingan masyarakat, bangsa dan negara.
netralitas ASN dalam pemilihan kepala Seorang pejabat tidak boleh menggunakan
daerah.32 Terdapat pula peristiwa mutasi dan fasilitas yang melekat kepadanya untuk
demosi bagi ASN yang memiliki pandangan/ kepentingan politik, tidak boleh membuat
sikap yang berbeda dengan pejabat sebagai kebijakan-kebijakan yang menguntungkan
atasan seperti pada kasus di Magelang, terdapat atau merugikan pihak tertentu, dan tidak
10 PNS yang diturunkan jabatannya tanpa melakukan mobilisasi ASN dengan atau
ada keterangan dan/atau evaluasi menyeluruh tanpa memberikan janji-janji tertentu kepada
dari pemerintah daerah.33 ASN. Keberhasilan reformasi birokrasi sangat
Dari beberapa peristiwa tersebut, bergantung pada peran dari seorang pimpinan
sangat jelas bahwa pengaruh politik saat ini atau pejabat tinggi dalam birokrasi. Kekuatan
bertransformasi menjadi sebuah kunci yang politik digunakan sebagai instrumen dalam
menentukan jenjang karier seorang ASN merumuskan sebuah kebijakan yang bertujuan
dalam pemerintahan. Secara regulasi memang semata-mata untuk kepentingan bangsa dan
tidak memberikan ruang bagi ASN untuk negara, sehingga ASN sebagai bagian dari
ikut serta sebagai anggota dan/atau pengurus pelaksana dapat mematuhi dan melaksanakan
partai politik, akan tetapi loyalitas seorang dengan baik dalam rangka mewujudkan good
ASN menjadi titik persoalannya. Loyalitas governance.
yang seharusnya diberikan kepada negara Penguasa dan politisi boleh berganti-
dapat pula berbelok menjadi loyalitas pada ganti tiap terjadi pergantian rezim dan
pihak lain dalam maksud dan tujuan tertentu. penyelenggaraan pemilihan umum, tetapi
Pejabat publik sebagai pemegang birokrasi harus tetap pada posisinya, dan steril
kekuasaan di birokrasi baik di tingkat pusat, dari pengaruh penguasa dan politisasi. Prinsip
provinsi maupun kabupaten/kota sudah asas netralitas politik birokrasi ini mencakup
selayaknya ikut memberikan kontribusi dan dua prinsip penting, yaitu:
dukungan terhadap perwujudan netralitas 1. Institusi birokrasi harus terbebas dari
ASN. Meskipun kepala daerah adalah anggota pemihakan terhadap kelompok tertentu
dan/atau pengurus politik yang menduduki dan bersih dari penggunaan fasilitas dan
jabatan di pemerintahan harus mampu infrastruktur birokrasi untuk kepentingan
menempatkan ASN sebagai pihak yang partai atau golongan tertentu walaupun
mereka mayoritas. Birokrasi menjadi
32 iNews.id, 4 Mei 2018, “Tak Netral di Pilkada, Sebanyak
219 PNS diberhentikan Sementara”, https://www. lembaga administrasi yang bekerja secara
inews.id/news/read/112041/tak-netral-di-pilkada- profesional berdasarkan peraturan
sebanyak-219-pns-diberhentikan-sementara, diakses
tanggal 7 Oktober 2018. perundang-undangan.
33 TribunJogja.com, 3 Oktober 2014, “Kontroversi 2. Konsep netralitas dimaksudkan agar
Penurunan Jabatan di Kabupaten Magelang”, http://
jogja.tribunnews.com/2014/10/03/kontroversi-
birokrasi terbebas dari campur tangan
penurunan-jabatan-di-kabupaten-magelang, diakses partai politik dalam rekrutmen dan
tanggal 7 Oktober 2018.

122 GEMA PERDANA: Menjaga Netralitas ASN dari Politisasi Birokrasi


penempatan pejabat birokrasi. Pejabat- sebagaimana yang telah ditetapkan dalam
pejabat birokrasi diangkat dan diposisikan peraturan perundang-undangan. Secara
pada jabatan tertentu semata-mata atas regulasi, pengaturan terkait netralitas ASN
dasar profesionalisme, kelayakan (fit) sudah ada, akan tetapi dibutuhkan sinergitas
dan kepatutan (proper), bukan karena antara pemangku kepentingan dalam hal ini
kepentingan politik. pejabat untuk tidak melakukan intervensi
Eko Prasojo menjelaskan bahwa di Jerman ataupun memberikan celah terhadap ASN.
terdapat pemisahan antara state, government, Selayaknya pembentuk undang-undang
and administration, ketiga hal tersebut sebagai mengatur bahwa orang yang dengan sengaja
sub-sistem yang besar dalam menjalankan menyebabkan atau mengarahkan aparatur
negara dan memiliki tugas masing-masing, negara untuk tidak netral harus diberikan
sehingga tidak bisa disatukan. Hal ini sanksi. Dengan demikian, tidak hanya ASN
menunjukkan bahwa kondisi di Indonesia yang menjadi objek yang dituntut untuk
berbeda dengan apa yang seharusnya terjadi. berlaku profesional dengan netralitas, tetapi
Birokrasi seharusnya tidak boleh diintervensi pihak lain yang dengan sengaja mengarahkan
oleh kepentingan sekelompok orang ataupun untuk tidak netral dapat dikenakan sanksi,
politik, termasuk dalam penyelenggataan karena ini merupakan awal dari terjadimya
kebijakan dan manajemen aparatur sipil ketidaknetralan.
negara. ASN dalam menjalankan tugas dan Pihak legislatif harus dapat membuat
fungsinya bersifat mandiri, dan menggunakan batasan-batasan penggunaan kewenangan
prinsip monoloyalitas hanya terhadap negara.34 aparatur dan pejabat birokrasi melalui berbagai
Dalam menerapkan netralitas ASN, regulasi, serta mengawasi berjalannya regulasi
masing-masing negara di dunia memiliki cara secara ketat. Undang-undang juga harus
tersendiri. Sebagai contoh netralitas ASN di menetapkan batasan-batasan kewenangan
Amerika Serikat, yang merupakan sebuah pejabat birokrasi dan pemberian sanksi
hasil dikotomi antara politik dan administrasi, terhadap pelanggaran kewenangan itu. Aset
di mana proses pembuatan kebijakan berbeda kekuasaan untuk bertindak atas nama negara,
dengan proses eksekusi. Di Inggris, politik dan harus terdefinisikan secara ketat, sehingga
administrasi berkolaborasi dalam Whitehall aparatur birokrasi tidak dapat berlaku
System, ASN diharapkan menjaga netralitasnya sewenang-wenang. Pengetatan ini bertujuan
ketika ada pergantian parlemen dan tidak supaya legislatif yang bermacam latar belakang
berpartisipasi dalam debat politik meskipun partai politik berbeda dapat saling melakukan
mempunyai hak untuk itu. Hal tersebut fungsi pengawasan, sehingga meminimalisir
dikarenakan adanya kepercayaan masing- terjadinya politisasi birokrasi oleh pemegang
masing antara politisi dan ASN itu sendiri.35 kekuasaan. Pembatasan dan pengawasan yang
Prinsip netralitas birokrasi akan berjalan ketat perlu juga dilakukan oleh seluruh elemen
dengan baik jika seluruh elemen pemerintahan, terutama lembaga pers dalam menjalankan
baik lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan fungsi kontrol.
seluruh lembaga baik mandiri, independen,
maupun non-kementerian, mampu bersinergi V. Peran KASN untuk Mewujudkan
untuk melaksanakan seluruh aturan Netralitas ASN
Netralitas adalah ruh dalam undang-
34 Septiana Dwiputrianti, Tentang Komisi Aparatur Sipil
…., hal. 95. undang ASN. Salah satu aspek yang sangat
35 Slamet Widodo, Netralitas Aparatur Sipil Negara (ASN) penting dalam penegakan netralitas ASN
dalam Masa Pemilihan Umum, Ibid, hal. 111.

NEGARA HUKUM: Vol. 10, No. 1, Juni 2019 123


adalah aspek pengawasan. Sistem pengawasan Tumpuan terbesar bagi KASN adalah bertugas
ASN yang efektif sangat dibutuhkan untuk menjaga harkat, martabat dan marwah ASN
memastikan ASN dalam melaksanakan untuk selalu berlaku netral untuk kepentingan
tugasnya mematuhi peraturan perundang- negara. Tentunya hal ini bukan sesuatu hal
undangan yang berlaku, guna menciptakan yang mudah bagi KASN, namun kewenangan
birokrasi yang profesional dan akuntabel. sudah diberikan oleh pembentuk UU.
Sebagai bagian yang tidak terpisahkan Harapan besar tertuju kepada lembaga baru
dari upaya mewujudkan good governance dan ini untuk dapat secara konsisten menegakkan
reformasi birokrasi adalah dibentuknya berbagai peraturan perundang-undangan
sebuah lembaga nonstruktural sebagaimana untuk mewujudkan ASN yang netral.
diatur pada UU No. 5 Tahun 2014 tentang Seringkali ASN takut untuk menghindari
Aparatur Sipil Negara, yaitu adanya Komisi saat terjadi intervensi dari atasannya,
Aparatur Sipil Negara (KASN). Jika mengacu karena adanya kekhawatiran akan nasib
pada Pasal 27 UU ASN disebutkan bahwa keberlanjutannya di dalam birokrasi
KASN merupakan lembaga nonstruktural pemerintahan, karena petahana adalah pejabat
yang mandiri dan bebas dari intervensi pembina kepegawaian daerah. Dengan adanya
politik untuk menciptakan pegawai ASN KASN, segala kebijakan dan manajemen ASN
yang profesional dan berkinerja, memberikan selalu di monitor sehingga seseorang tidak
pelayanan secara adil dan netral, serta menjadi dengan mudah untuk diturunkan (demosi)
perekat dan pemersatu bangsa.36 ataupun kenaikan (promosi) tanpa ada dasar
Kehadiran KASN memberikan bukti bahwa yang jelas dan sesuai dengan kriteria. Hal ini
bidang-bidang pada administrasi negara semakin karena manajemen ASN menggunakan sistem
berkembang dan bervariasi. Hal ini dibutuhkan merit, sebagaimana Pasal 1 angka (22) UU
dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi ASN bahwa sistem merit adalah kebijakan
dari negara. Alat perlengkapan atau lembaga manajemen ASN yang berdasarkan pada
yang dibentuk melalui konstitusi seringkali tidak kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara adil
mampu untuk menampung perkembangan dan wajar tanpa membedakan latar belakang
kebutuhan-kebutuhan administrasi negara. politik, ras, warna kulit, agama, asal usul,
Perkembangan yang semakin variatif seringkali jenis kelamin, status pernikahan, umur atau
menuntut adanya sebuah wadah khusus yang kondisi kecatatan.
memiliki kemampuan dan keahlian yang sesuai Hal tersebut menjadi solusi, yang
dalam rangka mewujudkan sebuah harapan dan diharapkan mampu untuk menghilangkan
amanah konstitusi. Sehingga, pembentukan paradigma nepotisme dalam proses pengisian
alat kelengkapan ataupun organ (lembaga) jabatan sehingga seorang ASN tidak perlu
baru merupakan condition sine qua non bagi takut akan adanya intervensi politik dari pihak
pertumbuhan negara era milenium ketiga ini.37 manapun yang maksud dan tujuannya jelas-jelas
Salah satu tujuan dari dibentuknya KASN memberikan dampak bagi kerugian negara.
sebagaimana Pasal 28 huruf (d) UU ASN Keberadaan KASN diharapkan dapat menjadi
ialah mewujudkan pegawai ASN yang netral. benteng bagi ASN yang selama ini menjunjung
36 Pasal 27 UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil tinggi semangat netralitas ASN atas politisasi
Negara.
37 Hendra Nurtjahjo, “Lembaga, Badan, dan Komisi birokrasi yang merugikan negara. Sebaliknya,
Negara Independen (State Auxiliary Agencies) di jika seorang ASN melakukan praktik politik
Indonesia: Tinjauan Hukum Tata Negara”, Jurnal
Hukum dan Pembangunan, Tahun ke-XXXV, No. 3,
ataupun loyal kepada pihak yang merugikan
(Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, negara maka KASN dapat merekomendasikan
2005), hal. 277-279.

124 GEMA PERDANA: Menjaga Netralitas ASN dari Politisasi Birokrasi


sanksi kepada pejabat pembina kepegawaian mengeluarkan Surat Edaran sebagai langkah
dan pejabat yang berwenang untuk ditindak preventif yang ditujukan kepada seluruh
lanjuti. Hal ini sebagaimana diatur Pasal 32 instansi, baik di pusat maupun di daerah,
ayat (3) UU ASN. yang secara general substansial merupakan
Meskipun menjadi lembaga baru, KASN petunjuk dan pengingat bahwa ASN harus
diberikan gigi taring yang tajam dalam bersikap netral.39 Di dalam surat tersebut
melaksanakan segala tugasnya. Pada dasarnya diberikan penjelasan terkait dasar aturan,
terdapat 3 tugas utama KASN yaitu: (a) menjaga jenis larangan-larangan dan sanksi yang
netralitas Pegawai ASN; (b) melakukan dikenakan jika ASN melanggar ketentuan
pengawasan atas pembinaan profesi ASN; tersebut.
dan (c) melaporkan pengawasan dan evaluasi Dalam pelaksanaannya, KASN saat ini
pelaksanaan kebijakan manajemen ASN tidak dapat berjalan sendiri karena KASN
kepada Presiden. Jika mengacu pada UU ASN hanya berkedudukan di ibukota dan belum
maka dalam rangka proses pengisian jabatan memiliki kantor perwakilan di daerah, baik di
pimpinan tinggi mulai dari pembentukan provinsi maupun di kabupaten/kota, sehingga
panitia seleksi, pengumuman, pelaksanaan, dirasa sangat sulit bagi KASN untuk dapat
pengusualan, penetapan, dan pelantikan harus menjangkau pengawasan dan pembinaan
ada keterlibatan pengawasan dari KASN. ASN. Dalam pelaksanaannya, KASN
Keberadaan KASN dirasa strategis untuk seringkali melakukan kerja sama melalui MoU
mengawasi adanya praktik jual-beli ataupun dengan instansi dan unit kerja tertentu seperti
nepotisme pengisian jabatan. inspektorat daerah. Hal ini yang menjadi
Dalam melakukan pengawasan, KASN alasan kenapa fungsi pengawasan KASN
berwenang untuk memutuskan adanya belum berjalan maksimal, karena personel
pelanggaran kode etik dan kode perilaku dan persebaran yang belum merata di daerah.
pegawai ASN. Hasil pengawasan disampaikan Sebagai pihak yang independen, KASN
kepada pejabat pembina kepegawaian dan diharapkan mampu menjadi the guardian dari
pejabat yang berwenang untuk dilakukan marwah persatuan ASN. Meskipun pejabat
tindak lanjut. Terhadap pejabat pembina pembina kepegawaian memiliki peran utama
kepegawaian yang tidak menindaklanjuti untuk dapat memastikan bahwa seluruh
keputusan hasil pengawasan KASN, maka aparatur sipil di bawahnya bekerja secara
KASN merekomendasikan kepada Presiden profesional dan memastikan bahwa rakyat
untuk menjatuhkan sanksi kepada pejabat mendapatkan pelayanan yang terbaik.
pembina kepegawaian dan pejabat yang
berwenang yang melanggar prinsip sistem
“KASN dan Bawaslu Bersinergi tangani Pelanggaran
merit dan ketentuan peraturan perundang- Netralitas ASN”, https://www.kasn.go.id/details/
undangan. item/215-kasn-dan-bawaslu-bersinergi-tangani-
pelanggaran-netralitas-asn, diakses tanggal 8 Oktober
KASN pada gelaran pemilihan kepala 2018.
daerah serentak tahun 2018 dan Pemilu 39 Surat Edaran MENPAN RB No. B/71/M.
SM.00.00/2017 tentang Pelaksanaan Netralitas ASN
Serentak 2019 dalam rangka menjaga pada Penyelenggaraan Pilkada Serentak Tahun 2018,
netralitas ASN telah melakukan kerja sama Pemilihan Legislatif Tahun 2019, dan Pemilihan
Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2019; Surat
dengan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Edaran Komisi Aparatur Sipil Negara No. B-2900/
Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian KASAN/11/2017 tentang Pengawasan Netralitas
Pegawai ASN pada Pelaksanaan Pilkada Serentak 2018;
Pendayagunaan Aparatur Negara dan dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No. 270/313/
Reformasi Birokrasi.38 Ketiga lembaga tersebut OTDA tentang Hasil Pembulatan Rapat Koordinasi
38 Komisi Aparatur Sipil Negara, 22 Februari 2018, Teknis Persiapan Pilkada Serentak Tahun 2018.

NEGARA HUKUM: Vol. 10, No. 1, Juni 2019 125


VI. Penutup tidak perlu khawatir pada saat terjadi
A. Simpulan intervensi politik dari pihak manapun yang
Pengaturan mengenai netralitas ASN mengancam keberlangsungan karir ASN di
sangat dipengaruhi oleh kondisi dan masa yang akan datang. Dengan demikian
kepentingan pembentuk undang-undang ASN dalam menjalankan tugas dan fungsinya
saat produk hukum tersebut dibuat. Rezim akan selalu mengedepankan netralitas dan
Orde Lama meghendaki adanya pembatasan profesionalisme dalam rangka optimalisasi
berserikat bagi PNS agar tidak terjadi konflik pelayanan terhadap masyarakat untuk
antar-PNS dalam satu kantor karena berbeda kepentingan negara.
partai. Hal ini berbeda dengan rezim orde baru
yang memberikan akses kebebasan bagi PNS B. Saran
untuk dapat berpartisipasi dalam politik, Netralitas memiliki peranan penting
yang kemudian ini dipolitisasi menjadi mesin dalam menjaga profesionalisme kerja ASN
untuk mempertahankan rezim kekuasaan. untuk menjalakan tugas dan fungsi pelayanan
Sejak reformasi, diharapkan terjadi perubahan publik. Politisasi birokrasi oleh pihak tertentu
di mana ASN yang dibiayai oleh rakyat bekerja akan berimplikasi terhadap kualitas pelayanan
sepenuhnya untuk kepentingan rakyat dan yang akan diberikan kepada masyarakat.
negara, bukan untuk kepentingan golongan Pembentuk produk hukum diharapkan
tertentu. mampu membuat sebuah regulasi dalam
Politisasi birokrasi terhadap ASN rangka pengetatan akses pemangku jabatan
berdampak buruk terhadap kualitas kinerja publik untuk menyalahgunakan kewenangan,
ASN, karena digunakan untuk memenuhi serta memberikan akses pengawasan yang
keinginan golongan tertentu, yang sudah ketat dari para pihak termasuk internal
pasti menimbulkan kerugian bagi negara. ASN untuk dapat melaporkan segala bentuk
Dibutuhkan sebuah pengaturan dan intervensi. Perlu dilakukan penyusunan
pengawasan yang ketat oleh lembaga legislatif, ulang terkait format kinerja antara pejabat
masyarakat dan pers terhadap pejabat yang yang berfungsi membuat dan merumuskan
berkuasa untuk menghindarkan adanya kebijakan dengan level pelaksana kebijakan,
abuse of power. Pejabat publik, baik berasal untuk memperkecil potensi penyalahgunaan
dari politik ataupun independen, tidak kewenangan.
boleh menempatkan ASN sebagai alat untuk
mempertahankan kekuasaannya, karena ASN
bekerja untuk negara. Pembentuk produk
hukum sejatinya harus mampu memisahkan
secara tegas antara elemen perumus dan
penentu kebijakan dengan pelaksana
kebijakan, sehingga terdapat ranah yang jelas
dan pelaksanaan yang profesional.
KASN dibentuk dalam rangka menjaga
kualitas ASN, dan memastikan bahwa
seluruh ASN telah berlaku sebagaimana
ketentuan peraturan perundang-undangan.
KASN diharapkan mampu menjaga kualitas
pelaksanaan sistem merit, sehingga ASN

126 GEMA PERDANA: Menjaga Netralitas ASN dari Politisasi Birokrasi


Daftar Pustaka Tedi Sudrajat dan Agus Mulya Karsona,
Menyoal Makna Netralitas Pegawai Negeri
Jurnal Sipil dalam Undang-Undang Nomor
Hendra Nurtjahjo, Lembaga, Badan, dan 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Komisi Negara Independen (State Auxiliary Negara, Jurnal Media Hukum, Vol. 23, No.
Agencies) di Indonesia: Tinjauan Hukum 1 Tahun 2016.
Tata Negara, Jurnal Hukum dan Pembangunan,
Tahun ke-XXXV, No. 3, Jakarta: Fakultas Buku
Hukum Universitas Indonesia, 2005. Dwiyanto, A. Reformasi Birokrasi Konstektual,
Tome, Abdul Hamid. “Reformasi Birokrasi Yogyakarta: Gadjah Mada University
Dalam Rangka Mewujudkan Good Press, 2015.
Governane Ditinjau dari Peraturan Gaffar, Afan. Politik Indonesia Transisi Menuju
Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara Demokrasi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 1999.
2010”, Jurnal Hukum Unsrat, Vol. XX, No.
3, April-Juni 2012. Komisi Aparatur Sipil Negara, Netralitas ASN
ditengah Intervensi Politik, Policy Brief
Tedi Sudrajat dan Sri Hartini, Rekonstruksi KASN Tahun 2017.
Hukum atas Pola Penanaganan Asas
Netralitas Pegawai Negeri Sipil, Jurnal Korpri DKI Jakarta, Korpri dan Perkembangannya,
MImbar Hukum UGM, Vol 29, No. 3 Jakarta: Korpri, 1988.
Tahun 2017. Mahfud M. D., Pergulatan Polik dan Hukum di
Hadjon, Phiplips M. Ide Negara Hukum Indonesia, Yogyakarta: Gama Media, 1999.
dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Marbun, S.F dan M. Mahfud MD, Pokok-Pokok
Indonesia, Makalah disampaikan saat Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta:
Simposium tentang Politik, Hak Asasi dan Liberty, 1987.
Pembangunan Hukum dalam rangka Dies Marbun, S.F. Reformasi Hukum Tata Negara,
Natalis XL/Lustrum Universitas Airlangga Netralitas Pegawai Negeri dalam Kehidupan
Surabaya pada 3 November 1994. Politik di Indonesia, Yogyakarta: Fakultas
Sri Hartini, Setiajeng Kadarsih, dan Tedi Hukum Universitas Islam Indonesia,
Sudrajat, Kebijakan Netralitas Politik 1998.
Pegawai Negeri Sipil dalam Pemilukada Sri Hartini, et.al. Hukum Kepegawaian di
(Studi di Jawa Tengah), Padjajaran Jurnal Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2008.
Ilmu Hukum, Vo. 1 No. 3 Tahun 2014.
Thoha, M. Birokrasi dan Politik di Indonesia,
Soewoto, Hak Asasi Manusi Masalah Konsep, Jakarta: Rajawali Pres, 2007.
Penjabaran, Pelaksanaan dan Pengawasan
di Indonesia, Makalah pada Dies Natalis _______, Birokrasi Pemerintah Indonesia di Era
Universitas Brawijaya Ke 31. Pada Jurnal Reformasi, Jakarta: Prenada Media Group,
Media Hukum, Vol 23 No. 1 Tahun 2016. 2008.

Sudrajat, Tatang. Netralitas PNS dan Masa Utomo, Warsito. Administrasi Publik Baru
Depan Demokrasi dalam PILKADA Indonesia: Perubahan Paradigma dari
Serentak 2015, Jurnal Ilmu Administrasi, Administrasi Negara ke Administrasi Publik,
Vol. XII No. 3 Tahun 2015. Yogayakarta: Pustaka Pelajar, 2006.

NEGARA HUKUM: Vol. 10, No. 1, Juni 2019 127


YKPI, Peranan dan Tugas Pegawai Republik
Indonesia dalam Pembangunan, Jakarta:
YKPI, 1984.

Pustaka dalam Jaringan


Aulawi, Akhmad. Penerapan Sistem Merit
dalam Manajemen ASN dan Netralitas
ASN dari Unsur Politik dalam Undang-
undang Aparatur Sipil Negara, Jurnal
Rechtsvinding, diakses pada https://
rechtsvinding.bphn.go.id/jurnal_
online/DPR%20P3i%20Akhmad%20
Aulawi%20-%20ASN_REV.pdf 27 Mei
2019.
iNews.id, Tak Netral di Pilkada Sebanyak
219 PNS diberhentikan Sementara,
diakses pada https://www.inews.id/
news/read/112041/tak-netral-di-
pilkada-sebanyak-219-pns-diberhentikan-
sementara, 7 Oktober 2018 Jam 23.08
WIB.
TribunJogja.com, Kontroversi Penurunan
Jabatan di Kabupaten Magelang,
diakses pada http://jogja.tribunnews.
com/2014/10/03/kontroversi-
penurunan-jabatan-di-kabupaten-
magelang, 7 Oktober 2018 Jam 23.16
WIB.
Komisi Aparatur Sipil Negara, KASN dan
BAWASLU bersinergi tangani Pelanggaran
Netralitas ASN, diakses di https://www.
kasn.go.id/details/item/215-kasn-dan-
bawaslu-bersinergi-tangani-pelanggaran-
netralitas-asn, pada 8/10/2018 Jam 01.10
WIB.

128 GEMA PERDANA: Menjaga Netralitas ASN dari Politisasi Birokrasi

S-ar putea să vă placă și