Sunteți pe pagina 1din 10

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN UNSAFE ACTION

PADA TENAGA KERJA BONGKAR MUAT


DI PT. TERMINAL PETIKEMAS SURABAYA

Aditya Kurnia Pratama


Health Safety Environment (HSE) PT. Petikemas Surabaya
E-mail: Joyboydream@gmail.com

ABSTRACT
Unsafe action is a trigger for work accident. Unsafe action happened for two reasons, such as unintentional mistakes
and active errors or violation of a rule. Unsafe action influenced by the internal factor from workers itself, such as
characteristic of workers. The objectivs of this research is to aims of this study are analyze the relationship between the
characteristics of workers to unsafe action, in stevedor at PT. Terminal Petikemas Surabaya. This study was observational
Descriptive. The sample was all stavedore in a group of which consisted of 60 people. The data presented in the form of
distribution the frequency and tabulation cross then analyzed statistically the Spearman. The result of this study shown
that there was an relatively low association between the characteristic of workers with unsafe action, but there was one
variable had the strong enough relationship, such as knowledge variable and unsafe action on stevedore in PT. Terminal
Petikemas Surabaya with coefficient corelation 0.417. Based on the result of this study, suggestions that can be given to the
HSE departement are scheduled refreshment through training and briefing to increase knowledge of occupational safety
and health at work, meanwhile supervisor of field have to do a strict and firmly supervise to stevedore who performing
unsafe action. So it expected to reduce the number of work accident in the process of loading and unloading.

Keywords: Stevedore, unsafe action, characteristic of workers

ABSTRAK
Unsafe action adalah tindakan yang memicu terjadinya suatu kecelakaan kerja. Unsafe action terjadi karena dua hal, yaitu
karena kesalahan yang tidak disengaja dan kesalahan aktif atau pelanggaran. Tindakan tidak aman dipengaruhi oleh faktor
internal dari pekerja itu sendiri, diantaranya adalah karakteristik pekerja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
hubungan antara karakteristik pekerja terhadap unsafe action, pada Tenaga Kerja Bongkar Muat di PT. Terminal Petikemas
Surabaya. Penelitian ini bersifat observasional diskriptif. Sampel penelitian merupakan semua Tenaga Kerja Bongkar Muat
dalam satu Kelompok yang berjumlah 60 orang. Data yang disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan tabulasi silang
kemudian dianalisis secara statistik Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang relatif rendah
antara karakteristik pekerja dengan unsafe action, namun ada satu variabel yang memiliki hubungan cukup kuat, yaitu
variabel pengetahuan dan unsafe action pada Tenaga Kerja Bongkar Muat di PT. Terminal Petikemas Surabaya dengan
koefisien koerelasi sebesar 0,417. Berdasarkan hasil penelitian ini saran yang dapat diberikan adalah departemen HSE
memberikan penyegaran melalui pelatihan maupun pengarahan yang terjadwal untuk meningkatkan pengetahuan K3 di
tempat kerja, selain itu Supervisor lapangan juga harus melakukan pengawasan yang ketat dan lebih tegas kepada Tenaga
Kerja Bongkar Muat yang melakukan unsafe action, sehingga diharapkan dapat menekan angka kecelakaan kerja pada
proses bongkar muat.

Kata kunci: Tenaga Kerja Bongkar Muat, unsafe action, karakteristik pekerja

PENDAHULUAN sehingga lebih banyak pekerja yang terpapar oleh


Pada awal abad Ke 21 angka kecelakaan kerja di potensi bahaya (ILO, 2013). Berdasarkan data
dunia dalam kondisi yang cukup mengkhawatirkan. dari Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Menurut International Labour Organization (ILO) menyebutkan bahwa pada tahun 2009 terjadi
setiap tahun dua juta orang meninggal dan 270 kecelakaan kerja sebanyak 54.398 kasus (Permana,
juta orang cidera akibat kecelakaan kerja yang 2014).
terjadi di seluruh dunia. Perkembangan kecelakaan Menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1970
kerja di negara berkembang juga sangat tinggi, Tentang Keselamatan Kerja, dikatakan bahwa setiap
termasuk Indonesia, hal ini disebabkan karena tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atau
negara berkembang banyak industri padat karya, keselamatan dalam melakukan pekerjaan di tempat

64
Aditya, Hubungan Karakteristik Pekerja dengan Unsafe Action… 65

kerja perlu terjamin keselamatannya, sehingga posisi yang sangat penting terhadap terjadinya
kewajiban dalam menerapkan K3 dalam sebuah kecelakaan kerja yaitu 80 sampai 85% (Suma’mur
instansi ataupun perusahaan hukumnya wajib. 2009). Unsafe action adalah faktor yang
Dewan Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja berhubungan dengan perilaku manusia dalam
nasional (DK3N) mengatakan kecelakaan kerja dapat melakukan pekerjaan di industri. Berdasarkan
menyebabkan terjadinya kerugian langsung (direct penelitian yang dilakukan oleh Daniel M. Rosyid
lost) dan kerugian tidak langsung (indirect lost). (2011) di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya
Kerugian langsung misalnya, jika terjadi kecelakaan mengenai peran manusia dalam tubrukan kapal
maka perusahaan akan mengalami kerugian karena dengan menggunakan metode Analysis Hierarchial
harus mengeluarkan biaya pengobatan dan biaya Proccess (AHP) dan data disajikan dalam bentuk
perbaikan kerusakan sarana produksi. Kerugian tidak Fault Tree yang menjelaskan tentang penyebab-
langsung berupa kerugian jam kerja hilang, kerugian penyebab kegagalan manusia dalam melakukan
produksi, kerugian sosial dan menurunnya citra pekerjaan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan
perusahaan serta kepercayaan konsumen (Septiana, bahwa sebagian besar kesalahan yang dilakukan
2014). sehingga menyebabkan tubrukan kapal disebabkan
Menurut H.W. Heinrich dalam terjadinya oleh faktor manusia yang melakukan pekerjaan tidak
kecelakaan kerja dipengaruhi oleh 2 (dua) penyebab sesuai dengan prosedur (Rosyid, 2011). Berdasarkan
langsung yaitu unsafe action (tindakan tidak uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kecelakaan
aman) dan unsafe condition (kondisi tidak aman). disebabkan oleh tindakan tidak aman (unsafe
Tindakan tidak aman adalah suatu tindakan yang action).
tidak memenuhi keselamatan sehingga berisiko Unsafe action dalam suatu proses pekerjaan
menyebabkan kecelakaan kerja (Ramli, 2010). dapat ditekan dengan pembentukan program K3 oleh
Kondisi tidak aman adalah keadaan lingkungan yang perusahaan. Program K3 dapat membentuk Perilaku
tidak aman dan berisiko menyebabkan kecelakaan aman pada pekerja. Perilaku aman dipengaruhi oleh
kerja (Gatiputri, 2011). Studi yang dilakukan faktor individu dan lingkungan kerja. Perilaku aman
Heinrich tahun 1928 pada 75 ribu kasus kecelakaan mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Perilaku
industri didapatkan 88% disebabkan oleh tindakan aman juga mampu menunjukkan nilai, keyakinan
tidak aman, 10% oleh kondisi tidak aman dan dan sikap terhadap keselamatan pekerja (Suma’mur,
2% tidak dapat dihindarkan seperti bencana alam 2009).
(Ramli, 2010). Hal ini dapat disimpulkan bahwa Kecelakaan kerja membawa akibat yang
setiap pekerjaan pasti mempunyai risiko terjadi merugikan bagi pengusaha, tenaga kerja, pemerintah
kecelakaan, karena lingkungan pekerjaan tidak dan masyarakat, antara lain adalah korban jiwa
pernah terlepas dari faktor individu yaitu pekerja manusia, hilang atau berkurangnya kesempatan kerja,
dan kondisi tidak aman dalam lingkungan kerja. tenaga terampil, modal yang tertanam dan lain-lain.
Seiring dengan kebutuhan manusia yang Karena itu dalam setiap usaha perluasan kesempatan
semakin banyak dan beragam, hal ini membuat kerja, masalah keselamatan dan kesehatan kerja
aktivitas perpindahan barang yang semakin tinggi, perlu mendapat perhatian sepenuhnya (Silalahi,
terutama aktivitas transportasi laut yang semakin 1995). Kecelakaan kerja dalam sebuah instansi
meningkat membuat penyediaan layanan di bidang ataupun perusahaan sangat perlu dilakukan untuk
terminal petikemas di sebuah pelabuhan meningkat, menghindari dampak buruk yang ditimbulkan.
Hal ini berpotensi meningkatkan jumlah kecelakaan Dalam buku berjudul Kamus Manajemen
kerja. Menurut data di Indonesia, pada tahun Mutu menyatakan kecelakaan kerja sebagai
2007 terjadi 89.000 kecelakaan kerja di seluruh teori gunung es (Iceberg Theory). Teori gunung
perusahaan yang menjadi anggota Jamsostek yaitu es menjelaskan bahwa kerugian pada kecelakaan
meliputi 7 juta pekerja, Jika jumlah pekerja di kerja yang tampak, terlihat lebih kecil dari pada
Indonesia mencapai lebih dari 90 juta orang maka kerugian keseluruhannya. Dalam hal ini kerugian
jumlah kecelakaan diperkirakan lebih dari 700.000 yang “tampak” ialah terkait dengan biaya langsung
kejadian setiap tahun. ILO memperkirakan kerugian untuk penanganan/perawatan/pengobatan korban
akibat kecelakaan mencapai 2-4% dari GNP suatu kecelakaan kerja tanpa memperhatikan kerugian-
negara (Ramli, 2010). kerugian lainnya yang bisa jadi berlipat-lipat
Beberapa penelitian yang telah dilakukan jumlahnya dari pada biaya langsung untuk korban
menunjukkan bahwa faktor manusia menempati kecelakaan kerja (Sugian, 2006).
66 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 4, No. 1 Jan-Jun 2015: 64–73

Menurut Silalahi (1995) terdapat empat faktor pekerja di PT Terminal Petikemas Surabaya terhadap
bergerak dalam satu kesatuan berantai yang dapat terjadinya kecelakaan kerja.
menyebabkan kecelakaan kerja, yaitu: lingkungan, Besarnya kerugian yang disebabkan oleh
peralatan, bahaya dan manusia, ternyata kecelakaan kecelakaan kerja membuat sebuah perusahaan harus
kerja bukan hanya dipengaruhi oleh faktor berupaya mencegah bahkan menghapuskan angka
lingkungan fisik saja, melainkan salah satu faktor kecelakaan kerja. Sebuah perusahaan melakukan
yang paling penting adalah manusia. Hal ini karena upaya untuk menekan terjadinya kecelakaan dengan
manusia lah yang berperan sebagai subjek pelaku cara mengendalikan faktor-faktor yang menjadi
kerja, sehingga faktor penyebab kecelakaan kerja penyebab kecelakaan kerja, namun dibalik semua
tidak bisa dilepaskan dari karakteristik dan perilaku upaya tersebut tidak ada artinya jika kesadaran
manusia (Santoso, 2004). tentang keselamatan kerja tidak dimiliki oleh
Dalam beberapa dekade terakhir, banyak pekerja. Upaya pereduksi hazard di area kerja sangat
peneliti yang telah mengembangkan teori dan dipengaruhi oleh individu itu sendiri, apakah patuh
metode spesifik untuk menyelidiki aspek psikososial atau tidak, sehingga dalam memilih kebijakan-
performa keselamatan dalam organisasi dan kebijakan dalam upaya keselamatan dan kesehatan
dilakukan berbagai penelitian terhadap keselamatan kerja oleh pihak keselamatan dan kesehatan kerja,
kerja, salah satunya pada tingkatan individual harus diikuti dengan pertimbangan dan pemahaman
yakni sikap terhadap keselamatan kerja. (Chyene bagaimana karakteristik pekerjaannya. Perusahaan
et al (2002), menemukan bahwa sikap terhadap harus mengetahui karakteristik individu seperti apa
keselamatan kerja memiliki hubungan yang positif yang memiliki potensi melakukan tindakan tidak
dan signifikan terhadap aktivitas keselamatan kerja. aman lebih besar. Sehingga dalam kesempatan
Sehingga ketika seseorang memiliki sikap terhadap kali ini penulis ingin mengobservasi apakah ada
keselamatan kerja yang tinggi maka ia akan berusaha hubungan antara karakteristik dengan perilaku tidak
untuk selalu menggunakan alat pelindung diri dan aman (unsafe action) pada tenaga kerja bongkar
mematuhi peraturan keselamatan kerja di lingkungan muat di proses loading dan unloading PT Terminal
kerjanya. Petikemas Surabaya.
Karakteristik pekerja memiliki peranan
dalam landasan seseorang mengambil keputusan
METODE
dan berperilaku, salah satunya adalah melakukan
tindakan tidak aman dalam melakukan pekerjaan. Penelitian ini bersifat deskriptif karena penulis
Tindakan tidak aman dari pekerja sangat krusial ingin di ketahui hubungan antara karakteristik
dalam menentukan keselamatan di lingkup kerja. pekerja dan terhadap perilaku tidak aman (unsafe
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis action). Dari waktu pengumpulan data merupakan
hubungan antara karakteristik pekerja dengan unsafe penelitian yang menggunakan pendekatan
action pada Tenaga Kerja Bongkar Muat di PT. observasional yang bersifat cross sectional dengan
Terminal Petikemas Surabaya. metode pengumpulan data primer dan sekunder.
Penelitian ini juga bersifat kuantitatif, karena
Identifikasi Masalah penelitian ini mengambil data dengan memberi
Pada uraian di atas dijelaskan bahwa aktivitas bobot atau skor dalam butir pertanyaan yang ada
di Pelabuhan Tanjung Perak semakin meningkat, di dalam kuesioner, dan menggunakan kuesioner
hal tersebut berpotensi meningkatnya frekuensi sebagai alat pengumpulan data.
terjadi kecelakaan di Terminal Petikemas, selain Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
itu Terminal Petikemas memiliki tingkat keparahan pekerja dalam satu kelompok Tenaga Kerja Bongkar
yang tinggi jika terjadi kecelakaan kerja, oleh karena Muat (TKBM) yang melakukan proses Loading dan
itu penulis memilih PT Terminal Petikemas Surabaya Unloading di PT. Terminal Petikemas Surabaya.
sebagai tempat penelitian. PT Petikemas Surabaya Penelitian ini, sampel dipilih dari populasi studi
adalah perusahaan yang menyediakan jasa pemuatan, yang memenuhi kriteria inklusi.
pembongkaran, penerimaan dan pengeluaran Dalam pemilihan sampel peneliti menetapkan
petikemas, dalam perusahaan ini masih didominasi kriteria sampel yaitu, Tenaga Kerja Bongkar Muat
manusia sebagai pekerja, sehingga penulis ingin dalam satu kelompok shift. Tenaga kerja bongkar
mengetahui pengaruh dari unsafe action pada muat yang masuk dalam kategori unsafe action,
rendah, cukup, sedang dan tinggi. Tenaga kerja
Aditya, Hubungan Karakteristik Pekerja dengan Unsafe Action… 67

bongkar muat yang melakukan pekerjaan proses HASIL


bongkar muat di PT. Terminal Petikemas Surabaya. Gambaran umum Tempat penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di PT Terminal
Petikemas surabaya yang berada di jalan Jl. Tanjung Terminal Petikemas Internasional di Surabaya
Mutiara 1 Surabaya 60177 , Jawa Timur. Waktu pertama kali beroperasi dalam tahun 1992. Fasilitas
pengambilan data dilaksanakan pada bulan Juni ini kemudian diprivatisasi di bulan April 1999
2015 sampai dengan bulan Juli 2015. menjadi PT. Terminal Petikemas Surabaya, dan
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini tak lama kemudian pihak investor asing diundang
meliputi: data primer yaitu data yang diperoleh dari dan membeli saham perusahaan. Pada tanggal 1
pengamatan dan pengisian kuesioner di lapangan, Mei 2006, PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero)
meliputi Wawancara untuk mengetahui karakteristik dan Anak Perusahaannya memiliki 51% saham
pekerja, Observasi yang bertujuan untuk melihat dan DP World (dahulu P&O Ports Australia)
kondisi tidak aman yang dilakukan oleh pekerja. memiliki 49% saham. TPS dalam tahun-tahun
Data sekunder merupakan data yang diperoleh pengoperasiannya telah memiliki reputasi sebagai
dari pihak perusahaan khususnya bagian keselamatan sebuah Terminal Petikemas yang efisien dan efektif
kerja PT Terminal Petikemas Surabaya, seperti buku, terhadap biaya yang mampu melayani kebutuhan
dokumen perusahaan, dan peraturan atau kebijakan masyarakat pelayaran dan para importir dan eksportir
perusahaan, pencatatan dan pelaporan lain yang di Indonesia Bagian Timur.
mendukung penelitian ini. Fasilitas dermaga sepanjang 1,450 meter
Prosedur dari penelitian ini meliputi, memilih dan Lapangan Penumpukan Petikemas seluas 40
sampel berdasarkan kriteria inklusi yang telah hektar berkapasitas untuk menangani lebih dari
ditetapkan. Dari Seluruh sampel yang telah dipilih, dua juta terus per tahun. Dalam tahun 2004,
dilakukan wawancara mengenai karakteristik pekerja untuk pertama kalinya TPS mampu menangani
dan dilakukan observasi mengenai unsafe action lebih dari satu juta terus dalam tahun kalender.
pada saat proses bongkar muat, setelah data sudah Setiap fungsi operasional dan bisnis difasilitasi
terkumpul, dilakukan analisis data. dengan komputer. Sistem Operasional Terminal,
Teknik analisis data dalam penelitian ini yaitu TOPS, dipasok oleh Realtime Business
dilakukan dengan menggunakan tabulasi silang. Solutions dari Sydney, Australia. TPS, lewat e-
Setelah itu untuk melihat hubungan antar variable TPS memberikan layanan kepada para kliennya,
digunakan uji korelasi Spearman ,hal ini dikarenakan yaitu berupa sistem pengontrolan dan perencanaan
skala data semua adalah ordinal. Cara pengolahan penanganan petikemas. TPS memperoleh sertifikat-
data menggunakan aplikasi SPSS. sertifikat antara lain: ISO 9001 (Standar Mutu),
Mengetahui tingkat hubungan antar variable akan ISO 14001 (Standar Lingkungan), OHSAS 18000
dihitung dengan koefisien korelasi yang dilambangkan (Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja), yang
(r). Ketentuan nilai r mempunyai rentang nilai -1 menunjukkan komitmen Perusahaan terhadap
sampai dengan 1, di mana nilai r = -1 adalah korelasi efisiensi dan produktivitas, menciptakan tempat
negative sempurna atau korelasi terbalik, nilai r = 0 kerja yang aman bagi seluruh pegawai dan tamu
adalah tidak ada korelasi dan nilai r = 1 adalah korelasi ke Terminal, serta meminimalkan dampak-dampak
sempurna (sangat kuat). Interpretasi nilai r ditampilkan dari pengoperasian Terminal yang mungkin terjadi
dalam Table 1 berikut ini: terhadap lingkungan sekitarnya.
Di bulan Mei 2008, TPS telah menjadi satu-
Tabel 1. Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r satunya Terminal Petikemas di Indonesia dan di
Interval Koefisien Tingkat Hubungan dunia, yang telah memperoleh sertifikast C-TPAT
0,00 – 0,199 Sangat Rendah (Bea Cukai – Partner Dagang terhadap Terorisme).
0,20 – 0,399 Rendah Alhasil, petikemas yang diekspor ke Amerika Serikat
0,40 – 0,599 Cukup Kuat tidak perlu lagi menjalani pemeriksaan Bea Cukai.
0,60 – 0,799 Kuat Produktivitas terminal dipantau secara terus-
0,80 – 1,000 Sangat Kuat menerus. Dalam lima tahun terakhir ini, tingkat
Sumber: Riduwan, 2013 penanganan kapal petikemas telah meningkat dua
kali lipat, dan waktu balik truk (TRT) telah menurun
Setelah data di analisis, langkah selanjutnya sampai 50%.
adalah melakukan penarikan kesimpulan.
68 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 4, No. 1 Jan-Jun 2015: 64–73

Komponen-komponen yang sekaligus Tabel 2. Distribusi Tenaga Kerja Shift di PT.


merupakan fasilitas sebuah terminal petikemas Terminal Petikemas Surabaya
dalam menunjang kelancaran penanganan petikemas Pekerjaan (n) (%)
termasuk bongkar muat di dalam suatu terminal Security   119   10.17
petikemas yaitu Sarana, untuk melaksanakan Safety Supervisor    8   0.68
kegiatan bongkar muat petikemas, maka Terminal HT Operators   304   25.98
Petikemas harus dilengkapi dengan berbagai QC Maintenance   83   7.09
fasilitas (Salim, 1994) seperti Berth (Dermaga), RTG Maintenance   58   4.95
tempat bersandarnya kapal dan biasanya mempunyai RS/SL Maintenance   16   1.36
HT Maintenance   68   5.81
panjang dan kedalaman tertentu disesuaikan dengan
RS/SL Operator   21   1.79
jenis kapal yang berlabuh. Marshaling yard, tempat
Drivers - Shuttle Bus & Operation Cars   17   1.45
untuk menyusun barang yang siap bongkar dan Stevedore (Lashers)   248   21.19
muat dari kapal. Lapangan ini terletak di dekat Tallyman   102   8.71
apron. Container yard, lapangan yang digunakan Assistant to Yard Supervisor   21   1.79
untuk menangani/ menyimpan petikemas yang Cargo Control    4   0.34
mengendap. Container freight service (CFS), Stock Opname   47   4.01
tempat yang ditunjuk pengirim barang untuk Gate Operator   47   4.01
menyusun dan membongkar barangnya dari Gear Store    4   0.34
petikemas. Maintenance and repair shop, tempat IT Help Desk    9   0.76
untuk memperbaiki dan perawatan petikemas, RTG Operator   35   2.99
Control tower, tempat untuk mengawasi kegiatan di CC Operator   18   1.53
Marshaling Yard dan Container Yard, Ship planning Total 1170 100%
centre, pusat perencanaan muatan dan pembongkaran
container dari dan ke dalam kapal. Weighting bridge,
jembatan timbang untuk menghitung berat petikemas kebijakan kesehatan, keselamatan dan lingkungan
yang akan dimuat dan dibongkar dari kapal. sebagai upaya pemenuhan peraturan perundangan
Prasarana, untuk menunjang kegiatan bongkar yang berlaku dan perlindungan terhadap tenaga
muat petikemas, maka terminal petikemas harus kerja, masyarakat dan lingkungan. Sebagai upaya
dilengkapi dengan alat-alat bongkar muat (Subandi, pemenuhan terhadap kebijakan manajemen, HSSE
1993) :Straddle carrier, biasa disebut Straddle Department memiliki tahapan sebagai berikut:
Truck yaitu alat bongkar muat mekanis di dermaga Melakukan identifikasi bahaya dan pengukuran
untuk menangani petikemas. Alat ini digunakan risiko di setiap area kerja TPS.
mengangkat muatan yang berukuran panjang (long Sebelum melaksanakan pekerjaan, para
length) seperti kayu-kayu. Forklift, terdapat 2 jenis kontraktor wajib memenuhi ketentuan LK4
yaitu Forklift besar digunakan untuk mengangkat (Lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja).
petikemas dari lambung kapal ke chassis/trailer, Dan Menetapkan standar masuk kepada seluruh
forklift kecil digunakan untuk menyusun muatan/ orang yang memasuki daerah lini I TPS yaitu safety
membongkar petikemas (stuffing/stripping), shoes, safety helmet, dan safety vest.
dan Shore crane, biasa disebut Quayside Crane, Untuk penanganan pencemaran lingkungan,
Portainer, Transtainer atau juga Shore Gantry TPS memiliki mesin OWS (Oil Water Separator),
Spreader. Alat untuk memuat barang dari dermaga mesin pembakaran (incinerator), tempat
ke kapal dan sebaliknya. Alat ini dapat berjalan di penanganan tumpahan bahan kimia, tempat
sepanjang dermaga karena berdiri di atas kaki yang penimbunan sampah bahan beracun dan berbahaya
beroda, di atas rel atau dengan ban. (B3). TPS juga melakukan pengukuran kualitas
udara ambient, kualitas emisi gas buang tidak
Distribusi tenaga kerja bergerak dari incinerator, kualitas emisi gas
buang bergerak (Head Truck, Forklift, RTG, CC,
Pada Tabel 2 distribusi tenaga kerja dibagi dan kendaraan operasional), temperatur, kebisingan,
menjadi 2 area lokasi kerja yaitu dermaga dan air limbah hasil olahan OWS dan air laut. Sebagai
lapangan. Jumlah pekerja yang bekerja di TPS penunjang kesehatan, TPS mempunyai klinik 24
tidak seluruhnya pekerja TPS akan tetapi TPS jam yang berada di area dermaga dan di kantor
bekerja sama dengan mitra kerja. TPS mempunyai gedung baru. Klinik ini didirikan sebagai antisipasi
Aditya, Hubungan Karakteristik Pekerja dengan Unsafe Action… 69

dan penanganan terjadinya kecelakaan kerja dan Berdasarkan Tabel 3 pada kolom umur Kriteria
pemeriksaan kesehatan berkala terhadap seluruh usia pada tenaga kerja dikategorikan menjadi 3 yaitu
tenaga kerja TPS. remaja, dewasa dan lansia. Remaja dikategorikan
Terdapat 3 faktor yang dapat menjadi mulai usia 17 sampai dengan 25 tahun. Usia dewasa
penyebab terjadinya kecelakaan kerja di area dimulai pada usia 26 sampai 45 tahun dan usia
dermaga dan lapangan, di mana 3 faktor tersebut lansia di atas 45 tahun. Berikut adalah frekuensi usia
dapat menyebabkan tingkat keparahan kecelakaan responden Tenaga Kerja Bongkar Muat PT. TPS
kerja yaitu faktor manusia, kecerobohan dalam Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa
menjalankan kapal, kekurangmampuan awak kapal responden yang memiliki usia remaja rentang 17
dalam menguasai berbagai permasalahan yang sampai 25 tahun adalah sebanyak 5 responden
mungkin timbul dalam operasional kapal dan secara dengan persentase (8,3%). Usia 26 sampai 45
sadar memuat kapal secara berlebihan. Faktor teknis tahun atau kategori usia dewasa sebanyak (38,3%)
biasanya terkait dengan kekurangcermatan desain dari total 23 responden atau sebanyak 11 orang,
kapal, penelantaran perawatan kapal sehingga sedangkan 32 responden lainnya dengan persentase
mengakibatkan kerusakan kapal atau bagian- (53%), merupakan kategori usia lansia rentang di
bagian kapal yang menyebabkan kapal mengalami atas 45 tahun.
kecelakaan, terbakarnya kapal seperti yang dialami Pada kolom Masa kerja tenaga kerja
Kapal Tampomas diperairan Masalembo, Kapal dikategorikan menjadi 4 yaitu masa kerja 1 sampai
Livina. Yang terakhir adalah faktor alam, Faktur 6 tahun, masa kerja 7 sampai 13 tahun, masa kerja
cuaca buruk merupakan permasalahan yang 14 sampai 20 tahun., dan 21 sampai 28 tahun
seringkali dianggap sebagai penyebab utama dalam Berikut adalah frekuensi masa kerja responden yang
kecelakaan laut. Permasalahan yang biasanya didapatkan dari hasil kuesioner.
dialami adalah badai, gelombang yang tinggi yang Berdasarkan Tabel di atas Sebesar 14 tenaga
dipengaruhi oleh musim/badai, arus yang besar, kerja dari total responden memiliki masa kerja 1–6
kabut yang mengakibatkan jarak pandang yang Tahun dengan total persentase (23,3%). Frekuensi
terbatas. masa kerja 7 sampai 13 tahun didapatkan sebanyak
18 responden atau (30,5%) pada masa kerja 14–
Distribusi karakteristik pekerja dan unsafe 20 tahun terdapat 16 responden atau (27,1%) dan
action (18,6%) atau sebanyak 11 tenaga kerja dengan masa
kerja 21–28 Tahun.
Tabel 3. Distribusi Karakteristik Pekerja dan Unsafe Pada kolom pendidikan terakhir di tabel 4,
Action Kriteria pendidikan terakhir pada tenaga kerja
Variabel Kategori N % dikategorikan menjadi 4 yaitu SD, SMP, SMA,
Umur Remaja  5   8.3 Diploma/Sarjana.. Berikut adalah frekuensi tingkat
Dewasa 23 38,3 pendidikan responden Tenaga Kerja Bongkar Muat
Lansia 32 53 PT. TPS.
Masa Kerja 1-6 Tahun 14 23,3 Berdasarkan Tabel di atas Distribusi tingkat
7-13 Tahun 18 30,3
pendidikan terakhir pada tenaga kerja bongkar
14-20 Tahun 16 27,1
21-28 Tahun 11 18,6
muat adalah 2 pekerja atau (3,3%) dengan tingkat
Pendidikan SD  2   3,3 pendidikan SD, 7 responden dengan tingkat
Terakhir SMP  7 11,7 pendidikan terakhir SMP , 46 atau sebesar (76,6%)
SMA 46 76,7 dengan Tingkat pendidikan SMA dan (8,3%) dengan
Diploma/Sarjana  5   8,3 tingkat pendidikan Diploma/Sarjana.
Pengetahuan Kurang  8 13,3 Pada tabel 3 di kolom Pengetahuan yang
Cukup 20 33,3 dimaksud adalah pengetahuan tentang K3, dalam
Baik 32 53,3 penelitian ini pengetahuan dikategorikan menjadi
Unsafe Action Rendah 18 30 3 yaitu Kurang, Cukup dan Baik. Berikut adalah
Cukup 27 45 frekuensi masa kerja responden yang didapatkan
Sedang 15 20
dari hasil kuesioner.
Tinggi  0  0
Berdasarkan tabel di atas Hasil kuesioner
responden dengan pengetahuan Kurang adalah
70 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 4, No. 1 Jan-Jun 2015: 64–73

sebanyak 8 responden dengan persentase (13,3%). kerja dikategorikan menjadi 4 yaitu masa kerja 1
Kategori cukup sebanyak (33,3%) dari total sampai 6 tahun, masa kerja 7 sampai 13 tahun, masa
responden atau sebanyak 20 orang, sedangkan kerja 14 sampai 20 tahun., dan 21 sampai 28 tahun.
32 responden lainnya dengan persentase (53%), Dalam penelitian yang melibatkan 60 responden
merupakan kategori baik. didapatkan bahwa Sebesar 14 tenaga kerja dari total
Sedangkan, pada kolom terakhir yaitu unsafe responden memiliki masa kerja 1–6 Tahun dengan
action dapat diketahui Dalam penelitian ini membagi total persentase (23,3%). Frekuensi masa kerja 7
Unsafe Action menjadi 4 kategori, yaitu Rendah jika sampai 13 tahun didapatkan sebanyak 18 responden
index Unsafe actionnya sebesar < 25%, cukup jika atau (30,5%) pada masa kerja 14–20 tahun terdapat
index unsafe Actionnya sebesar 26–50%, sedang jika 16 responden atau (27,1%) dan (18,6%) atau
index unsafe actionnya sebesar 51–75% dan tinggi sebanyak 11 tenaga kerja dengan masa kerja 21–28
jika index unsafe action sebesar > 76%. Berikut Tahun. Berdasarkan Hasil dari penelitian ini terdapat
distribusi Unsafe action 46 responden yang bekerja sebagai TKBM lebih dari
Berdasarkan Tabel distribusi Unsafe action 7 tahun. Banyak dari TKBM memiliki masa kerja
adalah 27 responden atau sebesar (45,0%) yang cukup lama, hal ini menunjukkan bahwa di PT.
Tenaga Kerja Bongkar Muat dinyatakan unsafe Terminal Petikemas Surabaya memiliki lingkungan
action berkategori Rendah ,dan tidak ada satu pun kerja yang nyaman.
responden memiliki unsafe action kategori tinggi.
Pendidikan Terakhir
PEMBAHASAN Pendidikan Terakhir dapat diartikan tingkatan
pendidikan terakhir responden yang ditamatkan
Umur sebelum penelitian dilakukan. Tingkat pendidikan
Umur adalah rentang usia responden sejak lahir dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi SD,
hingga penelitian dilakukan. Dalam penelitian ini SMP, SMA, Diploma/Sarjana. Jumlah responden
umur responden dikelompokkan menjadi 3 kelompok adalah 60 responden, Distribusi tingkat pendidikan
umur, yaitu remaja dengan kategori umur 17 sampai terakhir pada Tenaga Kerja Bongkar Muat adalah 2
dengan 25 tahun, usia dewasa dengan kategori pekerja atau (3,3%) dengan tingkat pendidikan SD,
umur 26 sampai 45 tahun dan usia lansia di atas 45 7 (11,7%) responden dengan tingkat pendidikan
tahun. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah terakhir SMP, 46 atau sebesar (76,6%) dengan
60 Tenaga Kerja Bongkar Muat di PT. Terminal Tingkat pendidikan SMA dan 8,3% dengan tingkat
Petikemas Surabaya. Sebanyak 5 responden (8,3%) pendidikan Diploma/Sarjana. Tenaga Kerja Bongkar
termasuk dalam kategori umur remaja, sebanyak 23 Muat merupakan pekerjaan yang lebih membutuhkan
responden (38,3%) masuk dalam kategori dewasa, keterampilan, fisik dan skill dibandingkan dengan
dan sisanya sebanyak 32 responden (53%) berada kemampuan pendidikan formal.
di kelompok umur Lansia. Tenaga Kerja Bongkar
Muat PT. Terminal Peti Kemas Surabaya, banyak Pengetahuan
berada di kategori umur Dewasa dan Lansia karena Pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan
perusahaan memberikan upah kerja yang sangat tentang Keselamatan kesehatan kerja dalam proses
layak untuk Tenaga Kerja Bongkar Muat, selain itu bongkar muat, dalam penelitian ini, pengetahuan
perusahaan juga memberikan bonus pada Tenaga dikategorikan menjadi 3 yaitu Kurang, Cukup
Kerja Bongkar Muat untuk pencapaian kerjanya. dan Baik. Berdasarkan hasil penelitian melalui
Kebijakan perusahaan tersebut menumbuhkan kuesioner, responden dengan pengetahuan Kurang
loyalitas para Pekerja terhadap perusahaan, karena adalah sebanyak 8 responden dengan persentase
dengan layaknya upah kerja yang diberikan, banyak (13,3%). Kategori cukup sebanyak (33,3%) dari
dari para pekerja memilih untuk tetap bekerja total responden atau sebanyak 20 orang, sedangkan
menjadi Tenaga Kerja Bongkar Muat di PT. TPS. 32 responden lainnya dengan persentase (53%),
merupakan kategori baik. Hanya ada 8 Responden
Masa Kerja yang memiliki pengetahuan kurang, atau sebanyak
Masa kerja adalah lamanya responden bekerja 52 dari 60 responden memiliki pengetahuan
yang dihitung dari awal masuk kerja sampai Cukup dan Baik, hal ini menunjukkan bahwa para
penelitian ini dilakukan, pada penelitian ini masa pekerja sudah mengenal dan memiliki pengetahuan
Aditya, Hubungan Karakteristik Pekerja dengan Unsafe Action… 71

khususnya tentang K3 pada proses bongkar muat lebih banyak dilakukan oleh pekerja usia tua yaitu
dengan baik. Selain dari kualitas SDM yang sudah sebesar 11 (18,3%) tindakan tidak aman, hal ini
baik, hal ini tidak terlepas dari peran perusahaan menunjukkan bahwa keterampilan fisik dan kinerja
khususnya dalam kebijakan K3 yang diterapkan yang semakin menurun dengan bertambahnya umur.
untuk memberikan kepedulian terhadap keselamatan Selain itu, pada pekerja tua telah terjadi penurunan
kerjanya. keadaan fisik, intelektual, ingatan jangka pendek,
dan kecepatan pengambilan keputusan sehingga
Unsafe Action pekerja tua akan cenderung melakukan pekerjaan
Unsafe action adalah tindakan tidak aman yang yang monoton yang dapat mengakibatkan semakin
dilakukan pada saat bekerja yang dapat memicu kecilnya potensi orang tersebut untuk melakukan
terjadinya kecelakaan kerja, dalam penelitian ini perbuatan berbahaya kategori tinggi, sebaliknya
peneliti membagi tingkat unsafe action menjadi mereka akan lebih sering melakukan tindakan-
4 kategori, yaitu sangat rendah jika index Unsafe tindakan hampir berbahaya atau unsafe action
actionnya sebesar < 25%, Rendah jika index unsafe kategori sedang (Muchlas, 2008). Berdasarkan
Actionnya sebesar 26–50%, sedang jika index unsafe perhitungan statistik nilai koefisien korelasi antara
actionnya sebesar 51–75% dan tinggi jika index umur dan unsafe action adalah 0,090 artinya umur
unsafe action sebesar > 76%. Responden dalam dan unsafe action memiliki kuat hubungan sangat
penelitian ini sebanyak 60 responden, 27 responden lemah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
atau sebesar 45,0% Tenaga Kerja Bongkar Muat dilakukan oleh Listyandini (2013) bahwa tidak
dinyatakan unsafe action berkategori cukup ,dan ada hubungan yang bermakna antara perilaku tidak
tidak ada satu pun responden memiliki unsafe action aman dengan usia.
kategori tinggi. Berdasarkan hasil penelitian ini Hasil penelitian berbeda dengan teori yang
dapat dikatakan bahwa Tenaga Kerja bongkar muat menyatakan bahwa pekerja dengan usia lebih
sudah melakukan pekerjaan proses bongkar muat muda secara psikologi akan cenderung lebih cepat,
dengan baik, karena tidak ada satu pun dari Tenaga agresif, tergesa-gesa dan terburu-buru dalam
Kerja Bongkar muat memiliki unsafe action kategori bekerja sehingga cenderung melakukan unsafe
Tinggi, hal ini disebabkan baiknya kebijakan K3 action yang berpotensi mengurangi kinerja bahkan
yang diterapkan pada perusahaan dan pengawasan mengakibatkan kecelakaan kerja. Hal tersebut
dari supervisior TKBM maupun Supervisor Bongkar dapat terjadi karena Usia dapat mempengaruhi
muat/lapangan yang baik unsafe action, namun perlu ditekankan bahwa usia
termasuk karakteristik yang dimiliki seseorang
Hubungan Karakteristik Pekerja dan Unsafe yang dapat mempengaruhi unsafe action meskipun
Action masih ada beberapa faktor lain yang mendominasi
timbulnya unsafe action tersebut.
Tabel 4. Kuat Hubungan Karakteristik Pekerja
terhadap Unsafe Actions Hubungan Masa Kerja dengan Unsafe Action
Koefisien Kuat Suma’mur (2009) menyatakan bahwa
Variabel
Korelasi Hubungan pengalaman seseorang untuk mengenal bahaya di
Umur 0,090 Sangat lemah tempat kerja akan semakin membaik seiring dengan
Masa Kerja 0,327 Rendah bertambahnya usia dan masa kerja, sehingga pada
Pendidikan Terakhir 0,324 Rendah pekerja lama akan lebih mengenal titik-titik bahaya
Pengetahuan 0,417 Cukup kuat pada tempat kerja mereka yang pada akhirnya dapat
meminimalkan terjadinya kesalahan (error) yang
Hubungan Umur dengan Unsafe Action
dapat mengakibatkan kecelakaan. Berdasarkan
Terdapat alasan mengapa usia dihubungkan sebuah penelitian oleh Sholehudin (2013) yang
dengan kinerja seseorang, yaitu ,Kinerja yang menyatakan bahwa semakin bertambahnya masa
semakin menurun dengan meningkatnya usia hal kerja maka akan semakin rendah persentase pekerja
ini dikarenakan keterampilan-keterampilan fisik tersebut untuk melakukan unsafe action.
seperti kecepatan, kelenturan, kekuatan, dan Berdasarkan perhitungan statistik nilai
koordinasi akan menurun dengan bertambahnya koefisien korelasi antara masa kerja dan unsafe
umur (Suma’mur, 2009). Hasil dalam penelitian ini, action adalah 0,327 artinya masa kerja dan unsafe
didapatkan bahwa unsafe action pada pekerja justru action memiliki kuat hubungan rendah, Hasil ini
72 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 4, No. 1 Jan-Jun 2015: 64–73

didukung dengan adanya penelitian lain serupa adalah jenis pekerjaan yang lebih membutuhkan
yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang keterampilan, fisik dan skill dibandingkan dengan
bermakna antara perilaku tidak aman dengan masa kemampuan pendidikan formal. Sehingga faktor
kerja (Listyandini, 2013). pendidikan belum tentu menentukan tindakan tidak
Sebuah penelitian oleh Sholehudin (2013) yang aman yang dilakukan oleh pekerja.
menyatakan bahwa semakin bertambahnya masa
kerja maka akan semakin rendah persentase pekerja Hubungan Pengetahuan dengan Unsafe Action
tersebut untuk melakukan unsafe action, namun Pengetahuan yang dimiliki seseorang
hasil dalam penelitian ini menunjukkan hubungan merupakan faktor yang sangat berperan dalam
yang rendah antara masa kerja dan unsafe action. menginterpretasikan stimulus yang kita peroleh.
Hal tersebut dapat terjadi karena pada kenyataannya Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau
kondisi di lapangan yang berbeda, para Tenaga hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera
kerja bongkar muat yang merasa bahwa pekerjaan yang dimilikinya melalui mata, hidung, telinga, dan
bongkar muat memiliki risiko kerja yang tinggi sebagainya. Pekerja mampu mengidentifikasi adanya
cenderung memilih keluar dari perusahaan untuk bahaya melalui penginderaan tersebut. Oleh karena
berhenti atau mencari pekerjaan yang lebih aman, itu, pekerja dengan pengetahuan yang baik dapat
mengingat profesi sebagai TKBM tidak memiliki mencegah terjadinya kecelakaan kerja baik pada
jenjang karir, sehingga keluar masuk pekerja dirinya maupun orang lain (Notoatmodjo, 2007).
cukup tinggi. Demikian juga orang-orang yang Berdasarkan perhitungan statistik nilai
masih menetap di perusahaan sehingga memiliki koefisien korelasi antara pengetahuan dan unsafe
pengalaman kerja yang lebih lama, itu karena action adalah 0,417 artinya pengetahuan dan unsafe
mereka memang tidak memiliki alasan untuk keluar action memiliki kuat hubungan cukup kuat. Hal ini
dari perusahaan kecuali karena usia atau mengalami sejalan dengan penelitian, di mana hasil penelitian
kecelakaan kerja (Winarsunu, 2008). Sehingga menunjukkan bahwa responden yang memiliki
masa kerja atau pengalaman kerja yang lama bukan pengetahuan baik memiliki unsafe action dengan
merupakan faktor penentu bahwa pekerja tersebut kategori sangat rendah yaitu sebesar 20%.
dapat berperilaku aman selama bekerja.

Hubungan Pendidikan dengan Unsafe Action SIMPULAN


Peristiwa kecelakaan kerja memiliki berbagai Penelitian pada Tenaga Kerja Bongkar Muat di
penyebab, Salah satu penyebabnya adalah PT. Terminal Petikemas Surabaya dapat disimpulkan
perbuatan tidak aman, seperti perbuatan tidak aman bahwa Sebagian besar responden berada pada
yang disebabkan karena kurangnya pengetahuan ketegori umur dewasa dan lansia dan sebagian besar
dan keterampilan dan tindakan yang tidak aman. memiliki tingkat pendidikan terakhir SMA, selain itu
Pendidikan seseorang penting dan harus diperhatikan Sebagian besar responden memiliki masa kerja di
untuk meningkatkan kesadaran akan arti pentingnya atas 7 tahun dan memiliki pengetahuan yang baik.
kesehatan dan keselamatan kerja (Permana, 2014). Hasil observasi unsafe action menunjukkan
Berdasarkan perhitungan statistik nilai koefisien bahwa tidak ada satu pun pekerja yang memiliki
korelasi antara pendidikan terakhir dan unsafe action unsafe action dengan kategori tinggi, karena semua
adalah 0,324 artinya pendidikan terakhir dan unsafe Tenaga kerja rata-rata memiliki unsafe action pada
action memiliki kuat hubungan rendah. Hal ini kategori sangat rendah sampai sedang.
tidak sejalan dengan teori yang mengatakan bahwa Dari uji kuat hubungan antara karakteristik
pendidikan seseorang tenaga kerja mempengaruhi pekerja dengan unsafe action terdapat variabel yang
cara berpikirnya dalam menghadapi pekerjaanya, memiliki hubungan cukup kuat dengan unsafe action
termasuk cara pencegahan kecelakaan maupun kerja yaitu pengetahuan.
menghindari kecelakaan kerja saat melakukan Berdasarkan Penelitian yang sudah dilakukan,
pekerjaanya (Permana, 2014) .Hal tersebut terjadi maka saran yang dapat diberikan kepada pihak
karena kenyataan di lapangan di mana para Tenaga manajemen di bagian proses bongkar muat di PT.
Kerja Bongkar muat yang sebagian besar memiliki TPS dalam upaya menurunkan Unsafe action untuk
tingkat pendidikan terakhir yang beragam memiliki mengurangi potensi terjadinya kecelakaan kerja
keterampilan dalam proses bongkar muat yang Perusahaan bisa memberikan penyegaran melalui
berbeda pula, mengingat proses bongkar muat pelatihan maupun pengarahan yang terjadwal untuk
Aditya, Hubungan Karakteristik Pekerja dengan Unsafe Action… 73

meningkatkan pengetahuan K3 di tempat kerja, Permana, A. Surya. 2014. Hubungan personal factor
selain itu perusahaan juga disarankan memberikan dengan unsafe action proses pemasangan pipa
pelatihan mengenai posisi kerja yang benar sesuai baja oleh PT. Putra Negara Surabaya. Jurnal.
prinsip ergonomi karena dari hasil observasi Surabaya, ADLN Perpustakaan Universitas
sebagian besar Tenaga Kerja Bongkar Muat Airlangga.
melakukan unsafe action yang berhubungan pada Pratama, A.K. 2015. Hubungan antara karakteristik
posisi kerja yang salah. pekerja dan tipe kepribadian dengan unsafe
Selain pengendalian dengan upaya peningkatan action pada Tenaga Kerja Bongkar Muat di PT.
dari sisi Tenaga kerja, penekanan tindakan tidak Terminal Petikemas Surabaya . Skripsi, Surabaya,
aman dapat dilakukan dengan upaya peningkatan Universitas Airlangga
kualitas pengawasan dari Supervisor lapangan Ramli, Soehatman. 2010. Pedoman Praktis
pada saat bongkar muat dan lebih tegas kepada Manajemen Risiko dalam Prespektif K3. Jakarta:
Tenaga Kerja Bongkar Muat yang melakukan unsafe Dian Rakyat
action. Riduwan. 2013. Metode dan Teknik Menyusun Tesis.
Bandung: Alfabeta
Rosyid Daniel M. dan Gusriana H, Rima. 2011.
DAFTAR PUSTAKA
Studi Peran Keandalan Manusia dalam Tubrukan
Cheyne, Alister, Jose M. Tomas and Sue Cox. 2002. Kapal (Studi Kasus Pelabuhan Tanjung Perak
The Effects of Organizational and individual Surabaya.
factors on Occupational accidents. Journal of Santoso, Gempur. 2004. Ergonomi manusia,
Occupational and Organizational Psychology peralatan, dan lingkungan. Sidoarjo. Prestasi
.volume 75, issue 4, pages 473–488. pustaka publisher.
Gatiputri, Rona. 2011. Gambaran Tindakan Bahaya Septiana, Dwi. 2014. Hubungan karakteristik pekerja
dan Kondisi Bahaya terhadap Risiko Terjadinya dengan unsafe action di PT. Pupuk Kalimantan
Kecelakaan Kerja di Devisi Kapal Niaga PT. PAL Timur. Jurnal. Surabaya, ADLN Perpustakaan
Indonesia Surabaya. Jurnal. Surabaya, ADLN Universitas Airlangga.
Perpustakaan Universitas Airlangga. Silalahi Bennet N.B dan Rumondang B. Silalahi.
ILO. 2013. Health and Safety in Work Place for 1995. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Productivity. Geneva: International Labour Kerja, PT. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta
Office. Sholehudin, Moch. 2013. Hubungan Personal
Listiyandini, Rahma. 2013. Analisis Faktor yang factor dengan unsafe action di unit X- PT. Baja
Berhubungan dengan Perilaku tidak Aman pada X, Jurnal. Surabaya, ADLN Perpustakaan
Pekerja Kontraktor di PT. X . Jurnal. Surabaya, Universitas Airlangga.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga. Suma’mur, P.K. 2009. Higiene Perusahaan dan
Muchlas. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Kesehatan Kerja. Jakarta: PT. Toko Gunung
Jakarta. Bumi Aksara. Agung. Cetakan XII
Notoatmodjo, S. 2007. Pengantar Pendidikan dan Sugian, Syahu O. 2006. Kamus Manajemen (Mutu),
Ilmu Perilaku Kesehatan. Yogyakarta: Andi Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
Offset. Winarsunu Tulus. 2008. Psikologi Keselamatan Kerja,
Malang. Penerbit Universitas Muhammadiyah
Malang.

S-ar putea să vă placă și