Sunteți pe pagina 1din 15

PENEGAKAN HUKUM DI WILAYAH OVERLAPPING AREA ANTARA INDONESIA

DAN VIETNAM DI LAUT NATUNA UTARA

Oleh :
Nurida Yulitawati*) Unggul Firmansyah W.**)
*) Taruna Akademi Angkatan Laut Angkatan 65 Korps Pelaut
**) Dosen Prodi Manajemen Pertahanan Matra Laut AAL

ABSTRACT

The paper focuses on the way recent The Exclusive Economic Zone is an area of sovereign
rights outside the territorial area where due to natural factors and geographical conditions
there are often slices of territory between neighboring countries. One of them is in North
Natuna. Need to resolve steps through a scientific mindset based on visional as a guideline
in determining all policies taken, one of which is the TNI as the organizer of national defense,
of course, can not be separated from the Archipelago Insights that teaches the attitude of
struggle, patriotism, nationalism by prioritizing national interests, especially in maintaining
sovereignty and rights sovereign rights at EEZ. The purpose of the Archipelago Vision, of
course, is to be able to achieve National Resilience which is guided by the condition of the
nation covering all aspects of life that are integrated as a national force in dealing with all
threats that come in order to guarantee the survival of the nation and state, especially in this
research related to the realization of sovereign rights on ZEE. This research uses
descriptive analysis method through field study and literature analysis in the field of law.
The approach was carried out using a case approach based on facts that occurred in the
North Natuna Sea that was collected by the author while serving as Commander of the Kal
Sengiap II.4-55 concurrently Acting. Pasops in Lanal Ranai, faced with existing regulations.

Keywords : The Exclusive Economic Zone, sovereign rights, overlapping area.

I. PENDAHULUAN berdaulat khususnya di Laut Natuna Utara.


1.1. Latar Belakang. UNCLOS 1982 Guna mengatasi permasalahan di ZEE
mengatur rezim tata laut dengan masing- tersebut, TNI AL yang memiliki peran
masing hak dan kewajiban negara pantai. penegakan hukum di laut bertugas untuk
Salah satunya yakni Zona Ekonomi Ekslusif mengamankan seluruh wilayah NKRI yang
(ZEE) dimana setiap negara pantai berhak luasnya 5,8 juta km2 dengan 17.499 pulau
melaksanakan kegiatan untuk keperluan ini.1 Salah satu peran TNI AL yang penting
eksplorasi dan eksploitasi, konservasi, dan adalah melawan aksi Illegal,
pengelolaan sumber daya alam. Namun di Unreported,and Unregulated (IUU) Fishing.
dalam kenyataannya, walaupun telah diatur Namun, ibarat tiada bosan, para pelaku
melalui sebuah sumber hukum internasional kejahatan terus melakukan aksinya. Saat ini
yang sah, Indonesia masih mengalami IUU Fishing yang dilakukan nelayan asing
permasalahan dalam mewujudkan hak-hak semakin kontroversial dan provokatif.2

1 2
Unggul Firmansyah Wuryantoro, Peran dan Unggul Firmansyah Wuryantoro, S.H.,
Fungsi TNI AL sebagai Penyidik Tindak Pidana Penegakan Hukum di Wilayah Laut Dua Negara
di Laut, Skripsi Tidak Diterbitkan, Sekolah Tinggi yang Saling Over- lapping Tanpa Adanya
Ilmu Hukum Sunan Giri Malang, Malang, 2013, Perjanjian Internasional, Kasus: ZEE Antara
Hal. 3 Indonesia dan Vietnam di Laut Natuna Utara,
Kajian yang mendalam dilaksanakan untuk yaitu Peran Penegakan Hukum
dapat menentukan langkah- langkah nyata (Constabulary Role) dilaksanakan dalam
dalam mengoptimalkan penegakan hukum rangka menegakkan hukum di laut,
di Laut Natuna Utara. Keberhasilannya melindungi sumber daya dan kekayaan
diharapkan dapat mendukung peran TNI AL laut nasional, memelihara ketertiban di
dalam rangka mewujudkan marwah, hak laut, serta mendukung pembangunan
berdaulat, dan kepentingan nasional bangsa dalam memberikan kontribusi
Indonesia di ZEE. terhadap stabilitas dan pembangunan
1.2. Maksud Dan Tujuan. nasional khususnya yang berkaitan
Penelitian ini dimaksudkan untuk dengan hak-hak berdaulat di ZEE.3
memberikan gambaran optimalisasi 2.2. Teori Satjipto Rahardjo. Peran
penegakan hukum di Laut Natuna Utara penegakan hukum di laut yang dilaksana-
guna mendukung peran TNI AL dalam kan TNI AL tidak terpisahkan dari
rangka mewujudkan hak berdaulat di ZEEI. pengertiannya yaitu adalah suatu proses
Sedangkan tujuan dari penulisan ini adalah untuk mewujudkan keinginan - keinginan
sebagai bahan pertimbangan dan masukan hukum (yaitu pikiran-pikiran badan
bagi pemimpin TNI AL dalam mengambil pembuat un- dang - undang yang
kebijakan. Batasan penulisan ini pada ruang dirumuskan dalam peraturan - peraturan
lingkup pembahasan optimalisasi hukum) menjadi kenyataan.4
penegakan hukum di Laut Natuna Utara 2.3. Teori Soekanto. Dalam
meliputi hal-hal yang terkait dalam kegiatan mengoptimalkan penegakan hukum di
penindakan oleh KRI serta penanganan Laut Natu- na Utara tentu saja tidak bisa
pelaku tindak pidana guna mendukung melupakan pokok penegakan hukum
peran penegakan hukum TNI AL dalam terletak kepada faktor-faktor yang
rangka mewujudkan hak berdaulat di ZEE mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut
Indonesia. adalah pertama, faktor hukumnya, kedua
II. LANDASAN PEMIKIRAN. faktor penegak hukum, ketiga, faktor
2.1. Teori Ken Both. Ajaran Ken sarana atau fasilitas, keempat faktor
yang menegaskan bahwa Angkatan Laut masyarakat dan kelima faktor
di seluruh dunia memiliki peran yang kebudayaan.5
berlaku secara universal. Salah satunya III. KONDISI PENEGAKAN HUKUM DI

Tesis Tidak Diterbitkan, Universitas Hang Tuah Hukum, Sinar Baru, Bandung, 1983, Hal. 24.
5
Surabaya, Surabaya, 2018, Hal. 17-20. Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang
3
Ken Booth, “Navies and Foreign Policy”, Mempengaruhi Penegakan Hukum, Cetakan
Holmes and Meier Publishers Inc., New York, Kelima, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004,
1979, Hal. 15-25. Hal. 42.
4
Satjipto Rahardjo, Masalah Penegakan
LAUT NATUNA UTARA SAAT INI. gangguan fisik yaitu menabrakkan badan
3.1. Perairan ZEE di kawasan Laut kapalnya ke KRI Tjiptadi.7 Lokasi kejadian
Natuna Utara, Kabupaten Natuna, Provinsi itu ada di wilayah ZEE Indonesia, sehingga
Kepulauan Riau, hingga saat ini masih tindakan oleh KRI Tjiptadi sudah benar dan
menjadi salah satu lokasi favorit IUU sesuai prosedur. Insiden tersebut berakibat
Fishing di Indonesia. Lokasi tersebut tenggelamnya kapal barang bukti (KIA
disukai, karena posisinya yang sangat Vietnam BD 979) dan 2 (dua ABK) kabur
strategis dan berhadapan langsung dengan dengan melompatkan diri ke laut dan
Laut Cina Selatan yang berbatasan dengan ditolong oleh Kapal pengawas perikanan
sejumlah negara. Dengan fakta tersebut, Vietnam. Aksi yang dilakukan oleh KRI
tidak heran jika Indonesia sering kali Tjiptadi saat itu yaitu tetap menahan diri dan
menangkap kapal ikan asing (KIA) yang melanjutkan pelayaran ke Ranai dengan
sedang beroperasi di kawasan perairan membawa 12 (dua belas) ABK lainnya yang
tersebut.6 TNI AL menanggapi maraknya sudah diamankan terlebih dahulu. Proses
IUU Fishing sebagai salah satu bentuk penanganan pelaku pelanggaran hukum
pelanggaran terhadap hak berdaulat di dan tindak pidana di ZEE ini telah diatur
ZEEI dengan melaksanakan operasi yang secara khusus sesuai dengan aturan
diselenggarakan oleh Koarmada I. Dalam Internasional yang undang-undangkan di
operasi penegakan hukum oleh unsur- UNCLOS 1982.
unsur KRI tersebut saat ini masih 3.2. Persoalan Yang Ditemukan.
ditemukan perlawan oleh para pelaku Tindakan perlawanan ABK KIA
pelangggaran. Salah satunya saat KRI Vietnam yang melibatkan kapal
Tjipradi - 381 melaksanakan penegakan pengawasnya dalam bentuk provokasi
hukum di ZEE terhadap KIA berbendera pada aparat TNI AL merupakan imbas dari
Vietnam bernomor lambung BD 979 di Laut saling klaim di wilayah ZEE antara kedua
Natuna Utara. Ternyata kapal ikan ini negara. Keadaan tersebut tidak
dikawal kapal Pengawas Perikanan ditindaklanjuti dengan regulasi perjanjian
Vietnam. Kapal pengawas itu berusaha internasional yang menyebutkan dimana
menghalangi proses penegakan hukum kewenangan masing-masing negara
dengan cara memprovokasi hingga sehingga aparat kedua negara bertindak di

6
Ambari,M. Jakarta “Laut Natuna Masih sebagaimana dikutip Kepala Dinas
Disukai Kapal Asing Penangkap Ikan Ilegal. Penerangan Komando Armada I TNI AL
Kenapa?” diakses dari Letnan Kolonel (P) Agung Nugroho, di
https://www.mongabay.co.id pada tanggal Jakarta, diakses dari
18 Juni 2019. https://nasional.tempo.co pada tanggal 18
Juni 2019.
7
Panglima Komando Armada I TNI AL,
Laksamana Muda TNI Yudo Margono,
wilayah yang masih dalam proses peraturan yang jelas bisa membuat para
delimitasi berdasarkan kebijakan negara Komandan mengambil jalan aman dengan
masing-masing yang ingin menarik ZEE tetap menahan diri walaupun mereka tahu
nya sejauh- jauhnya hingga 200 Nm. perlawanan-perlawanan yang terjadi bisa
Sedangkan total panjang laut dari Vietnam berdampak pada hilangnya tersangka dan
ke Natuna hanya sejauh 335 Nm.8 barang bukti. Kemungkinan terburuk
Demikian halnya aksi KRI Tjiptadi bahkan berpotensi menimbulkan kerugian
dikarenakan belum ada regulasi tentang yang sangat besar jika menabrak bagian-
ketentuan ROE yang tegas mengatur bagian vital dari KRI dan tentu saja
secara khusus tindakan yang bisa menimbulkan korban jiwa. Jika kedua Sub
dilaksanakan bila ada perlawanan dari elemen tersebut didiamkan akan terus
Kapal Pemerintah negara lain. Padahal, menjadi pemicu meningkatnya
ROE ataupun prosedur yang jelas disusun pelanggaran di ZEE dan implikasinya bisa
untuk memberi perlindungan pada para semakin melemahkan marwah dan citra
anggota KRI. Implikasi terhadap penegakan hukum Negara Indonesia.
persoalan-persoalan yang ditemukan IV. PERKEMBANGAN LINGKUNGAN
harus dapat dirangkai secara jeli yaitu STRATEGIS
adanya saling klaim wilayah yang sama Secara konsepsional, maka inti
oleh kedua negara akan menimbulkan dan arti penegakan hukum terletak pada
adanya saling tangkap para nelayan yang kegiatan menyerasikan hubungan nilai-
diakui merupakan hak oleh masing- nilai yang terjabarkan di dalam kaidah-
masing negara. Dalam bahasa sederhana kaidah yang mantap mengejawantah sikap
yaitu tidak adanya kepastian hukum tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai
dengan implikasi terus adanya KIA tahap akhir untuk menciptakan,
Vietnam yang menangkap ikan di wilayah memelihara, dan mempertahankan
Natuna Utara dan ditangkap sesuai hukum kedamaian pergaulan hidup.9
Indonesia. Kegiatan penindakan tersebut Perkembangan lingkungan strategis yang
ditambah tidak adanya ketentuan tegas terjadi baik global, regional dan nasional
yang mengatur tentang prosedur yang yang mempengaruhi penegakan hukum
harus dilaksanakan jika ada tindakan Laut Natuna Utara semestinya dapat
provokasi sehingga akan menimbulkan diidentifikasi dengan baik apakah
keraguan tindak bagi para Prajurit KRI. memberikan dampak yang positif ataupun
Keraguan-keraguan atas tidak adanya negatif.

8
ARN, Batam, “Danlanal Ranai:Provokasi tanggal 24 Juni 2019.
di Laut Natuna Utara Perlu Diantisipasi”
9
diakses dari https://ba- tampos.co.id pada Soerjono Soekanto, 2004, Op. Cit. Hal. 45.
4.1. Kasus Monte Confurco. (FAO) pada tahun 1995 mengeluarkan
Kasus yang melibatkan sebuah CCRF yang berisikan pedoman tentang
kapal berbendera Sychelles pelaku IUU standar internasional yang berlaku untuk
Fishing di ZEE Perancis menimbulkan kegiatan perikanan yang bertanggung
suatu keresahan umum yang diakibatkan jawab. Selanjutnya ketentuan tersebut
oleh pelaksanaan Pasal 73 UNCLOS 1982 ditetapkan untuk berlaku secara global
yang memberikan kewenangan pada untuk kegiatan penangkapan ikan baik
negara pantai untuk menahan dan dalam yuridiksi nasional suatu negara
menjatuhkan hukuman kepada para maupun laut lepas. Ketentuan CCRF ini
pelaku pelanggaran dengan syarat apabila dibuat untuk melengkapi ketentuan-
suatu kapal perikanan asing ditahan, ketentuan UNCLOS yang dapat dijadikan
negara bendera harus segera pedoman dalam membuat peraturan
diberitahukan dan kapal serta nahkodanya perundang-perundangan tentang
juga harus segera dibebaskan dengan perikanan untuk pencegahan dan
pembayaran jaminan ganti rugi yang wajar. penanggulangan kegiatan IUU Fishing.
Putusan pengadilan Saint-Paul Prancis Dalam Pasal 6 ayat 3 disampaikan bahwa
yang banyak menuai krtitikan menunjukan negara harus mencegah IUU Fishing yang
adanya penafsiran reasonable bond or menyebabkan terjadinya kapasitas
other security sebagai dasar pertimbangan perikanan berlebih (excess fishing)
ada atau tidaknya unsur kewajaran dengan cara menerapkan kebijakan
pembebasan kapal dengan segera pengelolaan yang seimbang antara upaya
terhadap kapal yang ditahan sebagai celah penangkapan dan kapasitas produksi
sebuah penegakan hukum yang adil dan alamiah sumber daya ikan.11
beradab.10 4.3. Asertivitas Cina di Laut Cina
4.2. The 1995 FAO Code of Conduct Selatan. Klaim sepihak tentang Nine
for Responsible Fisiries (CCRF). Dari Dash line oleh Cina yang diikuti dengan
banyaknya celah hukum dalam peningkatan anggaran pertahanan militer
menghadapi IUU Fishing secara global, yang signifikan dengan peningkatan jenis
Organisasi Pangan dan Pertanian PBB dan jumlah peralatan militer menunjukkan

10
Fatiah Falhum Salim, “The Monte Confurco Report Of The Workshop On The Imple-
Case: Judgement of International Tribunal For mentation Of The 1995 Code Of Conduct For
The Law Of The Sea”, Jurnal Hukum Responsible Fisiries (CCRF) In The Pacific
Internasional, Volume 2 No. 03, 2005 Hal. 617- Island: A Call For Action, Naidi, Fiji, 23-30
619 Oktober 2003, FAO Fisiries Report 731, Food
11
Blaise Kuemlengan, “Legal Considerations and Agriculture Organization of The United
For The 1995 FAO Code Of Conduct For Nations, Rome, 2004, Hal. 63.
Responsible Fisiries (CCRF) and Related
International Plan Of Acion”, (Appendix H),
agresif Cina dalam isu Laut Cina Selatan. antara Indonesia dengan Vietnam telah
Selain itu, bukti yang nyata terlihat dalam dilaksanakan perundingan teknis
penolakan China terhadap keputusan sebanyak 9 kali. Perundingan teknis ke-9
Pengadilan Permanen Arbitrase (PCA), telah dilaksanakan di Ha Noi, Vietnam
yang memihak Filipina. Indonesia mungkin pada tanggal 28-29 November 2016.
tidak terlibat dan terpengaruh secara Hubungan baik Indonesia-Vietnam dapat
langsung dalam sengketa antara Filipina dimanfaatkan dengan baik untuk
dan China. Namun, tindakan Cina yang mempercepat perundingan.
disertai dengan upaya untuk menunjukkan 4.5. Terbentuknya Satgas 115. Satgas
pengendalian laut menggunakan latihan 115 berdiri diharapkan dapat
militer, penetapan zona FIR (Flight mengoptimalkan segala instrumen hukum
Identification Range) dan pembangunan dengan konsep multi rezim hukum
pangkalan di kepulauan Sprathly Island (multidoor) serta mengoptimalkan
dapat berpotensi pada meningkatnya koordinasi baik dalam negeri maupun luar
ketegangan di kawasan Laut Cina Selatan negeri, sehingga penegakan hukum
yang akan berimbas pada sensitifitas terhadap IUU Fishing menjadi efektif dan
dalam upaya-upaya penegakan hukum efisien. Maksud konsep multi rezim hukum
oleh negara-negara pantai di sekitar adalah menggunakan tidak hanya satu
khususnya di Laut Natuna Utara yang undang-undang untuk menjerat pelaku
berbatasan langsung dengan perairan kejahatan, namun juga undang-undang
tersebut.12 lain yang berkaitan dengan kegiatan
perikanan, dalam hal ditemukan fakta-
4.4. The Informal Intersessional fakta adanya kejahatan lain. Penegakan
Meeting Untuk Penetapan Batas hukum dengan konsep multi rezim hukum
Maritim Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) dan koordinasi dilaksanakan oleh Satgas
Antara Indonesia dan Vietnam. 115 sangat mendukung pelaksanakan
Perundingan Informal antarsesi ini operasi, Penyelidikan, Penyidikan,
diadakan untuk mempersiapkan Penuntutan, Upaya Hukum dan
Perundingan Teknis ke 10 antara pelaksanaan putusan pengadilan yang
pemerintah RI dan Vietnam. Dalam rangka telah berkekuatan hukum tetap.13
penyelesaian masalah Batas Maritim ZEE 4.6. Kebijakan tentang KIA Ilegal

12
Unggul Firmansyah Wuryantoro, S.H. 2018. Indonesia, Jurnal Vol 2 No 1 : Berbagai Aspek
Op. Cit. Hal. 18. Hukum dan Keadilan dalam Era
Pembangunan Berkelanjutan Universitas
13
Aldhanalia Pramesti Salsabila Negeri Semarang, 2018, diakses dari
,Pengoptimalan Satgas 115 dengan Model https://journal.unnes.ac.id tanggal tanggal 30
Koordinasi Satgas Pusat dan Daerah Sebagai Juni 2019.
Bentuk Pencegahan Illegal Transhipment di
Harus Dirampas Negara Untuk dasar hukum internasional. Perjanjian
Dimusnahkan. Presiden Joko Widodo internasional adalah perjanjian yang
menegaskan pemberantasan IUUF diadakan antar bangsa yang bertujuan
menjadi bagian integral dari upaya untuk menciptakan akibat-akibat hukum
mewujudkan Indonesia sebagai poros tertentu. Adapun alternatif bentuk
maritim dunia dan konsep pembangunan perjanjian internasional yang bisa
laut untuk masa depan bangsa. Untuk itu, digunakan oleh Indonesia dan Vietnam
Indonesia akan terus melakukan tindakan antara lain: Traktat (Treaty) yang
penenggelaman pelaku IUU Fishing mengatur hal-hal yang sangat penting
terhadap kapal ikan asing (KIA) dimana yang mengikat negara secara menyeluruh
pelelangan ikan telah dianggap yang umumnya bersifat multilateral,
merupakan kebijakan yang merugikan Konvensi (Convention) yang mengatur
Indonesia.14 hal-hal yang penting dan resmi yang
bersifat multilateral. Konvensi biasanya
bersifat “Law MakingTreaty” dengan
V. KONDISI PENEGAKAN HUKUM DI pengertian yang meletakkan kaidah-
LAUT NATUNA UTARA YANG kaidah hukum bagi masyarakat
DIHARAPKAN internasional, Persetujuan (Agreement)
Kondisi prosedur penegakan yang umumnya bersifat bilateral dengan
hukum di Laut Natuna Utara yang substansi lebih kecil lingkupnya dari
diharapkan tentu saja tidak akan terlepas dibandingkan dengan materi yang diatur
dari elemen penting dalam prosedur dalam Treaty atau Convention, Piagam
penegakan hukum yang baik. Elemen (Charter) yang dijadikan sebagai dasar
tersebut terletak pada regulasi dalam pembentukan suatu organisasi
penegakan hukum. Di muka telah internasional, Protokol (Protocol) yang
disinggung bahwa negara pantai memiliki merupakan instrumen tunggal yang
hak-hak berdaulat dalam memanfaatkan memberikan amandemen, turunan, atau
segala sumber daya yang ada di ZEE. pelengkap terhadap persetujuan
Selanjutnya sesuai dengan Pasal 3 (tiga) internasional sebelumnya., dan
bahwa apabila ZEE suatu negara tumpang Memorandum of Understanding yang
tindih dengan ZEE negara lain yang mengatur pelaksanaan teknik operasional
pantainya saling berhadapan atau suatu perjanjian induk. Sepanjang materi
berdampingan maka penetapan batas yang diatur bersifat teknik.15 Melihat dari
diselesaikan melalui persetujuan atas pengertian 6 (enam) bentuk alternatif

14
Lilly Aprilya Pregiwati, Loc. Cit. Hukum Internasional”, PT. Alumni, Bandung,
15
Kusumaatmadja, Mochtar. “Pengantar 2003, hlm. 84.
perjanjian di atas, yang paling mendukung combat with opposing forces. Formally,
diambil oleh Pemerintah Indonesia - rules of engagement refer to the orders
Vietnam adalah Persetujuan (Agree- issued by a competent military authority
ment) between the Government of the that delineate when, where, how, and
Socialist Republic of Vietnam and the against whom military force may be used,
Government of the Republic of and they have implications for what actions
Indonesia concerning the delimitation soldiers may take on their own authority
of the EEZ boundary dan dilengkapi and what directives may be issued by a
batas-batas yang jelas berikut petanya commanding officer. Rules of engagement
yang diharapkan menjadi dasar penegak are part of a general recognition that
hukum. procedures and standards are essential to
Selain dari perjanjian yang sudah the conduct and effectiveness of civilized
TNI AL sebagai unsur penindak di ZEE warfare. Rules of engagement must be
yang diatur dalam ketentuan nasional dan consistent while also accounting for a
internasional semestinya memiliki law variety of potential scenarios and the
force enforcement yang dipatuhi oleh para political and military aspects of a given
pengguna laut sebagaimana yang situation. They might describe appropriate
diajarkan dalam Teori Liddel Hart. action regarding unarmed mobs, the
Sehingga, TNI AL sebagai ujung tombak property of local civilians, the use of force
dalam menjaga keamanan nasional in self-defense, the returning of hostile fire,
didukung berbagai seni dan ilmu (aturan) the taking of prisoners, the level of hostility
penunjang. Seharusnya KRI mempunyai (that is, whether the country is at war), as
SOP yang dilindungi oleh ROE yang jelas well as a number of other issues, two
dalam melindungi diri (self deffense) baik commonly recognized rules of
KRI maupun kapal tangkapannya demi engagement are standing ROE (SROE),
menunjang tujuan politik khususnya di which refer to situations in which the is not
ZEE. actually at war and thus seeks to constrain
5.1. Regulasi Penekanan Rules of military action, and wartime ROE (WROE),
Engagement (ROE). which do not limit military responses to
Adapun pengertian ROE yang offensive actions.”
diharapkan yaitu mendekati menurut Aturan pelibatan sebuah kekuatan
pemahaman umum adalah: militer tentang batasan kapan, di mana,
“Rules of engagement (ROE), bagaimana, dan terhadap siapa kekuatan
military directives meant to describe the militer dapat digunakan, serta tindakan apa
circumstances under which ground, naval, saja yang menjadi wewenang prajurit atas
and air forces will enter into and continue mereka sendiri. Aturan pelibatan di mata
umum menjadi prosedur dan standar yang baik Indonesia maupun Vietnam akan
sangat penting untuk perilaku dan melaksanakan penegakan hukum di
efektivitas perang yang beradab. ROE wilayah masing-masing dan tidak akan
diharapkan dapat mengakomodasi menimbulkan tindakan saling profokatif.
kebijakan hukum, politik, dan militer dari Kepastian hukum yang tercipta pada
situasi tertentu sehingga tergambar akhirnya melindungi masing-masing
tindakan yang tepat jika berhadapan negara untuk melaksanakan hak-hak
dengan gerombolan yang tidak bersenjata, berdaulatnya. ROE yang ada akan menjadi
properti warga sipil setempat, penggunaan pedoman dan petunjuk para aparat
kekuatan untuk pertahanan diri, penyidik / penegak hukum di laut
kembalinya tembakan musuh, khususnya TNI AL (KRI) sehingga
pengambilan tahanan, tingkat permusuhan penegakan hukum di Laut Natuna Utara
serta sejumlah masalah lainnya. dalam rangka mewujudkan hak-hak
5.2. Regulasi Terkait Kegiatan berdaulat di ZEE dapat optimal.
Penegakan Hukum. VI. OPTIMALISASI PENEGAKAN
Tercapainya perjanjian HUKUM DI LAUT NATUNA UTARA GUNA
internasional tentang batas ZEE antara MENDUKUNG PERAN TNI AL DALAM
Indonesia-Vietnam akan mewujudkan RANGKA MEWUJUDKAN HAK
adanya kepastian hukum dalam BERDAULAT DI ZEE INDONESIA
penerapan UU Nasional di Laut Natuna Telah diketahui dalam pembahasan
Utara. Serta, dengan diperkuat pada Bab-bab sebelumnya, berkaitan
terwujudnya uatu pedoman dalam dengan ketentuan dalam ZEE, terdapat
ketentuan yang terlampir di ROE dapat ketentuan tentang hak berdaulat
digunakan untuk berjaga-jaga bilamana (souvereign right) sebagaimana yang
dalam ketentuan tegas yang sudah diatur terdapat dalam ketentuan Hukum Laut
kedua negara masih tetap berusaha yaitu United`Nations Convention On The
dilanggar. Kedua sub elemen tersebut Law Of The Sea 1982 (UNCLOS 1982)
pada akhirnya akan mengarahkan para yang menyatakan bahwa negara pantai
aparat penyidik / penegak hukum di laut memiliki hak berdaulat yaitu hak istimewa
khususnya TNI AL (KRI) menjadi lebih untuk mengeskplorasi, mengeksploitasi
tegas dalam mengambil keputusan dan konservasi sumber daya alam lautnya.
sehingga proses penegakan hukum di Laut Hal inipun telah di atur dalam ketentuan
Natuna Utara bisa optimal. ZEE Indonesia, sebagaimana yang
Dengan tercapainya perjanjian terdapat pada pasal 2 UU No. 5 tahun
internasional tentang batas ZEE antara 1983, yang menetapkan bahwa. “ZEE
Indonesia-Vietnam, kedua aparat negara Indonesia adalah jalur di luar dan
berbatasan dengan laut wilayah Indonesia dunia serta bagian dari amanah konstitusi
sebagaimana ditetapkan berdasarkan yang dituangkan melalui berbagai
undang-undang yang berlaku tentang Undang-undang dalam negeri.
perairan Indonesia yang meliputi dasar Tercapainya penegakan hukum diyakini
laut, tanah dibawahnya dan air diatasnya mampu mewujudkan hak berdaulat di ZEE
dengan batas terluar 200 (dua ratus) mil Indonesia. Dilakukannya pembahasan
laut diukur dari garis pangkal laut wilayah. secaramendalam prosedur penegakan
Selanjutnya pada pasal 4 hukum di Laut Natuna Utara ini
dinyatakan bahwa hak berdaulat diyatakan dipengaruhi berbagai perkembangan
dalam keperluan antara lain eksplorasi dan lingkungan strategis baik global, regional,
eksploitasi serta konservasi dan serta nasional. Kemudian dengan
pengelolaan sumber kekayaan alam baik didukung beberapa peluang yang ada
hayati maupun non-hayati. Berkaitan sehingga dapat mewujudkan kondisi yang
dengan hak berdaulat tersebut hendaknya diharapkan sesuai pendekatan ilmiah
dapat digunakan secara optimal dalam berdasarkan landasan pemikiran baik
rangka memanfaatkan sekaligus filosofis, yuridis, dan teoritis. Beberapa
melindungi sumberdaya laut. Selain itu, langkah nyata dalam mewujudkan
juga terhindar dari pencurian ikan dari optimalisasi penegakan hukum di Laut
kapal-kapal asing. Sebagaimana diketahui Natuna Utara melalui analisis mendalam
bahwa selama ini sumberdaya laut pada peluang dan pada akhirnya akan
Indonesia di ZEE khususnya di Laut saling mendukung secara langsung
Natuna Utara seringkali diambil secara dengan pembahasan dalam merumuskan
ilegal oleh kapal negara lain. Sehingga pemecahan masalah. Langkah nyata
dengan mengoptimalkan prosedur tersebut tentunya juga masih berhubungan
penegakan hukum di Laut Natuna Utara, dengan pembahasan tentang kondisi yang
Indonesia diharapkan dapat diharapkan meliputi kegiatan penindakan,
memanfaatkan dan menikmati penanganan ABK sebagai subyek/pelaku
sumberdaya laut untuk kesejahteraan kejahatan, serta penanganan barang bukti
masyarakatnya. yang diharapkan yang akan dibahas
Optimalisasi penegakan hukum di secara khusus bagaimana kondisi yang
Laut Natuna Utara yang dimaksudkan diharapkan dapat terwujunya melalui
dalam pembahasan ini dikhususkan untuk kebijakan, strategi dan upaya (KSU) untuk
menjamin terselenggaranya Peran dapat mengoptimalkan penegakan hukum
Penegakan Hukum TNI AL yang baik. di Laut Natuna Utara guna mendukung
Peran tersebut menjadi penting karena peran penegakan hukum TNI AL dalam
sebagai bagian dari trinitas angkatan laut rangka mewujudkan hak berdaulat di ZEE
Indonesia. berdaulat (sovereign rights) bagi negara
Arti optimalisasi dalam pemecahan pantai untuk mengelola dan
masalah ini yaitu mengacu pada memanfaatkan untuk keperluan eksplorasi
pengertian kamus besar bahasa dan eksploitasi, konservasi dan
Indonesia, yaitu diambil dari kata optimal pengelolaan sumber daya alam.
yang berarti terbaik, tertinggi. Sehingga Optimalisasi penegakan hukum di
pengoptimalan berarti proses, cara, Laut Natuna Utara merupakan upaya
perbuatan pengoptimalan (menjadikan pemecahan berbagai permasalahan yang
paling baik atau paling tinggi). Jadi dihadapi saat ini terkait dengan kegiatan
optimalisasi adalah sistem atau upaya penindakan, penanganan ABK selaku
menjadikan paling baik atau paling tinggi subyek/pelaku kejahatan, serta
dengan mencari alternatif biaya yang penanganan barang bukti yang secara
paling efektif, kinerja dicapai tertinggi, umum masih perlu ditingkatkan khususnya
memaksimalkan faktor yang diinginkan, di wilayah laut dua negara yang saling
dan meminimalkan yang tidak overlapping guna mendukung peran
diinginkan.Sedangkan penegakan hukum penegakan hukum TNI AL dalam rangka
di laut yang dimaksudkan mengenai mewujudkan hak berdaulat di ZEE
segala kegiatan yang dilaksanakan oleh Indonesia.
TNI Angkatan Laut dalam rangka Dalam mencapai sasaran yang
menegakkan hukum dan menjaga diinginkan oleh TNI AL terkait dengan
keamanan di laut khususnya di Laut optimalisasi penegakan hukum di Laut
Natuna Utara. Perairan yang penamaanya Natuna Utara guna mendukung peran
diresmikan oleh Pemerintah Indonesia penegakan hukum TNI AL dalam rangka
pada 14 Juli 2017 ini merupakan wilayah mewujudkan hak berdaulat di ZEE
Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia yang Indonesia berdasarkan kebijakan yang
selanjutnya disebut ZEEI di Laut Cina telah disusun, dibutuhkan suatu strategi
Selatan. yang mengatur cara yang diinginkan
ZEEI adalah jalur di luar dan dihadapkan pada permasalahan yang ada
berbatasan dengan laut teritorial Indonesia dan faktor-faktor yang mempengaruhi dan
sebagaimana ditetapkan berdasarkan peluang serta kendalanya. Dalam hal ini
undangundang yang berlaku tentang ditetapkan strategi Terlaksananya kegiatan
perairan Indonesia yang meliputi dasar penindakan yang dilindungi kepastian
laut, tanah di bawahnya, dan air di atasnya hukum melalui perjanjian internasional
dengan batas terluar 200 (dua ratus) mil tentang batas ZEE antara Indonesia-
laut yang diukur dari garis pangkal laut Vietnam serta ROE sebagai pedoman
teritorial Indonesia yang memiliki hak penegak hukum di laut khususnya TNI AL
(KRI) sehingga tercapainya optimalisasi Vietnam di Laut Natuna Utara. Pusat
penegakan hukum di Laut Natuna Utara Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan
dalam rangka mewujudkan hak-hak Laut (Pushidrosal) menyediakan peta dan
berdaulat di ZEE. data serta informasi hidrografi yang akurat
Upaya upaya yang dilaksanakan dan terpercaya serta tenaga ahli yang siap
dengan langkah-langkah nyata dalam berperan serta sebagai tim pendukung
mencapai strategi-strategi di atas teknis dalam setiap perundingan
sehingga dapat tercapai optimalisasi penentuan batas maritim Indonesia.
penegakan hukum di Laut Natuna Utara 6.2. Markas Besar TNI Angkatan Laut
guna mendukung peran penegakan (Mabesal) dalam hal ini Staf Umum
hukum TNI AL dalam rangka mewujudkan Operasi Angkatan Laut (Sopsal) bersama
hak berdaulat di ZEE Indonesia. Adapun dengan Pusat Hidrografi dan Oceanografi
langkah demi langkah akan dijabarkan TNI AL (Pushidrosal) melaksanakan joint
dalam Subyek Metode Obyek diurutkan program antara TNI AL dan Direktorat
dengan prioritas sebagai berikut: Jenderal Hukum dan Perjanjian
6.1. Markas Besar Tentara Nasional Internasional (Ditjen HPI) Kemlu RI yang
Indonesia (Mabes TNI) bekerjasama berkaitan dengan pembuatan peta batas
dengan stake holder terkait khususnya ZEE antara Indonesia dan Vietnam di Laut
Kementerian Pertahanan, Kementerian Natuna Utara berdasarkan Persetujuan
Perhubungan, Kementerian Energi dan Bersama (Agreement between the
Sumber Daya Mineral (ESDM), Government of the Socialist Republic of
Kementerian Kelautan dan Perikanan Vietnam and the Government of the
(KKP), Badan Informasi Geospasial (BIG) Republic of Indonesia concerning the
untuk mendorong Kementerian Luar delimitation of the EEZ boundary) yang
Negeri dan KBRI di Vietnam akan direalisasikan dan disosialisasikan
merencanakan percepatan delimitasi kepada Koarmada I untuk menghilangkan
tentang penentuan batas Zona Ekonomi keragu-raguan dalam melaksanakan
Ekslusif antara Indonesia-Vietnam hingga penindakan terhadap kegiatan ilegal yang
menghasilkan Persetujuan Bersama memasuki wilayah Indonesia. Petapeta
(Agreement between the Government of batas maritim Indonesia dengan Vietnam
the Socialist Republic of Vietnam and the yang kemudian diratifikasi oleh Undang –
Government of the Republic of Indonesia Undang dan akan didaftarkan ke PBB oleh
concerning the delimitation of the EEZ Kemlu sehingga akan memiliki kekuatan
boundary) berikut rumusan kebijakan yang hukum.
berlaku di wilayah overlapping Zona 6.3. Koarmada I bersama Dinas Operasi
Ekonomi Ekslusif antara Indonesia dan dan Latihan TNI Angkatan Laut
(Disoplatal) melaksanakan Focus Group penerangan pasukan/ selebaran (Penpas)
Discussion (FGD) tentang koordinasi dan sebagai sarana sosialisasi tentang aturan
kerjasama yang sinergis antara TNI AL dan ketentuan yang diberlakukan di
dan instansi terkait seperti Kementerian wilayah overlapping Zona Ekonomi
Luar Negeri, Kementerian Kelautan dan Ekslusif antara Indonesia dan Vietnam di
Perikanan, Bakamla, Kejaksaan Agung, Laut Natuna Utara sehingga akan
Pengadilan, Imigrasi, Bea dan Cukai menimbulkan pengertian serta
maupun Kepolisian dalam pengamanan pemahaman yang benar di kalangan
wilayah perbatasan Laut Natuna Utara seluruh prajurit Koarmada I. Hal tersebut
yang diharapkan dapat membangun didukung oleh adanya tuntutan organisasi
masukan dan saran secara bersama tentang personel yang berkompeten,
tentang pola pelaksanaan pengamanan di sehingga semua personel pengawak
wilayah perbatasan secara ideal. organisasi TNI AL untuk terus
6.4. Mabes TNI dalam hal ini Paban meningkatkan kemampuan dan
II/Organisasi dan Strategi (Orstra) Sops keterampilannya serta menghindarkan
Badan Pembinaan Hukum (Babinkum) TNI terjadinya keragu-raguan di lapangan.
bekerjasama dengan Kementerian Luar VII. Kesimpulan.
Negeri, Kementerian Pertahanan, Optimalisasi penegakan hukum di
Kementerian Hukum dan Ham tentang wilayah Laut Natuna Utara diperlukan
pembuatan aturan pelibatan tersendiri mengingat pelanggaran hukum di wilayah
(Standing ROE) yang secara khusus akan tersebut terus saja terjadi. Perbaikan
diberlakukan di Laut Natuna Utara untuk dalam elemen-elemen yang dirumuskan
mengakomodasi aspek militer, politik, dan melalui analisa teori-teori dikaitkan dengan
hukum sebagai pedoman yang valid bagi peristiwa-peristiwa yang terkini terjadi
penegak hukum di laut dalam hal ini TNI diharapkan dapat mendukung peran
AL (KRI). penegakan hukum TNI AL. Terdukungnya
6.5. Mabesal dalam hal ini Sopsal peran penegakan hukum yang merupakan
bersama Dinas Hukum TNI Angkatan Laut bagian dari Trinitas Angkatan Laut Dunia
(Diskumal) melaksanakan evaluasi secara tersebut akan mampu mewujudkan hak-
aktif dan kontinyu serta menemukan saran hak berdaulat Indonesia di ZEE. Adapun
hukum mengenai pelaksanakan operasi di elemen-elemen yang diapat dioptimalkan
wilayah perbatasan antara Indonesia dan yaitu pada hal-hal khusus yang menjadi
Vietnam di Laut Natuna Utara dalam permasalahan yaitu Kegiatan penindakan
kaitannya dengan aturan-aturan hukum belum dilindungi aturan yang mendukung
yang berlaku baik nasional maupun dapat disimpulkan dari belum adanya
internasional.Koarmada I membuat surat kepastian hukum mengenai status
kewenangan dan hakhak negara pantai DAFTAR PUSTAKA
anatara Indonesia dan Vietnam di ZEE
Unggul Firmansyah Wuryantoro, Peran dan
yang saling overlapping di Laut Natuna
Fungsi TNI AL sebagai Penyidik
Utara. Hal tersebut diperuncing dengan Tindak Pidana di Laut, Skripsi Tidak
Diterbitkan, Sekolah Tinggi Ilmu
belum ada ROE yang jelas dalam
Hukum Sunan Giri Malang, Malang,
menghadapi situasi di Natuna. Sehingga, 2013,
Unggul Firmansyah Wuryantoro, S.H.,
pelanggaran-demi pelanggaran bisa
Penegakan Hukum di Wilayah Laut
dipastikan terus terjadi sehingga hak-hak Dua Negara yang Saling Over- lapping
Tanpa Adanya Perjanjian
berdaulat Indonesia di ZEE tidak akan
Internasional, Kasus: ZEE Antara
terwujud. Indonesia dan Vietnam di Laut Natuna
Utara, Tesis Tidak Diterbitkan,
Selanjutnya dapat dirumuskan
Universitas Hang Tuah Surabaya,
beberapa saran Perlu adanya peningkatan Surabaya, 2018,
Ken Booth, “Navies and Foreign Policy”,
upaya regulasi oleh TNI Angkatan Laut
Holmes and Meier Publishers Inc.,
sebagai leading sector penegakan hukum New York, 1979,
Satjipto Rahardjo, Masalah Penegakan
di ZEE untuk lebih proaktif dalam upaya-
Hukum, Sinar Baru, Bandung, 1983.
upaya kongkret dalam mendorong Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Penegakan Hukum,
percepatan perjanjian tentang batas ZEE
Cetakan Kelima, Raja Grafindo
antar kedua negara dan pembuatan ROE Persada, Jakarta, 2004.
Ambari,M. Jakarta “Laut Natuna Masih
yang diberlakukan secara khusus di Laut
Disukai Kapal Asing Penangkap Ikan
Natuna Utara. Ilegal. Kenapa?” diakses dari
https://www.mongabay.co.id pada
Demikianlah seluruh pembahasan
tanggal 18 Juni 2019.
penelitian ini semoga dapat dijadikan Panglima Komando Armada I TNI AL,
Laksamana Muda TNI Yudo Margono,
sebagai bahan masukan demi kemajuan
sebagaimana dikutip Kepala Dinas
penegakan hukum di Laut Natuna Utara Penerangan Komando Armada I TNI
AL Letnan Kolonel (P) Agung Nugroho,
guna mendukung peran TNI AL dalam
di Jakarta, diakses dari
rangka mewujudkan hak berdaulat di ZEE https://nasional.tempo.co pada
tanggal 18 Juni 2019.
Indonesia. Dengan spirit Fiat Justicia Ruat
ARN, Batam, “Danlanal Ranai:Provokasi di
Caelum (Tegakkan Keadilan Walaupun Laut Natuna Utara Perlu Diantisipasi”
diakses dari https://ba- tampos.co.id
Langit akan Runtuh) semoga Allah SWT
pada tanggal 24 Juni 2019.
senantiasa memberikan rahmat dan ridho- Fatiah Falhum Salim, “The Monte Confurco
Case: Judgement of International
Nya bagi seluruh Prajurit TNI Angkatan
Tribunal For The Law Of The Sea”,
Laut dalam melaksanakan tugas Jurnal Hukum Internasional, Volume 2
No. 03, 2005
pengabdian kepada TNI Angkatan Laut,
Blaise Kuemlengan, “Legal Considerations
Bangsa dan Negara tercinta. For The 1995 FAO Code Of Conduct
For Responsible Fisiries (CCRF) and
Related International Plan Of Acion”,
(Appendix H), Report Of The
Workshop On The Imple- mentation Of
The 1995 Code Of Conduct For
Responsible Fisiries (CCRF) In The
Pacific Island: A Call For Action, Naidi,
Fiji, 23-30 Oktober 2003, FAO Fisiries
Report 731, Food and Agriculture
Organization of The United Nations,
Rome, 2004.
Aldhanalia Pramesti Salsabila
,Pengoptimalan Satgas 115 dengan
Model Koordinasi Satgas Pusat dan
Daerah Sebagai Bentuk Pencegahan
Illegal Transhipment di Indonesia,
Jurnal Vol 2 No 1 : Berbagai Aspek
Hukum dan Keadilan dalam Era
Pembangunan Berkelanjutan
Universitas Negeri Semarang, 2018,
diakses dari https://journal.unnes.ac.id
tanggal tanggal 30 Juni 2019.
Kusumaatmadja, Mochtar. “Pengantar
Hukum Internasional”, PT. Alumni,
Bandung, 2003.

S-ar putea să vă placă și