Sunteți pe pagina 1din 16

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HALUSINASI

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indera
(Isaacs, 2010).
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca
indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu
persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu (Maramis,
2010).
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart,
2007).
Halusinasi adalah penerapan tanpa adanya suatu rangsangan (objek) yang jelas
dari luar diri klien terhadap panca indra pada saat klien dalam keadaan sadar atau
bangun (kesan/pengalaman sensori yang salah). (Azizah, 2011).
Dari beberapa pengertian yang dikemukan oleh para ahli mengenai halusinasi
di atas, maka dapat disimpulkan bahwa halusinasi adalah persepsi klien melalui
panca indera terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata.

2. Etiologi
Gangguan persepsi sensori halusinasi sering disebabkan karena panik, sterss
berat yang mengancam ego yang lemah, dan isolasi sosial menarik diri
(Townsend, M.C, 2010).
a. Faktor pencetus :
1).    Biologis

Abnormalitas   otak   yang   menyebabkan   respon   neurobiologi   yang

maladptif   yang baru mulai dipahami.

2).    Psikologis
Teori psikodinamik untuk terjadinya respon neurobiologik yang 

maladaptif belum didukung oleh penelitian ( Stuart dan Sundeen, 

2009 ).
3).    Sosio Budaya 
Stres yang menumpuk dapat menunjang terhadap awitan Skizoprenia

dan gangguan psikotik lain tapi tidak diyakini sebagai penyebab utama

gangguan ( Stuart dan Sundeen, 2009 ).
b.  Faktor Predisposisi
 Faktor predisposisi penyebab halusinasi adalah :
a).  Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya kontrol dan

kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak

kecil,  mudah  frustasi,  hilang  percaya  diri   dan  lebih  rentan   terhadap

stress.
b).  Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi akan

merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.
c).  Faktor Biokimia
Mempunyai   pengaruh   terhadap   terjadinya   gangguan   jiwa.   Adanya

stress yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan

dihasilkan   suatu   zat   yang   dapat   bersifat   halusinogenik   neurokimia.

Akibat   stress   berkepanjangan   menyebabkan   teraktivasinya

neurotransmitter otak. 
d).  Faktor Psikologis
Tipe   kepribadian   lemah   dan   tidak   bertanggung   jawab   mudah

terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada

ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang tepat demi

masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari

alam nyata menuju alam hayal.
e).  Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua

skizofrenia   cenderung   mengalami   skizofrenia.   Hasil   studi


menunjukkan   bahwa   faktor   keluarga   menunjukkan   hubungan   yang

sangat berpengaruh pada penyakit ini.
c. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart (2007) yang dikutip oleh Jallo (2008), faktor presipitasi 

terjadinya gangguan halusinasi adalah :
a).  Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur

proses   informasi   serta   abnormalitas   pada   mekanisme   pintu   masuk

dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif

menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
b).  Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor

lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c).  Sumber koping
Sumber   koping   mempengaruhi   respon   individu   dalam   menanggapi

stressor.
d). Rentang respon halusinasi

Respon Adaptif :
1. Pikiran logis Respon Maladaptive :
2. Persepsi akurat 1. Gangguan pikir
3. Emosi konsisten 2. Sulit berespon emosi
dengan pengalaman 3. Prilaku disorganisasi
4. Ilusi 4. Isolasi sosial
5. Prilaku aneh 5. Halusinasi
6. Menarik diri
3. Patofisologi
Halusinasi     pendengaran   paling   sering   terdapat   pada   klien   Skizoprenia.

Halusinasi terjadi pada klien skizoprenia dan gangguan manik. Halusinasi dapat

timbul pada skizofrenia dan pada psikosa fungsional yang lain, pada sindroma

otak   organik,   epilepsi   (sebagai   aura),   nerosa   histerik,   intoksikasi   atropin   atau

kecubung, zat halusinogenik dan pada deprivasi sensorik (Maramis 1998). 
Menurut Barbara ( 1997 ) klien yang mendengar suara – suara misalnya suara

Tuhan, iblis atau yang lain. Halusinasi yang dialami berupa dua suara atau lebih

yang mengomentari tingkah laku atau pikiran klien. Suara– suara yang terdengar

dapat berupa perintah untuk bunuh diri atau membunuh orang lain.
Fase halusinasi ada 4 yaitu (Stuart dan Laraia, 2001):
a. Comforting
Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas sedang, kesepian, rasa
bersalah dan takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang
menyenangkan untuk meredakan ansietas. Di sini klien tersenyum atau tertawa
yang tidak sesuai, menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan mata yang
cepat, diam dan asyik.
b. Condemning
Pada ansietas berat pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien
mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya
dengan sumber yang dipersepsikan. Disini terjadi peningkatan tanda-tanda
sistem saraf otonom akibat ansietas seperti peningkatan tanda-tanda vital
(denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah), asyik dengan pengalaman
sensori dan kehilangan kemampuan untuk membedakan halusinasi dengan
realita.
c. Controling
Pada ansietas berat, klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap
halusinasi dan menyerah pada halusinasi tersebut. Di sini klien sukar
berhubungan dengan orang lain, berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi
perintah dari orang lain dan berada dalam kondisi yang sangat menegangkan
terutama jika akan berhubungan dengan orang lain.

d. Consquering
Terjadi pada panik Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien
mengikuti perintah halusinasi. Di sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi,
menarik diri, tidak mampu berespon terhadap perintah yang kompleks dan
tidak mampu berespon lebih dari 1 orang. Kondisi klien sangat
membahayakan.

4. Manifestasi Klinis
Pasien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan duduk
terpaku dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau berbicara
sendiri, secara tiba-tiba marah atau menyerang orang lain, gelisah, melakukan
gerakan seperti sedang menikmati sesuatu. Juga keterangan dari pasien sendiri
tentang halusinasi yang dialaminya (apa yang dilihat, didengar atau dirasakan).
Berikut ini merupakan gejala klinis berdasarkan halusinasi (Budi Anna Keliat,
1999) :
a. Tahap 1: halusinasi bersifat tidak menyenangkan
Gejala klinis:
1) Menyeriangai/tertawa tidak sesuai
2) Menggerakkan bibir tanpa bicara
3) Gerakan mata cepat
4) Bicara lambat
5) Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan
b. Tahap 2: halusinasi bersifat menjijikkan
Gejala klinis:
1) Cemas
2) Konsentrasi menurun
3) Ketidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyata
c. Tahap 3: halusinasi bersifat mengendalikan
Gejala klinis:
1) Cenderung mengikuti halusinasi
2) Kesulitan berhubungan dengan orang lain
3) Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah
4) Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak bisa mengikuti petunjuk).

d. Tahap 4: halusinasi bersifat menaklukkan


Gejala klinis:
1) Pasien mengikuti halusinasi
2) Tidak mampu mengendalikan diri
3) Tidak mamapu mengikuti perintah nyata
4) Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.

5. Klasifikasi / Jenis Halusinasi


a. Halusinasi Visual
Pengelihatan bisa berbentuk seperti orang, binatang, atau tidak berbentuk
sinar kilat, bisa berwarna atau tidak berwarna.
b. Halusinasi Dengar
Bisa berupa suara manusia, hewan, mesin music, ataun kejadian alam
lainnya.
c. Halusinasi Penciuman
Bisa mencium bau khusus dimana orang lain tidak mencium
d. Halusinasi Pengecapan
Bisa mengecap/merasakan sesuatu ada yang enak atau tidak
e. Halusinasi Perabaan
Bisa merasakan suatu perabaan, sentuhan tiupan disinari, dipanasi
f. Halusinasi Kinestetik
Anggota badannya bergerak dalam suatu ruangan atau anggota badannya
bisa merasakan suatu gerakan seperti pada pasien ambulasi
g. Halusinasi Vesceral
Seperti ada rasa – rasa tertentu yang terjadi di dalam organ tubuh
h. Halusinasi Histerik
Timbul pada neurosa histerik karena adanya konflik emosional
i. Halusinasi Hipnogohik
Sensori persepsi yang muncul setelah bangun tidur
j. Halusinasi Perintah
Isinya menyuruh klien untuk melakukan sesuatu seperti bunuh diri,
mencabut tanaman, dll. (sumber: Azis, 2011).

6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :
a. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien akibat
halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan secara individual
dan usahakan agar terjadi knntak mata, kalau bisa pasien di sentuh atau di
pegang. Pasien jangan di isolasi baik secara fisik atau emosional. Setiap
perawat masuk ke kamar atau mendekati pasien, bicaralah dengan pasien.
Begitu juga bila akan meninggalkannya hendaknya pasien di beritahu. Pasien
di beritahu tindakan yang akan di lakukan. Di ruangan itu hendaknya di
sediakan sarana yang dapat merangsang perhatian dan mendorong pasien
untuk berhubungan dengan realitas, misalnya jam dinding, gambar atau hiasan
dinding, majalah dan permainan
b. Melaksanakan program terapi dokter
Sering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan dengan
rangsangan halusinasi yang di terimanya. Pendekatan sebaiknya secara
persuatif tapi instruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang di berikan
betul di telannya, serta reaksi obat yang di berikan.
c. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang ada
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali
masalah pasien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta
membantu mengatasi masalah yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat
melalui keterangan keluarga pasien atau orang lain yang dekat dengan pasien.
d. Memberi aktivitas pada pasien
Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya
berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu
mengarahkan pasien ke kehidupan nyata dan memupuk hubungan dengan
orang lain. Pasien di ajak menyusun jadwal kegiatan dan memilih kegiatan
yang sesuai.
e. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan
Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data pasien
agar ada kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses keperawatan,
misalny dari percakapan dengan pasien di ketahui bila sedang sendirian ia
sering mendengar laki-laki yang mengejek. Tapi bila ada orang lain di
dekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas. Perawat menyarankan agar
pasien jangan menyendiri dan menyibukkan diri dalam permainan atau
aktivitas yang ada. Percakapan ini hendaknya di beritahukan pada keluarga
pasien dan petugaslain agar tidak membiarkan pasien sendirian dan saran yang
di berikan tidak bertentangan.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Faktor Predisposisi
1). Genetika
2). Neurobiologi
3). Neurotransmitter
4). Abnormal perkembangan saraf
5). Psikologis
b. Faktor Presipitasi
1). Proses pengolahan informasi yang berlebihan
2). Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal
3). Adanya gejala pemicu
c. Mekanisme Koping
1). Regresi
2). Proyeksi
3). Menarik diri
d. Perilaku Halusinasi
1). Isi halusinasi
2). Waktu terjadinya
3). Frekuensi
4). Situasi pencetus
5). Respon klien saat halusinasi

Pohon Masalah

Effect Resiko tinggi perilaku kekerasan

Core Problem Gangguan persepsi sensori halusinasi

Causa Isolasi sosial

Gangguan konsep diri HDR

e. Masalah Keperawatan Yang Perlu Dikaji


1). Resiko tinggi perilaku kekerasan
a). Perilaku hiperaktif
b). Mudah tersinggung
c). Perilaku menyerang seperti panik
d). Ansietas
2). Gangguan sensori persepsi halusinasi
a). Berbicara, senyum, tertawa sendiri
b). Bertindak seolah-olah dipenuhi oleh sesuatu yang menyenangkan
c). Tidak dapat memusatkan perhatian
d). Kehilangan kemampuan membedakan antara halusinasi dengan realita
3). Isolasi sosial
a). Kesulitan berinteraksi dengan orang lain
b). Menarik diri
c). Kurangnya kontak mata dan komunikasi
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan sensori persepsi halusinasi : pendengaran
b. Resiko perilaku kekerasan
c. Isolasi sosial
d. Harga diri rendah
3. Intervensi Keperawatan
a. Rencana Keperawatan Klien Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi Dalam
Bentuk Strategi Pelaksanaan.

Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional

Pasien Mampu : Setelah…..x Bina hubungan saling Hubungan saling


Membina hubungan
pertemuan, pasien percaya dengan percaya dapat
saling percaya
diharapkan : menggunakan prinsip mempererat
1. klien mau
komunikasi terapeutik : hubungan dan
membalas salam
1.sapa pasien dengan menjadi dasar
2. klien mau
nama baik verbal interaksi antara
menjabat tangan
3. klien mau maupun non verbal pasien dengan
menyebutkan nama 2.perkenalkan diri perawat
4. klien mau
dengan sopan
tersenyum
3.tanyakan nama
5. klien mau kontak
lengkap pasien dan
mata
6. klien mau nama panggilan yang
mengetahui nama disukai
perawat 4.jelaskan tujuan
7. klien mau
pertemuan
mengutarakan
5.tunjukkan sikap jujur
masalah yang
dan menepati janji
dihadapi
6.tunjukkan sikap
8. menyediakan
empati dan menerima
waktu untuk kontrak
pasien apa adanya
7.berikan perhatian
kepada pasien dan
perhatikan kebutuhan
dasar
Pasien Mampu : Setelah…..x SP 1 Dengan
1.Mengenali pertemuan, pasien 1. Bantu pasien mengontrol
halusinasi yang dapat menyebutkan : mengenal halusinasi halusinasinya
dialaminya : 1.isi, waktu, (isi, waktu terjadinya, akan membantu
- isi halusinasi frekuensi, situasi frekuensi, situasi mengurangi dan
- waktu halusinasi pencetus, perasaan. pencetus, perasaan saat menghilangkan
- frekuensi halusinasi 2.mampu terjadi halusinasi) halusinasi.
2.Mengetahui situasi memperagakan cara 2. Latih mengontrol
pencetus halusinasi dalam mengontrol halusinasi dengan cara
3.Mengontrol halusinasi. menghardik
halusinasi * Tahap Tindakannya
4.mengetahui Meliputi :
program pengobatan 1. Jelaskan cara
5.Memasukan cara menghardik halusinasi
menghardik ke dalam 2. Pergakan cara
jadwal kegiatan menghardik
3. Minta pasien agar
memperagakan ulang
4. Pantau penerapan
cara ini, beri penguatan
perilaku pasien
5. Masukan kedalam
jadwal kegiatan pasien
Setelah….x SP 2 Membantu pasien
pertemuan, pasien 1. Evaluasi kegiatan mengontrol
mampu : yang lalu (SP 1) halusinasi
1.menyebutkan 2. Latih berbicara atau
kegiatan yang sudah bercakap dengan orang
dilakukan lain saat halusinasi
2.memperagakan cara muncul
bercakap-cakap 3. Masukan kedalam
dengan orang lain jadwal kegiatan pasien

Setelah….x SP 3 Membantu pasien


pertemuan, pasien 1. Evaluasi kegiatan mengontrol
mampu : yang lalu (SP 1 dan 2) halusinasi
1.menyebutkan 2. Latih kegiatan agar
kegiatan yang sudah halusinasi tidak muncul
dilakukan * Tahap Tindakannya
2.membuat jadwal Meliputi :
kegiatan sehari-hari 1. Jelaskan pentingnya
dan mampu aktivitas yang teratur
memperagakannya. untuk mengatasi
halusianasi
2. Diskusikan aktivitas
yang biasa dilakukan
oleh pasien
3. Latih pasien
melakukan aktivitas
4. Susun jadwal
kegiatan aktivitas
sehari-hari sesuai
dengan aktivitas yang
telah dilatih (dari
bangun pagi sampai
tidur malam).
Setelah….x SP 4 Membantu
pertemuan, pasien 1. Evaluasi kegiatan mempercepat
mampu : yang lalu (SP 1,2 dan3) proses
1.menyebutkan 2. Tanyakan program penyembuhan
kegiatan yang sudah pengobatan
dilakukan 3. Jelaskan pentingnya
2.menyebutkan penggunaan obat pada
manfaat dari program gangguan jiwa
pengobatan 4. Jelaskan akibat bila
tidak digunakan sesuai
program
5. Jelaskan akibat bila
putus obat
6. Jelaskan pengobatan
(5B)
7. Latih pasien minum
obat
8. Masukan kedalam
jadwal harian pasien.
b. Strategi Pelaksanaan Keluarga

Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Keluarga Mampu : Setelah….x SP 1 Dengan


1.Merawat pasien 1. Identifikasi masalah
pertemuan, keluarga mengontrol
dirumah dan keluarga dalam
mampu : halusinasinya
menjadi system 1.menjelaskan merawat pasien
akan membantu
2. Jelaskan tentang
pendukung yang tentang halusinasi
mengurangi dan
halusinasi :
efektif untuk pasien.
- Pengertian halusinasi menghilangkan
- Jenis halusinasi yang
halusinasi.
dialami pasien
- Tanda dan gejala
halusinasi
- Cara merawat pasien
halusinasi (cara
berkomunikasi,
pemberian obat, dan
pemberian aktivitas
kepada pasien)
- Sumber-sumber
pelayanan kesehatan
yang bisa dijangkau
- Bermain peran cara
merawat
- Rencana tindaklanjut
keluarga, jadwal
keluarga untuk
merawat pasien.
Setelah….x SP 2 Membantu pasien
1. Evaluasi kemampuan
pertemuan, keluarga mengontrol
keluarga (SP 1)
mampu : halusinasi
2. Latih keluarga
1.Menyelesaikan
merawat pasien
kegiatan yang sudah 3.RTL keluarga atau
dilakukan jadwal keluarga untuk
2.Memperagakan merawat pasien
cara merawat pasien

Setelah….x SP 3 Membantu pasien


1. Evaluasi kemampuan
pertemuan, keluarga mengontrol
keluarga (SP 2)
mampu : halusinasi
2. Latih keluarga
1.Menyebutkan
merawat pasien
kegiatan yang sudah
3. RTL keluarga atau
dilakukan
jadwal keluarga untuk
2.Memperagakan
merawat pasien
cara merawat pasien
serta mampu
membuat RTL

Setelah….x SP 4 Membantu
1. Evaluasi kemampuan
pertemuan, keluarga mempercepat
keluarga
mampu : proses
2. Evaluasi kemampuan
1. Menyebutkan
penyembuhan
pasien
kegiatan yang sudah
3. RTL keluarga :
dilakukan - Follow Up
- Rujukan
2.Melaksanakan
follow up rujukan

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi sesuai dengan intervensi yang direncanakan. Sebelum melakukan
tindakan yang sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat,
apakah rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan pasien saat ini.

5. Evaluasi Keperawatan
a. Klien akan mampu membina hubungan saling percaya
b. Klien akan memahami cara menghardik
c. Klien akan dapat mengontrol halusinasi
d. Klien akan memahami program terapi yang diberikan
e. Klien akan mengungkapkan tidak adanya halusinasi

DAFTAR PUSTAKA

Surya Direja, Ade Herman. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta :
Nuha Medika.

Kusumawati Farida, Hartono Yudi. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta :
Salemba Medika.
Keliat, B.A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Carpenito, L.J, 2008. Buku Saku Diagnosa Keperawatan (terjemahan). Edisi 8,


Jakarta: EGC.

S-ar putea să vă placă și

  • Pathway Post Operasi SC
    Pathway Post Operasi SC
    Document1 pagină
    Pathway Post Operasi SC
    Rusma Witwicky
    Încă nu există evaluări
  • SATUAN ACARA PENYULUHAN Cuci Tangan
    SATUAN ACARA PENYULUHAN Cuci Tangan
    Document13 pagini
    SATUAN ACARA PENYULUHAN Cuci Tangan
    Rusma Witwicky
    100% (1)
  • Leaflet Diabetes Melitus 2
    Leaflet Diabetes Melitus 2
    Document2 pagini
    Leaflet Diabetes Melitus 2
    Trinoval Yanto Nugroho, S.Kep
    80% (5)
  • LP Waham
    LP Waham
    Document19 pagini
    LP Waham
    Rusma Witwicky
    Încă nu există evaluări
  • Sinusitis
    Sinusitis
    Document14 pagini
    Sinusitis
    Rusma Witwicky
    Încă nu există evaluări
  • LP Print
    LP Print
    Document21 pagini
    LP Print
    Rusma Witwicky
    Încă nu există evaluări
  • Analisa Jurnal Metode Kangguru
    Analisa Jurnal Metode Kangguru
    Document18 pagini
    Analisa Jurnal Metode Kangguru
    Rusma Witwicky
    Încă nu există evaluări
  • SPSK Injeksi
    SPSK Injeksi
    Document4 pagini
    SPSK Injeksi
    Rusma Witwicky
    Încă nu există evaluări
  • Bab I, Ii, Iii
    Bab I, Ii, Iii
    Document26 pagini
    Bab I, Ii, Iii
    Rusma Witwicky
    Încă nu există evaluări
  • Leaflet
    Leaflet
    Document3 pagini
    Leaflet
    Rusma Witwicky
    Încă nu există evaluări
  • Pathway
    Pathway
    Document3 pagini
    Pathway
    Rusma Witwicky
    Încă nu există evaluări
  • LP CKD
    LP CKD
    Document13 pagini
    LP CKD
    Rusma Witwicky
    Încă nu există evaluări
  • Laporan Pendahuluan BBL
    Laporan Pendahuluan BBL
    Document35 pagini
    Laporan Pendahuluan BBL
    limbung_linglung
    Încă nu există evaluări
  • WOC Fix
    WOC Fix
    Document3 pagini
    WOC Fix
    Rusma Witwicky
    Încă nu există evaluări
  • Pathways BBLR
    Pathways BBLR
    Document1 pagină
    Pathways BBLR
    Rusma Witwicky
    Încă nu există evaluări
  • Leaflet KB
    Leaflet KB
    Document2 pagini
    Leaflet KB
    Rusma Witwicky
    Încă nu există evaluări
  • TAK Stimulasi Sensoris
    TAK Stimulasi Sensoris
    Document19 pagini
    TAK Stimulasi Sensoris
    Rusma Witwicky
    Încă nu există evaluări
  • Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Jiwa
    Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Jiwa
    Document12 pagini
    Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Jiwa
    Rusma Witwicky
    Încă nu există evaluări
  • Pathway Post Operasi SC
    Pathway Post Operasi SC
    Document1 pagină
    Pathway Post Operasi SC
    Rusma Witwicky
    Încă nu există evaluări
  • Penyuluhan DHF
    Penyuluhan DHF
    Document23 pagini
    Penyuluhan DHF
    Rusma Witwicky
    Încă nu există evaluări
  • Pathway
    Pathway
    Document1 pagină
    Pathway
    Rusma Witwicky
    Încă nu există evaluări
  • Sap
    Sap
    Document40 pagini
    Sap
    Rusma Witwicky
    Încă nu există evaluări
  • Bab I Pendahuluan
    Bab I Pendahuluan
    Document22 pagini
    Bab I Pendahuluan
    Rusma Witwicky
    Încă nu există evaluări
  • Laporan Pendahuluan SC
    Laporan Pendahuluan SC
    Document13 pagini
    Laporan Pendahuluan SC
    Rusma Witwicky
    Încă nu există evaluări
  • Pathway
    Pathway
    Document2 pagini
    Pathway
    Rusma Witwicky
    Încă nu există evaluări
  • SP Depresi
    SP Depresi
    Document9 pagini
    SP Depresi
    Rusma Witwicky
    Încă nu există evaluări
  • Tugas Manajemen
    Tugas Manajemen
    Document7 pagini
    Tugas Manajemen
    Rusma Witwicky
    Încă nu există evaluări
  • Asuhan Keperawatan Anemia
    Asuhan Keperawatan Anemia
    Document19 pagini
    Asuhan Keperawatan Anemia
    Rusma Witwicky
    Încă nu există evaluări
  • 94kti Tri Yuni Utami
    94kti Tri Yuni Utami
    Document59 pagini
    94kti Tri Yuni Utami
    anik suyanti
    Încă nu există evaluări