Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
b. Faktor presipitasi
1) Faktor sosial budaya
Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang
berarti atau diasingkan dari kelompok.
2) Faktor biokimia
Dopamin, Norepineprin dan zat halusinogen lainnya diduga dapat
menjadi penyebab waham pada seseorang.
3) Faktor psikologis
4) Terbatasnya kemampuan untuk mengatasi masalah sehingga klien
mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan yang
menyenangkan.
Adaptif Maladaptif
manm
- Pikiran logis Kadang-kadang o Gangguan isi pikir
- Persepsi akurat proses pikir halusinasi
- Emosi konsisten terganggu o Perubahan proses
dengan pengalaman Ilusi emosi
- Perilaku sesuai Emosi berlebihan o Perilaku tidak
- Hubungan sosial Perilaku yang tidak terorganisasi
biasa o Isolasi sosial
Menarik diri
e. Fase-fase Waham
Fase terjadinya waham adalah sebagai berikut (Yosep, 2014):
1) Fase lack of human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan
klien baik secara fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan
waham dapat terjadi pada orang-orang dengan status sosial dan
ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan
menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga
klien yang secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan
antara reality dengan self ideal sangat tinggi. Misalnya ia seorang
sarjana tetapi menginginkan dipandang sebagai seorang yang
dianggap sangat cerdas, sangat berpengalaman dan diperhitungkan
dalam kelompoknya. Waham terjadi karena sangat pentingnya
pengakuan bahwa ia eksis di dunia ini. Dapat dipengaruhi juga
oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh kembang (life span
history).
2) Fase lack of self esteem
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya
kesenjangan antara self ideal dan self reality (kenyataan dengan
harapan) serta dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi
sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya.
Misalnya, saat lingkungan sudah banyak yang kaya, menggunakan
teknologi komunikasi yang canggih, berpendidikan tinggi serta
memiliki kekuasaan yang luas, seseorang tetap memasang self
ideal yang melebihi lingkungan tersebut. Padahal self reality-nya
sangat jauh. Dari aspek pendidikan klien, materi, pengalaman,
pengaruh, support system semuanya sangat rendah.
3) Fase control internal external
Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini
atau apa-apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi
kekurangan dan tidak sesuai dengan kenyataan. Tetapi menghadapi
kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang sangat berat, karena
kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan
diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena
kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal.
Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan koreksi bahwa
sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak
dilakukan klien secara adekuat karena besarnya toleransi dan
keinginan menjaga perasaan. Lingkungan hanya menjadi
pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan
dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan orang lain.
4) Fase environment support
Adanya beberapa orang yang memercayai klien dalam
lingkungannya menyebabkan klien merasa didukung, lama
kelamaan klien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut
sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari
sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak
berfungsinya norma (super ego) yang ditandai dengan tidak ada
lagi perasaan dosa saat berbohong.
5) Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya
serta menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan
mempercayainya dan mendukungnya. Selanjutnya klien lebih
sering menyendiri dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).
6) Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi,
setiap waktu keyakinan yang salah pada klien akan meningkat.
Tema waham yang muncul sering berkaitan dengan traumatik masa
lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang
hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi.
f. Jenis-jenis waham
Jenis-jenis waham antara lain:
1) Waham Kebesaran
Keyakinan klien yang berlebihan tentang kebesaran dirinya atau
kekuasaan. Penderita merasa dirinya orang besar, berpangkat
tinggi, orang yang pandai sekali, orang kaya.
Contoh : ”saya ini pejabat di Departemen Kesehatan” atau ”Saya
punya tambang emas”
2) Waham Berdosa
Timbul perasaan bersalah yang luar biasa dan merasakan suatu
dosa yang besar. Penderita percaya sudah selayaknya ia di hukum
berat.
3) Waham Dikejar
Individu merasa diranya senantiasa di kejar-kejar oleh orang lain
atau kelompok orang yang bermaksud berbuat jahat padanya.
4) Waham Curiga
Klien yakin bahwa ada orang atau kelompok orang yang sedang
mengencam dirinya. Individi jga merasa dirinya selalu disindir
oleh orang-orang sekitarnya. Biasanya individu yang mempunyai
waham ini mencari-cari hubungan antara dirinya dengan orang lain
disekitarnya, yang bemaksud menyindirnya atau menuduh hal-hal
yang tidak senonoh terhadap dirinya. Dalam bentuk yang lebi
ringan, kita kenal ”Ideas Of Reference” yaitu ide atau perasaan
bahwa peristiwa tertentu dan perbuatan-perbuatan tertentu dari
orang lain (senyuman, gerak-gerik tangan, nyanyian dan sebainya)
mempunyi hubungan dengan dirinya.
Contoh: ”Saya tahu, seluruh saudara saya ingin menghancurkan
hidup saya karena mereka iri dengan kesuksesan saya”
5) Waham Cemburu
Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan/mencederai dirinya, diucapkan berulangkali tetapi tidak
sesuai kenyataan.
Contoh: “Banyak polisi mengintai saya, tetangga saya ingin
menghancurkan hidup saya, suster akan meracuni makanan saya.”
6) Waham somatik atau Hipokondria
Keyakinan tentang berbagai penyakit yang berada dalam tubuhnya
ususnya yang membusuk, otak yang mencair.
7) Waham Keagamaan
Keyakinan klien terhadap suatu gma secara berlebihan. Keyakinan
dan pembicaraan klien selalu tentang agama.
Contoh : “Kalau saya mau masuk surga, saya harus menggunakan
pakaian putih setiap hari”
8) Waham Nihilistik
Klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada lagi diduniaatau sudah
meninggal dunia.
Contoh : “ini kan alam kubur ya, semua yang ada disiniadalah roh-
roh”
9) Waham Pengaruh
Klien merasa pikiran, emosi dan perbuatannya diawasi atau di
pengaruhi oleh orang lain atau kekuatan.
10) Waham Somatik
Klien yakin bahya bagian tubuhnya terganggu, terserang penyakit
atau didalam tubuhnya terdapat binatang.
Contoh : “saya sakit kanker”, setelah pemeriksaan laboratorium
tidak ditemukan tanda-tanda kanker namun pasien terus
mengatakan bahwa ia terserang kanker.
11) Waham Sisip Pikir
Klien yakin bahwa ada pikiran orang lain yang
disisipkan/dimasukkan kedalam pikiranya.
12) Waham Siar Pikir
Klien yakin bahwa orang lain mengetahui isi pikirannya, padahal
dia tidak pernah menyatakan pikirannya kepada orang lain, padahal
dia tidak pernah menyatakan pikirannya kepada orang tersebut.
13) Waham Kontrol Pikir
Klien yakin bahwa pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari luar.
h. Manifestasi klinik
Manifestasi klinik waham adalah sebagai berikut (Direja, 2011):
1) Menolak makan
2) Tidak ada perhatian pada perawatan diri
3) Ekspresi wajah sedih/gembira/ketakutan
4) Gerakan tidak terkontrol
5) Mudah tersinggung
6) Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan dan bukan
kenyataan
7) Menghindar dari orang lain
8) Mendominasi pembicaraan
9) Berbicara kasar
10) Menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan
i. Penatalaksanaan
Terapi pada gangguan jiwa khususnya skizofrenia pada dewasa ini
sudah cukup dikembangkan sehingga klien tidak mengalami
diskriminasi bahkan metodenya lebih manusiawi daripada masa
sebelumnya. Penatalaksanaan dapat dibagi menjadi dua yaitu
penatalaksanaan medis dan penatalaksanaan keperawatan.
1) Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis pada gangguan proses piker yang mengarah
pada diagnose medis skizofrenia, khususnya dengan gangguan
proses piker: waham, yaitu;
a) Psiko farmakologi
Menurut Harawi (2003), jenis obat psikofarmaka dibagi menjadi
2 golongan yaitu :
Golongan generasi pertama (typical)
Obat yang termasuk golongan generasi pertama misalnya:
Chorpromazine HCL (Largactil, Promactil, Meprosetil),
Trifluoperazine HCL (stelazine, thioridazine HCL (melleril),
dan haloperidol
Golongan kedua (atypical)
Obat yang termasuk generasi kedua misalnya : Risperidone,
olanzapine, quantiapine dan Clzapine
b) Psikoterapi
Therapy kerja baik sekali untuk mendorong penderita lagi
dengan orang lain perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia
tidak mengasingkan diri lagi karena bila ia menaril diri ia dapat
membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk
mengadakan permainan bersama.( Marimis,2005)
Therapy Kejang Listrik (ECT)
ECT adalah untuk menimbulkan kejang granmall secara
artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui electrode
yang dipasang satu atau dua temples. Terapi kejang listrik
diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan dengan
terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang
listrik 4-5 joule per detik (Marimis 2005)
2) Penatalaksanaan Keperawatan
a) Terapi Modalitas
Biasanya yang dilakukan yaitu terapi modalitas atau prilaku
merupakan pengobatan untuk skizofrenia yang diujukan pada
kemampuan dan kekurangan klien. Teknik perilaku
menggunakan latihan ketrampilan social untuk meningkatkan
kemampuan social. Kemampuan memenuhi diri sendiri dan
latihan praktis skizofrenia biasaya memusatkan pada rencana
dan masalah dalam hubungan kehidupan yang nyata.
b) Terapi aktifitas kelompok
Therapy aktifitas kelompok dibagi empat, yaitu therapy
aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi, therapy aktivitas
kelompok stimulasi sensori, therapy aktifitas kelompok
stimulasi realita dan therapy aktivitas kelompok sosialisasi
3. Pohon masalah
effect
Risiko perilaku kekerasan
a. Identitas klien
b. Keluhan utama atau alasan masuk
c. Faktor predisposisi
d. Aspek fisik atau biologis
e. Aspek psikososial
f. Status mental
g. Kebutuhan persiapan pulang
h. Mekanisme koping
i. Masalah psikososial dan lingkungan
j. Pengetahuan
k. Aspek medik
Menurut Fitria, 2012 mengatakan data dapat dikaji pada klien yang
mengalami perubahan isi pikir: waham kebesaran, yaitu :
a. Pengumpulan data
1) Data Subyektif
Klien mengatakan dirinya adalah orang yang paling hebat, dan
klien mengatakan bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan
khusus.
2) Data Obyektif
Klien terus berbicara tentang kemampuan yang dimilikinya.
Pembicaraan klien cendrung berulang-ulang dan isi pembicaraan
tidak sesuai dengan kenyataan.
Tujuan khusus 3: Klien mampu berinteraksi Strategi pelaksanaan 2 (SP 2) untuk klien:
dengan orang lain dan lingkungan a. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1)
b. Identifikasi potensi/ kemampuan yang dimiliki
c. Pilih dan latih potensi atau kemampuan yang dimiliki
d. Masukan dalam jadwal kegiatan klien
SP II: SP II:
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP) 1
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
2. Diskusikan dengan keluarga tentang kondisi klien yang
pasien
memerlukan bantuan
2. Berdiskusi tentang kemampuan yang
3. Latih keluarga cara merawat klien (langsung ke klien)
dimiliki 4. Rencana tindak lanjut keluarga
3. Melatih kemampuan yang dimiliki
SP III: SP III:
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian 1. Evaluasi kemampuan keluarga
(SP 2)
klien
2. Diskusikan dengan keluarga tentang obat klien (nama obat,
2. Memberikan pendidikan kesehatan
dosis, frekuensi, efek samping, dan akibat penghentian obat)
tentang penggunaan obat secara teratur
3. Buatkan jadwal klien di rumah termasuk jadwal minum obat
3. Menganjurkan klien memasukkan
4. Jelaskan pentingnya follow up klien setelah pulang dan
dalam jadwal kegiatan harian
prosedur rujukan
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan untuk klien Evaluasi keperawatan untuk keluarga
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya a. Keluarga mampu mengidentifikasi masalah dan menjelaskan
b. Klien dapat mengendalikan isi pikir : waham agama
cara merawat klien di rumah
c. Klien dapat mengekspresikan perasaannya
b. Keluarga mampu menyebutkan kegiatan yang sesuai
d. Klien dapat mengembangkan persepsi diri yang positif
e. Klien dapat berhubungan dengan lingkungan dilakukan dan mampu memperagakan cara merawat klien
f. Klien dapat terlibat dalam perawatanya. c. Keluarga dapat membuat jadwal aktivitas klien di rumah
termasuk minum obat
DAFTAR PUSTAKA