Sunteți pe pagina 1din 14

KARTA RAHARJA 1(1) (2019): 33 - 46

KARTA RAHARJA
http://ejurnal.malangkab.go.id/index.php/kr

Pengelolaan APBDes dengan Sistem Keuangan Desa


di Kabupaten Malang Jawa Timur
Heru Sucahyo*
Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Malang, Jawa Timur
Jl. KH Agus Salim No 7, Malang

Dikirim: 13 Maret 2019; Disetujui: 6 Juni 2019; Diterbitkan: 8 Juli 2019

Abstract
The big role accepted by the village as mandated by the law, also gives a big responsibility. Therefore the village
government must be able to apply the principle of accountability in its governance, where all the end of the activities of village
governance must be accountable to the village community in accordance with the provisions. For this reason, this research
seeks to dig up information about village financial governance by using the village financial system, allocating village funds
to improve services to the community and strategies in the form of direction of activities for village governments and village
institutions in managing APBDes that can support services and community empowerment. This study uses a qualitative
approach, with research locations in the Pagak District and Kalipare Subdistrict, Malang Regency. The results of the study
indicate that village financial governance using the village financial system is known that the application of the village
financial management system has been available and applied to village governments in all regions of Malang Regency, with
the accompanying instructor for the application of this application system is the Financial and Development Supervisory
Agency (BPKP) . The Application System supports administrative financial management of the village. It's just that the local
government needs to be extra in implementing Permendagri 20/2018 and the Minister of Home Affairs Circular Letter No
4122/5165/37.

Keywords: APBDes, Village Financial System, Village

Abstrak
Peran besar yang diterima oleh desa sebagaimana amanat UU, memberikan tanggung jawab yang besar pula.
Oleh karena itu pemerintah desa harus bisa menerapkan prinsip akuntabilitas dalam tata pemerintahannya, di mana
semua akhir kegiatan penyelenggaraan pemerintahan desa harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat
desa sesuai dengan ketentuan. Untuk itu penelitian ini berusaha menggali informasi tentang tata kelola keuangan desa
dengan mempergunakan sistem keuangan desa, pengalokasian dana desa untuk meningkatkan pelayanan terhadap
masyarakat dan strategi dalam bentuk arahan kegiatan bagi pemerintah desa dan lembaga desa dalam pengelolaan
APBDes yang dapat mendukung pelayanan dan pemberdayaan masyarakat. Penelitian ini mempergunakan pendekatan
kualitatif, dengan lokasi penelitian di wilayah Kecamatan Pagak dan kecamatan Kalipare Kabupaten Malang. Hasil
kajian menunjukkan bahwa tata kelola keuangan desa dengan mempergunakan sistem keuangan desa diketahui aplikasi
sistem tata kelola keuangan desa telah tersedia dan diterapkan bagi pemerintah desa di seluruh wilayah Kabupaten
Malang, dengan instritusi pendamping untuk penerapan sistem aplikasi ini adalah Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan (BPKP). Sistem Aplikasi mendukung tata kelola keuangan desa secara administratif. Hanya saja
pemerintah daerah perlu ekstra dalam mengimplementasi Permendagri 20/2018 dan Surat Edaran Menteri Dalam
Negeri No 4122/5165/37 tersebut.

Kata Kunci: APBDes, Sistem Keuangan Desa, Desa

* Korespondensi Penulis © 2019 Heru Sucahyo


Telepon : +62-812-3569-022 Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-
Surel : herusucahyo7@gmail.com NonKomersial-BerbagiSerupa 4.0 Internasional. 33
I. Pendahuluan Dalam hal keuangan desa, pemerintah desa
Pasal 18 ayat (2) dan ayat (5) UUD Tahun 1945 wajib menyusun Laporan Realisasi Pelaksanaan
menyatakan Pemerintahan Daerah berwenang APB Desa dan Laporan Pertanggungjawaban
untuk mengatur dan mengurus sendiri Urusan Realisasi Pelaksanaan APB Desa. Laporan ini
Pemerintahan menurut Asas Otonomi dan Tugas dihasilkan dari suatu siklus pengelolaan keuangan
Pembantuan dan kepada daerah diberikan desa, yang dimulai dari tahapan perencanaan dan
otonomi yang seluas-luasnya. Pemberian otonomi penganggaran; pelaksanaan dan penatausahaan;
seluas-luasnya kepada Daerah diarahkan untuk hingga pelaporan dan pertanggungjawaban
mempercepat terwujudnya kesejahteraan pengelolaan keuangan desa. Namun demikian, peran
masyarakat melalui peningkatan pelayanan, dan tanggung jawab yang diterima oleh desa belum
pemberdayaan, dan peran serta masyarakat. diimbangi dengan sumber daya manusia (SDM) yang
Selanjutnya dalam Pasal 18 ayat (7) UUD Tahun memadai baik dari segi kuantitas maupun kualitas.
1945 ditentukan bahwa; Susunan dan tata cara Kendala umum lainnya yaitu desa belum memiliki
penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur prosedur serta dukungan sarana dan prasarana
dalam UU. Di antaranya UU No 23 Tahun 2014 dalam pengelolaan keuangannya serta belum
tentang Pemerintahan Daerah. kritisnya masyarakat atas pengelolaan anggaran
Pengakuan keberadaan desa dalam UU No pendapatan dan belanja desa. Besarnya dana yang
23 Tahun 2014 ditegaskan dalam Pasal 2 ayat (2) harus dikelola oleh pemerintah desa memiliki risiko
yang menyebutkan bahwa: Daerah Kabupaten/Kota yang cukup tinggi dalam pengelolaannya, khususnya
dibagi atas Kecamatan dan Kecamatan dibagi atas bagi aparatur pemerintah desa.
Kelurahan dan/atau Desa. Demikian pula dalam Dalam UU Desa, pemerintah pusat, pemerintah
Pasal 371 ayat (1) UU No. 23 Tahun 2014 kembali provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota turut
menegaskan bahwa: Dalam Daerah kabupaten/ membantu memberdayakan masyarakat desa
kota dapat dibentuk Desa. Sedangkan pada ayat (2) dengan pendampingan dalam perencanaan,
menyebutkan bahwa Desa mempunyai kewenangan pelaksanaan, dan pemantauan pembangunan desa.
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- Sebagaimana diharapkan bahwa pola pendampingan
undangan mengenai Desa. tersebut masih menyisakan berbagai problematika
Disahkannya UU No 6 Tahun 2014 tentang antara lain: 1) Pendamping Desa secara rata-rata
Desa, diharapkan segala kepentingan dan kebutuhan masih belum optimal dalam melaksanakan program
masyarakat desa dapat diakomodasi dengan lebih pendampingan di Desa, hal ini dikarenakan jumlah
baik. Pemberian kesempatan yang lebih besar bagi pendamping Desa secara kuantitas masih terbatas,
desa untuk mengurus tata pemerintahannya sendiri 2) Selain itu tenaga pendamping Desa bukan berasal
serta pemerataan pelaksanaan pembangunan dari masyarakat lokal sehingga masih terbatas
diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan dalam memahami kultur masyarakat Desa setempat
dan kualitas hidup masyarakat desa, sehingga dan proses pendampingan tidak bisa sustainable
permasalahan seperti kesenjangan antar wilayah, dikarenakan terbatasnya durasi waktu kontrak
kemiskinan, dan masalah sosial budaya lainnya kerja pendampingan. Hal ini menjadi penting
dapat diminimalisir. dalam meningkatkan pemahaman bagi aparatur
UU No 6 Tahun 2014 beserta peraturan pemerintah desa dalam pengelolaan keuangan
pelaksanaanya telah mengamanatkan pemerintah desa, meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan
desa untuk lebih mandiri dalam mengelola perundang-undangan, dan meningkatkan kualitas
pemerintahan dan berbagai sumber daya alam laporan keuangan dan tata kelola. Berdasarkan
yang dimiliki, termasuk di dalamnya pengelolaan kondisi tersebut, perlu dilakukan kajian mengenai
keuangan dan kekayaan milik desa. Selain Dana Desa, dampak pengelolaan apbdes dengan sistem
sesuai UU Desa pasal 72, Desa memiliki Pendapatan keuangan desa terhadap pemberdayaan masyarakat
Asli Desa dan Pendapatan Transfer berupa Alokasi dan kelembagaan desa.
Dana Desa; Bagian dari Hasil Pajak dan Retribusi Penelitian mengenai keuangan desa telah
Kabupaten/Kota; dan Bantuan keuangan dari APBD banyak dilakukan Manto dan Djaelani (2017),
Provinsi/Kabupaten/Kota. meneliti tentang Analisis Perencanaan Pengelolaan
Peran besar yang diterima oleh desa, tentunya Keuangan Desa (Studi Pada Desa Trapang
disertai dengan tanggung jawab yang besar pula. Kecamatan Banyuates Kabupaten Sampang. Ia
Oleh karena itu pemerintah desa harus bisa menyimpulkan, proses perencanaan hingga evaluasi
menerapkan prinsip akuntabilitas dalam tata perencanaan APBDesa Trapang ini sudah sesuai
pemerintahannya, di mana semua akhir kegiatan dengan Permendagri No 113 tahun 201 pasal 20
penyelenggaraan pemerintahan desa harus dapat hingga pasal 23. Sehubungan dengan hal tersebut
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat desa maka penelitian ini menyarankan sebaiknya
sesuai dengan ketentuan. perangkat desa Trapang lebih memperhatikan

Karta Raharja 1 (1) (2019): 33 - 46

34
proses perencanaan APBDesa Permendagri No dan strategi pemerintah desa terhadap pengelolaan
113 tahun 2014. Sebaiknya perencanaan APBDesa APBDes dalam mendukung pelayanan dan
lebih mengutamakan pembangunan desa non fisik pemberdayaan.
seperti tingkat pendidikan dan mata pencaharian.
Selanjutnya penelitian Mardona H (2016)
tentang pengelolaan keuangan desa di Desa
Marga Mulia Kecamatan Kongbeng Kabupaten
Kutai Timur penelitiannya menyimpulkan ada
usaha yang dilakukan desa untuk mengemas
penggunaan anggaran ke dalam skala prioritas
program, kegiatan, dan kebutuhan pembangunan
desa dirumuskan berdasarkan penilaian terhadap
kebutuhan masyarakat desa. Hanya saja belum
secara menyeluruh dan tersistematis, dan kesannya
hanya sekadar menggunakan anggaran. Jika
merujuk pada Penggunaan ADD di Desa Marga
Mulia Belum ada perhatian terhadap bidang-bidang
pelaksanaan pembangunan desa secara menyeluruh.
Pelaksanaan keuangan desa yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat desa senantiasa bertumpuh
pada RPJM Desa dan RKP Desa yang menjadi pijakan
bagi penyusunan APBDesa. Sedangkan dalam
hal mekanisme atau prosedur yang ditempuh,
telah ada upaya pelaksanaan keuangan desa yang
berpedoman pada aturan yang telah ditetapkan.
Selain kedua penelitian di atas, Atmaja (2016)
meneliti tentang Analisis Pengelolaan Keuangan
Dan Kekayaan Desa (Studi Kasus di Desa Plesungan
Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar).
Analisisnya menunjukkan tata kelola keuangan
dan kekayaan pemerintah Desa Plesungan ada
yang sudah sesuai dan juga ada yang belum sesuai Gambar 1. Alur Penelitian
dengan UU. Peraturan Desa Plesungan pada
umumnya sudah sesuai dengan UU. Meski begitu,
Desa Plesungan belum memiliki ketentuan khusus
sebagaimana yang diamanatkan UU No 6 tahun 2014 II. Metode
tentang Desa. Sistem administrasi dan informasi Penelitian ini adalah peneltian deskriptif
desa, masyarakat belum bisa mengakses informasi dengan pendekatan kualitatif. Pasalnya, lebih
desa karena pemerintah Desa Plesungan belum mengutamakan makna dan tindakan dari
menyediakan akses administrasi dan informasi pengalaman sekelompok manusia dan perilaku
desa. sosial yang dalam konteks ini adalah langkah-
Penelitian Nurmawati et.al (2016) tentang langkah para pengambil keputusan (Creswell,
Implementasi Pengelolaan Keuangan dan Aset Desa 2014; McNabb, 2013). Pengumpulan data dilakukan
Kabupaten Badung dengan Berlakunya UU No 6 dengan wawancara dan Focus Group Discussion
Tahun 2014 tentang Desa. Untuk Kabupaten Badung (FGD). Penelitian dilakukan di Kecamatan Pagak
yang mengenal desa dinas dan desa pakraman, dan Kecamatan Kalipare Kabupaten Malang dengan
pendaftaran pengelolaan keuangan desa diberikan subjek penelitian di antaranya Camat di wilayah
kepada desa dinas. Sementara desa pakraman, lokasi kajian, Kepala Desa Kalipare dan Sumber
subak, dsb, tidak boleh menerima bantuan keuangan Manjing Kulon, serta Ketua BPD Desa Kalipare dan
yang diberikan oleh pemerintah, meski pada 2015 Sumber Manjing Kulon. Penentuan sampel dilakukan
untuk Provinsi Bali masih berdasarkan kebijakan dengan metode purposive sampling melalui
Kemendagri masih diperkenankan untuk memberi informan kunci. Kemudian, sampel selanjutnya
bantuan ke desa pakraman. ditentukan dengan metode snowball sampling
Berangkat dari permasalahan di atas, maka dimana sampel diperoleh berdasarkan informasi
penelitian ini akan membahas tata kelola kuangan dari responden sebelumnya. Metode pengumpulan
desa dalam sistem keuangan desa; pengalokasian data dilakukan untuk mendapatkan data primer
dana desa dalam meningkatkan pelayanan publik; dan sekunder. Tahapan ini dilakukan melalui

Pengelolaan APBDes dengan Sistem Keuangan Desa


di Kabupaten Malang Jawa Timur
Heru Sucahyo 35
wawancara dengan informan kunci. Pengumpulan kelola keuangan desa yang bersih, tertib, efektif
data dilakukan dengan dokumentasi, observasi, dan efisian. Proses pengawasan dan pemeriksaan
serta Focus Group Discusion (FGD). Analisa data pertanggungjawaban keuangan desa juga lebih
dilakukan dengan menginput dan mengolah hasil mudah diterapkan.
survey lapangan sesuai kriteria/parameter yang
digunakan, penelitian berbagai alternatif dan 1) Sistem Keuangan Desa
solusi yang diusulkan sesuai dengan formulir yang Sebagaimana diketahui bahwa Sistem
sudah dipersiapkan sebelumnya. Analisis data Keuangan Desa (SiskeuDes) dalam pelaksanaannya
yang dilakukan sejak awal dan sepanjang proses didukung dengan suatu aplikasi yaitu Aplikasi Sistem
penelitian berlangsung melalui dua tahap. Tahap Tata Kelola Keuangan Desa. Aplikasi tata kelola
pertama adalah menyusun menejemen data dan keuangan desa ini pada awalnya dikembangkan
tahap kedua melakukan data collecting (Denzin & Perwakilan BPKP Sulawesi Barat sebagai proyek
Lincoln, 2005). percontohan di lingkungan BPKP pada bulan Mei
2015. Aplikasi ini telah diimplementasikan secara
perdana di Pemerintah Kabupaten Mamasa pada
III. Hasil dan Pembahasan bulan Juni 2015. Keberhasilan atas pengembangan
Subtansi dalam bab ini meliputi tinjauan tata aplikasi ini selanjutkan diserahkan kepada Deputi
kelola keuangan desa dengan mempergunakan Kepala BPKP Bidang Pengawasan Penyelenggaran
sistem keuangan desa, pengalokasian dana Keuangan Daerah setelah melewati tahapan Quality
desa untuk meningkatkan pelayanan terhadap Assurance (QA) oleh Tim yang telah ditunjuk.
masyarakat, serta strategi dalam bentuk arahan Terhitung mulai tanggal 13 Juli 2015 aplikasi
kegiatan bagi pemerintah desa dan lembaga desa keuangan desa ini telah diambil alih penanganannya
dalam pengelolaan APBDes yang dapat mendukung oleh Deputi Pengawasan Bidang Penyelenggaraan
pelayanan dan pemberdayaan masyarakat. Bab ini Keuangan Daerah BPKP di Jakarta.
juga menjawab pertanyaan penelitian mengenai Aplikasi keuangan desa ini menggunakan
bagaimana pengelolaan APBDes dengan sistem database Microsoft Acces sehingga lebih portable
keuangan desa. dan mudah diterapkan oleh pengguna aplikasi
yang awam sekalipun. Secara teknis transaksi
A. Tata Kelola Keuangan Desa dalam keuangan desa termasuk dalam kelompok skala
Sistem Keuangan Desa kecil, sehingga lebih tepat ditangani secara mudah
Semenjak disahkannya UU No 6 Tahun 2014 dengan database acces ini. Penggunaan aplikasi
tentang Desa, desa diberikan kesempatan yang dengan menggunakan database SQLServer hanya
besar untuk mengurus tata pemerintahannya dikhususkan untuk tujuan tertentu atau volume
sendiri serta pelaksanaan pembangunan untuk transaksi sudah masuk dalam kategori skala
meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup menengah.
masyarakat desa. Selain itu pemerintah desa Penggunaan aplikasi keuangan desa harus
diharapkan lebih mandiri dalam mengelola mendapatkan persetujuan dari BPKP selaku
pemerintahan dan berbagai sumber daya alam pengembang aplikasi. Pemerintah Daerah dapat
yang dimiliki, termasuk di dalamnya pengelolaan mengajukan permohonan penggunaan aplikasi
keuangan dan kekayaan milik desa. Begitu besar ini kepada Perwakilan BPKP setempat. Pengajuan
peran yang diterima oleh desa, tentunya disertai penggunaan aplikasi agar dikoordinasikan oleh
dengan tanggung jawab yang besar pula. Oleh Pemerintah Daerah sehingga dapat diterapkan pada
karena itu pemerintah desa harus bisa menerapkan seluruh desa yang ada pada pemerintah daerah yang
prinsip akuntabilitas dalam tata pemerintahannya, bersangkutan. Persetujuan penggunaan aplikasi
sehingga penyelenggaraan pemerintahan desa dilakukan dengan cara memberikan kode validasi
harus dapat dipertanggungjawabkan kepada pemda yang dikeluarkan secara resmi oleh BPKP.
masyarakat sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Petunjuk pengoperasian aplikasi sistem tata
Sehubungan dengan hal tersebut, dalam rangka kelola keuangan desa (2017) menjelaskan proses
mempercepat peningkatan akuntabilitas keuangan aplikasi sistem tata kelola keuangan desa yang
negara, sebagaimana tercantum dalam diktum meliputi data umum yang terdiri dari database dan
keempat Inpres No 4 Tahun 2011, maka melalui sistem koneksi data, parameter umum, data entri.
Badan Pengawasan Keuangan dan pembangunan Selain itu terdapat pula petunjuk pengoperasian
(BPKP) melaksanakan pengembangan sistem modul penganggaran dan petunjuk pengoperasian
aplikasi tata kelola keuangan desa yang dapat modul penatausahaan yang terdiri dari persiapan
digunakan membantu pemerintah desa dalam penatausahaan, penatausahaan penerimaan,
melakukan pengelolaan keuangan desa. penatausahaan pengeluaran, penyetoran pajak,
Eksistensi sistem keuangan desa ini, diharapkan mutasi kas, dan laporan penatausahaan. Juga
agar pemerintah desa dapat mewujudkan tata

Karta Raharja 1 (1) (2019): 33 - 46

36
Tabel 1.
Analisis Temuan Sistem Aplikasi Tata Kelola Keuangan Desa

Subtansi Fokus
Temuan Lapangan Hasil Analisa
Penelitian

Eksistensi Aplikasi Aplikasi Sistem Tata Kelola Keuangan Desa telah tersedia dan diterapkan bagi pemerintah desa di Sistem Aplikasi
Sistem Tata Kelola seluruh wilayah Kabupaten Malang, dengan instritusi pendamping untuk penerapan sistem aplikasi mendukung tata
Keuangan Desa ini adalah Badan Pengawasan Keuangan Dan Pembangunan (BPKP). kelola keuangan
Telah tersedia petunjuk teknis yang dapat menerapkan Aplikasi Sistem Tata Kelola Keuangan Desa. desa secara
Upaya peningkatan pemahaman, dan ketrampilan pengoperasian Aplikasi Sistem Tata Kelola administratif
Keuangan Desa telah dilakukan melalui pelatihan-pelatihan serta adanya panduan dalam bentuk
Petunjuk Pengoperasian Aplikasi Sistem Tata Kelola Keuangan Desa

Sumber: Diolah penulis, 2018

terdapat petunjuk pengoperasian modul pelaporan. terangkum dalam suatu siklus pengelolaan
Sampai dengan aplikasi ini dibuat belum ada keuangan desa yang meliputi perencanaan,
regulasi mengenai keharusan desa membuat laporan pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan
keuangan sesuai Standar Akuntansi Pemerintahan pertanggung jawaban keuangan desa. Perencanaan
(PP No 71 Tahun 2010). Oleh karena itu, untuk pembangunan desa dituangkan dalam APBDesa.
penyederhanaan aplikasi ini belum menggunakan Siklus tersebut mencakup pelaksanaan dari
sistem akuntansi sebagaimana dimaksud dalam wewenang dan tanggung jawab yang dimiliki
SAP. Prosedur akuntansi akan diterapkan secara oleh desa. Sehingga dalam praktiknya, aparatur
penuh apabila telah ada regulasi yang jelas pemerintah desa dituntut untuk dapat memahami
mengenai keharusan desa mengikuti standar dan mengelola keuangan desa dengan baik dan
akuntansi pemerintahan. Selain itu, pemahaman benar sesuai dengan ketentuan perundang‐
SDM perangkat desa mengenai akuntansi menjadi undangan yang berlaku. Keuangan Desa menurut
pertimbangan belum diterapkannya sistem UU Desa adalah semua hak dan kewajiban desa
akuntansi tersebut. yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu
Sehubungan dengan tata kelola keuangan berupa uang dan barang yang berhubungan dengan
desa maka diketahui bahwa di Kabupaten Malang pelaksanaan hak dan kewajiban desa. Hak dan
telah terdapat sistem aplikasi yang dipergunakan kewajiban tersebut menimbulkan pendapatan,
dalam tata kelola keuangan desa. Institusi yang belanja, pembiayaan yang perlu diatur dalam
intensif mendampingi dalam penerapan system pengelolaan keuangan desa yang baik. Siklus
aplikasi ini adalah Badan Pengawasan Keuangan pengelolaan keuangan desa meliputi perencanaan,
Dan Pembangunan (BPKP). Adapun hasil analisa pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan
temuan dalam sistem tata kelola keuangan desa pertanggungjawaban, dengan periodisasi satu
dapat dilihat pada Tabel 1. tahun anggaran, terhitung mulai 1 Januari s.d 31
Kondisi tata kelola keuangan dengan Desember.
mempergunakan system aplikasi ini memberi Hasil penelusuran lapangan diketahui bahwa,
manfaat positif bagi aparatur desa. Proses tata upaya pemberdayaan desa menemukan beragam
kelola yang meliputi perencanaan pembangunan tantangan dan pembelajaran. Salah satu tantangan
desa, penganggaran keuangan desa pelaksanaan yang akan dihadapi oleh pengelola keuangan desa
keuangan desa, penatausahaan keuangan desa, dalam waktu dekat adalah penyesuaian tata kelola
pelaporan dan pertanggungjawaban keuangan desa keuangan desa terhadap Permendagri No 20 Tahun
dan pengawasan keuangan desa telah diwadahi 2018 tentang Pengelolaan Keuangan Desa.
dalam aplikasi keuangan desa ini. Hal mana pada Selain itu hal yang menarik lainnya, adalah
eksistensi Sistem Aplikasi sangat mendukung tata penerapan Keputusan Bersama Menteri Dalam
kelola keuangan desa secara administratif. Negeri, Menteri Keuangan, Menteri Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi
2) Dinamika Regulasi dalam Tata Kelola Dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/
Keuangan Desa Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
UU No 6 Tahun 2014 (UU Desa) beserta No 140-8698 Tahun 2017, No 954/KMK.07/2017,
peraturan pelaksanaannya telah mengamanatkan No 116 Tahun 2017, No 01/SKB/M.PPN/12/2017
pemerintah desa untuk lebih mandiri dalam Tentang Penyelarasan Dan Penguatan Kebijakan
mengelola pemerintahan dan berbagai sumber Percepatan Pelaksanaan UU No 6 Tahun 2014
daya alam yang dimiliki, termasuk di dalamnya Tentang Desa.
merencanakan pembangunan desa serta mengelola
keuangan dan kekayaan milik desa. Semua itu

Pengelolaan APBDes dengan Sistem Keuangan Desa


di Kabupaten Malang Jawa Timur
Heru Sucahyo 37
a) Permendagri No 20 Tahun 2018 tentang pengelolaan desa demikian dinamis dengan adanya
Pengelolaan Keuangan Desa Peraturan Menteri Dalam Negeri No 20 Tahun
Sebagaimana diketahui regulasi keuangan 2018 serta Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No
khususnya dalam pengelolaan keuangan desa 4122/5165/37. Hal ini menjadi tantangan tersendiri
selama ini mengacu pada Permendagri No 113 bagi Pemerintah Kabupaten Malang khususnya
Tahun 2014 serta dalam perencanaan mengacu maupun pemerintah kabupaten/kota se Indonesia,
pada Permendagri No 114 Tahun 2014 tentang terlebih bagi aparatur pemerintah desa dalam
Pedoman Pembangunan Desa khususnya mengenai mengaplikasikan sistem pengelolan keuangan
tahapan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka desa berdasarkan Permendagri No 20 Tahun 2018.
Menengah (RPJM) Desa. Eksistensi Permendagri Walaupun demikian, hasil penelusuran di lapangan,
20/2018 tentang Pengelolaan Keuangan Desa adalah Bimbingan Teknis (Bimtek) tentang Permendagri
merupakan peraturan pengganti Permendagri No No 20 Tahun 2018 memang sedang berjalan dalam
113 Tahun 2014. Hal ini sangat jelas dalam bagian rangka meningkatkan pemahaman bagi pelaksana
Penutup Bab VIII pasal 79 ayat point b menyatakan baik di tingkat kabupaten hingga pada tingkat desa.
bahwa pada saat Peraturan menteri ini mulai Analisa mengenai perbandingan Permendagri
berlaku Peraturan Menteri Dalam Negeri No 113 No 13 Tahun 2014 dengan Permendagri No 20
Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa Tahun 2018 menunjukkan banyak perubahan dalam
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 hal pengelolaan keuangan desa. Terlebih lagi dengan
Nomor 2094 dinyatakan dicabut dan tidak berlaku. adanya SE Mendagri No 4122/5165/37 maka
Peraturan Menteri Dalam Negeri No 20 Tahun langkah-langkah yang ditempuh pemerintah daerah
2018 juga mencabut sebagian pasal-pasal yang perlu ekstra mengimplementasi Permendagri No
terdapat dalam Permendagri No 114 Tahun 2014 20 Tahun 2018 dan Surat Edaran Menteri Dalam
tentang Pedoman Pembangunan Desa sebagaimana Negeri No 4122/5165/37 tersebut.
disebutkan dalam bagian Penutup Bab VIII pasal Adapun hasil analisa yang diperoleh sebagai
79 point a. Adapun pasal-pasal dalam Permendagri catatan perubahan mendasar pengelolaan
114 Tahun 2014 yang dicabut meliputi: Pasal 6 ayat keuangan desa di antaranya; a) Pencatatan
(2), ayat (3) ayat (4) dan ayat (5), Pasal 40 ayat (2), akutansi keuangan menggunakan metode Basis
Pasal 52 ayat (1), Pasal 54 ayat (2), Pasal 57, Pasal Kas. Artinya, transaksi keuangan baru dicatat
58, Pasal 60 ayat (4), Pasal 62 ayat (2) dan ayat jika sudah terjadi penerimaan atau pengeluaran.
(3), Pasal 66 ayat (2), Pasal 69, Pasal 71, Pasal 72, Sebelumnya menggunakan basis akrual yang
Pasal 79, dan Pasal 81 ayat (3). mencatat semua transaksi meskipun belum ada
Keberlakukan Peraturan Menteri Dalam pengeluaran atau penerimaan kas; b) Pengelola
Negeri No 20 Tahun 2018 juga diatur dalam bagian keuangan diharuskan berasal dari perangkat desa
Ketentuan Peralihan Bab VII pasal 78. Hal ini yang terdiri dari Kepala Urusan (Kaur) dan Kepala
menunjukkan, Peraturan Menteri Dalam Negeri Seksi (Kasi). Dalam hal ini sebenarnya Kabupaten/
No 13 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Kota bisa mengatur (melalui Perbup) mengenai
Desa tetap berlaku sampai 2018. Implementasi adanya unsur masyarakat yang masuk menjadi
pengelolaan keuangan Desa menurut Peraturan tim pelaksana kegiatan. Penatausahaan atau fungsi
Menteri Dalam Negeri No 20 Tahun 2018 dinyatakan perbendaharaan dilakukan oleh Kaur Keuangan,
mulai berlaku untuk APB Desa tahun anggaran 2019. sebelumnya oleh Bendahara; c) Terdapat perubahan
Hal ini berimplkasi pula pada Peraturan Bupati/ struktur kodifikasi Bidang, Sub Bidang, Kegiatan,
Walikota mengenai Pengelolaan Keuangan Desa Jenis Belanja, Obyek Belanja, hingga item belanja/
yang telah ditetapkan sebelum Peraturan Menteri pengeluaran. Struktur ini termasuk penentuan
ini tetap berlaku dan wajib menyesuaikan paling kode rekening yang baku hingga item belanja
lambat 1 (satu) tahun setelah Peraturan Menteri ini dalam rancangan anggaran. Penambahan item yang
ditetapkan. dinamis (di luar kebakuan) hanya disediakan nomor
kode rekening 90-99 saja. Terlihat ambisi yang tinggi
Hasil penelusuran lapangan juga diperoleh untuk kepentingan agregasi secara nasional; d)
informasi dalam rangka menindaklanjuti Peraturan Terdapat tambahan format dokumen penganggaran,
Menteri Dalam Negeri No 20 Tahun 2018 tersebut, pelaksanaan, hingga laporan realisasi dan
maka dikeluarkan Surat Edaran Menteri Dalam pertanggungjawaban. Dokumen tambahan tersebut
Negeri No 4122/5165/37 tentang Tindak Lanjut (selain yang sudah termuat dalam Permendagri
Peraturan Menteri Dalam Negeri No 20 Tahun 2018 113/2014) meliputi: DPA, RKA, RKK, RAK, Buku
Tentang Pengelolaan Keuangan Desa yang ditujukan Pembantu Panjar, Buku Pembantu Terima Swadaya,
pada Bupati/Walikota se-Indonesia tertanggal 25 laporan perkembangan pelaksanaan kegiatan,
Juli 2018. Catatan atas Laporan Keuangan (CALK), dan
Kenyataan ini menunjukkan, pengaturan laporan program sektoral; e) Adanya kewenangan

Karta Raharja 1 (1) (2019): 33 - 46

38
BPD untuk menolak RAPBDesa; f) Kewenangan dalam klausul mengenai fasilitasi penggunaan Dana
pembinaan dan pengawasan bukan hanya pada Desa untuk kegiatan pembangunan desa paling
level kabupaten/kota dan provinsi, tetapi hingga sedikit 30% (tiga puluh persen) wajib digunakan
level Kementerian. untuk membayar upah masyarakat dalam rangka
Sebagaimana diketahui aturan baru akan menciptakan lapangan kerja di Desa dan ketentuan
mengakibatkan aturan turunan baru. Mekanisme mengenai upah kerja dibayar secara harian atau
baru akan mengakibatkan penyesuaian secara sosial mingguan dalam pelaksanaan kegiatan yang
dan teknis di lapangan (Wahyuni, Haris, & Suwena, dibiayai dengan Dana Desa. Dengan begitu maka
2017, p. 9). Dalam hal ini pengelola keuangan di berpengaruh terhadap tata kelola keuangan desa.
desa juga harus menyesuaikan tata kelola keuangan Dinamika regulasi ini, berdampak bagi
yang sudah berjalan selama ini dengan aturan dan Pemerintah daerah secara ekstra dalam
mekanisme yang baru. Hal ini dihadapi tidak hanya mengimplementasi Permendagri 20/2018
desa, pemerintah kabupaten/kota dan provinsi dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No
pun juga harus menyiapkan pola penguatan 4122/5165/37 tersebut. Hal ini dirasakan demikian
kapasitas dan pendampingan desa sehingga perlu adalnya penguatan kapasitas pemerintah desa
pengelolaan keuangan desa tidak menjebak desa perlu dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota
pada aspek teknokratis dan administatif saja. dan provinsi serta melaksanakan pendampingan
Selain itu, implementasi UUDesa tidak boleh hanya desa sehingga pengelolaan keuangan desa tidak
dimaknai dengan pengelolaan akutansi Dana Desa. menjebak desa pada aspek teknokratis dan
Pengelolaan keuangan desa yang dilakukan harus administratif.
berdasar atas azas-azas transparansi, partisipatif,
serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran B. Pengalokasian Dana dalam
(Sari, 2019, p. 108). Meningkatkan Pelayanan Publik
Keuangan Desa adalah semua hak dan
b) Keputusan Bersama kewajiban dalam rangka penyelenggaraan
Sehubungan dengan eksistensi Keputusan pemerintahan desa yang dapat dinilai dengan
Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, uang serta segala sesuatu yang berupa uang dan
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak
Dan Transmigrasi Dan Menteri Perencanaan dan kewajiban Desa. Pengelolaan Keuangan Desa
Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan merupakan keseluruhan kegiatan yang meliputi
Pembangunan Nasional No: 140-8698 Tahun 2017, perencanaan, penganggaran, penatausahaan,
No: 954/KMK.07/2017, No: 116 Tahun 2017, No: pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan
01/SKB/M.PPN/12/2017 tentang Penyelarasan keuangan desa (Tahir, Anwar, & Dinakhir, 2019).
Dan Penguatan Kebijakan Percepatan Pelaksanaan Dalam rangka pengelolaan keuangan desa agar lebih
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang mencerminkan keberpihakan kepada kebutuhan
Desa tertanggal 18 Desember 2017, maka terdapat masyarakat dan sesuai peraturan perundangan,
sejumlah implikasi dalam kaitannya dengan maka harus dikelola secara transparan, akuntabel,
pengelolaan desa. Hal ini mengingat bahwa; a) partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan
berdasarkan Peraturan Pemerintah No 43 tahun disiplin anggaran.
2014 tentang Keuangan Desa dalam Pasal 118 Pelaksanaan kebijakan pengelolaan keuangan
menyebutkan, RKP Desa mulai disusun oleh Desa untuk dapat sesuai amanah UU No 6 tentang
Pemerintah Desa pada bulan Juli tahun berjalan. Desa dan Peraturan Pelaksanaannya, Pedoman
RKP Desa ditetapkan dengan peraturan Desa Pengelolaan Keuangan desa, dan mencerminkan
paling lambat akhir bulan September tahun keberpihakan terhadap kebutuhan riil masyarakat,
berjalan; b) Berdasarkan Peraturan Pemerintah maka setiap tahunnya Pemerintah Desa bersama
No 43 tahun 2014 tentang Keuangan Desa dalam Badan Permusyawaratan Desa menetapkan
Paragraf 5 APB Desa Pasal 101 menyebutkan Peraturan Desa tentang Anggaran pendapatan dan
bahwa Rancangan peraturan Desa tentang APB Belanja Desa (APBDesa) secara partisipatif dan
Desa disepakati bersama oleh kepala Desa dan transparan yang proses penyusunannya dimulai
Badan Permusyawaratan Desa paling lambat bulan dengan lokakarya desa, konsultasi publik dan rapat
Oktober tahun berjalan. Musyawarah BPD untuk penetapannya.
Sehubungan dengan hal tersebut maka, Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja
implikasi yang terjadi dari penelusuran di lapangan Desa (RAPBDes) di dalamnya memuat pendapatan,
terdapat desa-desa di Kabupaten Malang yang Belanja dan Pembiayaan yang pengelolannya
telah menyusun RKP maupun APBDes, melakukan dimulai 1 Januari sampai 31 Desember. Kebijakan
penyesuaian penyusunan ulang terhadap APBDes pengelolaan keuangan desa untuk tahun anggaran
dan RKP terutama kegiatan padat karya sebagaimana 2017 merupakan sistem pengelolaan keuangan

Pengelolaan APBDes dengan Sistem Keuangan Desa


di Kabupaten Malang Jawa Timur
Heru Sucahyo 39
Tabel 2.
Analisis Temuan Dinamika Regulasi Terhadap Tata Kelola Keuangan Desa

Subtansi Fokus Penelitian Temuan Lapangan Hasil Analisa

Peraturan Menteri Dalam Negeri Pemerintah daerah perlu “ekstra” dalam mengimplementasi Pola penguatan kapasitas
Nomor 20 Tahun 2018 Permendagri 20/2018 dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri pemerintah desa perlu dilakukan
Surat Edaran Menteri Dalam Nomor 4122/5165/37 tersebut., saat ini sedang dilaksanakan Bimtek oleh pemerintah kabupaten/kota
Negeri Nomor 4122/5165/37 berhubungan dengan kedua regulasi tersebut. dan provinsi serta melaksanakan
tentang Tindak Lanjut Peraturan Penyesuaian penyusunan ulang terhadap APB Des dan RKP oleh pendampingan desa sehingga
Menteri Dalam Negeri Nomor 20 pemerintah desa terutama kegiatan padat karya sebagaimana pengelolaan keuangan desa
Tahun 2018 Tentang Pengelolaan dalam klausul mengenai fasilitasi penggunaan Dana Desa untuk tidak menjebak desa pada aspek
Keuangan Desa yang ditujukan kegiatan pembangunan desa paling sedikit 30% (tiga puluh persen) teknokratis dan administatif
pada Bupati/Walikota se- wajib digunakan untuk membayar upah masyarakat dalam rangka
Indonesia tertanggal 25 Juli 2018 menciptakan lapangan kerja di Desa dan ketentuan mengenai upah kerja
dibayar secara harian atau mingguan dalam pelaksanaan kegiatan yang
dibiayai dengan Dana Desa;

Sumber: Diolah penulis, 2018

yang baru bagi desa. Sehingga masih harus banyak Dalam hal pengalokasian dana desa untuk
dilakukan penyesuaian-penyesuaian secara meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat
menyeluruh sampai pada teknis implementasinya. maka dapat diidentifikasi jumlah anggaran belanja
Sehubungan dengan pengalokasian dana desa digunakan untuk mendanai penyelenggaraan
desa untuk meningkatkan pelayanan terhadap pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan
masyarakat, mak hal ini dapat dilihat dari komponen desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan
belanja desa. Belanja Desa merupakan semua pemberdayaan masyarakat desa. Sebagai ilustrasi
pengeluaran dari rekening desa yang merupakan kebijakan umum belanja desa di Desa Sumber
kewajiban desa dalam satu tahun anggaran yang Manjing Kulon sebagai berikut:
tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh
desa (Rosielita, Sulindawati, & Sinarwati, 2017, p. 4). Tabel 3.
Belanja Desa dipergunakan dalam rangka mendanai Pagu Pembangunan Desa
penyelenggaraan kewenangan desa. Belanja Desa
yang ditetapkan dalam APB Desa sesuai pasal
No Bidang Persen
100 PP Nomor 47 Tahun 2015 digunakan dengan
ketentuan: Paling sedikit 70% (≥ 70%) dari jumlah 1 Penyelenggaraan Pemerintahan Desa 31.47%
anggaran belanja desa digunakan untuk mendanai
2 Pelaksanaan Pembangunan Desa 50.34%
penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan
pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan 3 Pembinaan Kemasyarakatan Desa 5.03%
desa, dan pemberdayaan masyarakat desa (4
4 Pemberdayaan Masyarakat 12.42%
bidang). Paling banyak 30% (≤ 30%) dari jumlah
anggaran belanja desa digunakan untuk penghasilan Jumlah 100.00%
tetap dan tunjangan kepala desa dan perangkat
desa; Operasional pemerintah desa; Tunjangan dan Sumber: Diolah dari APBDes Sumber Manjing Kulon, 2017
operasional Badan Permusyawaratan Desa; Insentif
Rukun Tetangga dan Rukun Warga yaitu bantuan Sedangkan dalam hal Operasional
kelembagaan yang digunakan untuk operasional RT Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Sumber
dan RW. Manjing Kulon dapat dilihat pada Tabel 4.
Penghasilan tetap, operasional pemerintah Apabila mengacu bahwa paling sedikit 70% (≥
desa, dan tunjangan dan operasional BPD serta 70%) dari jumlah anggaran belanja desa digunakan
insentif RT dan RW dibiayai dengan menggunakan untuk mendanai penyelenggaraan pemerintahan
sumber dana dari Alokasi Dana Desa. Sedangkan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan
Penggunaan Dana Desa diprioritaskan untuk kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan
membiayai pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa (4 bidang). Sedangkan paling
masyarakat. Kebutuhan pembangunan meliputi banyak 30% (≤ 30%) dari jumlah anggaran
tetapi tidak terbatas pada kebutuhan primer, belanja desa digunakan untuk penghasilan tetap
pelayanan dasar, lingkungan, dan kegiatan dan tunjangan kepala desa dan perangkat desa;
pemberdayaan masyarakat desa. Pengertian Tidak Operasional pemerintah desa; Tunjangan dan
Terbatas adalah kebutuhan pembangunan di luar operasional Badan Permusyawaratan Desa; dan
pelayanan dasar yang dibutuhkan masyarakat desa. Insentif Rukun Tetangga dan Rukun Warga yaitu

Karta Raharja 1 (1) (2019): 33 - 46

40
Tabel 4. di Desa Sumber manjing Kulon adalah pelayanan
Operasional Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Sumber dasar, pembangunan sarana dan prasarana desa,
Manjing Kulon
infrastruktur dan lingkungan desa, rehabilitasi/
pemeliharaan infrastruktur dan lingkungan
No Bidang Keterangan Persentase desa, pembangunan sarana dan prasarana
kesehatan, Pembangunan dan rehabilitasi sarana
1 Penghasilan Tetap Kepala
Desa dan Perangkat Desa
ADD 68% dan prasarana pendidikan, Pembangunan dan
rehabilitasi sarana dan prasarana sosial budaya
2 Tunjangan Kepala Desa dan keagamaan, Pengembangan usaha ekonomi
dan Perangkat Desa dan ADD 13%
penghasilan tambahan
produktif, Pembangunan dan rehabilitasi sarana
dan prasarana ekonomi, serta Pelestarian
3 Operasional Kepala Desa lingkungan hidup. Sedangkan prioritas kegiatan
PBH 7%
dan Perangkat Desa
Bidang Pembinaan Kemasyarakatan Desa Tahun
4 Operasional Pemerintah 2017 adalah Peningkatan kemasyarakatan desa.
ADD 2%
Desa

5 Operasional Badan 1) Pengalokasian Dana dalam Meningkatkan


ADD 1% Pemberdayaan
Permusyawaratan Desa
Indeks Desa Membangun (IDM) disusun
6 Tunjangan BPD dan
Anggota
ADD 7% dengan landasan bahwa pembangunan merupakan
proses akumulasi dari dimensi sosial, dimensi
7 Penyelenggaraan ekonomi dan dimensi ekologi (Taufiq, 2019, p.
ADD 2%
Musyawarah Desa
147). Ketiganya menjadi mata rantai yang saling
Sumber: Diolah dari APBDes
memperkuat yang mampu menjamin keberlanjutan
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat Desa.
bantuan kelembagaan yang digunakan untuk Prioritas penggunaan Dana Desa untuk program
operasional RT dan RW. dan kegiatan bidang Pemberdayaan Masyarakat
Hasil analisa diketahui bahwa dalam hal Desa, dialokasikan untuk mendanai kegiatan yang
penggunaan operasional penyelenggaraan bertujuan meningkatkan kapasitas warga atau
pemerintahan Desa Sumber Manjing Kulon mencapai masyarakat desa dalam pengembangan wirausaha,
21,38% dari jumlah anggaran belanja desa. Hal ini peningkatan pendapatan, serta perluasan skala
berarti penggunaan operasional penyelenggaraan ekonomi individu warga atau kelompok masyarakat
pemerintahan Desa Sumber Manjing Kulon telah dan desa, antara lain:
memenuhi ketentuan yang berlaku sesuai PP No 43 a. Peningkatan investasi ekonomi desa melalui
Tahun 2014. pengadaan, pengembangan atau bantuan alat-
Hasil penelusuran lapangan diketahui bahwa alat produksi, permodalan, dan peningkatan
prioritas program dan kegiatan pembangunan Desa kapasitas melalui pelatihan dan pemagangan;
Sumbermanjingkulon yang tersusun dalam RKP b. Dukungan kegiatan ekonomi baik yang
desa Tahun 2017 sepenuhnya didasarkan pada dikembangkan oleh BUM Desa atau BUM Desa
rumusan prioritas masalah. Sehingga prioritas Bersama, maupun oleh kelompok dan atau
program dan kegiatan pembangunan yang akan lembaga ekonomi masyarakat desa lainnya;
dilaksanakan pada tahun 2017 nantinya benar- c. Bantuan peningkatan kapasitas untuk program
benar berjalan efektif untuk meningkatkan dan kegiatan ketahanan pangan desa;
kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup d. Pengorganisasian masyarakat, fasilitasi dan
manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui pelatihan paralegal dan bantuan hokum
pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan masyarakat desa, termasuk pembentukan
sarana dan prasarana desa, pengembangan potensi Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD)
ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya dan pengembangan kapasitas Ruang Belajar
alam dan lingkungan secara berkelanjutan. Masyarakat di desa (Community Centre);
Prioritas program dan kegiatan pembangunan e. Promosi dan edukasi kesehatan masyarakat
skala desa merupakan program pembangunan serta gerakan hidup bersih dan sehat, termasuk
yang sepenuhnya mampu dilaksanakan oleh peningkatan kapasitas pengelolaan Posyandu,
desa. Kemampuan tersebut dapat diukur dari Poskesdes, Polindes dan ketersediaan atau
ketersediaan anggaran desa, kewenangan desa dan keberfungsian tenaga medis/swamedikasi di
secara teknis di lapangan desa mempunyai sumber desa;
daya. f. Dukungan terhadap kegiatan pengelolaan
Adapun prioritas kegiatan Bidang hutan/pantai desa dan hutan/pantai
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Tahun 2017 emasyarakatan;

Pengelolaan APBDes dengan Sistem Keuangan Desa


di Kabupaten Malang Jawa Timur
Heru Sucahyo 41
Tabel 5.
Analisis Temuan Pengalokasian Dana Desa Dalam Meningkatkan Pelayanan Publik

Subtansi Fokus Penelitian Temuan Lapangan Hasil Analisa

Paling sedikit 70% (≥ 70%) dari jumlah Penggunaan dana dalam belanja desa Penggunaan operasional penyelenggaraan
anggaran belanja desa digunakan untuk untuk Penyelenggaraan Pemerintahan Desa pemerintahan mencapai 21,38% dari jumlah
mendanai penyelenggaraan pemerintahan mencapai 31.47%, Pelaksanaan Pembangunan anggaran belanja desa. Hal ini berarti
desa, pelaksanaan pembangunan desa, Desa mencapai 50.34%, Pembinaan penggunaan operasional penyelenggaraan
pembinaan kemasyarakatan desa, dan Kemasyarakatan Desa mencapai 5.03%, pemerintahan Desa secara rata-rata
pemberdayaan masyarakat desa (4 bidang). Pemberdayaan Masyarakat mencapai 12.42% memenuhi ketentuan yang berlaku sesuai PP.
Sedangkan paling banyak 30% (≤ 30%) 43 tahun 2014
dari jumlah anggaran belanja desa untuk
operasional penyelenggaraan pemerintahan
desa

Sumber: Diolah penulis, 2018

g. Peningkatan kapasitas kelompok masyarakat Tabel 7.


untuk energi terbarukan dan pelestarian Pagu Indikatif untuk Bidang Pemberdayaan dalam APBDes Desa
Sumbermanjingkulon Tahun 2017
lingkungan hidup; dan/atau bidang kegiatan
pemberdayaan ekonomi lainnya yang sesuai
dengan analisa kebutuhan desa dan telah Kegiatan Bidang Dukungan dan
No.
Pemberdayaan Kebutuhan
ditetapkan dalam Musyawarah Desa.
04.01 Kegiatan Pelatihan Kepala 4.163.500,00
Teori pemberdayaan masyarakat dalam Desa, Perangkat Desa dan BPD
Suharto (2005) yang menjelaskan bahwa
04.02 Kegiatan Pengelolaan 39.000.000,00
pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan Pelayanan Kesehatan
dengan meningkatkan kemampuan menjangkau, masyarakat
mengunakan dan mempengaruhi pranata-pranata
04.03 Kegiatan Pengelolaan 2.056.000,00
masyarakat, seperti lembaga kesejahteraan sosial, Pelayanan Pendidikan dan
pendidikan, kesehatan. Sedangkan pemberdayaan Kebudayaan
masyarakat oleh Widjaja (2004) yang menjelaskan
04.07 Kegiatan Pengelolaan 8.362.500,00
bahwa cara dalam memberdayakan masyarakat
Informasi dan Komunikasi
terutama di pedesaan tidak cukup hanya dengan
upaya meningkatan produktifitas, pemberian 04.11 Kegiatan Pembentukan 62.752.000,00
kesempatan usaha yang sama atau memberi dan Pengembangan Usaha
Ekonomi
modal saja, akan tetapi harus diikuti pula dengan
perubahan struktur sosial ekonomi masyarakat. 04.14 Kegiatan Pelestarian 3.200.000,00
Lingkungan Hidup
Tabel 6.
Realisasi Kegiatan Bidang Pemberdayaan Masyarakat Desa 04.15 Kegiatan Penyusunan Profil 1.080.000,00
Tahun 2016 Desa/Data Desa/Peta Aset
Desa

04.16 Kegiatan Pengembangan 3.240.000,00


Sumber
No Kegiatan Sistem Transparan dan
Anggaran
Akuntabel
1 Pelatihan Kepala Desa dan Perangkat DDS 04.17 Kegiatan Pendayagunaan 15.000.000,00
Lembaga Kemasyarakatan
2 Peningkatan Kapasitas Lembaga DDS
Desa
Masyarakat
04.24 Kegiatan Intensifikasi dan 10.683.197,00
3 Pemberdayaan Posyandu DDS
Ekstensifikasi PBB
4 Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat DDS, PBH
Jumlah Bidang Pemberdayaan 170.090.197,00
5 Pemberdayaan UMKM DDS
Jumlah Seluruhnya 1.359.083.697,00
6 Intensifikasi PBB PBH
Sumber: Diolah dari APBDes Sumber Manjing Kulon, 2017
Sumber: Diolah dari APBDes Sumber Manjing Kulon, 2017
Adapun alokasi kegiatan sebagaimana dalam
pagu indikatif untuk Bidang Pemberdayaan dalam
APBDes Desa Sumbermanjingkulon dalam Tabel 7.

Karta Raharja 1 (1) (2019): 33 - 46

42
Hasil kajian di lapangan menunjukkan bahwa, (RKP Desa), merupakan penjabaran dari RPJM Desa
alokasi dana untuk kegiatan bidang pemberdayaan untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.
masyarakat mencapai 12,52% dari seluruh kegiatan. Perencanaan pembangunan desa
Hal ini menunjukkan bahwa porsi pemberdayaan jelas melibatkan masyarakat, yaitu melalui
masih perlu ditingkatkan khususnya dalam pos penyusunan rencana pembangunan desa melalui
belanja APBDes. Hal yang menarik dari temuan musyawarah desa. Badan Permusyawaratan Desa
lapangan adalah bahwa, walaupun porsi untuk menyelenggarakan Musyawarah Desa berdasarkan
kegiatan pemberdayaan masih perlu ditingkatkan, laporan hasil pengkajian keadaan desa. Musyawarah
namun demikian secara proses dalam penyusunan Desa dilaksanakan terhitung sejak diterimanya
APBDes beberapa desa di lokasi kajian telah laporan dari kepala desa. Hal‐hal yang dibahas
menunjukkan nilai yang baik dalam mendukung dan disepakati dalam Musyawarah Desa yaitu: a)
proses pemberdayaan. Adapun analisis dengan Laporan hasil pengkajian keadaan desa;b) Rumusan
mempergunakan diagram Fujikake dari diperoleh arah kebijakan pembangunan desa yang dijabarkan
penilaian bisa dilihat pada Gambar 2. dari visi dan misi kepala desa; c) Rencana prioritas
kegiatan penyelenggaraan pemerintahan desa,
pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan
desa, dan pemberdayaan masyarakat desa.
Musyawarah Desa dilakukan dengan diskusi
kelompok secara terarah yang dibagi berdasarkan
bidang penyelenggaraan pemerintahan desa,
pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan
desa, dan pemberdayaan masyarakat desa.
Dalam hal rencana kerja pemerintah desa
(RKP Desa), pemerintah desa menyusun RKP Desa
sebagai penjabaran RPJM Desa. RKP Desa disusun
oleh pemerintah desa sesuai dengan informasi
dari pemerintah daerah kabupaten/kota berkaitan
dengan pagu indikatif desa dan rencana kegiatan
pemerintah pusat, pemerintah daerah provinsi,
Gambar 2. Analisis Pemberdayaan Dalam Penyusunan APBDes
dan pemerintah daerah kabupaten/kota. RKP
Desa mulai disusun oleh pemerintah desa pada
Hasil penelusuran lapangan dapat diperoleh bulan Juli tahun berjalan. RKP Desa ditetapkan
informasi bahwa, berdasarkan 12 indikator yaitu dengan peraturan desa paling lambat akhir bulan
tingkat partisipasi, pengemukaan opini, perubahan September tahun berjalan. RKP Desa menjadi
kesadaran, pengambilan tindakan, kepedulian dan dasar penetapan APB Desa. Kepala desa menyusun
kerjasama, kreativitas, menyusun tujuan baru, RKP Desa dengan mengikutsertakan masyarakat
negosiasi, kepuasan, kepercayaan diri, keterampilan desa. Sesuai Permendagri Nomor 114 Tahun 2014
manajerial, dan pengambilan keputusan, rata- tentang Pedoman Pembangunan Desa, tahapan
rata dalam proses penyusunan APBDes rata-rata penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP
memliki nilai yang baik. Hal yang perlu mendapat Desa) meliputi:
perhatian adalah kepuasan, perubahan lesadaran
dan kreativitas sebagai tantangan bagi aparatur
pemerintah desa dalam penyusunan APBDes.
Hal ini disadari bahwa, penyusunan APBDes
merupakan manifestasi dalam penyusunan
dokumen-dokumen rencana pembangunan desa.
Perencanaan pembangunan desa disusun sesuai
dengan kewenangan pemerintah desa dengan
mengacu pada perencanaan pembangunan
kabupaten/kota dengan melibatkan seluruh
masyarakat desa dengan semangat gotong royong.
Perencanaan pembangunan desa disusun secara
berjangka dan ditetapkan dengan Peraturan
Desa meliputi: a) Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Desa untuk jangka waktu 6 (enam)
Gambar 3. Tahapan Penyusunan RKP
tahun; dan b) Rencana Pembangunan Tahunan Desa
atau yang disebut Rencana Kerja Pemerintah Desa

Pengelolaan APBDes dengan Sistem Keuangan Desa


di Kabupaten Malang Jawa Timur
Heru Sucahyo 43
Tabel 8.
Analisis Strategi Pengelolaan APBDes dalam Mendukung Pelayanan dan Pemberdayaan

Aspek Kondisi Eksisting Permasalahan Strategi

Tata Kelola Keuangan Aplikasi Sistem Tata Kelola Keuangan Penerapan Regulasi baru Strategi Penguatan
Desa Dalam Sistem Desa telah tersedia dan diterapkan bagi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Regulasi
Keuangan Desa pemerintah desa di seluruh wilayah Tahun 2018 Strategi Peningkatan
Kabupaten Malang, dengan instritusi Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor Kapasitas Aparatur
pendamping untuk penerapan sistem 4122/5165/37 tentang Tindak Lanjut Pengelolaan Keuangan
aplikasi ini adalah Badan Pengawasan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Desa
Keuangan Dan Pembangunan (BPKP). Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Keuangan
Telah tersedia petunjuk teknis yang dapat Desa
menerapkan Aplikasi Sistem Tata Kelola SKB 4 Menteri Nomor: 140-8698 Tahun
Keuangan Desa. 2017, Nomor: 954/KMK.07/2017, Nomor:
Upaya peningkatan pemahaman, dan 116 Tahun 2017, Nomor: 01/SKB/M.
ketrampilan pengoperasian dilakukan PPN/12/2017 Tentang Penyelarasan
melalui pelatihan-pelatihan serta Dan Penguatan Kebijakan Percepatan
adanya panduan dalam bentuk Petunjuk Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6
Pengoperasian Aplikasi Sistem Tata Kelola Tahun 2014 Tentang Desa
Keuangan Desa

Pengalokasian Penggunaan dana dalam belanja desa Alokasi untuk pelaksanaan pembangunan Penguatan Kapasitas
Dana Desa Dalam untuk Penyelenggaraan Pemerintahan desa paling tinggi dibandingkan bidang Aparatur Pengelolaan
Meningkatkan Desa mencapai 31.47%, Pelaksanaan lainnya terlebih Pemberdayaan Masyarakat Keuangan Desa
Pelayanan Publik dan Pembangunan Desa mencapai 50.34%,
pemberdayaan Pembinaan Kemasyarakatan Desa mencapai
5.03%, Pemberdayaan Masyarakat
mencapai 12.42%

Sumber: Hasil analisa penulis, 2018

Tabel 9.
Arahan Strategi dan Kegiatan Pengelolaan APBDes Dalam mendukung Pelayanan dan Pemberdayaan

Strategi Kegiatan Instansi

Strategi Penguatan • Menetapkan kebijakan/regulasi mendukung Pengelolaan • Dinas Pemberdayaaan Masyarakat dan Desa
Regulasi Keuangan Desa berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri • Bagian Tata Pemerintahan Desa
Nomor 20 Tahun 2018; • Biro Hukum Pemerintah kabupaten

• Penyesuaian Peraturan Bupati/Walikota tentang Pengelolaan • Dinas Pemberdayaaan Masyarakat dan Desa
Keuangan Desa terutama mengenai hal-hal yang meliputi: • Bagian Tata Pemerintahan Desa
• Pengaturan belanja sub bidang penanggulangan bencana • Biro Hukum Pemerintah kabupaten
keadaan darurat dan keadaan mendesak yang berskala
lokal Desa;
• Peraturan penyertaan modal;
• Pedoman Penyusunan APBDesa:
• Peraturan kriteria keadaan Luar Biasa untuk Perubahan
Perdes tentang Perubahan APBDesa; dan
• Pengaturan jumlah uang tunai yang dapat disimpan oleh
Kaur Keuangan di Desa.

Strategi Peningkatan • Peningkatan sosialisasi mengenai Peraturan Menteri Dalam • Dinas Pemberdayaaan Masyarakat dan Desa
Kapasitas Aparatur Negeri Nomor 20 Tahun 2018 • Bagian Tata Pemerintahan Desa
Pengelolaan Keuangan
Desa • Meningkatkan intensitas pelatihan dalam rangka peningkatan • Dinas Pemberdayaaan Masyarakat dan Desa
kapasitas bagi Aparatur Kabupaten/Kota, Kecamatan dan • Bagian Tata Pemerintahan Desa
Pemerintah Desa berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 20 Tahun 2018.

• Meningkatkan intensitas pelatihan dan pembinaan dalam • Dinas Pemberdayaaan Masyarakat dan Desa
rangka mengoptimalkan pelaksanaan program padat karya • Bagian Tata Pemerintahan Desa
tunai.

• Memperkuat pendamping pembangunan desa • Dinas Pemberdayaaan Masyarakat dan Des

• Magang lintas desa • Bagian Tata Pemerintahan Desa

Sumber: Hasil analisa penulis, 2018

Karta Raharja 1 (1) (2019): 33 - 46

44
Kondisi ini menyiratkan bahwa, pemberdayaan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa mencapai
masyarakat dengan indikator tingkat partisipasi, 31.47%, Pelaksanaan Pembangunan Desa mencapai
pengemukaan opini, perubahan kesadaran, 50.34%, Pembinaan Kemasyarakatan Desa mencapai
pengambilan tindakan, kepedulian dan kerjasama, 5.03%, Pemberdayaan Masyarakat mencapai
kreativitas, menyusun tujuan baru, negosiasi, 12.42%. Penggunaan operasional penyelenggaraan
kepuasan, kepercayaan diri, keterampilan pemerintahan mencapai 21,38% dari jumlah
manajerial, dan pengambilan keputusan, rata-rata anggaran belanja desa. Hal ini berarti penggunaan
dalam proses perencanaan dan penyusunan APBDes operasional penyelenggaraan pemerintahan Desa
rata-rata memliki nilai yang baik karena sistem, secara rata-rata memenuhi ketentuan yang berlaku
mekanisme telah jelas dan didukung pedoman yang sesuai PP No 43 Tahun 2014.
ada. Pemerintah desa harus menyesuiakan
Pengelolaan Keuangan Desa berdasarkan
C. Strategi Pemerintah Desa Permendagri No 20 Tahun 2018. Pemerintah Desa
Terhadap Pengelolaan APBDes juga perlu meningkatkan kapasitas dan kemampuan
Dalam Mendukung Pelayanan dan melalui keikutsertaan yang intensif dalam program
Pemberdayaan pelatihan dan pembinaan Pengelolaan Keuangan
Eksistensi desa walaupun bukan bagian Desa berdasarkan Permendagri No 20 Tahun 2018.
pemerintahan secara langsung dari pemerintah Selain itu pemerintah Kabupaten Malang
daerah (bukan unit kerja/SKPD Pemda), namun perlu Menetapkan kebijakan/regulasi mendukung
desa tetap memiliki hubungan koordinasi dan Pengelolaan Keuangan Desa berdasarkan
administratif dengan pemerintahan yang ada Permendagri No 20 Tahun 2018; serta harus adanya
di atasnya yang disebut sebagai pemerintah penyesuaian Peraturan Bupati/Walikota tentang
supra desa. Pemerintah Supra Desa terdiri dari Pengelolaan Keuangan Desa terutama mengenai
Pemerintah Kecamatan, Pemerintah Kabupaten/ hal-hal yang meliputi; Pengaturan belanja sub
Kota, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat. bidang penanggulangan bencana keadaan darurat
Setiap jenjang tingkatan pemerintah supra desa dan keadaan mendesak yang berskala lokal Desa;
memiliki fungsi pengawasan dan pembinaan Peraturan penyertaan modal; Pedoman Penyusunan
kepada pemerintah desa sebagaimana di atur dalam APBDesa: Peraturan kriteria keadaan Luar Biasa
UU Desa. Bentuk pembinaan dan pengawasan untuk Perubahan Perdes tentang Perubahan
yang dilakukan pemerintah supra desa antara APBDesa; dan Pengaturan jumlah uang tunai yang
lain memberikan panduan/pedoman, bimbingan dapat disimpan oleh Kaur Keuangan di Desa.
dan supervisi, pembinaan peningkatan kapasitas, Di sisi lain perlu peningkatan sosialisasi
hingga melakukan fasilitasi dan pengawasan atas mengenai Permendagri No 20 Tahun 2018;
penyelenggaraan pemerintahan desa. Meningkatkan intensitas pelatihan dalam rangka
Sehubungan dengan strategi dalam bentuk peningkatan kapasitas bagi Aparatur Kabupaten/
arahan kegiatan bagi pemerintah desa dan Kota, Kecamatan dan Pemerintah Desa berdasarkan
lembaga desa dalam pengelolaan APBDes yang Permendagri No 20 Tahun 2018, serta; Memperkuat
dapat mendukung pelayanan dan pemberdayaan pendamping pembangunan desa dan kontrol
masyarakat maka analisis perumusan strategi bisa masyarakat.
dilihat dalam Tabel 8 dan 9. Dalam hal Pengelolaan Keuangan Desa,
Muatan substansi yang perlu ditindaklanjuti selain
dari pengaturan atas Permendagri 20/2018 adalah
IV. Kesimpulan pengaturan mengenai kegiatan dalam bidang 5; tata
Terkait temuan penelitian dan pembahasan di cara penyertaan modal; pedoman penyusunan apb
atas, maka dalam hal ini pemerintah daerah perlu desa; kriteria keadaan luar biasa, serta pengaturan
ekstra dalam mengimplementasi Permendagri No jumlah uang tunai yang disimpan oleh kaur
20 Tahun 2018dan Surat Edaran Menteri Dalam keuangan untuk memenuhi kebutuhan operasional
Negeri Nomor 4122/5165/37 tersebut., saat ini pemerintah desa.
sedang dilaksanakan Bimtek berhubungan dengan
kedua regulasi tersebut. Pola penguatan kapasitas
pemerintah desa perlu dilakukan oleh pemerintah Ucapan Terima Kasih
kabupaten/kota dan provinsi serta melaksanakan Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan
pendampingan desa sehingga pengelolaan keuangan banyak terimakasih atas bantuan dari berbagai
desa tidak menjebak desa pada aspek teknokratis pihak yang telah membantu guna terwujudnya
dan administatif. penelitian ini. Kepada pemerintah Kabupaten
pengalokasian dana desa untuk meningkatkan Malang, Badan Penelitian dan Pengembangan
pelayanan terhadap masyarakat menunjukkan Kabupaten Malang, Pemerintah Kecamatan Pagak
bahwa penggunaan dana dalam belanja desa untuk dan Kecamatan Kalipare Kabupaten Malang.

Pengelolaan APBDes dengan Sistem Keuangan Desa


di Kabupaten Malang Jawa Timur
Heru Sucahyo 45
V. Referensi 48f950670538a443dbb3434d2.pdf
Atmaja, D. A. (2016). Analisis Pengelolaan Keuan- Rosielita, F., Sulindawati, N. L. G. E., & Sinarwati, N.
gan dan Kekayaan Desa (Studi Kasus di Desa K. (2017). Implementasi Good Governance
Plesungan Kecamatan Gondangrejo Kabupat- pada Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan
en Karanganyar). Universitas Muhammadiyah Belanja Desa (Studi Kasus Pada Desa Telaga,
Surakarta. Retrieved from http://eprints.ums. Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng).
ac.id/42652/ JIMAT (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi)
BPKP, T. P. A. S. D. (2017). Petunjuk Pengoperasian Undiksha, 8(2). Retrieved from https://ejour-
Aplikasi Sistem Tata Kelola Keuangan Desa Desa nal.undiksha.ac.id/index.php/S1ak/article/
2016. Jakarta. Retrieved from http://www. view/10545
bpkp.go.id Sari, R. M. (2019). Akuntabilitas Pemerintahan Desa
Creswell, J. (2014). Research Design: Qualita- Dalam Pengelolaan Dana Desa Di Kecamatan
tive, Quantitative, and Mixed Methods Ap- Ngantru Kabupaten Tulungagung. Jurnal Pene-
proaches. 4th Edition. The New Zealand litian Teori & Terapan Akuntansi (PETA), 4(1),
dental journal (Vol. 86). SAGE. https://doi. 104–121. Retrieved from http://journal.stiek-
org/10.4135/9781849208956 en.ac.id/index.php/peta/article/view/379
Denzin, N. K., & Lincoln, Y. S. (2005). The SAGE hand- Suharto, E. (2005). Membangun Masyarakat Mem-
book of qualitative research (berilustrasi). Unit- berdayakan Rakyat Kajian Strategis Pembangu-
ed State of America: Sage Publications. nan Kesejahteraan Sosia dan Pekerjaan Sosial.
H, E. M. (2016). Pengelolaan Keuangan Desa Di Desa Bandung: Refika Aditama.
Marga Mulia Kecamatan Kongbeng Kabupaten Tahir, M., Anwar, A., & Dinakhir, S. (2019). Analisis
Kutai Timur. EJournal Ilmu Pemerintahan , 4(3), Pengelolaan Keuangan Dana Desa di Desa Bu-
1069–1080. Retrieved from https://ejournal. luloe Kecamatan Turatea Kabupaten Jeneponto.
ip.fisip-unmul.ac.id/site/?p=2066 Universitas Negeri Makassar. Retrieved from
Manto, H., & Djaelani, A. Q. (2017). Analisis Peren- http://eprints.unm.ac.id/12228/
canaan Pengelolaan Keuangan Desa (Studi Taufiq, O. H. (2019). Tata Kelola Pemerintah Desa
Pada Desa Trapang Kecamatan Banyuates Ka- Berbasis E-Government Menuju Good Gover-
bupaten Sampang). Jurnal Ilmiah Riset Manaje- nance. Dinamika : Jurnal Ilmiah Ilmu Admin-
men, 6(4), 39–53. Retrieved from http://www. istrasi Negara, 6(1), 145–152. Retrieved from
riset.unisma.ac.id/index.php/jrm/article/ https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/dinami-
view/463 ka/article/view/1987
McNabb, D. E. (2013). Research methods in public ad- Wahyuni, N. L. S., Haris, I. A., & Suwena, K. R. (2017).
ministration and nonprofit management : quan- Kesesuaian Penyusunan Laporan Keuangan
titative and qualitative approaches. New York: Desa Tahun Anggaran 2015 pada Kantor Desa
M.E. Sharpe. Bhuana Giri dengan Peraturan Bupati Ka-
Nurmawati, M., Suantra, I. N., & Satyawati, N. G. rangasem Nomor 32 Tahun 2015. Jurnal Pen-
A. D. (2016). Pengelolaan Keuangan Dan didikan Ekonomi Undiksha, 10(2), 1–10. Re-
Aset Desa Kabupaten Badung Dengan Ber- trieved from https://ejournal.undiksha.ac.id/
lakunya Undang-Undang Nomor 6 Tahun index.php/JJPE/article/view/11159
2014 Tentang Desa. Denpasar. Retrieved Widjaja, H. (2004). Otonomi Desa Merupakan Oto-
from https://repositori.unud.ac.id/protect- nomi yang Bulat dan Utuh. Jakarta: Raja Graf-
ed/storage/upload/repositori/086acdc- indo Persada.

Karta Raharja 1 (1) (2019): 33 - 46

46

S-ar putea să vă placă și