Sunteți pe pagina 1din 11

Unesa jurnal mahasiswa Bimbingan dan Konseling

PENERAPAN KONSELING KELOMPOK STRATEGI SELF MANAGEMENT UNTUK


MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA KELAS VIII B DI SMP NEGERI 1
RENGEL TUBAN

THE IMPLEMENTATION OF STRATEGY SELF MANAGEMENT GROUP COUNSELLING TO


INCREASE THE STUDENT’S ACHIEVEMENT MOTIVATION OF GRADE VIII B RENGEL STATE
JUNIOR HIGH SCHOOL 1 TUBAN

Aprilia Safitri
10010014040
Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya
Email : up_really@yahoo.com

Prof. Dr. H. Muhari


NIP. 19431103 197106 1 001
Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas negeri Surabaya

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah menguji keberhasilan penggunaan konseling kelompok strategi self
management untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa kelas VIII B SMP Negeri 1 Rengel Tuban. Jenis
penelitian ini adalah penelitian pre-eksperiment design dengan jenis pre-test post-test one group design.
Subyek dalam penelitian ini adalah 8 siswa kelas VIII B di SMP Negeri 1 Rengel Tuban, yang terindikasi
memiliki motivasi berprestasi rendah berdasarkan hasil pre-test. Post-test dilakukan setelah perlakuan
diberikan. Analisis data yang digunakan adalah statistik non parametrik dengan uji tanda, dengan N = 8
diperoleh p = 0,004 dengan demikian Ho ditolak. Berdasarkan skor rata-rata pre-test = 108 dan rata-rata post-
test = 131,87, dapat dinyatakan konseling kelompok strategi self management dapat meningkatkan motivasi
berprestasi siswa kelas VIII B di SMP Negeri 1 Rengel Tuban.

Kata Kunci: konseling kelompok, strategi self management, motivasi berpestasi

ABSTRACT

The aim of research was to know the effectiveness of the implementation of strategy self
management group counseling to increase the student’s achievement motivation of grade VIII B Rengel State
Junior High School 1 Tuban. The design of this research was pre-experiment design which used pre-test
post-test one group design. The subject of this research was eight students of grade VIII B Rengel State
Junior High School 1 Tuban, which were indicated have less achievement motivation based on the pretest
result. Post-test was performed after the treatments is given.The instrument which was used to collect the
data in this research was sign test,with N =8 obtained of p=0,004 it was found H o was refused. Based on
score the number of mean of pre-test was 108 while the number of mean of post-test was 131,87, it was
means that the use of strategy self management can increase achievement motivation among the student’s of
grade VIII B Rengel State Junior High School 1 Tuban.

Key words: group counseling, strategy self management, achievement motivation

PENDAHULUAN hal ini bertujuan untuk mencapai masyarakat yang


Pemerintah sedang melakukan adil dan makmur, serta mampu untuk menjadi
pembangunan disegala bidang termasuk dalam Negara maju seiring perkembangan era globalisasi.
bidang ilmu pengetahuan, pendidikan, dan Dalam era tersebut membawa beragam aspek pada
teknologi. Pemerintah melalui bidang pendidikan segala bidang kehidupan baik positif maupun
berupaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, negatif.

1
Unesa jurnal mahasiswa Bimbingan dan Konseling

Salah satu dampak negatif dari globalisasi mencapai sukses atau memilih suatu kegiatan yang
adalah timbulnya pola hidup yang cenderung berorientasi untuk tujuan sukses atau gagal
hanya mengejar kebutuhan lahiriyah saja. Dampak (McClleland dan Atkinson dalam Djiwandono,
negatif ini dialami oleh sebagian dari anak-anak
2006). Lebih lanjut kebutuhan untuk berprestasi
usia remaja. Usia remaja merupakan saat atau
masa yang penuh gejolak dan perubahan baik dari menurut Mc Clelland (dalam Alex Sobur:2011)
segi fisik maupun psikis, penuh gelora dan Kebutuhan berprestasi, adalah suatu daya dalam
perasaan ingin tahu. Umumnya kaum remaja mental manusia untuk melakukan suatu kegiatan
begitu mudah terpengaruh oleh nilai-nilai baru yang lebih baik, lebih cepat, lebih efektif, dan
yang dianggapnya baik dan sesuai dengan lebih efisien daripada kegiatan yang dilaksanakan
perkembangan kejiwaannya. Sementara itu, sebelumnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa
kepribadiannya juga belum stabil sehingga sering
motivasi berprestasi adalah sebuah proses
terjadi pelanggaran terhadap peraturan-peraturan
dan norma-norma yang ada di sekolah maupun di psikologis yang ada pada diri seseorang yang
masyarakat. Pemerintah telah melakukan upaya memiliki tujuan tertentu agar menjadi seseorang
untuk mengurangi pelanggaran yang dilakukan yang lebih baik dalam hal atau bidang tertentu
oleh remaja, namun upaya tersebut belum bisa dengan menggunakan segala daya dan upaya
optimal. Khususnya terhadap kenakalan remaja dengan mempertimbangkan aspek intern maupun
yang dirasakan oleh para orangtua, pendidik di ekstern dari individu tersebut.
sekolah, dan masyarakat pada umumnya. Banyak
orangtua dan guru-guru mengeluh karena anaknya Ciri-ciri orang yang memiliki motivasi
menjengkelkan, susah diatur, melanggar tata tertib berprestasi:
sekolah, membolos, jarang mengerjakan pekerjaan Individu yang memiliki motivasi berprestasi
rumah, sehingga menyebabkan mereka kurang tinggi dapat terlihat secara fisik dan psikologinya.
berprestasi. Murray (dalam Alwisol 2011) mengemukakan
Kurangnya mereka dalam berprestasi ini tujuh ciri orang yang memiliki motivasi berprestasi
bukan hanya disebabkan oleh kenakalan yang yang tinggi, yaitu sebagai berikut:
mereka lakukan, tetapi masih ada faktor-faktor lain 1. Lebih kompetitif, siswa menjadi senang
yang menyebabkan penurunan prestasi mereka. bersaing untuk menunjukkan bahwa dirinya
Faktor yang paling berpengaruh dalam prestasi adalah yang terbaik
mereka adalah besar kecilnya motivasi yang 2. Lebih bertanggung jawab terhadap
mereka miliki untuk bisa berprestasi. keberhasilan diri sehingga dia berusaha untuk
Salah satu faktor yang berpengaruh dalam bisa berhasil
proses berprestasi siswa adalah motivasi. 3. Senang menetapkan tujuan yang menantang
Greenberg (dalam Djaali,2011) motivasi adalah tapi cukup realistik, siswa memiliki tujuan-
proses membangkitkan, mengarahkan, dan tujuan tertentu dalam pencapaian prestasinya
memantapkan perilaku arah suatu tujuan yang dan juga telah memikirkan konsekuensi-
dimiliki seseorang. Selama ini sukses atau konsekuensi yang akan dihadapi
tidaknya siswa di sekolah sangat tergantung dari 4. Memilih tugas yang tingkat kesulitannya
motivasi berprestasinya. Siswa yang memiliki sesuai dengan kemampuannya selama siswa
motivasi berprestasi yang tinggi akan cenderung bisa mengerjakan maka siswa akan berupaya
rajin dalam belajar karena ada tujuan yang ingin secara optimal
dicapai yaitu mendapat nilai yang baik, atau sukses 5. Senang dengan pekerkerjaan interprener yang
di sekolah. Sedangkan sebaliknya, siswa yang memiliki resiko tetapi cocok dengan
tidak memiliki motivasi berprestasi maka ia akan kemampuannya, cocok dengan bakat dan
cenderung bermalas-malasan karena tidak ada minat siswa dalam mengembangkan
dorongan dalam dirinya untuk berbuat sebaik kemampuan yang dimiliki
mungkin demi tercapai tujuannya. 6. Bangga dengan pencapaian dan mampu
Pada dasarnya setiap anak memiliki menunda untuk memperoleh kepuasan yang
keinginan untuk bisa berhasil, dan mereka ingin lebih besar agar bisa berprestasi
bisa berprestasi baik secara akademik maupun non 7. Memiliki konsep diri yang positif, jujur, rajin
akademik. Akan tetapi tidak semua anak dapat belajar, disiplin, bertanggung jawab dan
mencapai prestasi yang diharapkan. Ada banyak berprestasi di sekolah baik dalam bidang
hal yang mempengaruhi mulai dari IQ dan akademik maupun non akademik
motivasi yang berbeda pada masing-masing
individu.
Murray (dalam Alwisol, 2011) menyatakan
Motivasi yang paling penting untuk ada empat anteseden orang yang memiliki motivasi
berprestasi yang tinggi, yaitu sebagai berikut:
psikologi pendidikan adalah motivasi berprestasi,
1. Orangtua dan lingkungan budaya
dimana seseorang cenderung berjuang untuk memberikan tekanan yang cukup kuat

2
Unesa jurnal mahasiswa Bimbingan dan Konseling

(menganggap penting dalam hal berprestasi Berdasarkan hasil wawancara,yang telah di


yang tinggi) sehingga siswa semakin merasa lakukan dengan guru BK SMP Negeri 1 Rengel di
terpacu untuk bisa berprestasi Kecamatan Rengel, Tuban pada tanggal 18 Januari
2. Anak diajarkan untuk percaya kepada diri 2014. Diperoleh data terdapat permasalahan
sendiri dan berusaha memantapkan tujuan rendahnya motivasi berprestasi yang dimiliki oleh
menjadi orang yang berprestasi tinggi antara siswa kelas VIII. Hal ini ditunjukkan dengan
lain anak diajarkan untuk bisa rajin belajar perilaku siswa diantaranya: sering datang
sehingga ketika menghadapi kesulitan dalam terlambat, berperilaku pasif dalam proses belajar
soal yang sukar bisa dikerjakan dengan dikelas, tidak mengerjakan PR atau tugas yang
mudah, dan mengajarkan bahwa dengan diberikan oleh guru, tidak peduli dengan nilai yang
memiliki prestasi anak akan lebih mendapat diperoleh, mudah menyerah bila mengerjakan
perhatian dan penghargaan dari tugas sekolah yang sulit, suka menyontek saat
lingkungannya ulangan, tidak suka membaca dan enggan untuk
3. Pekerjaan orangtua mungkin berpengaruh. pergi ke perpustakaan saat jam istirahat ataupun
Ayah yang pekerjaannya melibatkan ketika ada jam kosong, suka menyendiri, tidak
pengambilan keputusan dan inisiatif dapat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan
mendorong anak mengembangkan motivasi oleh pihak sekolah.
berprestasi karena anak telah terdidik dalam Siswa yang memiliki motivasi berprestasi
keluarganya untuk bisa mengembangkan ide rendah juga berperilaku yang cenderung kontra
dan daya kreatifitas sehingga ia bisa produktif diantaranya: sering keluar kelas dengan
berprestasi berbagai alasan saat jam pelajaran berlangsung,
4. Kelas sosial dan pertumbuhan ekonomi sering berbuat usil untuk menarik perhatian,
(nasional) yang tinggi dapat mempengaruhi melakukan pelanggaran-pelanggaran tata tertib
kebutuhan berprestasi, kesejahteraan dan sekolah misalnya seragam tidak sesuai aturan,
fasilitas lengkap dapat menunjang anak untuk rambut tidak rapi, masuk dalam kelompok sebaya
bisa berprestasi dengan kegiatan kelompok yang negatif, dan
membolos sekolah. Selain itu guru BK SMP
Faktor yang mempengaruhi motivasi Negeri 1 Rengel Tuban juga menyatakan bahwa
berprestasi : penyebab siswa memiliki motivasi berprestasi
rendah antara lain: kurang perhatian dari orangtua,
Motivasi berprestasi yang muncul pada diri keadaan ekonomi keluarga lemah atau miskin,
individu disebabkan karena beberapa faktor, siswa berasal dari keluarga broken home atau tidak
menurut Suryabrata (dalam Amaliah, 2012), harmonis, siswa berasal dari keluarga yang
menyatakan bahwa faktor-faktor yang dapat memiliki pola pendidikan memanjakan anak,
kondisi fisik lemah atau sering sakit-sakitan, dan
mempengaruhi motivasi berprestasi adalah sebagai
terpengaruh pergaulan bebas. Guru Bimbingan dan
berikut: Konseling merekomendasikan kelas VIII B
1. Faktor Eksternal (dari luar individu) sebagai kelas yang akan menjadi subjek penelitian,
merupakan faktor dari luar individu meliputi Dari keseluruhan kelas VIII yang berjumlah
faktor non sosial dan faktor sosial, antara lain: delapan kelas.
a. Faktor non sosial adalah faktor yang berada
diluar lingkungan sosial yaitu suhu, udara, Selain melakukan wawancara dengan Guru
cuaca, waktu, tempat, dan sebagainya BK, Peneliti juga melakukan wawancara dengan
terhadap kenyamanan anak sehingga Wali Kelas Kelas VIII B, Guru Mata Pelajaran
mendorong anak untuk bisa nyaman dengan Matematika, Guru Mata Pelajaran Bahasa
kondisi lingkungan Indonesia, dan Guru Mata Pelajaran Pendidikan
b. Faktor-faktor sosial: sesama manusia baik Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Wali Kelas VIII
manusia itu hadir secara langsung maupun B mengatakan bahwa dikelas VIII B, siswa
tidak langsung dapat berdampak bagi anak, cenderung pasif dalam setiap kegiatan belajar
misalnya kehadiran dan perhatian dari mengajar berlangsung dan ketika diberikan tugas
orangtua bisa menumbuhkan semangat bagi Pekerjaan Rumah siswa enggan untuk
anak mengerjakan tugas tersebut. Wali kelas juga
2. Faktor-faktor dari individu (internal) meliputi mengatakan bahwa siswa tidak mau mengikuti
faktor fisiologis dan faktor psikologis. Faktor kegiatan ekstrakulikuler yang diadakan oleh pihak
fisiologis meliputi kondisi jasmani fisik sekolah. Kegiatan ekstrakulikuler pramuka yang
individu dalam keadaan sehat atau sakit. wajib diikuti oleh semua siswa SMP Negeri 1
Sedangkan faktor Psikologis meliputi cita-cita, Rengel tetap diikuti siswa Kelas VIII B, namun
motivasi, keinginan, ingatan, perhatian, sejumlah siswa sering membolos sehingga
pengalaman, dan motif pendorong belajar mendapatkan skor hukuman akibat tidak mengikuti
siswa. pramuka. Guru Mata Pelajaran Matematika kelas

3
Unesa jurnal mahasiswa Bimbingan dan Konseling

VIII B menyatakan bahwa saat pelajaran Pengertian Self Management


matematika berlangsung siswa pasif dan ketika Eko Darminto (2007), Self management
guru bertanya apakah ada pertanyaan siswa selalu merupakan salah satu teknik dalam kognitif
diam. Saat Guru Matematika memberikan soal- perilaku yang memiliki asumsi bersifat
soal latihan untuk dikerjakan dikelas, sangat deterministik tentang sifat dasar manusia, yakni
sedikit siswa yang bersedia untuk mengerjakannya. manusia dipandang sebagai produk dari
Begitu pula saat Guru Matematika menyuruh siswa pengkondisian lingkungan. Manusia tidak hanya
untuk mengerjakan dipapan tulis, siswa tidak dibentuk, tetapi juga sebagai pembentuk
bersedia maju mengerjakan di depan. Nilai-nilai lingkungannya. Pertama, memusatkan perhatian
ulangan harian juga jelek jika dibandingkan pada konseling sebagai pendekatan yang
dengan kelas-kelas yang lain. Guru Matematika berorientasi pada tindakan, kedua meningkatkan
pernah mengajak siswa kelas VIII B untuk perhatian konselor untuk memikirkan proses
mengikuti seleksi Olimpiade lomba matematika kognitif dan permaknaan subjekif yang
yang diadakan pihak sekolah, namun siswa selalu menjembatani efek peristiwa atau stimulus pada
pasif dan tidak ada yang bersedia untuk mengikuti perilaku/respon, dan yang ketiga meningkatkan
seleksi olimpiade matematika yang diadakan pihak peran konseli untuk mengambil tanggung jawab
Sekolah. Hal senada juga disampaikan oleh Guru bagi perilakunya sendiri (membantu meningkatkan
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia, siswa lebih pasif motivasi berprestasi).
saat diberikan materi yang bersifat menghafal, Self management adalah suatu proses di mana
namun ketika pelajaran bersifat praktikum siswa konseli mengarahkan perubahan tingkah laku
perempuan lebih bersedia aktif jika dibandingkan mereka sendiri, dengan menggunakan satu strategi
dengan siswa laki-laki. Siswa laki-laki dikelas VIII atau kombinasi strategi. Konseli harus aktif
B sering menjahili siswa perempuan saat jam menggerakkan variabel internal, eksternal, untuk
pelajaran berlangsung, hal ini terjadi bukan hanya melakukan perubahan yang diinginkan. Dalam
pada saat penyampaian materi yang bersifat teoritis menggunakan prosedur self management, konseli
tetapi juga praktikum berlangsung siswa laki-laki mengarahkan usaha perubahan dengan mengubah
juga kerap menjahili siswa perempuan. Guru mata aspek-aspek lingkungannya atau dengan mengatur
Pelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan konsekuensi (Nursalim,2013).
menyampaikan bahwa dari delapan kelas yang Dari pendapat beberapa ahli diatas dapat
terdapat dalam kelas VIII, siswa kelas VIII B ditarik kesimpulan bahwa self management
kurang disiplin saat melakukan kegiatan merupakan salah satu strategi konseling yang dapat
pembelajaran. Siswa juga tidak ada yang membantu konseli agar bisa mengontrol dan
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga mengubah tingkah laku dengan
seperti bola voli, bola basket, sepak bola, dan tenis mempertimbangkan aspek kognisi dan afeksi,
meja. sehingga perilaku tersebut dapat berubah lebih
Salah satu cara yang dapat digunakan efektif.
konselor di dalam menyelesaikan masalah anak
yang kurang memiliki motivasi berprestasi adalah Tujuan Self Management
dengan menggunakan konseling kelompok. Tujuan dari self management yaitu untuk
Konseling kelompok merupakan suatu proses mengatur perilakunya sendiri yang bermasalah
interpersonal yang dinamis dengan memusatkan pada diri sendiri maupun orang lain. Menurut
kepada kesadaran pikiran dan perilaku, serta Sukadji (dalam Komalasari,2011), masalah-
berdasarkan fungsi-fungsi terapi yang bersifat masalah tersebut dapat ditangani dengan
memberi kebebasan, berorientasi terhadap menggunakan teknik yang ada dalam self
kenyataan, katarsis, saling mempercayai, management.
memelihara, dan mendukung. Fungsi terapi Dalam proses konseling, konselor dan
diwujudkan dalam kelompok kecil melalui konseli bersama-sama untuk menentukan tujuan
pertukaran masalah-masalah pribadi dengan yang ingin dicapai. Konselor mengarahkan
anggota lain dan konselor (Gazda,dalam Nursalim konselinya dalam menentukan tujuan, dan konseli
& Suradi,2002). Ada berbagai intervensi yang bisa harus aktif dalam proses konseling. Setelah proses
digunakan untuk meningkatkan motivasi konseling self management berakhir diharapkan
berprestasi, salah satunya adalah dengan siswa dapat mempola perilaku, pikian, dan
menggunakan strategi self management. Strategi perasaan yang diinginkan, sehingga dapat
Self management digunakan untuk membantu meningkatkan motivasi berprestasi.
konseli membuat perubahan dengan cara
menumbuhkan kemampuan mereka untuk Fungsi strategi self management
memodifikasi aspek-aspek lingkungan dan Menurut Prijosaksono dan Sembel (2003),
memanipulasikan atau mengadministrasikan Self management berfungsi untuk melepaskan
sendiri konsekuensi yang diinginkan stres, kemarahan, kecemasan, ketakutan, dendam,
(Darminto,2007). sakit hati, menghilangkan rasa sakit dan penyakit,

4
Unesa jurnal mahasiswa Bimbingan dan Konseling

penyembuhan diri sendiri, meningkatkan b.Stimulus Control


kreativitas membantu memecahkan masalah, Stimulus Control adalah penyusunan atau
meningkatkan citra diri dan rasa percaya diri, perencanaan kondisi lingkungan yang telah
mencapai prestasi dan meningkatkan kemampuan ditentukan sebelumnya, yang membuat
pembelajaran sesuai dengan tanggung jawab dalam dilakukannya tingkah laku tertentu. Kondisi
kehidupan sehari-hari. lingkungan berfungsi sebagai tanda dari suatu
Dengan adanya pemberian perlakuan respon tertentu (Nursalim,2013).
konseling kelompok self management diharapkan
siswa dapat meningkatkan motivasi berprestasinya c.Self Reward
melalui salah satu teknik yang ada dalam self
management yaitu self monitoring. Alasan self Self Reward adalah pemberian hadiah pada diri
monitoring dipilih adalah, siswa yang mengalami sendiri, setelah tercapainya tujuan yang di
motivasi berprestasi yang rendah dapat memantau inginkan. Prosedur Self Reward digunakan untuk
adanya perubahan sikap dengan cara memonitor memperkuat atau hanya untuk meningkatkan
setiap hari dan di sesi konseling kelompok yang respon yang diharapkan (Nursalim,2013).
berikutnya konselor bisa lebih mudah membantu
siswa dan bisa mengetahui sejauh mana perubahan Self management memiliki tiga teknik
perilaku dan juga motivasi mereka untuk semakin seperti yang telah dijelaskan di atas, namun dalam
berprestasi. selain itu menurut Thoresen dan penelitian ini yang akan dipilih adalah salah satu
Mahoney (dalam Nursalim,2013) menyatakan teknik yang ada dalam strategi pengelolaan diri
bahwa monitoring diri adalah tahap pertama yang atau self management. Alasan self monitoring
utama dalam program perubahan diri, sehingga dipilih adalah, siswa yang mengalami motivasi
motivasi berpestasi semakin meningkat. berprestasi yang rendah dapat memantau adanya
perubahan sikap dengan cara memonitor setiap
Qomariyah (dalam jurnal tesis Universitas hari dan di sesi konseling kelompok yang
Negeri Malang, 2011), menyatakan bahwa berikutnya konselor bisa lebih mudah membantu
motivasi berprestasi merupakan salah satu kondisi siswa dan bisa mengetahui sejauh mana perubahan
psikologis yang positif. Proses belajar siswa yang perilaku dan juga motivasi mereka untuk semakin
dilandasi motivasi berprestasi yang rendah kurang berprestasi. selain itu menurut Thoresen dan
menunjukkan hasil yang maksimal bagi siswa itu Mahoney (dalam Nursalim,2013) menyatakan
sendiri, namun jika dilakukan berdasarkan bahwa monitoring diri adalah tahap pertama yang
motivasi berprestasi yang tinggi, maka siswa akan utama dalam program perubahan diri, sehingga
memperoleh hasil belajar yang maksimal. Motivasi motivasi berpestasi semakin meningkat.
berprestasi dipengaruhi oleh kondisi internal siswa,
sehingga berpengaruh terhadap tinggi rendahnya Self Monitoring
motivasi berprestasi siswa yakni faktor self- Self monitoring bertujuan untuk
management. Self-management merupakan mengajarkan kepada individu untuk bisa
kemampuan individu mengelola diri untuk memonitor serta mengontrol dirinya sendiri
memenuhi harapan, keinginan dan kebutuhannya. menuju perilaku yang diharapkan, sehingga siswa
Berkaitan dengan hal ini, Konselor/Peneliti dapat bisa meningkatkan motivasi mereka dalam
memfasilitasi siswa agar dapat memiliki motivasi berprestasi. Siswa yang mengalami permasalahan
berprestasi yang tinggi. tersebut dibantu dengan cara mengikuti kegiatan
konseling kelompok dengan teknik self
Macam-macam Self Management monitoring. Latihan self monitoring dilakukan agar
Nursalim (2013), mengatakan bahwa ada tiga konseli bisa mencatat perilaku-perilakunya
macam varian dalam self management antara lain: sehingga bisa memantau perilakunya termasuk
self monitoring, stimulus control,dan self reward. keinginan dia dalam berprestasi agar bisa
Berikut ini merupakan penjelasan dari masing- meningkat.
masing teknik: Langkah – langkah dari pemantauan diri
a.Self Monitoring (self monitoring) menurut Nursalim, dkk (2005:
Cormier (dalam Nursalim,2013), monitor diri (self 149) adalah sebagai berikut :
montoring) adalah proses konseli mengobservasi a. Rasional
dan mencatat sesuatu tentang dirinya sendiri dan Konselor memberikan penjelasan tentang apa
interaksinya dengan situasi lingkungan. Monitor yang akan dimonitoring dan mengapa,
diri dilakukan untuk menilai masalah, sebab data menekankan bahwa hal ini dapat dilakukan
pengamatan dapat menjelaskan kebenaran atau sendiri, dan dapat dilakukan sesering mungkin.
perubahan laporan verbal konseli tentang tingkah Peneliti menjelaskan tujuan dan gambaran
laku bermasalah yakni motivasi berprestasi rendah. dingkat tentang prosedur strategi.

5
Unesa jurnal mahasiswa Bimbingan dan Konseling

b. Penentuan respon Konseling kelompok adalah kelompok terapeutik


Konselor membantu konseli menentukan usaha yang dilaksanakan untuk membantu konseli
yang ditargetkan secara eksplisit. mengatasi masalah yang berhubungan dengan
Konselor/peneliti memilih target respons yang kehidupan sehari-hari, khususnya permasalahan
akan dimonitor, hal ini meliputi: jenis respon, rendahnya motivasi berprestasi siswa. Ada
kekuatan atau valensi respon, dan jumlah berbagai strategi yang dapat digunakan dalam
respon. Respon yang akan dipilih dalam pelaksanaan konseling kelompok, dan dalam
penelitian ini adalah respon yang menghalangi penelitian ini, strategi yang digunakan adalah self
siswa untuk bisa aktif (baik ketika mengikuti management dengan teknik self monitoring adalah
mata pelajaran maupun saat mengikuti kegiatan agar siswa yang memiliki motivasi berprestasi
ekstrakurikuler). Respon yang ditentukan rendah dapat meningkatkan motivasi berprestasi
antara lain: siswa berani bertanya dan mereka dengan cara melakukan pemantauan
menjawab pertanyaan, siswa rajin mengerjakan terhadap perilaku mereka yang dipengaruhi oleh
tugas, siswa menghadiri kegiatan adanya pikiran, perasaan, dan tindakan mereka
ekstrakurikuler,siswa memiliki semangat untuk selama ini dalam hal berprestasi, sehingga mereka
datang kesekolah dapat meningkatkan motivasi berprestasi mereka.
Pemantauan yang akan mereka catat dalam peta
c. Mencatat respon respon, tidak hanya berkutat kepada aspek perilaku
Konselor/Peneliti mengajarkan konseli tentang saja tetapi juga menyangkut adanya pikiran dan
waktu, metode, dan alat –alat untuk mencatat. perasaan yang muncul sehingga dapat
Setelah diberikan penjelasan, konseli mempengaruhi perilaku mereka untuk bisa
hendaknya berlatih mencatat sebelum benar – berprestasi sesuai dengan yang diharapkan.
benar melakukannya. Saat mencatat meliputi Sehingga motivasi berprestasi mereka dapat
tiga hal, mencatat sebelum kemunculan meningkat.
perilaku digunakan untuk mengurangi respon
atau mencatat sesudah kemunculan perilaku METODE PENELITIAN
digunakan untuk menambah respon, mencatat
dengan segera, dan mencatat ketika tidak ada Penelitian ini menggunakan metode
respon-respon lain yang mengganggu penelitian kuantitatif yang mengacu pada
pencatatan / perencanaan. Langkah yang penelitian eksperimen dengan menggunakan pre
berikutnya adalah metode dalam mencatat eksperimental design, dengan pendekatan one
meliputi: menghitung frekuensi, mengukur group pre test dan post test design. Pendekatan
lamanya (mencatat terus-menerus atau waktu kuantitatif dimulai dengan berpikir deduktif untuk
yang digunakan untuk mencatat secara acak), menurunkan hipotesis, kemudian melakukan
namun dalam penelitian ini peneliti akan pengujian dilapangan. Kesimpulan atau hipotesis
meminta konseli untuk mencatat secara terus- tersebut ditarik berdasarkan data empiris. Dengan
menerus. Dan selanjutnya membuat peta demikian penelitian kuantitatif lebih menekankan
respon pada indeks-indeks dan pengukuran empiris
(Margono,2010).
d. Membuat peta respon
Setiap minggu konseli dapat menjumlah Dalam penelitian ini, pengambilan subyek
frekuensi dan membuat peta. Dengan cara dilakukan dengan teknik non random sampling
membuat peta atau grafik dari jumlah dengan jenis purposive sampling karena pemilihan
perolehan keseharian yang tercatat subyek didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat
tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut
e. Memperlihatkan data yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi
Konseli dapat menempelkan peta data ditempat yang sudah diketahui sebelumnya (Hadi, 2004).
yang mudah dilihat oleh dirinya sendiri dan Subyek yang dimaksud dalam penelitian ini
orang lain sehingga mendorong untuk adalah siswa kelas VIII B SMP Negeri 1 Rengel
kemajuannya. Komentar dari orang lain juga Tuban yang memiliki motivasi berprestasi rendah.
dapat memperkuat keinginan untuk maju. Pemilihan kelas VIII B sebagai subjek penelitian
didasarkan pada siswa di kelas tersebut pada
f. Analisis data dasarnya rata-rata memiliki motivasi berprestasi
Konseli membawa datanya ke konselor untuk rendah
ditinjau kembali dan konseli pun dapat Metode pengumpulan data yang digunakan
memulai sendiri dan membandingkan data adalah wawancara dan angket. Metode wawancara
sebelumnya dengan tingkah laku yang digunakan untuk memilih sampel kelas dari
diinginkan dan tingkat perubahan. sekolah tersebut yang memenuhi kriteria awal
yang ditetapkan peneliti. Kemudian angket sebagai
pengumpul data utama yakni mengidentifikasi

6
Unesa jurnal mahasiswa Bimbingan dan Konseling

siswa yang memiliki nilai motivasi berprestasi motivasi berprestasi siswa melalui angket yang
rendah dibandingkan siswa lain di kelasnya. telah diuji validitas dan reliabilitasnya terhadap 27
Kuisioner yang digunakan dalam penelitian siswa kelas VIII B SMP Negeri 1 Rengel Tuban.
ini adalah kuisioner tertutup dengan bentuk Penentuan banyaknya subyek dilakukan
jawaban berskala (rating scale), artinya kuisioner berdasarkan yang telah dikemukakan oleh Prayitno
diberikan langsung kepada responden kemudian (dalam Nursalim, 2007), jumlah keanggotaan
responden tinggal memilih alternative jawaban konseling kelompok terdiri dari 5 sampai 10 orang.
yang sudah disediakan dan menunujukkan Karena hasil penelitian menunjukkan bahwa
tingkatan-tingkatan (Arikunto, 2010). Adapun apabila jumlah anggota kelompok kurang dari 5
jawaban pilihan angket terdiri dari empat kategori orang maka dinamika kelompok menjadi kurang
antara lain : sangat sesuai, sesuai, kurang sesuai, hidup, dan sebaliknya apabila anggota kelompok
dan tidak sesuai. Pada awalnya angket yang akan lebih dari 10 orang, maka konselor akan
digunakan harus diuji validitas dan reliabilitasnya. kewalahan mengelola kelompok karena jumlah
Validitas adalah keadaan yang menggambarkan anggota terlalu besar, dalam penelitian ini peneliti
tingkat instrumen yang bersanguktan mampu mengambil jumlah anggota konseli adalah 8 orang.
mengukur apa yang diukur (Arikuonto, 2010). Selain itu juga berdasarkan informasi yang
Sedangkan reliabilitas adalah tingkatan dimana diperoleh dari konselor, guru mata pelajaran, wali
suatu tes secara konsisten mengukur berapa pun kelas, dan hasil dari tes awal (pre-test) untuk
tes itu mengukur (Hamid Darmadi, 2011). menentukan jumlah subyek. Data nilai pre-test
Pengujian validitas maupun reliabilitas kedelapan siswa tersebut disajikan dalam tabel
menggunakan bantuan software SPSS. uji sebagai berikut :
reliabilitas dilakukan dengan menggunakan
metode Alpha Cronbach dengan bantuan SPSS Tabel 1 Hasil pre-test 8 subyek
16,0 for windows.
Metode analisis data yang dipakai oleh No. Nama Skor
peneliti adalah analisis statistik, karena data yang 1. EA 110
terkumpul berupa angka. Data yang disajikan 2. LA 106
berupa data ordinal dan nominal, serta tidak 3. SA 104
berdistribusi normal, yang berarti subyek 4. YB 112
penelitian terdiri kurang dari 30 subyek penelitian. 5. RS 109
Maka digunakan teknik analisis statistic non- 6. PS 114
parametric. 7. SP 98
Dalam penelitian ini, analisis data 8. ID 111
mengunakan uji tanda. Uji tanda digunakan untuk
menguji hipotesis komparatif dua sampel yang
Tahap berikutnya kedelapan anak tersebut
berkorelasi dengan data berbentuk ordinal, data diberikan perlakuan selama 5 kali pertemuan. Pada
yang akan dianalisis dinyatakan dalam bentuk pertemuan pertama dilakukan pembentukan
tanda, yaitu positif dan negatif (Sugiyono, 2010).
hubungan dengan konseli dan pengenalan strategi.
Saat awal analisis data harus ditetapkan Ha dan H0.
Tujuan dari pertemuan ini adalah menjelaskan
Data-data yang diperoleh dari hasil penelitian
hasil angket pre-test yang sebelumnya telah
diolah dengan menentukan selisih antara pre-test
dikerjakan oleh masing-masing anggota dan
dan post-test kemudian memberikan tanda positif memberikan penjelasan bahwa dari hasil tes
pada selisih yang mengalami peningkatan dan
tersebut perlu diadakan upaya tindak lanjut.
negatif pada selisih yang mengalami penurunan.
Selanjutnya dijelaskan pula gambaran tentang
Selanjutnya mencari harga yaitu kemudian kegiatan bimbingan kelompok yang akan
munculnya harga dibawah H0 yang diketahui dari dilakukan agar siswa mengetahui rincian kegiatan
mencari angka titik dari X dan N pada tabel konseling kelompok. Hasil dari pertemuan pertama
binomial. Kemudian mengkorelasikan harga ini adalah konselor dan anggota kelompok saling
mengenal satu sama lain dan tercipta suasana yang
dengan daerah penolakan untuk α = 0,05 dengan
akrab dan saling percaya. Anggota kelompok
ketentuan jika yang dihasilkan dari uji tanda ini memahami maksud dan tujuan diadakannya proses
lebih kecil dari α maka H0 ditolak konseling kelompok, mengetahui lamanya
pertemuan dan apa yang akan dilakukan selama
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN proses konseling kelompok berjalan.
Pada pertemuan kedua kegiatan yang
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa dilakukan adalah menyusun dan merumuskan
kelas VIII B SMP Negeri 1 Rengel Tuban yang tujuan yang ingin dicapai mengenai penyebab
memiliki nilai motivasi berprestasi rendah saat motivasi berprestasi yang rendah. Kegiatan yang
analisis skor pre-test. Untuk menentukan subyek dilakukan antara lain konselor menanyakan kepada
penelitian, maka dilakukan pengukuran tentang konseli tentang kesiapannya untuk memasuki

7
Unesa jurnal mahasiswa Bimbingan dan Konseling

kegiatan konseling kelompok, mereview kegiatan keberhasilannya dan mengevaluasi perubahan


konseling sebelumnya. Kemudian konselor secara keseluruhan. Rincian kegiatan yang
menyampaikan tahapan pertama yang akan dilakukan dalam pertemuan ini antara lain
dilakukan, yaitu: menganalisis pikiran dan perilaku mereview pertemuan konseling sebelumnya, mulai
konseli. Berikutnya Konselor memberikan umpan pertemuan 1 sampai pertemuan 4, memberikan
balik dari apa yang disampaikan konseli, lalu kesempatan kepada konseli untuk bertanya atau
konselor membantu konseli untuk menentukan menyampaikan hambatan-hambatan yang dialami
usaha yang ditargetkan setelah mengetahui pikiran terkait tahapan-tahapan yang sudah diberikan.
negatif dan perilaku yang dialami, memberikan Selanjutnya konselor melanjutkan kegiatan
lembar Self Monitoring. Kemudian menyimpulkan konseling kelompok dengan menjelaskan tahapan
keseluruhan kegiatan pada pertemuan ini dan selanjutnya yaitu pemberian penguatan positif. Hal
merencanakan pertemuan selanjutnya. Hasil dari ini bertujuan untuk memberikan penguatan atau
pertemuan kedua adalah anggota kelompok telah motivasi atas setiap keberhasilan konseli, dapat
diketahui permasalahannya, penyebab, dan berupa pernyataan diri yang positif, mereview
perilaku yang ingin dirubah dari permasalahan hasil kegiatan sebelumnya secara keseluruhan.
serta keterkaitan masalah dengan strategi self Kemudian konselor memberikan kesempatan
management kepada konseli untuk menyampaikan manfaat, dan
Pada pertemuan ketiga kegiatan yang kesannya selama mengikuti kegiatan konseling
dilakukan adalah menentukan dan melaksanakan kelompok dengan menerapkan strategi self
konseling kelompok strategi self management, monitoring. Kemudian pertemuan ditutup dengan
khususnya teknik self monitoring untuk mencapai kesimpulan kegiatan, ucapan terimakasih dan doa.
perubahan yang diinginkan sesuai dengan tujuan Hasil dalam pertemuan ini anggota kelompok
konseling. Kegiatan dalam pertemuan ini antara mengetahui perubahan yang terjadi pada diri
lain konselor mereview kegiatan konseling mereka masing-masing.
sebelumnya, menyampaikan tahapan kedua yang Setelah diberi perlakuan konseling
akan dilakukan, yaitu: membahas tentang self kelompok strategi self management, semua subjek
monitoring, memberikan umpan balik dari apa penelitian diberi post-test. Hal ini bertujuan untuk
yang disampaikan konseli dan meminta konseli
mengetahui perbedaan skor yang diperoleh
untuk melanjutkan mereka dalam mengerjakan
monitoring yang telah diberikan, meminta konseli sebelum dan setalah diberikan perlakuan. Data
untuk mencatat respon yang ditimbulkan setelah hasil pengukuran post-test siswa disajikan dalam
adanya monitoring. Kemudian menyimpulkan tabel sebagai berikut :
keseluruhan kegiatan pada pertemuan ini dan
merencanakan pertemuan selanjutnya. Hasil dari Tabel 2 Hasil skor post-test
pertemuan ketiga adalah anggota kelompok telah
memahami permasalahan masing-masing dengan
No. Nama Skor
lebih jelas dan memahami bagaimana cara kerja
dari strategi self management 1. EA 121
Pada pertemuan keempat kegiatan yang 2. LA 130
dilakukan adalah evaluasi strategi dan membuat 3. SA 128
peta respon. Rincian kegiatan yang dilakukan 4. YB 125
antara lain konselor mereview kegiatan konseling 5. RS 135
sebelumnya, menyampaikan tahapan yang akan 6. PS 134
dilakukan dalam konseling kelompok ini, yaitu: 7. SP 140
dari monitoring dan membuat peta respon perilaku, 8. ID 142
memberikan umpan balik dari apa yang
disampaikan konseli dan memberikan contoh Dari hasil post test tersebut dapat dilihat
peralihan perilaku. Kemudian konselor terdapat peningkatan skor motivasi berprestasi
memberikan penjelasan tentang pencatatan respon pada masing-masing subyek penelitian. Secara
perilaku Kemudian menyimpulkan keseluruhan individual peningkatan skor motivasi berprestasi
kegiatan pada pertemuan ini dan merencanakan cukup beragam. Subjek EA dari 110 menjadi 121.
pertemuan selanjutnya. Hasil dari pertemuan Subjek LA dari 106 menjadi 130. Subjek SA dari
keempat anggota kelompok menyadari bahwa 104 menjadi 128. Subjek YB dari 112 menjadi
perilaku-perilaku yang mereka lakukan merugikan 125. Subjek RS dari 109 menjadi 135. Subjek PS
diri sendiri. Anggota kelompok juga dapat dari 114 menjadi 134. Subjek SP dari 98 menjadi
meyakini bahwa ketika memiliki keinginan dan 140. Subjek ID dari 111 menjadi 142.
usaha untuk bisa berprestasi, maka mereka bisa Hasil penelitian ini dianalisis dengan
meningkatkan prestasi mereka. menggunakan uji tanda (sign test). Hasilnya seperti
Pada pertemuan terakhir bertujuan disajikan pada tabel berikut ini:
membantu konseli menghargai setiap

8
Unesa jurnal mahasiswa Bimbingan dan Konseling

Tabel 3 Analisis pengukuran pre-test dan post- merah menunjukkan skor post-test. Nampak terjadi
test perubahan skor hasil post-test yang menunjukkan
Arah peningkatan skor motivasi berprestasi pada siswa
No. N XB XA Tanda saat sesudah diberikan penerapan konseling
Perbedaan
EA 110 121 + kelompok strategi self management dengan
1. XA > X B sebelum diberi penerapan konseling kelompok
LA 106 130 + strategi self management.
2. XA > X B
SA 104 128 + Penutup
3. XA > X B
YB 112 125 + Simpulan
4. XA > X B
Berdasarkan hasil analisis data dengan
RS 109 135 + menggunakan statistik non parametrik uji tanda
5. XA > X B
diperoleh hasil, ada perbedaan yang signifikan
PS 114 134 + antara skor pre test dan skor post test. Berdasar
6. XA > X B
peningkatan skor dari pre test ke post test,
7. SP 98 140 + selanjutnya dapat disimpulkan bahwa penerapan
XA > X B
konseling kelompok strategi self management
8. ID 111 142 + dapat meningkatkan motivasi berprestasi siswa
XA > X B
kelas VIII B SMP Negeri 1 Rengel Tuban.
Rata-rata 108 131,
87 Berdasarkan hasil observasi tentang
perilaku motivasi berprestasi, selama penerapan
Berdasarkan tabel 3 di atas, diketahui strategi self management dapat disimpulkan
bahwa yang menunjukkan tanda positif (+) peningkatan motivasi berprestasi hasil uji
berjumlah 8 yang bertindak sebagai N (banyaknya perbedaan skor pre test dan skor post test juga
pasangan yang menunjukkan perbedaan), didukung oleh perubahan perilaku subyek setelah
sedangkan r (banyaknya tanda yang lebih sedikit) melakukan konseling kelompok strategi self
= 0. Hasil tersebut kemudian dicocokkan dengan management pertemuan pertama sampai
melihat tabel tes binomial dengan ketentuan N = 8 pertemuan kelima. Subyek yang telah melakukan
dan r = 0, maka di peroleh ρtabel (kemungkinan konseling kelompok strategi self management
harga dibawah H0) = 0,004. Artinya ρtabel lebih terlihat mampu meningkatkan motivasi
kecil dari pada α = 0,05, sehingga H0 ditolak. Jadi berprestasinya. Subyek terlihat lebih percaya diri,
dapat disimpulkan ada perbedaan skor motivasi rajin mengikuti kegiatan, dan terlihat optimis
berprestasi sebelum dan sesudah penerapan dalam mencapai prestasi dimasa yang akan datang.
konseling kelompok strategi self management. Saran
Berdasarkan rata-rata skor pre-test 108 dan rata- Berdasarkan simpulan diatas, beberapa
rata post-test 131,87, dapat disimpulkan bahwa saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :
kegiatan konseling kelompok strategi self 1. Bagi Konselor Sekolah
management dapat meningkatkan motivasi Dengan adanya hasil dari penelitian ini,
berprestasi pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 1 bahwa penerapan konseling kelompok strategi self
Rengel Tuban. management dapat meningkatkan motivasi
Perbandingan skor pre-test dan post-test berprestasi pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 1
secara lebih jelas dapat diperiksa pada diagram Rengel Tuban. Hal ini dapat digunakan sebagai
berikut: masukan bagi konselor dalam menangani
permasalahan siswa terutama menangani siswa
150 yang memiliki motivasi berprestasi yang rendah.
Untuk itu Konselor harus memiliki keterampilan
100 dalam melaksanakan konseling kelompok strategi
self management, khususnya self monitoring.
Pre-test Sehingga ketika dimasa yang akan datang terjadi
50 permasalahan yang serupa, konselor dapat
Post-Test
memberikan strategi self management bagi siswa
0 yang memiliki motivasi berprestasi yang rendah.
Di samping itu, konselor seyogyanya melakukan
EA LA SAYB RS PS SP ID
monitoring setelah diberikannya post test sebagai
bentuk follow up dari perlakuan yang diberikan.
Diagram 1 Hasil pre-test dan post-test 2. Bagi peneliti selanjutnya
Berdasarkan diagram di atas, batang biru Penelitian ini dilakukan tanpa mengontrol
menunjukkan skor pre-test sedangkan batang variabel lain yang mungkin dapat memberikan

9
Unesa jurnal mahasiswa Bimbingan dan Konseling

pengaruh terhadap motivasi berprestasi seperti Nisa, Farida Sholicatun. 2013. “Penerapan strategi
latar belakang keluarga, budaya, faktor lingkungan self management untuk mengurangi
sekolah, faktor psikologis seperti tingkat perilaku prokrastinasi akademik pada
kepercayaan diri siswa (self confidence), self siswa kelas VIII E SMP Negeri 1
esteem, self regulasi, dan sebagainya. Seyogyanya, Sukomoro Nganjuk Tahun Ajaran 2012-
untuk penelitian lebih lanjut variabel-variabel 2013.” Skripsi tidak diterbitkan.
tersebut diperhatikan. Surabaya: PPB FIP UNESA.
Nursalim dan Hariastuti. 2007. Konseling
DAFTAR PUSTAKA Kelompok. Surabaya: Unesa University
Press
Alwisol. 2011. Psikologi Kepribadian Edisi Revisi. Nursalim, Mochamad. 2005. Strategi Konseling.
Malang: UMM Press. Surabaya: Unesa University Press.
Amaliah, Fitrotul. 2012. “Penerapan konseling Nursalim, Mochamad. Suradi. 2002. Layanan
kelompok realita untuk membantu Bimbingan dan Konseling. Surabaya:
meningkatkan motivasi berprestasi pada Unesa University Press.
siswa kelas X MA Ar-Rosyid Surabaya.” Nursalim, Mochamad. 2013. Strategi dan
Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: PPB intervensi konseling. Jakarta: Akademia
FIP UNESA. Permata.
Arikunto,Suharsimi. 2009. Prosedur Penelitian Palupi, Dyah Retno. 2012. “Penggunaan konseling
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: kelompok cognitive behavior
Rineka Cipta. modification (cbm) untuk mengurangi
Arikunto,Suharsimi. 2010. Manajemen Penelitian. kejenuhan belajar pada siswa kelas XI ipa
Jakarta: Rineka Cipta. sman 3 mojokerto.” Skripsi tidak
Darmadi,Hamid. 2011. Metode Penelitian diterbitkan. Surabaya:PPB FIP UNESA.
Pendidikan. Bandung; Alfabeta. Prayitno. Amti. 2009. Dasar-dasar bimbingan dan
Darminto, Eko. 2007. Teori-teori Konseling. konseling. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Surabaya: Unesa University Press. Prijaksono. Roy Sembel. 2003. Self management
Desti, M.Fakhrurrozi. 2007. “Hubungan antara guru terbaik dan musuh terbesar
Self-Monitoring dengan motivasi manusia. Jakarta: PT. Elex Media
berprestasi pada mahasiswa”. Jurnal Komputindo.
skripsi Fakultas Psikologi Universitas Qomariyah, Nurul. 2011. “Efektifitas pelatihan
Gunadarma,10503042.https://www.googl Self-Management untuk meningkatkan
e.com/search?q=sefmonitoring+untuk+m motivasi berprestasi siswa SMP (Tesis)”.
otivasi+berpredtasi&ie=utf-8&oe=org, Jurnal desertasi dan tesis program
diakses pada tanggal 6 April 2014 pascasarjana UM,1670. http://karya-
Djaali. 2011. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT ilmiah.um.ac.id/index.php/disertasi/article
Bumi Aksara. /view/16770, diakses pada tanggal 6 April
Djamarah, Syaiful Bahri. 2011. Psikologi Belajar. 2014
Jakarta: Rineka Cipta. Santrock, J.W. 2003. Adolescence Perkembangan
Djiwandono,Sri Esti W. 2006. Psikologi Remaja. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Pendidikan. Jakarta: Penerbit PT Sobur,Alex. 2011. Psikologi Umum. Bandung: CV.
Grasindo. Pustaka Setia.
Geldard,Kathryn. & David,G. 2011. Konseling Sugiyanto. 2011. Jurnal Psikologi Pendidikan dan
Keluarga: Membangun Relasi untuk Bimbingan. Pentingnya motivasi
saling Memandirikan Antaranggota berprestasi dalam mencapai keberhasilan
Keluarga. Yogyakarta : Pustaka Belajar. akademik
Hadi, Sutrisno. 2004. Statistik Jilid 2. Yogyakarta: siswa,(Online),(http://staff.uny.ac.id/sites/
Andi Offset. default/file/motivasi%20berprestasi%20p
King A. Laura. 2010. THE SCIENCE OF df, diakses pada 16 Maret 2013).
PSYCHOLOGY: AN APPRECIATIVE Sugiyono. 2007. Statistik untuk Penelitian.
VIEW (Psikologi Umum: Sebuah Bandung: PT Alfabeta.
Pandangan Apresiatif). Jakarta: Penerbit Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan
Salemba Humanika. Pendekatan Kuantitatof, Kualitatif, R&D.
Komalasari, Gantina, Wahyuni dan Karsih. 2011. Bandung:Alfabeta.
Teori dan teknik konseling. Jakarta: PT. Taniredja, Tukiran. Mustafidah. 2011. Penelitian
Indeks. Kuantitatif (sebuah pengantar). Bandung:
Margono. 2010. Metodologi Penelitian Alfabeta.
Pendidikan. Jakarta:Rineka Cipta. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2008. Kamus
Besar Bahasa Indonesia edisi keempat.
Jakarta: Balai Pustaka.

10
Unesa jurnal mahasiswa Bimbingan dan Konseling

Tim Penyusun. 2014. Buku Panduan Skripsi


Fakultas Bahasa dan Seni. Surabaya: FBS
Unesa.
Uno. Hamzah B. 2011. Teori Motivasi &
Pengukurannya. Jakarta : PT. Bumi
Aksara.
Wijayanti, Cari. 2010. “Penerapan konseling
kelompok dengan strategi self
management untuk mengurangi kebiasaan
bermain video games pada siswa kelas
VIII E di SMP Negeri 1 Ngadirojo
Pacitan”. Skripsi tidak diterbitkan.
Surabaya: PPB FIP UNESA.
Yanthy, Donny Tri Prio. 2006. “Hubungan Pola
Asuh Orangtua Otoriter Dengan Motivasi
Berprestasi Siswa Kelas X SMA Kemala
Bhayangkari 1 Surabaya Tahun Ajaran
2005/2006”. Skripsi tidak diterbitkan.
Surabaya: PPB FIP UNESA.
Zuliyah, Lailiz. 2007. “Hubungan antara motivasi
berprestasi dengan kedisiplinan waktu
masuk sekolah siswa kelas X SMA N 2
Sidoarjo Tahun Ajaran 2006-2007.” Skripsi
tidak diterbitkan. Surabaya: PPB FIP
UNESA.

11

S-ar putea să vă placă și