Sunteți pe pagina 1din 9

Rahayuningsih et al.

/ Effect of Breast Care and Oxytocin Massage on Breast Milk Production

Effect of Breast Care and Oxytocin Massage


on Breast Milk Production:
A study in Sukoharjo Provincial Hospital
Tutik Rahayuningsih1), Ambar Mudigdo2), Bhisma Murti2,3)
1)School of Health Polytechnics, Poltekkes Bhakti Mulia, Surakarta
2) Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta
3) Masters Program in Public Health, Sebelas Maret University, Surakarta

ABSTRACT

Background: The prevalence of exclusive breast feeding was 39.05% in Sukoharjo in 2015, which
is far bellow the national target of 80%. A study has shown that massage oxytocin increases
oxytocin (OT) hormone release, and eventually decreases adrenocorticotropin hormone (ACTH),
nitric oxide (NO), and beta-endorphin (BE). This OT hormone release will increase milk ejection,
which facilitate milk production. This study aimed to investigate the effect of breast care and
oxytocin massages on breast milk production in post–partum mothers.
Subjects and method: This was a Randomized Controlled Trial (RCT), conducted at Sukoharjo
Hospital, Central Java 19 October to November 18, 2016. A total of 90 post – partum mothers were
selected at random and then allocated into breast care group and oxytocin massage group. The
dependent variable was breast milk production. The independent variable was breast care and
oxytocin massage. Changes in breast milk production before and after intervention between the
two groups were tested by Mann-Whitney test.
Results: The increase in breast milk production in breast care and oxytocin massage group
(mean = 17.37, SD = 9.70) was larger than that of the control group (mean = 1.58, SD = 1.69), and it
was statistically significant (p <0.001).
Conclusion: Breast care and oxytocin massage can significantly increase breast milk production.
Post-partum mothers are recommended to practice breast care and oxytocin massage, in order to
increase breast milk production.

Keywords: breast care, oxytocin massage, breast milk production.

Correspondende:
Tutik Rahayuningsih. School of Health Polytechnics, Poltekkes Bhakti Mulia, Surakarta. Email:
tutikrahayu_abm@yahoo.co.id.

LATAR BELAKANG ini memberikan banyak manfaat bagi bayi,


ASI (Air Susu Ibu) adalah susu yang di- yaitu sebagai nutrisi, meningkatkan daya
produksi oleh manusia untuk dikonsumsi tahan tubuh, kecerdasan, dan jalinan kasih
bayi dan merupakan sumber gizi utama sayang dengan ibunya (Roesli, 2013).
bayi yang belum dapat mencerna makanan Berdasarkan data dari Survei Demo-
padat. Menurut Nugroho (2014) ASI meru- grafi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
pakan makanan alami pertama untuk bayi, 2012 bahwa AKB di Indonesia sebesar 32
mengandung semua energi dan nutrisi kematian per 1000 kelahiran hidup, angka
yang dibutuhkan bayi dalam bulan per- ini lebih tinggi dibanding AKB yang diren-
tama kehidupan. ASI eksklusif adalah canakan pada target MDG’s tahun 2015
pemberian ASI tanpa makanan tambahan yaitu 23 per 1000 kelahiran hidup (Ke-
lain pada bayi berumur 0-6 bulan mentrian Kesehatan RI, 2014). AKB di
(Nurheti, 2010). Pemberian ASI eksklusif Indonesia pada tahun 2012 yang diakibat-

e-ISSN: 2549-0257 (online) 101


Journal of Maternal and Child Health (2016), 1(2): 101-109
https://doi.org/10.26911/thejmch.2016.01.02.05

kan dari kurangnya pemberian ASI pada Berdasarkan hasil wawancara dengan
bayi yang berumur kurang dari 6 bulan Kepala Ruang Bersalin RSUD Sukoharjo
mencapai 54% pada bayi usia 2-3 bulan, diperoleh data ibu pasca-persalinan belum
19% pada bayi usia 7-9 bulan, 13% bayi menyusui bayinya karena merasakan kele-
dibawah 2 bulan telah diberi susu formula lahan selama proses persalinan dan tidak
dan 1 dari 3 bayi usia 2-3 bulan telah diberi tahu fungsi menyusui serta isapan bayi
makanan tambahan (Sentra Laktasi Indo- yang menyebabkan ibu malas dan me-
nesia, 2012). nunda untuk menyusui bayinya. Dari hasil
Salah satu faktor yang berperan pengkajian awal diperoleh 10 ibu pasca–
dalam tingginya AKB ini adalah rendahnya persalinan hari ke-1 didapatkan sebanyak
cakupan ASI eksklusif, karena tanpa ASI 6 subjek penelitian (60%) ASI-nya belum
eksklusif bayi lebih rentan terkena ber- keluar, ibu mengeluh pengeluaran ASI-nya
bagai penyakit yang meningkatkan morbi- sedikit dan tidak lancar, serta khawatir
ditas dan mortalitas, pemberian ASI secara bayinya kurang ASI sehingga memilih
eksklusif membantu dalam menurunkan untuk memberikan susu formula.
AKB yaitu sebesar 13% (Roesli, 2013). Kenyataan di Rumah Sakit menun-
Data laporan yang dikeluarkan oleh jukkan produksi dan ejeksi ASI pada ibu
Lembaga SDKI tahun 2007 menunjukkan pasca-persalinan yang sedikit pada hari
cakupan ASI eksklusif bayi usia 0-6 bulan pertama setelah melahirkan menjadi ken-
sebesar 32%. Sedangkan laporan SDKI dala dalam pemberian ASI secara dini.
tahun 2012 terdapat peningkatan bayi penelitian yang dilakukan Nilamsari et al.,
yang mendapatkan ASI eksklusif sebesar (2014) menunjukkan bahwa 60% dari 47
42 %. Angka ini jelas di bawah target WHO ibu nifas mengalami pengeluaran ASI yang
yaitu cakupan ASI minimal 50 %. Cakupan sedikit pada hari pertama sampai hari
pemberian ASI eksklusif di Indonesia ketiga setelah melahirkan. Penelitian yang
masih dibawah target yaitu pada bayi usia dilakukan Isnaini (2015) dari 78 ibu nifas,
0-6 bulan dengan angka cakupan 61.5%, terdapat 44 (56.4%) ibu nifas yang menge-
sedangkan cakupan ASI eksklusif pada luh ASI tidak keluar pada hari pertama
tahun 2012 sebesar 33.6%, dan tahun 2013 post-partum, dan 13 (16.6%) orang ibu
sebesar 54.3%. Cakupan ASI eksklusif di nifas mengeluh masih sedikit pengeluaran
Jawa Tengah pada tahun 2011 sebesar ASI-nya dan 21 (27%) ibu nifas mengeluh
45.86%, tahun 2012 sebesar 25.06% dan ASI tidak lancar mengakibatkan ibu untuk
tahun 2013 sebesar 57.67%, angka tersebut memilih susu formula. Menurut Cox
masih jauh dari target nasional untuk (2006) disebutkan bahwa ibu yang tidak
cakupan ASI eksklusif pada tahun 2014 menyusui bayinya pada hari-hari pertama
yaitu 80%. disebabkan oleh kecemasan dan ketakutan
Cakupan pemberian ASI eksklusif di ibu terhadap kurangnya produksi ASI serta
Kabupaten Sukoharjo sebesar 54.73 % dan kurangnya pengetahuan ibu tentang proses
cakupan pemberian ASI eks-klusif di menyusui. Dua puluh empat jam setelah
RSUD Sukoharjo memiliki angka yaitu melahirkan adalah saat yang sangat
39.05%, dimana Dinas Kesehatan Kabu- penting untuk keberhasilan menyusui
paten Sukoharjo menargetkan bayi men- selanjutnya.
dapat ASI eksklusif sebesar 65 % (Kemen- Ketidakcukupan produksi ASI meru-
kes, 2014; Pangesti at al., 2015). pakan alasan utama seorang ibu untuk
menghentikan pemberian ASI secara dini,

102 e-ISSN: 2549-0257 (online)


Rahayuningsih et al./ Effect of Breast Care and Oxytocin Massage on Breast Milk Production

ibu merasa dirinya tidak mempunyai kecu- ibu pasca-persalinan di RSUD Sukoharjo,
kupan produksi ASI untuk memenuhi ke- Jawa Timur.
butuhan bayi dan mendukung kenaikan
berat badan bayi yang adekuat produksi SUBJEK DAN METODE
ASI kurang lancar. Perawatan yang efektif Desain penelitian yang digunakan adalah
untuk memperbanyak produksi ASI antara Randomize Controlled Trial (RCT). Pe-
lain dengan melakukan perawatan payu- nelitian dilaksanakan pada 19 Oktober-18
dara atau breastcare dengan menjaga ke- November 2016 di Rumah Sakit Umum
bersihan dan massage (memijat) payudara, Daerah Sukoharjo. Populasi penelitian ibu
senam payudara dan pijat oksitosin. pasca-persalinan. Teknik sampling yang
Perawatan payudara bertujuan untuk digunakan adalah simple random sam-
melancarkan sirkulasi darah dan men- pling, sampel sebanyak 90 ibu pasca-per-
cegah tersumbatnya saluran produksi ASI salinan. Teknik pengumpulan data meng-
sehingga memperlancar pengeluaran ASI. gunakan check list. Analisis data menggu-
Pijat oksitosin adalah pemijatan pada nakan IBM SPSS 22.
bagian sepanjang tulang belakang hingga
tulang kosta ke 5 dan 6 merupakan usaha HASIL
untuk merangsang hormon prolaktin dan 1. Karakteristik subjek penelitian
oksitosin setelah melahirkan dan dapat Karakteristik subjek penelitian ditunjuk-
menenangkan ibu, sehingga ASI dapat kan dalam Tabel 1.
keluar (Widiyanti, 2014).
Tujuan penelitian ini adalah meng-
analisis pengaruh perawatan payudara dan
pijat oksitosin terhadap produksi ASI pada
Tabel 1. Karakteristik subjek penelitian
Variabel n Mean Median SD Min Maks
Umur ibu (th) 90 28.38 28.00 5.515 18 42
Produksi ASI sebelum perlakuan (cc) 90 1.22 0.00 1.970 0 10
Produksi ASI setelah perlakuan (cc) 90 8.13 3.00 10.925 0 50
Selisih 90 6.91 2.50 9.485 -3 40

Berdasarkan Tabel 1 bahwa dari 30 subjek 2. Pengujian Hipotesis


penelitian yang dilakukan perawatan a. Analisis univariat
payudara dan pijat oksitosin dan 60 subjek Analisis univariat menyajikan tentang
penelitian sebagai kontrol sebagian besar pengaruh perawatan payudara dan pijat
didominasi oleh ibu yang berumur 20–35 oksitosin pada hasil pre test produksi ASI
tahun sebanyak 76 orang (84.4%) dan yang dihasilkan maksimal 10 cc sedangkan
kelompok terendah ibu dengan umur <20 hasil post test produksi ASI yang dihasil-
tahun sebanyak 6 orang (6.7%). Ka- kan maksimal 50 cc.
rakteristik sampel data kategorikan ke- b. Uji normalitas
lompok intervensi dan kelompok kontrol Hasil uji normalitas pada kelompok per-
sejumlah 90 subjek penelitian dengan ke- lakuan dan kelompok kontrol diperoleh
lompok intervensi sebanyak 30 orang hasil p<0.001) maka data berdistribusi
(33.33%) dan kelompok kontrol sebanyak tidak normal.
60 orang (66.7%).

e-ISSN: 2549-0257 (online) 103


Journal of Maternal and Child Health (2016), 1(2): 101-109
https://doi.org/10.26911/thejmch.2016.01.02.05

c. Analisis bivariat perawatan payudara dan pijat oksitosin


Hasil analisis bivariat perbedaan produksi ditunjukkan pada Tabel 2.
ASI sebelum dan sesudah dilakukan
Tabel 2. Hasil Uji Mann Withney tentang perubahan produksi ASI sebelum dan
sesudah perlakuan antara kelompok perawatan payudara + pijat oksitosin dan
kelompok kontrol
Variabel n Mean Median SD p
Perawatan payudara dan pijat Oksitosin 30 17.57 15.00 9.70 <0.001
Kontrol 60 1.58 1.00 1.69

Tabel 2 menunjukkan terdapat perbedaan Oleh karena itu diperlukan upaya


produksi ASI yang secara statistik signi- untuk mengeluarkan ASI pada ibu pasca-
fikan antara kelompok yang diberikan pe- persalinan. Dalam hal ini terdapat dua
rawatan payudara + pijat oksitosin dan proses yaitu produksi dan pengeluaran.
kelompok kontrol. Ibu post partum yang Produksi ASI dipengaruhi oleh hormon
diberi perlakuan perawatan payudara dan prolaktin sedangkan pengeluaran dipenga-
pijat oksitosin memproduksi ASI lebih ruhi oleh hormon oksitosin. Hormon oksi-
banyak daripada kelompok yang tidak tosin akan keluar melalui rangsangan pada
diberi perlakuan. (Beda mean perlakuan = puting susu melalui isapan mulut bayi atau
17.57, SD= 9.70; beda mean kontrol = 1.58, melalui pijatan pada tulang belakang ibu.
SD = 1.69; p < 0.001). Tujuan dari pijat oksitosin ibu akan me-
Hasil penelitian menunjukkan mean rasa tenang, rileks, meningkatkan ambang
± SD pre test dan post test pada kelompok rasa nyeri dan mencintai bayinya, sehingga
intervensi sebesar 17.57 ± 9.70 dan pada menstimulasi pengeluaran hormon oksi-
kelompok kontrol 1.57 ± 1.69. Hal tersebut tosin dan mempercepat pengeluaran ASI
menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha (Endah, 2011).
diterima artinya adanya pengaruh positif Penelitian ini dilakukan sebuah
perawatan payudara dan pijat oksitosin tindakan secara bersamaan yaitu perawat-
terhadap produksi Air Susu Ibu. an payudara dan pijat oksitosin. Perawatan
payudara yaitu pemijatan pada payudara
PEMBAHASAN dengan memberikan rangsangan duktus
ASI Eksklusif merupakan makanan per- laktiferus, sedangkan pijat oksitosin yaitu
tama, utama dan terbaik bagi bayi, yang melakukan pijatan pada sepanjang tulang
bersifat alamiah. Khasiat ASI begitu besar belakang sampai tulang kosta ke 5 dan 6
karena dapat menurunkan risiko bayi pada tubuh ibu. Tujuan tindakan kom-
terkena penyakit, selain itu ASI membantu binasi ini merangsang pengeluaran hor-
pertumbuhan dan perkembangan kecer- mon oksitosin untuk memproduksi ASI.
dasan anak. Tidak semua ibu pasca per- Intervensi dilakukan berdasarkan Stan-
salinan mengeluarkan ASI karena pada ibu dard Operational Procedure (SOP) yang
terjadi suatu interaksi yang sangat kom- diberikan pada ibu pasca- persalinan.
pleks antara rangsangan mekanik, saraf Menurut Sulistyawati (2009) kombi-
dan bermacam-macam hormon yang ber- nasi dari dua metode ini mengakibatkan
pengaruh terhadap pengeluaran oksitosin produksi ASI meningkat melalui rangsang-
untuk membantu memproduksi ASI an sentuhan pada payudara dan punggung
(Prasetyono, 2009). ibu yang akan merangsang produksi ok-

104 e-ISSN: 2549-0257 (online)


Rahayuningsih et al./ Effect of Breast Care and Oxytocin Massage on Breast Milk Production

sitosin sehingga terjadi kontraksi sel–sel diharapkan dapat memberi rangsangan


mioepitel. pada kelenjar Air Susu Ibu agar dapat
Ibu pasca-persalinan merasakan memproduksi air susu (Wulandari, 2011).
nyeri akibat proses persalinan dan menye- Secara fisiologi perawatan payudara dila-
babkan ibu malas untuk menyusui bayinya kukan dengan merangsang payudara agar
sehingga menunda memberikan ASI pada mempengaruhi hypofise posterior untuk
hari–hari pertama kelahiran. Tertundanya mengeluarkan hormon oksitosin lebih
proses menyusui menyebabkan bayi meng- banyak melalui upaya pemijatan. Penge-
alami kekurangan nutrisi, hubungan emo- luaran oksitosin juga dipengaruhi bantuan
sional dengan ibu terganggu dan stimulasi isapan bayi oleh suatu reseptor pada
kontraksi mioepitel menjadi berkurang. sistem duktus. Bila duktus dirangsang
Apabila proses menyusui ini tertunda dengan pemijatan, maka duktus akan
maka alternatif tindakan dengan membe- menjadi lebar atau melunak dengan
rikan perawatan payudara untuk mening- mengeluarkan oksitosin oleh hypofise yang
katkan produksi ASI. berperan untuk memeras Air Susu Ibu dari
Hasil analisis dari penelitian pera- alveoli. (Saleha. 2009). Pada hari-hari
watan payudara dan pijat oksitosin ter- pertama kelahiran bayi, apabila pengisap-
hadap produksi ASI menunjukkan ada an puting susu cukup adekuat, maka akan
pengaruh bersifat positif dan signifikan. dihasilkan secara bertahap 10-100 ml ASI.
Penelitian ini sesuai yang dilakukan oleh Pijat oksitosin adalah pemijatan
Nilamsari (2014) tentang pengaruh pera- tulang belakang pada daerah punggung
watan payudara terhadap kelancaran eks- mulai dari costae (tulang rusuk) ke 5-6
kresi ASI ibu post partum. Hasil penelitian memanjang kedua sisi tulang belakang
menjelaskan bahwa perawatan payudara sampai ke scapula (tulang belikat) yang
efektif dilakukan untuk mengeksresikan akan mempercepat kerja saraf para-
ASI. Penelitian lain dari Maria (2012) simpatis, saraf yang berpangkal pada
bahwa kebiasaan melakukan perawatan medula oblongata dan pada daerah sacrum
payudara pada ibu menyusui dapat mem- dari medula spinalis, merangsang hipofise
perlancar produksi ASI sebesar 36 kali posterior untuk mengeluarkan oksitosin,
lebih besar dibandingkan dengan ibu oksitosin menstimulasi kontraksi sel-sel
menyusui yang tidak melakukan pera- otot polos yang melingkari duktus lakti-
watan payudara. Gerakan pada perawatan ferus kelenjar mamae menyebabkan kon-
payudara dengan teknik memijat dianjur- traktilitas myoepitel payudara sehingga
kan dengan tangan dan jari karena lebih dapat meningkatkan pemancaran ASI dari
praktis, efektif, efisien dan mempunyai kelenjar mammae (Depkes, 2007).
keuntungan tekanan lebih baik yang ber- Penelitian ini dilakukan pada ibu
manfaat merangsang reflek pengeluaran pasca-persalinan dengan memperhatikan
ASI selain itu juga merupakan cara efektif waktu pelaksanaan sejak ibu melahirkan
meningkatkan volume ASI. dan dilakukan satu hari pada waktu pagi
Perawatan payudara merupakan dan sore. Intervensi dilakukan pada hari
upaya perawatan khusus melalui pembe- ke-1 sampai dengan hari ke-3 pasca-per-
rian rangsang terhadap otot-otot payudara salinan. Jumlah produksi ASI sebelum
ibu dengan cara pengurutan atau massage. dilakukan perawatan payudara dan pijat
Aktifitas ini lebih baik dilakukan pada oksitosin dikeluarkan dengan cara meme-
waktu pagi dan sore sebelum mandi dan rah ASI menggunakan tangan dan diukur

e-ISSN: 2549-0257 (online) 105


Journal of Maternal and Child Health (2016), 1(2): 101-109
https://doi.org/10.26911/thejmch.2016.01.02.05

menggunakan gelas ukur dalam satuan ml. Produksi ASI merujuk pada volume
Hasil yang diperoleh maksimal volume ASI ASI yang dikeluarkan oleh payudara.
sebelum dilakukan perawatan payudara Intervensi dari kedua metode perawatan
dan pijat oksitosin adalah 10 ml. Dilihat payudara dan pijat oksitosin pada prinsip-
dari volume tersebut masih terbilang nya bertujuan membuat otot–otot mio-
sedikit, hal ini terjadi karena usaha ibu epitel berkontraksi, merelaksasikan pikir-
untuk menyusui dalam mengatasi masalah an dan memperlancar pengeluaran ASI.
ASI-nya belum optimal dan ibu menyusui Pengeluaran ASI ini terjadi karena sel otot
yang dijadikan subjek penelitian belum halus di sekitar kelenjar payudara menge-
tahu dan belum pernah melakukan pera- rut sehingga memeras ASI untuk keluar.
watan payudara maupun pijat oksitosin. ASI dapat keluar dari payudara akibat
Jika teknik ini dapat dilakukan oleh ibu adanya otot – otot yang mengerut yang
pasca-persalinan maka masalah menyusui dapat distimulasi oleh suatu hormon yang
yang muncul pada minggu pertama kela- dinamakan oksitoksin. Melalui rangsangan
hiran seperti ASI belum keluar dan tidak pemijatan payudara atau rangsangan pada
lancar, yang menyebabkan ibu memutus- tulang belakang akan merileksasi kete-
kan untuk memberikan susu formula gangan dan menghilangkan stress, dibantu
kepada bayinya dapat diatasi. dengan hisapan bayi pada puting susu
Berdasarkan uji Mann Whitney hasil segera setelah bayi lahir dengan keadaan
mean ± SD pre test dan post test pada bayi normal, neurotransmitter akan me-
kelompok intervensi sebesar 17.57 ± 9.70 rangsang medulla oblongata kemudian
dan pada kelompok kontrol 1.57 ± 1.69. mengirim pesan ke hipotalamus di hypo-
penelitian ini menunjukkan bahwa pera- fise posterior untuk mengeluarkan oksito-
watan payudara dan pijat oksitosin dapat sin sehingga menyebabkan payudara me-
meningkatkan produksi ASI, peningkatan ngeluarkan air susunya.
produksi ASI yang mendapatkan pera- Volume ASI yang diproduksi dan
watan payudara dan pijat oksitosin (mean dikeluarkan oleh kelenjar payudara dapat
= 17.37., SD = 9.70) > ibu yang tidak diberi berbeda berdasarkan faktor yang mem-
perlakuan tersebut (mean = 1.58, SD = pengaruhinya seperti makanan yang
1.69), dan perbedaan tersebut secara sta- dikonsumsi ibu, ketenangan jiwa dan
tistik signifikan (p<0.001). pikiran, penggunaan alat kontrasepsi, pe-
Hal tersebut menunjukkan bahwa Ho rawatan payudara, anatomi payudara,
ditolak dan Ha diterima artinya adanya faktor fisiologis, pola istirahat, faktor isap-
pengaruh positif perawatan payudara dan an anak atau frekuensi penyusuan, berat
pijat oksitosin terhadap produksi Air Susu lahir bayi, umur kehamilan saat melahir-
Ibu. Terlihat bahwa ada perbedaan yang kan, dan konsumsi rokok serta alkohol
signifikan produksi ASI sebelum dan (Astutik, 2014). Sulistyawati (2009) meng-
sesudah dilakukan kombinasi metode pe- emukakan pendapat bahwa pelepasan
rawatan payudara dan pijat oksitosin pada oksitosin dapat dihambat oleh keadaan
ibu pasca-persalinan. Peningkatan produk- emosi ibu, rasa takut, lelah, malu, tidak
si ASI tersebut dapat dilihat dari volume yakin, atau merasakan nyeri.
ASI sebelum dilakukan intervensi perawat- Hasil penelitian ini sesuai yang
an payudara dan pijat oksitosin dari 0-10 dilakukan oleh Nurhanifah (2013) terdapat
ml menjadi 10-50 ml setelah dilakukan perbedaan kelancaran produksi ASI
kombinasi dua pemijatan. sebelum dan sesudah dilakukan pijat

106 e-ISSN: 2549-0257 (online)


Rahayuningsih et al./ Effect of Breast Care and Oxytocin Massage on Breast Milk Production

punggung (oksitosin) dan kompres hangat salah satu yang efektif meningkatkan
payudara. Kesimpulannya pijat punggung produksi ASI, maka penelitian ini
lebih efektif melancarkan produksi ASI mengkombinasikan kedua metode dari
daripada kompres hangat payudara. Pene- peneliti sebelumnya yang hasilnya efektif
litian yang dilakukan oleh Isnaini (2015) meningkatkan produksi ASI.
ada hubungan pijat oksitosin pada ibu
nifas terhadap pengeluaran ASI. Hubung- DAFTAR PUSTAKA
an perawatan payudara dan pijat oksitosin Ambarwati ER, Wulandari D (2010).
terhadap produksi ASI dapat meningkat- Asuhan kebidanan nifas. Jogjakarta:
kan produksi ASI yang signifikan melalui Nuha Medika.
rangsangan pemijatan dan massage pada Anggraini Y (2010). Asuhan kebidanan
otot-otot payudara secara langsung se- masa nifas. Yogyakarta: Pustaka Ri-
hingga menyebabkan kontraksi sel-sel hama.
mioephitel dan menyebabkan ASI keluar Asmuji, Diyan I (2016). Model family
dengan lancar pada saat bayi menyusu centered maternity care sebagai stra-
pada ibunya. tegi optimalisasi competent mother-
Penelitian lain oleh Mardyaningsih ing. Jurnal Ners. 10 (1) April 2016.
(2010), tentang efektifitas kombinasi Faculty of Health Sciences Muham-
teknik marmet dan pijat oksitosin ter- madiyah University Jember.
hadap produksi ASI pada ibu pasca bedah Astutik RY (2014). Payudara dan laktasi.
sesarea dan didapatkan hasil kombinasi Jakarta: Salemba Medika.
teknik Marmet dan pijat oksitosin ber- Azwar (2008). Pengantar kuliah obstetri.
pengaruh pada peningkatan produksi ASI. Jakarta: EGC.
Kesimpulan penelitian produksi ASI Bahiyatun (2009). Buku ajar kebidanan
sangat dipengaruhi oleh hormon prolaktin asuhan nifas normal. Jakarta: EGC.
yang akan memproduksi ASI, dan hormon Bobak IM, Lowdermilk. Jensen MD
oksitosin yang berpengaruh pada kelan- (2012). Buku ajar keperawatan ma-
caran pengeluaran ASI, karena semakin ternitas. Ed. 4. Jakarta: EGC.
ASI keluar produksi ASI akan semakin me- Cox S (2006). Breastfeeding with confi-
ningkat, jadi pada penelitian diatas dapat dence: panduan untuk belajar me-
disimpulkan kombinasi tekhnik marmet nyusui dengan percaya diri. Jakarta:
dan pijat oksitosin dapat menstimulasi Gramedia.
hormon prolaktin dan oksitosin. Dahlan S (2012). Statistik untuk kedok-
Keberhasilan ibu dalam menyusui teran dan kesehatan (deskriptif, biva
dipengaruhi faktor setelah persalinan. Pro- riat, dan multivariat) dilengkapi apli-
duksi ASI dapat meningkat atau menurun kasi dengan menggunakan SPSS.
tergantung pada rangsangan/ stimulasi Jakarta: Salemba Medika.
pada payudara terutama pada minggu per- Depkes RI (2007). Manajemen laktasi.
tama menyusui. Penelitian ini melakukan Jakarta: EGC.
dua intervensi yang bersamaan yaitu pera- Dewi VNL, Tri S (2011). Asuhan kebidanan
watan payudara dan pijat oksitosin dan pada ibu nifas. Jakarta: Salemba
diperoleh hasil secara signifikan mening- Medika.
katkan produksi ASI. Penelitian yang Endah SN, Masdinarsah I (2011). Penga-
sudah dilakukan sebelumnya mengguna- ruh pijat oksitosin terhadap penge-
kan dua metode yang berbeda dan hanya luaran kolostrum pada ibu post par-

e-ISSN: 2549-0257 (online) 107


Journal of Maternal and Child Health (2016), 1(2): 101-109
https://doi.org/10.26911/thejmch.2016.01.02.05

tum di ruang kebidanan rumah sakit kombinasi metode massase depan


muhammadiyah Bandung. Jurnal (breast care) dan massase belakang
kesehatan kartika. (pijat oksitosin) pada ibu menyusui
Hidayat AA (2008). Metode penelitian ke- 0-3 bulan di wilayah kerja puskesmas
perawatan dan teknik analisis data. kesamiran kabupaten tegal.
Jakarta: Salemba Medika. Nilamsari MA, Wagiyo, Elisa (2014).
Isnaini N, Rama D (2015). Hubungan pijat Pengaruh perawatan payudara ter-
oksitosin pada ibu nifas terhadap hadap kelancaran ekskresi asi pada
pengeluaran asi di wilayah kerja ibu post partum di rumah bersalin
puskesmas raja basa indah bandar mardi rahayu semarang. Jurnal ilmu
lampung tahun 2015. Jurnal kebi- keperawatan dan kebidanan (JIKK).
danan 1 (2). Juli 2015. Nugroho T, Nurrezki, Desi W, Wilis
Jellife DB, Jellife EFP (2006). Community (2014). Buku ajar asuhan kebidanan
nutritional assesment with special nifas (askeb 3). Yogyakarta: Nuha
reference to less tehnocallo develop Medika.
countries. Oxford Medical Publica- Nurhanifah F (2013). Perbedaan efektifitas
tion. Oxford. New York. Tokyo. massage punggung dan kompres
Kemenkes (2014a). Kondisi pencapaian hangat payudara terhadap pening-
program kesehatan anak Indonesia. katan kelancaran produksi asi di desa
Jakarta: Kemenkes RI. majang tengah wilayah kerja puskes-
Kemenkes (2014b). Situasi dan analisis mas pamotan dampit malang. Rsud
ASI eksklusif. Jakarta: Kemenkes RI. Merauke. Jurnal keperawatan, 4 (2).
Latifah J, Abdurahman W, Agianto (2015). Nurheti, Yuliarti (2010). Keajaiban asi-
Perbandingan breast care dan pijat makanan terbaik untuk kesehatan,
oksitosin terhadap produksi asi pada kecerdasan, dan kelincahan si kecil.
ibu post partum normal. DK Uni- Yogyakarta: C.V Andi.
versitas Lambung Mangkurat. 3(1). Pangesti DK, Sulastri, Kartinah (2015).
Mardiyaningsih E (2010). Efektifitas kom- Gambaran pemberian air susu ibu
binasi teknik marmet dan pijat oksi- pada ibu dengan bayi usia 6-12 bulan
tosin dapat meningkatkan produksi di kesa kadilangu kecamatan baki
ASI. Fakultas Ilmu Keperawatan kabupaten sukoharjo. Fakultas ilmu
Program Magister Ilmu Keperawatan Keperawatan Universitas Muham-
Kekhususan Keperawatan Materni- madiyah Surakarta.
tas. Jakarta: Universitas Indonesia. Patel U (2013). Effect of back massage on
Maria LA, Masni. Burhanuddin B (2012). lactation among postnatal mothers.
Faktor determinan kelangsungan pro International journal of medical re-
duksi asi di rumah sakit umum dae- search and Review.
rah dr m haulussy ambon. http://- Polit DF, Beck CT (2006). Essentials of
pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/57b47 nursing research: methods, apprai-
a5800888bc5419f5609ac17ac4e.pdf. sal, and utilization (6th ed). Phila-
Maryunani A (2009). Asuhan pada ibu delphia: Lippincot Williams &
dalam masa nifas (postpartum). Ja- Walkims.
karta: Trans Info Media. Prasetyono DS (2009). Buku pintar asi
Muliani RH (2014). Perbedaan produksi eksklusif. Yogyakarta: Diva Press.
asi sebelum dan sesudah dilakukan

108 e-ISSN: 2549-0257 (online)


Rahayuningsih et al./ Effect of Breast Care and Oxytocin Massage on Breast Milk Production

Rahayu D, Budi S, Esty Y (2015). Produksi Sulaeman (2015). The effect of oxytocin
asi ibu dengan intervensi acupresure massageon the postpartum mother
point for lactation dan pijat oksitosin. on breastmilk production in surakar-
FK Universitas Airlangga Surabaya. ta indonesia. International Conferen-
Jurnal ners. 10 (1). ce on Health and Well-Being (ICH-
Roesli U (2013). Mengenal asi eksklusif. WB) 2016. Faculty of Medicine, Sebe-
Jakarta: Trubus Agriwidya. las Maret University.
Safitri, Wahyu N, Susilaningsih, Ardi P Sulistyawati A (2009). Buku ajar asuhan
(2015). Pijat punggung dan perce- kebidanan pada ibu nifas. Ed. 1. Yog-
patan pengeluaran asi pada ibu post yakarta: Andi.
partum. Poltekkes Kemenkes Ma- Widiasih R (2008). Masalah-masalah da-
lang. Jurnal informasi kesehatan lam menyusui. Seminar manajemen
indonesia (JIKI), 1 (2): 148-153. laktasi. Bandung Fakultas Ilmu Ke-
Saleha S (2009). Asuhan kebidanan pada perawatan Universitas Padjajaran.
masa nifas.Jakarta: Salemba Medika. Widiyanti AF, Heni S, Kartika S, Rini S
Sarwinanti (2014). Terapi pijat oksitosin (2014). Perbedaan antara dilakukan
meningkatkan produksi asi pada ibu pijatan oksitosin dan tidak dilakukan
post partum. Jurnal kebidanan dan pijatan oksitosin terhadap produksi
keperawatan. 10 (1): 47-53. asi pada ibu nifas di wilayah kerja
Sastroasmoro (2007). Membina tumbuh puskesmas ambarawa. Akbid Ngudi
kembang anak. Jakarta: IDAI. Waluyo Ungaran.
Setiawan AS (2011). Metodologi penelitian Wulandari FT, Fidyah A, Utami D (2014).
kebidanan DIII, DIV, S1 dan S2. Pengaruh pijat oksitosin terhadap
Yogyakarta: Nuha Medika. pengeluaran kolostrum pada ibu post
Siregar S (2010). Statistik deskriptif untuk partum di Rsud provinsi kepulauan
penelitian. Jakarta: Rajawali Press. riau. Poltekkes Kemenkes Tanjung
Sugiyono (2011). Statistik untuk peneliti- pinang. Jurnal Kesehatan, 5(2).
an. Bandung : Alfabeta Wulandari SR, Sri H (2011). Asuhan
Suherni (2010). Perawatan masa nifas. kebidanan ibu masa nifas. Yogya-
Yogyakarta: Fitramaya. karta: Gosyen Publishing.

e-ISSN: 2549-0257 (online) 109

S-ar putea să vă placă și