Sunteți pe pagina 1din 9

JURNAL HUTAN LESTARI (2015)

Vol. 3 (2) : 313 – 321

KARAKTERISTIK BIOPELET BERDASARKAN KOMPOSISI SERBUK


BATANG KELAPA SAWIT DAN ARANG KAYU LABAN DENGAN JENIS
PEREKAT SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF TERBARUKAN

Characteristic Biopellets Based On Composition Of Oilpalm Trunk And Laban


Wood Charcoal With Different Adhesive Type As A New Renewable Energy

D Dhuha Lamanda, Dina Setyawati, Nurhaida, Farah Diba, Emi Roslinda


Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura. Jln Imam Bonjol Pontianak 78124
E-mail : ningz.manda@yahoo.com

ABSTRACT
The research aims to evaluate the quality of biopellets made from different composition of the
oilpalm trunk powder and Laban wood charcoal with different type of adhesive. The
composition consist of 25% oilpalm powder : 75% Laban wood charcoal; 50% oilpalm powder:
50% Laban wood charcoal; 75% oilpalm powder : 25% Laban wood charcoal; 100% oilpalm
powder respectively. The adhesives used are tapioca flour and sago flour. The research used
completely factorial randomized design, which consists of eight combination treatment with 3
replications. The material was mixed manually and biopellets produced with meat mincer in
home scale with size 2 cm long and diameter 0.4 cm. Biopelet then dry in oven for 24 hour with
temperature 600C- 700C. The quality of biopelet was evaluate according to SNI 8021 : 2014.
The result of research showed that the average values of water content of biopellets was range
between 6.91% - 9.98%; the average values of ash content was range between 1.02% - 1.69%;
the average values of volatile matter content was range between 38.36% - 71.93%; the average
values of fixed carbon content was range between 26.45% - 59.97% and the average values of
calor was range between 3719,67(cal/g) – 5944,33 (cal/g). The composition of oilpalm and
Laban wood charcoal and type of adhesives was significantly affected the calor value of
biopellets. Meanwhile the other values such as moisture content, ash content, volatile matter
content and fixed carbon content was not significant. The quality of biopellets can fulfill the SNI
8021 : 2014 standard, except on ash content. The best biopellets was achieved on composition
25% oil palm trunk powder : 75% Laban wood charcoal with adhesive tapioca.
Keywords : Biopellets, Laban wood, Oilpalm trunk, tapioca, sago

PENDAHULUAN ini adalah energi biomassa yang


Bahan bakar minyak dan gas saat
ketersediaannya melimpah, mudah
ini masih menjadi sumber energi utama
diperoleh, dan dapat diperbaharui secara
dalam mendukung aktivitas masyarakat.
cepat. Indonesia memiliki potensi energi
Pada umumnya, masyarakat di daerah
biomassa sebesar 50.000 Mega Watt
perkotaan dan pedesaan masih
yang bersumber dari berbagai biomassa
menggunakan LPG (Liquefied Petroleum
limbah pertanian, seperti: produk
Gas) dan bahan bakar minyak tanah
samping kelapa sawit, penggilingan
untuk keperluan rumah tangga.
padi, plywood, pabrik gula, kakao, dan
Meningkatnya harga minyak mentah
limbah pertanian lainnya (Prihandana
dunia menyebabkan terjadinya kenaikan
dan Hendroko, 2007).
harga bahan bakar, termasuk minyak
Salah satu pemanfaatan limbah
tanah.
batang kelapa sawit sebagai bahan bakar
Sumber energi alternatif yang
rumah tangga atau industri-industri
banyak diteliti dan dikembangkan saat

1
JURNAL HUTAN LESTARI (2015)
Vol. 3 (2) : 313 – 321

adalah biomass pelets (Biopelet). Universitas Tanjungpura Pontianak dan


Biopelet adalah jenis bahan bakar padat Laboratorium Kimia Hasil Hutan IPB
berbasis limbah dengan ukuran lebih Bogor.
kecil dari ukuran briket (Windarwati, Serbuk pembuatan biopelet pada
2011). Bahan tambahan perekat tapioka penelitian ini dari batang Kelapa Sawit
dan sagu merupakan bahan yang sering dan arang kayu Laban. Batang Kelapa
digunakan dalam pembuatan biopelet Sawit dipotong dengan ± panjang 1
karena mudah didapat, harganya pun meter, kemudian diketam untuk
relatif murah dan dapat menghasilkan mendapatkan ukuran yang lebih kecil,
kekuatan rekat kering yang tinggi. untuk mempermudah proses
Penggunaan perekat tidak melebihi 5% penghancuran di dalam alat willey mill
karena semakin besar penambahan dengan ukuran partikel lolos 40 mesh.
perekat, maka akan mengakibatkan Bahan perekat yang digunakan dalam
bertambahnya kadar air pada biopelet. penelitian ini adalah tepung tapioka dan
Hal ini akan mengurangi nilai tepung sagu masing- masing dengan
pembakaran biopelet (Zamirza, 2009). persentase 5% dari berat bahan (Tabil,
Penelitian ini dibuat biopelet 1996 dalam Hasanuddin, 2012).
dengan menggunakan bahan baku Pencampuran bahan dilakukan secara
biomassa limbah batang Kelapa Sawit manual. Pencetakan biopelet
dan arang kayu Laban dengan menggunakan mesin penggiling daging
penambahan perekat tapioka dan sagu (Meat Mincer) skala rumah tangga,
sebesar 5% (b/b), sehingga diperoleh dengan ukuran pelet yang dihasilkan
formulasi biopelet terbaik. Penggunaan panjang ± 2 cm dan diameter 0,4 cm.
arang kayu Laban diharapkan mampu Biopelet dikeringkan dalam oven
meningkatkan rendemen dan nilai kalor selama 24 jam dengan suhu 600C-700C.
pembakaran biopelet yang dihasilkan. Pengujian kualitas biopelet dilakukan
dengan mengacu pada SNI 8021 : 2014.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di HASIL DAN PEMBAHASAN
Laboratorium Wood Workshop Fakultas Analisis Karakteristik Fisik Biopelet
Kehutanan Universitas Tanjungpura, 1. Kadar Air (%) Biopelet
Laboratorium Pengolahan Kayu Nilai rerata kadar air biopelet dapat
Fakultas Kehutanan Universitas dilihat pada Gambar 1.
Tanjungpura, Laboratorium Agronomi
dan Klimatologi Fakultas
Pertanian

2
SNI (Maks 12%)

Gambar 1. Kadar Air Biopelet dari Campuran Serbuk Batang Kelapa Sawit dengan
Arang Kayu Laban dan Jenis Perekat (The Average Value of Moisture
Content of Biopellets from Oil Palm Trunk and Laban wood charcoal
with different type of adhesive).

Rerata kadar air tertinggi terdapat rendah. Hal tersebut dikarenakan arang
pada perlakuan biopelet dengan kayu Laban memiliki kadar air lebih
komposisi 100% serbuk batang Kelapa rendah dibandingkan serbuk batang
Sawit sebesar 9,98% yang menggunakan Kelapa Sawit sehingga dengan
perekat tepung tapioka. Sedangkan kadar penambahan arang kayu Laban
air terendah terdapat pada perlakuan menyebabkan kadar air biopelet yang
biopelet dengan komposisi 25% serbuk dihasilkan semakin rendah pula. Hal ini
batang Kelapa Sawit dan 75% arang sejalan dengan penelitian Winata (2013)
kayu Laban sebesar 6,91% dengan yang menyatakan semakin tinggi
perekat tepung sagu. Berdasarkan hasil penambahan arang sekam padi yang
analisis keragaman diketahui bahwa jenis ditambahkan dalam komposisi biopelet,
perekat, kompisisi bahan, serta interaksi maka kadar air yang dihasilkan semakin
antara kedua faktor tidak berpengaruh menurun. Kadar air biopelet batang
nyata terhadap kadar air biopelet yang Kelapa Sawit dan arang kayu Laban pada
dihasilkan. penelitian ini telah memenuhi SNI 8021 :
Nilai kadar air biopelet pada perekat 2014 yang mensyaratkan maksimum
tapioka dan perekat sagu cenderung 12%.
berbanding terbalik dengan jumlah
persentase arang kayu Laban yang 2. Kadar Abu (%) Biopelet
digunakan. Semakin tinggi persentase
Nilai rerata kadar abu biopelet dapat
arang Laban yang ditambahkan pada
dilihat di Gambar 2.
campuran bahan baku biopelet, maka
kadar air biopelet yang dihasilkan
semakin
SNI (Maks 1,5%)

Gambar 2. Kadar Abu Biopelet dari Campuran Serbuk Batang Kelapa Sawit dengan
Arang Kayu Laban dan Jenis Perekat (The Average Value of Ash Content
of Biopellets from Oil Palm Trunk and Laban wood charcoal with
different type of adhesive)
Kadar abu tertinggi sebesar 1,69%
proses pembakaran akan semakin tinggi
terdapat pada perlakuan biopelet dengan
pula (Zulfian, 2015). Menurut Balfas
komposisi 50% serbuk batang Kelapa
(2003) kandungan silika Kelapa Sawit
Sawit dengan 50 % arang kayu Laban
jauh lebih tinggi sebesar (1,34%)
dengan perekat tepung tapioka. Kadar
dibandingkan dengan kayu Laban
abu terendah sebesar 1,02% terdapat
sebesar (0,08%). Adanya variasi nilai
pada perlakuan biopelet dengan
kadar abu, kemungkinan disebabkan
komposisi 75% serbuk batang Kelapa
oleh proses karbonisasi yang kurang
Sawit dengan 25% arang kayu Laban
sempurna. Menurut Yoyon, Bambang,
dengan perekat tepung tapioka.
Herwindo, dan Ja’far (2011) tingginya
Berdasarkan hasil analisis keragaman
kadar abu yang diperoleh disebabkan
diketahui bahwa jenis perekat,
oleh proses pengarangan (karbonisasi)
komposisi bahan, serta interaksi tidak
yang kurang sempurna yaitu banyaknya
berpengaruh nyata terhadap kadar abu
udara yang masuk sehingga arang yang
biopelet yang dihasilkan.
terbentuk berubah menjadi abu.
Menurut Iswandaru (1994) dalam
Secara umum sebagian perlakuan
Kurniawati (1999) kadar abu dipengaruhi
dapat memenuhi SNI 8021 : 2014 dengan
oleh jenis bahan baku, karena jumlah
kadar abu maksimum 1,5% yaitu pada
mineral setiap jenis bahan baku berbeda-
komposisi 25% serbuk batang Kelapa
beda. Serbuk batang Kelapa Sawit
Sawit dengan 75% arang kayu Laban
memiliki komposisi kimia dan kandungan
pada perekat sagu, 50% serbuk batang
silika yang berbeda dari batang kayu
Kelapa Sawit dengan 50% arang kayu
Laban. Semakin tinggi kadar silika pada
Laban pada perekat sagu, 75% serbuk
biomassa maka abu yang dihasilkan dari
batang Kelapa Sawit dengan 25% arang
kayu Laban
pada perekat tapioka, dan 75% serbuk 3. Kadar Zat Terbang (%) Biopelet
batang Kelapa Sawit dengan 25% arang Nilai rerata kadar zat terbang biopelet
kayu Laban pada perekat sagu. dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Kadar Zat Terbang Biopelet dari Campuran Serbuk Batang Kelapa Sawit
dengan Arang Kayu Laban dan Jenis Perekat (The Average Value of
Volatile

SNI (Maks 80%)

Matter Content of Biopellets from Oil Palm Trunk and Laban wood charcoal
with different type of adhesive)

Hasil penelitian kadar zat terbang peningkatan kadar zat terbang


tertinggi terdapat pada perlakuan cenderung berbanding terbalik dengan
biopelet dengan campuran 100% serbuk peningkatan persentase arang kayu
batang Kelapa Sawit sebesar 71,93% Laban yang digunakan. Semakin tinggi
dengan perekat tepung tapioka. persentase arang kayu Laban yang
Sedangkan kadar zat terbang terendah digunakan, maka kadar zat terbang
terdapat pada perlakuan biopelet dengan biopelet semakin rendah dan begitu pula
campuran 25% serbuk batang Kelapa sebaliknya. Hal tersebut dikarenakan
Sawit dengan 75% arang kayu Laban sebagian kecil zat terbang pada biopelet
dengan nilai 38,36% menggunakan dengan penambahan arang kayu Laban
perekat tapioka. Berdasarkan hasil telah terlepas pada saat proses
analisis keragaman diketahui bahwa pengarangan (karbonisasi) kayu Laban.
jenis perekat, komposisi, serta interaksi Hal ini sejalan dengan penelitian
tidak berpengaruh nyata terhadap kadar Rahman (2011), kadar zat terbang
zat terbang biopelet yang dihasilkan. berbanding terbalik dengan penambahan
Nilai zat terbang dalam bahan arang, hal tersebut dikarenakan sebagian
bakar menentukan waktu pembakaran, kecil zat mudah menguap pada biopelet
kecepatan pembakaran, dan banyaknya dengan penambahan arang sekam telah
asap yang dihasilkan saat proses terlepas pada saat proses karbonisasi
pembakaran (Hansen et al, 2009). Hasil sekam padi. Hasil penelitian ini
penelitian menunjukkan bahwa diketahui meskipun kadar zat terbang
biopelet batang Kelapa
Sawit dan arang kayu Laban tergolong 4. Kadar Karbon Terikat (%)
tinggi namun hasilnya memenuhi Biopelet
standar SNI 8021 : 2014 yang Nilai rerata kadar karbon terikat
mensyaratkan nilai maksimum 80%. biopelet dapat dilihat pada Gambar 4

SNI Min 14%

Gambar 4. Kadar Karbon Terikat Biopelet Dari Campuran Serbuk Batang Kelapa
Sawit dengan Arang Kayu Laban dan Jenis Perekat (The Average Value of
Fixed Carbon Content of Biopellets from Oil Palm Trunk and Laban wood
charcoal with different type of adhesive)
Hasil penelitian menunjukkan kadar memiliki nilai karbon terikat tinggi. Hal
karbon terikat tertinggi terdapat pada tersebut dipengaruhi rendahnya nilai
perlakuan biopelet dengan campuran 25% kadar abu dan kadar zat terbang
serbuk batang Kelapa Sawit dengan 75% sehingga berpengaruh terhadap tingginya
arang kayu Laban sebesar 59,97% dengan kadar karbon terikat. Penelitian ini
perekat tepung tapioka. Kadar karbon sejalan dengan penelitian Pari dan Sailah
terikat biopelet terendah terdapat pada (2001) yang mengatakan bahwa
perlakuan biopelet dengan komposisi rendahnya nilai kadar karbon terikat
100% serbuk batang Kelapa Sawit yaitu dipengaruhi oleh tingginya kadar abu dan
sebesar 26,45% menggunakan perekat kadar zat terbang yang dihasilkan. Kadar
tepung tapioka. Berdasarkan hasil analisis karbon terikat biopelet dengan campuran
sidik ragam bahwa jenis perekat, batang Kelapa Sawit dan arang kayu
komposisi bahan, serta interaksi dari Laban pada penelitian ini telah memenuhi
kedua faktor tersebut tidak berpengaruh standar SNI 8021 : 2014 yang
nyata terhadap kadar karbon terikat. mensyaratkan minimum
Berdasarkan hasil penelitian pada 14%.
perlakuan biopelet dengan komposisi
25% serbuk batang Kelapa Sawit dan 5. Nilai Kalor (kal/g) Biopelet
75% arang kayu Laban dengan perekat Nilai rerata nilai kalor biopelet
tapioka dapat dilihat pada Gambar 5.
SNI Min 4000 (kal/gr)

Gambar 5. Nilai Kalor Biopelet dari Dari Campuran Serbuk Batang Kelapa Sawit
dengan Arang Kayu Laban dan Jenis Perekat (The Average Value of Calor
of Biopellets from Oil Palm Trunk and Laban wood charcoal with different
type of adhesive)

Nilai kalor biopelet tertinggi Hal tersebut dikarenakan semakin


terdapat pada perlakuan biopelet dengan banyaknya bahan padat yang dapat
campuran 25% serbuk batang Kelapa terbakar. Hasil penelitian ini sejalan
Sawit dengan 75% arang kayu Laban dengan penelitian Rahman (2011) yang
sebesar 5944,33 kal/g dengan perekat menyatakan penambahan arang sekam
tepung tapioka. Hal ini dikarenakan dapat meningkatkan nilai kalor biopelet
tepung tapioka memiliki viskositas sekam padi karena arang sekam memiliki
perekat yang tinggi dan menjadi tepung nilai kalor yang lebih tinggi dibandingkan
yang baik digunakan dalam pembuatan sekam padi dan semakin tinggi nilai kalor
biobriket atau biopelet ( Diba, 1994 ). menunjukkan kualitas bahan bakar yang
Nilai kalor terendah terdapat pada semakin baik.
perlakuan biopelet dengan 100% serbuk Hasil penelitian ini diperoleh rerata
Kelapa Sawit yaitu sebesar 3719,67 kal/g nilai kalor secara keseluruhan berkisar
menggunakan perekat tepung sagu. antara 3719,67 kal/g sampai 5944,33
Hasil analisis keragaman nilai kalor kal/g. Pada penelitian ini hanya perlakuan
biopelet batang Kelapa Sawit dan arang dengan komposisi 100% serbuk batang
kayu Laban menunjukkan bahwa jenis Kelapa Sawit yang tidak memenuhi
perekat, komposisi serta interaksi kedua standar SNI 8021 : 2014 yang
faktor tersebut berpengaruh sangat nyata mensyaratkan minimum 4000 kal/g.
terhadap nilai kalor biopelet.
Penelitian ini menunjukkan bahwa 6. Hasil Penelitian Terbaik
semakin tinggi persentase arang kayu Hasil rekapitulasi penelitian kualitas
Laban maka semakin tinggi nilai kalor biopelet serbuk batang kelapa sawit
yang dihasilkan. Nilai kalor berbanding dengan arang kayu Laban dan jenis
lurus dengan nilai karbon terikat biopelet. perekat disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Rekapitulasi Data Hasil Penelitian Biopelet Campuran Serbuk Batang Kelapa
Sawit dengan Arang Kayu Laban (The Rate of Data Research Result of
Biopellets From Oil Palm Trunk and Laban Wood Charcoal )
Perlakuan Nilai
Nilai Nilai Kadar
Nilai Kadar Kadar Nilai Kalor
Rasio Kadar Zat Terbang Score
Perekat Abu (%) Karbon (kal/g)
(SK : L) Air (%) (%)
Terikat
25% : 75% 7,10*(7) 1,67(2) 38,36*(8) 59,97*(8) 5944,33*(8) 33
50% : 50% 7,39*(6) 1,69(1) 52,89*(7) 45,42*(7) 5451,67*(5) 26
Tapioka 75% : 25%
9,43*(2) 1,02*(8) 66,65*(2) 32,33*(2) 4827,33*(4) 18
100% 9,98 *(1) 1,62(3) 71,93*(1) 26,45*(1) 4147,33*(2) 8
25% : 75% 6,91*(8) 1,37*(6) 56,39*(4) 42,24*(4) 5731,00*(7) 29
50% : 50% 9,14 *(3)
1,32*(7) 56,64*(3) 42,14*(3) 5524,00*(6) 22
Sagu
75% : 25% 8,45 *(5)
1,42*(5) 61,65*(5) 36,93*(5) 4752,00*(3) 23
100% 8,48 *(4) 1,60(4) 58,91*(6) 39,49*(6) 3719,67(1) 21
Nilai Maksimum Maksimum Maksimum Minimum Minimum
SNI 8021 : 2014 12% 1,5% 80% 14% 4000 kal/g
Ket : tanda * = Memenuhi Standar
SK = Serbuk Batang Kelapa Sawit
L = Kayu Laban

Berdasarkan rekapitulasi data hasil menggunakan perekat tapioka merupakan


penelitian biopelet campuran serbuk biopelet yang terbaik. Ini membuktikan
batang Kelapa Sawit dengan arang kayu dengan penambahan arang kayu Laban
Laban (Tabel 1). Biopelet dengan hasil pada pembuatan biopelet dapat
terbaik sampai terendah adalah 25% meningkatkan kualitas biopelet yang
serbuk batang Kelapa Sawit : 75% arang dihasilkan.
kayu Laban menggunakan perekat
tapioka, 25% serbuk batang Kelapa KESIMPULAN
Sawit: 75% arang kayu Laban 1. Komposisi serbuk batang Kelapa
menggunakan perekat sagu, 50% serbuk Sawit dengan arang kayu Laban, jenis
batang Kelapa Sawit: 50% arang kayu perekat serta interaksi kedua faktor
Laban menggunakan perekat tapioka, tidak berpengaruh nyata terhadap
75% serbuk batang Kelapa Sawit: 25% kadar air, kadar abu, kadar zat terbang
arang kayu Laban menggunakan perekat dan kadar karbon terikat, tetapi
sagu, 50% serbuk batang Kelapa Sawit: berpengaruh sangat nyata terhadap
50% arang kayu Laban menggunakan nilai kalor.
perekat sagu, 100% serbuk batang Kelapa 2. Kualitas biopelet terbaik dan
Sawit perekat sagu, 75% serbuk batang memenuhi standar SNI 8021 : 2014
Kelapa Sawit: 25% arang kayu Laban yaitu komposisi 25% serbuk batang
menggunakan perekat sagu, dan 100% kelapa sawit dan 75% arang kayu
serbuk batang Kelapa Sawit perekat laban dengan jenis perekat tapioka.
tapioka.
Hasil penelitian menunjukkan
komposisi biopelet 25% serbuk batang
Kelapa Sawit: 75% arang kayu Laban
DAFTAR PUSTAKA Badan Standarisasi Nasional. 2014. Pelet
Kayu. SNI 8021 : 2014. Jakarta.
320
Balfas J. 2003. Kayu Sawit Sebagai Prihandana R, Hendroko R. 2007. Energi
Substitusi Kayu dari Hutan Alam. Hijau. Jakarta: Penebar Swadaya.
Forum Komunikasi Teknologi dan
Industri Kayu Vol 2 (1). Rahman, 2011, Uji Keragaan Biopelet
dari Biomassa Limbah Sekam
Diba F. 1994. Pengaruh Jenis Perekat dan Padi (Oryza sativa sp.) Sebagai
Ukuran Serbuk Terhadap Sifat Bahan Bakar Alternatif
Fisik dan Kimia Briket Arang Terbarukan. (Skripsi): Faperta, IPB,
Kayu Meranti Merah (Shorea Bogor.
leprosula Mig) Skripsi Pontianak
: Fakultas Pertanian, Universitas Winata A, 2013. Karakteristik Biopelet
Tanjungpura. dari Campuran Serbuk Kayu
Sengon dengan Arang Sekam Padi
Hansen MT, Jein AR, Hayes S, Bateman sebagai Bahan Bakar Alternatif
P.2009 . 2009. English Handbook terbarukan.( Skripsi): Fakultas
for Wood Pellet Combustion. Kehutanan IPB. Bogor.
Intelligent Energy for Europe.
Windarwati S. 2011. Seminar Nasional
Hasanuddin, Idham H.L. 2012. Teknologi Kimia Kayu. Bogor.
Pembuatan Biopelet Ampas
Kelapa Sebagai Energi Bahan Yoyon S., Bambang., Herwindo, dan
Bakar Alternatif Penganti Minyak Ja’far. 2011. Pembuatan Arang
Tanah Ramah Lingkungan. Briket dari Serbuk Gergaji Dengan
Laporan Penelitian Berorieantasi Proses Pengepresan. Balai
Produk. Fakultas Teknik Penelitian dan Pengembangan
Universitas Negeri Gorontalo. Industri Kalimantan Barat.
Pontianak
Kurniawati U.,1999. Pengaruh Waktu
Pengarangan dan Kadar Perekat Zamirza F. 2009. Pembuatan Biopelet dari
Sagu Terhadap Sifat Kimia Briket Bungkil Jarak Pagar (Jathropa
Arang Tandan Buah Kosong curcas L.) Dengan Penambahan
Kelapa Sawit. (Skripsi): Fakultas Sludge Dan Perekat Tapioka.
Pertanian, Universitas Tanjungpura. (Skripsi): Fakultas Teknologi
Pontianak. Pertanian IPB. Bogor.

Pari dan Sailah. 2001. Pembuatan Arang Zulfian. 2015. Kualitas Biopelet dari
Aktif Dari Sabut Kelapa Sawit Limbah Batang Kelapa Sawit pada
Dengan Bahan Pengaktif Berbagai Ukuran Serbuk dan Jenis
Perekat. (Jurnal): Fakultas
NH4HCO3 dan (NH4)2 CO3 Dosis
Kehutanan Universitas
Rendah. Jurnal Penelitian Hasil
TanjungPura. Pontianak.
Hutan Bogor. Vol. 19 No 4 : 231-
244.

321

S-ar putea să vă placă și