Sunteți pe pagina 1din 7

NERS: Jurnal Keperawatan,Volume 15, No.2, Oktober 2019, (Hal.

140-146)

Hubungan Kadar Ureum terhadap Restless Legs Syndrome pada Pasien


Chronic Kidney Disease

Gusri Rahayua, Hema Malinib, Elvi Oktarinab


a
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas, Padang, 25163, Indonesia
b
Bagian Keperawatan Medikal Bedah, Fakultas Keperawatan Universitas Andalas, Padang, 25163,
Indonesia
email: gusrirahayu87@gmail.com

Abstract
Chronic Kidney Disease (CKD) is a condition where the body fails to maintain metabolism and fluid and
electrolyte balance to cause uremia. Chronic Kidney Disease requires renal replacement therapy in the form
of dialysis and kidney transplantation. The aim of this study is to prove the relationship the ureum level value
with Restless Legs Syndrome in Chronic Kidney Disease Patients. Long-term hemodialysis and uremia can
cause various neurological complications such as Restless Legs Syndrome (RLS). The instrument used in this
research measured the severity RLS using The International Restless Legs Syndrome Questioner. This study
is a correlation analysis using a cross sectional study design with a sampling technique that is purposive
sampling of 16 hemodialysis patients. Data were analyzed using pearson correlation test. The results showed
that there was a correlation between urea level and severity of Restless Legs Syndrome in Chronic Kidney
Disease patients with p value (0,028). There is a need for training and monitoring of urea levels in an effort
to improve the severity of RLS.

Keywords: Chronic Kidney Disease;Restless Legs Syndrome;Ureum Levels.

Abstrak
Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan kondisi dimana tubuh gagal dalam mempertahankan
metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit hingga menyebabkan uremia. Chronic Kidney Disease
membutuhkan renal replacement therapy berupa dialysis dan transplantasi ginjal. Hemodialisis dalam jangka
waktu yang lama dan uremia dapat menimbulkan berbagai komplikasi neurologi seperti Restless Legs
Syndrome (RLS). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat adanya hubungan antara nilai kadar ureum
terhadap Restless Legs Syndrome. Penelitian ini adalah analisis korelasi menggunakan desain penelitian
cross sectional dengan teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling sebanyak 16 pasien
hemodialisis. Penelitian ini menggunakan instrument berupa kuesioner yaitu kuesioner untuk mengukur
tingkat keparahan RLS menggunakan The International Restless Legs Syndrome Scale (IRLSS). Data
dianalisis menggunakan uji korelasi pearson. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan kadar ureum
terhadap keparahan Restless Legs Syndrome pada pasien Chronic Kidney Disease dengan nilai p value
(0,028). Perlu adanya latihan atau exercise serta pemantauan kadar ureum dalam upaya memperbaiki
keparahan RLS.

Kata kunci: Chronic Kidney Disease;Restless Legs Syndrome;Ureum Levels.

dalam mempertahankan metabolisme serta


PENDAHULUAN keseimbangan cairan dan elektrolit hingga
Penyakit Ginjal Kronik (PGK) atau menyebabkan uremia (Black & Hawks,
Chronic Kidney Disease (CKD) 2014). Kondisi ini membutuhkan renal
merupakan penurunan fungsi ginjal yang replacement therapy berupa dialysis dan
berrsifat irreversibel dan progresif yang transplantasi ginjal (Centers for Disease
ditunjukkan oleh laju filtrasi glomerulus Control and Prevention, 2017).
(GFR) kurang dari 60 mL/menit/1,73 m2 Data Centers for Disease Control and
selama minimal 3 bulan (Kidney Disease Prevention (2017) terdapat 30 juta orang
Improving Global Outcomes, 2012). CKD dengan CKD di Amerika Serikat dan
merupakan kondisi dimana tubuh gagal diantaranya 118.000 orang memulai
Gusri Rahayu, dkk., Hubungan Kadar Ureum terhadap,… 140
NERS: Jurnal Keperawatan,Volume 15, No.2, Oktober 2019, (Hal. 140-146)

pengobatan ESRD dan 662.000 orang Menurut Jaber et al (2011) jumlah


dapat hidup dengan terapi dialysis dan pasien hemodialisis yang mengalami RLS
transplantasi ginjal. Di Indonesia sebanyak 40% dari 235 responden. RLS
diperkirakan terdapat 70 ribu penderita dapat muncul saat inactivity atau sedang
gagal ginjal dan angka ini terus meningkat istirahat dan semakin memburuk pada
sekitar 10 % setiap tahunnya (Indonesian malam hari sehingga dapat mengganggu
Renal Registry, 2015). kualitas tidur dan menyebabkan
Meskipun hemodialisis sangat menurunnya kualitas hidup penderitanya
membantu pasien CKD dalam (Fuhs et al., 2014; Molnar et al., 2005;
memperpanjang harapan hidup, namun Unruh et al., 2004).
juga tidak dapat menyembuhkan atau Sebagian besar komplikasi memiliki
memulihkan penyakit ginjal. Pasien tetap hubungan yang erat dengan aktivitas fisik
mengalami permasalahan dengan kondisi atau exercise (Mahrova & Svagrova,
kesehatan serta menimbulkan komplikasi 2013). exercise merupakan cara untuk
terhadap sistem dalam tubuh (Smelzer & mengatasi keluhan yang dapat dirasakan
Bare, 2002). Hemodialisis dalam jangka oleh pasien hemodialisis (Parker, 2016).
waktu yang lama dan uremia dapat Intradialytic exercise merupakan latihan
menimbulkan berbagai komplikasi seperti yang dilakukan pada saat sedang menjalani
gangguan sistem motorik, gangguan pada hemodialisa yang dapat meningkatkan
sistem neurologi dan berbagai gangguan aliran darah otot dan peningkatan jumlah
lainnya (Baumgaertel, Kraemer, & Berlit, area kapiler pada otot yang sedang bekerja
2014). sehingga menghasilkan aliran urea dan
Salah satu komplikasi yang timbul racun-racun lainnya dari jaringan ke area
akibat uremia adalah gangguan neurologi vaskuler yang dipindahkan ke dialiser
(Ozkan & Ulusoy, 2011). Komplikasi (Chung, Yeh, & Liu, 2017; Silva, Pereira,
neurologi yang dapat terjadi pada pasien Silva, Simôes, & Barros Neto, 2013).
hemodialisis adalah Restless Legs Metode intradialytic exercise yang popular
Syndrome (RLS) (Brouns & De Deyn, adalah latihan bersepeda dengan terpasang
2004; Novak, Winkelman, & Unruh, 2015; ergometer (Greenwood et al., 2014),
Shahgholian, Jazi, Karimian, & Valiani, zumba (Bennett, Corradini, Ockerby, &
2016). Restless Legs Syndrome merupakan Cossich, 2012), meditasi terpandu dengan
gangguan sensorimotor berupa keinginan peregangan atau yoga (Birdee et al., 2015;
untuk menggerakkan ekstremitas baik atas Motedayen, Nehrir, Tayebi, Ebadi, &
mupun bawah yang diklasifikasikan Einollahi, 2014) dan alternatif latihan
kedalam gangguan pergerakan neurologi lainnya yang mudah untuk diterapkan dan
yang menimbulkan ketidaknyamanan tidak menyulitkan pasien adalah strenght
berupa rasa nyeri, gatal, panas dan rasa training (latihan kekuatan)(Bennett, 2015).
terbakar (Baumgaertel et al., 2014; Garcia- Adapun intradialityc exercise yang
Borreguero et al., 2016). Menurut (Mucsi diberikan dalam penelitian ini dilakukan
et al., 2005) sebagian besar masalah yang diatas tempat tidur pasien. Exercise yang
sering terjadi pada pasien CKD adalah diberikan berupa muscle strenght exercise
RLS, biasanya hal ini berhubungan dengan yang melibatkan pergerakan sendi
polineuropati uremia, dimana uremia ekstremitas atas dan bawah dengan
berpengaruh terhadap terjadinya RLS. gerakan mengayuh sepeda atau bike riding
Prevalensi RLS dapat terjadi pada seluruh movement. Responden dalam penelitian ini
populasi pasien CKD terutama pasien sudah mendapatkan intradialytic exercise
ESRD dan selama menjalani terapi dialysis selama 2 bulan yang dilakukan secara
(Baumgaertel et al., 2014). berturut-turut.

Gusri Rahayu, dkk., Hubungan Kadar Ureum terhadap,…


141
NERS: Jurnal Keperawatan,Volume 15, No.2, Oktober 2019, (Hal. 140-146)

Menurut Aliasgharpour, Abbasi, Pedram


Razi, & Kazemnezhad, (2016) dalam Instrumen Penelitian
penelitiannya mengemukakan bahwa Pasien diberikan kuesioner untuk
latihan fisik selama hemodialisis yang mengukur tingkat keparahan RLS
dilakukan secara teratur dapat mengatasi menggunakan The International Restless
RLS dengan nilai signifikansi p < 0,001 Legs Syndrome Scale (IRLSS,) yang terdiri
dan menurunkan kadar ureum. dari 10 item pernyataan, dimana masing-
Berdasarkan fenomena tersebut perawat masing item terdiri dari 5 pilihan jawaban
memiliki tugas dalam mendorong (skor 0 – 4). Total skor 0 diindikasikan
keberlanjutan latihan fisik. Namun tidak ada gejala, 1-10 cukup, 11-20 sedang,
pelaksanaan program latihan di unit 21-30 parah dan 31-40 sangat parah.
hemodialisis di Indonesia belum Selanjutnya data sekunder yang diambil
diterapkan. Latihan fisik dalam penelitian adalah nilai ureum.
sebelumnya berpengaruh bagi pasien
hemodialisis dan merupakan salah satu Proses Etik
bentuk intervensi dalam standar Nursing Sebelum penelitian ini dilakukan, peneliti
Intervention Classification (NIC). Namun telah melakukan uji kaji etik dengan nomor
demikian belum diketahui hubungannya surat No: 093/KEP/FK/2019 di Fakultas
kadar ureum terhadap skala RLS pada Kedokteran Universitas Andalas dan
pasien yang telah diberikan intradialytic dinyatakan lulus.
exercise. Tujuan penelitian ini adalah
mengetahui hubungan kadar ureum Prosedur Pengumpulan Data
terhadap skala Restless Legs Syndrome Pada tahap skrinning pasien gagal ginjal
pada pasien Chronic Kidney Disease yang dinilai apakah mengalami Restless Legs
telah dilakukan intradialytic exercise. Syndrome selanjutnya keparahan RLS akan
dinilai dengan menggunakan kuesioner
METODE IRLS Scale dan nilai kadar ureum akan
Desain Penelitian dinilai dengan melihat data rekam medis
Penelitian ini merupakan penelitian selanjutnya pasien akan dinilai kembali
analisis korelasi dengan desain penelitian nilai kadar ureum dan skala Restless Legs
yang digunakan adalah cross sectional Syndrome dua bulan setelah intervensi
yaitu untuk melihat hubungan kadar ureum intradialytic exercise selesai dilakukan.
terhadap skala Restless Legs Syndrome. Analisa Data
Populasi dan Sampel Data yang diperoleh selanjutnya
Responden pada penelitian ini diambil dianalisis menggunakan program SPSS
dari ruang dialisis Rumah Sakit Dr. dengan menggunakan uji statistik Korelasi
Reksodiwiryo Padang Sumatera Barat, Pearson.
Indonesia. Sampel yang berpartisipasi pada
penelitian ini berjumlah 16 responden. HASIL
Adapun pengambilan sampel dengan Tabel-tabel dibawah ini akan
menggunakan teknik purposive sampling menggambarkan hasil yang didapatkan
yang telah memenuhi kriteria inklusi dari pada penelitian ini.
penelitian yaitu menderita penyakit ginjal
kronik Stage V dengan tingkat kesadaran
compos mentis, memiliki keluhan Restless
Legs Syndrome kategori ringan sampai
dengan berat, telah mendapat intervensi
intradialytic exercise selama 2 bulan Tabel 1 Analisis Korelasi Kadar Ureum
secara berturut-turut. terhadap Skala Restless Legs Syndrome
Gusri Rahayu, dkk., Hubungan Kadar Ureum terhadap,…
142
NERS: Jurnal Keperawatan,Volume 15, No.2, Oktober 2019, (Hal. 140-146)

pada Pasien Chronic Kidney Disease komplikasi peningkatan ureum terhadap


di Ruang Hemodialisa (n = 16) perambatan neuron. Komplikasi tersebut
Kadar RLS yaitu polyneuropathy yang mempengaruhi
Ureum motorik, sensorik, saraf otonom, sehingga
Pearson Correlation 1 ,549* hal ini memunculkan konduksi saraf yang
Kadar Ureum Sig. (2-tailed) ,028 abnormal dan mengakibatkan keparahan
N 16 16 RLS semakin meningkat (Garcia-
Pearson Correlation ,549* 1
Borreguero et al., 2016). Uremik
RLS Sig. (2-tailed) ,028
neuropathy berhubungan dengan proses
N 16 16
demyelinating sekunder pada saraf tulang
Hasil analisis berdasarkan tabel diatas
belakang sehingga mempengaruhi reflek
diketahui nilai r = 0,549 dan nilai p =
sensorik dan motorik yang melibatkan
0,028 sehingga dengan demikian dapat
gerakan ekstrimitas atas dan bawah dimana
disimpulkan hubungan kadar ureum
myoklonus uremik yang muncul
dengan skala Restless Legs Syndrome
menimbulkan tipe gerakan seperti sindrom
menunjukkan hubungan yang kuat artinya
dengan kedutan dan kejang otot (Novak et
semakin tinggi kadar ureum semakin tinggi
al., 2015). Selain itu kerusakan saraf dapat
skala RLS atau semakin parah RLS yang
menyebabkan neuropati perifer dimana
dirasakan. Hasil uji statistik didapatkan ada
aktivasi otonom terjadi beberapa detik
hubungan yang signifikan antara kadar
untuk memulai gerakan pada RLS yang
ureum dengan skala RLS (p value =
menyebabkan peningkatan aktivasi
0,028).
simpatik melebihi ambang batas tertentu
PEMBAHASAN yang menstimulasi RLS (Tsekoura &
Manolis, 2014).
Menurut Mahrova & Svagrova Perubahan nilai kadar ureum
(2013) intradialytic exercise menyebabkan menunjukkan bahwa latihan fisik yang
proses sekresi “uremic toxins” lebih cepat dilakukan selama dialysis mampu
terjadi. Sehingga volume oksigen yang meningkatkan sirkulasi pada otot,
masuk kedalam arteri juga meningkat. memfasilitasi penyediaan nutrisi ke sel dan
Peningkatan ini disebabkan oleh karena memperbesar luas permukaan kapiler
aliran darah yang lebih tinggi melalui otot- sehingga meningkatkan perpindahan urea
otot yang bekerja menghasilkan aliran urea dan toksin dari jaringan ke vaskuler dan
dan racun-racun lainnya dari jaringan ke
mengurangi manifestasi dari keparahan
area vaskuler yang dipindahkan ke dializer Restless Legs Syndrome (Parsons et al.,
(Chung et al., 2017; Silva et al., 2013). 2006; Shahgholian et al., 2016).
Sekresi ureum menyebabkan peningkatan
aliran darah otak sehingga dengan KESIMPULAN
demikian akan menyeimbangkan produksi
Akumulasi ureum dapat lihat dari
dopamin dan endorphin (Martins, Santos,
tingginya kadar ureum dalam darah
Coutinho, & Laks, 2015; Seifert et al.,
(Hiperuremia). Tingginya kadar ureum
2010). Dopamin memiliki peran dalam
mengakibatkan toksisitas uremik sehingga
mengatur pergerakan sedangkan endorphin
berdampak pada toksisitas sistem saraf.
berperan sebagai hormon yang
Peningkatan kadar ureum berdampak
menenangkan sehingga menghasilkan rasa
terhadap perambatan neuron sehingga
nyaman dan mengurangi rasa nyeri dari
memunculkan konduksi saraf yang
RLS (Sherwood, 2014).
abnormal yang mengakibatkan RLS.
Peran ureum terhadap RLS
Semakin tinggi kadar ureum maka semakin
dijelaskan melalui adanya toksisitas sistem
memperparah kondisi Restless Legs
saraf akibat toksisitas uremik. Terdapat
Syndrome bagi penderitanya. Hal yang
Gusri Rahayu, dkk., Hubungan Kadar Ureum terhadap,…
143
NERS: Jurnal Keperawatan,Volume 15, No.2, Oktober 2019, (Hal. 140-146)

demikian perlu adanya latihan atau Yoga and Education in Maintenance


exercise serta pemantauan kadar ureum Hemodialysis Patients. Journal of
dalam upaya memperbaiki keparahan Renal Nutrition, 25(5), 445–453.
RLS. https://doi.org/10.1053/j.jrn.2015.02.0
04
UCAPAN TERIMA KASIH
Peneliti berterimakasih kepada tim medis, Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014).
paramedis dan seluruh responden Medical surgical nursing: Clinical
penelitian yang berada di management for positive outcomes.
RS.Dr.Reksodiwiryo Padang, khususnya St. Louis: Elsevier.
ruang hemodialisis atas dukungan dan Brouns, R., & De Deyn, P. P. (2004).
kerjasama yang diberikan selama Neurological complications in renal
penelitian berlangsung. failure: a review. Clin Neurol
Neurosurg, 107(1), 1–16.
DAFTAR PUSTAKA
https://doi.org/S0303-8467(04)00113-
Aliasgharpour, M., Abbasi, Z., Pedram 1
Razi, S., & Kazemnezhad, A. (2016). [pii]\r10.1016/j.clineuro.2004.07.012
The effect of stretching exercises on
severity of restless legs syndrome in Centers for Disease Control and
patients on hemodialysis. Asian Prevention. (2017). National Chronic
Journal of Sports Medicine, 7(2). Kidney Disease Fact Sheet 2017. US
https://doi.org/10.5812/asjsm.31001 Department of Health and Human
Services, Center for Disease Control
Baumgaertel, M. W., Kraemer, M., & and Prevention, 1–4.
Berlit, P. (2014). Neurologic
complications of acute and chronic Chung, Y.-C., Yeh, M.-L., & Liu, Y.-M.
renal disease. Handbook of Clinical (2017). Effects of intradialytic
Neurology, 119, 383–393. exercise on the physical function,
https://doi.org/10.1016/B978-0-7020- depression and quality of life for
4086-3.00024-2 haemodialysis patients: a systematic
review and meta-analysis of
Bennett, P. (2015). Resource packs to randomised controlled trials. Journal
facilitate exercise on dialysis. of Clinical Nursing, 26(13–14), 1801–
Australian Nursing & Midwifery 1813.
Journal, 23(6), 39. Retrieved from https://doi.org/10.1111/jocn.13514
http://ezproxy2.library.drexel.edu/logi
n?url=http://search.ebscohost.com/log Fuhs, A., Bentama, D., Antkowiak, R.,
in.aspx?direct=true&db=c8h&AN=11 Mathis, J., Trenkwalder, C., &
1145541&site=ehost-live Berger, K. (2014). Effects of short-
and long-term variations in RLS
Bennett, P., Corradini, A., Ockerby, C., & severity on perceived health status -
Cossich, T. (2012). Exercise during the COR-Study. PLoS ONE, 9(4).
hemodialysis the intradialytic Zumba https://doi.org/10.1371/journal.pone.0
Gold. Nephrol News Issues, 26(9), 094821
31–32.
Garcia-Borreguero, D., Silber, M. H.,
Birdee, G. S., Rothman, R. L., Sohl, S. J., Winkelman, J. W., Högl, B.,
Wertenbaker, D., Wheeler, A., Bainbridge, J., Buchfuhrer, M., …
Bossart, C., … Ikizler, T. A. (2015). Allen, R. P. (2016). Guidelines for the
Feasibility and Safety of Intradialysis first-line treatment of restless legs
Gusri Rahayu, dkk., Hubungan Kadar Ureum terhadap,…
144
NERS: Jurnal Keperawatan,Volume 15, No.2, Oktober 2019, (Hal. 140-146)

syndrome/Willis-Ekbom disease, supplementary treatments for


prevention and treatment of Parkinson ’ s disease : pilot study.
dopaminergic augmentation: A 183–191.
combined task force of the IRLSSG,
EURLSSG, and the RLS-foundation. Molnar, M. Z., Novak, M., Ambrus, C.,
Sleep Medicine, 21, 1–11. Szeifert, L., Kovacs, A., Pap, J., …
https://doi.org/10.1016/j.sleep.2016.0 Mucsi, I. (2005). Restless Legs
1.017 Syndrome in patients after renal
transplantation. Am.J.Kidney Dis.,
Greenwood, S. A., Naish, P., Clark, R., 45(2), 388–396.
O’Connor, E., Pursey, V. A.,
Macdougall, I. C., … Koufaki, P. Motedayen, Z., Nehrir, B., Tayebi, A.,
(2014). Intra-dialytic exercise Ebadi, A., & Einollahi, B. (2014). The
training: A pragmatic approach. effect of the physical and mental
Journal of Renal Care, 40(3), 219– exercises during hemodialysis on
226. fatigue: A controlled clinical trial.
https://doi.org/10.1111/jorc.12080 Nephro-Urology Monthly, 6(4).
https://doi.org/10.5812/numonthly.14
IRR. (2015). Program Indonesian Renal 686
Regestry (IRR). 1–45.
Mucsi, I., Molnar, M. Z., Ambrus, C.,
Jaber, B. L., Schiller, B., Burkart, J. M., Szeifert, L., Kovacz, A. Z., Zoller, R.,
Daoui, R., Kraus, M. A., Lee, Y., … … Novak, M. (2005). Restless legs
Finkelstein, F. O. (2011). Impact of syndrome, insomnia and quality of
short daily hemodialysis on restless life in patients on maintenance
legs symptoms and sleep dialysis. Nephrology Dialysis
disturbances. Clinical Journal of the Transplantation, 20(3), 571–577.
American Society of Nephrology, https://doi.org/10.1093/ndt/gfh654
6(5), 1049–1056.
https://doi.org/10.2215/CJN.1045111 Novak, M., Winkelman, J. W., & Unruh,
0 M. (2015). Restless Legs Syndrome in
Patients With Chronic Kidney
Kidney Disease Improving Global Disease. Seminars in Nephrology,
Outcomes. (2012). KDIGO Clinical Vol. 35, pp. 347–358.
Practice Guideline for Anemia in https://doi.org/10.1016/j.semnephrol.2
Chronic Kidney Disease. Kidney 015.06.006
International Supplements, 2(4), 279–
335. Ozkan, G., & Ulusoy, S. (2011). Acute
https://doi.org/10.1038/kisup.2012.40 Complications of Hemodialysis.
Technical Problems in Patients on
Mahrova, A., & Svagrova, K. (2013). Hemodialysis, 251–294.
Exercise Therapy – Additional Tool https://doi.org/10.5772/22623
for Managing Physical and
Psychological Problems on Parker, K. (2016). Exercise is Medicine
Hemodialysis. 753–821. Intradialytic Exercise is Medicine for
https://doi.org/10.5772/53058 Hemodialysis Patients. 1(10), 269–
275.
Martins, J. V., Santos, T. M., Coutinho, E.
S., & Laks, J. (2015). Comparison of Parsons, T. L., Toffelmire, E. B., & King-
strength training , aerobic training , VanVlack, C. E. (2006). Exercise
and additional physical therapy as Training During Hemodialysis
Gusri Rahayu, dkk., Hubungan Kadar Ureum terhadap,…
145
NERS: Jurnal Keperawatan,Volume 15, No.2, Oktober 2019, (Hal. 140-146)

Improves Dialysis Efficacy and 2


Physical Performance. Archives of
Physical Medicine and Rehabilitation, Unruh, M. L., Levey, A. S., D’Ambrosio,
87(5), 680–687. C., Fink, N. E., Powe, N. R., &
https://doi.org/10.1016/j.apmr.2005.1 Meyer, K. B. (2004). Restless Legs
2.044 Symptoms among Incident Dialysis
Patients: Association with Lower
Seifert, T., Brassard, P., Wissenberg, M., Quality of Life and Shorter Survival.
Rasmussen, P., Nordby, P., American Journal of Kidney Diseases,
Stallknecht, B., … Hb, N. (2010). 43(5), 900–909.
Endurance training enhances BDNF https://doi.org/10.1053/j.ajkd.2004.01
release from the human brain. 372– .013
377.
https://doi.org/10.1152/ajpregu.00525
.2009.
Shahgholian, N., Jazi, S. K., Karimian, J.,
& Valiani, M. (2016). The effects of
two methods of reflexology and
stretching exercises on the severity of
restless leg syndrome among
hemodialysis patients. 219–224.
https://doi.org/10.4103/1735-
9066.180381
Sherwood, L. (2014). Fisiologi manusia
dari sel ke sistem (8th ed.). Jakarta:
EGC.
Silva, S. F. Da, Pereira, A. A., Silva, W. A.
H. Da, Simôes, R., & Barros Neto, J.
D. R. (2013). Physical therapy during
hemodialyse in patients with chronic
kidney disease. Jornal Brasileiro de
Nefrologia : ʹorgão Oficial de
Sociedades Brasileira E Latino-
Americana de Nefrologia, 35(3), 170–
176. https://doi.org/10.5935/0101-
2800.20130028
Smelzer, S. C., & Bare, B. G. (2002). Buku
Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner and Suddarth (8th ed.).
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Tsekoura, D., & Manolis, A. J. (2014). The
association of Restless Legs
Syndrome with hypertension and
cardiovascular disease. 654–659.
https://doi.org/10.12659/MSM.89025
Gusri Rahayu, dkk., Hubungan Kadar Ureum terhadap,…
146

S-ar putea să vă placă și