Sunteți pe pagina 1din 9

1

Hubungan Pelayanan Resep Obat Terhadap Kepuasan Pasien BPJS


Rawat Jalan Di Puskesmas Campurejo Kota Kediri
Periode Agustus-Oktober 2017

Relation of Drug Prescription Service To Patient Satisfaction BPJS


Outpatient at Campurejo Health Center Kediri
The period from August to October 2017

Ida Nur Hatta, Yogi Bhakti Marhenta1, Feny Oktaviana2


Fakultas farmasi
Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri
apotikmojosehat@gmail.com

Article Abstract
Information
Histori artikel : In the national health insurance system a tiered service
Diterima concept was developed with first-level health facilities, namely
Puskesmas, Doctor Practices, Dentists, Primary Clinics or
equivalent, and Hospital class D or equivalent. Satisfaction is a
Disetujui feeling of pleasure or disappointment that appears after
comparing the performance of a product or service with its
expectations. Research was to understand the relationship of
Key words : service to patient satisfaction BPJS outpatient health litas Fasi of
BPJS First Instance. Research design uses survey methods with a
Satisfaction, approach cross sectional. Technique sampling using non random
Pharmacy sampling method with purposive sampling technique and
Services, accidental sampling with inclusion criteria. The number of
Puskesmas samples was 356 out patients of BPJS patients at Puskesmas
Campurejo in Kediri City. The research instrument uses a
questionnaire sheet. Data analyzed using multiple linear
regression with t test and F test. The results of the study were
tested t get tangible dimension values (p=0.29), dimensions of
reliability (p=0,000 ), dimensions of responsiveness (p= 0,000),
assurance dimensions (p=0.028),dimensions emphaty (p= 0,000),
while simultaneously the F test gets the value (p = 0,000).
Research result showed the dimension of service have a positive
and significant influence on BPJS patient out patient satisfaction.
2

Info Artikel Abstrak


Kata Kunci : Pada sistem jaminan kesehatan nasional dikembangkan
BPJS konsep pelayanan berjenjang dengan fasilitas kesehatan tingkat
Kesehatan, pertama yaitu Puskesmas, Praktik Dokter, Dokter Gigi, Klinik
Kepuasan Pratama atau yang setara, dan Rumah Sakit kelas D atau yang
Pasien, setara. Kepuasan merupakan perasaan senang atau kecewa yang
Pelayanan muncul setelah membandingkan antara persepsi terhadap kinerja
Farmasi, suatu produk atau jasa dengan harapannya. Penelitian ini
Puskesmas bertujuan mengetahui hubungan pelayanan terhadap kepuasan
pasien BPJS rawat jalan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama.
Desain penelitian menggunakan metode survey dengan
pendekatan cross sectional. Teknik sampling menggunakan
metode non random sampling dengan teknik purposive sampling
dan acidental sampling dengan kriteria inklusi. Jumlah sampel
sebanyak 356 responden pasien BPJS rawat jalan di Puskesmas
Campurejo Kota Kediri. Instrumen penelitian menggunakan
lembar kuesioner. Data dianalisis menggunakan regresi linier
berganda dengan uji t dan uji F. Hasil penelitian dengan uji t
mendapatkan nilai dimensi tangible (p=0,29), dimensi reliability
(p=0,000), dimensi responsiveness (p=0,000), dimensi assurance
(p=0,028), dimensi emphaty (p=0,000), sedangkan secara
simultan uji F mendapatkan nilai (p=0,000). Hasil penelitian
menujukkan dimensi pelayanan mempunyai pengaruh positif dan
signifikan terhadap kepuasan pasien BPJS rawat jalan.

PENDAHULUAN

Jaminan kesehatan nasional Gigi, Klinik Pratama atau yang setara,


adalah sistem perlindungan kesehatan dan Rumah Sakit kelas D atau yang
agar peserta memperoleh manfaat setara (BPJS, 2014).
pemeliharaan kesehatan dan Pusat kesehatan masyarakat harus
perlindungan dalam memenuhi menyelenggarakan upaya kesehatan
kebutuhan dasar kesehatannya. perorangan dan upaya kesehatan
Pemerintah mengamanatkan bahwa masyarakat yang ditunjang oleh
kepesertaan sistem jaminan kesehatan pelayanan kefarmasian yang bermutu
nasional bersifat wajib bagi seluruh sesuai dengan undang-undang yang
penduduk Indonesia dengan tujuan berlaku. Adanya pelayanan kesehatan
seluruh penduduk dapat memelihara yang diberikan diharapkan pasien akan
dan dapat memenuhi kebutuhan memberikan penilaian tersendiri yang
kesehatannya dengan biaya yang diterima (Pemerintah RI, 2009).
terjangkau (Depkes RI, 2004). Kepuasan merupakan perasaan
Pada jaminan kesehatan nasional senang atau kecewa yang muncul
dikembangkan konsep pelayanan setelah membandingkan antara persepsi
berjenjang dengan fasilitas kesehatan terhadap kinerja atau hasil suatu
tingkat pertama yaitu Puskesmas, produk atau jasa dan harapan. Dengan
Praktik Dokter, Dokter mengukur kepuasan pasien akan dapat
3

diketahui mutu dari pelayanan Lokasi dan Sampel Penelitian


kesehatan (Gerson, 2004).
Penelitian dilaksanakan selama 3
Berdasarkan uraian diatas,
bulan, mulai bulan Agustus sampai
peneliti tertarik untuk melakukan
Oktober 2017. Populasi penelitian yang
penelitian terkait hubungan pelayanan
dipakai yaitu pasien BPJS rawat jalan
terhadap kepuasan pasien BPJS rawat
yang selama 3 bulan terakhir datang ke
jalan.
Puskesmas Campurejo Kota Kediri.
Sampel yang digunakan adalah sampel
METODE PENELITIAN
yang memenuhi kriteria inklusi. Dari
Desain Penelitian perhitungan diperoleh besar sampel
sejumlah 356.
Penelitian ini merupakan
penelitian survey dengan pendekatan
Teknik Analisa Data
cross sectional. Pengambilan data yang
hanya dilakukan hanya satu kali untuk Analisa data yang digunakan
masimg-masing variable penelitian. dalam penelitian ini adalah analisis
regresi linier berganda, meliputi
analisis koefisien korelasi, analisis
determinasi (R2) , uji t dan uji F.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel I. Karakteristik Responden
Jenis Data Data Demografi Frekuensi
Jumlah (%)
Umur 17-30 tahun 35 9,8
30-40 tahun 76 21,5
> 40 tahun 245 68,8
Pendidikan Tidak sekolah 62 17,4
Tingkat SD 119 33,45
Tingkat SMP 125 35,1
Tingkat SMA 44 12,4
Tingkat Akademi 6 1,7
Pekerjaan Ibu rumah tangga 119 33,4
Petani/ Buruh 99 27,7
Wiraswasta 127 35,7
PNS/TNI/POLRI - -
Pelajar/Mahasiswa 8 2,2
Jenis kelamin Laki-laki 106 29,8
Perempuan 250 70,2
Status Kepesertaan PBI 356 100
Non PBI - -
Sumber data primer
4

Berdasarkan tabel I Prevalensi sikap tertentu, termasuk dalam


umur menunjukan bahwa pasien pemeliharaan kesehatan.
pada kelompok umur 17 – 30 tahun Karakteristik pekerjaan yang
sebanyak 35 responden (9,8%), umur paling banyak yaitu wiraswasta
30 – 40 tahun sebanyak 76 responden sebanyak 127 responden (35,7%),
(21,5%), umur > 40 tahun sebanyak petani/buruh sebanyak 99 responden
245 responden (68,8%). Pasien BPJS (27,7%), ibu rumah tangga sebanyak
rawat jalan di Puskesmas Campurejo 119 responden (33,4%),
paling banyak berusia produktif yaitu pelajar/mahasiswa sebanyak 8
mempunyai umur > 40 tahun. responden (2,2%), PNS/TNI/POLRI
Menurut pendapat Trisnawati, tidak dijumpai pada saat penelitian
(dikutip dalam Marhenta dkk, 2018). dilakukan. Pekerjaan merupakan
Trisnawati menyatakan semakin tua salah satu faktor struktur sosial
umur responden kecenderungan sehingga dengan adanya pekerjaan
untuk lebih sering memanfaatkan tersebut akan mempengaruhi
pelayanan kesehatan lebih tinggi. seseorang dalam memanfaatkan
Pada kelompok umur yang pelayanan kesehatan yang ada
berbeda memberikan perilaku yang (Notoadmodjo, 2003).
berbeda, umur dewasa akan memiliki Responden paling banyak
cara berfikir dan dapat mengambil berjenis kelamin perempuan
suatu keputusan yang optimal dan dibandingkan dengan laki-laki
mandiri, umur sangat berpengaruh sebanyak 250 (70,2%) responden,
terhadap karakteristik dan biografis sedangkan laki-laki sebanyak 106
individu tehadap suatu keputusan (29,8%) responden. Menurut survey
(Olson dkk, 2000). di Amerika Serikat menunjukkan
Data karakteristik pendidikan bahwa perempuan memiliki peran
terakir menunjukan responden yang yang penting dalam penentu
tidak sekolah sebanyak 62 responden keputusan pelayanan kesehatan, tidak
(17,4%), tingkat pendidikan SD hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga
sebanyak 119 responden (33,45), bagi keluarganya (Marhenta, 2018).
tingkat pendidikan SMA sebanyak Berdasarkan status kepesertaan
44 responden (12,4%), dan tingkat jaminan kesehatan menunjukkan
pendidikan akademi sebanyak 6 bahwa, keseluruhan responden dalam
responden (1,7%), paling banyak penelitian ini adalah pasien PBI
mempunyai pendidikan tingkat SMP sebanyak 356 (100%) responden. Hal
sebanyak 125 responden (35,1%). ini dapat dikatakan bahwa responden
Dari data diatas dapat dengan kepesertaan PBI cenderung
dikatakan bahwa tingkat pendidikan memanfaatkan kartu BPJS nya untuk
responden relatif cukup rendah. memeriksakan kondisi kesehatan
Menurut pendapat Notoadmodjo, tanpa harus mengeluarkan biaya,
(dikutip dalam Marhenta dkk, 2018). karena biaya pemeriksaan dan
Notoadmodjo menyatakan tingkat pengobatan yang iurannya telah
pendidikan yang semakin tinggi dibayar oleh Pemerintah melalui
memudahkan seseorang untuk program jaminan kesehatan nasional.
mengolah informasi menjadi suatu
5

Tabel II. Hasil uji koefisien korelasi


Correlations
Kepuasan Sig. (1-tailed) N
Kepuasan 1.000 -
Pearson Tangible .263 .000 356
Correlation Reliability .277 .000 356
Responsiveness .332 .000 356
Assurance .197 .000 356
Emphaty .346 .000 356
Sumber data primer
Pengaruh dimensi responsiveness
Berdasarkan hasil pengujian secara langsung menempati urutan ke
regresi pada tabel diatas model 2, hasil nilai koefisien sebesar 0,332
correlations, dimensi emphaty dengan signifikansi 0,000, dimana
mengisyaratkan adanya hubungan tingkat signifikansi kurang dari 0,05.
dengan kepuasan pasien, hasil nilai kecepatan pelayanan obat dilihat dari
koefisien sebesar 0,346 dengan lamanya waktu petugas farmasi
signifikansi 0,000, dimana tingkat menyiapkan obat berdasarkan resep.
signifikansi kurang dari 0,05. Penyiapan obat dimulai dari petugas
Sehingga dapat dikatakan bahwa menerima resep, menghitung,
terdapat hubungan yang positif dan konfirmasi kepasien, menyiapkan
signifikan antara persepsi pasien atau meracik obat, pengemasan,
tentang ketanggapan pelayanan pemberian etiket kemudian
dengan kepuasan pasien. Pengaruh penyerahan kembali kepada pasien.
variabel emphaty secara langsung Pasien selalu mengharapkan
menempati urutan pertama, hal ini pelayanan obat yang cepat karena
dilihat dari sikap petugas dalam kondisi sakit menyebabkan perasaan
menyampaikan informasi obat tanpa tidak nyaman apabila harus
memandang status dan memberikan menunggu dalam waktu yang cukup
perhatian secara tulus, artinya lama. Ketanggapan merupakan
petugas tidak memandang status kemampuan petugas dalam
sosial individu, dan sangat peduli memberikan pelayanan kepada
terhadap keluhan dari pasien. pasien dengan cepat dan tepat,
Berdasarkan hasil analisis kepuasan akan terjadi apabila yang
correlations, mengisyaratkan adanya menjadi kebutuhan, keinginan, atau
hubungan dimensi responsiveness harapan pasien dapat terpenuhi
dengan kepuasan pasien, hasil nilai (Supriyanto dkk, 2010).
koefisien sebesar 0,332 dengan Berdasarkan hasil analisis
signifikansi 0,000, dimana tingkat correlations, mengisyaratkan ada
signifikansi kurang dari 0,05. hubungan dimensi reliability dengan
Sehingga dapat dikatakan bahwa kepuasan pasien, hasil nilai koefisien
terdapat hubungan yang positif dan sebesar 0,227 dengan signifikansi
signifikan antara presepsi pasien 0,000, dimana tingkat signifikansi
tentang ketanggapan pelayanan kurang dari 0,05. Sehingga dapat
dengan kepuasan pasien. dikatakan bahwa terdapat hubungan
yang positif dan signifikan antara
6

presepsi pasien tentang kehandalan membuat kondisi ruang tunggu


pelayanan dengan kepuasan pasien. sangat sesak dan padat, hal ini
Pengaruh dimensi reliability secara membuat beberapa pasien harus
langsung menempati urutan ke 3, menunggu dengan berdiri. Belum
dilihat dari petugas dalam tersedianya ruang khusus konseling
memberikan informasi tentang cara juga memaksa pasien menerima
penyimpanan obat, aturan pakai obat, informasi obat dengan cara berdiri
efek samping obat, lama penggunaan didepan loket penyerahan obat
obat, dan makanan atau minuman dengan ukuran yang sangat kecil
yang harus dihindari selama minum yang membuat pasien sulit untuk
obat. berkomunikasi dengan petugas.
Paradigma pelayanan Berdasarkan hasil analisis
kefarmasian yang saat ini telah correlations, mengisyaratkan ada
berubah dari orientasi obat menjadi hubungan dimensi assurance dengan
orientasi kepada pasien yang kepuasan pasien, hasil nilai,
mengacu pada asuhan kefarmasian koefisien sebesar 0,197 dengan
dengan konsekuensi perubahan signifikansi 0,000, dimana tingkat
tersebut mengharuskan Apoteker signifikansi kurang dari 0,05.
sebagai tenaga kefarmasian di Sehingga dapat dikatakan bahwa
Puskesmas dituntut untuk terus terdapat hubungan yang positif dan
meningkatkan kompetensi, sehingga signifikan antara presepsi pasien
mampu memberikan pelayanan yang tentang jaminan pelayanan dengan
bermutu (Depkes, 2006). kepuasan pasien. Pengaruh variabel
Berdasarkan hasil analisis assurance secara langsung
correlations, mengisyaratkan ada menempati urutan ke 5, jaminan
hubungan dimensi tangible dengan dalam hal ini diantaranya petugas
tingkat kepuasan pasien, hasil nilai memastikan pemahaman tentang
koefisien sebesar 0,263 dengan informasi obat, memastikan status
signifikansi 0,000, dimana tingkat riwayat alergi, selalu memastikan
signifikansi kurang dari 0,05. kebenaran pasien sebelum
Sehingga dapat dikatakan bahwa menyerahkan obat, dan petugas
terdapat hubungan yang positif dan mengulangi informasi yang diberikan
signifikan antara presepsi pasien terkait penggunaan obat.
tentang bukti lansung pelayanan Hal ini membuktikan setiap
dengan kepuasan pasien. Pengaruh informasi yang disampaikan harus
dimensi tangible secara langsung mudah dipahami oleh pasien,
menempati urutan ke 4, hal ini dilihat selanjutnya pasien yang menerima
dari presepsi pasien terhadap ruang informasi obat adalah pasien yang
tunggu, ruang khusus untuk bersangkutan, karena jika terjadi
konseling, lokasi loket penyerahan kesalahan akan informasi yang
obat yang disediakan. disampaikan akan sangat berbahaya
Hal ini berubungan fasilitas untuk pasien, yang dapat
fisik yang langsung dirasakan oleh mengakibatkan munculnya dampak
pasien dimana ruang tunggu yang negatif yang tidak diinginkan.
disediakan sangat terbatas sehingga
7

Tabel III. Hasil uji Determinasi R2


Model Summary
Std.
Model R R Adjusted Error Change Statistics
Square R of the
Square Estimate
R Square df1 df2 Sig. F
Change Change
1 .529a .280 .270 1.581 .280 5 350 .000
Sumber data primer
Hasil perhitungan koefisien faktor-faktor penyebab lain yang
determinasi hasil output SPSS tidak dimasukan dalam model
menunjukkan nilai R square sebesar penelitian ini.
0,28. Angka R square juga disebut Hasil tersebut dapat dikatakan
juga koefisien determinasi, besarnya bahwa kepuasan pasien terhadap
angka determinasi 0,28 atau sama pelayanan khususnya dalam
dengan 28,0%. Hal ini berarti bahwa pelayanan resep di Instalasi Farmasi
28,0% kepuasan pasien di Puskesmas Puskesmas yang dirasakan masih
Campurejo Kota Kediri dipengaruhi kurang memenuhi harapan pasien,
variabel independen tangible, sehingga perlu dilakukan
reliability, responsiveness, penambahan atau perbaikan kualitas
assurance, dan emphaty. Sedangkan pelayanan farmasi, agar kepuasan
sisanya, 72% dipengaruhi oleh pasien semakin bertambah.

Tabel IV. Hasil uji Regresi secara paesial (uji t)


Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized Collinearity
1 Coefficients Coefficients Statistics
Std.
B Error Beta t Sig. Tolerance VIF
(Constant) -1.524 1.560 -.977 .329
Tangible .116 .053 .111 2.199 .028 .808 1.238
Reliability .214 .047 .225 4.516 .000 .826 1.211
Respon
.272 .059 .224 4.650 .000 .886 1.128
siveness
Assurance .123 .056 .102 2.203 .028 .953 1.050
Emphaty .286 .050 .271 5.741 .000 .925 1.081
Sumber data primer
Berdasarkan hasil uji T pada dapat dinyatakan hipotesis dimensi
dimensi pelayanan tangible tangible berpengaruh signifikan
memperoleh nilai t hitung sebesar terhadap kepuasan pasien dapat
2,199 > nilai t tabel 1,97 dengan diterima.
signifikansi 0,029. Karena tingkat Pada dimensi pelayanan
signifikan lebih kecil dari 0,05 maka reliability memperoleh nilai t hitung
dapat disimpulkan bahwa dimensi sebesar 4,516 > nilai t tabel 1,97
tangible berpengaruh signifikan dengan signifikansi 0,000. Karena
terhadap kepuasan pasien. Sehingga tingkat signifikan lebih kecil dari
8

0,05 maka dapat disimpulkan bahwa sebesar 2,203 > nilai t tabel 1,97
dimensi reliability berpengaruh dengan signifikansi 0,028. Karena
signifikan terhadap kepuasan pasien. tingkat signifikansi lebih kecil dari
Sehingga dapat dinyatakan hipotesis 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
variabel reliability berpengaruh dimensi assurance berpengaruh
signifikan terhadap kepuasan pasien signifikan terhadap kepuasan pasien.
dapat diterima. Sehingga dapat dinyatakan hipotesis
Pada dimensi pelayanan dimensi assurance berpengaruh
responsiveness diperoleh nilai t signifikan terhadap kepuasan pasien
hitung sebesar 4,650 > nilai t tabel dapat diterima.
1,97 dengan signifikansi 0,000. Pada dimensi pelayanan
Karena tingkat signifikansi lebih emphaty diperoleh nilai t hitung
kecil dari 0,05 maka dapat sebesar 5,741 > nilai t tabel 1,97
disimpulkan bahwa dimensi dengan signifikansi 0,000. Karena
responsiveness berpengaruh tingkat signifikansi lebih kecil dari
signifikan terhadap kepuasan pasien. 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
Sehingga dapat dinyatakan hipotesis dimensi emphaty berpengaruh
dimensi responsiveness berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pasien.
signifikan terhadap kepuasan pasien Sehingga dapat dinyatakan hipotesis
dapat diterima. variabel emphaty berpengaruh
Pada dimensi pelayanan signifikan terhadap kepuasan pasien
assurance diperoleh nilai t hitung dapat diterima.

Tabel V. Hasil uji Regresi secara simultan (uji F)


ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 340.126 5 68.025 27.200 .000a
Residual 875.313 350 2.501
Total 1215.438 355
Sumber data primer
Pada dasarnya uji F ini signifikan terhadap kepuasan pasien
digunakan untuk mengetahui dapat diterima. Hasil ini sejalan
pengaruh signifikansi variabel bebas dengan penelitian yang dilakukan
terhadap variabel terikat secara oleh (Gery L, 2012). Dimana dengan
simultan. Berdasarkan tabel diatas uji secara bersama-sama diperoleh
diperoleh nilai F hitung 27,200 > nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih
nilai F tabel 1,26 dengan signifikansi kecil dari standar signifikansi yang
0,000. Karena tingkat signifikansi ditentukan sebesar 0,05.
lebih kecil dari 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa variabel
pelayanan secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap
kepuasan pasien. Sehingga dapat
dinyatakan hipotesis variabel
tangible, reliability, responsiveness,
assurance, dan emphaty berpengaruh
9

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan Tentang Sistem Jaminan Sosial
Berdasarkan hasil anlisa dan Nasional. Kementrian
hasil pembahasan hubungan Kesehatan Republik Indonesia,
pelayanan resep tehadap kepuasan Jakarta.
pasien BPJS rawat jalan di Departemen Kesehatan RI, 2006.
Puskesmas Campurejo Kota Kebijakan Dasar Puskesmas
Kediri dapat diambil kesimpulan Menuju Indonesia Sehat 2010.
sebagai berikut : Direktorat Jenderal Bina
1. Dari hasil uji T variabel Kesehatan Masyarakat, Jakarta
pelayanan diperoleh nilai t Gerson RF, 2004. Mengukur
hitung > nili t tabel yang Kepuasan Pelanggan. PPM.
ditentukan sebesar 1,97 dengan Jakarta.
nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Leonard, G. 2012. Analisis Pengaruh
Sehingga dapat disimpulkan Kualitas Layanan Terhadap
variabel bebas secara individu Kepuasan Pasien Pada Rumah
mempunyai pengaruh Sakit Elim Kab.TorajaUtara,
signifikan terhadap kepuasan Universitas Hasanuddin.
pasien. Makassar.
2. Dari hasil uji F dimensi Marhenta Yogi Bhakti, dkk, Jurnal
pelayanan diperoleh nilai F Manajemen dan Pelayanan
hitung > nilai F tabel yang Farmasi (JMPF) Journal of
ditentukan sebesar 1,26 dengan Management and Pharmacy
nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Practice. J. Manaj dan
Sehingga dapat disimpulkan Pelayanan Farm.2018.8(1):
variabel bebas secara bersama- 18-23
sama mempunyai pengaruh Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan
signifikan terhadap kepuasan dan Perilaku Kesehatan.
pasien. Rineka Cipta : Jakarta.
Olson, J. C., Peter, J.P. 2000.
DAFTAR PUSTAKA Consumer Behavior : Perilaku
BPJS, 2014. Menyongsong Jaminan Konsumen dan Strategi
Kesehatan Semesta Di Daerah Pemasaran. Erlangga : Jakarta.
Istimewa Yogyakarta Bersama Pemerintah RI, 2009. Undang-
BPJS Kesehatan. BPJS Undang Nomor 36 Tahun
Kesehatan Provinsi Daerah 2009, Tentang Kesehatan.
Istimewa Yogyakarta. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 2004. Supriyanto , dkk, 2010, Pemasaran
Undang-Undang Republik Industri Jasa Kesehatan, Aadi,
Indonesia Nomor 40 Tahun Yogyakarta.

S-ar putea să vă placă și