Sunteți pe pagina 1din 20

DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF TERKAIT PENERAPAN FAMILY

CENTER CARE DI PELAYANAN KESEHATAN PADA JURNAL

Hubungan Penerapan Family Centered Care oleh Perawat dengan


Stres Orangtua Selama Hospitalisasi Bayi

Disusun oleh kelompok 9


Nama Kelompok :
1. Kadek Dwi Melanie Rahayu (18.321.2874)
2. Ni Kadek Risky Dwiyanti (18.321.2883)
3. Ni Luh Erina (18.321.2892)
4. Yunda Chandra Dewi (18.321.2901)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2020
Health Sciences and Pharmacy Journal ISSN: 2599-2015 (Online)
Vol. 2, No. 3, Desember 2018, pp. 89-96 2622-1268 (Print)
http://journal.stikessuryaglobal.ac.id

Hubungan Penerapan Family Centered Care oleh Perawat


dengan Stres Orangtua Selama Hospitalisasi Bayi
The Relationship between Implementation of Family Centered Care by Nurse with Parental Stress during
Infant’ s Hospitalization

Sarjiyah1, Endar Timiyatun2, Sri Hariyanti2


1
RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta
2
Program Studi Ilmu Keperawataan STIKes Surya Global Yogyakarta

ABSTRACT

Hospitalization of infant causes stress of the parents. Stress which is experienced by parents during
infant’ s hospitalization has a negative impact. Some of the effects of parental stress include
physical problems (fatigue, insomnia, gastritis, headaches, anorexia), and psychosocial problems
(frustration, depression, self-blame, emotional and uncooperative) One of the services that can
minimize parental stress is implementation of family centered care. The objective of this research is
to know the relationship between the implementation of family centered care by nurse with parental
stress during infant’ s hospitalization in Perinatology Ward Panembahan Senopati Hospital,
Bantul,Yogyakarta.This research was a non-experimental, with a cross-sectional design. The
sampling technique was purposive sampling with a total of 95 respondents whose parents were
hospitalized in the Perinatology Ward of Panembahan Senopati Hospital, Bantul, Yogyakarta.
Data was perfomed by kendall tau test. Family centered care application carried out by nurses in
the Perinatology Ward of Panembahan Senopati Hospital Bantul, Yogyakarta, was in the majority
in the good category of 45 respondents (47.4%), and the stress experienced by parents in the low
stress category was 44 respondents (46.3%). Correlation test results p-value = 0.000 (p-value <
0.05)and r = 0.899.The conclussion was there was a relationship between the implementation of
family centered care performed by nurses with parental stress during infant’ s hospitalization. The
better implementation of family centered care, the lower the stress level of parents.

Keywords: Family centered care, parental stress, infant’ s hospitalization

ABSTRAK

Hospitalisasi pada bayi dapat menyebabkan stres pada orangtua. Stres yang dialami orangtua
selama hospitalisasi bayi menimbulkan dampak negatif. Beberapa dampak yang muncul akibat
stres orangtua antara lain permasalahan fisik (kelelahan, insomnia, gastritis, sakit kepala,
anoreksia), dan masalah psikososial (frustasi, depresi, menyalahkan diri-sendiri, emosional dan
tidak kooperatif). Salah satu pelayanan yang dapat meminimalkan stres orangtua yaitu dengan
penerapan family centered care.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
antara penerapan family centered care oleh perawat dengan stres orangtua selama hospitalisasi bayi
di Ruang Perinatologi RSUD Panembahan Senopati, Bantul, Yogyakarta. Penelitian ini merupakan
jenis penelitian non-eksperimental, dengan rancangan cross-sectional. Teknik pengambilan sampel
menggunakan purposive sampling dengan jumlah 95 responden orangtua yang bayinya dirawat
inap di Ruang Perinatologi RSUD Panembahan Senopati, Bantul, Yogyakarta. Analisis data
dilakukan menggunakan uji kendall tau.Penerapan family centered care yang dilakukan oleh
perawat di Ruang Perinatologi RSUD Panembahan Senopati, Bantul, Yogyakarta, mayoritas dalam
kategori baik yakni 45 responden (47.4%), dan stres yang dialami orangtua dalam kategori stres
rendah yakni sejumlah 44 responden (46.3%). Hasil uji korelasi didapatkan nilai p = 0.000 (nilai p
< 0.05) dan nilai r = 0.899. Kesimpulanya adalah terdapat hubungan antara penerapan family
centered care yang dilakukan perawat dengan stres orangtua selama hospitalisasi bayi. Semakin
baik penerapan family centered care,maka akan semakin rendah tingkat stres orangtua.

Kata Kunci: Family centered care, stres orangtua, hospitalisasi bayi

Korespondensi: Sarjiyah, RSUD Panembahan Senopati, Jln. DR. Wahidin Sudirohusodo No. 14 Bantul,
Yogyakarta, telp: 085742622611, email: sarjiyah46@gmail.com

89
Health Sciences and Pharmacy Journal, Vol. 2, No. 3, Desember 2018: 89-96

PENDAHULUAN aspek yang memunculkan stress pada orangtua saat


Hospitalisasi banyak dialami oleh anak, mulai bayinya menjalani hospitalisasi. Beberapa di antaranya
dari bayi sampai anak usia remaja. Sayangnya data adalah kekhawatiran yang muncul akibat orangtua tidak
terbaru tentang jumlah bayi sakit dan dirawat bisa memantau bayinya saat dilakukan tindakan medis
dirumah sakit sampai saat ini sulit didapatkan. Data (6). Secara umum respon orangtua terhadap hospitalisasi
terbaru yang didapatkan antara lain terkait jumlah anak antara lain: rasa tidak percaya, marah, rasa
bayi yang mengalami diare, pneumonia, dan tetanus bersalah, takut, cemas, stres, dan frustasi
neonatorum yang menjalani hospitalisasi. Data dari (3). Hal ini didukung oleh penelitian Fauziyah, yang
Kemenkes per Januari 2017 didapatkan jumalah bayi mendapatkan hasil bahwa tingkat stres orangtua
yang menjalani hospitalisasi akibat pneumonia usia sebagian besar mengalami stres ringan (68.0%) dan
0-4 tahun sebanyak 503.738 bayi (usia 0-1 tahun sebagian kecil stres berat (2.7%) (7).
sebanyak 169.183 bayi dan usia 1-4 tahun sebanyak Salah satu tindakan dalam perawatan anak yang
334.555 anak) dan yang meninggal sebanyak 551 menjalani hospitalisasi adalah melibatkan orangtua
anak (1). Berdasarkan hasil Survei Ekonomi Nasional dan keluarga dalam setiap tindakan perawatan anak.
(SUSENAS) tahun 2014, angka kesakitan anak Dalam praktek keperawatan anak, asuhan keperawatan
(morbidy rate) didaerah perkotaan menurut kelompok yang diterapkan harusnya berdasarkan pada filosofi
usia 0-4 tahun 25.8%, usia 5-12 tahun sebanyak keperawatan anak. Menurut Hidayat, filosofi
14.91%, usia 13-15 tahun sekitar 9.1%, usia 16-21 keperawatan anak merupakan keyakinan atau
tahun sebanyak 8.13% (2). pandangan yang dimiliki oleh perawat untuk
Hospitalisasi yang harus dijalani bayi bisa memberikan pelayanan kepada anak, salah satunya
berdampak negatif bagi bayi maupun orangtuanya. Bayi adalah family centered care(8). Family centered care
yang sedang mengalami hospitalisasi akan mengalami menekankan pentingnya keterlibatan keluarga dalam
kecemasan dan juga stres. Menurut Wong, terdapat memberikan perawatan pada anak di rumah sakit.
beberapa akibat dari dampak hospitalisasi antara lain: Menurut American Academy of Pediatrics, family
merasa putus asa, menimbulkan reaksi protes, tidak centered care merupakan hal terpenting dalam
kooperatif, serta depresi (3). Penyebab anak mengalami hospitalisasi anak yang didasarkan pada kolaborasi
kecemasan dan juga stres dipengaruhi beberapa faktor, antara anak, orangtua, dokter anak, perawat anak, dan
baik faktor dari petugas (perawat, dokter, dan petugas profesional lainnya dalam perawatan klinis yang
kesehatan lainnya), lingkungan baru maupun yang berdasarkan pada perencanaan, pemberian dan
mendampingi selama perawatan (4). Wong, evaluasi pelayanan kesehatan (9). Pelibatan orangtua
menyebutkan dampak hospitalisasi pada anak muncul dalam perawatan anak dan pemberian informasi yang
akibat perpisahan, kehilangan kontrol, sakit/nyeri (3). benar kepada orangtua terkait kondisi terkini anak
Orangtua juga mengalami stres, sama seperti dapat menurunkan stres yang dialami orangtua dan
yang dialami oleh anak. Tingkat stres yang tinggi anak (6). Tujuan dari penelitian ini adalah menguji
pada orangtua berkaitan dengan kondisi anak yang hubungan antara penerapan family centered care oleh
kritis. Majdalani dkk., menyatakan bahwa orangtua perawat dengan stres yang dialami orangtua saat
merasa cemas karena memikirkan keselamatan anak hospitalisasi bayi.
dan melihat anak yang terpasang banyak alat serta
METODE DAN SAMPEL
dilakukan tindakan yang menyakitkan (5). Hasil dari
Jenis penelitian ini adalah non-eksperimental
penelitianya Heidari dkk., menunjukkan beberapa
dengan menggunakan rancangan cross-sectional.

90
Sarjiyah, Endar Timiyatun, & Sri Hariyanti: Hubungan penerapan family centered care oleh perawat dengan stres orangtua
selama hospitalisasi bayi

Subjek penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi Tabel 1. Karakteristik usia, jenis kelamin,
pendidikan, lama kerja dan pengalaman
yang sedang dirawat inap di Ruang Perinatologi
pelatihan perawat di Ruang Perinatologi
RSUD Panembahan Senopati Bantul, Yogyakarta. RSUD Panembahan Senopati Bantul
Yogyakarta
Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive
Karakteristik n %
sampling dengan jumlah 95 responden. Uji statistik Usia
yang digunakan adalah uji korelasi kendall tau. < 20 tahun 0 0
20-29 tahun 7 24.1
30-39 tahun 17 58.6
HASIL 40-49 tahun 4 13.8
Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk ≥ 50 tahun 1 3.4
Jenis kelamin
tabel-tabel antara lain tabel karakteristik perawat, Laki-laki 0 0
tabel karakteristik orangtua, tabel penerapan family Perempuan 29 100
Pendidikan
centered care, tabel stres orangtua selama proses D III Keperawatan 27 93.1
hospitalisasi bayi serta tabel hubungan antara D IV Keperawatan 1 3.4
S1 Keperawatan + Ners 1 3.4
penerapan family centered care dengan stres Lama Kerja
orangtua selama proses hospitalisasi bayi. ≤ 5 tahun 3 10.3
> 5 tahun 26 89.7
Pengalaman pelatihan
1. Karakteristik perawat di Ruang Perinatologi
Pernah 29 100
RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta Belum pernah 0 0
Karakteristik yang digunakan untuk Total 29 100

menggambarkan perawat dalam penelitian 2. Karakteristik orangtua dari bayi yang menjalani
adalah usia, jenis kelamin, pendidikan, lama hospitalisasi di Ruang Perinatologi RSUD
kerja dan pengalaman pelatihan. Karakteristik Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta
perawat dapat dilihat pada Tabel 1. Karakteristik yang digunakan untuk
Berdasarkan Tabel 1, terlihat bahwa perawat di menggambarkan orangtua dalam penelitian ini
Ruang Perinatologi RSUD Panembahan Senopati adalah usia, pendidikan, pekerjaan, status ekonomi
Bantul, Yogyakarta, mayoritas berusia antara 30-39 sosial, pengalaman masuk rumah sakit, jumlah
tahun yakni sebanyak 17 (58.6%), berjenis kelamin anak, dukungan dari keluarga. Karakteristik
perempuan yakni sebanyak 29 perawat (100%), responden dapat dilihat dalam Tabel 2.
berpendidikan D III yakni sebanyak 27 perawat Tabel 2 menunjukan bahwa mayoritas orang tua
(93.1%), lama kerja perawat lebih dari 5 tahun yakni bayi yang menjalani hospitalisasai di Ruang
sebanyak 26 perawat (89.7%), dan semua perawat Perinatologi RSUD Bantul berusia antara 30-39 tahun
mempunyai pengalaman pelatihan yakni sebanyak 29 yakni sebanyak 52 responden (54.7%), berpendidikan
perawat (100%). SMA yakni berjumlah 49 responden (51.6%), tidak
bekerja yakni sebanyak 66 responden (69.5%),
penghasilan sama dengan atau di atas UMR (Upah
Minimal Regional) yakni sebanyak 49 responden
(51.6%), pernah memiliki pengalaman masuk rumah
sakit yakni sebanyak 56 responden (58.9%), memiliki
anak sama dengan atau lebih dari 2 yakni berjumlah
77 responden (81.1%),

91
Health Sciences and Pharmacy Journal, Vol. 2, No. 3, Desember 2018: 89-96

dan semua responden mendapatkan dukungan Tabel 3. Penerapan family centered care oleh
perawat di Ruang Perinatologi RSUD
dari keluarga yakni sebanyak 95 (100%).
Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta
Penerapan family centered care n %
Tabel 2. Karakteristik orangtua berdasarkan Baik 45 47.4
usia, pendidikan, pekerjaan, status sosial- Cukup baik 32 33.7
ekonomi,pengalaman masuk rumah sakit, Kurang baik 18 18.9
jumlahanak dan dukungan keluarga di Ruang Total 95 100
Perinatologi RSUD Panembahan Bantul
Yogyakarta Berdasarkan Tabel3 terlihat bahwa
Karakteristik n %
Usia mayoritas responden menilai penerapan family
< 20 tahun 0 0 centered care yang dilakukan oleh perawatdi
20-29 tahun 36 37.9
30-39 tahun 52 54.7 RSUD Panembahan Senopati Bantul,
40-49 tahun 7 7.4 Yogyakarta,dalam kategoribaik yakni sebanyak
≥ 50 tahun 0 0
Pendidikan 45 responden (47.4%).
SD 13 13.7
SMP 22 23.2 4. Stres orangtua selama proses hospitalisasi bayidi
SMA 49 51.6
RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta
Perguruan Tinggi 11 11.6
Pekerjaan Hasil penilaian stres orangtua yang
Tidak Bekerja 66 69.5
Bekerja 29 30.5 bayinya menjalani hospitalisasi di Ruang
Status ekonomi Perinatologi RSUD Panembahan Senopati
sosial
Bantul dapat dilihat pada Tabel 4 berikut:
< 1.527.150,00 46 48.4
≥ 1.527.150,00 49 51.6
Pengalaman masuk Tabel 4. Stres orangtua selama proses
rumah sakit hospitalisasi bayi di RSUD Panembahan
Belum Pernah 39 41.1 Senopati Bantul Yogyakarta
Pernah 56 58.9 Stres Orangtua n %
Jumlah anak Tinggi 9 9.5
1 18 18.9 Sedang 42 44.2
≥2 77 81.1 Rendah 44 46.3
Dukungan keluarga Total 95 100
Tidak 0 0
Iya 95 100 Berdasarkan Tabel 4, terlihat bahwa
Total 95 100
mayoritas stres orangtua selama proses
3. Penerapan family centered care oleh hospitalisasi bayi di RSUD Panembahan
perawatdi Ruang Perinatologi RSUD Senopati Bantul, Yogyakarta, dalam kategori
Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta rendah yakni sejumlah 44 responden (46.3%).
Hasil penilaian penerapanfamily centered 5. Hasil analisis hubungan antara penerapan
care yang dilakukan oleh perawat di Ruang family centered care dengan stres orangtua
Perinatologi RSUD Panembahan Senopati selama proses hospitalisasi bayi
Bantul dapat dilihat pada Tabel 3 berikut: Hasil uji analisis korelasi antara penerapan
family centered care dengan stres orangtua
selama proses hospitalisasi bayi di Ruang
Perinatologi RSUD Panembahan Senopati,
Bantul, tersaji pada tabulasi silang berikut ini:

92
Sarjiyah, Endar Timiyatun, & Sri Hariyanti: Hubungan penerapan family centered care oleh perawat dengan stres orangtua
selama hospitalisasi bayi

Tabel 5. Tabulasi silang antara penerapan family centered care oleh perawat dengan
stres orangtua selama proses hospitalisasi di RSUD Panembahan Senopati Bantul
Yogyakarta
Penerapan family Stres orangtua selama proseshospitalisasi bayi
Total Nilai Nilai
centered care oleh Tinggi Sedang Rendah
r p
perawat n % n % n % n %
Baik 0 0 1 1.1 44 46.3 45 47.4
Cukup 1 1.1 31 32.6 0 0 32 33.7 0.889 0.000
Kurang 8 8.4 10 10.5 0 0 18 18.9
Total 9 9.5 42 44.2 44 46.3 95 100.0
Hasil uji korelasi: Kendall tau

Berdasarkan Tabel 5, dapat diketahui bahwa stres ringan (68.0%) dan sebagian kecil stres berat
penerapan family centered care dalam kategori baik (2.7%) (7). Banyak aspek kehidupan orangtua yang
akan membuat tingkat stres orangtua selama proses akan berubah selama berada di rumah sakit, termasuk
hospitalisasi bayi di RSUD Panembahan Senopati, kebutuhan sehari-hari, dan masalah sosial- ekonomi
Bantul, Yogyakarta, semakin rendah yakni sebanyak yang dapat menyebabkan stres dan kecemasan bagi
44 responden (46.3%). Berdasarkan hasil uji Kendall orangtua. Faktor-faktor yang mempengaruhi stresor
tau didapati nilai p = 0.000 (nilai p keluarga saat anak sakit yaitu diagnosa penyakit,
< 0.05). Karena nilai p < 0.05, maka disimpulkan tindakan pengobatan atau perawatan, ketidaktahuan
terdapat hubungan antara penerapan family merawat penyakit anak, kurangnya sistem pendukung,
centered care dengan stres orangtua selama proses ketidak-mampuan menggunakan mekanisme koping
hospitalisasi bayi (Ha diterima dan Ho ditolak). dan kurangnya komunikasi pada keluarga (3).
Nilai r=0.899, menunjukkan bahwa terdapat Beberapa faktor lain yang menyebabkan stres orangtua
hubungan yang sangat kuat dengan arah yang disampaikan oleh Heidari dkk., yaitu kesalahan
positif antara penerapan family centered care diagnostik, lamanya diagnosis atau susahnya proses
dengan stres orangtua selama proses hospitalisasi pendiagnosisan, ketidakjelasan berapa lamanya bayi
bayi. Arah positif menunjukkan bahwa semakin akan dirawat, jam jenguk keluarga, dan batasan
baik penerapan family centered care oleh perawat, orangtua untuk bersama dengan bayinya (6).
maka semakin rendah stres yang dialami oleh Stres yang dialami oleh orangtua akibat
orangtua selama hospitalisasi bayi. perubahan peran orangtua, dan permasalahan yang
muncul saat anak dirawat. Permasalahan yang muncul
PEMBAHASAN
antara lain emosi anak, tidak tahu cara merawat anak,
Kondisi sakit anak yang mengharuskan anak
dan masalah financial (10). Rahayu, menyimpulkan
dirawat dirumah sakit berpengaruh pada orangtua.
bahwa stres yang dialami oleh orangtua selain akibat
Orangtua yang memiliki anak yang sedang di rawat di
dari ketidaktahuan orangtua dalam merawat anak yang
rumah sakit akan mengalami kecemasan, karena
sakit, juga akibat dari kurangnya support sistem, dan
orangtua sangat berperan penting dalam perawatan
kurangnya komunikasi dengan keluarga (11). Family
anak selama dirumah sakit. Orangtua sebagai orang
centered care merupakan salah satu cara yang dapat
utama pendamping anak, pasti akan berespon terhadap
dilakukan perawat kepada keluarga untuk mengurangi
penyakit dan hospitalisasi anak mereka. Reaksi yang
stres orangtua. Setelah peneliti melakukan penelitian
muncul antara lain: tidak percaya, marah atau merasa
didapatkan hasil bahwa penerapan family centered
bersalah, takut, cemas, dan frustasi hingga depresi (3).
care dapat mengurangi stres orangtua selama proses
Penelitian Fauziyah, mendapatkan hasil bahwa tingkat
hospitalisasi anak dan membantu orangtua dalam
stres orangtua sebagian besar mengalami
beradaptasi dengan stresor yang dialami orangtua

93
Health Sciences and Pharmacy Journal, Vol. 2, No. 3, Desember 2018: 89-96

selama anak dirawat di rumah sakit. Penerapan family terutama orangtua akan mengalami/merasakan
centered care dalam kategori baik akan membuat tingkat penderitaan terhadap penyakit yang diderita anak dan
stres orangtua selama hospitalisasi bayi semakin rendah juga berjuang untuk perawatan anak. Pelibatan orangtua
yakni sebanyak 44 responden (46.3%). Berdasarkan hasil dalam perawatan anak dan pengambilan keputusan,
uji Kendall tau didapati nilai p = 0.000 (nilai p < 0.05). pemberian informasi tentang kondisi anak menjadi kunci
Karena nilai p < 0.05, maka disimpulkan terdapat dalam mengatasi stres yang dialami orangtua dan anak
hubungan antara penerapan family centered care dengan (14). Turner dkk., menyampaikan bahwa kesempatan
stres orangtua selama proses hospitalisasi bayi (Ha orangtua untuk memegang/menyentuh anak pengaturan
diterima dan H0 ditolak). Nilai r = 0.899, menunjukkan tempat dan alat-alat medis, pelibatan orangtua dalam
bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat dengan arah perwatan anak sangat diperlukan untuk mengatasi stres
yang positif antara penerapan family centered care orang tua (15). Ditambahkan juga oleh Heidari dkk.,
dengan stres orangtua selama proses hospitalisasi bayi. bahwa dalam penerapan family centered care, jawaban
Arah positif menunjukkan bahwa semakin baik dan respon dari perawat yang tepat terhadap pertanyaan-
penerapan family centered care, maka semakin rendah pertanyaan dari orangtua tentang kondisi bayi
stres yang dialami oleh orangtua selama hospitalisasi menurunkan stres yang sebagian besar dialami oleh
bayi. (Tabel 5). orangtua (6).
Apabila stres pada orangtua tidak segera ditangani, Dalam perawatan pasien berpusat pada keluarga,
maka dapat berakibat pada timbulnya dampak yang lebih pasien dan keluarga menentukan bagaimana mereka
besar seperti perasaan takut dan cemas, perilaku isolasi akan berpartisipasi dalam perawatan dan pengambilan
diri, tidak kooperatif dengan petugas kesehatan dan keputusan. family centered care sebagai standar
perasaan frustasi (12). Sehingga diperlukan proses praktik yang dapat menghasilkan pelayanan
perawatan yang menggunakan pendekatan perawatan berkualitas tinggi. Penerapan family centered care
yang baik. Orangtua harus mendapatkan dukungan memberikan perawatan dengan didasarkan pada saling
keluarga, dan lingkungan perawatan yang teraupetik. percaya, kolaborasi atau kemitraan yang bekerja sama
Dengan demikian perawat memiliki hubungan langsung dengan keluarga dengan memperhatikan aspek (bio,
dengan orangtua selama perawatan anak, dan hubungan psiko, sosio, dan spiritual) menghormati keragaman
memiliki fungsi yang penting untuk mengatasi stres pada dan mengakui keluarga adalah sumber dalam
orangtua. Ilda, dkk., mengatakan bahwa keterbukaan kehidupan anak (9). Menurut The Royal Children’ s
ruangan perawatan terhadap kehadiran dan partisipasi Hospital, penerapan family centered care memiliki
orangtua dengan penerapan konsep family centered care beberapa prinsip yaitu merawat pasien bersama-sama
dapat meningkatkan kepercayaan diri orangtua. Ibu yang dengan keluarga (16). Penelitian Dunst dan Trivette
ikut berpartisipasi dalam perawatan bayi di rumah sakit dalam Wong, menunjukan penerapan family centered
menunjukkan tingkat stres yang lebih rendah (13). care dalam praktek keperawatan dilakukan dengan
memperlakukan keluarga penuh perhatian,
Hal-hal yang terjadi pada anak selama menyampaikan informasi kepada keluarga agar
hospitalisasi dan reaksi anak terhadap hospitalisasi mereka memahami tentang kondisi dan perawatan
menjadi salah satu penyebab stres orangtua. Stres anak mereka, melibatkan partisipasi orangtua dalam
yang terjadi pada anak selama hospitalisasi menjadi pembuatan keputusan dan perawatan anak serta kerja
sumber stres yang dirasakan orangtua (3). Hal yang sama antara orangtua dan perawat (3).
sama juga disampaikan Hill dkk., bahwa keluarga

94
Sarjiyah, Endar Timiyatun, & Sri Hariyanti: Hubungan penerapan family centered care oleh perawat dengan stres orangtua
selama hospitalisasi bayi

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan teori system bagi anak dan orangtua disarankan memberikan
Wong dkk., yang menyatakan bahwa prinsip yang dukungan sehingga orangtua dapat mengatasi stres
harus diperhatikan dalam perawatan anak yaitu yang dialami selama proses hospitalisasi.
pertama, mencegah atau meminimalkan perpisahan
DAFTAR PUSTAKA
anak dan keluarganya dengan menggunakan family
1. Kemenkes RI. Data dan Informasi Profil Kesehatan
centered care. Kedua, meningkatkan kemampuan
Indonesia 2016. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI;
orangtua dalam mengontrol perawatan anaknya. 2017. Diunduh dari www.kemenkes.go.id
2. Badan Pusat Statistik. Survei Sosial Ekonomi
Pendidikan kesehatan merupakan strategi yang tepat
Nasional (susenas). Jakarta: BPS; 2014.
untuk menyiapkan orangtua sehingga terlibat aktif Diunduh dari http://microdata.bps.go.id
3. Wong, D.L. Buku Ajar Keperawatan
dalam perawatan anaknya. Ketiga, mencegah atau
Pediatrik Vol 1 Wong. Jakarta:EGC; 2009.
meminimalkan cidera tubuh atau nyeri, dan dampak 4. Nursalam RS, Utami S. Asuhan Keperawatan
Bayi dan Anak (untuk perawat dan bidan).
psikologis. Dan keempat, memodifikasi lingkungan
Jakarta: Salemba Medika; 2005.
fisik rumah sakit, dengan mendesain seperti dirumah 5. Majdalani, M.N., Doumit, M.A., Rahi, A.C.
The lived experience of parents of children
yaitu penataan dan dekorasi yang bernuansa anak (3).
admitted to the pediatric intensive care unit in
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nurlaila, Lebanon. International journal of nursing
studies. 2014 Feb 1;51(2):217-25
dkk., melalui penerapan family centered care, orang
6. Heidari, H., Hasanpour, M., & Fooladi, M.
tua menjadi yakin akan kemampuan untuk merawat 2015. An Exploration of the viewpoint of
parent and nurses on care provision in
bayi dan siap ketika membawa pulang bayi mereka
neonatal intensive care Unit. Iranian Journal
(17). Melalui tindakan atraumatik yang dilakukan oleh of Neonatology. 2015. Vo. 6. No. 4
7. Fauziyah, G.S. Tingkat stres orangtua pada anak
perawat saat merawat anak akan membuat perasaan
yang dihospitalisasi di Ruang Anak. (Skripsi).
orangtua tenang. Hal tersebutlah yang menurunkan Universitas Indonesia. 2014. Diunduh darihttp://
lib.ui.ac.id/naskahringkas/2016_10/S57591_Ghin
stres yang dialami orangtua saat hospitalisasi anak.
a%Sonia%Fauziah
8. Hidayat, A.A. Pengantar ilmu keperawatan
SIMPULAN anak 1. Jakarta: Salemba Medika. 2005.
Ada hubungan antara penerapan family centered 9. American Academy of Pediatrics (AAP).
Patient and Family Centered Care and the
care oleh perawat dengan stres orangtua selama proses Pediatrican’ s Role. 2012. Diunduh dari
hospitalisasi bayi di RSUD Panembahan Senopati, http://pediatrics.aappublications.org/
10. Ames, K.E., Rennick, J.E., Baillargeon, S. A
Bantul, Yogyakarta. Asuhan keperawatan yang qualitative interpretive study exploring
berpusat pada keluarga/orangtua dan anak parents’ perception of the parental role in the
paediatric intensive care unit. Intensive and
memberikan banyak manfaat salah satunya adalah Critical Care Nursing. 2011 Jun 1;27(3):143-
menurunkan stres yang dialami oleh orangtua. 50.
11. Rahayu, S. & Insani, A.N. Faktor yang
Mempengaruhi Tingkat Stres Orangtua pada
SARAN Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yang di
Perawat sebagai tenaga kesehatan yang langsung Rawat di Unit Perawatan Intensif Neonatus
RSUD DR. Moewardi di Surakarta. Jurnal
berhubungan dengan pasien dan keluarga perlu Keperawatan Global. 2016 Desember; 1 (2):
meningkatkan penerapan family centered care. Tidak 55-103.
12. Supartini, Y. Buku Ajar Konsep Dasar
hanya perawat, mahasiswa yang melakukan praktek Keperawatan Anak Cetakan I. Jakarta: EGC.
asuhan keperawatan juga perlu didorong untuk 2014
13. Ilda, Z.A., Rustina, Y., Syahreni, E. Peningkatan
menguasai dan menerapkan prinsip asuhan family interaksi ibu-bayi dan kepercayaan diri ibu: Efek
centered care guna menurunkan stres pada orangtua. pelibatan ibu dalam perawatan bayi prematur di
ruang perinatologi. Jurnal Keperawatan
Anggota keluarga yang lain sebagai support Indonesia. 2013 Nov 15;16(3):168-75.

95
Health Sciences and Pharmacy Journal, Vol. 2, No. 3, Desember 2018: 89-96

14. Hill, C., Knafl, K.A., & Santacroce, S.J. 2017.


Family centered care from perspective of parent
of children cared for in a pediatric intensive care
unit: an integrative review. Journal of Pediatric
Nursing (2017)
15. Turner, M., Hansen, A.C., Winifield, H., &
Stanner, M. The assessment of parental stress and
support in the neonatal intensive care uni using the
parent stress scale-neonatal intensive care unit.
Women and Birth 419. 2015. pages 7.
16. The Royal Children's Hospital. Patient and Family
Centered Care. 2017. Diunduh dari https://
www.rch.org.au/policy/public/Patient_and_Famil
y_Centred_Care/

17. Nurlaila, Sitaresmi, M.N., Lusmilasari, L. Studi


Eksplorasi Berpusat Pada Keluarga di Ruang
Peristi RSUD Kebumen. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Keperawatan. 2015 Oct 1; 11(3).

9
DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF TERKAIT PENERAPAN FAMILY
CENTER CARE DI PELAYANAN KESEHATAN

Jika dilihat dari jurnal diatas, dampak positif dari Hubungan Penerapan Family
Centered Care oleh Perawat dengan Stres Orangtua Selama Hospitalisasi Bayi adalah
hubungan antara penerapan family centered care dengan stres orangtua selama proses
hospitalisasi bayi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat dengan arah yang
positif antara penerapan family centered care dengan stres orangtua selama proses hospitalisasi
bayi. Arah positif menunjukkan bahwa semakin baik penerapan family centered care oleh
perawat, maka semakin rendah stres yang dialami oleh orangtua selama hospitalisasi bayi.
Keterbukaan ruangan perawatan terhadap kehadiran dan partisipasi orangtua dengan penerapan
konsep family centered care dapat meningkatkan kepercayaan diri orangtua. Selain itu dalam
penerapan family centered care, jawaban dan respon dari perawat yang tepat terhadap
pertanyaan-pertanyaan dari orangtua tentang kondisi bayi menurunkan stres yang sebagian
besar dialami oleh orangtua.
Penerapan family centered care memberikan perawatan dengan didasarkan pada saling percaya,
kolaborasi atau kemitraan yang bekerja sama dengan keluarga dengan memperhatikan aspek
(bio, psiko, sosio, dan spiritual) menghormati keragaman dan mengakui keluarga adalah
sumber dalam kehidupan anak.
Penerapan family centered care memiliki beberapa prinsip yaitu merawat pasien bersama-sama
dengan keluarga, prinsip yang harus diperhatikan dalam perawatan anak yaitu pertama,
mencegah atau meminimalkan perpisahan anak dan keluarganya dengan menggunakan family
centered care.
Melalui penerapan family centered care, orang tua menjadi yakin akan kemampuan untuk
merawat bayi dan siap ketika membawa pulang bayi mereka. Melalui tindakan atraumatik yang
dilakukan oleh perawat saat merawat anak akan membuat perasaan orangtua tenang. Hal
tersebutlah yang menurunkan stres yang dialami orangtua saat hospitalisasi anak.

Sementara, dampak negatif dari penerapan Family Centered Care adalah Terdapat
hubungan yang kuat dengan arah yang negatif maupun positif antara penerapan Familly
Centered Care dgn stess orang tua selama proses horspitalisasi bayi. Arah negatif menunjukkan
bahwa semakin buruknya penerapan Familly Centered Care oleh perawat, maka semakin
tingginya tingkatan stress yang di alami oleh orang tua selama horspitalisasi pada bayi
ANALISIS JURNAL HEALTH PROMOTION PADA REMAJA
PADA JURNAL

Pendidikan Kesehatan Reproduksi Dengan MPI (Media Pembelajaran


Interaktif) Untuk Meningkatkan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi
Pada Remaja SMA

Disusun oleh kelompok 9


Nama Kelompok :
1. Kadek Dwi Melanie Rahayu (18.321.2874)
2. Ni Kadek Risky Dwiyanti (18.321.2883)
3. Ni Luh Erina (18.321.2892)
4. Yunda Chandra Dewi (18.321.2901)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2020
1
DOI: https://doi.org/10.35473/jpmmi.v1i1.18
e-ISSN : 2621-1254

Pendidikan Kesehatan Reproduksi Dengan MPI (Media Pembelajaran Interaktif)


Untuk Meningkatkan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Pada Remaja SMA

Widyawati, SA1, Lestari,IP2


Universitas Ngudi Waluyo, Ungaran
Email : sigitambar@gmail.com. tha.yuslita88@gmail.com

ABSTRAK

Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sehat fisik, mental, psikologi maupun


sosialnya, berkaitan dengan sistem, fungsi, serta proses reproduksi baik perempuan
maupun laki-laki pada seluruh tahap kehidupan. Salah satu upaya peningkatan
kesehatan remaja yang menjadi perhatian adalah kesehatan reproduksi dan perilaku
seksual berisiko. Selama ini pemberdayaan belum dioptimalkan sehingga penanganan
terhadap masalah kesehatan pada remaja belum mendapat perhatian khusus.
Ketidaktahuan remaja tentang adanya program konseling dan pelayanan kesehatan
reproduksi membuat rendahnya pengetahuan dan informasi tentang kesehatan
reproduksi, hal ini mengakibatkan tingginya angka kelahiran pada remaja, kesadaran
tentang kesehatan reproduksi serta pendewasaan usia menikah. Kegiatan pengabdian
dilaksanakan di SMA N I Getasan Kab. Semarang dan SMA N I Ampel dengan metode
penyuluhan yang menggunakan MPI (Media Pembelajaran Interaktif) untuk
meningkatkan pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja SMA. Tahapan yang
sudah dilakukan dalam kegiatan pengabdian meliputi : persiapan, pelaksanaan, evaluasi,
dan pelaporan. Pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan
dengan metode ceramah dan diskusi Hasil yang diperoleh dari kegiatan pengabdian
masyarakat melalui pendidikan kesehatan masyarakat pada remaja dapat meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan reproduksi. Hal ini ditunjukkan dengan
adanya peningkatan pengetahuan dan pemahaman peserta kegiatan dan kemampuan
memecahkan masalah dalam tingkat kelompok. Petugas kesehatan setempat diharapkan
untuk lebih meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi di lingkungan
SMA tentang kesehatan reproduksi agar kejadian kehamilan tidak diinginkan pada
remaja dapat dicegah, sehingga generasi muda menjadi berkualitas.

Kata kunci: pendidikan kesehatan reproduksi, Media pembelajaran interaktif (MPI),


remaja

PENDAHULUAN keputusan yang diambil dalam


Masa remaja merupakan periode menghadapi konflik tidak tepat, mereka
terjadinya pertumbuhan dan akan jatuh kedalam perilaku berisiko dan
perkembangan yang pesat baik secara mungkin harus menanggung akibat
fisik, psikologis, maupun intelektual. jangka pendek dan jangka panjang dalam
Sifat khas remaja mempunyai rasa berbagai masalah kesehatan fisik dan
keingintahuan yang besar, menyukai psikososial. Sifat dan perilaku remaja
petualangan dan tantangan serta tersebut memerlukan ketersediaan
cenderung berani menanggung risiko atas pelayanan kesehatan peduli remaja yang
perbuatannya tanpa didahului oleh dapat memenuhi kebutuhan kesehatan
pertimbangan yang matang. Apabila
Pendidikan Kesehatan Reproduksi…( Widyawati, SA, Lestari,IP)
Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Indonesia
Vol. 1 No. 2, 2019
remaja termasuk pelayanan untuk pendidikan kesehatan reproduksi remaja
kesehatan reproduksi. di tingkat masyarakat desa.
Di Indonesia terjadi peningkatan Cakupan pelayanan kesehatan
kerentanan remaja oleh berbagai ancaman khususnya pada kelompok remaja masih
risiko kesehatan reproduksi yaitu perilaku tergolong rendah, hal ini dibuktikan dari
seks bebas, kehamilan tidak diinginkan data yang diperoleh dari data sekunder
(KTD) dan terjangkitnya penyakit bahwa pencapaian pelayanan kesehatan
menular seksual termasuk Human remaja pada tahun 2017 belum optimal.
Immunodeficiency Virus (HIV) dan Berdasarkan data sekunder tersebut,
Acquired Immune Deficiency Syndrome jumlah kasus Pernikahan Usia Dini
(AIDS). Badan Pusat Statistik (BPS), (PUD) di bawah usia 20 tahun tergolong
Badan Perencanaan dan Pembangunan besar. Perkawinan usia dini dan kelahiran
Nasional (Bappenas) dan The United pada wanita remaja berkontribusi
Nation Fund for Population Activities terhadap Angka Kematian Ibu (AKI).
(UNFPA) tahun 2010 menyatakan Tingginya angka PUD dapat terjadi
sebagian dari 63 juta jiwa remaja di akibat minimnya pengetahuan mengenai
Indonesia berperilaku tidak sehat, dan kesehatan reproduksi yang diterima oleh
Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) remaja. Untuk mengatasi kesenjangan
berkaitan erat dengan angka kejadian tersebut, diperlukan suatu upaya promosi
aborsi.Estimasi jumlah aborsi per tahun di kesehatan reproduksi yang meliputi
Indonesia bisa mencapai 2,4 juta dan pendidikan kesehatan reproduksi dan
sekitar 800.000 diantaranya terjadi di penyuluhan kesehatan reproduksi.
kalangan remaja. Perbaikan pendidikan bagi remaja pada
Hasil Survei Kesehatan umumnya dan remaja putri pada
Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) khususnya, adalah salah satu jalan yang
menunjukkan bahwa sekitar 8% pernah paling efektif dalam mempromosikan dan
menggunakan narkoba. Diperkirakan 20- meningkatkan taraf kesehatan bagi
25% dari semua infeksi HIV di dunia remaja putri yang nantinya akan
terjadi pada remaja, demikian pula melahirkan generasi penerus yang juga
dengan kejadian Penyakit Menular sehat (Hasibuan, 2006). Program promosi
Seksual (PMS) yang tertinggi adalah kesehatan reproduksi yang dilakukan
remaja. Salah satu upaya kesehatan anak melalui pemberian informasi yang benar
yang ditetapkan melalui Instruksi dan terbuka mengenai kesehatan
Presiden adalah Pelayanan Kesehatan reproduksi, hal tersebut perlu diberikan
Peduli Remaja (PKPR) Di Puskesmas. pada kelompok remaja sebelum mereka
Kenyataannya, edukasi tentang kesehatan memasuki masa pra pubertas. Pemberian
reproduksi belum berjalan dengan informasi pada kelompok remaja usia 10-
optimal dan belum merata, masih sebatas 14 tahun dengan tujuan mempersiapkan
di sekolah-sekolah. Hal ini di dilihat dari remaja menyambut masa pubertasnya.
pandangan dari masyarakat akan tabunya Kemudian untuk kelompok remaja usia
pendidikan kesehatan reproduksi, 15-19 tahun yaitu dengan cara memantau
sehingga menjadi penyebab utama remaja setiap bulannya dalam mengantisipasi
mencari informasi tersebut pada sumber- terpaparnya remaja terhadap informasi
sumber yang belum tentu benar dan dapat yang salah. Hal ini penting dilakukan
dipertanggungjawabkan. Mengingat karena mengingat remaja kelompok usia
besarnya risiko yang dihadapi oleh remaja 10-19 tahun merupakan komponen
tersebut diperlukan upaya penyelesaian pembangunan bangsa yang berjumlah
masalah yaitu program besar.

2
Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Indonesia
Vol. 1 No. 2, 2019
remaja di SMAN 1 Getasan Kab.
Permasalahan dalam kegiatan ini Semarang dan SMAN 1 Ampel
adalah “ kurangnya pengetahuan remaja sebelum dan setelah dilakukan
tentang kesehatan reproduksi dalam Pendidikan Kesehatan.
upaya pengendalian pernikahan dini serta Tingkat Frekue %
kehamilan tidak diinginkan.” Tujuan Pengetahuan nsi
kegiatan pengabdian: pemberian Tentang Kesehatan (n=35)
informasi yang benar tentang kesehatan Reproduksi
reproduksi, pacaran sehat dan pencegahan Sebelum dilakukan
perilaku seksual berisiko pada kelompok Pendidikan
remaja usia 15-19 tahun. Kesehatan
Cukup 15 42,9
METODE Baik 20 57,1
Pelaksanaan kegiatan pengabdian Total 35 100,0
kepada masyarakat dilaksanakan dengan Tingkat Frekue %
metode penyuluhan/ceramah dan diskusi Pengetahuan nsi
menggunakan Media Pembelajaran Tentang Kesehatan (n=35)
Interaktif. Reproduksi Setelah
dilakukan
HASIL DAN PEMBAHASAN Pendidikan
1. Gambaran pengetahuan tentang Kesehatan
kesehatan reproduksi pada remaja di Cukup 2 5,7
SMAN 1 Getasan Kab. Semarang dan Baik 33 94,3
SMAN 1 Ampel sebelum dan setelah Total 35 100,0
dilakukan Pendidikan Kesehatan.
3. Gambaran pengetahuan tentang
Tingkat Frekuensi % pacaran yang sehat pada remaja di
Pengetahuan (n=35) SMAN 1 Getasan Kab. Semarang dan
Tentang SMAN 1 Ampel sebelum dan setelah
Kesehatan dilakukan Pendidikan Kesehatan.
Reproduksi Tingkat Frekuensi %
Sebelum Pengetahuan (n=35)
dilakukan Tentang
Pendidikan Kesehatan
Kesehatan Reproduksi
Kurang 8 22,9 Sebelum
Cukup 19 54,3 dilakukan
Baik 8 22,9 Pendidikan
Total 35 100,0 Kesehatan
Tingkat Frekuensi % Kurang 3 8,6
Pengetahuan (n=35) Cukup 17 48,6
Tentang Baik 15 42,9
Kesehatan Total 35 100,0
Reproduksi Tingkat Frekuensi %
Setelah dilakukan Pengetahuan (n=35)
Pendidikan Tentang
Kesehatan 3
Cukup 4 11,4 Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Indonesia
Baik 31 88,6 Vol. 1 No. 2, 2019
Total 35 100,0

2. Gambaran pengetahuan tentang


kehamilan tidak diinginkan pada
Kesehatan sendiri serta lingkungannya serta ikut aktif
Reproduksi di dalam usaha-usaha kesehatan. Untuk
Setelah mencapai tujuan tersebut diperlukan
dilakukan tahaptahap: (1.) Memberikan pengetahuan
Pendidikan tentang prinsip dasar hidup sehat, (2.)
Kesehatan Menimbulkan sikap dan perilaku hidup
Cukup 15 42,9 sehat, (3.) Membentuk kebiasaan hidup
Baik 20 57,1 sehat (Soekidjo Notoatmodjo, 2005).
Total 35 100,0 Dalam kegiatan pengabdian ini, tujuan
utamanya adalah memberikan promosi
4. Gambaran pengetahuan tentang kesehatan tentang kesehatan reproduksi
pencegahan perilaku seksual pada remaja. Program promosi kesehatan
berisiko pada remaja di SMAN 1 merupakan langkah yang strategis dalam
Getasan Kab. Semarang dan SMAN 1 upaya peningkatan kesehatan masyarakat.
Ampel sebelum dan setelah dilakukan Komponen Program promosi kesehatan
Pendidikan Kesehatan. meliputi pelayanan kesehatan, pendidikan
kesehatan, kesehatan lingkungan sekolah,
Tingkat Frekuensi % upaya promosi kesehatan yang terintegrasi
Pengetahuan (n=35) antara sekolah dan masyarakat,
Tentang pendidikan olahraga, pelayanan gizi, dan
Kesehatan konseling. Widya Hary C, M Azinar
Reproduksi Peningkatan Pengetahuan Dan Sikap
Sebelum Tentang Kesehatan Reproduksi 112
dilakukan ABDIMAS Vol. 15 No. 2, Desember
Pendidikan 2011 Program-program tersebut
Kesehatan diharapkan mampu berdampak pada
Kurang 6 17,1 kesehatan siswa yang berhubungan
Cukup 10 28,6 dengan perilaku dan akhirnya berdampak
Baik 19 54,3 pada status kesehatan dan prestasi belajar
Total 35 100,0 (Kristi wardani dkk, Tim Litbang PSS
Tingkat Frekuensi % PKBI DIY, 2006). Nilai rata-rata pre test
Pengetahuan (n=35) dari peserta kegiatan sebesar 6,8
Tentang menunjukkan tingkat pemahaman peserta
Kesehatan kegiatan sedang tentang kesehatan
Reproduksi reproduksi. Setelah mengikuti kegiatan
Setelah pendidikan kesehatan masyarakat dengan
dilakukan menggunakan metode ceramah,
Pendidikan demonstrasi, tingkat pemahaman peserta
Kesehatan tentang kesehatan reproduksi menjadi
Kurang 6 17,1 meningkat. Hal ini ditunjukan dengan
Cukup 10 28,6 nilai rata-rata setelah dilakukan post test
Baik 19 54,3 adalah 9,1 (ada peningkatan sebesar 34%).
Total 35 100,0 Kegiatan pengabdian masyarakat melalui
pendidikan kesehatan masyarakat pada
remaja diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman tentang
Pendidikan kesehatan, khususnya bagi
kesehatan reproduksi karena dengan
murid utamanya untuk menanamkan
penerapan kesehatan reproduksi yang
kebiasaan hidup sehat agar dapat
benar akan meningkatkan pengetahuan
bertanggungjawab terhadap kesehatan diri
4
Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Indonesia
Vol. 1 No. 2, 2019
tentang kesehatan reproduksi, tercatat lebih dari 32 ribu perempuan yang
meningkatkan pengetahuan tentang mengalami KTD dalam rentang waktu
kehamilan tidak diinginkan, meningkatkan 2010-2014. Jumlah tersebut menjadi salah
pengetahuan tentang pacaran yang sehat satu yang paling tinggi di kawasan
dan meningkatkan pengetahuan tentang ASEAN (Ramona Sari, 2015).
pencegahan perilaku seksual berisiko Data SDKI 2007 menunjukkan
sehingga diharapkan derajat kesehatan dari 801 orang remaja yang telah
pada remaja dapat meningkat. Unwanted melakukan hubungan seks pra nikah,
pregnancy atau dikenal dengan kehamilan sebanyak 81 orang atau 11 persen
yang tidak diharapkan merupakan suatu berakhir dengan kehamilan yang tidak
kondisi ketika pasangan tidak diharapkan. Diantara remaja yang hamil
menghendaki adanya proses kelahiran dari tersebut, sekitar 50 orang atau 57,5 persen
suatu kehamilan. Kehamilan ini bisa mengakhiri kehamilannya dengan
merupakan akibat dari suatu perilaku melakukan aborsi. Dalam hal ini
seksual, baik yang disengaja ataupun tidak perempuan tetap menjadi pihak yang
disengaja (Kumalasari dan Andhyantoro I, paling dirugikan karena perempuanlah
2013). yang mempertaruhkan nyawanya
Pendidikan kesehatan masyarakat (Tukiran, dkk, 2010). Tidak ada angka
melalui metoode ceramah dan diskusi yang pasti yang mencatat seberapa besar
dapat meningkatkan kemampuan peserta KTD di kalangan remaja. Hanya saja
dalam pemecahan masalah kesehatan. sejak tahun 2010-2014, setiap tahun
Berdasarkan diskusi saat kegiatan Youth Center PILAR PKBI Jawa Tengah
berlangsung, para peserta banyak yang mencatat antara 65-85 kasus yang
menanyakan cara berpacaran sehat dan berkonsultasi dengan keluhan KTD.
risiko kehamilan tidak diinginkan. Selain Sebagian besar kasus yang datang adalah
itu mereka menganggap pacaran adalah siswa SLTA dengan usia antara 15-18
hal yang biasa pada remaja, namun batas tahun (PKBI Jawa Tengah, 2015)
pacaran yang sehat dan pacaran yang tidak Berdasarkan pengamatan setelah
sehat belum banyak diketahui oleh mengikuti kegiataan pengabdian ini terlihat
peserta. Adapun risiko dari pacaran yang dari beberapa peserta yang mulai
tidak sehat bisa mengakibatkan terjadinya menerapkan perilaku-perilaku pencegahan
kehamilan pada remaja. Kehamilan perilaku seksual berisiko, meskipun belum
tersebut sebagian besar merupakan bisa dimatai secara maksimal. Jika melihat
kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) hasil post test, kemampuan menyelesaikan
yang terjadi sebelum menikah sehingga masalah pada tingkat kelompok serta usaha
memicu terjadinya pengguguran atau untuk mempraktekan pengetahuan yang
aborsi. Secara hukum pengguguran didapat, maka dampak yang diharapkan dari
kandungan dengan alasan Non-Medis kegiatan pengabdian masyarakat pada
dilarang keras dan diancam hukuman remaja di SMAN I Getasan Kab. Semarang
pidana seperti yang diatur dalam Undang- dan SMA N I Ampel.ini akan mudah
Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 terwujud. Dampak yang diharapkan adalah
serta Kitab Undang-Undang Hukum para peserta dapat menerapkan kesehatan
Pidana (KUHP) Pasal 346, “ Seorang reproduksi yang benar untuk mencegah
perempuan yang sengaja menggugurkan perilaku seksual berisiko dan meningkatkan
atau mematikan kandungannya atau derajat kesehatan di lingkungan mereka.
menyuruh orang lain untuk menggugurkan
kandungannya diancam dengan pidanan
penjara sebesar-besarnya selama empat KESIMPULAN
tahun” (Kusmiran, 2011). Data WHO
5
Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Indonesia
Vol. 1 No. 2, 2019
Kegiatan pengabdian masyarakat id/ojs/index.php/juke/article/view/
melalui pendidikan kesehatan masyarakat 15 (11 Februari 2018).
pada remaja dapat meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman tentang Prof. Dr. Sarlito Wirawan
kesehatan reproduksi. Hal ini ditunjukkan Sarwono.(1983). Bagai¬mana
dengan adanya peningkatan pengetahuan Kalau Kita Galakkan Perkawinan
dan pemahaman peserta kegiatan dan Remaja?. Jakarta: PT. Ghalia
kemampuan memecahkan masalah dalam Indonesia.
tingkat kelompok.
Rahma, zulfa fikriana. Universitas
DAFTAR PUSTAKA Ahmad Dahlan Kampus III UAD,
Green, L., (1983), Notoatmodjo,S. Jln. Prof. Soepomo, Janturan,
Pendidikan dan Perilaku Yogyakarta 55164.
Kesehatan, FKM,UI,Jakarta.
Rostikawati, Rin, Sri Pangestuti dan Eri
Hasibuan, Rachma dan Sardjana Wahyuningsih. (2014). Peran
Atmadja, (2006), Strategi Pusat Informasi Dan Konseling
Pembinaan Kesehatan Reproduksi Kesehatan Reproduksi Remaja
Anak Usia Pendidikan Dasar, (PIK-KRR) Terhadap
Jurnal Pendidikan dasar, Vol, 7 Pemberdayaan Remaja. Spirit
No.1, 2006 : 14-18 Publik. Vol.9 Nomor 1: 77 – 88,
(htttp://ejournal.unud.ac.id/abstrak Oktober 2014. Diambil dari:
/transpormasi%20sosial.pdf. https://www.google.com/search?q
=PIK+RR+terhadap+pemberdaya
Kristi wardani dkk, Tim Litbang PSS an+remaja (30 Januari 2018).
PKBI DIY, (2006). Pendidikan
Kesehatan Reproduksi di Sekolah Sari, Ramona (Sekretaris PKBI). (2015).
(Riset Kebijakan dan Kehamilan Tidak Diinginkan.
Pengembagan Kurikulum Tribun Pontianak.
Kespro). Jurnal bening, vol VII,
no 1, Mei 2006, ISSN 1693-9778, Soekidjo Notoadmojo, (2005), Ilmu
Pusat studi seksualitas PKBI Kesehatan Masyarakat, Jakarta:
Yogyakarta. PT Rineka Cipta.

Manuaba ,Ida dkk. (2009).Memahami Tukiran, dkk. (2010). Keluarga


Kesehatan Reproduksi Wanita Berencana dan Kesehatan
edisi 2 . Jakarta : Katalog Dalam Reproduksi. Yogyakarta : Pustaka
Terbitan. Pelajar.

Muhammad Fauzil Adhim, (2002).


Indahnya Pernikahan Dini.
Jakarta: PT Lingkar Pena.
PKBI Jawa Tengah. (2014). Remaja.
http://pkbijateng.or.id/tag/remaja/
Poltekkes Kemeskes Ternare.
Kesehatan Reproduksi Remaja.
Diakses pada:
http://ejournal.poltekkesternate.ac.
6
Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Indonesia
Vol. 1 No. 2, 2019
1. Deskripsi Jurnal

Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sehat fisik, mental, psikologi maupun


sosialnya, berkaitan dengan sistem, fungsi, serta proses reproduksi baik perempuan
maupun laki-laki pada seluruh tahap kehidupan. Salah satu upaya peningkatan
kesehatan remaja yang menjadi perhatian adalah kesehatan reproduksi dan perilaku
seksual berisiko. Selama ini pemberdayaan belum dioptimalkan sehingga penanganan
terhadap masalah kesehatan pada remaja belum mendapat perhatian khusus.
Ketidaktahuan remaja tentang adanya program konseling dan pelayanan kesehatan
reproduksi membuat rendahnya pengetahuan dan informasi tentang kesehatan
reproduksi, hal ini mengakibatkan tingginya angka kelahiran pada remaja, kesadaran
tentang kesehatan reproduksi serta pendewasaan usia menikah.

2. Judul

Pendidikan Kesehatan Reproduksi Dengan MPI (Media Pembelajaran Interaktif)


Untuk Meningkatkan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Pada Remaja SMA

3. Penulis

Widyawati, SA1 , Lestari,IP2

4. Publikasi

Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Indonesia Vol. 1 No. 2, 2019

5. Masalah

Permasalahan dalam kegiatan ini adalah “ kurangnya pengetahuan remaja tentang


kesehatan reproduksi dalam upaya pengendalian pernikahan dini serta kehamilan tidak
diinginkan.”

6. Tujuan Penelitian

Untuk memberikan informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi, pacaran sehat
dan pencegahan perilaku seksual berisiko pada kelompok remaja usia 15-19 tahun.
7. Hasil Penelitian

Berdasarkan pengamatan setelah mengikuti kegiataan pengabdian ini terlihat dari


beberapa peserta yang mulai menerapkan perilaku-perilaku pencegahan perilaku
seksual berisiko, meskipun belum bisa dimatai secara maksimal. Jika melihat hasil
post test, kemampuan menyelesaikan masalah pada tingkat kelompok serta usaha
untuk mempraktekan pengetahuan yang didapat, maka dampak yang diharapkan dari
kegiatan pengabdian masyarakat pada remaja di SMAN I Getasan Kab. Semarang dan
SMA N I Ampel.ini akan mudah terwujud. Dampak yang diharapkan adalah para
peserta dapat menerapkan kesehatan reproduksi yang benar untuk mencegah perilaku
seksual berisiko dan meningkatkan derajat kesehatan di lingkungan mereka.

8. Metode Penelitian

Pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dilaksanakan dengan metode


penyuluhan/ceramah dan diskusi menggunakan Media Pembelajaran Interaktif.

9. Kesimpulan

Kegiatan pengabdian masyarakat melalui pendidikan kesehatan masyarakat pada


remaja dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan
reproduksi. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan pengetahuan dan
pemahaman peserta kegiatan dan kemampuan memecahkan masalah dalam tingkat
kelompok.

S-ar putea să vă placă și