Sunteți pe pagina 1din 6

Journal of Prosthodontics Vol. 3 No.

2 Jul –Dec 2012 :6-11

Research Report

Kekuatan transversa resin akrilik heat-cured yang ditambah ultra high


molecular weight polyethylene fiber

(Transverse strength of heat-cured acrylic resin enhanced with ultra high molecular
weight polyethylene fiber)

William Adi Santoso, Soekobagiono, Sherman Salim


Bagian Prostodonsia
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga
Surabaya – Indonesia

ABSTRACT
Background: Acrylic resin is the most common material for fabricating removable dentures. It possesses fine
properties in many aspects, but it also has weaknesses regarding the ideal criteria for a perfect removable denture
especially the transverse strength. Ultra high molecular weight polyethylene fiber (UHMWPE) has some properties that
are suggested for enhancing the transverse strength of acrylic resin. Purpose: The aim for this study was to assemble
the data in relation to the transverse strength of acrylic resin enhanced with UHMWPE. Method: This study was a
laboratory experiment involving 32 pieces of samples and the samples were divided into four different groups equally.
UHMWPE then was added in several concentrations, i.e. 0 wt% (control), 3 wt%, 6 wt% and 9 wt%. The dimension for
all samples were 60mm x 10mm x 3.3mm according to ISO 1567:1999 standard. Results: There were significant
difference between the control group and treatment groups (p<0.05). The highest result was the 6-wt% group
( 120.3150) and the lowest result was the 9-wt% group ( 99,8975). There was no significant difference between
control group and the 3-wt% group. Conclusion: The increasing concentration of fiber does not always mean
enhancing the transverse strength of acrylic resin, thus a peak concentration is apparent.

Keywords: transverse strength, heat-cured acrylic resin, UHMWPE, fiber reinforcement.

Korespondensi (correspondence): Soekobagiono, Bagian Prostodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas


Airlangga. Jln. Mayjen. Prof. Dr. Moestopo No. 47 Surabaya 60132, Indonesia.

Basis gigi tiruan lepasan yang


PENDAHULUAN menggunakan resin akrilik memerlukan tambahan
ketebalan pada bagian yang menerima tekanan
Pembuatan basis gigi tiruan lepasan pada besar untuk memperoleh kekuatan bahan yang
umumnya menggunakan bahan resin polimetil cukup6, dalam hal ini banyak dilakukan pada
metakrilat (PMMA) atau resin akrilik. Resin bagian anterior gigi tiruan lepasan7. Namun
akrilik memiliki banyak kelebihan yaitu penambahan ketebalan ini memberikan efek tidak
manipulasi dan pemolesan mudah, harganya nyaman pada penderita karena mengurangi ruang
relatif murah, stabil di dalam rongga mulut dan untuk lidah bergerak dan berpengaruh dalam
estetik serta dapat digunakan dengan peralatan komunikasi lisan, misalnya berbicara menjadi
yang sederhana1, namun bahan ini belum tidak jelas pelafalannya, serta mempengaruhi
memenuhi persyaratan mekanis yang ideal proses mastikasi dan penelanan makanan8.
sebagai basis gigi tiruan lepasan2. Hal ini Kepatahan karena tekanan transversa
disebabkan karena basis gigi tiruan lepasan yang muncul setelah pembengkokan pada bahan
terbuat dari resin akrilik seringkali mengalami dengan tekanan transversa yang kecil namun
fraktur akibat dari lemahnya ketahanan bahan berulang terus menerus dalam jangka waktu
terhadap kekuatan impak dan transversa3 – 5. lama9. Keretakan mikro terjadi saat

6
7
pembengkokan dan tidak terlihat secara kasat juga dapat menyebabkan basis gigi tiruan lepasan
mata bila beban hanya diberikan sekali, namun tidak estetis5.
dengan penambahan beban secara berlanjut, Penggunaan fiber reinforcement sebagai
keretakan ini menjadi semakin besar dan dalam usaha penambahan kekuatan terhadap basis gigi
sehingga terjadi kerusakan yang melemahkan tiruan lepasan telah terbukti meningkatkan sifat-
bahan. Pada saat pemberian beban terakhir yang sifat mekanis dari resin akrilik. Efektifitas fiber ini
melebihi kapasitas mekanik yang tersisa pada bergantung pada material fiber yang digunakan;
bahan, maka struktur tersebut akan hancur3. persentase, modulus dan distribusi fiber dalam
Dalam kaitannya dengan resin akrilik, matriks; panjang, orientasi dan bentuk dari fiber6.
basis gigi tiruan lepasan dapat mengalami paparan Beberapa jenis fiber yang telah digunakan adalah
tekanan transversa secara terus menerus selama glass fiber, ultra high molecular weight
proses pengunyahan akibat dari adaptasi basis gigi polyethylene (UHMWPE) fiber, carbon fiber dan
tiruan lepasan yang buruk terhadap permukaan aramid (Kevlar) fiber11. Pada penelitian
mukosa yang mendasarinya, oklusi yang tidak sebelumnya, diungkapkan bahwa glass fiber
seimbang, morfologi palatum, kekuatan mastikasi mampu berikatan secara kimia dengan silane
yang berlebihan atau deformasi gigi tiruan lepasan coupling agent dan dapat menjadi penguat yang
saat penggunaan dalam rongga mulut4. efektif2. UHMWPE memiliki sifat
Data statistik menunjukkan bahwa sering biokompatibilitas yang tinggi, terbukti dari
terjadi kepatahan pada garis tengah gigi tiruan banyaknya penggunaan dalam pembuatan protesis
lepasan, yaitu sebesar 35% dari total 320 sampel, sendi yang terbuat dari UHMWPE pada bidang
71% terjadi pada gigi tiruan lengkap rahang atas orthopedi12. UHMWPE memiliki warna yang
dan 29% terjadi pada gigi tiruan lengkap rahang semi transparan sehingga tidak terlalu
bawah. Data menunjukkan bahwa patah pada berpengaruh terhadap warna akhir dari basis gigi
garis tengah gigi tiruan lengkap rahang atas lebih tiruan, modulus elastisitas yang tinggi serta dapat
sering terjadi dibandingkan dengan gigi tiruan berikatan secara kimia dengan resin akrilik.
lengkap rahang bawah10. Sebaliknya, patah pada Sedangkan carbon fiber dan aramid fiber jarang
gigi tiruan sebagian rahang atas adalah sebesar digunakan karena estetiknya kurang bagus11.
13,4% dan pada gigi tiruan sebagian rahang Pada penelitian ini digunakan uji
bawah sebesar 46,4%3. kekuatan transversa karena masih kurangnya
Selain akibat dari kegagalan kekuatan penelitian uji kekuatan transversa menggunakan
transversa, faktor lain yang turut berperan dalam UHMWPE. Berdasarkan hal tersebut di atas,
patah pada basis gigi tiruan lepasan adalah maka perlu diteliti kekuatan transversa resin
kesalahan desain, kesalahan fabrikasi atau akrilik heat-cured dengan metode penambahan
pemilihan bahan yang kurang baik. Faktor-faktor UHMWPE.
diatas merupakan faktor predisposisi yang dapat Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
memperparah deformasi pada basis gigi tiruan mengetahui pengaruh konsentrasi penambahan
lepasan akibat dari perubahan distribusi beban UHMWPEterhadap kekuatan transversa resin
dalam basis gigi tiruan tersebut10. akrilik heat-cured dan untuk memperoleh data-
Saat ini jenis bahan yang lazim digunakan data besarnya kekuatan transversa dari resin
dalam usaha memperkuat resin akrilik adalah aklirik heat-cured yang diperkuat dengan
menggunakan logam dengan berbagai bentuk dan UHMWPE.
menggunakan fiber reinforcement. Penambahan Manfaat dari penelitian ini adalah untuk
logam stainless steel atau logam campuran kobalt mengetahui jumlah konsentrasi efektif
kromium8 dalam bentuk metal wire, plate atau penambahan UHMWPE yang dapat digunakan
filler dapat meningkatkan kekuatan transversal dalam resin akrilik sehingga dapat diaplikasikan
resin akrilik6,10. Banyak laporan hasil yang kurang pada teknik pembuatan gigi tiruan lepasan.
memuaskan mengenai penambahan metal wire
atau potongan logam sebagai bahan penguat basis BAHAN DAN METODE
gigi tiruan lepasan dari resin akrilik. Hal ini
mungkin terjadi karena akrilik mengalami Bahan yang digunakan dalam penelitian
penyusutan terhadap bahan penguat sehingga ini adalah resin akrilik heat-cured (Vertex
menghasilkan networks of void yang dapat Basiq20, Belanda), ultra high molecular weight
melemahkan struktur dengan menciptakan titik polyethylene (UHMWPE) fiber strand (Biodental
konsentrasi stress yang baru3. Adanya perlekatan Tech, Australia), gipsum keras (Moldano Heraeus
yang buruk antara resin akrilik dan perkuatan Kulzer, Jerman), vaseline, cold mould seal
logam juga memicu fraktur pada basis gigi tiruan (Vertex Divosep, Belanda) dan akuades. Alat
lepasan. Selain itu, penambahan perkuatan metal yang digunakan adalah master model kuningan
7
8
dengan dimensi 60mm x 10mm x 3,3mm, kuvet setting setelah 2 jam. Setelah gipsum setting,
tembaga, press hidrolik (Wassermann Dental- kuvet dibuka dan model logam kuningan diambil.
Maschinen, Jerman), alat uji kekuatan transversa Kuvet kemudian disiram dengan air panas yang
(Autograph Shimadzu AG-10 TE, Jepang), neraca mengalir untuk menghilangkan sisa vaseline yang
elektrik dengan ketelitian 0,01 gram (Pocket Scale masih menempel pada gipsum dan ditunggu
MH-Series,China). hingga dingin dan kering setelah 2 jam.
Penelitian ini merupakan penelitian Pembuatan sampel adalah sebagai berikut:
eksperimental laboratoris dengan 32 sampel yang Kuvet yang telah berisi cetakan diolesi permukaan
didistribusikan merata dalam 4 kelompok berbeda cetakannya dengan bahan separasi cold mould
(masing-masing 8 sampel) yaitu kelompok kontrol seal secara merata dan ditunggu hingga kering.
(KO): tidak diberikan penambahan UHMWPE, Bubuk dan cairan resin akrilik yang telah ditakar,
kelompok perlakuan I (KP1): diberikan diaduk merata dalam pot porselen; ditunggu
penambahan UHMWPE 3%, kelompok perlakuan hingga fase dough kemudian adonan dimasukkan
II (KP2): diberikan penambahan UHMWPE 6% ke dalam cetakan. Bagian atas dari adonan ditutup
dan kelompok perlakuan III (KP3): diberikan dengan plastik cellophane kemudian kuvet
penambahan UHMWPE 9%. antagonis dipasang dan ditekan menggunakan
Cara kerja penelitian ini adalah sebagai press hidrolik secara perlahan hingga tekanan
berikut: Pertama-tama menentukan konsentrasi mencapai 2000 psi (13,8 MPa) supaya kelebihan
UHMWPE dalam bubuk polimer resin akrilik. akrilik dapat mengalir keluar.
Perbandingan bubuk dan cairan resin akrilik yaitu Press kemudian dilepaskan tekanannya dan
24 gr : 12 ml. Perbandingan ini lebih tinggi dibuka. Kuvet antagonis dibuka dan kelebihan
daripada rasio normal13, yaitu 24 gr : 10 mldengan akrilik dipotong, dan selanjutnya ditutup kembali
tujuan untuk mencukupi kebutuhan cairan resin dan ditekan secara perlahan menggunakan press
akrilik dalam proses ikatan kimiawi UHMWPE hidrolik. Kemudian press dilepaskan tekanannya
dan matriks resin akrilik. Perhitungan berat dan dibuka. Kuvet antagonis dibuka kembali dan
UHMWPE berdasarkan persen beratnya dikalikan kelebihan akrilik dipotong lalu ditutup kembali
dengan jumlah berat bubuk resin akrilik kelompok untuk penekanan terakhir1.Pada kelompok
kontrol. Perhitungan berat bubuk resin akrilik perlakuan I, II dan III, setelah potongan
pada KP1, KP2 dan KP3 adalah berat bubuk resin UHMWPE dan bubuk resin akrilik tercampur
akrilik KO dikurangi dengan berat UHMWPE homogen, cairan resin akrilik dicampurkan dan
pada masing-masing kelompok perlakuan. KO: kemudian diaduk hingga rata dalam pot porselen.
rasio bubuk dan cairan resin akrilik adalah 24 gr : Kemudian ditunggu hingga fase dough dan
12 ml. KP1: UHMWPE jenis stranddipotong dilakukan packing akrilik sesuai dengan tahap-
sepanjang masing-masing 3 mm13, kemudian tahap yang telah dijelaskan di atas.Selanjutnya
ditimbang sebesar 0,72 gr dan dicampur dengan pada seluruh kelompok dilakukan proses curing
23,28 gr bubuk resin akrilik menggunakan sesuai aturan pabrik, yaitu pada suhu 100 °C
pengaduk manual hingga tercampur homogen. selama 20 menit dan kemudian dibiarkan dingin
KP2: UHMWPE sebesar 1,44 gr dan dicampur secara perlahan. Setelah dingin, kuvet dibuka dan
dengan 22,56 gr bubuk resin akrilik. KP3: sampel dikeluarkan dari dalam kuvet dan
UHMWPE sebesar 2,16 gr dan dicampur dengan dihaluskan dengan stone atau kertas gosok di
21,84 gr bubuk resin akrilik. bawah air yang mengalir hingga halus dan datar
Selanjutnya dilakukan pembuatan mould permukaannya sesuai dengan kriteria sampel.
sampel resin akrilik dengan cara gipsum keras tipe Pengujian kekuatan transversa
III (w/p ratio = 30 ml/100 gr) dicampur dan menggunakan alat Autograph Shimadzu AG-10
diaduk di atas vibrator1. Kemudian adonan TE buatan Jepang dengan kecepatan gerak beban
gipsum keras dimasukkan ke dalam kuvet bagian 0,17 mm/detik dan jarak antara dua penyangga
bawah yang diletakkan di atas vibrator. Master adalah 40 mm. Sebelum dilakukan uji kekuatan
model yang telah diulasi dengan vaseline transversa, sampel diberi tanda pada bagian
diletakkan tepat di tengah kuvet sebanyak satu tengah panjangnya untuk memudahkan
buah dan didiamkan sampai gipsum setting meletakkan sampel pada alat uji tepat pada garis
kurang lebih 10 menit. Setelah gipsum setting, tengah, kemudian direndam dalam air suling
permukaan gipsum diulasi dengan bahan separasi dengan suhu ruang selama 48 jam sebelum
(vaseline), kemudian kuvet bagian atas dipasang pengujian sesuai dengan spesifikasi ADA No. 12
dan diisi dengan gipsum keras diatas vibrator tahun 1974. Setelah direndam, sampel diletakkan
hingga penuh. Kuvet kemudian ditekan dengan tepat ditengah alat penguji agar kekuatan alat
press manual hingga gipsum tidak mengalir keluar terpusat pada garis tengah sampel. Alat uji akan
dari tepi kuvet, lalu didiamkan hingga gipsum bergerak menekan sampel perlahan hingga sampel
8
9
bengkok dan akhirnya patah. Alat akan berhenti
secara otomatis dan akan menunjukkan angka Tabel 2. Hasil uji deskriptif terhadap kekuatan
tertentu yang merupakan data besarnya beban transversa resin akrilik masing-masing
dalam satuan Newton. Kekuatan transversa kelompok.
kemudian dihitung menggunakan rumus1:
Kelompok Jumlah Rerata Standar
Sampel (MPa) Deviasi
KO 8 106,9888 6,71277
KP1 8 108,4875 9,10406
KP2 8 120,3150 6,74970
Keterangan: = kekuatan transversa (MPa atau KP3 8 99,8975 6,57323
Nmm-2); P= beban maksimum pada saat fraktur
(N); l= jarak antara dua penyangga (mm); b =
lebar sampel (mm); d = ketebalan sampel (mm). Hasil uji F dinyatakan memiliki
perbedaan karena signifikansi lebih kecil dari 0,05
Pengukuran kekuatan transversa dan kemudian dapat dilakukan uji Least
dilakukan di Laboratorium Dasar Bersama Significance Difference (LSD) untuk mengetahui
Universitas Airlangga. Untuk mengetahui signifikansi perbedaan antar kelompok. Pada uji
perbedaan kekuatan transversa resin akrilik heat- LSD didapatkan hasil perbedaan yang signifikan
cured yang ditambah dengan UHMWPE maupun tidak signifikan dan perbedaan
dilakukan uji ANOVA dan dilanjutkan dengan uji dinyatakan signifikan apabila bertanda * (Tabel 3).
LSD.
Tabel 3. Uji LSD kekuatan transversa (MPa) pada
HASIL kelompok KO, KP1, KP2 dan KP3.

Setelah dilakukan penelitian di KO KP1 KP2 KP3


laboratorium, maka kemudian data ditabulasi KO *
menggunakan program SPSS versi 17.0. Uji KP1 * *
KP2 * * *
pertama yang dilakukan adalah uji normalitas
KP3 * *
One-Sample Kolmogorov-Smirnov (Tabel 1).

Tabel 1. Hasil uji normalitas One-Sample Kolmogorov- 140


Smirnov.
120
KO KP1 KP2 KP3 100
Kolmogorov- 0,643 0,541 0,466 0,677 Standar
80
Smirnov Z Deviasi
Asymp. Sig. 0,802 0,932 0,982 0,750 60
Keterangan:
40
KO = kelompok kontrol (tanpa UHMPWE) Rerata
KP1 = kelompok perlakuan I (UHMWPE 3%) 20 Kekuatan
KP2 = kelompok perlakuan II (UHMWPE 6%) Transversa
0
KP3 = kelompok perlakuan III (UHMWPE 9%) (MPa)

Pada uji One-Sample Kolmogorov-


Smirnov dapat dilihat bahwa distribusi data
normal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai
Asymptote Significance (Asymp. Sig.) lebih besar
Gambar 1. Perbandingan rerata kekuatan transversa
dari 0,05. Uji homogenitas kemudian dilakukan antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.
dengan menggunakan uji Levene dan dinyatakan
homogen, karena signifikansi lebih besar dari 0,05 Dari Gambar 1, dapat disimpulkan bahwa
sehingga uji lanjutan yang dipilih adalah uji kelompok perlakuan II memiliki rerata yang
parametrik Oneway ANOVA. paling besar ( 120,3150) dibandingkan dengan
Pada uji Oneway ANOVA dilakukan uji rerata kelompok-kelompok lainnya. Perlakuan III
deskriptif terlebih dahulu untuk melihat rerata dan menunjukkan penurunan rerata kekuatan
standar deviasi dari masing-masing transversa dibandingkan dengan rerata perlakuan
kelompok(Tabel 2) dan kemudian dilakukan uji F II.
untuk memastikan adanya perbedaan antar
kelompok perlakuan.
9
10
di dalam matriks resin akrilik dan kemudian
berdampak pada kekuatan transversanya.
PEMBAHASAN Dalam penelitian ini, kelompok perlakuan
II (6%) menunjukkan hasil rerata kekuatan
Pada hasil penelitian yang telah dilakukan transversa yang paling tinggi di antara kelompok-
terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok lainnya dan memiliki perbedaan yang
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan II signifikan terhadap kelompok kontrol. Hal ini
(p = 0,001), serta kelompok perlakuan II dengan dimungkinkan karena jumlah konsentrasi serat
kelompok perlakuan I (p = 0,003) dan III (p = yang paling ideal telah tercapai dibandingkan
0,000). Sedangkan antara kelompok kontrol dengan kelompok-kelompok perlakuan lainnya.
dengan kelompok perlakuan I (p = 0,687) dan Menurut Lončar dkk14, apabila monomer resin
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan III akrilik yang tersedia telah habis terpakai untuk
(p = 0,064) tidak terdapat perbedaan yang reaksi ikatan kimiawi antara polimer resin akrilik
signifikan (perbedaan dikatakan signifikan apabila dengan keseluruhan konsentrasi serat yang ada,
p < 0,05). Hasil penelitian menunjukkan adanya maka akan dihasilkan ikatan kimiawi yang
peningkatan rerata kekuatan transversa pada sempurna. Ikatan kimiawi yang sempurna akan
kelompok perlakuan I ( 108,4875) dan II menyebabkan beban didistribusikan merata dan
( 120,3150) dibandingkan dengan kelompok secara simultan meningkatkan kekuatan transversa
kontrol ( 106,9888), namun terjadi penurunan dan kekuatan impaknya. Hal ini didukung pula
rerata kekuatan transversa yang signifikan pada dengan hasil analisis data, bahwa terdapat
perlakuan III ( 99,8975) dibandingkan dengan penurunan kekuatan transversa yang signifikan
kelompok perlakuan II. Hal ini selaras dengan pada kelompok perlakuan III (9%) dibandingkan
teori yang dikemukakan oleh Lončar dkk14 bahwa dengan kelompok perlakuan II, sehingga ada
peningkatan penambahan serat tidak selalu konsentrasi puncak yang telah terlampaui di
menghasilkan sifat mekanis yang bertambah baik, antara konsentrasi 6% dan 9%.
terutama pada kekuatan transversanya. Oleh Kelompok III menunjukkan perbedaan
karena itu, ada kemungkinan bahwa penambahan yang tidak signifikan terhadap kelompok kontrol.
serat UHMWPE lebih dari 6% dapat mengurangi Hal ini mungkin terjadi karena kekurangan jumlah
kekuatan transversa plat resin akrilik tersebut. cairan yang digunakan dalam reaksi ikatan
Menurut pendapat dari Vallittu dkk15, selain oleh kimiawi antara permukaan serat dan matriks
karena pengaruh konsentrasi, ada kemungkinan polimer akrilik akibat jumlah konsentrasi serat
bahwa potongan serat tidak sepenuhnya berikatan yang lebih besar daripada polimer akrilik.
dengan molekul resin akrilik karena kemampuan Menurut Lončar dkk14, kekurangan cairan dapat
pembasahan dari monomer akrilik yang tidak menyebabkan perlekatan yang kurang sempurna
seragam pada seluruh permukaan serat. Kedua, secara kimiawi dan menimbulkan mikroporositas
adanya kemungkinan kontraksi polimer PMMA pada permukaan serat. Anusavice menjelaskan
yang merusak struktur homogen dari lapisan bahwa mikroporositas mengandung oksigen dan
polimer di permukaan serat sehingga melemahkan dapat menghambat polimerisasi resin akrilik1.
ikatan kimiawi antara resin akrilik dan serat. Hal Penghambatan polimerisasi resin akrilik dapat
ini dapat mengurangi kekuatan transversa yang menyebabkan ikatan kimiawi tidak sempurna.
dapat diterima oleh plat resin akrilik. Menurut Lončar dkk16, ikatan yang kurang
Pada kelompok perlakuan I (3%) sempurna tersebut menjadi area peningkatan
didapatkan hasil analisa statistik yang penetrasi molekul air dan kemudian berdampak
menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan pada penurunan kekuatan transversa.
terhadap kelompok kontrol. Hal ini mungkin Penetrasi molekul air terjadi pada
terjadi karena konsentrasi serat di dalam matriks kelompok perlakuan III saat perendaman sebelum
resin akrilik lebih sedikit dari jumlah monomer pengujian batang sampel. Pada resin akrilik
akrilik yang tersedia. Sesuai dengan pendapat normalnya penetrasi molekul air adalah sebesar
Lončar dkk16, bahwa reaksi ikatan kimiawi antara 2%1. Penetrasi molekul air tersebut terjadi karena
permukaan serat dengan matriks resin akrilik difusi dan polaritas yang muncul dari ikatan tidak
dapat mengalami penghambatan untuk mencapai jenuh serta ketidakseimbangan kekuatan
tahap terminasi akibat dari kelebihan monomer. intermolekuler resin akrilik14. Molekul air tersebut
Hal ini menyebabkan ikatan kimiawi yang kemudian berperan sebagai plasticizer yang
dihasilkan kurang erat dan berdampak pada memungkinkan resin akrilik lebih plastis, namun
pengurangan kemampuan pendistribusian beban mengurangi secara umum sifat-sifat mekanis resin
akrilik, termasuk kekuatan transversanya1.

10
11
Pada penelitian ini digunakan rasio cairan metal wire and E-glass fiber’. J Dent Tehran
terhadap bubuk resin akrilik yang lebih tinggi Univ Med Sci 2006;3(4):167–72.
daripada aturan pabrik, yaitu 12 ml : 24 gr13. Hal 6. Bashi, TK & Al-Nema, LM. ‘Evaluation of
tersebut dimaksudkan untuk memudahkan proses some mechanical properties of reinforced
manipulasi bahan karena penambahan serat acrylic resin denture base material (An in-
memerlukan tambahan cairan untuk mencapai vitro study)’. Al-Rafidain Dent J
konsistensi yang sama dengan adonan resin akrilik 2009;9(1):57–65.
yang tidak diberi tambahan serat. Keuntungan 7. Phoenix, RD, Cagna, DR & De Freest, CF
lainnya adalah bahwa kelebihan cairan resin 2003. Stewart’s clinical removable partial
akrilik dapat membasahi (pre-impregnation) prosthodontics. 3rd ed. Hanover
permukaan potongan serat secara adekuat Park:Quintessence Publishing Co, Inc. p. 96.
sehingga dapat meningkatkan perlekatan secara 8. Hirajima, Y, Takahashi, H & Minakuchi, S.
kimiawi antara resin akrilik dan serat13. ‘Influence of a denture strengthener on the
Pada penelitian ini juga ditemukan bahwa resin deformation of a maxillary complete
akrilik yang ditambahkan serat dengan denture’. Dent Mater 2009;28(4):507–12.
konsentrasi 6% dan 9% mengalami pemudaran 9. McCabe, JF 1990. Applied dental materials.
warna yang dapat terlihat secara kasat mata. Hal 7th ed. Oxford: Blackwell Scientific
ini mungkin disebabkan karena warna serat Publications. p. 87–96.
UHMWPE yang putih translusens, sehingga pada 10. Khasawneh, SF & Arab, JM. ‘A clinical
konsentrasi tinggi warna tersebut tampak dan study of complete denture fractures at four
menyebabkan warna merah muda dari resin military hospitals in Jordan’. Jordanian
akrilik memudar. Royal Med Serv 2003;10(2):27–31.
Pada penelitian ini dapat disimpulkan 11. Intan Nirwana. ‘Kekuatan transversa resin
bahwa ada peningkatan yang signifikan terhadap akrilik hybrid setelah penambahan glass fiber
kekuatan transversa resin akrilik dengan dengan metode berbeda’. Maj Ked Gigi
penambahan UHMWPE sebesar 6%, namun (Dent J) 2005;38(1):16–9.
kurang signifikan terhadap penambahan serat 12. McKelvogue, B 2010. ‘Improvements to
UHMWPE sebesar 3% dan 9%. UHMWPE: A scientific review’. J
Undergrad Research. Mankato: Minnesota
DAFTAR PUSTAKA State University.
13. Lee, SI, Kim, CW & Kim, YS. ‘Effects of
1. Anusavice, KJ 2003. Phillips science of chopped glass fiber on the strength of heat-
dental materials. 11th ed. Philadelphia: WB cured PMMA resin’. J Korean Acad
Saunders Co. p. 246–9, 721–48. Prosthodont 2001;39(6):589–98.
2. Narva, KK, Lassila, LV & Vallittu, PK. ‘The 14. Lončar, A, Vojvodić, D, Jerolimov, V,
static strength and modulus of fiber Komar, D & Žabarović, D. ‘Fibre reinforced
reinforced denture base polymer’. Dent polymers part II: Effect on mechanical
Material 2005;21:421–8. properties’. Acta Stomatol Croat
3. El-Sheikh, AM & Al-Zahrani, SB. ‘Causes of 2008;42(1):49–63.
denture fracture: A survey’. Saudi Dent J 15. Vallittu, PK, Lassila, VP & Lappalainen, R.
2006;18(3):149–54. ‘Transverse strength and fatigue of denture
4. Kostoulas, I, Kavoura, VT, Frangou, MJ & acrylic-glass fiber composite’. Dent Mater
Polyzois GL. ‘Fracture force, deflection, and 1994;10(2):116–21.
toughness of acrylic denture repairs 16. Lončar, A, Vojvodić, D & Komar, D. ‘Fibre
involving glass fiber reinforcement’. J reinforced polymers part I: Basics and
Prostho 2008;17:257–61. construction problems’. Acta Stomatol Croat
5. Vojdani, M & Khaledi, AAR.‘Transverse 2006;40:72–82.
strength of reinforced denture base resin with

11

S-ar putea să vă placă și