Sunteți pe pagina 1din 15

PENGARUH TRI GURU, PERSEPSI MENGENAI TRI HITA KARANA,

NILAI BUDAYA, DAN MOTIVASI TERHADAP PERILAKU


BERWAWASAN LINGKUNGAN:
Studi Kausal Pada Krama Desa Pakraman Sukawati Kecamatan Sukawati
Kabupaten Gianyar Provinsi Bali
I Ktut Pande Suastawa
Dosen FKIP Universitas Mahasaraswati

Abstract

This research is aim at finding out direct effect of Three Teachers (Tri Guru) on environmentally sound
behavior and to identify indirect effect of Tri Guru on environmentally sound behavior through perception about
Three Balance Concept (Tri Hita Karana), cultural value, and motivation of villagers in Sukawati Village,
District Sukawati, Gianyar Regency, Bali in 2009.
Data was collected by questionnaire. The item validity of instruments was tested by Product Moment
Correlation; and the reliability was tested by Alpha Cronbach. The total sample of 251 was recruited during the
study. Data analyses applied to test the model matching was Structural Equation Modeling.
The result of analysis finds out that Tri Guru affects environmentally sound behavior significantly through
perception about Tri Hita Karana, cultural value, and motivation in greater value than direct effect of Tri Guru
on environmentally sound behavior. The Model match test shows that the modified path model have achieved
the criteria of model matching, because matching test indicators achieve minimum cut-off value.
Based on these findings, it could be concluded that any changing or variation on environmentally sound
behavior have been directly affected by villagers evaluation on Tri Guru, indirectly affected by perception about
Tri Hita Karana, cultural value of environmental care, and motivation to preserve the function of environment.
Therefore, when we want to increase environmentally sound behavior of villagers, these factors such as Tri
Guru, perception, cultural value and motivation are necessary to be taken into account.

PENDAHULUAN pengembangan penelitian etno-nasionalisme yang saat


ini sedang dikembangkan terutama mengangkat
Peningkatan pendapatan masyarakat kearifan lokal masing-masing daerah untuk
memberikan kontribusi kepada perkembangan memperkaya pembangunan nasional yang
perilaku konsumtif dalam kegiatan ritual dengan berkelanjutan. Pandangan ini sejalan dengan
menunjukkan seremonial ritual beragama secara penjelasan Tilaar, (2002: 93), bahwa kajian ilmu
berlebihan, dan kondisi ini mengganggu hubungan pendidikan berorientasi pada kebudayaan Indonesia
interpersonal dalam masyarakat yang mengarah yang bhineka merupakan suatu kebutuhan mendesak
kepada perilaku individual. dikembangkan dan dilakukan secara berkelanjutan.
Pertumbuhan ekonomi di desa pakraman Memahami konsep kearifan lokal yang tersurat
Sukawati dapat memicu mobilisasi penduduk pada kitab suci Agama Hindu, dijelaskan oleh
pendatang untuk mencari penghidupan di Desa Wiyana (2004:29) kerjasama yang harmonis antara
Pakraman Sukawati. Hal ini jelas akan bertampak ketiga lingkungan pendidikan yaitu lingkungan
pada alih fungsi lahan pertanian, karang tenget, pendidikan di dalam keluarga, lingkungan pendidikan
karang suwung, dan teba beralih fungsi menjadi di sekolah dan lingkungan pendidikan di masyarakat.
pemukiman serta ambal-ambal beralih fungsi menjadi Di Bali tenaga pendidik yang diberikan tugas
kios, warung, perkantoran, garase mobil, dan outlet memberikan pendidikan kepada peserta didik disebut
lainnya. dengan tri guru, meliputi: (1) orang tua sebagai
Alih fungsi lahan semakin memicu kerusakan pendidik di rumah (guru rupaka), (2) guru sebagai
lingkungan setiap tahun semakin bertambah, oleh pendidik pada sekolah formal (guru pengajian), dan
karena itu diperlukan suatu kajian sebagai dasar (3) aparat pemerintah adat dan dinas sebagai pendidik
dalam menyusun dan melaksanakan program peduli di masyarakat (guru wisesa). Ketiga guru itu perlu
lingkungan untuk menjaga kelestarian fungsi dihormati, digugu, dan ditiru keteladanannya oleh
lingkungan. Kepedulian masyarakat terhadap peserta didik.
kelestarian fungsi lingkungan menarik untuk dikaji Jadi, sebagai upaya untuk memahami lebih
dalam penelitian pendidikan kependudukan dan mendalam mengenai faktor-faktor yang
lingkungan hidup. mempengaruhi perilaku masyarakat berwawasan
Sesuai dengan idiologi bangsa Indonesia yang lingkungan, maka dapat dirumuskan judul penelitian
menghargai adanya kebhinekaan dan konsep pada disertasi ini sebagai berikut: “pengaruh tri
Volume XI Nomor 02 Maret 2010 ISSN 1411-1829
21
guru, persepsi mengenai tri hita karana, nilai budaya lingkungan (faktor eksternal), seperti tri guru,
menjaga lingkungan, motivasi fungsi melestarikan sedangkan persepsi mengenai tri hita karana, nilai
fungsi lingkungan, terhadap perilaku berwawasan budaya menjaga lingkungan, dan motivasi
lingkungan” melestarikan lingkungan merupakan faktor dalam diri
(faktor internal) yang turut berpengaruh terhadap
Perumusan Masalah sikap (covert behavior) dan perilaku terbuka (overt
behavior) perilaku berwawasan lingkungan.
Dengan memperhatikan hubungan antar variabel Jadi, tri guru, persepsi mengenai tri hita karana,
dalam penelitian ini, maka masalah penelitian dapat nilai budaya menjaga lingkungan, motivasi
dirumuskan sebagai berikut. (1) Apakah tri guru melestarikan fungsi lingkungan, dan kondisi fisik di
berpengaruh langsung terhadap persepsi mengenai sekeliling manusia berpengaruh terhadap perilaku
tri hita karana? (2) Apakah tri guru berpengaruh berwawasan lingkungan.
langsung terhadap nilai budaya menjaga lingkungan? Hal yang sama diungkapkan oleh Emil Salim
(3) Apakah persepsi mengenai tri hita karana (1992: 169), bahwa menyadarkan moralitas
berpengaruh langsung terhadap motivasi melestarikan lingkungan menjadi hal penting dalam proses
fungsi lingkungan? (4) Apakah nilai budaya menjaga pembangunan berkelanjutan, sehingga pembangunan
lingkungan berpengaruh langsung terhadap motivasi tidak akan merusak alam dan tetap memperhatikan
melestarikan fungsi lingkungan? (5) Apakah motivasi kelanjutan sumber daya alam. Pada prinsipnya sumber
melestarikan fungsi lingkungan berpengaruh secara daya alam yang harus diperhatikan adalah: (1)
langsung terhadap perilaku berwawasan lingkungan? menjaga fungsi ekosistem, (2) mengendalikan dampak
(6) Apakah tri guru berpengaruh secara langsung negatif pembangunan dan mengembangkan dampak
terhadap perilaku berwawasan lingkungan. (7) positif, (3) menjaga kualitas sumberdaya alam, dan (
Apakah tri guru berpengaruh terhadap perilaku 4) menjaga perubahan lingkungan secara
berwawasan lingkungan melalui persepsi mengenai berkelanjutan.
tri hita karana, nilai budaya menjaga lingkungan, dan Berdasarkan uraian teori-teori di atas maka dapat
motivasi melestarikan fungsi lingkungan. (8) Apakah ditarik suatu kesimpulan, bahwa secara konseptual
model jalur yang dibentuk memenuhi syarat-syarat yang dimaksud dengan perilaku berwawasan
kecocokan model lingkungan adalah perilaku krama desa dalam
KAJIAN TEORETIK berinteraksi dengan lingkungan yang diwujudkan
melalui usaha-usaha: (1) menaati peraturan desa
Perilaku Berwawasan Lingkungan (awig-awig desa), (2) menata lingkungan tri mandala,
(3) memanfaatkan sumber daya alam (SDA) yang
Pada tataran implementasi didasari oleh konsep
terkendali, (4) memilih dan merawat teknologi yang
social learning Bandura, (1977: 85), bahwa peserta
ramah lingkungan, dan (5) memelihara SDA untuk
didik juga dapat belajar dengan mengamati apa yang
kehidupan sekarang dan yang akan datang.
terjadi pada orang lain (model) dan sekadar diberitahu
mengenai sesuatu, maupun dengan mengalami secara
langsung, jadi dalam teori belajar sosial (social Tri Guru
Menurut Carneiro, Roberto, (2001: 212),
learning) ini proses penguatan (reinforcement)
memegang peranan yang sangat penting. paradigma pendidikan pada abad ke-21 standar
pendidikan bukan menjadi hal yang mendasar, akan
Artinya krama desa akan termotivasi untuk
memperlihatkan perilaku model tertentu misalnya tetapi yang lebih dipentingkan adalah bagaimana
memberikan otonomi, keragaman, dan kreativitas
berperilaku berwawasan lingkungan, jika disediakan
rangsangan (stimulus) positif berbentuk hadiah. kepada peserta didik untuk mengatasi masalah yang
kompleks.
Perilaku yang dikuatkan melalui mekanisme positif
akan lebih banyak mendapatkan perhatian secara lebih Pandangan Cameiro, R. searah dengan
paradigma pendidikan lingkungan yang diberikan
baik dan sering dilakukan sehingga perilakunya akan
mendekati atau hampir sama dengan model. oleh tri gurumeliputi: orang tua (guru rupaka),
aparat pemerintah desa adat dan desa dinas (guru
Sarwono, W.S. (1992: 18-19) menjelaskan
bahwa dalam teori aksi (Action theory) yang wisesa), dan guru di sekolah (guru pengajian), bahwa
dalam proses pendidikan lingkungan krama desa di
dikembangkan oleh Weber, M., individu melakukan
suatu tindakan berdasarkan pengalaman persepsi dan Bali diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk
mengatur diri dan berkreativitas dalam melestarikan
penafsirannya atas suatu stimulus sosial.
Pandangan-pandangan di atas menjelaskan, fungsi lingkungan sesuai dengan keragaman daerah
masing-masing dalam rangka mengatasi masalah yang
bahwa perilaku terus berubah dipengaruhi oleh
semakin kompleks mengacu kepada permodelan

Volume XI Nomor 02 Maret 2010 ISSN 1411-1829


22
(modelling) pendidikan lingkungan dan awig-awig perilaku bertanggung jawab terhadap lingkungan
desa. ditentu-kan oleh individu yang terlibat di dalamnya, di
Pendidikan di Negara Maju dikemukan oleh samping faktor lain misalnya: faktor situasi, penge-
Robbins (2003:72), bahwa sebagian besar masyarakat tahuan, keterampilan dan kemauan untuk
maju menanamkan investasi besar-besaran untuk melaksanakan pembangunan secara berkelanjutan
pendidikan orang dewasa (Adult Learning and (sustainable development).
Education) dan vokasi (Vocational Education). Keteladanan (modlling) tri guru dalam proses
Masyarakat tersebut pada umumnya memberikan pendidikan lingkungan memberikan pengaruh
pendidikan gratis selama 10 tahun atau lebih. terhadap persepsi mengenai tri hita karana, terhadap
Penanaman investasi dalam pendidikan ini dilakukan nilai budaya menjaga lingkungan dan terhadap
karena hal itu dipandang sebagai cara terbaik untuk motivasi melestarikan fungsi lingkungan.
pembelajaran orang dewasa mempelajari Berdasarkan kajian teoretik tersebut di atas,
pengetahuan dan keterampilan dengan melihat model maka dapat disintesiskan bahwa tri guru adalah
yaitu mengamati apa yang terjadi pada orang lain penilaian krama desa terhadap proses pendidikan
dengan sekadar diberitahu mengenai sesuatu dan lingkungan sesuai dengan budaya Bali yaitu
mengalami secara langsung. pemberian informasi, contoh yang baik, dan
Menurut Wina Sanjaya (2008: 106), pengalaman terbaik (best practice) oleh orang tua
pembelajaran (instruction) usaha siswa mempelajari (guru rupaka), oleh guru di sekolah (guru pengajian),
berbagai bahan pelajaran sebagai akibat perlakuan dan oleh guru di masyarakat (guru wisesa) tentang
guru. Perlakuan guru dapat berbentuk pemberian nilai-nilai lingkungan, nilai keagamaan berupa
informasi, contoh baik dan pengalaman baik yang pengalaman hidup sehari-hari dan penataan
diamati, dipahami, dan diinterpretasikan oleh siswa lingkungan meliputi: kelestarian fungsi lingkungan
menjadi pengetahuan fisis, sosial, dan logika. untuk kegiatan upacara keagamaan, bertoleransi
Pengetahuan fisis diperoleh melalui pengalaman indra dengan tetangga pada kegiatan suka-duka, dan
secara langsung. Misalnya, siswa memegang sutra menata lingkungan sekitar.
terasa halus. Pengetahuan sosial diperoleh melalui
Persepsi mengenai Tri Hita Karana
interaksi sosial dalam suatu sistem sosial. Misalnya,
Menurut Nimpoeno (1992: 222), proses persepsi
pengetahuan tentang aturan, nilai budaya, dan bahasa.
melalui tiga tahapan yaitu: pertama proses seleksi
Pengetahuan logika berhubungan dengan berpikir
(selectivity), kedua proses interpretasi (interpretation),
matematis. Pengetahuan ini diciptakan dan dibentuk
dan ketiga proses penyempurnaan (closure). Informasi
oleh pikiran siswa itu sendiri. Misalnya, pengetahuan
yang ada di lingkungan akan diseleksi,
tentang bilangan anak dapat bermain dengan
diidentifikasikan hal-hal yang relevan, selanjutnya
himpunan kelereng. Anak tidak belajar tentang
dilengkapi atau disusun kembali untuk disempurnakan
kelereng tetapi kelereng merupakan alat untuk
menjadi kesatuan yang logis, sesuai dengan prinsip
memahami bilangan matematis.
gestalt. Kemudian diinter-pretasikan informasi-
Konsep kearifan lokal yang tersurat pada kitab
informasi yang sama, sesuai dengan pengalaman masa
suci Agama Hindu, dijelaskan oleh Wiyana (2004:
lalu individu yang diberi makna oleh individu
29), bahwa kerjasama yang harmonis antara ketiga
tersebut.
lingkungan pendidikan yaitu lingkungan pendidikan
Pandangan di atas sejalan dengan teori tingkat
di dalam keluarga, lingkungan pendidikan di sekolah
adaptasi (adaptaion level theory), bahwa manusia
dan lingkungan pendidikan di masyarakat. Di Bali
menyesuaikan responnya terhadap rangsangan yang
tenaga pendidik yang diberikan tugas memberikan
datang dari luar, sedangkan stimulus pun dapat
pendidikan kepada peserta didik disebut dengan tri
mengubah sesuai dengan keperluan manusia.
guru, meliput: (1) orang tua sebagai pendidik di
Wohlwill 1974 dalam Bell et. al. (1990: 10),
rumah (guru rupaka), (2) guru sebagai pendidik pada
memberikan nama penyesuaian respon terhadap
sekolah formal (guru pengajian), dan (3) aparat
stimulus sebagai adaptasi. Sedangkan penyesuaian
pemerintah adat dan dinas sebagai pendidik di
stimulus terhadap keadaan individu sebagai
masyarakat (guru wisesa). Ketiga guru itu perlu
adjusment.
dihormati, digugu, dan ditiru keteladanannya oleh
Dikaitkan dengan proses adaptasi dan
peserta didik.
adjusment krama desa Pakraman Sukawati dalam
Menurut Putrawan (1999: 20-27), penanaman
memaknakan konsep kearifan lokal tri hita karana
nilai lingkungan dalam pembelajaran guru dapat
dapat berupa penyesuaian diri atau menyesuaikan
mengubah sikap (affective domain) peduli terhadap
respon dan dapat berupa mengubah stimulus yang
lingkungan dan mengubah perilaku berwawasan
datang dari luar sesuai kepentingannya.
lingkungan (psychomotoric domain) siswa, karena

Volume XI Nomor 02 Maret 2010 ISSN 1411-1829


23
Menurut Swastika I. W. (2006), konsep tri hita Allport,G (Hjelle and Daniel J.Z (1987: 289-313)
karana dilihat secara nyata tampak pada ketiga bahwa teori sifat kepribadian (a trait theory of
lingkungan pendidikan yaitu: (1) di lingkungan personality) menegaskan, bahwa nilai dasar
keluarga tampak pada tata ruang dan komunitas kebudayaan yang berpengaruh terhadap karakteristik
keluarga yakni: pemerajan disebut parhyangan, kepribadian yang ditampilkan dalam perbuatan sehari-
anggota keluarga disebut pawongan, ruang terbuka hari meliputi: nilai teori (theoritical values), ekonomi
hijau beserta bangunan di luar parhyangan disebut (economic values) , estetika (aesthetic values), sosial
palemahan, (2) di lingkungan desa tampak pada tata (social values), politik (political values), dan religius
ruang dan komunitas desa yakni: pura disebut (religious values).
parhyangan, anggota desa disebut pawongan, ruang Menurut Puja dan Sidarta C. (2004: 290)
terbuka hijau beserta bangunan di luar parhyangan menyatakan, bahwa melaksanakan ajaran Dharma
disebut palemahan dan (3) di lingkungan sekolah sebagai putra Tuhan untuk melindungi semua
tampak pada tata ruang dan komunitas sekolah ciptaannya, dapat melalui ritual yang diperlihatkan
yakni: pura disebut parhyangan, murid, guru dan dalam bentuk aktivitas yang bernilai cinta kasih
karyawan disebut pawongan, ruang terbuka hijau kepada lingkungan misalnya: (a) melaksanakan Catur
beserta bangunan di luar parhyangan disebut Brata Penyepian (mengandung konsep
palemahan. “pengosongan” bhuwana agung-bhuwana alit) dari
Berdasarkan kajian teoretik tersebut, maka yang kegiatan penggunaan sumber daya lingkungan untuk
dimaksud dengan persepsi mengenai tri hita karana kegiatan ekonomi, (b)Tumpek Bubuh (konsep
adalah memberikan makna terhadap rangsangan dari mencintai tumbuhan-tumbuhan), (c) Tumpek Kandang
lingkungan berdasarkan pengalaman masa lalu, (konsep mencintai satwa), dan (d) yajnya krtih yaitu:
meliputi: (1) memberikan makna mengenai penataan 1) danu krtih adalah pelestarian air tawar, 2) samudra
lingkungan parhyangan, (2) memberikan makna krtih adalah pelestarian pantai dan laut, 3) wana krtih
mengenai penataan lingkungan pawongan, dan (3) adalah pelestarian hutan, dan 4) jana krtih adalah
memberikan makna mengenai penataan lingkungan menjaga dan memelihara nilai kemanusiaan.
palemahan. Unsur-unsur pemaknaan tri hita karana Berdasarkan uraian teoritik dan sintesis di atas,
meliputi: memberikan makna, mengenai: lingkungan maka secara konseptual nilai budaya menjaga
yang indah, lingkungan yang hijau, lingkungan yang lingkungan adalah orientasi nilai yang dimiliki oleh
segar, lingkungan yang luas, dan lingkungan yang krama desa dalam interaksinya dengan lingkungan
lestari. yang diwujudkan melalui usaha-usaha menjalani nilai
budaya: (1) manusia bagian dari alam (nilai religius)
Nilai Budaya Menjaga Lingkungan yang mempengaruhi sikap dan perilaku tunduk
Menurut Koentjaraningrat (2004:28), merujuk kepada alam, menjaga alam dan atau berusaha
kepada kerangka konseptual Clyde Kluckhohn, bahwa menguasai alam, (2) manusia selalu membina
semua sistem nilai budaya berkaitan dengan masalah hubungan dengan sesama (nilai sosial) yang
pokok kehidupan manusia yaitu: (1) masalah mempengaruhi sikap dan perilaku untuk
mengenai hakikat hubungan manusia dengan alam melaksanakan kegiatan gotong royong, rasa
sekitarnya, (2) masalah mengenai hakikat karya kebergantungan dan atau individualisme, dan (3)
manusia, (3) masalah mengenai hakekat hidup manusia menghargai hakikat hasil karya (nilai
masusia, (4) masalah mengenai hubungan manusia ekonomi) yang mempengaruhi sikap dan perilaku,
dengan sesama manusia, dan (5) masalah mengenai karya itu untuk nafkah hidup, karya itu untuk
hakikat dari kedudukan manusia dalam ruang waktu. kedudukan dan kehormatan, serta karya itu
Akan tetapi menurut David K. (1977: 24-25), menambah karya dan atau kekayaan.
bahwa kebudayaan terdiri atas kebiasaan, adat istiadat Motivasi Melestarikan Fungsi Lingkungan
(nilai budaya) dan pengalaman berinteraksi dengan
anggota komunitas pada suatu organisasi yang Menurut David K. (1977: 40) bahwa kekuatan
berpengaruh terhadap perilaku, tetapi perilaku yang dalam diri seseorang digerakkan oleh kebutuhan,
ditampilkan jarang disadari. karena itu motif bersifat pribadi dan internal. Di pihak
JuJun Suryasumantri, memaparkan bahwa secara lain insentif yang diharapkan seseorang berasal dari
kefilsafatan di kenal tiga jenis nilai yakni: nilai logika luar. Selanjutnya dijelaskan oleh Gibson, at.al. (1985:
(yang membedakan benar dan salah), nilai etika (yang 103) bahwa, motivasi ialah konsep yang menguraikan
membedakan baik dan buruk), serta nilai estetika tentang kekuatan-kekuatan yang ada dalam diri
(yang membedakan indah dan jelek). seseorang yang mulai yang mengarahkan perilakunya.
Pengembangan kefilsafat nilai berpengaruh Atas dasar pandangan di atas , dapat
terhadap kepribadian dan perilaku dijelaskan oleh disintesiskan yang dimaksud dengan motivasi adalah
Volume XI Nomor 02 Maret 2010 ISSN 1411-1829
24
kebutuhan (needs) yang dapat mendorong (driving Pendidikan lingkungan yang berpusat kepada
force) seseorang melakukan upaya tertentu untuk peserta didik dan berorientasi kepada lingkungan
mencapai tujuan tertentu (goals) yang diharapkan. sekitar menggunakan sistem keteladanan (modelling)
Gibson, at.al. (1985: 103), secara rinci yang diberikan oleh orang tua (guru rupaka), oleh
kebutuhan-kebutuhan menurut tingkatannya dapat aparat desa adat dan desa dinas (guru wisesa), dan
diberikan definisi sebagai berikut: (1) kebutuhan guru di sekolah (guru pengajian) tentang nilai-nilai
fisiologis (phsychological needs) yaitu kebutuhan lingkungan, nilai keagamaan berupa pengalaman
makan, minum, tempat tinggal, dan bebas dari rasa hidup sehari-hari dan penataan lingkungan meliputi:
sakit; (2) keselamatan dan keamanan (safety and kelestarian fungsi lingkungan untuk kegiatan upacara
security needs) yaitu kebutuhan akan kebebasan dari keagamaan, bertoleransi dengan tetangga pada
ancaman yakni: aman dari ancaman kejadian atau kegiatan suka-duka, dan menata lingkungan sekitar
lingkungan; (3) kebutuhan rasa memiliki membentuk persepsi mengenai tri hita karana dan
(bellongingness), sosial (social), dan cinta (love) atau mengkristalisasi nilai budaya menjaga lingkungan.
dengan kata lain kebutuhan akan teman, afiliasi, Pemaknaan lingkungan parhyangan, pawongan,
interaksi, dan cinta; (4) Kebutuhan harga diri (esteem) dan palemahan secara bermakna untuk kehidupan dan
yaitu kebutuhan akan penghargaan diri dan kemampuan krama desa dalam mengaplikasikan nilai
penghargaan dari orang lain; dan (5) kebutuhan budaya yang dianut memberikan pedoman untuk
perwujudan diri (self-actualization) yaitu kebutuhan menjaga agar fungsi lingkungan tetap lestari. Kedua
untuk memenuhi diri sendiri dengan variabel ini secara bersama-sama memberikan
memaksimumkan penggunaan kemampuan, keahlian pengaruh kepada peningkatan dorongan, keinginan
dan potensi. dan upaya melestarikan fungsi lingkungan.
Berdasarkan teori Maslow, dapat dikatakan Dorongan, keinginan, dan upaya-upaya
motivasi muncul dalam diri krama desa Pakraman melestarikan fungsi lingkungan yang meliputi:
Sukawati sangat bergantung pada tingkat memelihara pohon sebagai salah satu bentuk
kebutuhannya pada saat itu. Motivasi yang muncul mensejahterakan alam, memelihara hewan,
dalam diri untuk melestarikan fungsi lingkungan memelihara tanaman, menata tempat tinggal yang
akan berbeda dengan krama desa satu dengan krama ramah lingkungan, dan menaati awig-awig desa untuk
desa yang lain karena bergantung kepada tingkat melindungi alam dari kepunahan berpengaruh secara
kebutuhan hidup yang sedang ingin dicapai pada saat nyata terhadap perilaku berwawasan lingkungan.
itu.
Hipotesis Penelitian
Wiyana (2004: 23), membangun Bali sesuai
Berdasarkan atas landasan teoretik tersebut di
prinsip pembangunan berkelanjutan dinyatakan dalam
atas dan sebagai jawaban sementara atas pertanyaan
lontar purana Bali, bahwa melestarikan alam disebut
yang diajukan dalam perumusan permasalahan
dengan samudra kerti, wana kerti, dan danu kerti.
penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka
Artinya manusia Bali wajib membangun kelestarian
berikut dirumuskan hipotesis penelitian sebagai
pesisir dan laut, hutan, serta semua sumber air beserta
berikut: (1) terdapat pengaruh langsung tri guru
isinya. Dalam lontar ini dimaknai alam yang lestari
terhadap persepsi mengenai tri hita karana; (2)
sebagai modal sosial untuk membangun kehidupan
terdapat pengaruh langsung tri guru terhadap nilai
masyarakat yang sejahtera.
budaya menjaga lingkungan; (3) terdapat pengaruh
Sehubungan dengan kajian teoritik dan sistesis,
langsung Persepsi mengenai tri hita karana terhadap
maka secara konseptual motivasi melestarikan fungsi
motivasi melestarikan fungsi lingkungan; (4) terdapat
lingkungan adalah keinginan dan dorongan yang
pengaruh langsung nilai budaya menjaga lingkungan
diwujudkan dalam bentuk kesediaan melakukan
terhadap motivasi melestarikan fungsi lingkungan; (5)
upaya-upaya desa menjaga alam dalam rangka
terdapat pengaruh langsung motivasi melestarikan
mewujudkan kelestarian fungsi lingkungan.
fungsi lingkungan terhadap perilaku berwawasan
Adapun dorongan, keinginan, dan upaya-upaya
lingkungan; (6) terdapat pengaruh langsung tri guru
yang dimaksud melestarikan fungsi lingkungan yaitu:
terhadap perilaku berwawasan lingkungan; (7)
memelihara pohon sebagai salah satu bentuk
terdapat pengaruh tidak langsung tri guru terhadap
mensejahterakan alam, memelihara hewan,
perilaku berwawasan lingkungan, melalui persepsi
memelihara tana-man, menata tempat tinggal yang
mengenai tri hita karana, nilai budaya menjaga
ramah lingkungan, dan menaati awig-awig desa untuk
lingkungan, dan motivasi melestarikan fungsi
melindungi alam dari kepunahan.
lingkungan; (8) model jalur yang dimodifikasi
Kerangka Berpikir memenuhi syarat-syarat kecocokan model (good fit
model).

Volume XI Nomor 02 Maret 2010 ISSN 1411-1829


25
bulan Maret tahun 2009. Sumber data diperoleh dari
Berdasarkan hipotesis di atas, maka diajukan krama desa yang berpendidikan dasar (SD dan
model hipotetik sebagai berikut: SMP), pendidikan menengah (SMK dan SMA), dan
perguruan tinggi.
Penelitian ini bersifat verifikasi hipotesis dan
metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
X2
X4 survei dengan teknik hubungan kausal. Metode ini
X5
dipilih karena di dalam pengumpulan data tidak
X3 dibuat perlakuan atas pengkondisian terhadap
variabel, tetapi hanya mengungkap fakta berdasarkan
X1 gejala yang telah ada.
Penetapan metode survei yang dimaksud
bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel
Gambar 1. Model Teoretik eksogen yaitu: tri guru (X1), persepsi mengenai tri
Keterangan: hita karana (X2), nilai budaya menjaga lingkungan
X1 : Tri guru (X3), motivasi melestarikan fungsi lingkungan (X4)
X2 : Persepsi Mengenai Tri Hita terhadap variabel endogen yaitu perilaku berwawasan
lingkungan (X5).
Karana
X3 : Nilai Budaya Menjaga Lingkungan Populasi target penelitian ini adalah seluruh
krama desa Pakraman Sukawati Kecamatan Sukawati
X4 : Motivasi Melestarikan fungsi Lingkungan
Kabupaten Gianyar Provinsi Bali yang beragama
X5 : Perilaku Berwawasan Lingkungan Hindu berpendidikan dasar, menengah dan perguruan
METODOLOGI PENELITIAN tinggi.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh adalah stratified simple random sampling dengan
jawaban secara emperik tentang: (1) Pengaruh tri alokasi proporsional berdasarkan banjar sebagai strata
guru terhadap perilaku berwawasan lingkungan utama dan tingkat pendidikan krama desa sebagai
melalui persepsi mengenai tri hita karana dan melalui substrata. Kemudian krama desa yang dijadikan
motivasi melestarikan fungsi lingkungan, (2) sampel penelitian diundi secara random sehingga
Pengaruh tri guru terhadap perilaku berwawasan diperoleh sebanyak 251 krama desa.
lingkungan melalui nilai budaya menjaga lingkungan Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
dan motivasi melestarikan fungsi lingkungan, (3) ada lima jenis sesuai dengan jumlah variabel
Pengaruh langsung persepsi mengenai tri hita karana penelitian yang terdiri dari satu variabel endogen
terhadap motivasi melestarikan fungsi lingkungan, (4) yaitu perilaku berwawasan lingkungan yang
Pengaruh langsung persepsi mengenai niali budaya dipengaruhi oleh faktor eksogen yaitu: tri guru,
menjaga lingkungan terhadap motivasi melestarikan persepsi mengenai tri hita karana, nilai budaya
fungsi lingkungan, (5) Pengaruh langsung motivasi menjaga lingkungan, dan motivasi melestarikan
melestarikan fungsi lingkungan terhadap perilaku fungsi lingkungan.
berwawasan lingkungan, (6) Pengaruh langsung tri Dari hasil perhitungan diperoleh: (1) nilai
guru terhadap perilaku berwawasan lingkungan, (7) koefisien reabilitas instrumen perilaku berwawasan
Pengaruh tidak langsung terhadap perilaku lingkungan sebesar 0,697, (2) nilai koefisien
berpengaruh langsung terlebih dahulu terhadap reliabilitas instrumen tri guru sebesar 0,844, (3)
persepsi mengenai tri hita karana, nilai budaya nilai koefisien reliabilitas instrumen persepsi
menjaga lingkungan, dan motivasi melestarikan mengenai tri hita karana sebesar 0,848, (4) nilai
fungsi lingkungan, dan (8) untuk mengetahui model koefisien reliabilitas instrumen nilai budaya menjaga
jalur yang dimodifikasi memenuhi syarat-syarat lingkungan sebesar 0,917 dan (5) nilai koefisien
kecocokan model (good fit model). reliabilitas instrumen motivasi melestarikan fungsi
Penelitian ini dilakukan di Desa Pakraman lingkungan sebesar 0,963.
Sukawati Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar Uji coba instrumen dilakukan pada 70 krama
Provinsi Bali. Penelitian pendahuluan dilaksanakan desa Pakraman Sukawati Kecamatan Sukawati
pada minggu pertama dan minggu kedua bulan Kabupaten Gianyar Provinsi Bali. Untuk selanjutnya
Februari tahun 2009. Sedangkan, penelitian inti 70 krama desa tersebut tidak digunakan lagi dalam
dilaksanakan pada minggu ketiga sampai dengan penelitian inti.
minggu keempat bulan Februari dan minggu pertama

Volume XI Nomor 02 Maret 2010 ISSN 1411-1829


26
Penelitian ini menggunakan teknik analisis
Structural Equation Modeling (SEM), untuk melihat
ada tidaknya pengaruh variabel eksogen yaitu tri
guru , persepsi mengenai tri hita karana, nilai budaya Gambar 2. Model Analisis Jalur
menjaga lingkungan, motivasi melestarikan fungsi
lingkungan terhadap variabel endogen yaitu perilaku
berwawasan lingkungan. Dan di samping itu juga Simpulan
digunakan untuk menguji kesesuaian model. Berdasarkan hasil analisis data dan
perhitungan statistik, maka penelitian ini
HASIL PENELITIAN menghasilkan temuan bahwa perubahan atau variasi
Berdasarkan model kausal yang dibentuk secara yang terjadi pada perilaku berwawasan lingkungan
teoretik diperoleh diagram analisis jalur dan dihitung dipengaruhi secara langsung oleh penilaian krama
nilai koefisien untuk setiap jalur. Nilai yang diketahui terhadap tri guru, secara tidak langsung dipengaruhi
untuk perhitungan selanjutnya adalah perhitungan oleh persepsi mengenai tri hita karana,nilai budaya
koefisien jalur, nilai koefisien jalur disajikan pada menjaga lingkungan, dan motivasi melestarikan
tabel berikut. fungsi lingkungan.
Tabel 1. Hasil Perhitungan dan Pengujian Implikasi Penelitian
Koefisien Jalur Berdasarkan simpulan di atas, maka hasil
penelitian ini memiliki implikasi kepada implikasi
Jalur Koefisien Sig. P-Value Keterangan teoretik, implikasi kebijakan, dan implikasi penelitian.
Jalur (α=0,05)
Implikasi Teoretik
P21 0,67* 0,033 0,005 Signifikan Penelitian ini memberikan dampak terhadap
P31 0,59* 0,036 0,005 Signifikan perkembangan khazanah teoretik, sehingga
P51 0,36* 0,027 0,005 Signifikan memperkaya generalisasi tentang berbagai kausal
P42 0,22* 0,028 0,005 Signifikan kelima variabel sesuai dengan teori yang diverifikasi
P43 0,61* 0,028 0,005 Signifikan melalui analisis jalur dan analisis model.
P54 0,70* 0,034 0,005 Signifikan
Implikasi Kebijakan
Hasil perhitungan dan pengujian koefisien jalur Berdasarkan temuan dan simpulan di atas,
seperti tersebut di atas, diuji secara simultan melalui ternyata pengaruh tidak langsung tri guru terhadap
uji kecocokan model diperoleh hasil uji RMSEA perilaku berwawasan lingkungan melalui persepsi
(Root Mean Square Error of Approximation/ mengenai tri hita karana, nilai budaya menjaga
Pendekatan Galat Akar Kuadrat Rata-rata ) = 0,45 . lingkungan, dan motivasi melestarikan fungsi
RMSEA terletak pada batas bawah 0,42 dan batas atas lingkungan adalah lebih besar dari pada pengaruh
0,49 (0,42 < RMSEA= 0,45 < 0,49), dengan p-value langsung tri guru terhadap perilaku berwawasan
( 0,05)
< = 0,001
dan ± RMSEA= 0,001 <  =0,08 lingkungan, maka hal ini dapat dipertimbangkan oleh
menunjukkan model ini adalah cocok (good fit), maka pengambil kebijakan, bahwa motivasi krama desa
model yang diajukan sebagai temuan adalah seperti melestarikan fungsi lingkungan perlu dipertahankan
tampak pada gambar 2 berikut: dan ditingkatkan melalui pemberian reward seperti
memberikan subsidi pajak bumi dan bangunan (PBB)
X2 kepada krama desa yang mampu mempertahankan
0,67 0,22
rumah adat dan pekarangan desa yang sesuai dengan
(0,03 (0,28 konsep tri hita karana. Sedangkan penguatan secara
3) )
internal dapat dilakukan dengan memberikan pujian
0,70
X1 X4
(0,03
X5 dan penghargaan kepada krama desa yang menata
4) rumah adat yang dibangun di pekarangan desa
0,59 0,61 dengan memperhatikan prinsip kenyamanan,
(0,03 (0,02
6) 8) keamanan, hemat energi, hijau, sehat dan bersih.
X3
Impilakasi Riset
Penelitian ini masih jauh dari sempurna sehingga
0,14 berimplikasi kepada penyempurnaan melalui riset
(0,02
7)

Volume XI Nomor 02 Maret 2010 ISSN 1411-1829


27
yang lebih komprehensif didasari pada temuan- DAFTAR PUSTAKA
temuan dari disertasi ini.
Anom. Awi-awig Desa Adat Sukawati . Gianyar: Desa
Saran Pakraman Sukawati. 1991.
Berdasarkan temuan dan simpulan yang
Anom. Upadesa: Ajaran-ajaran Agama Hindu.
dikemukakan di atas, maka dalam upaya
Singaraja: Yayasan Dharma Sarathi 1989
meningkatkan perilaku berwawasan lingkungan
khususnya di desa pakraman Sukawati Kecamatan Anom. “Tekad Krama Tenganan Dauh Tukad
Sukawati Kabupaten Gianyar Provinsi Bali. Peneliti menjaga Tanah Warisan”. Denpasar: Bali
memberikan saran sebagai berikut: Post.Nomor 102 tahun ke 59 Tahun 2006.
Sebaiknya pendidikan lingkungan yang
Anom. “Pemberdayaan Masyarakat Madani”.
diberikan di sekolah oleh guru (guru pengajian), di
Retrived, 9 September 2007
rumah oleh orang tua (guru rupaka), dan di
http://www.menlh.go.id/i/Warga%20
masyarakat oleh aparat desa adat dan aparat
Madani.pdf
pemerintah daerah (guru wisesa) menitikberatkan
kepada permodelan penataan lingkungan sehat, Anom. Motivasi Melestarikan Lingkungan dengan
sehingga krama desa mampu mempersepsi tri hita Gerakan Menanam Indonesia. Retrived pada
karana sebagai pedoman dalam memelihara fungsi tanggal 9 September tahun 2007
lingkungan, mengembangkan dan menyeim-bangkan http://www.dephut.go.id /temp/dlamp.php?
tiga pilar pembangunan berkelanjutan yang mengakar idlempar=384
kepada nilai budaya: religius, ekonomi dan sosial.
Di samping itu, pemberian insentif oleh aparat Arnawa, I. K, dan Suastawa, I.K.P. “Pengembangan
desa adat untuk membangkitkan motivasi Model Perilaku Petani Melalui Sistem
melestarikan fungsi lingkungan dapat diupayakan Integrasi Ternak-Tanaman (Crop-Livestock
melalui pemberian piagam penghargaan kawasan System) Untuk Optimasi Usahatani di Lahan
lingkungan bersih, sehat, dan produktif pada setiap Sawah” . Subak Sala, Kecamatan Susut,
banjar di lingkungan Desa Pakraman Sukawati. Kabupaten Bangli, Bali. Denpasar: Universitas
Program penghargaan ini dapat dijadikan program Mahasaraswati kerjasama dengan DIKTI 2006-
kegiatan tahunan menjelang perayaan hari raya Nyepi. 2007.
Status tanah tempat tinggal krama desa adalah Arsa I. Gst. K., Bagus Mayun, dan Sukemi, S.P.
pekarangan desa (PKD) atau tanah milik adat Pembinaan Budaya Dalam Keluarga Daerah
sebagai aset desa adat mempunyai kontribusi Bali. Denpasar: Depdikbud, 1994.
dominan dalam mempertahankan keluasan ruang
terbuka hijau, keluasan area resapan air, keterbukaan Atkinson, Atkinson, and Hilgerd. E. Introduction To
sinar matahari sehingga memberikan peluang besar Psychology. Sydney: Harcourt Brace
kepada krama desa untuk hidup selalu berdampingan Jovanovich, Inc. 1983.
dan berinteraksi antar makhluk hidup yang satu Bandura. A. Sosial Learning Theory. London:
dengan lainnya yang saling membutuhkan (simbiosis Prentice-Hall, Inc. 1977.
mutualisme). Sehubungan dengan ini, maka tata
ruang rumah tradisional Bali dengan konsep sikut Barrow, C.J. Developing The Environment: Problems
and Management. New York: Longman
satak (800 M2) dan tata cara mendirikan bangunan Scientific Technical, 1995.
menggunakan ukuran anggota badan pemilik rumah
yang mengacu kepada lontar asta kosala kosali, Bell A.P., Fisher J.D., and Loomis R.J.,
sebaiknya aparat desa adat mempertahankan dan Environmental Psychology. London: W.B.
dituangkan dalam awig-awig desa. Sounders Company, 1978.
Sehubungan dengan temuan ini, sebaiknya
Bell. Fisher. Baum.and Greene. Environmental
Pemerintah Kabupaten Gianyar tetap memberikan
Psychology. New York: Harcourt Brace
subsidi pajak bumi dan bangunan atas tanah adat
Jovanovich College Published, 1990.
(PKD) dan tidak perlu menerbitkan Surat
Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) pajak bumi Bija. I. M. Asta Kosala-Kosali . Denpasar: Bali Post,
dan bangunan tahunan karena tanah adat beserta 2000.
bangunan rumah tradisional adalah sebagai aset
Bloom.s. et all. A Taxonomy for Learning Teaching
budaya untuk menunjang pariwisata budaya di
and Assessing. New York: Logman,Inc., 2001.
Kabupaten Gianyar Provinsi Bali.

Volume XI Nomor 02 Maret 2010 ISSN 1411-1829


28
Breckenridge and Vicent, Child development . Gerya, W, Suastika, K, Suci, K, Budi, S, dan Rivai,
London: W. B. Saunders Company, 1964. A, Sistem Kesatuan Hidup Setempat . Daerah
Bali Denpasar: Depdikbud Provinsi Bali,
Bronowski, J, The Ascent of Man . Boston:
1982.
Little,Brown and Company, 1973.
Gibson, Ivancevich,and Donnelly Organization:
Carneiro, Roberto, Keys to the 21st Century. Paris: Behavior, Structure, and Processes. Texas:
Unesco Publishing 2001. Business Publications, Inc. 1985.
Chiras, D.D.Environmental Science . California: The Gobster, P.H. Ecological Aesthetic for Forest
Benjamin/ Cumming Publishing Company. Landscape management. (Landscape Jurnal, 18
Inc. 1991. (1) tahun 1999.
Djaali, H. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumu Guilford.J.P.1956. Fundamental Statistics In
Aksara 2007. Psychology and Education. New York:
David K. Human Bahavior at Work: Organizational McGraw-Hill, 1956.
Behavior. New Delhi: McGraw-Hill. Inc. Hariadi.K. dan Hira.J. Politik Lingkungan dan
1977. Kekuasaan . di Indonesia Jakarta: PT. Equinox
David.J. Psychological Benefits of Nature Publishing Indonesia, 2006.
Experiences: an outline of Research and Hamka Naping “Kelembagaan Tradisional dalam
Theory. Naropa University and School of Lost Pengelolaan Lingkungan Hidup Masyarakat
Border, 2004. Toraja”. (Makasar: Universitas Hasanudin )
Dharma Putra, 2030, “Sanur dan Kuta Diprediksi retived
Tenggelam”. Denpasar: Bali Post No I Tahun 10September2007http://sulawesi.cseas.kyotou.
ke 60 tanggal 16 Agustus 2007. ac.jp/final_reports2007/article/24-hamka.pdf.

Dharmayuda, S. Kebudayaan Bali . Denpasar: CV Harsiwi,A.Th.M.”Minat Mahasiswa Dalam


Kayumas Agung 1995. Pembelian Produk Berwawasan lingkungan
(Green Product)” . (Yogyakarta: Artikel ini
Dananjaya James, Antropologi Psikologi . Jakarta: telah diseminarkan dan dimuat dalam
Rajawali 1988. Proceeding Seminar Nasional Aplikasi Sains
Delors, J. et.al . Pendidikan Untuk Abad XXI: dan Teknologi 2003 Institut Sains dan
Pokok Persoalan dan Harapan. Jakarta: Teknologi AKPRIND Yogyakarta 18 Oktober
Komisi Nasional untuk UNESCO, 1998. 2003, ISSN 979-96155-1-8.) retrived, 10
September 2007http://re-searchengines. com/
_____________ Pedoman pendidikan Hak-hak Asasi art05-64.htm
Manusia: Jenjang-jenjang pendidikan dasar
Hayati.S. “Ekotorime: Strategi Membangun Perilaku
dan menengah. Jakarta: Komisi Nasional untuk
Komunitas Berwawasan Lingkungan Di Derah
UNESCO, 1999.
Pariwisata”. Jurnal Pendidikan Lingkungan
Djuarih M. Utja. “Pengaruh Kerabat Kawin Muda dan Pembangunan Berkelanjutan Jakarta:
pada Masyarakat Sunda”. Jakarta: Depdibud Prodi PKLH Program Pascasarjana UNJ. No I.
Dirjen Dikti. DP3M. 1983. Agustus,1999.
Diane. E. P. And Sally W.O. Psychology. New York: Hjelle L.A. and Ziegler. D. J. Personality Theories.
McGraw-Hill. 1985. Singapore: McGraw-Hill. 1987.

Emil Salim. Pembangunan Berwawasan Lingkungan . Hox, J.J. and Bechger, T.M.2002.. An Introduction to
Jakarta: Lp3S, 1992. Structural Equation Modeling. Family Science.
Review 11. 354-373.. http://poseur.4x4.org/
Garna, J.K. Teori-teori Perubahan Sosial. Bandung: reasons2.html#Safe. Retrieved October 13,
Program Pascasarjana Unpad 1992. 2006
George Fergusen and Yashio Taken. Statistical Ida Peranda Gunung. “Peranan Pengusaha dalam
Analysis In Psychology and Education . New menerapkan Tri Hita Karena: Pemuteran
York: Mc-Graw-Hill Book Company, 1998. Buleleng “. Denpasar: Bali TV, 2006.

Volume XI Nomor 02 Maret 2010 ISSN 1411-1829


29
Jane Ester.D.A. Tim Tunas Hijau SMPN 16 Myers, D.G. Social Psychology. New York:
Surabaya.2006,. McGraw-Hill Book Company 1988.
www.tunashijau.org/sekolahhijau1.htm
retrived 28 september 2006. Nazir. M. Metode Penelitian. Jakarta: Gahlia
Indonesia, 1985.
Kahn, P.H., Jr. Development Psychology and The
Biophilia Hypotesis Children Affiliation with Norman. “Kelompok Peduli Lingkungan-SMP Kr.
Nature. Developmnetal Review, 17:1- Petra3 Surabaya”
61(online) .www.tunashijau.org/sekolahhijau2.htm
htt.//faculty.washinton.edu/pkahn/articles/depe Retrived 28 September2006.
lopment. Diakses 18 Januari 2006. Nimpoeno, S.J. Manusia dan Lingkungan: Usaha
Kaplan, R. &S. Kaplan. The Experience of Nature. Pemahanan melalui Tamasya Nalar di Alam
Cambridge: Cambridge Press. 1989. Pikian yang Bebas. Bandung: Fakultas
Psikologi Universitas Padjadjaran. 1992.
Kerllet, S. and V. Derr. Nasional Study of Wilderness
Experience . Washinton: DC. Island Press. Odum.E.P. Fundamentals of Ecology. London:
1998. Sounders College Publishing. Inc., 1980.
Keraf. A.S. Etika Lingkungan: Teori-teori etika, Etika Ordenez, Victor. Basic Education For Empowerment
Lingkungan dan Politik Lingkungan, Dari Of The Poor. Bangkok: 1998.
pengetahuan dan Teknologi Kembali Ke
Kearifan Tradisonal Jakarta: PT. Kompas Pendist, S.N Bhagavadgita. Jakarta: PT Gramedia
Media Nusantara, 2005. 2002.

Koentjaraningrat Kebudayaan Mentalitas dan Poerbatjaraka.1955. Naskah Niti Castra terjemahan


Pembangu-nan. Jakarta: PT Gramedia 2004. bahasa Belanda ke bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka. BP. No 1630, 1955.
Knight. D, Sastrawan Putra, dan Suarmatha, made
Bali Balancing Environmnet Economy and Puspayoga “Sungai Bukan Tempat Pembuangan
Culture: System Approaches for Integrated Sampah” . Denpasar: Bali Post Nomor 38
Coastal Zona Managemnet Waterloo, Ontario: Tahun ke 60 tanggal 24 September 2007.
Department of Geography University of Putrawan, M. “Introducing Values of Environment in
Waterloo 1995 Environmental Training: An Alternative
Lansing, J.S. 2006. Perfect Order. New Jersey: Method for The 21 st Century”. Jakarta: Jurnal
Prentice Hall Company, 2006. Pendidikan Lingkungan dan Pembangunan
Berkelanjutan, Vol.I Agustus 1999.
Lanovia, I. A. “Sehari Mengasah Kepedulian Siswa
Terhadap Lingkungan”. 2006. ________. Pendidikan dalam Menanggulangi
Dhamajala@yahoogroups.htm Retrived Pemanasan Global. Bahan Seminar dan
Oktober 2006. Workshop Nasional, 11-12 Juni 2008. Jakarta.
Universitas Negeri Jakarta. 2008
Lewin, K. Principles of Topological Psychological
Psychology. New York: McGraw-Hill Book Puja, G dan Sudharta R. Tjokorda. Menawa
Inc. 1936. Dharmasastra. Surabaya: Paramita 2004.

Luthans F. Organizational Behavior. New York: Puja. G. Bagawadgita. Denpasar: Upada sastra.1984.
McGraw-Hill,Inc. 1995. _______ Sarasamuschaya. Jakarta: Parisada Hindu
Lysna. L. “Profil Masyarakat pesisir Teluk Jakarta. Indonesia 1984
Jurnal Pendidikan lingkungan dan Rapoport. A. Human Aspects of Urban Form: Toword
pembangunan berkelanjutan”. Jakarta: a Man-Environment Approach to Urban Form
Program Studi PKLH Program Pascasarjana and Design . New York: Pergamon Press tahun
Universitas Negeri. Jakarta. No 5 Maret 2004. 1977.
Maslow. Abram. Motivation and Personality. New Rita. L. A, Richard. C. A. And Ernest R. H.
York: Harper & Row Publisher. 1954. Introduction To Psychology. Sydney: Harcourt
Brace Jovanovich, Inc., 1983.

Volume XI Nomor 02 Maret 2010 ISSN 1411-1829


30
Rohde, C.L.E. and Kendle, A.D. Nature for penelitian yang dipubli-kasikan pada
People.hlm 319-335 dalam A.D. Kendle dan S. Perpustakaan Unmas Denpasar: FKIP
Forber (penyunting). Cooservation-Landscape Unversitas Mahasaraswati , 1993.
Management in the Ueban Countryside. E &
FN Spon. London. Suasthi. IGA. “Pengaruh Pola asuh terhadap
perkembangan perilaku prososial remaja “. di
Robert. J.G. Psychological Testing . London: Allyn desa Jati Luwih Kecamatan Penebel
and Bacon. Inc., 2000. Kabupaten Tabanan Denpasar: Vidya Wertta
Universitas Hindu Indonesia, 1998.
Robert, L. S. et.al. Cognitive Psychology. New
York: Pearson Education Inc. 2005. Suastika, I.W. Peranan Pendidik di Sekolah dalam
Penerapan Konsep Tri Hita Karana .
Robbins, S.P. Organizational Behavior. New Jersey: Denpasar: Depdiknas Propinsi Bali 2006.
Pearson Education. Inc.2003.
Subadra, I.N. Ekosiwasta Sebagai Wahana
Robin P.R. Perilaku Organisasi : Konsep, Pelestarian Alam, Retrived 9 september 2007
Kontroversi, dan Aplikasi . Jakarta: PT http://subadra.wordpress.com/2007/03/10/eko
Prenhallindo 1996. wisata-wahana-pelestarian-alam/
Sarwono, W.S, Psikologi Lingkungan. Jakarta: Sudharta T. R. Manusia Hindu: seri Yadnya
Kerjasama Program Pascasarjana UI dengan Denpasar: Yayasan Dharma Naradha 1993.
PT Gramedia Widyasarana 1992.
Suindana, A. I.Gst. Peranan awig-awid desa terhadap
___________Psikologi Sosial: Individu dan Teori- terwujudnya Ajeg Bali . Denpasar: Universitas
Teori Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka Hindu Indonesia 2005.
1999.
Suriasumantri.S.J. Filsafat Ilmu. Sebuah Pengantar
Sanjaya Wina. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Populer . Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
Prenada Media Group. 2008. 1993.
Schumacher.R.E. and Lomax.G.R. Beginners Guid to Shaw, E.M. and Costanzo, P.R. Theories of Social
Stuktural Equetion Modelling,. New Jersey: Psychology. New Delhi: McGraw-Hill Inc.
Lawrence Erlbaum Associates 1996. 1982.
Septiada, K. Ajeg Bali: Arsitektur Tradisional Bali . Shaver.K. G. Principles of Social Psychology. USA:
(Denpasar: Pustaka Bali Post, 2004. Winthrop Publishers.Inc. 1977.
Siegel.S. and Castellan. J. Nonparametric Statistics. Sri Satya Sai Trust. Ilmu Pengetahuan dan Spiritual:
New York: MacGraw-Hill, 1988. Berdasarkan Veda . Surabaya :Paramita,
Soedijarto, H. Teropong Pendidikan Kita. Jakarta: 1998.
Depdiknas, 2006. Suharman. Psikologi Kognitif. Surabaya: Srikandi,
Sonny Keraf, A. Etika Lingkungan. Jakarta: Buku 2005.
Kompas 2002. Suradnya I W. Character Building Ketahanan
Shaw, E. M. And P.R. Costanzo. Theories of Sosial Pariwisata Bali. Denpasar: Harian Umum
Psychology. New Delhi: McGraw-Hill, 1982. Bali Post, 23, Juni 2006.

Shaver.K. G. Principles of Social Psychology . USA: Sumarjaya. A.G. dan Diarsa. I.G.M. “Perda Stil Bali
Winthrop Publishers.Inc., 1977. Tidak Punya Greget”. Denpasar: Harian
Umum Bali Post, 23 Maret, 2006.
Steven T. H. Wouter T.,H., Steven F., and Marcel
V.,D., E., with Pol-Coyne F. Key Management Suardani, N.P. Pendidikan Agama Hindu dalam
Models . London: FT Prentice Hall 2003. Tradisi Konstruktivisme. Denpasar: Unhi
2005.
Setyo H. W. Structural Equation Modeling.
Yogyakarta:Graha Ilmu 2008 Sri Satya Sai Trust. Ilmu Pengetahuan dan Spiritual:
Berdasarkan Veda. Surabaya. Para-mita.1998.
Suastawa, I K. “ Pengaruh Pariwisata terhadap
Persepsi mengenai Lingkungnan”. hasil Suriasumantri.S.J. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar
Populer .Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1993.
Volume XI Nomor 02 Maret 2010 ISSN 1411-1829
31
Tilaar. H.A.R. Perubahan Sosial dan Pendidikan. GLOSARIUM (GLOSSARY)
Jakarta: Pt Gramedia Widiasarana
Indonesia bekerjasama dengan Center for
Education and Community Development AWIG-AWIG DESA = Aturan yang dibuat oleh
Studies, 2002. krama desa yang
Tirtararandja, U. dan Sulo S.L.L. Pengantar digunakan sebagai
Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta 2005. pedoman melaksanakan
Tri Hita Karana sesuai
Unknown. (2005). Structural Equation Modeling/ dengan kondisi desa
Path Analysis. http://poseur.4x4.org/ reasons2. setempat dan dharma
html#Safe Retrieved October 13, 2006. agama.
Wedana, P. “Perilaku Masyarakat di Daerah Aliran BANJAR PAKRAMAN = Kelompok masyakarat
Sungai” . Denpasar: Bali Post, No 271 tahun yang merupakan bagian
ke 59, tanggal, 6Juni 2007. dari desa pakraman.
Williams, K.L.M. Environmental Education and BEHAVIOR SETTING = Pola tingkah laku
Changing Environmental Preferences. kelompok bukan individu
(online). http:/www. yang terjadi sebagai
Mesa.edu.au/aaee.conf/Lawrence willams.pdf. akibat kondisi
.Retrived 4 Januari 2005. lingkungan tertentu.
Wiana, I.K, Mengapa Bali disebut Bali. Surabaya: BHUANA AGUNG = Alam dengan segala
Paramita 2004 isinya yang disebut
dengan Panca Maha
_________ Bagaimana umat Hindu Menghayati Butha yang terdiri atas
Tuhan Jakarta: PT Penebar Swadaya, tanah (ibu pertiwi), air
1993 (apah), udara (bayu), teja
__________ Tri Hita Karana Menurut Konsep Hindu (api), ruang (akasa).
. Surabaya: Paramita 2007. Unsur alam ini juga
Windia, I.W. “Filsafat Pembangunan Mahatma terdapat dalam tubuh
Gandhi “. .Denpasar: Bali Post nomor 14 tahun manusia atau Bhuana
ke 60 tanggal 30 agustus 2007. Alit.
Westin Resort. Sekolahku bersih. CATUS PATA = Simpang empat
www.pplhbali.or.id/indo/i-kegiatan.htm diperuntukan sebagai area
Retrived 28 September 2006. melakukan kegiatan
sosial, berteduh dan
Yuyun, S.S. “ Strategi dan Program Pengembangan kegiatan keagamaan pada
Sumberdaya Manusia dalam Repelita IV” . sasih kajeng kliwon sasih
Jakarta: kerjasama Universitas Negeri Jakarta Keenam (bulan enam)
dengan Bappenas 1994. dan sasih Kepitu (bulan
ketujuh).
Zoeraini, D.I. Prinsip-prinsip Ekologi dan Organisasi:
Ekosistem Komunitas dan Lingkungan. CATUR PARAMITA = Empat pedoman untuk
Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003. mencapai kesejahteraan
dan kebahagian hidup
meliputi: perbuatan selalu
berdasarkan ajaran agama
(Dharma), untuk
memenuhi kesejahteraan
manusia perlu memiliki
harta (Artha), untuk
kelangsungan hidup
manusia perlu memenuhi
kebutuhannya (Kama),

Volume XI Nomor 02 Maret 2010 ISSN 1411-1829


32
dan kebagian hidup atau yang bertempat
(Moksah) dapat dicapai tinggal di desa Sukawati
dengan dipenuhinya serta terdaftar menjadi
Artha dan Kama anggota desa adat (desa
berdasarkan Dharma. pakraman).
CATUR BRATA PENYE- NATAH = Halaman tengah tempat
PIAN = Empat bentuk tinggal krama
pengendalian diri selama diperuntukan sebagai
24 jam untuk menjaga daerah resapan air dan
alam dengan tidak ruang terbuka hijau
menyalakan api (Amati sebagai penunjang
Geni), tidak bekerja atau kegiatan keagamaan dan
mencari nafkah (Amati soial.
Karya), tidak berpergian
(Amati Lelungan), dan PELESTARIAN = Menjaga dan
tidak berpesta pora melestarikan adat istiadat
(Amati Lelanguan). terutama Tri Hita
DESA PAKRAMAN = Kesatuan masyarakat Karana, moral, dan
hukum adat di provinsi peradaban yang
Bali yang mempunyai merupakan inti adat
satu kesatuan tradisi dan istiadat dan tradisi
tata krama pergaulan masyarakat Bali agar
hidup masyarakat umat keberadaannya tetap
Hindu secara turun terjaga dan berlanjut.
tumurun dalam ikatan SOCIAL CAPITAL = Kekuatan yang ada di
kahyangan tiga atau masyarakat sebagai
kahyangan desa yang modal sosial untuk
mempunyai wilayah mewujudkan
tertentu dan harta pembangunan
kekayaan sendiri serta berkelanjutan bertumpu
berhak mengurus rumah pada pertumbuhan
tangganya. ekonomi, kepedulian
DESA KALA PATRA = Pelaksanaan awig-awig terhadap lingkungan
desa disesuaikan dengan menjadi tanggungjawab
kondisi desa setempat bersama.
(desa), disesuaikan SIMBIOSIS MUTUALISME = Hubungan saling
dengan waktu (kala) dan membutuhkan antar
disesuaikan dengan ajaran makhluk hidup.
agama dan adat (patra).
TANAH AYAHAN DESA = Tanah pekarangan
KARANG TENGET = Ruang terbuka hijau yang desa (PKD) sebagai
diberi makna tidak boleh tanah milik desa
didirikan bangunan dan pakraman yang berada,
diperuntukan sebagai baik di dalam maupun
daerah resapan air di luar desa pakraman.
penyediaan oksigen.
TEBA = Kebun yang dimiliki
KARANG BENGAN = Ruang terbuka hijau oleh krama menyatu
sebagai pembatas desa dengan rumah tempat
diperuntukan sebagai tinggal diperuntukan
sawah dan atau kebun. sebagai kegiatan
KRAMA DESA = Anggota masyarakat yang ekonomi produktif
menempati tanah adat seperti: memelihara
(pekarangan desa) dan

Volume XI Nomor 02 Maret 2010 ISSN 1411-1829


33
hewan, binatang dan PANCA YAJNYA = Lima bentuk
tanaman. korban suci yang tulus
iklas untuk kehidupan
TRI ANGGA = Memaknakan tiga zona manusia dan lingkungan
yaitu zona yang alam, meliputi: upacara
disucikan pada bagian keagamaan memuja
tubuh manusia yakni kebesaran Tuhan (Dewa
bagian kepala (utama Yajna), upacara
angga), bagian badan keagamaan mentaati
(madya angga), bagian ajaran rohaniawan (Rsi
anggota tubuh atau kaki Yajnya), upacara
dan tangan (nista keagamaan berbuat baik
angga). Pada antar sesama (Manusa
lingkungan yang lebih Yajnya), upacara
luas yaitu lingkungan keagamaan pada leluhur
alam disebut dengan (Pitra Yajnya), dan
Tri Mandala yang upacara keagamaan pada
meliputi: kawasan lingkungan alam (Butha
pegunungan atau hutan Yajnya).
(utama mandala),
kawasan pemukiman TELAJAKAN/ AMBAL-
(madya mandala), dan AMBAL = Ruang terbuka hijau di
kawasan pesisir (nista luar tembok pembatas
mandala). rumah tinggal dengan
lebar rata-rata 1,60 meter
TRI PRAMANA = Manusia diciptakan (adepa musti) dan
Tuhan memiliki panjang rata-rata 30
kemampuan berpikir meter atau luas rata-rata
(idep), kemampuan
merasakan (sabdha), 50 M2 .
dan kemampuan untuk
memenuhi keinginan TRI HITA KARANA = Suatu konsep yang
dan kebutuhan (bayu). mengingatkan agar selalu
menjaga keseimbangan
TRI RNA = Tiga hutang yang antara memuja Tuhan
menjadi kewajiban dengan kasih
generasi penerus untuk (parhyangan), mengabdi
dilunasi dengan antar sesama manusia
melaksanakan upacara (pawongan) dan selalu
keagamaan terhadap menjaga alam lingkungan
Tuhan (Dewa Rna), (palemahan) untuk
terhadap rohaniawan mencapai kesejahteraan
(Rsi Rna), terhadap dan kebagian hidup.
orang tua dan leluhur
(Ptra Rna) TRI GURU = Orang tua sebagai guru di
rumah (guru rupaka),
TUMPEK BUBUH = Upacara keagamaan aparat desa adat dan desa
yang ditujukan untuk dinas sebagai guru di
memelihara pohon dan masyarakat (guru
tanaman. wisesa), dan guru di
sekolah formal (guru
TUMPEK KANDANG = Upacara keagamaan pengajian) yang memiliki
yang ditujukan untuk tugas dan kewajiban
memelihara ternak dan menanamkan kebiasaan
hewan. dan memberikan praktek
terbaik (best practice)

Volume XI Nomor 02 Maret 2010 ISSN 1411-1829


34
untuk menjaga
lingkungan alam.
Yajnya Krtih = Perilaku berwawasan
dengan menunjukan
aktivitas mencegah air
tawar dari pencemaran
(Danu Krtih), aktivitas
mencegah pantai dan laut
dari pencemaran (
Samudra Krtih), aktivitas
melindungi hutan (Wana
Krtih), dan aktivitas
mengembangkan nilai
kemanusiaan (Jana
Krtih),

Volume XI Nomor 02 Maret 2010 ISSN 1411-1829


35

S-ar putea să vă placă și