Sunteți pe pagina 1din 14

ISSN 2088-4842 / 2442-8795 OPTIMASI SISTEM INDUSTRI

PERANCANGAN MODEL PENGUKURAN KINERJA RANTAI


PASOK BERBASIS LEAN DAN GREEN MENGGUNAKAN
BALANCE SCORECARD DI PT. P&P LEMBAH KARET
Alizar Hasan1, Berry Yuliandra2, Eureka Perdana Putra1
1Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Andalas, Padang
2Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Andalas, Padang

Email: alizar_hasan@ft.unand.ac.id (korespondensi)

Abstract
Rapid technological developments helped bring an increase in the level of business competition.
Competitive business strategies required to address the challenges of business competition. PT P&P
Lembah Karet is a company engaged in the plantation and crumb rubber processing industry.
Marketing area are scattered inside and outside the country led to the supply chain performance
become one of the important issues in the company. The use of Lean and Green concept in the supply
chain system can become a competitive advantage for PT. P&P Lembah Karet to create a more
effective and efficient supply chain strategy in terms of expenditure and environmental impact.
Performance measurement is required to determine the effectiveness and efficiency of these two
concepts implementation in the supply chain companies.
Performance measurement system was developed based on four perspectives of the Balanced
Scorecard (BSC): financial, customer, internal business processes, learning and growth. Key
Performance Indicator (KPI) which is used as a measurement basis is formulated through the concept
of lean and green. Weight value of each KPI is determined using Analytical Hierarchy Process (AHP)
with relevant experts as respondents. Respondents selected based on the experience and knowledge,
especially experience and knowledge that relevant with the topic of this research. The weight value
determined the order of KPI priority. Face validity is used to validate the performance measurement
model.
Data processing and analysis yielded 25 lean and green-based KPIs that are relevant to crumb
rubber supply chain at PT. P&P Lembah Karet with 3 KPI for financial perspective, 4 KPI for customer
perspective, 11 KPI for internal business process perspective and 7 KPI for learning and growth
perspective. Structure of designed models showed that customer perspective is the most priority
aspects.
Keywords: Performance measurement, supply chain system, lean, green, balanced scorecard

Abstrak
Perkembangan teknologi yang semakin pesat ikut membawa peningkatan pada tingkat persaingan
bisnis. Strategi bisnis yang kompetitif diperlukan untuk menjawab tantangan persaingan bisnis. PT
P&P Lembah Karet merupakan perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan dan industri
pengolahan crumb rubber. Daerah pemasaran yang tersebar di dalam dan luar negeri menyebabkan
kinerja rantai pasok menjadi salah satu isu penting dalam perusahaan tersebut. Penggunaan konsep
Lean dan Green pada sistem rantai pasok dapat menjadi suatu keunggulan kompetitif bagi PT. P&P
Lembah Karet guna menciptakan sebuah strategi rantai pasok yang lebih efektif dan efisien dari segi
biaya dan dampak lingkungan. Pengukuran kinerja diperlukan untuk mengetahui efektivitas dan
efisiensi dari implementasi kedua konsep tersebut dalam rantai pasok perusahaan.
Sistem Pengukuran kinerja dikembangkan berdasarkan empat perspektif Balanced Scorecard
(BSC): keuangan, pelanggan, proses bisnis internal serta pertumbuhan dan pembelajaran. Key
Performance Indicator (KPI) yang digunakan sebagai basis pengukuran diformulasikan melalui
konsep lean dan green. Nilai bobot masing-masing KPI ditentukan menggunakan metode Analytical
Hierarchy Process (AHP) dengan pakar yang terkait sebagai responden. Pemilihan pakar yang akan
menjadi responden dilakukan berdasarkan pengalaman dan pengetahuan pakar tersebut, terutama
yang relevan dengan topik penelitian ini. Nilai bobot menentukan urutan prioritas KPI. Metode face
validity digunakan untuk memvalidasi model pengukuran kinerja yang dihasilkan.
Pengolahan dan analisis data menghasilkan 25 KPI berbasis lean dan green yang relevan dengan
rantai pasok crumb rubber PT. P&P Lembah Karet dengan rincian: 3 KPI untuk perspektif keuangan,

Perancangan Model Pengukuran....(A. Hasan, et al.) 33


ISSN 2088-4842 / 2442-8795 OPTIMASI SISTEM INDUSTRI

4 KPI untuk perspektif pelanggan, 11 KPI untuk perspektif proses bisnis internal serta 7 KPI untuk
perspektif pertumbuhan dan pembelajaran. Struktur model yang dirancang menunjukkan bahwa
perspektif pelanggan menjadi aspek prioritas dalam rantai pasok crumb rubber PT. P&P Lembah
Karet.
Kata kunci: Pengukuran kinerja, sistem rantai pasok, lean, green, balanced scorecard

lingkungan, yaitu lebih terfokus pada


1. PENDAHULUAN
usaha untuk mengurangi limbah dan
Setiap perusahaan membutuhkan dampak lingkungan yang diakibatkan oleh
keunggulan kompetitif untuk menjaga berbagai aktivitas rantai pasok. Integrasi
keberlangsungan bisnisnya. Keunggulan antara konsep LSCM dan GSCM dapat
kompetitif dapat dicapai melalui menciptakan sebuah strategi rantai pasok
perencanaan strategi yang tepat. Inti dari yang lebih efektif dan efisien dalam
keberhasilan strategi terletak pada meminimasi biaya dan dampak
pemilihan aktivitas yang mampu lingkungan. Perusahaan dapat
memberikan nilai tambah berbeda dari memperoleh manfaat yang lebih luas dan
kompetitor. Kecocokan antara strategi dan holistik dalam pengelolaan kinerja pada
aktivitas tidak hanya dapat memberikan level strategis melalui integrasi kedua
keuntungan kompetitif tetapi juga konsep tersebut.
menjamin keberlangsungan strategi PT. P&P Lembah Karet merupakan
tersebut [1]. perusahaan yang bergerak di bidang
Manajemen rantai pasok merupakan perkebunan dan industri pengolahan karet
salah satu aspek yang bisa digunakan remah (crumb rubber). Perusahaan
untuk menghasilkan keunggulan tersebut merupakan salah satu
kompetitif. Rantai pasok merupakan perusahaan swasta nasional yang dalam
semua tahapan yang terlibat secara kegiatannya menggunakan fasilitas
langsung maupun tidak langsung dalam Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).
memenuhi permintaan konsumen. Industri crumb rubber PT. P&P Lembah
Konsumen yang dimaksud dalam hal ini Karet sudah beroperasi sejak bulan
mencakup produsen, pemasok, September 1971 dengan tujuan
pengangkut, gudang, pengecer dan memenuhi kebutuhan pasar industri
pengguna akhir [2]. Manajemen Rantai nasional dan internasional serta melayani
Pasok adalah metode, alat atau pengolahan hasil perkebunan karet
pendekatan pengelolaan rantai pasok [3]. rakyat.
Keunggulan kompetitif dalam rantai pasok Integrasi konsep LSCM dan GSCM
dilakukan dengan meningkatkan nilai dapat digunakan untuk memberikan
tambah pada berbagai aktivitas yang keunggulan kompetitif bagi PT. P&P
terkait dengan proses pengiriman produk Lembah Karet. Mekanisme pengukuran
ke tangan pengguna akhir. kinerja yang mencakup kedua konsep
Beberapa isu penting dalam tersebut diperlukan untuk menjaga agar
manajemen rantai pasok adalah Lean implementasinya bisa berjalan secara
Supply Chain Management (LSCM) dan sustainable (berkelanjutan). Hal yang
Green Supply Chain Management (GSCM). perlu diperhatikan adalah integrasi antara
Menurut referensi [4], kedua isu tersebut konsep LSCM dan GSCM tidak boleh
memiliki peran sentral dalam meminimasi melupakan prinsip efektivitas dan
biaya dan dampak lingkungan yang efisiensi. Balanced Scorecard (BSC) dapat
dihasilkan oleh perusahaan. Konsep LSCM menjadi landasan yang mampu
dikembangkan berdasarkan filosofi mengakomodir kebutuhan tersebut. BSC
minimasi biaya dan waktu proses rantai meliputi empat perspektif, yaitu:
pasok secara holistik untuk meningkatkan perspektif keuangan, pelanggan, proses
efektivitas. Pendekatan yang berbeda bisnis internal serta pertumbuhan dan
diberikan oleh konsep GSCM. Konsep pembelajaran. Keempat perspektif
GSCM berakar pada perspektif tersebut mampu mengakomodasi aspek

34 Jurnal Optimasi Sistem Industri, Vol. 15 No. 1, April 2016:33-46


ISSN 2088-4842 / 2442-8795 OPTIMASI SISTEM INDUSTRI

penting dalam pengukuran kinerja, Rantai pasok adalah semua tahapan


terutama yang berkaitan dengan yang terlibat secara langsung maupun
efektivitas dan efisiensi. Referensi [4] tidak langsung dalam memenuhi
mengintegrasi konsep LSCM dan GSCM permintaan produsen, pemasok,
dengan perspektif BSC untuk pengangkut, gudang, pengecer dan
menghasilkan rantai pasok yang efektif konsumen akhir [2]. Produsen, pemasok,
dan efisien. Contoh penerapan lainnya pengangkut, gudang dan pengecer
adalah referensi [5] yang juga bekerja sama dan terkoordinasi dalam
mengintegrasikan BSC dan SCOR untuk serangkaian kegiatan yang bertujuan agar
melakukan penilaian kinerja rantai pasok produk dapat sampai ke tangan konsumen
produk soft drink di PT. Coca Cola Padang. akhir guna memenuhi kebutuhannya.
Penelitian yang dilakukan bertujuan Supply Chain Management (SCM)
untuk mengembangkan model kinerja merupakan metode, alat atau pendekatan
rantai pasok PT P&P Lembah Karet. Model pengelolaan rantai pasok [3]. Rangkaian
pengukuran kinerja disusun berdasarkan aktivitas SCM melibatkan berbagai aktor
serangkaian indikator yang mengarah seperti pemasok, produsen, distributor,
pada pencapaian standar tertentu. pengecer dan pelanggan, yang terlibat
Standar yang digunakan adalah secara langsung maupun tidak langsung
pencapaian implementasi konsep LSCM dalam usaha untuk memenuhi permintaan
dan GSCM. Nilai bobot dari setiap indikator konsumen. Peranan SCM menjadi semakin
juga ditentukan agar model yang penting karena pada masa sekarang
dikembangkan bisa digunakan untuk kompetisi bisnis telah bergeser dari
menentukan kebijakan perusahaan secara kompetisi antar perusahaan menjadi
lebih tepat dalam usaha peningkatan kompetisi antar rantai pasok. Manajemen
efektivitas dan efisiensi rantai pasok. yang efektif dari seluruh aktor merupakan
hal yang esensial untuk mencapai
efektivitas rantai pasok [8].
Material, informasi, dan uang
2. TINJAUAN PUSTAKA
merupakan tiga alliran penting dalam
2.1. Supply Chain Management rantai pasok [2]. Material berarti produk,
informasi merupakan data yang telah
Perkembangan teknologi yang cukup
diolah, dan uang adalah sumber daya
pesat di era informasi telah meningkatkan
yang dikeluarkan untuk memastikan
intensitas persaingan dalam dunia bisnis.
kelancaran aliran material dan informasi.
Siklus hidup produk yang semakin pendek
Tujuan SCM adalah mengelola dan
telah menjadikan pasar global lebih
meningkatkan aliran material dari titik
berorientasi kepada konsumen [6].
asal ke titik pengiriman serta umpan balik
Strategi yang kompetitif menjadi langkah
informasi dari konsumen akhir dengan
penting dalam menjalankan bisnis.
biaya seminimum mungkin. Aliran
Lingkungan bisnis manufaktur
informasi yang baik terintegrasi dan
berkembang dengan sangat cepat menuju
transparan mulai dari pemasok hingga
rantai pasok yang lebih panjang dan
konsumen akhir. Integrasi dan
bergantung pada pemasok [7]. Tingkat
transparansi akan mempermudah
respon yang cepat telah menjadi tolak
pengendalian proses pelaksanaan SCM.
ukur penting bagi perusahaan,
Penelitian dibidang SCM relatif terbuka
menyebabkan terjadinya rekonfigurasi
terhadap integrasi teori dari disiplin ilmu
dan perubahan strategi untuk
lain serta penggunaan metode dan
mendapatkan fleksibilitas rantai pasok
paradigma pengetahuan non-
[6]. Kondisi tersebut menyebabkan rantai
konvensional. Hal ini mendorong
pasok menjadi salah satu aspek bisnis
perkembangan teoritis untuk menjelaskan
yang memerlukan strategi kompetitif
berbagai fenomena yang tidak bisa
dalam pelaksanaannya. Aspek bisnis
dijelaskan atau hanya bisa dijelaskan
rantai pasok terkait dengan usaha
secara parsial dari teori dasar SCM [9].
pemenuhan kebutuhan dan mengirimkan
Lean dan green merupakan contoh dari
produk ke konsumen akhir.
dua konsep yang bisa diintegrasikan ke

Perancangan Model Pengukuran....(A. Hasan, et al.) 35


ISSN 2088-4842 / 2442-8795 OPTIMASI SISTEM INDUSTRI

dalam teori SCM. Konsep lean dapat 2.3. Green Supply Chain Management
digunakan untuk meminimasi waste dari
Isu lain yang berkembang dalam sistem
rantai pasok, sementara konsep green
rantai pasok modern adalah penerapan
bermanfaat untuk meminimasi dampak
konsep green. Kecenderungan
lingkungan dari rantai pasok.
perusahaan untuk menerapkan konsep
green sangat bergantung pada posisi
2.2. Lean Supply Chain Management perusahaan dalam rantai pasok. Industri
hilir dan perusahaan yang berada pada
Isu-isu baru yang muncul seiring
posisi downstream lebih menekankan
perkembangan rantai pasok modern
pada praktek green design, pembelian dan
membuka area pemikiran baru dalam
manajemen internal. Perusahaan yang
usaha perbaikan rantai pasok. Strategi
berada pada midstream seperti Original
rantai pasok adalah kumpulan kegiatan
Design Manufacturers (ODM)/ Original
dan aksi strategis di sepanjang rantai
Equipment Manufacturer (OEM) lebih
pasok yang menciptakan rekonsiliasi
fokus terhadap praktek green
antara apa yang dibutuhkan pelanggan
manufacturing and logistics [12]. Terlepas
akhir dengan kemampuan sumber daya
dari posisi perusahaan tersebut,
yang ada pada rantai pasok tersebut [3].
penerapan konsep green didasari oleh
Pemilihan strategi rantai pasok yang tepat
kesadaran lingkungan yang terus
merupakan hal penting bagi perusahaan
berkembang. Seperti yang dikemukankan
dalam mewujudkan keunggulan
oleh [13], Semakin meningkatnya
kompetitifnya untuk pemenuhan
kesadaran lingkungan telah mendukung
kebutuhan pelanggan sesuai harapan dan
bangkitnya Green Supply Chain
kebutuhannya.
Management (GSCM).
Salah satu strategi yang dapat
GSCM adalah paradigma rantai pasok
digunakan untuk meningkatkan
yang terkait dengan isu-isu efisiensi
keunggulan kompetitif perusahaan adalah
lingkungan dan ekologi dari proses bisnis
menerapkan pendekatan lean dalam
perusahaan [14]. Tujuan utama dari
pengelolaan rantai pasok. Lean adalah
GSCM adalah untuk mengintegrasikan
suatu tindakan terus-menerus untuk
nilai-nilai lingkungan ke dalam konsep
menghilangkan pemborosan (waste) dan
rantai pasok [15]. Konsep GSCM
meningkatkan nilai tambah (value added)
dikembangkan berdasarkan perspektif
produk (barang/ jasa) agar memberikan
lingkungan, yaitu minimasi limbah dan
nilai kepada pelanggan [10]. Pendekatan
dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh
lean bertujuan untuk meningkatkan nilai
kegiatan rantai pasok perusahaan
kepada pelanggan (customer value)
industri. Perspektif lingkungan merupakan
dengan meningkatkan rasio value added
salah satu aspek non finansial jangka
terhadap waste secara terus-menerus.
panjang yang harus diperhatikan oleh
Lean Supply Chain Management
perusahaan dalam menjaga keberlanjutan
(LSCM) adalah strategi rantai pasok yang
kegiatan rantai pasoknya.
didasarkan pada minimasi biaya dan
Hasil penelitian referensi [16]
waktu proses rantai pasok secara
menunjukkan bahwa usaha penurunan
keseluruhan untuk meningkatkan
dampak lingkungan akan lebih efektif jika
efektivitas. Konsep LSCM fokus terhadap
dilaksanakan melalui pengelolaan
pengoptimalan proses rantai pasok,
aktivitas internal. Sistem pengukuran
penyederhanaan serta mengurangi limbah
kinerja diperlukan untuk menjamin
dan kegiatan yang tidak memberikan nilai
keberhasilan pengelolaan aktivitas
tambah [11]. Tujuan utama penerapan
internal. Oleh karena itu, implementasi
LSCM adalah untuk menekan biaya
GSCM membutuhkan sistem pengukuran
produksi melalui minimasi setiap kegiatan
kinerja yang handal. Secara mendasar
yang tidak memberikan nilai tambah.
pengukuran kinerja GSCM digunakan
Produktivitas rantai pasok tetap dapat
untuk menentukan efisiensi dan
ditingkatkan sambil tetap menjaga
efektivitas dari sistem yang ada,
kualitas produk dengan cara tersebut.
membandingkan sistem-sistem alternatif

36 Jurnal Optimasi Sistem Industri, Vol. 15 No. 1, April 2016:33-46


ISSN 2088-4842 / 2442-8795 OPTIMASI SISTEM INDUSTRI

yang bersaing atau untuk merancang dalam jangka panjang, untuk kemudian
sistem yang diusulkan dengan diukur dan dikendalikan secara
menentukan nilai-nilai variabel keputusan berkelanjutan. Empat perspektif yang
yang menghasilkan tingkat yang paling dipertimbangkan dalam BSC yaitu [18]:
diinginkan kinerja [14]. 1. Perspektif keuangan, terkait dengan
cara melayani para pemegang saham.
Pengukuran arus kas, pengembalian
2.4. Pengukuran Kinerja Rantai Pasok
atas modal, penjualan dan petumbuhan
Sudah menjadi pemahaman umum penghasilan biasanya digunakan untuk
bahwa pengukuran kinerja menyediakan perspektif keuangan secara khusus
peluang bagi bisnis untuk mengidentifikasi menggunakan.
cara-cara peningkatan keberlanjutan 2. Perspektif pelanggan, terkait dengan
rantai pasok [17]. Proses pengukuran tingkat kepuasan pelanggan. Pada
kinerja rantai pasok meliputi seluruh umumnya pengukuran perspektif ini
aktivitas yang terkait dengan usaha untuk meliputi hal-hal yang berkaitan dengan
memenuhi permintaan pelanggan. tingkat kerusakan, ketepatan waktu
Pengukuran kinerja rantai pasok pengiriman, adanya dukungan garansi,
bertujuan untuk meningkatkan kelancaran pengembangan produk serta hal
arus aliran barang dan informasi dari lainnya yang berasal dari input secara
setiap mata rantai dalam aktivitas rantai langsung dari pelanggan dan
pasok serta untuk mengurangi dihubungkan dengan kegiatan khusus
persediaan. Terdapat beberapa dimensi perusahaan.
yang perlu dipertimbangkan dalam 3. Perspektif proses bisnis internal, yaitu
mengukur kinerja rantai pasok, antara perspektif yang berkaitan dengan
lain: kompetensi utama dan bidang-bidang
1. Biaya, berhubungan dengan dana yang operasional. Proses bisnis internal pada
dikeluarkan untuk membiayai umumnya diukur melalui produktivitas,
operasional rantai pasok. waktu siklus, kualitas, berbagai
2. Waktu, berhubungan dengan lamanya pengukuran biaya dan indikator lain
waktu yang dibutuhkan untuk yang terkait.
melaksanakan sebuah aktivitas. 4. Perspektif pembelajaran dan
3. Kapasitas, berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu perspektif yang
ukuran banyaknya pekerjaan yang erkait dengan peningkatan dan
dapat dilakukan rantai pasok pada penciptaan nilai secara terus-menerus.
rentang periode tertentu. Pengukuran biasanya ditekankan pada
4. Kapabilitas, berhubungan dengan aspek-aspek yang yang berhubungan
kemampuan agregat rantai pasok dengan inovasi dan pembelajaran
untuk melakukan kegiatan-kegiatan. organisasi, seperti: kepemimpinan
teknologi, waktu siklus pengembangan
Pengukuran kinerja rantai pasok fokus produk, peningkatan proses operasi,
terhadap efisiensi biaya dan waktu operasi dan lain-lain.
rantai pasok. Pengukuran ini dilakukan
dengan terlebih dahulu menentukan
indikator-indikator yang relevan.
3. METODOLOGI PENELITIAN
Obyek penelitian adalah PT. P&P
2.5. Balanced Scorecard
Lembah Karet yang berlokasi di Jalan. By
Balanced Scorecard (BSC) merupakan Pass Km 22 Kelurahan Batipuh Panjang,
metode pengukuran kinerja perusahaan Kecamatan Koto Tangah Padang, Sumatra
dengan mempertimbangkan empat Barat. Fokus penelitian adalah rantai
perspektif yang saling berhubungan. pasok produk mulai dari pemasok hingga
Keempat perspektif tersebut berfungsi ke distributor crumb rubber. Studi literatur
sebagai penerjemah beserta cara untuk dilakukan untuk menunjang pelaksanaan
mengkomunikasikan strategi dan tujuan penelitian dengan mempelajari dan
yang ingin dicapai oleh suatu perusahaan memahami berbagai teori dan konsep

Perancangan Model Pengukuran....(A. Hasan, et al.) 37


ISSN 2088-4842 / 2442-8795 OPTIMASI SISTEM INDUSTRI

yang relevan. Teori-teori dan konsep- diterapkan di perusahaan. Teknik


konsep tersebut dikompilasi dari berbagi validasi yang digunakan adalah face
referensi seperti buku, internet dan validity, yaitu meminta opini para pakar
sumber lain yang berhubungan. yang yang relevan untuk menilai model
Jenis data yang dikumpulkan dalam yang dihasilkan.
penelitian adalah berbagai data yang
berhubungan dengan: proses bisnis, jenis
produk yang dihasilkan, bahan baku yang
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
digunakan serta daerah pemasok bahan
baku, proses produksi, transportasi, 4.1. Formulasi Key Performance
daerah distribusi dan pemasaran, pihak- Indicator (KPI)
pihak yang terlibat (stakeholder), profil
KPI diformulasikan berdasarkan konsep
perusahaan (meliputi gambaran umum
LSCM dan GSCM. Formulasi dilakukan
perusahaan, visi dan misi, struktur
melalui studi yang mendalam terhadap
organisasi dan bidang usaha PT. P&P
literatur-literatur LSCM dan GSCM. Daftar
Lembah Karet) serta data dari berbagai
KPI yang diperoleh diverifikasi kepada
literatur yang berhubungan dengan
pihak PT. P&P Lembah Karet untuk
penelitian, seperti konsep-konsep lean
mengetahui kesesuaian indikator tersebut
dan green untuk memformulasikan Key
dengan sistem rantai pasok yang ada.
Performance Indicator (KPI).
Verifikasi menghasilkan 25 KPI yang dapat
Pengumpulan data dilakukan
diukur kinerjanya dan sesuai dengan
menggunakan beberapa metode yaitu,
sistem rantai pasok nyata yang digunakan
observasi, studi Literatur, wawancara,
oleh PT. P&P Lembah Karet. KPI-KPI
kuesioner pembobotan KPI dan opini
tersebut juga merupakan indikator
pakar.
penting yang dapat menjawab kebutuhan
Tahap-tahap yang dilakukan dalam
dari semua stakeholder PT. P&P Lembah
pelaksanaan penelitian ini sebagai
Karet. Hasil verifikasi dan
berikut:
pengelompokannya ke dalam KPI LSCM
1. Studi pendahuluan untuk mengamati
dan GSCM dapat dilihat pada Tabel 1.
kondisi sistem rantai pasok crumb
Jenis-jenis data yang diperlukan untuk
rubber pada PT. P&P Lembah Karet.
proses pengukuran setiap KPI dapat
2. Memformulasikan KPI dari masing-
dilihat pada Tabel 2.
masing konsep LSCM dan GSCM.
3. Pengelompokan KPI LSCM dan GSCM ke
dalam perspektif BSC. 4.2. Pengelompokan KPI dalam
4. Pembobotan dan Penentuan prioritas Perspektif Balanced Scorecard
KPI. (BSC)
Proses pembobotan KPI dilakukan
KPI yang telah diformulasikan tersebut
menggunakan metode Analytical
selanjutnya dikelompokkan dalam
Hierarchy Process (AHP). Nilai bobot
perspektif Balanced Scorecard (BSC) yang
suatu KPI menentukan tingkat prioritas
terdiri atas perspektif financial, customer,
dari KPI tersebut.
internal process business dan learning &
5. Perancangan model pengukuran kinerja
growth. Hal ini dilakukan untuk
LSCM dan GSCM dalam perspektif BSC.
mempermudah dalam melakukan
6. Verifikasi model pengukuran kinerja.
perbandingan berpasangan masing-
Verifikasi dilakukan dengan metode
masing indikator dimana perbandingan
wawancara, yaitu diskusi langsung
berpasangan ini dilakukan untuk setiap
untuk memastikan bahwa hasil
KPI yang berada dalam kelompok yang
perancangan sistem pengukuran
sama dalam perspektif BSC.
kinerja rantai pasok dapat
Pengelompokan KPI ini dilakukan dengan
diimplementasikan dengan benar.
mencocokkan antara pengertian dari
7. Validasi model pengukuran kinerja.
masing-masing KPI terhadap pengertian
Validasi dilakukan untuk membuktikan
dan lingkup dari masing-masing perspektif
bahwa model pengukuran kinerja rantai
BSC. Selain itu, pengelompokan juga
pasok yang dihasilkan telah layak untuk

38 Jurnal Optimasi Sistem Industri, Vol. 15 No. 1, April 2016:33-46


ISSN 2088-4842 / 2442-8795 OPTIMASI SISTEM INDUSTRI

mengacu kepada beberapa referensi yang dengan membuat perbandingan


telah ada yang terkait dengan berpasangan antar KPI menggunakan
pengelompokan KPI rantai pasok terhadap kuesioner pembobotan yang dinilai oleh
perspektif BSC. Pengelompokan ini dapat para pakar di PT. P&P Lembah Karet. Nilai
dilakukan dengan membuat struktur perbandingan berpasangan ini diolah
model penilaian kinerja rantai pasok lean dengan bantuan software Expert Choice
dan green secara terintegrasi dalam untuk mengetahui nilai bobot masing-
perspektif BSC. masing KPI.

Tabel 1. Hasil Verifikasi KPI


Key Performance Indicator (KPI)
No.
Lean Supply Chain Green Supply Chain
1. Total biaya rantai pasok (L1) Operasi hemat energi (G1)
2. Peningkatan kualitas (L2) Disposisi limbah (G2)
Penggunaan material yang bisa didaur
3. Lead time pemesanan (L3)
ulang (G3)
Kerja sama dengan pemasok
4. Total waktu siklus rantai pasok (L4)
bersertifikat (G4)
5. Pengembangan produk (L5) Biaya lingkungan (G5)
6. Utilisasi fasilitas (L6) Emisi udara dan air (G6)
Penggunaan zat-zat tidak berbahaya
7. Akurasi peramalan (L7)
(G7)
Penurunan frekuensi kecelakaan
8. Layanan pasca penjualan (L8)
lingkungan (G8)
Level persediaan material dan produk Tingkat ketertarikan konsumen terhadap
9.
(L9) produk ramah lingkungan (G9)
Keakuratan dokumentasi surat jalan
10. Efisiensi daur ulang (G10)
(L10)
Jumlah produk cacat yang dihasilkan
11.
(L11)
Jumlah truk yang dialokasikan untuk
12.
dikirimkan ke distributor (L12)
13. Revenue perusahaan (L13)
Biaya pelatihan dan pengembangan
14.
karyawan (L14)
15. Tingkat kepuasan konsumen (L15)

Struktur model penilaian kinerja rantai Semakin tinggi nilai bobot suatu KPI,
pasok lean dan green secara terintegrasi maka semakin tinggi tingkat
ini dapat dilihat pada Gambar 1. kepentingannya dibandingkan KPI lainnya.
Bobot dari setiap KPI dapat diterima jika
nilai inconsistency ratio yang didapat
4.3. Pembobotan KPI
kurang dari 0,1. Nilai inconsistency ratio
Pembobotan KPI dilakukan untuk memperlihatkan tingkat konsistensi pakar
mengetahui tingkat prioritas dan dalam memberikan nilai dari
kepentingan masing-masing KPI terhadap perbandingan berpasangan untuk setiap
KPI lainnya. Pembobotan ini dilakukan KPI.

Perancangan Model Pengukuran....(A. Hasan, et al.) 39


ISSN 2088-4842 / 2442-8795 OPTIMASI SISTEM INDUSTRI

Tabel 2. Pengelompokan Data yang Terkait dengan KPI


Klasifikasi Data No. Data
1. Biaya pengadaan bahan baku
2. Biaya produksi
3. Biaya transportasi
4. Biaya penyimpanan
5. Realisasi penjualan
6. Target penjualan
Data Biaya
7. Biaya pengelolaan limbah
dan Finansial
8. Biaya penghijauan lingkungan
9. Biaya untuk menjaga kelestarian lingkungan
10. Biaya seleksi karyawan
11. Biaya pelatihan karyawan
12. Biaya pengembangan potensi karyawan
13. Biaya proses daur ulang
14. Waktu realisasi pemenuhan
15. Waktu target pemesanan
16. Waktu proses daur ulang
Data Waktu 17. Biaya pengadaan bahan baku
18. Waktu produksi
19. Waktu transportasi
20. Waktu penyimpanan
21. Jumlah pemasok bersertifikat
22. Jumlah pemasok
Data Pemasok 23. Jumlah crumb rubber berkualitas
dan Konsumen 24. Total produksi crumb rubber
25. Jumlah keluhan yang diajukan konsumen
26. Jumlah keluhan yang diatasi perusahaan
27. Persediaan rata-rata per bulan perusahaan
28. Pengiriman rata-rata per bulan perusahaan
29. Jumlah material cacat saat proses pengadaan bahan baku
Data Material 30. Jumlah produk cacat saat proses produksi
dan Produk 31. Jumlah produk cacat saat transportasi
32. Jumlah produk cacat saat penyimpanan
33. Jumlah material yang dapat di daur ulang
34. Jumlah keseluruhan material
35. Total energi yang digunakan
36. Jumlah crumb rubber yang dihasilkan
37. Penggunaan kapasitas aktual
38. Penggunaan kapasitas yang direncanakan
39. Jumlah kecelakaan lingkungan
40. Jumlah senyawa hasil pembakaran
Data Proses Produksi
41. Berat limbah yang dibuang
42. Total berat limbah
43. Peramalan permintaan konsumen
44. Permintaan aktual konsumen
45. Zat berbahaya yang digunakan
46. Total zat yang digunakan
47. Realisasi dokumen yang diterima distributor
48. Realisasi produk berdasarkan surat jalan
Data Transportasi
49. Jumlah truk yang direalisasikan
50. Jumlah truk yang dibutuhkan

40 Jurnal Optimasi Sistem Industri, Vol. 15 No. 1, April 2016:33-46


ISSN 2088-4842 / 2442-8795 OPTIMASI SISTEM INDUSTRI

Penilaian Kinerja KPI Definisi


Rantai Pasok L1 Total biaya rantai pasok
L13 Revenue perusahaan
G5 Biaya lingkungan
Internal L2 Peningkatan kualitas
Financial Customer Learning and
Business L7 Akurasi peramalan
(F) (C) Growth (LG)
Process (P) L15 Tingkat kepuasan pelanggan
Tingkat ketertarikan konsumen pada produk
G9
L1 L2 L3 L5 ramah lingkungan
L3 Lead time pemesanan
L13 L7 L4 L8 L4 Total waktu siklus rantai pasok
L6 Utilitas kapasitas
G5 L15 L6 L10 L9 Level persediaan material dan produk
L11 Jumlah produk cacat yang dihasilkan
G9 L9 L14 Jumlah truk yang dialokasikan untuk
L12
pengiriman ke distributor
L11 G4 G1 Operasi hemat energi
G2 Disposisi limbah
L12 G8 G3 Penggunaan material yang bisa didaur-ulang
G6 Emisi udara dan air
G1 G10 G7 Penggunaan zat-zat tidak berbahaya
L5 Pengembangan produk
G2 L8 Layanan pasca penjualan
L10 Keakuratan dokumentasi surat jalan
G3 L14 Biaya pelatihan dan pengembangan karyawan
G4 Kerjasama dengan pemasok bersertifikat
G6 G8 Penurunan frekuensi kecelakaan lingkungan
G10 Efisiensi daur ulang
G7

Gambar 1. Struktur Model Penilaian Kinerja Rantai Pasok Lean dan Green Secara
Terintegrasi dalam Perspektif BSC

Hasil pembobotan ini didapatkan dari Tabel 4. Bobot Indikator pada Perspektif
perbandingan berpasangan antar keempat Financial
perspektif yaitu perspektif financial,
Kode
customer, internal process business dan Definisi Bobot
KPI
learning & growth menggunakan software
L1 Total biaya rantai pasok 0,333
expert choice. Hasil pembobotan KPI
dapat dilihat pada Tabel 3 sampai dengan L13 Revenue perusahaan 0,333
Tabel 7. G5 Biaya lingkungan 0,333

Tabel 3. Bobot Indikator pada Ruang Tabel 5. Bobot Indikator pada Perspektif
Lingkup BSC Consumer
Kode Kode
Definisi Bobot Definisi Bobot
KPI KPI
F Financial 0,162 L2 Peningkatan kualitas 0,365
C Customer 0,487 L7 Akurasi peramalan 0,076
IP Internal Business Process 0,223 Tingkat kepuasan
L15 0,302
konsumen
LG Learning and Growth 0,127
Tingkat ketertarikan
G9 konsumen terhadap 0,257
produk ramah lingkungan

Perancangan Model Pengukuran....(A. Hasan, et al.) 41


ISSN 2088-4842 / 2442-8795 OPTIMASI SISTEM INDUSTRI

Tabel 6. Bobot Indikator pada Perspektif Tabel 8. Bobot Keseluruhan KPI


Internal Process Business Bobot
Kode Bobot Bobot
Kode Perspektif
Definisi Bobot KPI KPI Keseluruhan
KPI
KPI
L1 0,333 0,054
L3 Lead time pemesanan 0,121
Total waktu siklus rantai L13 0,333 0,162 0,054
L4 0,069
pasok G5 0,333 0,054
L6 Utilisasi kapasitas 0,169 L2 0,365 0,178
Level persediaan material L7 0,076 0,037
L9 0,074
dan produk 0,487
Jumlah produk cacat L15 0,302 0,147
L11 0,064
yang dihasilkan G9 0,257 0,125
Jumlah truk yang L3 0,121 0,009
L12 dialokasikan untuk 0,037
pengiriman ke distributor L4 0,069 0,005
G1 Operasi hemat energi 0,078 L6 0,169 0,013
G2 Disposisi limbah 0,088 L9 0,074 0,006
Penggunaan material L11 0,064 0,005
G3 0,099
yang bisa didaur ulang L12 0,037 0,078 0,003
G6 Emisi udara dan air 0,106 G1 0,078 0,006
Penggunaan zat-zat tidak
G7 0,094 G2 0,088 0,007
berbahaya
G3 0,099 0,008
Tabel 7. Bobot Indikator pada Perspektif G6 0,106 0,008
Learning and Growth G7 0,094 0,007
Kode L5 0,154 0,014
Definisi Bobot
KPI L8 0,175 0,015
L5 Pengembangan produk 0,154 L10 0,077 0,007
L8 Layanan pasca penjualan 0,175 L14 0,096 0,088 0,008
Keakuratan dokumentasi
L10 0,077 G4 0,082 0,007
surat jalan
Biaya pelatihan dan G8 0,262 0,023
L14 0,096
pengembangan karyawan G10 0,154 0,014
Kerjasama dengan
G4 0,082
pemasok bersertifikat
Penurunan frekuensi 4.5. Struktur Model Pengukuran
G8 0,262
kecelakaan lingkungan Kinerja Rantai Pasok
G10 Efisiensi daur ulang 0,154
Model pengukuran kinerja rantai pasok
Lean dan Green dengan perspektif BSC
4.4. Prioritas KPI Berdasarkan Hasil dirancang dalam bentuk metrik. Metrik
Pembobotan pengukuran kinerja ini dapat dilihat pada
Tabel 10.
Pembobotan KPI secara keseluruhan
dilakukan dengan mengalikan antara
bobot masing-masing KPI dengan bobot 4.6. Validasi Model
perspektif dimana KPI tersebut Validasi merupakan tahapan yang perlu
dikelompokkan. Hasil pembobotan KPI dilakukan untuk menjelaskan bahwa
keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 8. model pengukuran kinerja rantai pasok
Berdasarkan bobot keseluruhan yang dirancang layak untuk diterapkan
masing-masing KPI, selanjutnya dilakukan pada sistem nyata. Aspek-aspek yang
penentuan prioritas KPI mulai dari KPI dipertimbangkan dalam proses validasi
yang memiliki bobot tertinggi hingga KPI model sebagai berikut:
yang memiliki bobot terendah. Prioritas
KPI dapat dilihat pada Tabel 9.

42 Jurnal Optimasi Sistem Industri, Vol. 15 No. 1, April 2016:33-46


ISSN 2088-4842 / 2442-8795 OPTIMASI SISTEM INDUSTRI

1. KPI sesuai dengan kondisi nyata PT. perusahaan perlu mengetahui tingkat
P&P Lembah Karet dan bersifat efektivitas dan efisiensi rantai pasok
representatif, artinya KPI tersebut dalam rangka memproduksi crumb rubber
dapat mewakili kebutuhan-kebutuhan yang berkualitas dan ramah lingkungan
dari para stakeholder yang terlibat pada untuk meningkatkan kepuasan konsumen.
aktivitas rantai pasok. Jika perusahaan dapat mengetahui tingkat
2. KPI yang terdapat pada model dapat pencapaian kinerjanya saat ini maka
diukur kinerjanya dalam aktivitas rantai perusahaan dapat menentukan kebijakan
pasok crumb rubber PT. P&P Lembah yang tepat dan sesuai di masa datang.
Karet.
3. Urutan prioritas KPI yang terdapat pada Tabel 9. Bobot Indikator pada Perspektif
model merupakan KPI yang benar- Consumer
benar menjadi indikator kritis bagi
Kode
kinerja rantai pasok PT. P&P Lembah Definisi Bobot
KPI
Karet.
L2 Peningkatan kualitas 0,178
4. Model pengukuran kinerja rantai pasok
Tingkat kepuasan
yang dirancang dapat L15
konsumen
0,147
diimplementasikan di PT. P&P Lembah Tingkat ketertarikan
Karet untuk mengukur efektivitas dan G9 konsumen terhadap produk 0,125
efisiensi rantai pasok crumb rubber. ramah lingkungan
L1 Total biaya rantai pasok 0,054
Teknik validasi yang diterapkan adalah
L13 Revenue perusahaan 0,054
face validity, yaitu bertanya kepada orang
G5 Biaya lingkungan 0,054
yang memiliki pengetahuan dan
pengalaman yang memadai tentang L7 Akurasi peramalan 0,037
konsep lean dan green. Responden akan Penurunan frekuensi
G8 0,023
memberikan penilaian terhadap kecelakaan lingkungan
komponen-komponen model yang L8 Layanan pasca penjualan 0,015
dirancang. Validasi dilakukan oleh Wakil L5 Pengembangan produk 0,014
Manajemen PT. P&P Lembah Karet. G10 Efisiensi daur ulang 0,014
Hasil validasi menunujukkan bahwa
L6 Utilisasi kapasitas 0,013
model pengukuran kinerja rantai pasok
yang dirancang telah valid dan dapat L3 Lead time pemesanan 0,009
diterima oleh pihak PT. P&P Lembah Karet. Penggunaan material yang
G3 0,008
Model ini dapat diimplementasikan untuk bisa didaur ulang
pengukuran kinerja rantai pasok G6 Emisi udara dan air 0,008
perusahaan. Pengukuran kinerja Biaya pelatihan dan
L14 0,008
dilakukan untuk melihat efektivitas dan pengembangan karyawan
efisiensi rantai pasok. G2 Disposisi limbah 0,007
Aspek yang diprioritaskan adalah aspek Penggunaan zat-zat tidak
G7 0,007
konsumen untuk meningkatkan nilai guna berbahaya
mencapai kepuasan konsumen crumb Keakuratan dokumentasi
L10 0,007
surat jalan
rubber. Hal ini sesuai dengan hasil
Kerjasama dengan
penentuan prioritas yang dilakukan G4 0,007
pemasok bersertifikat
terhadap seluruh KPI. Nilai bobot prioritas Level persediaan material
tiga terbesar dari seluruh KPI L9 0,006
dan produk
menunjukkan bahwa peningkatan kualitas G1 Operasi hemat energi 0,006
dan tingkat kepuasan pelanggan terhadap
Total waktu siklus rantai
produk ramah lingkungan harus menjadi L4 0,005
pasok
prioritas pada target perusahaan. Hal ini Jumlah produk cacat yang
juga diakui oleh pihak perusahaan bahwa L11 0,005
dihasilkan
menciptakan crumb rubber berkualitas Jumlah truk yang
dengan dampak lingkungan yang minimal L12 dialokasikan untuk 0,003
merupakan tuntutan penting dari pengiriman ke distributor
konsumen saat ini. Oleh karena itu,

Perancangan Model Pengukuran....(A. Hasan, et al.) 43


ISSN 2088-4842 / 2442-8795 OPTIMASI SISTEM INDUSTRI

Tabel 10. Struktur Model Pengukuran Kinerja Rantai Pasok


Internal Learning
Kode Financial Consumer Business and Bobot
Definisi Process Growth
KPI
L G L G L G L G
L2 Peningkatan kualitas 0,178
Tingkat kepuasan
L15 0,147
konsumen
Tingkat ketertarikan
konsumen terhadap
G9 0,125
produk ramah
lingkungan
Total biaya rantai
L1 0,054
pasok
L13 Revenue perusahaan 0,054
G5 Biaya lingkungan 0,054
L7 Akurasi peramalan 0,037
Penurunan frekuensi
G8 0,023
kecelakaan lingkungan
Layanan pasca
L8 0,015
penjualan
L5 Pengembangan produk 0,014
G10 Efisiensi daur ulang 0,014
L6 Utilisasi kapasitas 0,013
L3 Lead time pemesanan 0,009
Penggunaan material
G3 0,008
yang bisa didaur ulang
G6 Emisi udara dan air 0,008
Biaya pelatihan dan
L14 pengembangan 0,008
karyawan
G2 Disposisi limbah 0,007
Penggunaan zat-zat
G7 0,007
tidak berbahaya
Keakuratan
L10 dokumentasi surat 0,007
jalan
Kerjasama dengan
G4 0,007
pemasok bersertifikat
Level persediaan
L9 0,006
material dan produk
G1 Operasi hemat energi 0,006
Total waktu siklus
L4 0,005
rantai pasok
Jumlah produk cacat
L11 0,005
yang dihasilkan
Jumlah truk yang
dialokasikan untuk
L12 0,003
pengiriman ke
distributor

melalui tahapan berikut ini:


4.7. Implementasi Model
1. Mengumpulkan data yang berhubungan
Implementasi model pengukuran dengan KPI sesuai model pengukuran
kinerja rantai pasok ini dapat dilakukan kinerja rantai pasok yang dirancang.

44 Jurnal Optimasi Sistem Industri, Vol. 15 No. 1, April 2016:33-46


ISSN 2088-4842 / 2442-8795 OPTIMASI SISTEM INDUSTRI

2. Membuat Standar Operational dibuktikan dari 3 KPI pada urutan


Procedure (SOP) untuk melakukan tertinggi bobotnya pada model
pengukuran kinerja rantai pasok crumb penilaian kinerja rantai pasok yang
rubber dan membuat formulir yang dirancang. Bobot untuk ketiga KPI
dibutuhkan dalam pengukuran dan tersebut masing-masingnya 0.178;
dokumentasi hasil pengukuran kinerja. 0.147 dan 0.125.
3. Melakukan pengukuran kinerja rantai
pasok crumb rubber di PT. P&P Lembah Saran-saran yang berkaitan dengan
Karet dan mendokumentasikan hasil hasil-hasil penelitian ini sebagai berikut:
pengukuran kinerja tersebut. 1. Koordinasi dalam kemudahan akses
4. Menentukan kebijakan yang tepat informasi antar departemen dan
terhadap kinerja rantai pasok PT. P&P keterlibatan seluruh karyawan PT. P&P
Lembah Karet berdasarkan hasil Lembah Karet sangat dibutuhkan agar
pengukuran kinerja yang telah implementasi model ini dapat dilakukan
dilakukan untuk masing-masing KPI. dengan tepat.
2. Penelitian selanjutnya dapat melakukan
pengukuran kinerja rantai pasok lean
dan green secara terintegrasi di PT. P&P
5. KESIMPULAN DAN SARAN
Lembah Karet untuk mengetahui
Penelitian ini telah menghasilkan efektivitas dan efisiensi rantai pasok
sekumpulan KPI yang diperoleh dari PT. P&P Lembah Karet saat ini
integrasi konsep lean dan green pada berdasarkan model yang telah
rantai pasok crumb rubber di PT. P&P dirancang pada penelitian ini.
Lembah Karet. Hasil dari pengintegrasian 3. Aspek penelitian dapat diperluas untuk
sebagai berikut: penelitian selanjutnya, tidak hanya
1. Formulasi KPI sebanyak 25 KPI yang dalam ruang lingkup sistem rantai
terdiri dari 15 KPI rantai pasok Lean pasok lean dan green saja, tetapi
dan 10 KPI rantai pasok Green. KPI ini sistem rantai pasok secara menyeluruh.
merupakan indikator penting yang
dapat menjawab kebutuhan dari semua
stakeholder yang terlibat pada rantai DAFTAR PUSTAKA
pasok crumb rubber di PT. P&P Lembah
[1] Porter, M. E. (1985). Competitive
Karet dari aspek pengurangan biaya
Advantage: Creating and Sustaining
dan dampak lingkungan.
Superior Performance. New York:
2. Pengelompokan KPI dalam empat
The Free Press.
perspektif BSC yaitu perspektif
[2] Chopra, S. dan Peter, M. (2007).
financial, customer, internal process
Supply Chain Management, Strategy
business dan learning & growth. KPI
Planning & Operation, 3rd Edition.
keseluruhan yang jumlahnya 25 KPI
New Jersey: Pearson Prentice Hall.
dapat dikelompokkan yaitu 3 KPI untuk
[3] Pujawan, I. N. (2005). Supply Chain
perspektif financial, 4 KPI untuk
Management, Surabaya:
perspektif customer, 11 KPI untuk
Gundawidya.
perspektif internal process business
[4] Duarte, S., Cabrita, R. dan Machado,
dan 7 KPI untuk perspektif learning &
V. C. (2011). Exploring Lean and
growth.
Green Supply Chain Performance
3. Penentuan prioritas KPI secara
Using Balanced Scorecard
keseluruhan dilakukan dengan
Perspective. Proceedings of the 2011
mengurutkan KPI mulai dari yang
International Conference on
memiliki bobot tertinggi hingga bobot
Industrial Engineering and
terendah. KPI yang memiliki prioritas
Operations Management, 22-24
tertinggi artinya KPI ini merupakan KPI
Januari, Kuala Lumpur, pp. 520-525.
yang memiliki pengaruh besar terhadap
[5] Putri, R. M. (2010). Integrasi
kinerja rantai pasok perusahaan. Pada
Balance Scorecard dan SCOR Dalam
penelitian ini, perspektif customer
Penilaian Kinerja Rantai Pasok pada
merupakan yang menjadi prioritas yang

Perancangan Model Pengukuran....(A. Hasan, et al.) 45


ISSN 2088-4842 / 2442-8795 OPTIMASI SISTEM INDUSTRI

Produk Soft Drink. Tugas Akhir. Journal Production Economics, Vol.


Universitas Andalas, Indonesia. 111, No. 2, pp. 261-273.
[6] Dev. N. K., Shankar, R., Dey, P. K. [15] Mudgal, R. K., Shankar, R., Talib, P.
(2014). Reconfiguration of Supply dan Raj, T. (2009). Greening the
Chain Network: An ISM-based Supply Chain Practices: An Indian
Roadmap to Performance. Perspective of
Benchmarking: An International Enablers`Relationship. International
Journal, Vol. 21, No. 3, pp. 386-411. Journal Advanced Operations
[7] Routroy, S. and Pradhan, S. K. Management, Vol. 1, No. 2/3, pp.
(2014). Benchmarking Model of 151-176.
Supplier Development for An Indian [16] De Giovanni, P. dan Vinzi, V. E.
Gear Manufacturing Company. (2014). The Benefits of the
Benchmarking: An International Emissions Trading Mechanism for
Journal, Vol. 21, No. 2, pp. 253-275. Italian Firms: A Multi-Group
[8] Simon, A. T., Satolo, E. G., Scheidl, Analysis. International Journal of
H. A. dan Di Serio, L. C. (2014). Physical Distribution & Logistics
Business Process In Supply Chain Management, Vol. 44, No. 4, pp.
Integration In Sugar and Ethanol 305-324.
Industry. Business Process [17] Acquaye, A., Genovese, A., Barrett,
Management Journal, Vol. 20, No. 2, J. dan Lenny Koh, S. C. (2014).
pp. 272-289. Benchmarking Carbon Emissions
[9] Gold, S. (2014). Supply Chain Performance In Supply Chains.
Management as Lakatosian Research Supply Chain Management: An
Program. Supply Chain International Journal, Vol. 19, No. 3,
Management: An International pp. 306-321.
Journal, Vol. 19, No. 1, pp. 1-9. [18] Tunggal, A. W. (2011). Pokok-Pokok
[10] Gaspersz, V. (2007). Lean Six Performance Measurement dan
Sigma, Jakarta: PT. Gramedia Balanced Scorecard, Jakarta:
Pustaka Utama. Harvindo.
[11] Machado, V. C. dan Duarte, S.
(2010). Trade offs Among Paradigms
in Supply Chain Management.
Proceeding of the 2010 International
Conference on Industrial
Engineering and Operations
Management, 9-10 Januari, Dhaka,
Bangladesh.
[12] Lo, S. M. (2014). Effects of supply
chain position on the motivation and
practices of firms going green.
International Journal of Operations &
Production Management, Vol. 34,
No. 1, pp. 93-114.
[13] Sahu, N. K., Datta, S. dan
Mahapatra, S. S. (2014). Green
Supplier Appraisement In Fuzzy
Environment. Benchmarking: An
International Journal, Vol. 21, No. 3,
pp. 412-429.
[14] Zhu, Q., Sarkis, J. dan Lai, K.
(2008). Confirmation of a
Measurement Model for Green
Supply Chain Management Practices
Implementation. International

46 Jurnal Optimasi Sistem Industri, Vol. 15 No. 1, April 2016:33-46

S-ar putea să vă placă și