Sunteți pe pagina 1din 16

MANAJEMEN BENCANA OLEH BADAN PENANGGULANGAN

BENCANA DAERAH (BPBD) DALAM MENANGGULANGI BANJIR


DI KOTA SEMARANG

Dio Mahardika, Endang Larasati


Departemen Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro
Jl. Prof. H. Soedarrto, S.H Tembalang Semarang Kotak Pos 1269
Telepon (024) 7465407 Faksimile (024) 7465405
Laman: http://fisip.undip.ac.id email: fisip@undip.ac.id

ABSTRACT

The most frequent disaster in many city of Indonesia is flood disaster, so disaster
management is required to minimize the risks caused by floods. This study focuses on
disaster management conducted by the Regional Disaster Management Agency (BPBD)
Semarang City, whether it is in accordance with the stages of disaster management that is
pre-disaster, during the disaster, and post disaster. So this research is to find out how the
disaster management conducted by Regional Disaster Management Agency (BPBD)
Semarang City in handling the flood disaster.
The research method used in this research is qualitative method of descriptive type, with
staff as an informant from Regional Disaster Management Agency (BPBD) Semarang City
which has duty to conduct disaster management in Semarang City. This research explains
about how disaster management conducted by BPBD in tackling flood disaster in Semarang
City is in accordance with disaster management theory or not yet.
The results showed that the stages of disaster management carried out BPBD Semarang City
is starting from pre-disaster that there are still shortcomings that is not the formation of
contingency plans, then in the stage when there is a disaster that is lack of logistics and
disaster emergency personnel, and the last stage is post-disaster there are still shortcomings
where the form of rehabilitation conducted BPBD there are still less appropriate target.
Keyword: stages of disaster management, Semarang city’s BPBD, handling floods in
Semarang
PENDAHULUAN disebabkan oleh manusia, kecelakaan
transportasi, dampak industri, bom
A. Latar Belakang
nuklir, pencemaran lingkungan seperti
Kondisi geografis daerah kota dan polusi udara, polusi air sungai, dan lain
kabupaten di Indonesia yang beragam sebagainya. Bencana sosial terjadi
mulai dari suatu daerah yang terletak di karena rusak dan kurang harmonisnya
dataran tinggi, dataran rendah, namun hubungan antar sosial antar anggota
juga ada suatu daerah yang memiliki masyarakat yang disebabkan berbagai
dataran rendah dan juga dataran tinggi. faktor baik sosial, budaya, suku atau
Kondisi tersebut yang menyebabkan ketimpangan sosial.
Indonesia merupakan salah satu negara
Bencana alam yang sering sekali
yang mempunyai potensi bencana alam
melanda banyak daerah di Indonesia
yang tinggi. Bencana alam yang sering
yaitu banjir. Banjir merupakan bencana
terjadi di Indonesia seperti gunung
alam yang sudah menjadi hal biasa bagi
meletus, banjir dan rob, tanah longsor,
masyarakat Indonesia, khususnya bagi
gempa bumi, hingga yang paling ekstrem
mereka masyarakat di kota yang berada
adalah gelombang tsunami.
di pesisir pantai. Kota yang berada di
Potensi penyebab bencana di pesisir pantai biasanya kerap sekali
Indonesia dapat dikelompokkan dalam 3 terjadi bencana banjir. Hal ini
(tiga) golongan yaitu karena faktor alam, disebabkan karena dua hal yaitu antara
perbuatan manusia, dan sosial. Bencana perbuatan manusia atau memang benar-
alam antara lain berupa gempa bumi, benar merupakan bencana dari alam.
letusan gunung api, angin topan, tanah Banjir yang atas perbuatan manusia
longsor, kekeringan kebakaran adalah akibat dari ulah masyarakat yang
hutan/lahan karena faktor alam, hama tidak bisa menjaga lingkungannya
penyakit tanaman, epidemi wabah, dengan baik. Sebagai contoh adalah
kejadian luar biasa, dan kejadian kebiasaan masyarakat yang membuang
antariksa/benda-benda angkasa. sampah ke sungai, hal ini yang ternyata
Bencana buatan manusia antara lain masih kurang diperhatikan oleh
berupa kebakaran hutan/lahan yang masyarakat bahwa mereka belum paham
mengenai akibat dari kebiasaan mereka
jika membuang sampah ke sungai. Lalu warming) dan juga adanya penurunan
banjir yang benar-benar merupakan permukaan tanah (land subsidence),
bencana alam contohnya adalah, curah selain itu juga permasalahan yang klasik
hujan yang sangat tinggi dan juga dalam yaitu membuang sampah di sungai dan
kurun waktu yang lama, sehingga selokan, dan juga sistem drainase yang
mengakibatkan debit air sungai kurang baik.
meningkat tinggi dan juga sistem
Bencana banjir yang terjadi di
drainase yang tidak dapat menampung
Semarang tiap tahunnya ini merupakan
derasnya air hujan yang turun, sehingga
salah satu permasalahan utama yang
mengakibatkan banjir di suatu daerah.
dihadapi oleh warga Semarang dan juga
Bencana alam dapat terjadi di mana saja,
Pemerintah Kota Semarang. Akibat dari
termasuk di kota besar seperti kota
bencana banjir inilah yang merugikan
Semarang. Kota Semarang memiliki
masyarakat Semarang baik dari sisi
letak geografis yang menarik yaitu
materiil dan psikologis. Secara materiil
memiliki gunung sekaligus memiliki
warga yang terkena bencana banjir tiap
pantai, hal ini sangat jarang sekali
tahunnya harus kehilangan harta
ditemukan oleh kota-kota lain di
bendanya, dan secara psikologis akan
Indonesia.
berdampak juga pada masyarakat.
Selama lima tahun terakhir Dampak psikologis uni yang membuat
bencana banjir selalu hadir di Kota pikiran dan hidup warga yang sering
Semarang. Baik banjir akibat genangan terkena bencana banjir menjadi tidak
air yang diakibatkan oleh air hujan, tenang. Karena setiap kali hujan deras
maupun banjir akibat meluapnya air laut dalam waktu yang lama, mereka pun
atau yang lebih khususnya disebut banjir was-was terhadap akibat dari hujan
rob. Di dalam catatan sejarah Semarang apakah akan datang banjir atau tidak.
tidak pernah lepas dari ancaman banjir. Ketidaktenangan perasaan warga inilah
Penyebab banjir di Semarang pun yang merugikan mereka, karena warga
beragam. Mulai dari tingginya volume juga berhak mendapat ketenangan dalam
air pasang di Laut Jawa, lalu kenaikan hidupnya.
permukaan air laut yang merupakan
B. Rumusan Masalah
dampak dari pemanasan global (global
1. Bagimana manajemen bencana Tahapan pra bencana ini merupakan
yang dilakukan oleh BPBD Kota tahapan manajemen bencana pada
Semarang dalam menanggulangi kondisi sebelum kejadian atau pra
bencana banjir? bencana meliputi kesiagaan, peringatan
2. Apa faktor penghambat dan dini, dan mitigasi.
pendukung dalam manajemen
1. Kesiagaan adalah serangkaian
bencana BPBD Kota Semarang
kegiatan yang dilakukan untuk
dalam menanggulangi bencana
mengantisipasi bencana melalui
banjir?
pengorganisasian serta melalui
C. Tujuan langkah yang tepat guna dan berdaya

1. Untuk mengetahui manajemen guna. Membangun kesiagaan adalah

bencana BPBD Kota Semarang unsur penting, namun tidak mudah

dalam penanggulangan banjir. dilakukan karena menyangkut sikap

2. Untuk mengetahui apa saja yang mental dan budaya serta disiplin di

menjadi faktor penghambat dan teman masyarakat. Kesiagaan adalah

pendukung BPBD Kota Semarang tahapan yang paling strategis karena

dalam penanggulangan manajemen sangat menentukan ketahanan

bencana banjir di Semarang. anggota masyarakat dalam


menghadapi datangnya suatu
D. Kajian Teori
bencana.

D.1 Manajemen Bencana 2. Peringatan dini, langkah ini

Tahapan Manajemen Bencana diperlukan untuk memberi peringatan


kepada masyarakat tentang bencana
Manajemen bencana merupakan suatu yang akan terjadi sebelum kejadian
proses terencana yang dilakukan untuk seperti banjir, gempa bumi, tsunami,
mengelola bencana dengan baik dan letusan gunung api atau badai terjadi.
aman melalui 3 (tiga) tahapan sebagai 3. Mitigasi bencana adalah serangkaian
berikut: upaya untuk mengurangi risiko
bencana, baik melalui pembangunan
1) Pra Bencana
fisik maupun penyadaran dan
peningkatan kemampuan menghadapi Tindakan ini dilakukan oleh tim
ancaman bencana. Mitigasi bencana penanggulangan yang dibentuk di
adalah upaya untuk mencegah atau masing-masing daerah atau
mengurangi dampak yang organisasi. Dalam hal ini
ditimbulkan akibat suatu bencana, Pemerintah Kota Semarang
sehingga jelas bahwa mitigasi bersifat memiliki Badan Penanggulangan
pencegahan sebelum kejadian. Bencana (BPBD). Langkah-langkah
2) Saat Kejadian Bencana yang harus dilakukan dalam kondisi
Saat peringatan dini ataupun tanpa tanggap darurat antara lain:
peringatan sekalipun namun bencana a) Pengkajian secara cepat dan tepat
tetap terjadi maka di situlah diperlukan terhadap lokasi, kerusakan, dan
langkah-langkah seperti tanggap darurat sumberdaya, sehingga dapat
untuk dapat mengatasi dampak bencana diketahui dan diperkirakan
dengan cepat dan tepat agar jumlah magnitude bencana, luas area yang
korban atau kerugian dapat terkena dan diperkirakan tingkat
diminimalkan. kerusakannya
1. Tanggap Darurat: b) Penentuan status keadaan darurat
Tanggap darurat bencana adalah bencana
serangkaian kegiatan yang c) Berdasarkan penilaian awal dapat
dilakukan dengan segera pada saat diperkirakan tingkat bencana
kejadian bencana untuk menangani sehingga dapat pula ditentukan
dampak buruk yang ditimbulkan, status keadaan darurat. Jika tingkat
yang meliputi kegiatan bencana sangat besar dan
penyelamatan dan evakuasi korban, berdampak luas, mungkin bencana
harta benda, pemenuhan kebutuhan tersebut dapat digolongkan sebagai
dasar, perlindungan, pengurusan bencana nasional
pengungsi, penyelamatan, serta d) Penyelamatan dan evakuasi
pemulihan sarana dan prasarana. masyarakat yang terkena bencana
Tanggap darurat adalah
tindakan segera yang dilakukan
untuk mengatasi kejadian bencana.
Langkah selanjutnya adalah 3) Pasca Bencana
melakukan penyelamatan dan Setelah bencana terjadi dan setelah
evakuasi korban bencana yaitu: proses tanggap darurat dilewati, maka
langkah berikutnya adalah melakukan
1) Pemenuhan kebutuhan dasar
rehabilitasi dan rekonstruksi.
seperti sandang, pangan papan
1. Rehabilitasi:
2) Perlindungan terhadap kelompok
Rehabilitasi adalah perbaikan
rentan, yaitu anak-anak, orang
dan pemulihan semua aspek
tua, wanita, pasien rumah sakit,
pelayanan publik atau
dan warga yang dianggap lemah
masyarakat sampai tingkat yang
lainnya
memadai pada wilayah pasca
3) Pemulihan dengan segera sarana
bencana dengan sasaran utama
dan prasarana vital seperti
untuk normalisasi atau
saluran telepon, jaringan listrik,
berjalannya secara wajar semua
air minum, akses jalan.
aspek pemerintahan dan
2. Penanggulangan Bencana:
kehidupan masyarakat pada
Selama kegiatan tanggap darurat,
wilayah pasca bencana. Di
upaya yang dilakukan adalah
tingkat industri atau perusahaan,
menanggulangi bencana yang
fase rehabilitasi dilakukan untuk
terjadi sesuai dengan sifat dan
mengembalikan jalannya operasi
jenisnya. Penanggulangan
perusahaan seperti sebelum
bencana memerlukan keahlian
terjadi bencana terjadi. Upaya
dan pendekatan khusus menurut
rehabilitasi misalnya
kognisi dan skala kejadian. Tim
memperbaiki peralatan yang
tanggap darurat diharapkan
rusak dan memulihkan jalannya
mampu menangani segala bentuk
perusahaan seperti semula.
bencana. Oleh karena itu tim
2. Rekonstruksi:
tanggap darurat harus diorganisir
Rekonstruksi adalah
dan dirancang untuk dapat
pembangunan kembali semua
menangani berbagai jenis
sarana dan prasarana,
bencana.
kelembagaan pada wilayah
pasca-bencana baik pada tingkat lama dan intensif menyatu dengan
pemerintahan maupun kegiatan atau medan aktifitas yang
masyarakat dengan sasaran menjadi informasi.
utama tumbuh dan
berkembangnya kegiatan Analisis penelitian Tahapan analisis

perekonomian, sosial dan data yang diperoleh dilakukan mulai dari

budaya, tegaknya hukum dan Pengumpulan Data; Reduksi Data yakni

ketertiban, dan bangkitnya peran merangkum dan memilih hal-hal yang

serta masyarakat dalam segala pokok; Uji Keabsahan data; Penyajian

kegiatan aspek kehidupan Data hasil penelitian; Penarikan

bermasyarakat pada wilayah Kesimpulan. Analisis data dilapangan

pasca-bencana. Proses dilakukan menggunakan analisis

rekonstruksi tidak mudah dan Spradley dalam Sugiyono (2016: 354-

memerlukan upaya keras dan 362) yakni analisis domain dan

terencana dan peran serta semua taksonomi.

anggota masyarakat.
Kualitas Data
E. Metode
Pengujian kebashan dalam penelitian ini
Desain Penelitian
menggunakan Teknik Triangulasi
Penelitian ini menggunakan tipe Sumber yakni uji validitas dengan cara
penelitian kualitatif pendekatan mengecek data yang diperoleh dari
deskriptif. Data yang diperoleh sumber yang berbeda. Data wawancara
bersumber dari data primer hasil dari satu narasumber di cek kembali
wawancara dan data sekunder dari dengan data hasil wawancara dengan
kepustakaan Dinas Pemberdayaan sumber lain
Perempuan dan Perlindungan Anak Kota
HASIL DAN PEMBAHASAN
Semarang. Teknik pemilihan informan
menggunakan teknik purposive A. Manajemen Bencana oleh BPBD
sampling, dimana peneliti menentukan Semarang dalam menanggulangi
sendiri informan kunci dan informan bencana banjir
biasa dengan alasan subyek telah cukup
A.1 Tahap Pra Bencana masyarakat yang berada di daerah rawan
akan bencana banjir agar dapat
Mitigasi
mengantisipasi apabila terjadi banjir.
Mitigasi merupakan salah satu dari
Pembentukan Kelurahan Siaga
tahapan manajemen bencana yang
Bencana (KSB) dan Kelurahan
dilakukan oleh Badan Penanggulangan
Tangguh Bencana (KTB) di Kota
Bencana Daerah (BPBD) Kota
Semarang tersebut melibatkan banyak
Semarang dimana merupakan tahapan
pihak yaitu warga masyarakat, Badan
yang pertama dilakukan. Pada tahap pra-
Penanggulangan Bencana Daerah
bencana mitigasi ini adalah tugas yang
(BPBD) Kota Semarang, Aparatur Sipil
dilakukan oleh Bidang I yaitu Bidang
Negara tingkat Kelurahan, Ketua
Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan
RT/RW, dan juga pihak terkait seperti
Penanggulangan Bencana Daerah
relawan-relawan bencana, dan juga
(BPBD) Kota Semarang. Sesuai dengan
Organisasi Non Pemerintah. Semuanya
tahapan pra-bencana yaitu mitigasi,
saling terkait satu sama lain dalam
maka dapat dilihat dengan program dan
rangka untuk mencegah terjadinya
kegiatan yang dilakukan oleh Bidang I
banjir atau paling tidak mengurangi
Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD
dampak yang ditimbulkan akibat banjir
Kota Semarang adalah yaitu:
di suatu kelurahan berbasis masyarakat
Membentuk kelurahan siaga bencana
setempat. Jumlah Kelurahan Siaga
dan kelurahan tangguh bencana Dalam
Bencana di Kota Semarang ada 35,
rangka mengurangi risiko dampak
namun Kelurahan Siaga Bencana yang
bencana banjir yang terjadi, maka Badan
memiliki karakter bencana banjir ada 15
Penanggulangan Bencana Daerah
kelurahan.
(BPBD) Kota Semarang membentuk
Kelurahan Siaga Bencana (KSB) dan Pembentukan KSB dan KTB
Kelurahan Tangguh Bencana. tersebut merupakan perwujudan
Pembentukan KSB dan KTB ini langkah manajemen bencana yang
merupakan langkah yang diambil oleh dilakukan oleh Badan
Bidang I Pencegahan dan Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana Daerah
bertujuan untuk mempersiapkan (BPBD) Kota Semarang dalam
menerapkan program pr-bencana Peta rawan bencana dan peta risiko
untuk menghadapi bencana banjir bencana merupakan salah satu program
yang sering melanda Kota Semarang. yang dilakukan oleh Badan
Melalui sosialisasi yang rutin Penanggulangan Bencana Daerah
dilakukan oleh BPBD kepada KSB (BPBD) Kota Semarang dalam rangka
dan KTB, agar dapat berperan untuk menghadapi kemungkinan
optimal dalam menghadapi bencana terjadinya banjir di suatu wilayah. Peta
banjir. rawan bencana sendiri merupakan peta
yang dibuat dengan tujuan agar
Kesiapsiagaan
memetakan wilayah atau daerah mana
1. Rencana Kontigensi saja yang rawan dan memungkinkan

Rencana Kotijensi adalah suatu proses terdampak banjir suatu waktu.

perencanaan ke depan, dalam situasi Sedangkan peta risiko bencana lebih

terdapat potensi bencana, di mana detil dibandingkan peta rawan bencana.

skenario dan tujuan disepakati, tindakan Peringatan Dini


teknis dan manajerial ditetapkan, dan
Bentuk peringatan dini dalam
sistem tanggapan dan pengarahan
pencegahan dan kesiapsiagaan yang
potensi disetujui bersama, untuk
selanjutnya dilakukan oleh Badan
mencegah atau menanggulangi secara
Penanggulangan Bencana Daerah
baik dalam situasi darurat atau kritis.
(BPBD) Kota Semarang adalah dengan
Tujuan adanya dokumen rencana
membuat sistem peringatan banjir di
kontijensi adalah sebagai dasar
daerah-daerah yang deket dengan
memobilisasi sumber daya para
sungai. Sistem peringatan yang sudah
pemangku kepentingan pada saat
dibangun oleh Bidang I Pencegahan dan
tanggap darurat bencana dalam
Kesiapsiagaan belum menggunakan
melakukan penanggulangan bencana
sistem yang modern. Masih
yang cepat dan efektif.
mengandalkan cara tradisional seperti
2. Membuat peta rawan dan risiko masih menggunakan pengamatan secara
bencana langsung ke sungai oleh petugas atau
relawan, dan juga peralatan yang
digunakan masih sederhana seperti Organisasi Perangkat Daerah (OPD)
masih menggunakan pengukur tinggi lainnya pun juga mempunyai kewajiban
debit sungai yang relatif hanya yang sama pada saat penanganan
menunjukkan angka berapa ketinggian kedaruratan bencana, namun BPBD di
air sungai tersebut. sini tugasnya adalah sebagai komando,
pelaksana, dan koordinator.
A.2 Saat terjadi bencana (darurat
bencana) Ketika bencana banjir terjadi
Bidang II Kedaruratan dan Logistik
1. Daya Tanggap
meresponnya dengan langkah-langkah
Respon terhadap bencana yang sekiranya diperlukan pada saat itu

Pada tahap ini terdapat langkah-langkah juga. Sehingga penanggulangan bencana

yang harus segera dilakukan agar banjir oleh BPBD ketika bencana itu

kejadian bencana banjir yang terjadi terjadi adalah sifatnya fleksibel. Ketika

tidak menimbulkan korban jiwa ataupun ada laporan bencana banjir terjadi di

kerugian yang besar. Hal tersebut dapat suatu tempat, maka Badan

dilihat dari daya tanggap Bidang II Penanggulangan Bencana Daerah

Kedaruratan dan Logistik Badan (BPBD) Kota Semarang segera bergerak

Penanggulangan Bencana Daerah mengirim personil ke lokasi kejadian

(BPBD) Kota Semarang dalam untuk memastikan informasi tersebut,

mengatasi keadaan darurat bencana lalu melakukan tindakan selanjutnya.

banjir di lokasi. Sesuai dengan logo Namun ketika survei ke lokasi terjadinya

BPBD yang bergambar Segitiga, dimana bencana banjir tersebut, personil Badan

artinya adalah terdapat tiga pilar utama Penanggulangan Bencana (BPBD) Kota

dalam penanggulangan bencana yaitu Semarang sudah siap dengan segala

pemerintah, swasta dan masyarakat. peralatan yang dimiliki, seperti mobil

Dalam pemerintah sendiri tidak hanya Ranger, perahu karet, pelampung, HT,

Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan lainnya. Tidak adanya Standar

(BPBD) Kota Semarang saja yang Operasional Prosedur (SOP) seperti

mempunyai peran pada saat darurat yang dijelaskan dalam Peraturan Kepala

bencana banjir terjadi, melainkan BNPB No. 9 tahun 2008 tentang


Prosedur Tim Reaksi Cepat, bahwa
Badan Penanggulangan Bencana Daerah bencana banjir tersebut bertujuan agar
(BPBD) Kota Semarang tidak korban banjir yang berada di lokasi dapat
menerapkannya ke dalam pembuatan mengungsi dengan tetap mendapatkan
Standar Operasional Prosedur pasokan kebutuhan sehari-hari yang
kedaruratan bencana banjir. Sehingga normal.
sampai saat ini BPBD dalam
Pemberian logistik pada korban
pelaksanaan kedaruratan bencana banjir
bencana banjir oleh Badan
di Semarang masih menggunakan
Penanggulangan Bencana Daerah
metode yang sederhana, yaitu
(BPBD) Kota Semarang harus dengan
fleksibilitas, artinya bahwa apa yang
syarat yang harus dipenuhi. Setelah
perlu dilakukan maka akan dilakukan.
pihak dari Badan Penanggulangan
Berdasarkan penjelasan di atas, Bencana Daerah (BPBD) Kota
maka dapat disimpulkan bahwa Semarang survei ke lokasi banjir, maka
manajemen bencana Bidang II yang menentukan apakah akan diberi
Kedaruratan dan Logistik dalam bantuan logistik atau tidak adalah bahwa
menghadapi saat terjadi bencana banjir kondisi tinggi genangan banjir, lalu
masih berisfat fleksibel dan tidak ada apakah para warga masyarakat di lokasi
Standar Operasional Prosedur yang tersebut harus mengungsi atau tidak.
dijalankan karena memang tidak dibuat Apabila ketinggian banjir di lokasi terbut
oleh Bidang II tersebut. sudah berada pada fase membahayakan
bagi warga, maka warga akan diungsikan
Pemberian logistik
ke tempat yang lebih aman.
Selain melakukan tindakan kedaruratan
Korban bencana yang menjadi
pada saat terjadi bencana banjir di lokasi,
pengungsi tersebut pastinya tidak bisa
Bidang II Kedaruratan dan Logistik
berkegiatan sehari-hari, maka dari
Badan Penanggulangan Bencana Daerah
sinilah Badan Penanggulangan Bencana
(BPBD) Kota Semarang juga melakukan
Daerah (BPBD) Kota Semarang
kegiatan penunjang dari kedaruratan
memberikan bantuan logistik, yang
tadi, yaitu dengan cara pemberian
dapat berupa makanan dan air minum,
logistik kepada korban bencana banjir.
tenda darurat untuk mengungsi, dan lain
Pemberian logistik kepada korban
sebagainya. Pemberian logistik tersebut Badan Penanggulangan Bencana Daerah
oleh Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Kota Semarang meliputi
Daerah (BPBD) Kota Semarang kegiatan-kegiatan yang bersifat untuk
sangatlah terbatas, apabila warga memperbaiki dan memulihkan kondisi
masyarakat yang terkena banjir tidak para korban bencana banjir.
terlalu parah, maka tidak diberi logistik
Upaya rehabilitasi yang
oleh BPBD.
dilakukan oleh Bidang III Rehabilitasi
A.3 Pasca Bencana dan Rekonstruksi ada beragam sektor
yang harus dicapai. Pemulihan sektor-
Tahapan manajemen bencana yang
sektor tersebut adalah sebagai berikut:
selanjutnya adalah tahap pasca bencana.
Setelah bencana terjadi dan proses 1) sektor kesehatan
tanggap darurat sudah dilewati, maka 2) sektor rekonsiliasi dan resolusi
langkah selanjutnya adalah melakukan konflik
rehabilitasi dan rekonstruksi. Tahap 3) sektor pemulihan sosial ekonomi
pasca bencana banjir dilaksanakan oleh masyarakat
Bidang III Rehabilitasi dan Rekonstruksi 4) sektor keamanan dan ketertiban
Badan Penanggulangan Bencana Daerah 5) sektor fungsi pemerintahan dan
(BPBD) Kota Semarang. fungsi pelayanan publik
A. Bantuan sosial
Rehabilitasi dan rekonstruksi
Program Bidang III Rehabilitasi dan
Rehabilitasi adalah perbaikan dan
Rekonstruksi Badan Penanggulangan
pemulihan semua aspek pelayanan
Bencana Daerah (BPBD) Kota
publik atau masyarakat sampai tingkat
Semarang selanjutnya adalah dengan
yang memadai pada wilayah pasca
cara pemberian bantuan sosial. Bantuan
bencana dengan sasaran utama untuk
sosial yang diberikan bukan menjadi
normalisasi atau berjalannya secara
tanggung jawab Badan Penanggulangan
wajar semua aspek pemerintahan dan
Bencana Daerah (BPBD) Kota
kehidupan masyarakat pada wilayah
Semarang sepenuhnya, namun mereka
pasca bencana (Soehatman Ramli: 38).
hanya mempunyai kewenangan sebagai
Dalam rehabilitasi yang dilakukan oleh
koordinasi, komando dan pelaksana.
Dalam hal pemberian bantuan sosial ini Bidang III yang dimana program
tugas dari Bidang III Rehabilitasi dan penanggulangan banjir dilakukan.
Rekonstruksi adalah melihat dan Karena keterbatasan anggaran untuk
memastikan siap saja yang berhak untuk penanggulangan bencana banjir, maka
dapat diberi bantuan sosial. BPBD Kota Semarang berkoordinasi
dengan pihak-pihak luar yang ingin
Bantuan sosial yang diberikan
bekerja sama untuk penanggulangan
oleh Pemerintah Kota Semarang adalah
banjir dengan memberikan bantuan
bantuan kepada korban bencana
berupa materi atau tenaga
meninggal dunia, korban luka dan perlu
dirawat di rumah sakit, korban bencana Pengawasan
yang rumah/tempat usaha/kios/los
Sistem pengawasan yang dilakukan di
mengalami kerusakan. Hanya tiga (3)
Badan Penanggulangan Bencana Daerah
jenis akibat yang dapat diberi bantuan
(BPBD) Kota Semarang ada dua jenis,
sosial.
yaitu pengawasan secara langsung dan
Pembiayaan juga pengawasan tidak langsung. Untuk
pengawasan secara langsung dilakukan
Anggaran yang ada dikelola oleh Badan
secara hierarki, maksudnya adalah
Penanggulangan Bencana Daerah
pengawasan yang dilakukan dari atasan
(BPBD) Kota Semarang tidak dapat
kepada bawahannya. Dari kepala BPBD
dikelompokkan ke dalam sub prioritas
Kota Semarang hingga yang berada
bencana tertentu, seperti bencana banjir.
paling bawah yaitu pegawai staf.
Artinya adalah, bahwa anggaran yang
Pengawasan dilihat dari berbagai aspek,
ada itu untuk mencakup seluruh kegiatan
mulai dari kedisiplinan, kinerja dan lain
dan penanggulangan bencana apapun,
sebagainya. Pengawasan tidak langsung
baik bencana banjir, tanah longsor,
yang dilakukan oleh Badan
puting beliung, kekeringan, dan lain
Penanggulangan Bencana Daerah
sebagainya. Anggaran untuk
(BPBD) Kota Semarang adalah dengan
penanggulangan bencana banjir masuk
membuat laporan kinerja setiap setahun
ke dalam program dan kegiatan yang
sekali, sehingga dapat dilihat kinerja
direncanakan oleh masing-masing
yang dicapai oleh BPBD, apakah sesuai
bidang yaitu Bidang I, Bidang II, dan
dengan rencana atau tidak. Pelaksanaan bencana saat keadaan darurat bencana
pengawasan selama ini berdasarkan terjadi. Faktor penghambat selanjutnya
penelitian sudah dilaksanakan dengan adalah kurangnya personil yang dimiliki
baik, artinya tidak ada kendala yang oleh Badan Penanggulangan Bencana
berarti. Daerah (BPBD) Kota Semarang,
sehingga penanggulangan bencana
Faktor penghambat
banjir dirasa kurang maksimal. Yang
Faktor penghambat atau kendala yang kelima adalah data informasi yang
dihadapi oleh Badan Penanggulangan kurang akurat yang didapat dari
Bencana Daerah (BPBD) Kota lapangan, hal ini menyebabkan Badan
Semarang dalam menanggulangi Penanggulangan Bencana Daerah
bencana banjir di Semarang yaitu (BPBD) Kota Semarang sulit untuk
sebagai berikut, pola pikir (mindset) menentukan program ataupun kegiatan
masyarakat dan juga pemangku yang akan di lakukan di masa mendatang
kepentingan yang masih belum satu mengenai penanggulangan bencana
pikiran dengan Badan Penanggulangan banjir. Faktor penghambat yang terakhir
Bencana Daerah (BPBD) Kota adalah keterbatasan dana yang dimiliki
Semarang, yaitu masih rendahnya oleh Badan Penanggulangan Bencana
kesadaran akan pentingnya Daerah (BPBD) Kota Semarang, hal ini
penanggulangan bencana banjir. Selain dapat dilihat dari program rehabilitasi
itu faktor penghambat lainnya yaitu sektor sosial ekonomi budaya yang
bahwa belum terdapatnya Standar dirasa kurang tepat tujuannya, dan juga
operasional pada tahapan bencana dalam pada bidang II yang memiliki
melakukan manajemen bencana yang keterbatasan logistik dan peralatan untuk
dilakukan oleh Badan Penanggulangan kedaruratan bencana banjir.
Bencana Daerah (BPBD) Kota
Faktor Pendukung
Semarang. Selanjutnya yaitu
Faktor yang mendukung dalam
keterbatasan logistik yang dimiliki oleh
manajemen bencana oleh Badan
Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) Kota Semarang sehingga
(BPBD) dalam menanggulangi bencana
menyebabkan pemberian bantuan
banjir di Kota Semarang yang pertama
adalah banyaknya dukungan yang Berdasarkan penjelasan pada di atas,
diberikan oleh berbagai pihak luar kesimpulan yang dapat diambil dari
BPBD, seperti Organisasi Masyarakat, manajemen bencana oleh BPBD dalam
Komunitas Masyarakat, Organisasi menanggulangi bencana banjir di Kota
Perangkat Daerah (OPD) terkait, hingga Semarang adalah dengan melaksanakan
relawan-relawan yang terbentuk dari tahapan-tahapan manajemen bencana,
Kelurahan Siaga Bencana / Kelurahan yaitu:
Tangguh Bencana. Kemudian faktor 1. Perencanaan
pendukung yang kedua adalah keaktifan A. Pasca Bencana, pada tahap ini proses
tenaga relawan pada KSB/KTB yang yang dilakukan oleh BPBD yakni
membantu BPBD Kota Semarang dalam terdiri dari mitigasi, kesiapsiagaan,
menanggulangi bencana banjir, dan peringatan dini dimana
dikarenakan personel BPBD yang sangat menghasilkan program seperti
terbatas sehingga hal ini sangatlah pembentukan KSB, pembuatan peta
membantu dari proses manajemen risiko/rawan bencana, dan juga
bencana yang dilakukan BPBD. rencana kontijensi.
Kemudian faktor pendukung yang ketiga 2. Pengorganisasian dan Penggerakan
adalah, terjalinnya koordinasi yang baik Saat darurat bencana, pada
antara Badan Penanggulangan Bencana tahapan ini BPBD melakukan
Daerah (BPBD) dengan Organisasi tanggap darurat bencana, dan
Perangkat Daerah (OPD) terkait dengan juga pemberian logistik kepada
manajemen bencana. Baiknya korban banjir
koordinasi ini membuat manajemen Pasca bencana, pada tahapan ini
bencana yang dikomando oleh BPBD BPBD melakukan kegiatan yakni
menjadi lancar dan bekerja sesuai rehabilitasi dan rekonstruksi
dengan tugas masing-masing dalam yang dimana rehabilitasi dan
menanggulangi bencana banjir di rekonstruski tersebut sudah
Semarang. dibagi masing-masing
PENUTUP wewenangnya.
A. Kesimpulan 3. Pembiayaan
Tidak adanya pengkhususan personil tambahan dalam
dana anggaran untuk penanggulangan bencana banjir.
penanggulangan bencana banjir,
DAFTAR PUSTAKA
sehingga penanggulangan banjir
Darmadi, Damai. Sukidin. (2009).
belum optimal.
Administrasi Publik. LaksBang
4. Pengawasan PRESSindo.
Pengawasan terhadap pegawai
Thoha, Miftah. 2008. Ilmu Administrasi
BPBD dalam pelaksanaan Publik Kontemporer. Jakarta:
manajemen bencana dalam Prenada Media Grup.
penanggulangn banjir sudah Pasolong, Harbani. (2007). Teori
baik, sehingga perlu Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta.

dipertahankan. Tangkilisan, Hessel Nogi S. 2005.


Manajemen Publik. Jakarta: PT
5. Faktor Penghambat
Grasindo.
Faktor penghambat
Ramli, Soehatman. 2010. Pedoman
6. Faktor Pendukung
Praktis Manajemen Bencana.
B. Saran Jakarta: Dian Rakyat.

1. Badan Penanggulangan Bencana Kusumasri, Bevola. 2014. Manajemen


Bencana dan Kapabilitas
Daerah (BPBD) Kota Semarang harus
Pemerintah Lokal. Yogyakarta:
membuat Standar Operasional Gava Media.
Prosedur (SOP) pada setiap tahapan
Handoko, T. Hani. 2008. Manajemen.
manajemen bencana, dan juga segera Yogyakarta: BPFE.
untuk dapat menyelesaikan dokumen Athoilah, Anton. 2010. Dasar-Dasar
rencana kontijensi; Manejemen. Bandung: CV Pustaka Setia
2. Memaksimalkan sosialisasi yang Nurjanah, dkk. 2012. Manajemen
diberikan kepada masyarakat; Bencana. Bandung: Alfabeta.
3. Memaksimalkan Kelurahan Siaga Keban, T Yeremias. 2008. Enam
Bencana dan Kelurahan Tangguh Dimensi Administrasi Publik.
Yogyakarta: Gava Media.
Bencana dan juga pihak-pihak terkait
lainnya seperti OPD dan juga pihak Sugiyono. 2009. Metode Penelitian

swasta yang dapat digunakan sebagai Kuantitatif Kualitatif dan R&D.


Bandung : Alfabeta.

S-ar putea să vă placă și