Sunteți pe pagina 1din 124

PENGARUH PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK

TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA WANITA

MENOPAUSE DI WILAYAH PISANGAN, CIPUTAT TIMUR,


TANGERANG SELATAN

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

OLEH

FARHATUN HAYATI

1113104000030

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU
KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
TAHUN 2017/ 1438 H
LEMBAR PERNYATAAN

ii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
SCHOOL OF NURSING SCIENCE
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF
JAKARTA
Undergraduate Thesis, July 2017

Farhatun Hayati, NIM: 1113104000030


The Effect of Classical Music Therapy on Anxiety Level Menopausal Women
at Pisangan, Ciputat Timur, Tangerang Selatan
xx + 122 pages + 10 tables + 2 charts + 8 attachments

ABSTRACT
Menopause is the time in most woman’s lives when the period stops permanently.
It usually occurs naturally after the age 45 years. When menopause happens,
women will experience various changes. Changes are both in terms of physical
and psychological like anxiety could disrupt the women’s daily life so that it can
cause anxiety for women in dealing with menopause. One of the way to reduce the
anxiety during menopause is using distraction techniques "classical music
therapy". This quantitative study aimed to determine the effect of classical music
therapy on anxiety levels in postmenopausal women in the Region Pisangan, East
Ciputat, South Tangerang. The research method used pre-experimental method
with One Group Pre-Post Test Design. Sampling technique used is purposive
sampling with 22 respondents. Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)
instrument was employed to assess the anxiety. The data were analyzed
statistically using Wilcoxon test. The result indicates that there is an influence of
classical music therapy on anxiety level of menopausal women with values (p =
0.000). The result of this study are expected to be considered for the nurse to
make the therapy as one of the independent nursing interventions to help out
anxiety in menopausal women who experience anxiety.

Keywords: menopausal woman, anxiety, classical music therapy

Referencens: 57 (2003-2016)

iii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Juli 2017

Farhatun Hayati, NIM: 1113104000030


Pengaruh Terapi Musik Klasik terhadap Tingkat Kecemasan pada Wanita
Menopause di Wilayah Pisangan, Ciputat Timur, Tangerang Selatan
xx + 122 halaman + 10 tabel + 2 bagan + 8 lampiran

ABSTRAK
Menopause merupakan suatu waktu dalam kehidupan seorang wanita ketika
berhenti haid atau menstruasi. Menopause terjadi secara alami setelah usia 45
tahun. Saat menopause, seorang wanita akan mengalami berbagai macam
perubahan dalam dirinya. Perubahan-perubahan yang muncul, baik dari segi fisik
maupun psikologis seperti kecemasan dapat mengganggu kehidupan sehari-hari
seorang wanita sehingga hal tersebut dapat menimbulkan kecemasan bagi wanita
dalam menghadapi menopause. Salah satu cara untuk menurunkan kecemasan
adalah menggunakan teknik distraksi “terapi musik klasik”. Penelitian kuantitatif
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi musik klasik terhadap tingkat
kecemasan pada wanita menopause di Wilayah Pisangan, Ciputat Timur,
Tangerang Selatan. Metode penelitian menggunakan metode pra-eksperiment
dengan One Group Pre-Post Test Design. Teknik sampling yang digunakan
adalah purposive sampling dengan 22 responden. Instrumen yang digunakan
untuk menilai kecemasan adalah Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS). Data
hasil penelitian dianalisis dengan uji statistik yaitu uji Wilcoxon. Hasil penelitian
ini menunjukkan terdapat pengaruh pemberian terapi musik klasik terhadap
tingkat kecemasan wanita menopause dengan nilai (p=0,000). Hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi perawat untuk menjadikan terapi
tersebut sebagai salah satu intervensi mandiri keperawatan dalam membantu
meringankan kecemasan pada wanita menopause yang mengalami kecemasan.

Kata Kunci: wanita menopause, kecemasan, terapi musik klasik


Daftar Bacaan: 57 (2003-2016)

iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN

v
LEMBAR PENGESAHAN

vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Farhatun Hayati

Tempat, tanggal Lahir : Bogor, 6 Oktober 1994

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl. Perdana Ujung, No. 3, RT 01/01, Sukadamai,

Tanah Sareal, Kota Bogor, 16165

No. HP : 087784183686/ 081293208220

E-mail :

Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/ Program

Studi Ilmu Keperawatan

PENDIDIKAN

1. TK Nurul Rahmah Bogor 2000-2001

2. SD Negeri Sukadamai 3 Bogor 2001-2007

3. SMP Negeri 5 Bogor 2007-2010

4. MA Negeri 1 Garut 2010-2011

5. MA Negeri 2 Bogor 2012-2013

6. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2013-sekarang

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya pene
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini banyak mengalami kesulitan dan tantangan,
menerima bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan

ini peneliti menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan.

2. Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc. selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Ernawati, S.Kep, M.Kep, S.KMB selaku Sekretaris Program Studi Ilmu

Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

4. Kedua orang tua saya, Drs. H. Hawasi, M.Pd.I dan Munyati, S.Pd.I yang telah

memberi dukungan baik doa, psikis maupun materil.

ix
5. Ns. Fuad Almubarok, M.Kep, Sp.K.M.B selaku dosen pembimbing 1 saya

yang senantiasa meluangkan waktu untuk memberi bimbingan, arahan,


saya dalam proses penyusunan proposal ini.

d selaku dosen pembimbing 2 saya yang telah meluangkan waktu untuk memberi bimbingan dan masukan kepada saya dala
ogram Studi Ilmu Keperawatan.

dan karyawan fakultas dan jurusan yang sudah banyak membantu.


3 yang berjuang bersama dalam suka maupun duka serta selalu memberikan dukungan selama proses penulisan skripsi ini y
di bangku kuliah (Karen, Alin, Mira, Yuni,

Nabilah, Sari, Lisnani, Hanna) yang selalu memberikan dukungan hingga saat

ini.

11. Sahabat-sahabat semasa SMA selama di MAN 1 Garut dan MAN 2 Bogor

yang tak lupa memberikan dukungan selama proses penyusunan proposal

skripsi ini.

Atas bantuan serta segala dukungan yang telah diberikan, semoga Allah

SWT senantiasa membalas dengan pahala yang berlimpah. Semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi penulis maupun para pembaca. Semoga kita semua

senantiasa diberikan petunjuk, rahmat, dan hidayah yang tak terhingga oleh Allah

SWT.

x
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Ciputat, Juli 2017

Farhatun Hayati

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDULi

LEMBAR PENGESAHANvii

DAFTAR ISI..........................................................................................................xii

DAFTAR SINGKATAN.....................................................................................xvii

DAFTAR TABEL...............................................................................................xviii

DAFTAR BAGAN...............................................................................................xix

DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xx

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................8

C. Tujuan Penelitian............................................................................................9

xii
1. Tujuan Umum............................................................................................9

2. Tujuan Khusus.........................................................................................10

6. Upaya yang Dilakukan Selama Masa Menopause..................................24

B. Kecemasan....................................................................................................25

1. Pengertian................................................................................................25

2. Teori Kecemasan.....................................................................................26

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan......................................29

4. Respon Terhadap Kecemasan..................................................................32

5. Tingkat Kecemasan..................................................................................35

6. Terapi Kecemasan....................................................................................38

C. Terapi Musik.................................................................................................40

xiii
1. Pengertian................................................................................................40

2. Manfaat Musik Sebagai Terapi................................................................41

C. Definisi Operasional.....................................................................................56

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN...............................................................57

A. Desain Penelitian..........................................................................................57

B. Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................................58

1. Lokasi Penelitian......................................................................................58

2. Waktu Penelitian......................................................................................58

C. Populasi dan Sampel Penelitian....................................................................58

1. Populasi Penelitian...................................................................................58

2. Besar Sampel Penelitian..........................................................................58

xiv
3. Sampel Penelitian....................................................................................60

D. Instrumen Penelitian.....................................................................................60

2. Tingkat Kecemasan Sesudah Diberikan Terapi Musik Klasik................71

B. Analisis Bivariat...........................................................................................71

1. Uji Normalitas Shaphiro-Wilk.................................................................71

2. Perbedaan Rerata Skor Tingkat Kecemasan Wanita Menopause pada

Pretest dan Posttest..................................................................................72

BAB VI PEMBAHASAN......................................................................................74

A. Pembahasan Hasil.........................................................................................74

1. Tingkat Kecemasan Sebelum Diberikan Terapi Musik Klasik terhadap

Responden.................................................................................................74

xv
2. Tingkat Kecemasan Sesudah Diberikan Terapi Musik Klasik terhadap

Responden................................................................................................77

xvi
DAFTAR SINGKATAN

ANA = American Nurses Association

Balitbang = Badan Penelitian dan Bangunan

FSH = Follicle Stimulating Hormone

HARS = Hamilton Anxiety Rating Scale

InfoDATIN= Info Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI

Lansia = Lanjut Usia

LH = Luteinizing Hormone

Posbindu = Pos Binaan Terpadu

Puskesmas = Pusat Kesehatan Masyarakat

SPSS = Statistical Product and Service Solution

Susenas = Survey Sosial Ekonomi Nasional

WHO = World Health Organization

xvii
DAFTAR TABEL

Tabel 5.4 Perbedaan Rerata Skor Tingkat Kecemasan Wanita Menopause pada

Pretest dan Posttest.............................................................................73

xviii
DAFTAR BAGAN

Bagan 3.1 Skema Kerangka Konsep54

xix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Studi Pendahuluan 1 Lampiran 5 Surat Izin Penelitian


Lampiran 8 Hasil Penelitian

xx
BAB I

PENDAHULUAN

A.

on estrogen dan progesteron dengan tetap terjadinya peningkatan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Horm

Dolatabadi, Eslami, Hassanzadeh & Davari, 2013).

Data yang diperoleh World Health Organization (WHO), pada tahun

2000, total populasi wanita yang mengalami menopause di seluruh dunia

mencapai 645 juta orang, pada tahun 2010 mencapai 894 juta orang dan

diperkirakan pada tahun 2030 mendatang akan mencapai 1,2 milyar orang.

Artinya, sebanyak 1,2 milyar perempuan akan memasuki usia 50 tahun dan

angka tersebut merupakan tiga kali lipat dari angka sensus tahun 1990

(Mulyani, 2013).

Data WHO (2010), menyatakan jumlah wanita menopause di Asia pada

tahun 2025 akan mencapai 373 juta jiwa. Data yang diperoleh Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia yang dikeluarkan tahun 2016, menyebutkan

1
2

bahwa berdasarkan data Susenas tahun 2014, jumlah Lansia di Indonesia

mencapai 20,24 juta jiwa atau sekitar 8,03% dari seluruh penduduk Indonesia.
, 2016).
geing), dimana 10 % penduduk pada tahun 2020 akan berusia 60 tahun ke atas dan akan terus meningkat hingga mencapai

terjadinya peningkatan kelompok lanjut usia akan menjadi masalah kesehatan

masyarakat yang memerlukan penanganan khusus (Prawirohardjo, 2007).

Masalah kesehatan yang kemungkinan muncul saat menopause akan

mempengaruhi aspek psikologis terutama terhadap sikap seorang perempuan

dalam menjalankan kehidupannya saat menopause. Avis dkk (2004),

menyatakan bahwa sikap perempuan terhadap menopause dan penuaan akan

berdampak pada pencarian perilaku kesehatan, persepsi kualitas hidup dan

kehidupan seksual. Bagi banyak wanita, transisi menopause merupakan

masalah dalam periode kehidupannya dan sering dikaitkan dengan penurunan

kesejahteraan maupun sejumlah gejala (Jack-Ide dkk, 2014).


3

Wanita pada masa transisi menopause umumnya melaporkan beberapa

tanda dan gejala, seperti tanda gejala vasomotor yaitu rasa panas (hot flushes)
lain seperti psikologis, faktor sosiologis dan gaya hidup yang mempengaruhi bagaimana wanita memandang menopause m

Kecemasan adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung

oleh situasi. Ketika merasa cemas, individu merasa tidak nyaman atau takut

atau mungkin memiliki firasat akan ditimpa malapetaka padahal ia tidak

mengerti mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi. Tidak ada obyek

yang dapat diidentifikasi sebagai stimulus ansietas (Videbeck, 2008).

Perubahan hormon seringkali menjadi akar penyebab kecemasan wanita saat

menopause. Perubahan hormon yang berupa penurunan hormon estrogen

memiliki efek pada regulasi suasana hati (mood) dan regulasi emosi di otak.

Para ahli mengetahui bahwa perubahan kadar estrogen memiliki efek

langsung pada serotonin, norepinephrine, dopamine dan melatonin yang


4

kesemuanya memiliki peran dalam regulasi emosi dan suasana hati (North

American Menopausal Society, 2016). Selain hormonal, kecemasan yang


alam menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah dikhawatirkan (Sastrawinata, 2008).
and anxiety among middle ‑aged women: A community based study”, menunjukkan bahwa 180 wanita berusia 40-60 tahu
an
y and mental health between premenopausal and postmenopausal women”, menunjukkan bahwa sebanyak 110 wanita

mengalami kecemasan sebesar 54,36% dan 108 wanita premenopause (35-45

tahun) mengalami kecemasan sebesar 44,68%. Artinya wanita postmenopause

mengalami kecemasan yang lebih tinggi persentasenya dibandingkan dengan

wanita premenopause (Jafari dkk, 2014).

Merespon kecemasan atau melakukan usaha koping umumnya

dilakukan dengan berbagai cara, namun dengan tujuan yang sama, yaitu

untuk mereduksi kecemasan agar dapat kembali ke dalam keadaan normal

dan seimbang (Analia & Moekroni, 2016). Tindakan keperawatan untuk

menangani kecemasan pasien yaitu dapat berupa tindakan mandiri oleh

perawat, contoh seperti teknik relaksasi dan distraksi. Salah satu teknik
5

distraksi yang digunakan untuk mengatasi kecemasan adalah dengan musik

klasik, karena distraksi merupakan tindakan untuk mengalihkan perhatian

gembira, dan membantu serta melepaskan rasa sakit atau nyeri. Musik yang didengarkan secara intensif dapat memberika

musik yang dapat diterapkan sebagai intervensi untuk mengurangi

kecemasan, antara lain MusiCure, musik klasik Mozart, musik klasik

Vivaldi’s Four Seasons, musik klasik yang diputar bersamaan dengan suara

alam (suara laut, hujan, dan suara air) serta musik klasik lain yang telah

banyak diteliti oleh para peneliti (Analia & Moekroni, 2016; Heijden, Araghi,

Dijk, Jeekel & Hunink, 2015; Mohammadi, Ajorpaz, Torabi, Mirsane &

Moradi, 2014; Trappe, 2012). Namun, seringkali dianjurkan untuk memilih

musik dengan tempo sekitar 60 ketukan/ menit sehingga didapatkan keadaan

istirahat yang optimal (Campbell, 2006).


6

Musik yang paling bermanfaat bagi kesehatan seorang pasien yaitu

jenis musik klasik. Telah terbukti bahwa musik yang disusun oleh Bach,
ety level of hemodialysis patients at the PKU Muhammadiyah Hospital of Surakarta”, menunjukkan adanya pengaruh pemb

musik klasik antara lain pasien dengan kecemasan, sindrom depresi,

gangguan kardiovaskular dan mereka yang menderita gangguan nyeri, stress

atau gangguan tidur (Trappe, 2012).

Musik klasik yang didengarkan seseorang akan masuk telinga dalam

bentuk suara (audio), menggetarkan gendang telinga, mengguncangkan cairan

di telinga dalam serta menggetarkan sel-sel rambut di dalam koklea untuk

selanjutnya melalui saraf koklearis menuju otak dan menciptakan imajinasi di

otak kanan dan otak kiri yang akan memberikan dampak berupa kenyamanan

dan perubahan perasaan seseorang. Perubahan perasaan diakibatkan karena

musik klasik dapat menjangkau wilayah kiri korteks serebri (Mindlin, 2009).
7

Setelah itu, jaras dilanjutkan ke hipokampus dan diteruskan ke amigdala yang

merupakan area perilaku kesadaran yang bekerja pada tingkat bawah sadar,
nin menjadi hormon melatonin memiliki efek regulasi terhadap relaksasi tubuh sehingga dapat memperbaiki suasana hati (
dokter maupun ilmuwan dibandingkan dengan komposer

yang dilakukan oleh Dastgheib dkk (2014) yang berjudul “The effects of

Mozart’s music on interictal activity in epileptic patients: Systematic review

and meta-analysis of the literature”, menunjukkan bahwa dengan

mendengarkan musik klasik karya Mozart khususnya sonata for Two Pianos

in D Major, K. 448 dapat memberikan efek terapeutik untuk pasien yang

menderita epilepsy.

Studi pendahuluan yang dilakukan di wilayah Pisangan, Ciputat Timur,

Tangerang Selatan didapatkan populasi pra lansia (45-59 tahun) sebesar 147

orang. Sebanyak delapan orang wanita yang sudah memasuki masa

menopause menunjukkan bahwa empat orang wanita mengalami kecemasan


8

ringan, tiga orang wanita mengalami kecemasan sedang dan satu orang

wanita tidak mengalami kecemasan. Mayoritas mekanisme koping yang

n tidak melakukan aktifitas apapun. Dari itulah peneliti tertarik untuk meneliti “Pengaruh Pemberian Terapi Musik Klasik t

B.

dan normal yang terjadi pada setiap perempuan. Tanda dan gejala yang muncul saat menopause dipengaruhi oleh berba
up. Perubahan hormon yang berupa

penurunan hormon estrogen seringkali menjadi penyebab utama yang

menyebabkan wanita mudah mengalami stress maupun depresi. Perubahan-

perubahan yang muncul, baik dari segi fisik maupun emosi (psikologis) dapat

mengganggu kehidupan sehari-hari seorang wanita sehingga hal tersebut

dapat menimbulkan kecemasan bagi wanita dalam menghadapi menopause.

Ketika merasa cemas, seseorang tidak boleh larut dalam kecemasan,

diperlukan mekanisme koping yang baik agar tidak berdampak lebih buruk

bagi kesehatan. Salah satu teknik koping yang selama ini terbukti efektif

mengatasi kecemasan yaitu teknik distraksi dengan mengalihkan fokus

perhatian ke stimulus yang lain, seperti mendengarkan musik (terapi musik).


9

Dalam berbagai penelitian terkait dengan terapi musik, salah satu jenis musik

yang mempunyai pengaruh dalam menurunkan tingkat kecemasan yaitu


musik klasik yang memiliki nada lembut sehingga mampu menurunkan tingkat kecemasan seseorang dan jenis Mozart yang
si pra lansia (45-59 tahun) sebesar 147 orang. Sebanyak delapan orang wanita yang sudah memasuki masa menopause men

yang digunakan untuk mengurangi rasa cemas hanya sebatas beristirahat

dengan tidak melakukan aktifitas apapun. Dari itulah peneliti tertarik untuk

meneliti “Pengaruh Pemberian Terapi Musik Klasik terhadap Tingkat

Kecemasan pada Wanita Menopause di Wilayah Pisangan, Ciputat Timur,

Tangerang Selatan”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian terapi

musik klasik terhadap tingkat kecemasan pada wanita menopause.


10

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu:

Diketahui tingkat kecemasan wanita menopause sebelum diberikan terapi musik klasik.
Diketahui tingkat kecemasan wanita menopause setelah diberikan terapi musik klasik.
Diketahui pengaruh pemberian terapi musik klasik dalam menurunkan

tingkat kecemasan wanita saat menopause.

faat Penelitian D.

litian ini diharapkan dapat digunakan untuk memperkaya ilmu


rawatandanmenjaditambahanliteratursertainformasiuntuk perkembangan ilmu keperawatan, khususnya keperawatan ma

memberikan intervensi bagi wanita menopause yang mengalami kecemasan.

Tidak hanya dalam bidang keperawatan, diharapkan penelitian ini dapat

menjadi pedoman bagi masyarakat untuk dapat mengurangi rasa cemas saat

menopause sehingga tetap dapat menjalankan aktifitas sehari-hari dengan

baik. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat

menjadi evidence based practice dalam upaya menurunkan rasa cemas pada

wanita yang mengalami menopause.


11

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah Pisangan, Ciputat Timur, Tangerang


pel dalam penelitian ini yaitu wanita yang sudah memasuki masa menopause yang diperoleh melalui teknik purposive sam
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.

mbarkan berhentinya haid (Andira, 2010). Dalam pandangan medis, menopause adalah suatu waktu dalam kehidupan seora

(Noroozi dkk, 2013).

Siklus menstruasi dikontrol oleh dua hormon yang diproduksi oleh

kelenjar hipofisis yang ada di otak yaitu Follicle Stimulating Hormone

(FSH) dan Luteinizing Hormon (LH). Saat perempuan berada pada masa

menjelang menopause, FSH dan LH tetap diproduksi oleh kelenjar

hipofisis secara normal (Andira, 2010). Menopause terjadi karena adanya

penurunan fungsi kedua ovarium yang memproduksi estrogen dan

progesteron dalam merespon FSH dan LH. Akibatnya estrogen dan

progesteron yang diproduksi juga semakin berkurang sehingga tidak bisa

mempertahankan siklus menstruasi (Andira, 2010; Jack-Ide dkk, 2014;

Jafari dkk, 2014). Masa menopause ini tidak bisa serta merta diketahui,

12
13

tetapi biasanya akan diketahui setelah setahun atau 12 bulan berlalu

(Andira, 2010).

2.Fase Klimakterium
Klimakterium merupakan masa peralihan antara masa reproduksi dan masa senium. Bagian klimakterium sebelum menopau

pramenopause dan bagiansesudah menopausedisebut

ukan suatu keadaan patologik, melainkan suatu masa peralihan yang normal (Sastrawinata, 2004). Menurut Prawirohardjo (

ahun sebelum menopause,

sekitar usia 40 tahun dan merupakan fase dimulainya klimakterik.

Fase ini ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur, memanjang

dan jumlah darah haid yang relatif banyak, kadang-kadang disertai

rasa nyeri. Pada wanita tertentu telah muncul keluhan vasomotorik

atau keluhan sindroma prahaid (Prawirohardjo, 2007; Sastrawinata,

2004).

Berdasarkan hasil analisis hormonal dapat ditemukan kadar

FSH dan estrogen yang tinggi atau normal. Kadar FSH yang tinggi

dapat mengakibatkan terjadinya stimulasi ovarium yang berlebihan

sehingga kadang-kadang dijumpai kadar estrogen yang sangat tinggi.


14

Keluhan yang muncul pada fase pramenopause ini ternyata dapat

terjadi baik pada keadaan sistem hormon yang normal maupun

a >38 hari, dan sisanya <18 hari. Sebanyak 40% wanita siklus haidnya anovulatorik. Pada sebagian wanita telah muncul keluh

Setelah memasuki usia menopause selalu ditemukan kadar

FSH yang tinggi (>35 mIU/ml). Pada awal menopause kadang-

kadang kadar estrogen rendah. Pada wanita gemuk, kadar estrogen

biasanya tinggi. Bila seorang wanita tidak haid selama 12 bulan dan

dijumpai kadar FSH >35 mIU/ml dan kadar estradiol <30 pg/ml,

maka wanita tersebut dapat dikatakan telah mengalami menopause

(Sastrawinata, 2004).

d. Pascamenopause

Fase pascamenopause adalah masa setelah menopause sampai

senium yang dimulai setelah 12 bulan amenorea. Kadar FSH dan LH


15

sangat tinggi (>35 mIU/ml) dan kadar estradiol yang rendah (<30

pg/ml) mengakibatkan endometrium menjadi atropi sehingga haid

a, 2004). Namun, pada wanita yang gemuk masih dapat ditemukan kadar estradiol yang tinggi. Hampir semua wanita pasca
inata, 2004).

opause dibedakan menjadi menopause alamiah (natural) dan buatan (artifisial). Menopause alami umumnya terjadi pada u
erapa tahun. Sedangkan menopause

buatan yaitu menopause yang terjadi akibat proses medis seperti

pembedahan atau penyinaran. Menopause akibat pembedahan terjadi

akibat histerektomi dan ooforektomi bilateral. Pengangkatan ovarium

dilakukan sebagai tindakan preventif terhadap karsinoma ovarium

(Sastrawinata, 2008).

Menopause juga dapat dibedakan berdasarkan kelainan jadwal

menopause, yang terdiri dari menopause yang terjadi terlalu dini

(menopause premature) dan menopause yang terlambat.


16

a. Menopause prematur

Menopause prematur yaitu menopause yang terjadi sebelum


yang cukup berat, penyakit-penyakit menahun, dan penyakit-penyakit yang merusak jaringan kedua ovarium (Sastrawinata

diindikasikan untuk penyelidikan lebih lanjut. Penyebab yang dapat

dihubungkan dengan menopause terlambat ialah konstitusional,

fibromioma uteri, dan tumor ovarium yang menghasilkan estrogen

(Sastrawinata, 2008).

4. Perubahan Fisiologis Selama Menopause

Wanita pada masa transisi menopause umumnya melaporkan

beberapa tanda dan gejala, seperti tanda gejala vasomotor yaitu rasa

panas (hot flushes) dan berkeringat di malam hari (night sweats), tanda

gejala pada area vagina, inkontinensia urin, gangguan tidur, disfungsi


17

seksual, depresi, kecemasan, suasana hati labil, kehilangan memori,

kelelahan, sakit kepala, nyeri pada tulang dan berat badan berlebih.
anyak faktor lain seperti psikologis, faktor sosiologis dan gaya hidup yang mempengaruhi bagaimana wanita memandang m
), perempuan yang akan memasuki masa menopause akan mengalami beberapa perubahan dalam dirinya, diantaranya yait
kemih dan organ genital (urogenital)

atas sistem saluran kemih dan organ genital dalam tubuh, dan ketika kadar estrogen mulai turun yang mengarah pada
hatikan. Estrogen dibutuhkan oleh kulit

dan jaringan pendukung dalam vulva (bagian luar organ genital

wanita) agar tetap kuat dan elastis. Ketika hanya terdapat sedikit

estrogen, area kulit di daerah tersebut menjadi tipis dan vulva dapat

kehilangan keelastisitasannya.

Estrogen juga meningkatkan produksi mukus dalam vagina

oleh kelenjar mucus. Berkurangnya produksi mukus setelah

menopause menyebabkan vagina mengalami kekeringan. Hal ini,

ditambah dengan rentannya kulit di sekitar vulva dan vagina,

menyebabkan rasa perih selama dan sesudah berhubungan seksual.

Selain itu, estrogen sangat berperan dalam mengendalikan kondisi


18

sistem urogenital, yaitu berfungsi mengatur pH agar tidak terlalu

tinggi sehingga memastikan bahwa pH tetap dalam kondisi sedikit

). Turunnya kadar estrogen juga dapat melemahkan otot dasar panggul (pelvic floor), yang menopang kandung kemih dan u

b. Perubahan hormon

Adanya penurunan fungsi ovarium menyebabkan

berkurangnya kemampuan ovarium untuk menjawab rangsangan

gonadotropin. Keadaan ini akan mengakibatkan terganggunya

interaksi hipotalamus-hipofisis. Pertama-tama akan terjadi kegagalan

fungsi korpus luteum. Kemudian, produksi steroid ovarium menurun

menyebabkan berkurangnya reaksi umpan balik terhadap

hipotalamus. Keadaan ini akan meningkatkan produksi FSH dan LH.

Dari kedua gonadotropin ini, yang paling mencolok adalah adanya

peningkatan FSH (Sastrawinata, 2008).


19

c. Perubahan vasomotorik

Perubahan ini dapat muncul sebagai gejolak panas (hot


anas (hot flushes) biasanya timbul pada saat darah menstruasi mulai berkurang dan berlangsung sampai menstruasi benar-

sampai sepuluh tahun atau lebih pada beberapa lainnya. Gejolak

panas (hot flushes) merupakan alasan utama wanita untuk mencari

pertolongan dan mendapatkan terapi hormon (Shifren & Schiff,

2007).

Keluhan awal yang muncul dapat berupa rasa panas secara

tiba-tiba disertai dengan keringat banyak. Pertama kali muncul pada

malam hari atau menjelang pagi dan lambat laun akan dirasakan

pada siang hari. Penyebabnya yaitu karena kadar estrogen mulai

menurun dan penurunan ini tidak sampai mencapai kadar yang

rendah (Baziad, 2003).


20

d. Perubahan emosi

Perubahan emosi menjelang menopause muncul dalam bentuk


nggung dan marah terhadap sesuatu yang sebelumnya dianggap tidak mengganggu. Hal ini mungkin disebabkan dengan da
ma hormon estrogen memiliki efek pada regulasi suasana hati (mood) dan regulasi emosi di otak. Para ahli mengetahui b

norepinephrine, dopamine dan melatonin. Karena semua

neurotransmitter tersebut memiliki peran integral dalam regulasi

emosi dan suasana hati (mood). Gangguan yang disebabkan oleh

fluktuasi estrogen dapat menyebabkan kecemasan pada wanita

menopause (North American Menopausal Society, 2016). Selain

hormonal, kecemasan yang timbul saat menopause sering

dihubungkan dengan adanya kekhawatiran dalam menghadapi situasi

yang sebelumnya tidak pernah dikhawatirkan (Sastrawinata, 2008).

Wanita yang mengalami depresi sering merasa sedih karena

kehilangan kemampuan untuk bereproduksi, sedih karena kehilangan


21

kesempatan untuk memiliki anak dan sedih karena kehilangan daya

tarik. Wanita merasa tertekan karena kehilangan perannya sebagai

ngan rasa tegang akibat berkeringat malam hari atau terbangun di tengah malam karena perlu pergi ke kamar mandi sehing

5.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Menopause

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi setiap perempuan

yang memasuki fase menopause. Faktor genetik kemungkinan berperan

terhadap usia menopause. Faktor-faktornya yaitu :

a. Usia menarche

Menarche adalah usia pertama kali menstruasi dalam rentang

usia 10-16 tahun atau pada masa awal remaja di tengah masa

pubertas sebelum memasuki masa reproduksi. Beberapa penelitian

menemukan terdapat hubungan antara umur pertama mendapat haid

pertama dengan umur sewaktu memasuki menopause. Semakin

muda/ dini menarche terjadi, makin lambat menopause timbul.

Sebaliknya, makin lambat menarche terjadi, makin cepat menopause


22

timbul (Prawirohardjo, 2007; Proverawati, 2010). Berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Rohmatika, Sumarni, & Prabandari


terhadap usia menopause pada wanita menopause dan sisanya 86,1% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.

g menonjol adalah berkurangnya tenaga dan gairah, berkurangnya konsentrasi dan kemampuan akademik, timbulnya perub

kemampuan setiap wanita untuk menyesuaikan diri (Proverawati,

2010).

c. Jumlah anak (paritas)

Sejauh ini, belum ditemukan hubungan antara jumlah anak

dengan menopause, namun ada peneliti yang menemukan bahwa

semakin sering melahirkan maka semakin tua atau lama memasuki

usia menopause. Sedangkan wanita yang belum pernah melahirkan

sama sekali (nullipara) lebih awal memasuki menopause

dibandingkan wanita yang telah melahirkan lebih dari satu kali


23

(multipara) yang akan mengalami menopause lebih lambat (Baziad,

2003).

a mulai memasuki usia menopause. Hal ini terjadi karena kehamilan dan persalinan akan memperlambat sistem kerja organ

wanita tersebut memakai kontrasepsi jenis hormonal. Perdarahan terus terjadi selama wanita masih menggunakan pil kont
si harus

segera dihentikan. Pada wanita yang menggunakan kontrasepsi ini

akan lebih lama memasuki usia menopause (Baziad, 2003).

f. Merokok

Perilaku hidup sehat sangat berperan penting dalam

pencegahan sindrom premenopause, misalnya tidak merokok,

menghindari kopi, alkohol dan makanan pedas. Merokok dapat

mempercepa terjadinya sindrom premenopause karena wanita yang

merokok mempunyai kadar estrogen yang lebih rendah daripada

wanita yang tidak merokok (Proverawati, 2010).


24

6. Upaya yang Dilakukan Selama Masa Menopause

Tidak semua wanita yang mengalami menopause membutuhkan


menengah atau tinggi dari gejala-gejala menopause, misal: pengobatan untuk mengurangi efek akibat hot flushes bisa dibe

a. Menjaga pola makan yang teratur dengan gizi yang seimbang dan

tidak berlebihan.

b. Menjaga asupan vitamin, kalsium, dan mineral yang cukup. Kalsium

sangat baik untuk kekuatan tulang sehubungan dengan meningkatnya

risiko terkena osteoporosis saat menopause yang dapat

mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Vitamin D diperlukan untuk

kesehatan tulang dan gigi dan membantuk tubuh menyerap kalsium

dari makanan. Selain itu, vitamin E bersama dengan antioksidan lain

dalam makanan juga dibutuhkan karena dapat mengatasi hot flushes

dan berkeringat di malam hari.


25

c. Olahraga teratur sesuai kemampuan fisik, seperti jalan kaki, jogging,

olahraga dengan menggunakan beban yang ringan.

ang sesuai kebutuhan. Terapi hormon yang paling sering digunakan untuk menghilangkan gejala-gejala menopause dan me

payudara, masalah penyumbatan pembuluh darah misalnya stroke,

dan penyakit jantung koroner (Spencer & Brown, 2007).

B. Kecemasan

1. Pengertian

Cemas dalam bahasa latin “anxius” dan dalam bahasa Jerman

“angst” kemudian menjadi “anxiety” yang berarti kecemasan, merupakan

suatu kata yang dipergunakan oleh Freud untuk menggambarkan suatu

efek negatif dan keterangsangan. Kecemasan adalah kekhawatiran yang

tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan
26

tidak berdaya dan keadaan emosi ini tidak memiliki obyek yang spesifik

(Stuart & Sundeen, 2007).


ak mengerti mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi. Tidak ada obyek yang dapat diidentifikasi sebagai stimulus a

2. Teori Kecemasan

Menurut Stuart & Sundeen (2007), ada beberapa teori yang telah

dikembangkan untuk menjelaskan terjadinya kecemasan, antara lain:

a. Faktor Predisposisi

Teori yang dikembangkan untuk menjelaskan penyebab ansietas

adalah:

1) Teori Psikoanalitik

Menurut Freud (1969), kecemasan dilihat sebagai konflik

emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian: id dan

superego. Id merupakan dorongan insting dan impuls primitive


27

seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani

seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya. Ego dan


n ego bahwa terdapat bahaya.

danya penerimaan dan penolakan interpersonal. Kecemasan berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisah

3) Teori Perilaku

Berdasarkan teori behaviour (perilaku), kecemasan

merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang

mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan

yang diinginkan. Pakar perilaku menganggap kecemasan

sebagai suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan keinginan

dari dalam untuk menghindari kepedihan.

4) Teori Keluarga

Intensitas cemas yang dialami individu mungkin

memiliki dasar genetik. Orang tua yang memiliki gangguan


28

cemas tampaknya memiliki risiko tinggi untuk memiliki anak

dengan gangguan cemas. Kajian keluarga menunjukkan bahwa

Reseptor ini mungkin membantu mengatur kecemasan. Penghambat asam aminobutirik-gamma neroregulator (GABA) dan

Stressor pencetus kecemasan mungkin berasal dari sumber internal

atau eksternal yang dapat dikelompokkan dalam dua kategori:

1) Ancaman terhadap integritas fisik

Ancaman terhadap integritas diri seseorang meliputi

ketidakmampuan fisiologis atau gangguan terhadap kebutuhan

dasar dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari yang terdiri

dari sumber eksternal dan internal. Sumber eksternal

diantaranya adalah terpapar oleh virus dan infeksi bakteri, polusi

lingkungan, risiko keamanan, perumahan yang tidak memadai,

makanan, pakaian, dan trauma. Sumber internal terdiri dari

kegagalan tubuh atau pusat pengatur suhu. Pada masa


29

menopause terjadi penurunan fungsi fisiologis dari beberapa

organ tubuh akibat penurunan hormon estrogen. Hal ini dapat


ang (Stuart & Sundeen, 2007).

kehilangan serta perubahan status atau peran. Ancaman ini terdiri dari dua sumber, yaitu eksternal dan internal. Sumber ek

internal terdiri dari kesulitan dalam hubungan interpersonal dan

asumsi terhadap peran baru. Pada masa menopause, terjadi

perubahan-perubahan bentuk tubuh, seperti kulit menjadi kering

dan keriput, obesitas, penurunan fungsi seksual, inkontinensia

urin, yang mengakibatkan perubahan terhadap gambaran diri

seseorang (Stuart & Sundeen, 2007).

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan

Menurut Stuart & Sundeen (2007), ada beberapa faktor yang

mempengaruhi kecemasan seseorang, antara lain:


30

a. Usia

Usia mempengaruhi psikologis seseorang, semakin tinggi usia


emosi seseorang serta kemampaun dalam menghadapi berbagai persoalan.

uhi cara pemikiran seseorang. Religiusitas yang tinggi menjadikan seseorang berpandangan positif atas masalah yang dihada

ndividu akan menyebabkan orang tersebut mudah mengalami kecemasan. Tingkat pendidikan individu akan berpengaruh
kin mudah berfikir rasional dan

menangkap informasi baru termasuk dalam menyelesaikan masalah

yang baru.

d. Keadaan fisik

Individu yang mengalami gangguan fisik seperti cidera, penyakit

badan, operasi, cacat badan lebih mudah mengalami stress. Selain itu

orang yang mengalami kelelahan fisik juga akan lebih mudah

mengalami stress.
31

e. Respon koping

Mekanisme koping digunakan seseorang saat mengalami kecemasan.


emasan secara konstruktif sebagai penyebab terjadinya perilaku patologis.

sebagai sumber koping, dimana kehadiran orang lain dapat membantu seseorang mengurangi kecemasan dan lingkungan m

ntu terdapat jumlah dan intensitas stressor yang berbeda sehingga resiko terjadinya stress pada tiap perkembangan berbe
tasi yang semakin baik terhadap

stressor.

h. Pengalaman masa lalu

Pengalaman masa lalu dapat mempengaruhi kemampuan seseorang

dalam menghadapi stressor yang sama.

i. Pengetahuan

Ketidaktahuan dapat menyebabkan kecemasan dan pengetahuan

dapat digunakan untuk mengatasi masalah.


32

4. Respon Terhadap Kecemasan

Respon sistem saraf otonom terhadap rasa takut dan ansietas


yebabkan tubuh mengambil lebih banyak oksigen, dilatasi pupil, dan meningkatkan tekanan arteri serta frekuensi jantung sa

ancaman berikutnya mengaktifkan kembali respon simpatis (Videbeck,

2008).

Menurut Stuart & Sundeen (2007), respon terhadap kecemasan

dapat meliputi respon fisiologis, perilaku, kognitif, dan afektif yaitu:

a. Respon fisiologis

Respon kecemasan terhadap sistem kardiovaskular (jantung

dan pembuluh darah) adalah takikardia (denyut jantung cepat),

jantung berdebar-debar, nyeri dada, rasa lesu/lemas seperti mau

pingsan, tekanan darah menurun, denyut nadi menurun. Respon

kecemasan terhadap sistem pernapasan adalah merasa nafas


33

pendek/sesak napas, terengah-engah, rasa tertekan di dada, sensasi

tercekik, sering menarik nafas panjang. Respon kecemasan terhadap


, gerakan yang janggal.
atau kembung, mual, muntah, buang air besar lembek, sukar buang air besar (konstipasi). Respon kecemasan terhadap siste

kulit adalah wajah kemerahan, berkeringat setempat (telapak

tangan), gatal, rasa panas dan dingin pada kulit, wajah pucat,

berkeringat seluruh tubuh

b. Respon perilaku

Respon kecemasan terhadap perilaku adalah gelisah,

ketegangan fisik, tremor, reaksi terkejut, bicara cepat, kurang

koordinasi, cenderung mengalami cedera, menarik diri dari

hubungan interpersonal, inhibisi, melarikan diri dari masalah,

menhindar, hiperventilasi dan sangat waspada.


34

c. Respon kognitif

Respon kecemasan terhadap kognitif adalah perhatian


apang persepsi menurun, kreativitas menurun, produktivitas menurun, bingung, sangat waspada, kesadaran diri, kehilanga

aspada, kengerian, kekhawatiran, kecemasan, mati rasa, rasa bersalah dan malu.

mengekspresikan dalam bentuk kebingungan dan curiga berlebihan

sebagai reaksi emosi terhadap kecemasan.

Untuk mengurangi perasaan tidak nyaman, individu mencoba

mengurangi tingkat ketidaknyamanan tersebut dengan melakukan

perilaku adaptif yang baru atau mekanisme pertahanan. Perilaku adaptif

dapat menjadi hal yang positif dan membantu individu beradaptasi dan

belajar, misalnya: menggunakan teknik imajinasi untuk memfokuskan

kembali perhatian pada pemandangan yang indah, relaksasi tubuh secara

berurutan dari kepala sampai jari kaki, dan pernafasan yang lambat dan

teratur untuk mengurangi ketegangan otot dan tanda-tanda vital. Respon


35

negatif terhadap ansietas dapat menimbulkan perilaku maladaptif, seperti

sakit kepala akibat ketegangan, sindrom nyeri, dan respons terkait stres

yang menimbulkan efisiensi imun (Videbeck, 2008).

beck (2008), ada empat tingkat kecemasan yang dialami oleh individu yaitu ringan, sedang, berat dan panik yaitu:

sesuatu yang berbeda dan membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu individu mem
berpikir, bertindak, merasakan, dan

melindungi diri sendiri. Menurut Videbeck (2008), respon dari

kecemasan ringan adalah sebagai berikut:

1Tabel 2.1
Respon Kecemasan Ringan

Respon Fisik Respon Kognitif Respon Emosional


- Ketegangan otot - Lapang persepsi luas - Perilaku otomatis
ringan - Terlihat tenang, - Sedikit tidak sadar
- Sadar akan percaya diri - Aktivitas
lingkungan - Perasaan gagal sedikit menyendiri
- Rileks atau - Waspada dan - Terstimulasi
sedikit memperhatikan - Tenang
gelisah banyak hal
- Penuh perhatian - Mempertimbangkan
- Rajin informasi
- Tingkat pembelajaran
optimal
(Sumber: Videbeck, 2008)
36

b. Kecemasan Sedang

Merupakan perasaan yang mengganggu bahwa ada sesuatu


g benar-benar berbeda; individu menjadi gugup atau agitasi. Menurut Videbeck (2008), respon dari kecemasan sedang adal
Tabel 2.2
Respon Kecemasan Sedang

Respon Fisik Respon Kognitif Respon Emosional


- Ketegangan otot - Lapang - Tidak nyaman
sedang persepsi - Mudah tersinggung
- Tanda-tanda vital menurun - Kepercayaan
meningkat - Tidak perhatian diri goyah
- Pupil dilatasi, secara selektif - Tidak sabar
mulai berkeringat - Fokus terhadap - Gembira
- Sering mondar- stimulus
mandir, memukul meningkat
tangan - Rentang perhatian
- Suara berubah: menurun
bergetar, nada - Penyelesaian
suara tinggi masalah menurun
- Kewaspadaan dan - Pembelajaran
ketegangan terjadi dengan
meningkat memfokuskan
- Sering berkemih,
sakit kepala, pola
tidur
berubah, nyeri
punggung
(Sumber: Videbeck, 2008)

c. Kecemasan Berat

Pada tingkat ini, ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman,

memperlihatkan respon takut dan distress. Menurut Videbeck

(2008), respon dari kecemasan sedang adalah sebagai berikut:


37

Tabel 2.3
Respon Kecemasan Berat

Respon Fisik Respon Kognitif Respon Emosional


- Ketegangan otot berat - Lapang persepsi - Sangat cemas
- Hiperventilasi sempit atau - Agitasi
- Kontak mata buruk terbatas - Takut
- Pengeluaran keringat - Proses berpikir - Bingung
berlebih terpecah-pecah - Merasa tidak
- Bicara cepat, - Sulit berpikir adekuat
nada suara tinggi - Penyelesaian - Menarik diri
- Tindakan tanpa tujuan masalah buruk - Penyangkalan
dan serampangan - Tidak mampu - Ingin bebas
- Rahang menegang, mempertimbangkan
menggeretakkan informasi
gigi - Hanya
- Mondar-mandir, memerhatikan
berteriak ancaman
- Meremas tangan, - Preokupasi
gemetar dengan pikiran (Sumber: Videbeck, 2008)
sendiri
- Egosentris
d.Panik
Panik merupakan kondisi dimana individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena hilangnya kontrol, m

mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah. Panik

berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan terror. Rincian

terpecah dari proporsinya. Individu yang mengalami panic tidak

mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan, hal itu

dikarenakan individu tersebut mengalami kehilangan kendali, terjadi

peningkatan aktifitas motorik, menurunnya kemampuan untuk

berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan

kehilangan pemikiran yang rasional. Menurut Videbeck (2008),

respon dari kecemasan sedang adalah sebagai berikut:


38

Tabel 2.3
Respon Panik

Respon Fisik Respon Kognitif Respon Emosional


- Flight, fight, - Lapang - Merasa terbebani
atau freeze persepsi sangat - Merasa tidak
- Ketegangan otot sempit mampu, tidak
sangat berat - Pikiran tidak berdaya
- Agitasi motorik kasar logis, terganggu - Lepas kendali
- Pupil dilatasi - Kepribadian kacau - Mengamuk, putus
- Tanda-tanda vital - Tidak dapat asa
meningkat menyelesaikan - Marah, sangat takut
kemudian menurun masalah - Mengharapkan
- Tidak dapat tidur - Fokus pada pikiran hasil yang buruk
- Hormon stress sendiri - Kaget, takut
dan - Tidak rasional - Lelah
neurotransmitter - Sulit memahami
berkurang stimulus
- Wajah eksternal
menyeringai, mulut - Halusinasi, waham,
(Sumber: Videbeck, 2008)
ternganga ilusi mungkin
terjadi

6.Terapi Kecemasan

Intervensi yang dapat diberikan pada pasien yang mengalami

kecemasan dapat dikelompokkan menjadi terapi farmakologi dan non

farmakologi, yaitu:

a. Terapi Farmakologi

Terapi untuk mengurangi kecemasan antara lain yaitu

benzodiazepine, obat ini digunakan untuk jangka pendek dan tidak

dianjurkan untuk jangka panjang karena pengobatan ini

menyebabkan toleransi dan ketergantungan. Obat anti kecemasan

nonbenzodiazepine seperti buspiron (buspar) dan berbagai

antidepresan juga digunakan (Isaacs, 2005).


39

b. Terapi Nonfarmakologi

1) Distraksi
a pasien akan lupa terhadap cemas yang dialami. Stimulus sensori yang menyenangkan menyebabkan pelepasan endorphin
mengatasi kecemasan yaitu teknik distraksi dan

perhatian ke stimulus yang lain. Salah satu teknik yang efektif

yaitu seperti mendengarkan musik (terapi musik). Musik dapat

membantu seseorang menjadi lebih rileks, mengurangi stress,

menimbulkan rasa aman dan sejahtera, melepaskan rasa sedih,

membuat jadi gembira, dan membantu serta melepaskan rasa

sakit.

2) Relaksasi

Terapi relaksasi yang dilakukan dapat berupa relaksasi,

meditasi, relaksasi imajinasi dan visualisasi serta relaksasi otot


40

progresif yakni teknik relaksasi otot dalam yang tidak

memerlukan imajinasi, ketekunan, atau sugesti (Isaacs, 2005).

C.

kan kata “musik” dalam “terapi musik” digunakan untuk menjelaskan media yang digunakan secara khusus dalam rangkaian

emosi. Hal ini disebabkan karena musik memiliki beberapa kelebihan,

yaitu musik memberikan rasa nyaman, menenangkan, membuat rileks,

berstruktur dan universal (Murtisari, Ismonah & Supriyadi, 2014).

Wigram (2002) dalam Djohan (2006) mendefinisikan terapi musik

adalah penggunaan musik dalam lingkup pendidikan dan sosial bagi klien

atau pasien yang membutuhkan pengobatan, pendidikan atau intervensi

pada aspek sosial dan psikologis. Berdasarkan beberapa pengertian

diatas, dapat disimpulkan bahwa terapi musik adalah bentuk terapi yang

menggunakan musik sebagai media dalam memberikan intervensi bagi


41

klien untuk memperbaiki, memelihara, mengembangkan mental, fisik,

dan kesehatan emosi (aspek psikologis).

terapi dalam membantu kliennya. Dengan bantuan musik, pikiran klien dibiarkan untuk mengembara, baik untuk mengena

terhadap keadaan dan permasalahan klien, sehingga akan berbeda untuk

setiap orang. Ada klien yang lebih sesuai menggunakan model terapi

musik tertentu, ada pula yang terbantu dengan model yang lain. Setiap

terapi musik juga akan berbeda maknanya untuk orang yang berbeda.

Namun, setiap terapi musik mempunyai tujuan yang sama, yaitu

membantu mengekspresikan perasaan, membantu rehabilitasi fisik,

memberi pengaruh positif terhadap kondisi suasana hati dan emosi,

meningkatkan memori, serta menyediakan kesempatan yang unik untuk

berinteraksi dan membangun kedekatan emosional. Dengan demikian,

terapi musik juga dapat membantu mengatasi stress, mencegah penyakit,


42

dan meringankan rasa sakit atau nyeri (Djohan, 2006). Musik juga

dianggap menjadi terapi yang bersifat non-invasif, murah dan berguna

sebagai intervensi untuk mengurangi rasa sakit, kecemasan dan untuk

meningkatkan relaksasi (Heijden dkk, 2015).

erapa jenis musik yang dapat diterapkan sebagai intervensi untuk mengurangi kecemasan, antara lain MusiCure, musik klas

(Analia & Moekroni, 2016; Heijden dkk, 2015; Mohammadi dkk, 2014;

Trappe, 2012).

Menurut pakar terapi musik, tubuh manusia memiliki pola getar

dasar. Kemudian vibrasi musik yang terkait erat dengan frekuensi dasar

tubuh atau pola getar dasar memiliki efek penyembuhan yang sangat

hebat pada seluruh tubuh, pikiran, dan jiwa manusia yang menimbulkan

perubahan emosi, organ, hormon, enzim, sel-sel dan atom (Kozier, Erb,

Berman, & Snyder, 2010). Frekuensi mengacu pada tinggi dan rendahnya

nada serta tinggi rendahnya kualitas suara yang diukur dalam Hertz, yaitu

jumlah daur per detik dimana gelombang bergetar. Manusia memiliki


43

batasan untuk tinggi rendahnya frekuensi yang bisa diterima oleh korteks

auditori (Chiang, 2012; Nilsson, 2009; Wigram, 2002).


ti berfikir, persepsi spasial dan memori. Bunyi dengan frekuensi sedang 750-3000 Hz cenderung merangsang kerja jantung,
mbut, harmonis dan tidak berlirik, dengan tempo 60-80 bpm (beat per minute). Musik yang bersifat sebaliknya adalah

tidak harmonis, atau dibunyikan dengan volume keras tidak akan

menimbulkan efek terapi. Efek yang timbul adalah meningkatkan denyut

nadi, tekanan darah, laju pernafasan, dan meningkatkan stress (Nilsson,

2009).

4. Terapi Musik Klasik

Musik yang paling bermanfaat bagi kesehatan seorang pasien yaitu

jenis musik klasik. Telah terbukti bahwa musik yang disusun oleh Bach,

Mozart, dan komposer Italia adalah yang paling efektif dalam

memberikan efek distraksi pada pasien (Trappe, 2012). Terapi musik


44

klasik adalah usaha untuk meningkatkan kualitas fisik dan mental dengan

rangsangan nada atau suara yang mengandung irama, lagu, dan


e, ritme, harmoni, bentuk dan gaya yang diorganisir sedemikian rupa sehingga tercipta musik yang bermanfaat untuk keseh
didapatkan keadaan istirahat yang optimal. Musik klasik sering menjadi acuan karena berirama tenang dan mengalun lem

mengikuti kecepatan denyut jantung manusia yaitu sekitar 60 detik/

menit. Getaran musik klasik senada dengan getaran saraf otak, sehingga

bisa merangsang saraf otak untuk berayun dan bergetar (Campbell,

2006). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Muhammad

Luqman Prihananda & Arina Maliya (2011) yang berjudul “Effect of

classical music therapy on the anxiety level of hemodialysis patients at

the PKU Muhammadiyah Hospital of Surakarta”, menunjukkan adanya

pengaruh pemberian terapi musik klasik terhadap tingkat kecemasan

pada pasien hemodialisa di RS PKU Muhammadiyah Surakarta.


45

Salah satu musik klasik yang bermakna medis yaitu musik karya

Mozart. Musik karya Mozart merupakan musik klasik yang memiliki


memberi energi untuk menutupi, mengalihkan perhatian dan melepaskan ketegangan maupun rasa sakit (Analia & Moekron
n komposer lainnya yaitu yang berjudul sonata for Two Pianos in D Major,

sonata for Two Pianos in D Major, K. 448 dapat memberikan efek

terapeutik untuk pasien yang menderita epilepsy.

5. Durasi dan Volume Mendengarkan Musik

Terapi musik dapat dilakukan di rumah, disaat santai dan dimana

saja, jaraknya sekitar setengah meter (50 cm) dari tape dapat juga

menggunakan walkman. Usahakan suara (volume) tidak terlalu keras

atau lemah (Satidarma, 2004). Nilsson (2009) dan Chiang (2012)

menyarankan menggunakan earphone, karena bantalan earphone bisa


46

diganti untuk mencegah penularan bakteri dari telinga pasien yang satu

ke pasien yang lainnya.

untuk memberikan efek terapi, musik dapat diberikan selama 30 menit. Musik harus didengarkan minimal 15 menit supaya

6.Pengaruh Musik Sebagai Terapi

Terapi musik berdampak positif untuk mengatasi cemas dan stress

karena dapat mengaktifkan sel-sel pada sistem limbik dan saraf otonom

klien. Musik merupakan getaran udara harmonis yang ditangkap oleh

organ pendengaran melalui saraf di dalam tubuh kita, serta disampaikan

ke susunan sarah pusat (Atwater, 2009; Djohan, 2006). Otak manusia

terbagi ke dalam dua hemisfer, yaitu hemisfer kanan dan kiri. Hemisfer

kanan sudah diidentifikasi menjadi bagian yang berperan dalam

mengapresiasi musik dan hemisfer kiri pada kebanyakan orang dapat

memproses atau mengubah frekuensi dan intensitas, baik dalam musik

maupun kata-kata. Keduanya, baik hemisfer kiri maupun kanan sama-

sama diperlukan untuk mempersepsikan ritme. Bagian frontal otak, selain


47

berfungsi sebagai memori juga berperan dalam ritme dan melodi

sedangkan bagian otak yang lain berurusan dengan emosi dan

ga dalam serta menggetarkan sel-sel rambut di dalam koklea untuk selanjutnya melalui saraf koklearis menuju otak dan me

Jaras pendengaran kemudian dilanjutkan ke hipokampus dan

meneruskan sinyal musik ke amigdala yang merupakan area perilaku

kesadaran yang bekerja pada tingkat bawah sadar, sinyal kemudian

diteruskan ke hipotalamus. Hipotalamus merupakan area pengaturan

sebagian fungsi vegetatif dan fungsi endokrin tubuh seperti halnya

banyak aspek perilaku emosional. Jaras pendengaran diteruskan ke

formation retikularis sebagai penyalur impuls menuju serat otonom. Serat

saraf tersebut mempunyai dua sistem saraf, yaitu saraf simpatis dan para

simpatis. Kedua saraf ini dapat mempengaruhi kontraksi dan relaksasi


48

organ-organ. Relaksasi dapat merangsang pusat rasa ganjaran sehingga

timbul ketenangan (Ganong, 2005).


kan relaksasi, beta terkait dengan aktivitas mental, gelombang tetha dikaitkan dengan situasi stress, depresi dan upaya kre

endorphin yang menyebabkan tubuh menjadi rileks dan membuat detak

jantung menjadi stabil (Murtisari dkk, 2014). Serotonin merupakan zat

kimia yang mentransmisikan impuls saraf di seluruh ruang antara sel-sel

saraf atau neuron dan memiliki peran dalam mencegah kecemasan,

muntah, dan migrain. Perubahan tingkat serotonin menjadi hormon

melatonin memiliki efek regulasi terhadap relaksasi tubuh sehingga dapat

memperbaiki suasana hati (mood), baik itu menciptakan suasana tenang,

rileks, aman, maupun menyenangkan, sehingga mampu membuat pasien

merasa nyaman (Djohan, 2006).


49

D. Penelitian Terkait

1. Penelitian yang dilakukan oleh Bansal dkk (2015) yang berjudul


knik pengambilan sampelnya menggunakan proportionate sampling technique. Pengukuran depresi dan kecemasan masing

2. Penelitian yang dilakukan oleh Mahadewi & Purnawati (2015) yang

berjudul Hubungan antara dukungan suami dan pengetahuan ibu terhadap

tingkat kecemasan pada menopause di Desa Sidemen Kecamatan

Sidemen Kabupaten Karangasem. Metode penelitian yang digunakan

adalah cross sectional analitik dengan pemilihan sampel secara simple

random sampling dengan besar sampel sebanyak 115 orang. Pengukuran

variabel bebas yaitu dukungan suami dan tingkat pengetahuan diukur

dengan instrument kuesioner. Hasil statistik mengenai karakteristik

sampel didapatkan hasil bahwa tingkat kecemasan yang paling tinggi

yaitu tingkat kecemasan sedang (n=97) yaitu sebesar 84,3%. Hasil


50

keseluruhan penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang

bermakna, signifikan dan berbanding terbalik antara dukungan suami


opause dengan nilai p = 0.501.
anta Elisabeth Medan tahun 2015. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental design dengan rancangan one-

dilakukan intervensi, 65% mengalami kecemasan berat, 35% mengalami

kecemasan sedang. Setelah dilakukan intervensi, hasilnya menunjukkan

bahwa sebesar 90% mengalami kecemasan sedang dan 10% mengalami

kecemasan ringan. Uji statistik menggunakan uji Wilcoxon sign rank test

diperoleh p = 0.000 (p < 0.05), artinya terdapat pengaruh yang bermakna

antara terapi musik terhadap perubahan tingkat kecemasan pada pasien

pre operasi di ruang rawat bedah Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

tahun 2015.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Prihananda, Muhammad Luqman &

Maliya, Alina Kartinah (2011) yang berjudul Effect of classical music


51

therapy on the anxiety level of hemodialysis patients at the PKU

Muhammadiyah Hospital of Surakarta. Metode penelitian yang


erlakuan) menggunakan rumus baku dari Taro Yamane. Instrumen penelitian dengan menggunakan kuesioner HRS-A (Hami

kecemasan terdapat kenaikan. Pengujian dengan independent t-test

didapatkan Thitung = -5.956 dengan p value = 0.000, dengan syarat p value

< 0.05, maka terdapat perbedaan antara kelompok kontrol dan kelompok

perlakuan. Dari dua pengujian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa

Ho ditolak, maka terdapat pengaruh pemberian terapi musik klasik

terhadap tingkat kecemasan pada pasien hemodialisa di RS PKU

Muhammadiyah Surakarta.
52

E. Kerangka Teori

ng mempengaruhi kecemasan:
aya dan spiritual, pendidikan, keadaan fisik, respon koping, dukungan sosial, tahap perkembangan, pengalaman masa lalu dan pengeta

hormon estrogen
Perubahan pada(North American
serotonin, Menopausaldopamine
norepinephrine, Society, 2016; Sastrawinata,
dan melatonin 2008)
(North American Menopausal
RentangSociety,
Respon 2016)
Kecemasan:
Kecemasan
Kekhawatiran/ Kecemasan (North American Menopausal ringan
Society, 2016)
Kecemasan sedang
Kecemasan berat
Panik
(Videbeck, 2008)

Intervensi untuk mengurangi kecemasan


Menciptakan imajinasi di otak kanan dan kiri

Non farmakologi Farmakologi


Menjangkau wilayah kiri korteks serebri

Distraksi Relaksasi
Hipokampus

Terapi musik klasik


Amigdala
Mekanisme musik mengurangi cemas
Musik karya Mozart
Hipotalamus
Musik menggetarkan gendang telinga
+ hormon endorfin & hormon serotonin

Mengguncangkan cairan telinga dalam


Rileks, tenang,aman, menyenangkan

Menggetarkan sel-sel rambut dalam koklea


Mengurangi kecemasan

Bagan 2.1 Kerangka Teori


Sumber: Baziad (2003), Djohan (2006), Ganong (2005), Isaacs (2005), North
American Menopausal Society (2016), Potter & Perry (2010), Sastrawinata (2008),
Shifren & Schiff (2007), Stuart & Sundeen (2007), Videbeck (2008
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A.

at dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel (baik variabel yang diteliti ma

menggambarkan ada tidaknya pengaruh terapi musik dalam menurunkan

kecemasan pada wanita menopause, yaitu:

1. Variabel bebas (independent variable) adalah terapi musik klasik.

2. Variabel terikat (dependent variable) adalah kecemasan pada wanita

menopause yang diukur dengan kuesioner tingkat kecemasan.

3. Variabel perancu (confounding variable) meliputi usia, nilai budaya dan

spiritual, pendidikan, keadaan fisik, respon koping, dukungan sosial,

tahap perkembangan, pengalaman masa lalu dan pengetahuan.

53
54

Tingkat kecemasan pada wanita menopause


Terapi musik klasik

Usia- Dukungan sosial


Nilai budaya dan spiritual- Tahap perkembangan
Pendidikan- Pengalaman masa lalu
Keadaan fisik- Pengetahuan
Respon koping

Bagan 3.1 Skema Kerangka Konsep

Keterangan:

Variabel independen

Variabel dependen

Variabel perancu (confounding)

B. Hipotesis

Hipotesis berasal dari bahasa Yunani, yaitu hupo dan thesis. Hupo

berarti lemah, kurang, atau di bawah dan thesis berarti teori, proporsi.

Ataupun pernyataan yang disajikan sebagai bukti. Jadi, hipotesis dapat

diartikan sebagai dugaan yang sifatnya masih sementara (Harianti, 2012),

maka hipotesis penelitian ini adalah:


55

1. Hipotesis negatif (H0) : tidak terdapat pengaruh pemberian terapi

musik klasik terhadap tingkat kecemasan pada wanita menopause di

wilayah Pisangan, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, dan

2.hipotesis positif (Ha) : terdapat pengaruh pemberian terapi musik

klasik terhadap tingkat kecemasan pada wanita menopause di wilayah

Pisangan, Ciputat Timur, Tangerang Selatan.


56

C. Definisi Operasional
No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
1. Variabel Pemberian intervensi terapi MP3 dengan Observasi/ pengamatan Semua responden -
independen: Terapi musik klasik melalui earphone yang dilakukan peneliti mendengarkan terapi musik
musik klasik earphone kepada wanita klasik Mozart
Mozart jenis sonata menopause yang mengalami
for Two Pianos in kecemasan dengan
D Major, K. 448 memperdengarkan musik
klasik karya Mozart yang
telah ditentukan peneliti
sebagai musik untuk terapi,
yang ada di dalam MP3
peneliti. Waktu untuk
mendengarkan musik selama
15 menit.

2. Variabel dependen: Perasaan takut yang tidak Kuesioner Pre- Pengisian kuesioner 1. Skor < 14 = tidak ada Interval
Tingkat kecemasan jelas, terbagi dalam beberapa post test Hamilton Anxiety Rating kecemasan
tingkatan yang masing-masing Scale (HARS), yang 2. Skor 14-20 =
tingkatan menunjukkan gejala terdiri atas 14 kelompok kecemasan ringan
yang berbeda-beda. gejala, masing-masing 3. Skor 21-27 =
kelompok gejala diberi kecemasan sedang
penilaian antara 0-4 4. Skor 28-41 =
(Videbeck, 2008). kecemasan berat
5. Skor 42-56 = panik
(Videbeck, 2008)
Cat: yang diambil sebagai
responden hanya skor
kecemasan ringan dan skor
kecemasan sedang.
5Tabel 3.1 Definisi Operasional
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A.

eriment merupakan desain penelitian yang tidak memiliki kelompok pembanding (kontrol) namun sudah dilakukan observa

kelompok subjek. Kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan

intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah intervensi (Nursalam, 2008).

Subjek Pre test Perlakuan Post test


K O I O1

6Tabel 4.1 Rancangan Penelitian Eksperimen

Keterangan:

K : Subjek wanita menopause

O : Observasi tingkat kecemasan sebelum terapi musik klasik

I : Intervensi (terapi musik klasik)

O1 : Observasi tingkat kecemasan sesudah terapi musik klasik

57
58

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

C.

k tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari dalam suatu penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah wanita yang sudah

berjumlah 147 orang.

2. Besar Sampel Penelitian

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian

jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2007).

Besar sampel pada penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus uji

hipotesis beda 2 mean berpasangan dengan rumus sebagai berikut

Dharma 2011):

n ═ 2σ2 (𝑧1−∝ +𝑧1 − 𝛽)2

(𝜇1 − 𝜇2)2
59

Keterangan:

n : Jumlah sampel

𝜎 : Standar deviasi dari penelitian sebelumnya

𝑧1−∝ : Derajat kemaknaan

𝑧1 − 𝛽 : Kekuatan uji

𝜇1 : Rerata pada keadaan sebelum intervensi penelitian terkait

sebelumnya

𝜇2 : Rerata pada keadaan sesudah intervensi penelitian terkait

sebelumnya

ada penelitian yang dilakukan oleh Çiftçi & Öztunç (2015) tentang
he effect of music on comfort, anxiety and pain in the intensive care unit: A case in Turkey. Dari penelitian ini didapatka

Deviasi 8,6, hasil penurunan rata-rata sebelum intervensi (µ1 = 43,6) dan

hasil penurunan rata-rata sesudah intervensi (µ2 = 34,7). Uji hipotesis

menggunakan derajat kemaknaan 5% (𝑧1−∝) sebesar 1,96 dengan

kekuatan uji 90% (𝑧1 − 𝛽) sebesar 1,282, maka besar sampe minimal

yang diperoleh pada penelitian ini adalah:

n ═ 2 (8,6)2 (1,96 + 1,282)2


`
(43,6 – 34,7)2

═ 19,62 (dibulatkan menjadi 20 sampel)

Hasil perhitungan tersebut menunjukkan hasil 19,62 dan dibulatkan

menjadi 20, maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 20 sampel.
60

Untuk menghindari terjadi drop out sample, maka dilakukan koreksi

sebesar 10%. Sehingga total sampel pada penelitian ini adalah 22 sampel.

tuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2016). Hal ini dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didas

1) Tingkat kecemasan yang dirasakan yaitu tingkat kecemasan

berat dan panik.

2) Wanita yang mengalami gangguan pendengaran.

3) Wanita yang sedang menderita penyakit.

4) Wanita yang tidak tinggal dengan kerabat/ keluarga terdekat.

5) Menolak menjadi responden.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini menggunakan kuesioner

atau angket dan satu jenis musik klasik karya Mozart. Jenis musik klasik
61

karya Mozart yang digunakan yaitu sonata for Two Pianos in D Major, K.

448. Pemilihan jenis musik tersebut dikarenakan sudah pernah diteliti


alam rumah. Responden mendengarkan musik melalui earphone dari MP3 peneliti selama 15 menit (Potter & Perry, 2005).
buat. Kuesioner yang digunakan bertujuan untuk mengetahui biodata dari responden dan untuk menentukan tingkat kecem

pertanyaan tingkat kecemasan, peneliti menggunakan kuesioner Hamilton

Anxiety Rating Scale (HARS).

Kecemasan dapat diukur dengan menggunakan alat ukur kecemasan,

yaitu alat ukur Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS). Hamilton Anxiety

Rating Scale (HARS) merupakan salah satu dari skala penilaian yang pertama

kali diperkenalkan oleh Max Hamilton dan sekarang telah menjadi standar

untuk mengukur tingkat keparahan gejala kecemasan seseorang, apakah

seseorang tergolong kecemasan ringan, sedang, berat atau panik. HARS

terdiri atas 14 item penilaian, antara lain yaitu: suasana hati, ketegangan,

ketakutan, insomnia, konsentrasi, depresi, tonus otot, sensori somatik, gejala


62

kardiovaskuler, gejala sistem respirasi, gejala sistem gastrointestinal, gejala

sistem genitourinaria, gejala otonom dan perilaku (Videbeck, 2008).


Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan kategori:
Nilai 0 = tidak ada gejala yang muncul,

Nilai 1 = gejala ringan (hanya satu dari gejala yang muncul), Nilai 2 = gejala sedang (sebagian gejala yang muncu
Nilai 3 = gejala berat/ lebih dari ½ gejala yang muncul, dan Nilai 4 = seluruh gejala muncul
Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dari item 1-14 dengan hasil:
Skor <14= tidak ada kecemasan

Skor 14-20 = kecemasan ringan

3) Skor 21-27 = kecemasan sedang

4) Skor 28-41 = kecemasan berat

5) Skor 42-56 = kecemasan berat sekali/ panik

Format asli kuesioner HARS dalam bahasa inggris, bentuk terjemahan

dalam bahasa Indonesia diambil dari buku Konsep dan Penerapan

Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan karya Nursalam (2008). Nursalam

(2008) juga telah melakukan uji validitas dan reliabilitas kuesioner HARS.

Hasil dari penelitiannya didapatkan korelasi dengan HARS (r hitung = 0,57-

0,84) dan (rtabel = 0,349). Hasil koefisien dianggap reliabel jika r > 0,40. Hal

ini menujukkan bahwa kuesioner HARS cukup valid dan reliabel. Izin
63

penggunaan resmi kuesioner ini peneliti peroleh dari Library of Scales

(Outcometracker.org).

E.
menopause yang mengalami kecemasan ringan dan sedang yang diambil sebelum diberikan terapi musik klasik dan sesudah

Hidayatullah Jakarta.

sebagai tempat penelitian.

c. Menjelaskan tentang rencana penelitian kepada staf Puskesmas

Pisangan yang bertanggung jawab dalam penelitian yang dilakukan

oleh peneliti.

2. Prosedur Pelaksanaan

Prosedur pelaksanaan yang dilakukan merupakan prosedur

pemberian terapi musik klasik Mozart secara individual dengan teknik

peneliti mendatangi rumah responden satu per satu. Berikut prosedur

pelaksanaan yang dilakukan peneliti:


64

a. Peneliti memilih responden yang sesuai dengan kriteria inklusi dan

eksklusi.
alon responden dan menjelaskan tentang tujuan dan manfaat penelitian sesuai dengan etika penelitian.
ponden untuk bersedia menjadi responden.

rsedia akan diberikan surat persetujuan (informed consent) menjadi responden untuk ditanda tangani tanpa paksaan.
an terapi musik pada responden, peneliti melakukan pretest dengan memberikan lembar kuesioner kecemasan Hamilton A
diisi, peneliti akan memeriksa kembali kuesioner
h responden dan menghitung jumlah skor kecemasan responden.

f. Apabila kecemasan yang dirasakan responden adalah kecemasan

ringan dan atau kecemasan sedang, maka responden dapat diberikan

terapi musik klasik.

g. Peneliti melakukan intervensi dengan memperdengarkan terapi

musik klasik Mozart sonata for Two Pianos in D Major, K. 448 pada

responden dalam keadaan senyaman mungkin selama 15 menit dari

MP3 peneliti dengan menggunakan earphone.

h. Peneliti langsung melakukan posttest dengan memberikan lembar

kuesioner kecemasan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) kode

B.
65

i. Setelah kuesioner diisi, peneliti akan memeriksa kembali kuesioner

yang sudah diisi oleh responden menghitung jumlah skor kecemasan

responden.

j.Setelah lembar kuesioner terkumpul, peneliti akan mengolah data.

F.

ukan pengolahan data. Ada empat tahapan dalam pengolahan data yang harus dilalui (Hastono, 2006):

an pengecekan isian formulir atau kuesioner apakah jawaban yang ada di kuesioner sudah: a) lengkap: semua pertanyaan su
levan: jawaban yang tertulis

apakah relevan dengan pertanyaan, d) konsisten: apakah antara beberapa

pertanyaan yang berkaitan isi jawabannya konsisten.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data

berbentuk angka/ bilangan. Kegunaan dari coding adalah untuk

mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat pada saar

entry data. Pada penelitian ini, peneliti memberikan kode-kode pada

kuesioner. Untuk kuesioner pretest peneliti memberikan kode A dan

untuk kuesioner posttest peneliti memberikan kode B.


66

3. Processing

Setelah semua kuesioner terisi penuh dan benar, serta sudah melewati

nalisis. Pemrosesan data dilakukan dengan cara meng-entry data dari kuesioner ke paket program komputer. Salah satu pa

melihat apakah ada kesalahan atau tidak, jika ada maka kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.

G. Teknik Analisis Data

Analisa data merupakan pengumpulan data dari seluruh responden yang

dikumpulkan. Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan

statistik (Sugiyono, 2016).

Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini ada 2, yaitu:

1. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik

masing-masing variabel yang diteliti. Bentuknya tergantung dari jenis

datanya. Analisis univariat dalam penelitian ini menggunakan nilai mean

atau rata-rata, median dan standar deviasi. Variabel independennya yaitu

terapi musik klasik dan variabel dependennya yaitu tingkat kecemasan


67

pada wanita menopause yang merupakan jenis data numerik. Sebelum

dilakukan analisis bivariat perlu dilakukan uji normalitas data untuk


yaitu uji Saphiro Wilk, hal ini dikarenakan dalam penelitian ini respondennya berjumlah < 50 sampel (Dahlan, 2013) .

musik klasik terhadap tingkat kecemasan pada wanita menopause sebelum dan sesudah diberikan intervensi. Pada peneliti

Wilcoxon (Dahlan, 2013).

H. Etika Penelitian

Kode etik penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk

setiap kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang

diteliti (subjek penelitian) dan masyarakat yang akan memperoleh dampak

hasil penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2010). Prinsip etik menurut American

Nurses Association (ANA) yang berkaitan dengan peran perawat sebagai

peneliti dalam Wasis (2008) adalah sebagai berikut:


68

1. Otonom

Peneliti memberikan hak atau kebebasan kepada calon responden untuk


penelitian dengan menanyakan terlebih dahulu kesediaan calon responden dengan tanpa memaksa.

rosedur penelitian ini dan menentukan keputusan untuk berpartisipasi atau tidak dalam penelitian. Apabila bersedia berpar

adalah baik baginya.

4. Nonamaleficence

Peneliti mengupayakan agar responden tidak mengalami bahaya dan

tidak mengalami kerugian saat penelitian dilakukan dengan selalu

menanyakan keadaan responden saat penelitian berlangsung.

5. Confidentiality

Peneliti merahasiakan data-data yang sudah dikumpulkan. Data-data

pribadi seperti nama, nomor telepon, alamat atau data lain yang diperoleh

peneliti jaga kerahasiaannya dengan tidak mempublikasikan hal-hal yang

berkaitan dengan responden di luar kehendak responden.


69

6. Veracity

Peneliti menjelaskan manfaat dan efek peneliti yang melibatkan


epada responden.

da subjek penelitian dengan cara tidak membeda-bedakan perlakuan saat prosedur penelitian berlangsung maupun pada sa
BAB V

HASIL PENELITIAN

A.

Musik Klasik

ahui bagaimana gambaran tingkat kecemasan responden sebelum diberikan terapi musik klasik. Pengukuran tingkat kecem
7Tabel 5.1
Tingkat Kecemasan Responden Sebelum Dilakukan Terapi Musik Klasik

Tingkat Kecemasan Jumlah Persentase


Ringan 10 45,5
Sedang 12 54,5
Total 22 100

Tabel 5.1 menunjukkan hasil skor kecemasan responden sebelum

dilakukan terapi musik klasik pada wanita menopause. Kriteria inklusi

dalam penelitian ini mencakup responden yang mengalami kecemasan

ringan dan sedang. Tingkat kecemasan responden yang mengalami

kecemasan ringan (14-20) yaitu sebanyak 10 orang (45,5%) dan yang

mengalami kecemasan sedang (21-27) sebanyak 12 orang (54,5%).

70
71

2. Tingkat Kecemasan Sesudah Diberikan Terapi Musik Klasik

Tujuan kedua dalam penelitian ini yaitu mengetahui bagaimana

kat kecemasan responden setelah diberikan terapi musik klasik. Pengukuran tingkat kecemasan ini menggunakan kuesione
Tabel 5.2
Tingkat Kecemasan Responden Sesudah Dilakukan Terapi Musik Klasik

Tingkat Kecemasan Jumlah Persentase


Ringan Tidak ada
8 36,4
kecemasan
Sedang Ringan 14 63,6
Total 22 100

5.2 menunjukkan hasil skor kecemasan responden sesudah


kan terapi musik klasik pada wanita menopause. Tingkat kecemasan responden sesudah dilakukan terapi musik klasik m

kecemasan ringan (14-20) yaitu sebanyak 14 orang (63,6%). Sedangkan

responden yang menjadi tidak mengalami kecemasan sebanyak 8 orang

(36,4%).

B. Analisis Bivariat

1. Uji Normalitas Shaphiro-Wilk

Sebelum dilakukan analisis bivariat perlu dilakukan uji normalitas

data untuk melihat apakah data berdistribusi normal atau tidak. Uji

normalitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji Saphiro Wilk, hal
72

ini dikarenakan dalam penelitian ini respondennya berjumlah < 50 sampel

(Dahlan, 2013). Hasil uji normalitas yang didapatkan yaitu:

Tabel 5.3
Uji Normalitas Shaphiro-Wilk
Saphiro-Wilk
Variabel N Statistic df Sig.
Pre test 22 ,891 22 ,020
Post test 22 ,906 22 ,040

t sebesar 0,020 dan variabel posttest sebesar 0,040 dimana nilai Sig < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa data pre test maupu

Wilcoxon.

2. Perbedaan Rerata Skor Tingkat Kecemasan Wanita Menopause pada

Pretest dan Posttest

Analisis bivariat dalam penelitian ini digunakan untuk

mengidentifikasi hubungan antara dua variabel, yaitu pengaruh terapi

musik klasik terhadap tingkat kecemasan pada wanita menopause sebelum

dan sesudah diberikan intervensi. Analisis bivariat dilakukan dengan

menggunakan uji statistik non parametrik two related sample test wilcoxon

karena data berdistribusi tidak normal (Dahlan, 2013). Hasil uji alternatif

yang didapatkan yaitu:


73

Tabel 5.4
Perbedaan Rerata Skor Tingkat Kecemasan Wanita Menopause pada
Pretest dan Posttest

Std. Minimum - P
Variabel N Median Deviation Maksimum
Pre test 22 21 4,065 14 – 26 0.000
Post test 22 15,5 3,594 9 - 20

rti setelah diberikan terapi musik klasik maka tingkat kecemasan responden mengalami penurunan. Dengan demikian dapa
BAB VI

PEMBAHASA

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh terapi musik

klasik terhadap tingkat kecemasan pada wanita menopause di Wilayah Pisangan,

Ciputat Timur, Tangerang Selatan. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hasil

penelitian dan keterbatasan penelitian. Interpretasi hasil penelitian yang telah

didapatkan akan dikaitkan dengan teori maupun hasil penelitian terkait.

Keterbatasan penelitian akan dibahas dengan membandingkan proses pelaksanaan

penelitian yang telah dilakukan dengan kondisi ideal yang seharusnya dicapai.

A. Pembahasan Hasil

1. Tingkat Kecemasan Sebelum Diberikan Terapi Musik Klasik terhadap

Responden

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kecemasan sebelum

dilakukan terapi musik klasik pada wanita menopause mayoritas berada

dalam tingkat kecemasan sedang yaitu sebanyak 12 orang (54,5%). Hasil

penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mahadewi &

Purnawati (2015) yang menunjukkan bahwa tingkat kecemasan pada

wanita menopause yang paling tinggi yaitu berada dalam tingkat

kecemasan sedang (84,3%).

Menopause merupakan suatu waktu dalam kehidupan seorang wanita

ketika berhenti haid atau menstruasi. Hal ini biasanya terjadi secara alami
74
75

setelah usia 45 tahun (Jafari dkk, 2014). Ada juga yang menyatakan bahwa

rata-rata usia menopause adalah 51 tahun (dari 47-53 tahun) (Noroozi dkk,

Sastrawinata, 2008). Masalah- masalah yang timbul dari perubahan psikis tersebut akan menimbulkan kecemasan pada keb

pengalaman yang dirasa tidak menyenangkan dan diikuti perasaan gelisah,

khawatir dan takut. Kecemasan merupakan aspek subjektif dari emosi

seseorang karena melibatkan faktor perasaan yang tidak menyenangkan

yang sifatnya subjektif dan timbul karena menghadapi tegangan, ancaman

kegagalan, perasaan tidak aman dan konflik dan biasanya individu tidak

menyadari dengan jelas apa yang menyebabkan ia mengalami kecemasan

(Tim MGBK, 2010). Perasaan cemas yang timbul saat menopause

seringkali disebabkan oleh perubahan hormonal dalam tubuh. Para ahli

menyebutkan bahwa adanya perubahan kadar hormon estrogen

memberikan efek langsung pada serotonin, neurokimia, norepinephrine,


76

dopamine dan melatonin. Semua neurotransmitter tersebut memainkan

peran dalam regulasi emosi dan regulasi suasana hati (mood) (North

pengetahuan (Stuart & Sundeen, 2007). Hasil penelitian Mahadewi & Purnawati (2015) mengenai hubungan antara dukunga

Perbedaan kecemasan yang dialami responden pun berbeda antara

yang satu dengan yang lainnya. Hal ini dikarenakan masing-masing

responden memiliki keadaan psikis yang berbeda sehingga mereka juga

mempunyai sikap yang berbeda dalam menyikapi setiap perubahan yang

terjadi pada saat menopause. Perubahan yang muncul saat menopause

membuat mereka merasa khawatir bagaimana menjalani kehidupan

mereka selanjutnya. Sastrawinata (2008) juga menyebutkan bahwa

kecemasan yang muncul saat menopause sering dihubungkan dengan

adanya kekhawatiran dalam menghadapi situasi yang sebelumnya tidak

pernah dikhawatirkan. Berdasarkan teori tersebut, dapat disimpulkan


77

bahwa kecemasan yang muncul saat menopause disebabkan oleh adanya

penurunan hormon estrogen yang menyebabkan munculnya berbagai

macam keluhan fisik yang dapat mempengaruhi suasana hati (mood) dan
emosi seseorang sehingga membuat wanita menopause menjadi merasa gelisah dan cemas.

onden
an terapi musik klasik pada wanita menopause mayoritas berada dalam tingkat kecemasan ringan yaitu sebanyak 14 orang

(2011) dengan uji statistik menggunakan uji paired t-test diperoleh hasil

pre test perlakuan > post test perlakuan, artinya terdapat adanya penurunan

kecemasan setelah diberikan terapi musik klasik.

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Qulsum, Ismonah,

& Meikawati (2012) mengenai perbedaan tingkat kecemasan pada pasien

pre operasi sebelum dan sesudah pemberian terapi musik klasik di RSUD

Tugurejo Semarang. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat adanya

perbedaan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah pemberian terapi

musik klasik dengan menggunakan uji Wilcoxon yang menunjukkan nilai p

0,000 atau < 0,05.


78

Hal ini sesuai dengan pernyataan Djohan (2006) yang menjelaskan

bahwa terapi musik mempunyai tujuan membantu mengekspresikan


ngkatkan memori, serta menyediakan kesempatan yang unik untuk berinteraksi dan membangun kedekatan emosional. Den
yaitu musik yang nondramatis, dinamikanya bisa diprediksi, memiliki nada yang lembut, harmonis dan tidak berlirik, deng

musik klasik karya Mozart ini dapat membantu menurunkan kecemasan

pada wanita yang sudah menopause.

Penurunan tingkat kecemasan sesudah diberikan terapi musik pada

wanita menopause terjadi karena mendengarkan musik dapat

mengaktifkan sel-sel pada sistem limbik yang berhubungan dengan

perilaku emosional serta saraf otonom klien, sistem limbik teraktivasi dan

individu menjadi rileks (Djohan, 2006). Trappe (2012) juga menjelaskan

bahwa musik klasik karya Mozart dengan tempo 60 detik/menit dapat

mengaktivasi hemisfer kiri dan hemisfer kanan. Kedua hemisfer tersebut

sama-sama diperlukan untuk mempersepsikan ritme musik. Sehingga


79

membuat seseorang menjadi lebih rileks dan nyaman setelah

mendengarkan alunan musik klasik.

kat kecemasan sedang. Hasil analisa uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan tingkat kecemasan bermakna antara seb

Simbolon (2015) tentang Pengaruh terapi musik terhadap tingkat

kecemasan pada pasien pre operasi di ruang rawat bedah Rumah Sakit

Santa Elisabeth Medan tahun 2015. Kesimpulan dari penelitian ini

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang bermakna antara terapi musik

terhadap perubahan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di ruang

rawat bedah Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2015.

Potter dan Perry (2010) menjelaskan bahwa tindakan keperawatan

untuk menangani kecemasan pasien yaitu dapat berupa tindakan mandiri,

contohnya seperti teknik relaksasi dan distraksi. Distraksi merupakan

tindakan mengalihkan perhatian dan bekerja memberikan pengaruh yang


80

baik untuk jangka waktu yang singkat. Salah satu teknik distraksi yang

digunakan untuk mengatasi kecemasan adalah dengan mendengarkan

mbut di dalam koklea untuk selanjutnya melalui saraf koklearis menuju otak dan menciptakan imajinasi di otak kanan dan ot

yang merupakan area perilaku kesadaran yang bekerja pada tingkat bawah

sadar, lalu sinyal kemudian diteruskan ke hipotalamus. Hipotalamus

merupakan area pengaturan sebagian fungsi vegetatif dan fungsi endokrin

tubuh seperti halnya banyak aspek perilaku emosional (Ganong, 2005).

Peneliti menyimpulkan bahwa wanita menopause yang mengalami

kecemasan mengalami penurunan tingkat kecemasan setelah diberikan

terapi musik klasik karya Mozart jenis Sonata for Two Pianos in D Major,

K. 448. Hal ini disebabkan karena musik klasik yang mempunyai kategori

frekuensi alfa dan tetha 5000-8000 Hz dapat merangsang tubuh dan

pikiran menjadi lebih rileks sehingga merangsang otak menghasilkan


81

hormon serotonin dan hormon endorphin yang menyebabkan tubuh

menjadi rileks dan membuat detak jantung menjadi stabil (Murtisari dkk,

cegah kecemasan, muntah dan migrain. Perubahan tingkat serotonin menjadi hormon melatonin memiliki efek regulasi ter

asan Penelitian B.
nyusunan penelitian ini, terdapat keterbatasan yang belum dapat dipenuhi dan menjadi kekurangan dalam penelitian ini. K

antara lain:

1. Pada saat pengisian lembar kuesioner, beberapa responden sudah

mengalami penurunan penglihatan sehingga hanya dapat membaca jika

menggunakan kaca mata. Namun, karena ada responden yang tidak

mempunyai kaca mata dan tidak membawa kaca mata, responden menjadi

kesulitan dalam membaca dan mengisi kuesioner. Sehingga dalam

pengisiannya harus dibantu oleh peneliti dan hal tersebut dianggap peneliti

dapat mempengaruhi hasil akhir skor tingkat kecemasan.

2. Kuesioner kecemasan yang digunakan bukan khusus untuk wanita

menopause tetapi merupakan kuesioner kecemasan secara umum. Namun,


82

dalam hal ini peneliti sudah dilakukan usaha menghomogenkan faktor-

faktor yang mempengaruhi kecemasan wanita pada saat menopause seperti


sponden sedang tidak menderita penyakit, tidak mengalami gangguan pendengaran dan responden tinggal dengan keluarg
BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A.

telah dipaparkan di dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal dari penelitian sebagai berikut
api musik klasik (pre test) pada wanita menopause di wilayah Pisangan, Ciputat Timur, Tangerang Selatan adalah mengalam
api musik klasik (post

test) pada wanita menopause di wilayah Pisangan, Ciputat Timur,

Tangerang Selatan adalah mengalami tingkat kecemasan ringan yaitu

sebanyak 10 orang (63,6%).

3. Terdapat pengaruh terapi musik klasik terhadap penurunan tingkat

kecemasan pada wanita menopause di wilayah Pisangan, Ciputat Timur,

Tangerang Selatan.

B. Saran

Penelitian mengenai terapi musik klasik ini diharapkan dapat menjadi

pertimbangan bagi perawat untuk menjadikan terapi tersebut sebagai salah

satu intervensi mandiri keperawatan dalam membantu meringankan

83
84

kecemasan pada wanita menopause yang mengalami kecemasan, baik

kecemasan ringan maupun kecemasan sedang. Bagi institusi pendidikan,


nanganan kecemasan bagi wanita yang sudah memasuki masa menopause. Sedangkan bagi peneliti selanjutnya, hasil penel
DAFTAR PUSTAKA

Analia, & Moekroni, R. (2016). Pengaruh Pemberian Terapi Musik Klasik dalam
Menurunkan Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Menjelang Persalinan. Majority, 5.

Andira, D. (2010). Seluk Beluk Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogyakarta: A

Plus Books.

Atwater, H. (2009). Binaural Beats and the Regulation of Arousal Levels.

Balitbang Kemenkes RI. (2016). Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta:

Balitbang Kemenkes RI.

Bansal, P., Chaudhary, A., Soni, R. K., Sharma, S., Gupta, V. K., & Kaushal, P.

(2015). Depression and Anxiety among Middle-Aged Women: A

Community-Based Study. Journal of Family Medicine and Primary Care,

4(4), 576–81. http://doi.org/10.4103/2249-4863.174297

Baziad, A. (2003). Menopause, Andropause, dan Terapi Pulih Hormon. Jakarta:

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Baziad, A. (2008). Kontrasepsi Hormonal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo.

Campbell, D. (2006). Music: Physician For Times to Come (3rd ed.). Wheaton:

Quest Books.
Chiang, et all. (2012). The Effects of Music and Nature Sounds on Cancer Pain

and Anxiety in Hospice Cancer Patients.

Çiftçi, H., & Öztunç, G. (2015). The Effect of Music on Comfort , Anxiety and
Pain in the Intensive Care Unit : A Case in Turkey. International Journal of Caring Sciences, 8(3), 594–602.

Dahlan, M. S. (2008). Langkah-langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang

Kedokteran dan Kesehatan (1st ed.). Jakarta: CV Sagung Seto.

Dahlan, M. S. (2013). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan (3rd ed.).

Jakarta: Salemba Medika.

Dastgheib, S. S., Layegh, P., Sadeghi, R., Foroughipur, M., Shoeibi, A., & Gorji,

A. (2014). The Effects of Mozart’s Music on Interictal Activity in Epileptic

Patients: Systematic Review and Meta-Analysis of the Literature. Current

Neurology and Neuroscience Reports, 14(1). http://doi.org/10.1007/s11910-

013-0420-x

Dharma. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan: Panduan Melaksanakan

dan Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta: CV Trans Info Media.

Djohan. (2006). Terapi Musik, Teori dan Aplikasi. (L. L. Hidajat, Ed.) (1st ed.).

Yogyakarta: Galangpress.

Djohan. (2009). Psikologi Musik. Bandung: Best Publisher.

Ganong, W. (2005). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta:

EGC.
Harianti, A. (2012). Statistika II. Yogyakarta: CV Andi Offset.

Hastono, S. P. (2006). Analisis Data. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Indonesia.

Heijden, M. J. E. Van Der, Araghi, S. O., Dijk, M. Van, Jeekel, J., & Hunink, M.

G. M. (2015). The Effects of Perioperative Music Interventions in Pediatric

Surgery : A Systematic Review and Meta-Analysis of Randomized

Controlled Trials. PLoS ONE, 1–12.

http://doi.org/10.1371/journal.pone.0133608

Hidayat. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.

Jakarta: Salemba Medika.

InfoDATIN. (2016). Situasi Lanjut Usia (LANSIA). Jakarta: Pusat Data dan

Informasi Kementerian Kesehatan RI.

Isaacs, A. (2005). Keperawatan Kesehatan Jiwa Psikiatri (3rd ed.). Jakarta: EGC.

Jack-Ide, I.O., Emelifeonwu, E.A., & Adika, A. V. (2014). Psychological Effects

and Experiences of Menopausal Women in a Rural Community in Niger

Delta R of Nigeria. International Journal of Nursing and Midwifery, 6, 74–

79. http://doi.org/10.5897/IJNM2014.0134

Jafari, F., Hadizadeh, M. H., Zabihi, R., & Ganji, K. (2014). Comparison of

depression, anxiety, quality of life, vitality and mental health between

premenopausal and postmenopausal women. Climacteric : The Journal of the

International Menopause Society, 17(6), 660–665.


http://doi.org/10.3109/13697137.2014.905528

Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S. (2010). Fundamentals of Nursing,

Concepts, Process, and Practice. (8, Ed.). California: Addison-Wesley.

Kumalaningsih, S. (2008). Sehat + Bahagia Menjelang dan Saat Menopause.

Surabaya: Tiara Aksa.

Mahadewi, I. G. A. W., & Purnawati, S. (2015). Hubungan antara dukungan

suami dan pengetahuan ibu terhadap tingkat kecemasan pada menopause di

Desa Sidemen Kecamatan Sidemen Kabupaten Karangasem. Fakultas

Kedokteran Universitas Udayana.

Mindlin. (2009). Brain Musik. http://www.editinternational.com. Tanggal Akses:

15 Desemberr 2016.

Mohammadi, A., Ajorpaz, N. M., Torabi, M., Mirsane, A., & Moradi, F. (2014).

Effects of Music Listening on Preoperative State Anxiety and Physiological

Parameters in Patients Undergoing General Surgery: A Randomized Quasi-

Experimental Trial. Cent Eur J Nurs Midw, 5(4), 156–160.

http://doi.org/10.15452/CEJNM.2014.05.0011

Mulyani, S. (2013). Menopause Akhir Siklus Menstruasi Pada Wanita di Usia

Pertengahan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Murtisari, Y., Ismonah, & Supriyadi. (2014). Pengaruh Pemberian Terapi Musik

Klasik Terhadap Penurunan Depresi pada Pasien Stroke Non Hemoragik di

RSUD Salatiga, 1–13.


Nilsson, U. (2009). Caring Music: Music Intervention For Improved Health.

Retrieved from www.orebroll.se/uso/page2436.aspx

Hassanzadeh, A., & Davari, S. (2013). Knowledge and attitude toward menopause phenomenon among women aged 40-45 y

North American Menopausal Society. (2016). Symptoms of Menopause. IOSR

Journal of Nursing and Health Science (IOSR-JNHS).

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam.(2008).KonsepdanPenerapanMetodologiPenelitianIlmu

Keperawatan:PedomanSkripsi,Tesis,danInstrumenPenelitian

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2011). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam

Praktik Keperawatan Profesional (3rd ed.). Jakarta: Salemba

Medika.

Potter, & Perry. (2005). Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik

(4th ed.). Jakarta: EGC.

Potter, & Perry. (2010). Fundamentals of Nursing. (A. M. Nggie. Adrina F., Ed.)

(7th ed.). Jakarta: Salemba Medika.

Prawirohardjo, S. (2007). Menopause dan Andropause. Jakarta: Yayasan Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo.


Prihananda, M. L., Maliya, A., & Kartinah. (2011). Hemodialysis Patients At the

Pku Muhammadiyah Hospital of Surakarta.

Proverawati, A. (2010). Menopause dan Sindroma Premenopause. Yogyakarta:

Nuha Medika.

smonah, & Meikawati, W. (2012). Perbedaan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi sebelum dan sesudah pemberian
urejo.

2). Pengaruh usia menarche terhadap usia menopause pada wanita menopause di Desa Jingkak Babakan Kacamatan Ajibar

Sastrawinata, S. (2004). Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri Patologi (2nd ed.).

Jakarta: EGC.

Sastrawinata, S. (2008). Wanita dalam Berbagai Masa Kehidupan. In Ilmu

Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Satidarma, M. P. (2004). Cerdas dengan Musik (1st ed.). Jakarta: Puspa Suara.

Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan (1st ed.). Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Shifren, J., & Schiff, I. (2007). Menopause (14th ed.). Stanford, California:

Lippincott Williams & Wilkins.


Simbolon, P. (2015). Pengaruh Terapi Musik Terhadap Tingkat Kecemasan pada

Pasien Pre Operasi di Ruang Rawat Bedah Rumah Sakit Santa Elisabeth

Medan tahun 2015, 0.

Spencer, R. F., & Brown, P. (2007). Menopause. (R. Astikawati & A. Safitri,

Eds.). Jakarta: Penerbit Erlangga.

Stuart, G. W., & Sundeen, S. J. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa (5th ed.).

Jakarta: EGC.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (13th ed.).

Bandung: Alfabeta.

Suliswati. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Tim MGBK. (2010). Bahan Dasar untuk Pelayanan Konseling pada Satuan

Pendidikan Menengah (1st ed.). Jakarta: PT Grasindo.

Trappe, H. (2012). Role of music in intensive care medicine. International

Journal of Critical Illness and Injury Science |, 2(1), 27–32.

http://doi.org/10.4103/2229-5151.94893

Videbeck, S. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Wigram, A. L. (2002). The effects of vibroacoustic therapy on clinical and non-

clinical population. St. Georges Hospital Medical School London University

(Unpublished Dissertation Paper).


Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6

No. Responden: ……………

n dengan judul penelitian “Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Tingkat Kecemasan pada Wanita Menopause di Wilayah
engan jujur dan apa adanya. Sehingga hasilnya dapat memberikan gambaran yang baik untuk penelitian ini. Saya selaku

harapan saya agar ibu bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Jika ibu
bersedia, silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesediaan
ibu.

Terima kasih atas partisipasi ibu dalam penelitian ini.

Ciputat, April 2017

Peneliti Responden

Farhatun Hayati (........................................)


Lampiran 7

Kode Responden:…………..

KUESIONER PENELITIAN

Pengaruh Pemberian Terapi Musik Klasik Terhadap Tingkat Kecemasan pada Wanita Menopaus
Identitas Responden

A. Data Demografi
Nama (Inisial) : …………………………
Umur : …………………………
Alamat rumah : …………………………
……………………………
: …………………………
Status perkawinan
: …………………………
Jumlah anak

6. Suku Bangsa : …………………………………………


7. Pendidikan terakhir : …………………………………………
8. Pekerjaan : …………………………………………
9. Tinggal dengan : …………………………………………
10. Penyakit yang diderita : …………………………………………
11. Gangguan pendengaran : …………………………………………

Lampiran Penelitian
B. Skala Kecemasan Hamilton (HARS)
Petunjuk Pengisian:
Berilah tanda ceklis (√) pada setiap kolom jawaban yang tersedia dibawah ini sesuai dengan gejala-gejala yang Anda
Keterangan:
: Tidak ada gejala
: Ada gejala ringan (hanya satu dari gejala yang muncul)
: Ada gejala sedang (sebagian gejala yang muncul)
: Ada gejala berat (lebih dari ½ gejala yang muncul)
: Ada gejala sangat berat (seluruh gejala muncul)
Berikut ini adalah pernyataan-pernyataan tentang tingkat kecemasan menggunakan Skala Kecemasan Hamilton (HA

Keterangan
No Gejala Kecemasan 0 1 2 3 4

1. Firasat buruk/ Takut akan pikiran sendiri/


Mudah tersinggung
2. Merasa tegang/ Lesu/ Tidak bisa istirahat
nyenyak/ Mudah terkejut/ Mudah menangis/
Gemetar/ Gelisah
3. Takut pada gelap/ Pada orang asing/ Ditinggal
sendiri/ Pada kerumunan banyak orang
4. Sukar memulai tidur/ Terbangun malam hari/
Tidak tidur nyenyak/ Mimpi buruk/ Mimpi
menakutkan
5. Susah untuk konsentrasi/ Sering bingung/
Daya ingat buruk
6. Hilangnya minat/ Berkurangnya kesukaan
pada hobi/ Merasa sedih/ Bangun dini hari/
Perasaan berubah-ubah sepanjang hari
7. Sakit dan nyeri otot/ Kaku/ Kedutan otot/ Gigi
menggerutuk/ Suara tidak stabil
8. Tinitus (telinga berdengung)/ Muka merah
atau pucat/ Merasa lemas/ Penglihatan kabur/
Perasaan ditusuk-tusuk
9. Takikardi (denyut jantung cepat)/ Berdebar-
debar/ Nyeri dada/ Denyut nadi mengeras/
Rasa lemah seperti mau pingsan/ Detak
jantung hilang sekejap
10. Rasa tertekan di dada/ Perasaan tercekik/
Sering menarik nafas/ Nafas pendek/ sesak
11. Sulit menelan/ Perut melilit/ Berat badan
menurun/ Nyeri lambung sebelum dan
sesudah makan/ Perasaan terbakar di perut/
Rasa penuh atau kembung/ Mual/ Muntah/
Susas BAB (konstipasi)
12. Sering BAK, tidak dapat menahan BAK/
Menjadi dingin (frigid)
13. Mulut kering/ Muka merah/ Mudah
berkeringat/ Kepala pusing/ Kepala terasa
berat/ Kepala terasa sakit/ Bulu-bulu berdiri
sendiri
14. Gelisah/ Tidak tenang/ Gemetar/ Kening
mengkerut/ Muka tegang/ Otot tegang/
Mengeras/ Nafas pendek dan cepat/ Muka
merah
Total Skor
Lampiran 8

Tingkat Kecemasan Responden

Statistics
Kategoripretest
N Valid 22
Missing 0
Mean 2.5455
Median 3.0000
Mode 3.00
Std. Deviation .50965
Minimum 2.00
Maximum 3.00

Kategoripretest
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ringa 10 45.5 45.5 45.5
n
Sedan 12 54.5 54.5 100.0
g
Total 22 100.0 100.0

Statistics
Kategoriposttest
N Valid 22
Missing 0
Mean 1.64
Median 2.00
Mode 2
Std. Deviation .492
Minimum 1
Maximum 2

Kategoriposttest
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak
8 36.4 36.4 36.4
cemas
Ringan 14 63.6 63.6 100.0
Total 22 100.0 100.0
Uji Normalitas

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pretest 22 100.0% 0 .0% 22 100.0%
Posttest 22 100.0% 0 .0% 22 100.0%

Descriptives
Statistic Std. Error
Pretest Mean 19.64 .867
95% Confidence Interval Lower Bound 17.83
for Mean Upper Bound 21.44
5% Trimmed Mean 19.60
Median 21.00
Variance 16.528
Std. Deviation 4.065
Minimum 14
Maximum 26
Range 12
Interquartile Range 8
Skewness -.229 .491
Kurtosis -1.477 .953
Posttest Mean 14.59 .766
95% Confidence Interval Lower Bound 13.00
for Mean Upper Bound 16.18
5% Trimmed Mean 14.61
Median 15.50
Variance 12.920
Std. Deviation 3.594
Minimum 9
Maximum 20
Range 11
Interquartile Range 7
Skewness -.289 .491
Kurtosis -1.393 .953
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Pretest .177 22 .072 .891 22 .020
*
Posttest .152 22 .200 .906 22 .040
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.

Uji Wilcoxon
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Posttest - Pretest Negative Ranks 22a 11.50 253.00
Positive Ranks 0b .00 .00
Ties 0c
Total 22
a. Posttest < Pretest
b. Posttest > Pretest
c. Posttest = Pretest

Test Statisticsb

Posttest -
Pretest

Z -4.138a

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

Based on positive ranks.


Wilcoxon Signed Ranks Test

S-ar putea să vă placă și